Anda di halaman 1dari 17

KONSEP KEBUDAYAAN ISLAM

Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Kelompok 8 :
1. Muhafsyah Abdillah Putra (09031182227003)
2. Rifko Akbar (09031382227181)
3. Syifa Muthi Chandra (09031282227128)

Dosen Pengampu : Ibu Nurbuana, S.Ag., M.Pd.I

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmatnya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui
berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas
abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan
pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kebudayaan islam, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada penulis dan pembaca untuk kebahagiaan
di dunia dan akhirat aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, November 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................4
1.3 TUJUAN.....................................................................................................................................4
1.4 MANFAAT.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................6
2.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN ISLAM................................................................................6
2.2 KONSEP KEBUDAYAAN ISLAM..........................................................................................7
2.3 PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM.......................................................................8
2.4 NILAI-NILAI KEBUDAYAAN ISLAM..................................................................................9
2.5 MASJID SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM........................................................12
2.6 SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM.....................................................................................13
2.7 NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA....................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................16
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................................16
3.2 SARAN.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Istilah kebudayaan memang tak asing bagi kita khususnya yang berkecimpung di dunia ini,
apakah itu sebagai agamawan, budayawan, seniman, penikmat budaya, pelaku budaya dan
seni, dan lainnya. Namun kita juga sering bertanya apakah setiap agama, masyarakat, ras, dan
etnik, memiliki persepsi sendiri tentang kebudayaan. Apakah terdapat persepsi yang sifatnya
umum atau khusus dalam memandang budaya? Begitu juga halnya dengan agama Islam.
Bagaimana konsep kebudayaan dalam pandangan Islam? Secara saintifik, kebudayaan
dibahas secara luas dan mendalam dalam sains antropologi ataupun sosiologi.
Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di bandingkan dengan agama-agama yang
datang sebelumnya. Di era globalisasi ini, banyak masyarakat dan khususnya bagi para
pelajar yang acuh tak acuh dengan sejarah Negara, apalagi sejarah peradaban Islam. Dewasa
ini mereka hanya memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar.
Padahal, sejarah peradaban Islam sangat penting bagi kita semua.
Dalam dimensi wujud, budaya terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) wujud dalam bentuk ide atau
gagasan, (2) wujud dalam bentuk aktivitas atau kegiatan, dan (3) wujud dalam bentuk benda-
benda atau artifak. Ditinjau dari dimensi isi, atau sering disebut tujuh unsur kebudayaan
universal, maka kebudayaan terdiri dari tujuh unsur yaitu: (1) sistem religi, (2 bahasa, (3)
teknologi dan peralatan hidup, (4) sistem mata pencaharian, (5) sistem organisasi sosial, (6)
pendidikan, dan (7) kesenian. Dalam kajian budaya, sering pula dikenal istilah peradaban
(sivilisasi), yaitu unsur-unsur kebudayaan yang maju, halus, dan tinggi (lihat Webster’s 1960
dan L.H. Morgan 1877).
Umumnya pengertian budaya menurut para ilmuwan Barat seperti yang dikemukakan dalam
antropologi dan sosiologi, adalah bahwa agama atau sistem religi sebagai bagian dari unsur
kebudayaan yang sejajar dengan unsur budaya lain. Dalam Islam, agama memiliki dimensi
Ilahiyah atau wahyu, dalam dimensi sedemikian rupa tidak termasuk dalam budaya, bahkan
budaya wajib berasas kepada wahyu. Sebaliknya, kreativitas manusia dalam rangka mengisi
budaya dapat dikategorikan sebagai budaya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam islam?
2. Bagaimana sejarah intelektual Islam?
3. Apa pengertian kebudayaan?
4. Apa kebudayaan Islam itu?
5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini?
6. Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam?
7. Bagaimana nilai-nilai dalam budaya Islam?

1.3 TUJUAN
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Mengetahui sejarah intelektual Islam.
3. Mengetahui Masjid sebagai pusat peradaban Islam.
4. Mengetahui nilai-nilai dalam budaya Islam.
5. Bagaimana perkembangan Islam saat ini?
6. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam.

1.4 MANFAAT
1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum
muslimin masa lalu.
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia
islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh atau
meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,
masyarakat, lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat
terdahulu.
6. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya kebudayaan Islam pada masa kejayaan Islam.
7. Dapat membedakan kebudayaan lokal dengan kebudayaan Islam.
8. Dapat mengambil keputusan mengenai kebudayaan yang dapat kita laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEBUDAYAAN ISLAM


Secara umum, kebudayaan adalah istilah yang menunjukkan segala hasil karya manusia yang
berkaitan dengan pengungkapan bentuk. Kebudayaan merupakan wadah, tempat, di mana
hakikat manusia memperkembangkan diri. Antara hakikat manusia dengan pengembangan
diri (kebudayaan) tersebut terjalin hubungan, korealsi yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
perkembangannya, kebudayaan sering dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tempat, waktu,
dan kondisi masyarakat, sehingga lahir suatu bentuk kebudayaan khusus, seperti kebudyaan
Islam, kebudayaan Timur, dan kebudayaan Barat (Ensiklopedi Indonesia ; 1705)
Kebudayaan lahir dari olah akal budi, jiwa atau hati nurani manusia. Bentuk kebudayaan
tersebut selalu mencerminkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini, yang dirasa, dan
diharapkan memberikan kebaikan dalam hidup. Oleh karena itu, kebudayaan yang
mencerminkan nilai-nilai kehidupan tersebut juga disebut peradaban. Kebudayaan atau
peradaban yang dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran Islam disebut kebuadayaan atau peradaban
Islam.
Menurut Musa Asy’arie (Musa Asy’arie, 1992 : 93) A.L Kroeber dan Clyd Kluckhon
mengelompokkan definisi kebudayaan menjadi enam. Berdasarkan tinjauan dan sudut
pandang masing-masing, yaitu :
1. Pendekatan Deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung dai
dalamnya, seperti yang dikemukakan oleh Taylor, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan
yang amat komplek, yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-
istiadat, dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. Pendekatan Historis dengan menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudyaan,
seperti definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Park dan Burgees, bahwa kebudayaan
adalah sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan social yang diterima sebagai sesuatu
yang bernakna, yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa.
3. Pendekatan Normatif, seperti definisi kebudayaan yang dikemukakan oleh Ralph Linton,
bahwa kebudayaan adalah pandangan hidup dari sekumpulan ide-ide dan kebiasaankebiasaan
yang mereka pelajari, mereka miliki, kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
4. Pendekatan Psikologi, seperti yang dikemukakan oleh Kluckhon, bahwa kebudayaan
terdiri atas semua kelangsungan proses belajar suatu masyarakat.
5. Pendekatan Struktural, seperti yang dikemukakan oleh Turney, bahwa kebudayaan adalah
pekerjaan dan kesatuan aktivitas sadar manusia yang berfungsi membentuk pola umum dan
melangsungkan penemuan-penemuan, baik yang materil maupun non material.
2.2 KONSEP KEBUDAYAAN ISLAM

Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan
daya berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil
karya, karsa, dan cipta manusia di masyarakat. Istilah kebudayaan sering dikaitkan dengan
istilah peradaban. Perbedaannya: kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni,
sastra, religi, dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi,
dan teknologi.
Menurut terminologi, kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya upaya yang
dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu tujuan
dalam rangka mencapai kesempurnaan. Di sisi lain, kebudayaan dapat dikelompokkan kepada
bidang-bidang antara lain: filsafat, ilmu pengetahuan, kesenian, kaidah-kaidah budaya,
bahasa, agama budaya, teknik, ekonomi, politik, pendidikan dan lainnya. Sedangkan
pengertian islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-islaman” yang artinya
selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi.
Kebudayaan islam selalu terkait dengan nilai-nilai ilahiyah yang bersumber dari ajaran kitab
suci Qur’an dan hadits, sehingga dapat dipahami bahwa kebudayaan islam itu adalah
implementasi dari Qur’an dan Sunnah oleh umat islam dalam kehidupannya baik dalam
bentuk pemikiran, tingkah laku maupun karya untuk kemaslahatan umat manusia dalam
rangka mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah dalam mencari keridhoanNya.
Dalam ajaran Islam, aktivitas kehidupan manusia dalam bentuk olah akal budi nuraninya
harus dibimbing oleh wahyu. Akal budi nurani manusia memiliki keterbatasan dan
dipengaruhi oleh pengalaman, baik pengalaman pribadi masyarakat lingkungannya.
Sekalipun aktivitas akal budi nurani manusia dalam bentuk kebudayaan atau peradaban
tersebut diyakini atau diharapkan dapat memberikan kebaikan bagi masyarakat yang
melahirkan kebudayaan peradaban tersebut, dalam pandangan masyakarat lain belum tentu
dinilai baik. Oleh karena itu, sejak awal manusia dilahirkan, Allah Yang Maha Tahu akan
keterbatasan manusia menurunkan wahyu sebagai pembimbing arah olah akal budi nurani
manusia tersebut, agar tidak berkembang, dan melahirkan kebudayaan atau peradaban yang
bertentangan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan yang dianggap menguntungkan
sekelompok masyarakat tertentu, tetapi merugikan sekelompok masyarakat lainnya. Wahyu
Al Quran sebagai wahyu terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad
SAW menjadi petunjuk dan pembimbing serta menjaga nilai-nilai universalitas kemanusiaan
tersebut, sekalipun memberikan toleransi perwujudan kebudayaan atau peradaban khusus.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-nilai
Ketuhanan yang disebut dengan peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas.
Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami
kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupannya sendiri,
maka bimbingan wahyu sangat dibutuhkan.
Kebudayaan dan peradaban akan terus berkembang dan tidak akan pernah berhenti sepanjang
kehidupan umat manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas
manusia, baik dalam bentuk hubungan dengan sesame manusia maupun dengan lingkungan
hidupnya, maka kebudayaan atau peradaban akan mengalami perubahan dan perkembangan.
Hal ini karena manusia di samping makhluk social, juga makhluk budaya. Relativitas
manusia secara terus menerus membutuhkan bimbingan wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah
SAW agar perkembangan kebudayaan atau peradabannya tersebut berkembang dalam jalur
yang benar, yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri maupun makhluk
Allah pada umumnya.

2.3 PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM


Islam diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, agar disampaikan kepada seluruh
umat manusia dan menjadi petunjuk kebenaran bagi umat manusia sampai akhir masa.
Rasulullah SAW adalah orang Arab yang hidup dalam kebudayaan Arab. Oleh karena itu
beliau berbicara dalam berbahasa Arab dan berpakaian menurut model pakaian masyarakat
Arab. Bagi umat Islam Arab, kebudayaan atau peradaban Islam berkembang dalam bentuk
kebudayaan atau peradaban Islam Arab. Bagi umat Islam Indonesia, tentunya kebudayaan
dan peradabannya adalah kebudayaan atau peradaban Islam Indonesia. Perbedaan yang lahir
dari kekhususan kelompok masyarakat atau bangsa, dalam ajaran Islam tidak dianggap
penyimpangan atau bertentangan dengan ajaran Islam sepanjang tetap mencerminkan
nilainilai ajaran Islam, seperti perbedaan Bahasa komunikasi, model pakaian, dan lain-lain.
Oleh karena itu, kebudayaan atau peradaban Islam boleh beragam, berkembang, dan
berubahubah, tetapi syariat Islam hanyalah satu dan tetap, sehingga dimana dan kapanpun
umat Islam hidup, syariatnya tetap sama.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menojol dalam sejarah umat Islam adalah
budaya intelektual Islam. Sejak abad pertama, perkembangan Islam (abad ke tujuh masehi)
telah lahir ilmuwan-ilmuwan muslim yang melahirkan sistem berpikir atau metode berijtihad
dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal dengan istilah mazhab. Diantara para ilmuwan
muslim tersebut adalam Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii,dan Imam Hambali dalam
disiplin ilmu Fikih, kemudian diiringi dengan perkembangan pemikiran di bidang ilmu yang
lain, yang banyak melahirkan ilmuwan muslim. Di antara para ilumuwan muslim di luar ilmu
fikih tersebut adalah al Kindi (801 -873 M), al Farabi (870 – 950 M), al Razi (865-925 M),
dan llmuwan-ilmuwan lain dibidang filsafat ; Rabi’ah al Adawiyah yang dikenal dengan teori
mahabbah dan Ibnu al-‘Arabi yang dikenal dengan konsep wahdatul wujud dalam ilmu
tasauf. Di bidang ilmu matematika, lahir Muhammad Ibnu Musa al Khawarizmi dan Abu al
Wafa’, di bidang fisika lahir Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al Kindi dan Abu al Rayhan
Muhammad Ibnu Ahmad al Biruni, sedangkan di bidang ilmu kimia lahir Jabir Ibnu Hayyan
al Kufi al Sufi dan Abu Usman al Jahiz, dan di bidang ilmu biologi, lahir al Dinawari dengan
karya besarnya yang diterjemhkan menjadi Encyclopaedia Botanica. Di bidang ilmu
kedokteran, lahir Ibnu Sina, Ali al –Thabari, Hunain Ibnu Ishak al Ibadi, dan lain-lain.
Adapun di bidang ilmu geografi, lahir Hisyam al Kalbi, dan di bidang ilmu astronomi, lahir
ilmuwan Abu Yusuf Ya’kub Ibnu Ishak al Kindi dengan karyanya yang popular, diantaranya
adalah Risalah fi Masail Su’ila ‘anha min Ahwal al Makasib (jawaban persoalan tentang
planet-planet) (Ensiklopedi Tematis Dunia Islam : 21- 249)
2.4 NILAI-NILAI KEBUDAYAAN ISLAM
Bentuk kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dan perlu memperoleh perhatian
besar dalam kehidupan social, terutama dalam kehidupan masyarakat akedemis, masyarakat
intelektual, yang mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran intelektual muslim adalah :
a. Berorientasi pada pengabdian dan kebenaran Ilahi
Tujuan penciptaan manusia berdasarkan firman Allah dalam QS. 51 (al Dzariyat) ayat
56 adalah untuk beribadah, mengabdi kepada Allah :

Artinya : “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.
Seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan ini harus berorientasi pada pengabdian
kepada Allah. Untuk menciptakan nilai pengabdian tersebut, manusia harus bertitik
tolak pada kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah. Dalam QS. 2 (al Baqaroh) ayat
147 Allah berfirman :

Artinya : “ Kebeneran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang
yang ragu.

b. Berpikir kritis dan inovatif


Berpikir kritis adalah berpikir secara obyektif dan analitis, sedangkan berpikir inovatif
adalah berpikir ke depan untuk menemukan pemikiran-pemikiran baru. Berpikir kritis
dan inovatif inilah yang telah menghantarkan kemajuan intelektual Islam pada masa
keemasannya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

c. Bekerja keras
Manusia adalah makhluk terbaik yang dianugerahi petensi besar dalam bentuk akal
pikiran, hati nurani, dan seluruh aktivitas kehidupan manusia dinilai oleh Allah.
Anugerah tersebut harus difungsikan secara optimal. Karena itu dalam QS.28 (al
Qashas) ayat 77 Allah memerintahkan manusia berusaha meraih kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat :

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugarahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka ) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
Dalam berusaha, Allah melarang hamba-Nya berputus asa, karena kehiudpan dan
kesempatan menggunakan potensi kehidupan itu sendiri adalah Rahmat Allah,
sebagaimana firman-Nya dalam QS.12 (Yusuf ) ayat 87 :

Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus
asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.
d. Bersikap Terbuka
Sikap terbuka berarti mau menerima masukan dan kebenaran yang datang dari orang
lain, siapapun dia, dan apapun posisinya, karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan
untuk memperhatikan substansi perkataan orang lain dan bukan siapa yang
mengatakannya. Kemajuan akan lebih mudah dicapai dengan sikap terbuka, serta
memanfaatkan pemikiran, dan kemajuan yang dicapai orang lain, sepanjang tetap
sejalan dengan nilai-nilai kebenaran yang diturunkan Allah.

e. Jujur
Dalam kehidupan intelektual, kejujuran mutlak diperlukan, baik dalam bentuk
pengakuan terhadap pemikiran orang lain, maupun dalam bentuk pengakuan akan
kebenaran pemikiran diri sendiri. Kejujuran akan membimbing manusia dalam proses
penemuan kebenaran dan mengemukakan kebenaran secara obyektif. Kejujuran
menghindarkan timbulnya kesalahan- kesalahan yang merugikan. Oleh karena itu,
Rasulullah SAW mengingatkan, bahwa kebohongan, sikap tidak jujur merupakan
pangkal dari semua dosa.

f. Adil
Adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil menunjukkan sikap yang
proporsional dalam mengambil keputusan dalam berbagai persoalan yang terkait
dengan banyak pihak yang berkepentingan. Sekalipun sikap adil pada umumnya
berkaitan dengan proses peradilan, tetapi adil diperlukan dalam berbagai aspek
kehidupan. Karena itu dalam QS.16 (An Nahl ) ayat 90 Allah berfirman :

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dan memberi pengajaran kepadam agar kamu dapat mengambil pelajaran.
g. Tanggung jawab
Tanggung jawab berarti kesediaan menanggung segala resiko atau konsekuensi dari
setiap perbuatan yang dilakukan. Setiap perbuatan memiliki konsekuensi baik atau
buruk. Hal ini bergantung pada pada substansi perbuatannya.

Oleh karena itu dalam QS.2 (al Baqarah) ayat 286 Allah mengingatkan dengan
firman-Nya :

Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia


mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. Mereka berdoa : “ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hokum kami jika kami lupa dan kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada dengan bebanyang berat sebagaimana Engkau beban kepada orang-orang yang
sebelum kami.
h. Ikhlas
Ikhlas berarti murni, bersih dari segala unsur yang mengotori dan mencemari nilai
niat seseorang untuk berbuat sebagai wujud pengabdian dalam ketaatan kepada Allah.
Oleh karena itu ikhlas dalam niat selalu dikaitkan dengan pengabdian kepada Allah.
Dalam QS.98 (al Bayyinah) ayat 5 Allah memerintahkan dengan firman-Nya :

Artinya : “ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
i. Disiplin
Disiplin adalah sikap yang paling mendasar, yang diperlukan untuk memenuhi syarat
normative dalam setiap perbuatan. Karena itu tanpa kedisiplinan, kualitas hidup,
kualitas produk tidak akan pernah terwujud untuk mewujudkan sikap disiplin, bagi
umat Islam cukup mengimplementasikan filosofi shalat. Shalat itu diperintahkan
untuk dikerjakan pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, di luar waktu yang
ditetapkan, tidak sah. Dalam QS.4 (an Nisa) ayat 103 Allah berfirman :
Artinya :Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditetapkan waktunya atas orang-orang yang beriman.

2.5 MASJID SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN ISLAM


Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau tempat ibadah. Dalam perjalanan
sejarah Islam. Masjid bukan sekedar tempat untuk menunaikan ibadah shalat (terutama shalat
berjamaah), namun juga berperan lebih fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupan
masyarakat. Islam mengajarkan pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam
dan lengkap mengingat seluruh permukaan bumi adalah masjid namun masjid pada umumnya
hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khususnya seperti shalat, padahal
masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal
berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai peribadatan.
Pada umumnya, disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat
peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan jiwa kaum muslimin, membina sikap
dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya
meningkatkan kesejahteraan umat justru melalui Masjid. Masjid dijadikan simbol kesatuan
dan persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan
masjid pertama, fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat Islam.
Belajar dari sejarah Islam, seharusnya esksistensi masjid pada masa kini harus lebih mampu
memberikan makna terdalam, terluas dan terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim.
Karena itu, pengembangan dan pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat
berbagai kegiatan sosial keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan, dan sebagainya kini
menjadi lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang
maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang maju,
ramah, mandiri, damai, dan modern. Sebagaimana dalam firman Allah QS. 9 (At-Taubah)
ayat 18:

Artinya : Sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah


orangorang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir orang-orang yang menegakkan
shalat dan menunaikan zakat dia tidak takut melainkan hanya kepada Allah, maka mereka
itulah orangorang yang mendapat petunjuk.
2.6 SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi
perkembangannya, sejarah intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu
masa klasik, antara tahun 650-1250M, masa pertengahan, antara tahun 1250-1800M, dan
masa modern atau kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun 1800M hingga
sekarang dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam
Syafi’i, dan imam Maliki dibidang hukum islam. Di bidang filsafat islam seperti Al Kindi
tahun 801M, yang berpendapat bahwa kaum Muslimin hendaknya menerima filsafat sebagai
bagian dari kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun
870 M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof
besar Ibnu Maskawaih pada tahun 930 M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang
pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138 M, Ibnu
Tufail tahun 1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126. Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun
1250-1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase
kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan
akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dipertentangkan dengan ilmu, dan dunia
dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa
hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-
Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam
tulisannya “Tahafutul Falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab ibnu
Rusyd dengan tulisan “Tahafutu Tahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada
pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan para intelektual muda muslim. Mengapa umat
Islam tidak bisa menguasai ilmu dan teknologi modern?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu
karena umat Islam tidak mau melanjutkan tradisi ke-ilmuan yang diwariskan oleh para ulama
besar pada masa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan yang
bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuan dan
tokoh-tokoh kaliber dunia dikalangan umat Islam dari negara-negara kaya di Timur Tengah.
Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara bekas jajahan sangat sulit membangun
semangat kebangkitan intelektual Islam karena keterbatasannya.

2.7 NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA


Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam masuk dan berkembang
dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.
Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan
mana ajaran Islam dan mana budaya barat yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi
seluruh alam.
Firman Allah QS. Ali Imran ayat 18 :

Artinya : Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para
malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, Yang
Mahaperkasa, Maha-bijaksana.
Firman Allah QS. AL-Anbiya ayat 107:

Artinya : Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi seluruh alam.
Sehingga disimpulkan bahwa kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau
yang berbentuk hasil karya, karsa, dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber
nilai-nilai Islam.
Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu memberikan bimbingan kepada
umat. Manusia agar dalam mebengmbangkan kebudayaan tidak lepas dari nilai-nilai
ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti, sesungguhnya aku diutus Allah untuk
menyempurnakan akhlak. Dalam perkembangannya kebudayaan Islam perlu dibimbing oleh
wahyu dan aturanaturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber
dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Disini Agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal
budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan
atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika
perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan
karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan
perlunya suatu bimbingan wahyu Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena
yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama
Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan
alam.
Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasar-dasar perkembangan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam ketika dakwah Islam keluar dari jazirah
Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit,
yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian melahirkan
budaya Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang
ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan
orang Arab tersebut mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih
melekat pada tradisi masyarakat Indonesia. Dalam perkembangan dakwah islam di indonesia
para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh
para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam
dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk
dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai
Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti
dalam upacaraupacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab AL-Quran
sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua itu
tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.
“dan sesungguhnya kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat kami, (dan kami
perintahkan kepadanya) : keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur. (Ibrahim: 5).
Banyak tradisi masyarakat Indonesia yang bernuansa Islami, biasanya tradisi tersebut
dilaksanakan untuk memperingatihari besar umat Islam, seperti misalnya perayaan sekaten
yang diselenggarakan untuk menyambut maulid Nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan
untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran Islam seperti perayaan tabuik di Pariaman
(Sumatera Barat) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di
berikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari
agama Islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi
yang dimilikinya dan pada pra Islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.

3.2 SARAN
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk meletakkan Islam dalam kehidupan
keseharian kita. Kita pun dapat membangun kebudayaan Islam dengan landasan konsep yang
berasal dari Islam pula.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/19021447/KEBUDAYAAN_DALAM_ISLAM
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html
https://www.researchgate.net/publication/
327231492_KONSEP_KEBUDAYAAN_DALAM_ISLAM
Pengembangan Kepribadian PAI Pada Perguruan Tinggi Umum, DEPAG, Jakarta, 2009
Gazalba, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka al Husna, 1994
Daim, Abdullah Abdul, Tarbiyah ‘Abd Tarikh Min ‘Ushuri Qadimah Hatta Qornu ‘Isyrin,
Beirut :
Dar al Ilmi lil Mua’allim, 1984
Suryana AF, A.Toto, Drs, M.Pd, Pendidikan Agama Islam, Bandung : Tiga Mutiara, 1996

Anda mungkin juga menyukai