Anda di halaman 1dari 11

KEBUDAYAAN

Dosen Pengempu : Muhammad Yunus Ahmad, S.Hum, MUs.

Oleh :
Anwar Syawali Fitra
NIM 220501045

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) AR – RANIRY BANDA ACEH

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan, dengan judul: “Kebudayaan”
Atas dukungan moral, semangat, dan penugasaan yang di berikan dalam penyusunan
makalah ini, maka kami selaku penyusun makalah, mengucapkan terima kasih kepada: bapak
Muhammad Yunus Ahmad, S.Hum , M.US. selaku dosen pengajar mata kuliah Pancasila dan
Kewarganegaraan. Dan juga seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan maanfaat bagi kita semua dalam
memahami Kebudayaan.

Banda Aceh, 7 Oktober 2022

Penulis
Anwar Syawali Fitra
Daftar isi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

BAB I ...............................................................................................................................

PENDAHULUAN ............................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG .........................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH .....................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN .......................................................................................
PEMBAHASAN ...............................................................................................................

a. SEJARAH KEBUDAYAAN ................................................................................


b. KONSEP BUDAYA .............................................................................................
c. ISU-ISU STRATEGIS...........................................................................................
d. PERUBAHAN KEBUDAYAAN..........................................................................
e. DINAMIKA KEBUDAYAAN..............................................................................

BAB III ............................................................................................................................


PENUTUP ........................................................................................................................
KESIMPULAN ..................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan adalah segala hal yang terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia, yang
dihayati dan dimiliki Bersama. Didalam kebudayaan terdapat kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Kata kebudayaan memiliki kata dasar “Budaya” yang berarti pikiran, akal budi , hasil. Menurut ilmu
Antropologi yang di sampaikan oleh Koentjaraningrat (1985), kebudayaan adalah seluruh kemampuan
manusia yang didasarkan pada pemikirannya, tercermin pada perilaku dan pada benda-benda hasil
karya mereka, yang diperoleh dengan cara belajar. Dengan demikian Kebudayaan merupakan ciptaan
manusia.

1.2 Rumusan masalah

2. Budaya dan Struktur Dalam Pemikiran Antropologi


3. Hubungan Budaya dan Stuktur Sosial
4. Isu-Isu Strategis Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan
5. Perubahan Kesenian
6. Kebudayaan Sebagai Sistem Adaptasi dan Sistem Ideasional

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan pembahasan saya dalam makalah kali ini untuk mengajak kita semua
mengetahui bahwa Kebudayaan ini mengandung begitu banyak manfaat salah satunya
,membuat wawasan menjadi semangkin luas. Setiap budaya juga pasti memiliki cara yang
berbeda dalam menjalankan suatu kegiatan. Kebudayaan mempunyai peranan penting dalam
sejarah karena hanya dengan melihat ke masa lalu kita dapat membangun masa depat dengan
lebih baik, selebihnya sejarah juga menawarkan cara pandang yang kritis mengenai masa
lalu, sekalipun kita berpijak pada jati diri yang terbentuk di masa lampau sejarah kita.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kebudayaan

Dimensi budaya dilupakan karena tekanan yang besar dalam penulisan, mula-mulapada sejarah
politik, kemudian pada sejarah social-ekonomi. Oleh karena itu , sejarawan, demi mengembangkan
disiplinnya dan pembangunan bangsa, seharusnnya ikut dalam arus utama kehidupan ilmu dan
pembangunan bangsa.

Sudah banyak tulisan tentang manusia dan budaya diterbitkan, terutama dari kajian-kajian
antropologi, filsafat, dan jurnalisme. Hampir seluruh suku di Indonesia yang besar-besar sudah
mendapatkan perhatian. Namun kajian-kajian itu merupakan kajian kontemporer masa kini sehingga
sering melupakan sejarah dimasa lalu, sedang mendekatkan “ideas type”tidak merujuk pada kenyataan
hystoris. Maka kajian secara historis memiliki gambaran bagaimana type ideal budaya tertentu
diaktualisasikan. Studi Darsati Suratman, Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939 adalah usaha
kearah kebudayaan, dengan tekanan utama pada kehidupan, kostum, dan upacara-upacara
kraton.Masih belum sempat membicarakan aspek budaya lain seperti kesenian dan kusesasteraan
sehingga lebih merupakan kajian sosiologi daripada kebudayaan. Tulisan ini akan mencoba memberikan
gambaran mengenai Batasan bidang kajian sejarah kebudayaan dan masalah-masalah metodologinya.
Sejarah memerlukan metodologi yang khusus pula. Namun tulisan tidak membicarakan tentang masalah
teori yang juga amat penting peranannya dalam rekontruksi sejarah.12

Batasan kebudayaan sebagai dimensi simbiolik dan ekpresif kehidupan social. Kita tidak perlu susah
dalam memikirkan tentang perbedaan antara kebudayaan dan peradaban, sekaligus kita melakukan
sintesa tentang berbagai definisi kebudayaan menurut berbagai disiplin. Contoh sistem pengetahuan
adalah bagian dari budaya yang dapat di kaitkan dengan sistem symbol lainnya dalam pendekatan
antropologi simbiolis, tetapi dapat kita kaitkan dengan sistem social dalam pendekatan sosiologi
pengetahuan.

Voltaire (1694-1778) mewakili tradisi pencerahan, ia mencoba untuk menggungkapkan esprit


humain, yang merupakan sebuah “Benang di tengah labirin sejarah”, sekalipun ia tidak di kenal sebagai
pembuat sistematika sejarah. Ia tidak mempunyai teori tentang kebudayaan, tetapi berusaha mencari
kriteria bagaimana sebuah bentuk kehidupan disebut beradap. Peradaban adalah gabungan dari esprit
dan moeurs, yaitu semangat dan sikap, serta cara-cara yang menuntun kehidupan social dan perilaku
masyarakat. Banyak cara telah dilakukan oleh sejarawan kebudayaan dalam mendekati objeknya.
Negara mempunyai hubungan dengan budaya, sebagai karya seni karena merupakan mekanisme yang
cermat di bentuk dan dimanipulasikan. negara mempunyai hubungan dengan budaya sebagai
pendorong munculnya bentuk budaya dan sebaliknya, negara adalah bagian dari sebuah sistem budaya.
1
Metodologi sejarah edisi kedua kuntowijoyo, sejarah kebudayaan(Tiara Wacana, Yogya, 2003) hal 133-134
2
Bab selanjuatnya yang membahas kebangkitan Zaman klasik merupakan sejarah intelektual juga tampak
dalam bab selanjutnya tentang penemuan dunia dan manusia. Bab terakhirnya tentang festival adalah
social budaya, mirip dengan cara antropologi menyajikan bahannya.

Gambaran umum dapat dicapai dengan central concept sebuah kebudayaan, meskipun ada
kalanya sebuah kebudayaan mempunyai banyak pusat (plural centers). Jika orang akan menulis bagian-
bagian dari kebudayaan, tanpa mengkaitkan dengan konsep sentral, maka hasilnya bukanlah sejarah
kebudayaaan, melainkan sejarah yang tertentu yang khusu. Sejarah kesenian, misalnya yang ditulis
tanpa mengingat tema umum budayanya, adalah sejarah kesenian, bukan sejarah kebudayaan.
Tantangan terbesar sejarawan justru pada penulisan sejarah kebudayaan kontemporer,sebab dengan
penulisan itu kita akan dapat melihat masa kini kita dengan jelas. Masa kini memang masih terjadi milik
banyak orang, tetapi sejarawanlah sebenarnya yang mempunyai posisi yang menguntungkan, sebab
sejarawan dapat melakukan refleksi kritis melintas waktu (masa lalu, masa kini, dan masa depan).

B. Konsep Budaya
Konsep struktur sosial merupakan konsep yang terus berlanjut sampai saat ini, meskipun secara
implisit merupakan sumber penjelasan sosiologi. Kita bahkan dapat mengartikan bahwa struktur sosial
merupakan dunia yang ganjil dalam suatu fenomena, yang dimana sepenuhnya bersifat bukan material
tetapi real, dimana sosiologi mendedikasikan prakteknya. Struktur sosial sebagai perangkat teoritis,
menanamkan dua konsep problematis ke dalam inti problematis ke dalam inti proyek sosiologi, yang
menjelaskan tentang keadaan masyarakat dalam 3masyarakat. Struktur organis maupun mekanis
berdifat intangible (bukan material), tetapi memiliki sifat sebab-akibat, semua penjelasan yang dibuat
dengan mengacu pada abstraksi-abstarksi.

Lalu apa hubungan antara struktur sosial dengan budaya? Adalah untuk menggambarkan
perbedaan yang jelas antara budaya dan struktur sosial.dan kemudian di diskripsikan dengan beragam
cara melalui teori yang mengartikulasikan hubungan keduanya. Tidak ada satu konsep budaya yang
secara tegas didefiniskan, banyak bentuk wacana budaya/peradaban yang dapat salng dioertukarkan.
Sama halnya dengan budaya, masyarakat, struktur sosial, ketiganya dapat digabungkan meskipun tidak
secara otomatis membingungkan, bahkan ide mengenai struuktur sosial sebagai teori budaya yang telah
menciptakan pembagian dua pembatas utama dalam sejarah pemikiran antropologi yang akan menjadi
pertimbangan saat ini. Dalam konsep budaya budaya dapat diartikan sebagai segala daya dan kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam, budaya adalah keseluruhan sikap dan pola perilaku serta
pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan dan dimiliki oleh suatu anggota
masyarakat tertentu.

Kebudayaan atau peradaban adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, akhlak , hukum, adat, dan banyak kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Konsep awal kebudayaan yang
bersumber dari studi tentang masyarakat-masyarakat primitive mengandung sisi praktis sebagai sumber
kekuatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi rangkaian gagasan-gagasan dan Tindakan-tindakan

3
E. Duekheim and M. Mauss, Primitive clasfication, London; routlage and kagen paul (1970)
R. firth, Element of social Organization, London Watts (1951)
modern. Kebudayaan dapat dicapai dari kebiasan-keiasan dalam bersosial, belajar dan sebagai hasil
belajar yang dibiasakan antar anggota suatu masyarakat.

C. Isu-Isu Strategis Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan


 Pengaruh Globalisasi

Globalisasi telah menjadi isu yang sangat actual bagi bangsa-bangsa di setiap penjuru dunia
karena konsekuensi-konsekuensi logis yang harus dihadapi baik dalam membangun kapasitas bangsa
yang bersangkutan maupun dalam konteks hubungan antar bangsa yang tidak mungkin di hindari dalam
era ini informasi budaya mengalir dengan deras tanpa mengenal batas-batas wilayah suatu negara.
Dampak dari hal tersebut di satu sisi sebagai peluag, dan disisi lain menciptakan kendala dalam
menghadapi era yang demikian yang tidak mungkin Kebudayaan Indonesia akan menutup diri,
bebas(steril) dari pengaruh kebudayaan asing.

 Ketahanan Budaya bangsa

Pemahaman masyarakat terutama generasi muda terkait keragaman budaya yang ada di
sebelumnya Indonesia masih sangat rendah. Karena kurangnya transformasi budaya dari generasi, juga
semangkin kurangnya rasa peduli dan bangga terhadap budaya yang dimiliki , hal lain rendahnya tingkat
pertumbuhan ekonomi masyarakat , juga menjadi factor penghambat bagi upaya pelestarian dan
pengembangan kebudayaan. Dalam hal itu sudah tentu masyarakat mempunyai kesempatan yang
sangat kecil untuk dapat melaksanakan dan mengapresiasikan budaya secara utuh.

 Pengelolaan Aset dan Pemahaman Keragaman Budaya

Nilai budaya yang bersumber pada kearifan local dari kebudayaan suku-suku bangsa di
Indonesia yang seharusnya dapat dijadikan pedoman hidup, kenyataannya masih belum berjalan dengan
baik dalam kehidupan masyarakat.

 Perlindungan Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Pada hakikatnya HAKi dalah yang memberikan perlindungan terhadap mereka yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru dan bernilai komersial serta perlindungan terhadap
warisan-warisan budaya baik ciptaan perorangan maupun kelompok masyarakat.Perlindungan bagi
folklor dan pengetahuan tradisonal telah menjadi isu yang mendesak bagi Indonesia, sehingga hal ini
disebabkan oleh perkembangan yang menguntungkan dari perdagangan internasional mengenai
warisan asli (tradisional) terlihat Sebagian terbesar keuntungan ekonomi yang di alihkan pada pihak-
pihak dan institusi bukan penduduk asli. Perlindungan hukum terhadap karya intelektual perorangan
maupun kelompok masyarakat masih jauh dari yang diharapkan , hal tersebut ditandai dengan masih
banyaknya pembajakan atas berbagai produk karya budaya.

 Koordinasi Bidang Kebudayaan

Hubungan Kelembagaan masih dalam mewujudkan koordinasi antara para pelaku kebudayaan
di rasakan masih belum optimal, sehingga upaya meningkatkan program kebudayaan yang lebih terpadu
dan terintegrasi menjadi pra syarat pembangunan kebudayaan tersebut, oleh karena itu kondisi
4
keterpaduan antar pihak kebudayaan perlu segera diperbaiki, hubungan antar asosiasi profesi perlu
ditingkatkan .

 Kerjasama Internasional
Ditengah-tengah dunia yang semakin terbuka tidak mungkin suatu kebudayaan mengisolasi diri
dari kemungkinan interaksi kebudayaan dari luar. Sehingga tidak ada pilihan selain terjun kedalam
kancah pergaulan bangsa dan interaksi kebudayaan lintas bangsa.dan saat ini hasil kesepakatan
Kerjasama pada umumnya lebih bernuansa politis.

D. Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam
disekitarnya dan dengan masyarakat dimana manusia itu menjadi warga. Dengan teknologi yang dimiliki
masyarakat maka manusia dapat menyesuaikan diri dengan alam, bagi suatu masyarakat maka
kebahagiaan itu seolah olah sudah dicapai sepenuhnya dalam kehidupan yang dialami, sehingga
masyarakat itu tidak berusaha untuk meningkatkannya masyarakat yang demikian itu menjadi tradisi
sionalistik atau static. Sebaliknya ada masyarakat lain yang keinginan akan kebahagiaan itu seolah-olah
tidak pernah dapat terpenuhi memperbaiki taraf hidupnya dan memperbaharui cara memenuhi
keperluan hdupnya untuk mendapatkan kebahagiaan pada taraf yang lebih tinggi, masyarakat yang
demikian itu bersikap terbuka terhadap hal-hal yang baruyang mungkin dapat memenuhi keinginannya
dengan memberikan kemantapan dan kepuasan yang lebih besar.

Perkembangan kesenian pada umumnya mengikuti proses perubahan yang terjadi dalam
kebudayaan suatu masyarakat , sebaliknya kesenian akan ikut bergerak dan berkembang apabila
kebudayaannya juga selalu bersikap terbuka terhadsp perubahan inovasi. Jika kita melihat pada
kebudayaan yang ada di Indonesia dan membandingkan sifatnya sebelum dan sesudah negara kita
mencapai kemerdekaan maka tampak jelas perubahan yang terjadii. Pada pokoknya unsur dalam
kebudayaan masyarakat Indonesia yang menonjol di jaman sebelum merdeka adalah feodalisme yang
ditopang dengan tradisional.

Kemerdekaan yang pada tahun 1945 direbut rakyat Indonesia dengan revolusi bersenjata
mengubah kebudayaan itu secara radikal. Feodalisme diubah menjadi demokrasi, tradisionalisme,
diubah menjadi progresivisme, sikap tertutup terhadap hubungan dengan masyarakat-masyarakat di
negara lain diubah menjadi sikap teranalisis kebudayaan. Pada kenyataannya proses perubahan itu
dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada sikap golongan didalam masyarakat yang
menerimanya.Proses perubahan itu dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung menerimannya.

Disamping itu tampak perbedaan pula dalam laju perubahan dari kebudayaan yang tradisinalistik
menjadi progresif pada umumnya generasi tua yang sudah banyak terikat pada sistem nilai dan norma
sosial yang mereka ikut Menyusun yang menghayati , dan juga masyarakat desa yang tidk banyak
mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dengan masyarakat lain, cenderung untuk
mempertahankan kebudayaan yang lama, terutama generasi muda terpelajar didalam masyarakat kota,
menunjukkan gejala lebih mudah menerima unsur-unsur kebudayaan yang lain daripada yang sudah
mereka alami. Pemerintahan republic Indonesia diusahakan dengan sadar agar diatas kebudayaan-

4
Kebudayaan (tahun I nomor2-1980/181) hal21-23
kebudayaan suku-suku bangsa terbentuk pula kebudayaan nasional yang diikuti dan dihayati oleh semua
warga negaranya.

E. Dinamika Kebudayaan
Kebudayaan sebagai sistem adaptasional yang diwakili oleh Marvin Harris (1967). Andrew P. Vayda
(1968) dan Leslie White (1930) serta Shalins (1961) yang mengemukakan 4 teoretis kebudayaan :

 Kebudayaan adalah sistem dari pola perilaku yang disalurkan secara sosial, yang berguna
untuk menghubungkan manusia dengan ekologis
 Perubahan kebudayaan pada dasarnya merupakan proses adaptasi dalam kaitannya dengan
proses perubahan ekologis
 Teknologi, kegiatan-kegiatan ekonomi dan organisasi sosial yang berhubungan langsung
dengan proses produksi, merupakan unsur-unsur kebudayaan yang paling adaptif, baik
disebabkan oleh factor eksternal maupun internal
 Komponen ideasional dari sistem kultural dapat memberikan pengaruh kepada perilaku
individu dalam mencari nafkah dan dalam memelihara ekosistem akan tetapi tidak
menentukan.

Dengan demikian kebudayaan merupakan suatu yang universal, yang berbeda adalah
perwujudannya sesuai dengan kebudayaan yang didukung oleh suatu masyarakat . Perbedaan-
perbedaan ini disebabkan karena adanya pengalaman yang berbeda pula pada setiap masyarakat,
kebudayaan bersifat dinamis bagaimanapun juga kebudayaan itu akan berubah hanya kecepatannya
sajayang berbeda.kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari pola kelakuan manusia, kebudayaan telah
ada lebh dahulu lahirnya suatu generasi tertentu, dan tidak akan mati (hilang) dengan habisnnya usia
generasi yang bersangkutan, kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah
lakunya, kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan dan kewajiban-kewajiban,Tindakan-
tindakan yang dilarang dan yang di perbolehkan.

Kebudayaan memiliki wujud; wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari, ide-ide,gagasan,
nilai, norma, peraturan, dan sebagainya. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas aktivitas
kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia. Wujud pertama adalah ideal dan sifatnya abstrak, tidak dapat diraba, wujud pertama ini
tersimpan didalam kepala manusia pendukung suatu budaya tertentu dan dapat diwujudkan dalam
perkataan. Wujud kedua sering juga disebut dengan sistem sosial, sitem sosial dalam kaitan ini terdiri
dari Aktivitas manusia baik antara manusia dengan indivdu, kelompok, maupun dengan lingk 5ungan
fisiknya.

Selanjutnya budaya dalam wujudnya secara structural paling tidak mengandung beberapa unsur;
isi, fungsi, etika, artistic. Kebudayaan dalam kajian tingkah lakupun memiliki sisi relatifitasnya ini artinya
tidak ada manusia pendukung satu kebudayaan yang benar-benar sempurna dan sebaliknya.

BAB III

5
Antropologi budaya (Dr. Achmad Hidir M.si)2009 hal 30-35
PENUTUP
Kesimpulan
Kebudayaan merupakan salah satu warisan budaya dari nenek moyang yang sampai sekarang
masih dilestarikan oleh masyarakat, jadi kita harus menjaga dan melestarikan Kembali budaya
budaya local tanpa harus membawa budaya budaya luar. Budaya terbentuk dari banyak unsur
termasuk sistem, agama dan politik, adat-istiadat, Bahasa, pakaian, bangunan, dan karya seni,
Bahasa, sebagaimana juga budaya.
Daftar Pustaka
Kuntowijoyo,buku metodologi sejarah Edisi kedua, Yogyakarta : Tiara Wacana, 2003
Chris Jenks,Jurnal Culture (konsep budaya), Universutas terbuka : Chris Jenks 2015
Daoed Joesoef Abdul Gafur, Analisis Kebudayaan, Jakarta : Depatemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1998
Kebijakan Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan, Kalimantan : Pengembangan Kebijakan
Nilai Budaya, 2004
Dr. Achmad Hidir, M.si, Antropologi Budaya Perspektif ekologi dan Perubahan Budaya,
Pekanbaru,Riau : Witra Irzani, 2009

Anda mungkin juga menyukai