Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH BUDAYA UNSUR SISTEM BAHASA

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Budaya dan Seni)

Dosen Pengampu:
Dr. Drs. Sugiyanto, M. Hum
Guruh Prasetyo, M.Pd

Disusun Oleh:

Hemi Fatmawati 210210302023


Galuh Oktavia Dwi Stiorini 210210302090

KELAS A3
PROGAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat


berserta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Sejarah Budaya Unsur Sistem Bahasa” ini sesuai dengan
jadwal yang ditentukan. Penulis membuat makalah ini untuk pemenuhan
tugas mata kuliah Sejarah Budaya dan Seni.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs.
Sugiyanto, M.Hum dan Bapak Guruh Prasetyo, M.Pd selaku penghimpun
mata kuliah yang telah berkenan memberikan tugas ini sehingga penulis bisa
menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang studi ini. Penulis sangat
menyadari bahwa makalah yang penulis tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun
dari pembaca makalah ini. Sehingga untuk kedepannya penulis dapat
memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada penulis dan para pembaca.

Jember, 21 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Definisi Unsur-unsur Kebudayaan ......................................................... 3
2.2 Pengertian Sistem Bahasa ....................................................................... 4
2.3 Bahasa Sebagai Sistem Simbol ................................................................ 6
2.4 Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan .................................................... 7
2.5 Perkembangan Bahasa Sebagai Sistem Kebudayaan ........................... 9
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 13
3.2 Saran......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Koentjaraningrat, (1974: 19) mendefinisikan kebudayaan sebuah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kata
belajar memberi pengertian bahwa tidak sedikit tindakan kehidupan manusia di
tengah-tengah masyarakat yang tidak dilakukan dengan belajar. Memang
“kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” adalah segala perbuatan yang harus
dilakukan oleh manusia dengan belajar.
Kebudayaan pada dasarnya merupakan keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Hal tersebut berarti menunjukan bahwa
hampir seluruh tindakan manusia adalah suatu “kebudayaan” karena hanya
sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu
dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa
refleks dan tindakan akibat proses fisiologi. (Koentjaraningrat, 2009:144).
Pengertian kebudayaan itu sendiri secara etimologi berasal dari bahasa
sansekerta: “buddayah”, yaitu bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti
“budi atau akal”, dalam konteks ini “ke-budaya-an” dapat diartikan sebagai
perbuatan atau hal-hal yang berlandaskan/berkaitan dengan akal budi. Ada
tokoh lain berpendapat bahwa kata budaya suatu perkembangan dari kata
majemuk budi-daya yang berarti “daya dari budi”. Oleh karena itu mereka
membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Maka “budaya” berarti daya dari
budi yang berupa: cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah antropologi budaya,
kata budaya di sini merupakan singkatan dari kata kebudayaan sehingga yang
benar mestinya ditulis antropologi kebudayaan. Kata kebudayaan dalam bahasa
Inggris disebut ”culture” berasal dari bahasa Latin: “colere” berarti mengolah
atau mengerjakan tanah dengan kata lain bertani. Jadi culture atau kebudayaan
secara sederhana berarti segala upaya serta tindakan manusia untuk mengolah
tanah dan merubah alam (Koentjaraningrat, 1985: 181-182).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Bahasa?
2. Untuk mengetahui lebih jelas apa yang dimaksud dengan Bahasa sebagai
sistem symbol?
3. Mengetahui mengenai Bahasa sebagai cermin kebudayaan?
4. Mengetahui lebih jelas mengenai perkembangan Bahasa sebagai unsur
kebudayaan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem Bahasa
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Bahasa sebagai sistem symbol
3. Untuk mengetahui penjelasan lengkap mengenai Bahasa sebagai cermin
kebudayaan
4. Untuk mengetahui penjelasan mengenai perkembangan sebagai unsur
kebudayaan
1.4 Manfaat
1. Makalah dapat dijadikan sebagai referensi dalam materi Sejarah Budaya
Unsur Sistem Bahasa.
2. Makalah dapat dijadikan pendidik sebagai referensi untuk memberikan
pengetahuan mengenai Sejarah Budaya Unsur Sistem Bahasa.
3. Makalah yang ditulis membantu penulis untuk meningkatkan kemampuan
menulis dan mencari sumber yang sesuai dengan topik yang ditulis.

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Unsur-unsur Kebudayaan


Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat
penting untuk memahami beberapa unsur kebudayaan manusia. Kluckhon
dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi
kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem
kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem
kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi
sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut
dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal
menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat
ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai
penjuru dunia.
Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan,
sistem organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem ekonomi
dan mata pencaharian hidup, sistem religi, serta kesenian. Dalam memahami
sebuah kebudayaan maka setiap unsur kebudayaan tersebut harus dibagi
menjadi tiga kategori wujud kebudayaan, yaitu sistem ide, aktivitas, dan artefak.
Misalnya, sistem ide di dalam sistem religi atau keyakinan hidup adalah konsep
mengenai Tuhan, dewa, roh halus, neraka, dan surga. Wujud kebudayaan
berupa aktivitas keagamaan adalah salat di masjid, misa di gereja, dan perayaan
galungan di candi. Wujud material atau fisik unsur religi terdiri atas alat-alat
suci bagi kegiatan keagamaan, seperti tasbih, rosario, kitab suci, dan pakaian
ibadah.
Kultural universal merupakan acuan bagi para antropolog dalam menyusun
laporan etnografi setelah kembali atau sebelum melakukan penelitian ke
lapangan. Ketika seorang antropolog hendak melakukan penelitian lapangan
maka ia akan mulai mendeskripsikan masyarakat yang diteliti melalui konsep
kultural universal tersebut. Oleh karena itu, deskripsi yang dihasilkan
merupakan gambaran lengkap mengenai kehidupan suatu masyarakat tertentu

3
di dalam sistem bahasa, agama, organisasi sosial, sistem pengetahuan teknologi,
ekonomi, dan keseniannya. Selanjutnya, perhatian para antropolog hanya
berpusat pada salah satu unsur budaya masyarakat yang diteliti disertai dengan
analisis yang komprehensif. Berikut ini akan diuraikan setiap unsur kultural
universal.

2.2 Pengertian Sistem Bahasa


Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam
ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi
linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi
budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan
secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat
bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang
penting dalam analisa kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia
secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang
ciri-ciri terpenting dari Bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang
bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari
bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya
dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga
dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah
penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi
sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa lambang
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Pengertian bahasa itu meliputi
dua bidang. Pertama, bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna
yang tersirat dalam arus bunyi itu sendiri. Bunyi itu merupakan getaran yang
merangsang alat pendengaran kita. Kedua, arti atau makna, yaitu isi yang
terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi terhadap

4
hal yang kita dengar. Untuk selanjutnya, arus bunyi itu disebut dengan arus
ujaran (Ritonga, 1:2012) Setiap bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia
belum bisa dikatakan bahasa bila tidak terkandung makna di dalamnya.
Apakah setiap arus ujaran mengandung makna atau tidak, haruslah dilihat dari
konvensi suatu kelompok masyarakat tertentu.
Setiap kelompok masyarakat bahasa, baik kecil maupun besar, secara
konvensional telah sepakat bahwa setiap sruktur bunyi ujaran tertentu akan
mempunyai arti tertentu pula. Dengan demikian, terhimpunlah bermacam-
macam susunan bunyi yang satu berbeda dengan yang lain, yang masing-
masing mengandung suatu maksud tertentu di dalam suatu masyarakat
bahasa. Kesatuan-kesatuan arus ujaran tadi, yang mengandung suatu makna
tertentu, bersama-sama membentuk perbendaharaan kata dari suatu
masyarakat bahasa. Perbendaharaan kata baru akan mendapat fungsinya bila
telah ditempatkan dalam suatu arus ujaran untuk mengadakan interelasi
antaranggota masyarakat. Penyusunan kata-kata itu pun harus mengikuti
suatu kaidah tertentu, diiringi suatu gelombang ujaran yang keras-lembut,
tinggi-rendah, dan sebagainya.
Bila semuanya telah mencapai taraf yang demikian, maka kita sudah boleh
berbicara tentang bahasa secara umum, yaitu bahasa yang berfungsi sebagai
alat komunikasi antaranggota masyarakat. Bila fungsi bahasa secara umum
itu dirinci, maka dapat dikatakan bahwa bahasa mempunyai fungsi untuk:

a. Tujuan praktis, yaitu untuk mengadakan antarhubungan (interaksi)


dalam pergaulan sehari-hari.
b. Tujuan artistik, yaitu kegiatan manusia mengolah dan mengungkapkan
bahasa itu dengan seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis.
c. Menjadi kunci mempelajari pengetahuan-pengetahuan lain
d. Tujuan filologis, yaitu mempelajari naskah-naskah tua untuk
menyelidiki latar belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan, dan
adat istiadat, serta perkembangan bahasa itu sendiri.

5
Perincian fungsi-fungsi bahasa telah disebutkan di atas merupakan
fungsi yang umum dalam setiap bahasa. Namun, bahasa dapat
mengkhususkan fungsinya sesuai dengan kepentingan Nasional dari suatu
bangsa. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa. Nasional Republik Indonesia
mempunyai fungsi yang khusus sesuai dengan kepentingan bahasa
Indonesia, yaitu:

a. Sebagai bahasa resmi, maksudnya bahasa Indonesia merupakan alat


untuk menjalankan administrasi negara. Fungsi itu jelas tampak dalam
surat menyurat resmi, perauran-peraturan, undang-undang, pidato, dan
pertemuan-pertemuan resmi.
b. Sebagai bahasa persatuan, maksudnya bahasa Indonesia memrupakan
alat untuk mempersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku yang masing-masing memiliki bahasa dan
dialeknya sendiri. Maka, dalam mengintegrasikan semua suku tersebut,
bahasa Indonesia memainkan peranan yang penting.
c. Sebagai bahasa kebudayaan, maksudnya bahwa dalam pembinaan
kebudayaan Nasional, bahasa Indonesia berperan sebagai wadah
penampung kebudayaan. Segala ilmu pengetahuan dan kebudayaan
harus diajarkan dan diperdalam dengan menggunakan bahasa Indonesia
sebagai alat pengantarnya

Bahasa dapat dikaji dari dua aspek, yaitu hakikatnya dan fungsinya.
Aspek pertama yaitu hakikat bahasa. Hakikat bahasa dapat dikaji oleh ahli-
ahli linguistik. Secara garis besar, bahasa adalah suatu sitem perisyaratan
(semiotik) yang terdiri dari unsur-unsur isyarat dan hubungan antara unsur-
unsur itu. Aspek kedua dari pengkajian bahasa ialah fungsinya. Fungsi
bahasa yang paling mendasar ialah untuk komunikasi, yaitu alat pergaulan
dan perhubungan sesama manusia. Komunikasilah yang memungkinkan
terjadinya suatu sistem sosial atau masyarakat. Tanpa komunikasi tidak ada
masyarakat. Masyarakat atau sistem sosial manusia bergantung pada

6
komunikasi kebahasaan. Tanpa bahasa, tidak ada sistem kemasyarakatan
manusia. Berikut ini adalah pengertian beberapa bahasa menurut beberapa
ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV (2014:116),
dituliskan bahwa:
1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang
digunakan oleh anggota satu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun.
2.3 Bahasa Sebagai Sistem Simbol
Dalam proses komunikasi, ada sistem atau lambang yang disepakati
bersama oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Sistem tanda atau lambang
yang disepakati bersama oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Sistem tanda
atau lambang tersebut mempunyai nilai dan acuan yang sama bagi yang
berperan serta dalam berkomunikasi. Bahasa sebagai sistem simbol untuk
berkomunikasi akan benar-benar berfungsi apabila pikiran, gagasan, konsep
yang diacu atau diungkapkan lewat kesatuan dan hubungan yang bervariasi
dari sistem simbol itu dimiliki bersama oleh penutur dan penanggap tutur.
Bahasa itu sendiri sebagai sistem yang kita warisi atau peroleh dari
kebudayaan atau masyarakat tempat kita tumbuh.
Setiap kelompok sosial mempunyai ciri yang lain khusus (characteristics);
walaupun satu sama lain ada kode linguistik yang bersamaan (common
linguistic code). Setiap anggota masyarakat mempunyai kebersamaan dalam
perangkat-perangkat budaya. Masyarakat (ujaran) diikat kebersamaan dalam
sejarahnya sendiri dan menyepakati sistem nilai budaya mereka. Mereka tidak
hanya mengetahui cara yang baik dan salah dalam melakukan sesuatu, seperti
berpakaian, makan, minum, dan bagaimana mendidik anak-anak mereka,
tetapi mereka pun mempunyai cara yang khusus dalam melakukan itu semua.
Mereka juga mempunyai cara tersendiri dalam mengomunikasikan semua itu
dengan perantaraan bahasa.
Bahasa ini berbeda dengan dialek. Bahasa diacukan kepada satu Masyarakat
yang ciri lainnya adalah bahwa anggota masyarakat itu menyebut bahasa yang

7
mereka pakai dengan satu nama yang sama sedangkan dialek adalah bahasa
dari kelompok sosial yang bisa diidentifikasikan secara tersendiri. Misalnya
orang Sunda Cianjur berdialek Cianjur, orang Sunda Garut berdialeg Garut.
Namun, mereka sepakat untuk menyebut kedua dialek tersebut sebagai bahasa
Sunda.
Bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat terdiri atas dua
bagian besar, yaitu, bentuk (arus ujaran) dan makna (isi). Bentuk bahasa
adalah bagian dari bahasa yang dapat diserap oleh pancaindra dengan
mendengar atau membaca. Selanjutnya, bentuk bahasa itu dibagi atas dua
bagian, yaitu unsur-unsur segmental dan unsur-unsur suprasegmental. Unsur-
unsur segmental adalah segmen-segmen yang lebih kecil, sedangkan unsur-
unsur suprasegmental adalah bagian-bagian dari bentuk bahasa yang
kehadirannya tergantung dari unsur-unsur segmental (Keraf, 1991:16).

2.4 Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan


Bahasa bukan saja merupakan sarana yang ada dalam diri manusia yang
dikaji sepihak oleh para ahli bahasa, melainkan bahasa juga alat komunikasi
antar persona. Komunikasi selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya
terkandung makna. Dari sudut pandang wacana, makna tidak pernah bersifat
absolut; selalu ditentukan oleh berbagai konteks yang selalu mengacu kepada
tanda-tanda yang terdapat dalam kehidupan manusia yang di dalamnya ada
budaya. Oleh karena itu, bahasa tidak pernah lepas dari konteks budaya dan
keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.
Dalam analisis semantik, Chaer (2003:51) mengatakan bahwa bahasa itu
bersifat unik dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan budaya
masyarakat pemakainya. Maka analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk
bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain.
Umpamanya, kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk kepada jenis
binatang yang hidup dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dalam bahasa
Inggris sepadan dengan fish; dalam bahasa Banjar disebut iwak. Tetapi kata
iwak dalam bahasa Jawa bukan hanya berarti ikan atau fish, melainkan juga

8
berarti daging yang digunakan juga sebagai lauk (teman pemakan nasi).
Malah semua lauk, seperti tahu dan tempe sering juga disebut iwak.
Dalam interaksi sosial, kita tidak jarang menemukan bahwa apa yang kita
ucapkan atau kita sampaikan kepada lawan bicara tidak bisa dipahami dengan
baik. Kegagalan memahami pesan ini disebabkan beberapa faktor, antara lain:
beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, faktor
budaya juga berhubungan dengan bahasa. Kata “kamu” dan “kau” misalnya,
diucapkan berbeda dalam konteks budaya berbeda.
Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial sangat
tergantung pada budaya tempat bahasa itu digunakan. Ini sejalan dengan apa
yang dikemukan oleh Sumarjan & Partana (2002: 20) bahwa bahasa sering
dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau
budaya tertentu, bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan
perilaku masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang
diciptakan oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Bahasa sebagai hasil budaya
atau kultur mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Semua ini karena bahasa itu adalah produk
budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa
yang bersangkutan. Dalam budaya masyarakat Inggris yang tidak mengenal
nasi sebagai makanan pokok, hanya ada kata rice untuk menyatakan nasi,
beras, gabah, dan padi. Oleh karena itu, kata rice pada konteks tertentu berarti
nasi, pada konteks lain berarti gabah, dan pada konteks lain lagi berarti beras
atau padi. Lalu, karena makan nasi bukan merupakan budaya Inggris, maka
dalam bahasa Inggris dan juga bahasa lain yang masyarakatnya tidak
berbudaya makan nasi, tidak ada kata yang mengatakan lauk atau iwak
(bahasa Jawa).

2.5 Perkembangan Bahasa Sebagai Unsur Kebudayaan

9
Bahasa merupakan suatu unsur kebudayaan. Bahasa juga merupakan hasil
budaya masyarakat yang kompleks dan aktif meskipun proses perubahannya
mengalami dinamika yang terbilang lamban. Bahasa dikatakan kompleks
karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua hal
yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Mengutip dari pendapat
Koentjaraningrat dalam bukunya Sosiolinguistik (1985), bahasa merupakan
bagian dari kebudayaan, yang artinya disini adalah kedudukan bahasa berada
pada posisi subordinat dibawah kebudayaan, tetapi keduanya sangatlah
berkaitan satu sama lain.
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian dari sistem
kebudayaan bahkan dari bagian inti dari kebudayaan itu sendiri. Bahasa pun
terlibat dalam seluruh aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara
mempunyai nama atau istilah dari unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan
itu. Yang terpenting adalah kebudayaan manusia tidak akan mungkin terjadi
tanpa adanya bahasa, karena bahasalah faktor yang menentukan terbentuknya
kebudayaan. Kebudayaan dan bahasa merupakan dua hal yang saling
berkaitan erat. Untuk mempelajari suatu kebudayaan kelompok masyarakat,
seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Bahasa
sebagai hasil budaya atau kultur mengandung nilai-nilai masyarakat
penuturnya.
Faktanya bahasa selalu berkembang sesuai dengan perkembangan
kebudayaan. Meskipun perkembangannya sendiri mempunyai dinamika yang
tidak terlalu cepat sebab masih ada pokok-pokok bahasa tertentu yang tetap
dipertahankan. Bahasa menjadi pembeda antara suku bangsa satu dengan
yang lain. Ditengah masyarakat bahasa dapat dipahami sebagai alat
komunikasi antara manusia satu dengan manusia lainnya. Bahasa juga dapat
menentukan strata sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, dan peran seseorang
ditengah masyarakat. Bahasa sendiri berkaitan dengan kebudayaan
masyarakat jawa dikenal dengan tingkatannya masing-masing. Misalnya saja
pada budaya masyarakat kelas atas mereka menggunakan bahasa krama.

10
Sebaliknya pada kalangan masyarakat bawah mereka cenderung
berkomunikasi dengan bahasa ngoko.
Hal ini menandakan bahwa kelas atau kedudukan seseorang dalam
masyarakat menentukan jenis bahasa apa yang sebaiknya mereka pakai.
Dalam bidang pendidikan sangat terlihat jelas bahwa bahasa yang dituturkan
oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka bahasa yang digunakan akan lebih berbudi.
Disisi lain, bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang tidak
berpendidikan tentunya akan sangat kontras dengan orang yang
berpendidikan. Dari segi ini pun dapat terlihat bahwasanya bahasa dan
kebudayaan serta tradisi sekitar sangatlah mempengaruhi penggunaan.
Seiring denga perkembangan teknologi, bahasa pun juga mengalami
perkembangan. Contoh sederhana saja dapat kita ambil dari kehidupan sehari-
hari. Sebelum manusia mengenal handphone, untuk menyampaikan informasi
masyarakat menggunakan jasa surat. Bahasa yag digunakan pun sangat santun
dan berbudaya, budaya surat-menyurat telah mengantarkan pelaku budaya
untuk berbahasa santun.
Seiring perkembangan zaman, surat-menyurat digantikan oleh handphone.
Dari handphone ini manusia dituntut untuk menggunakan bahasa yang serba
instan, budaya kesantunan pun perlahan mengalami kepudaran dan diabaikan.
Contoh lain adalah penggunaan bahasa gaul yang berkembang pesat sejalan
dengan arus kebudayaan kebarat-baratan dan kekorea-koreaan yang akhir-
akhir ini menjadi trend dikalangan kaum muda.

11
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda namun
mempunyai hubungan yang sangat erat sehingga tidak dapat dipisahkan.
Bahasa sangat dipengaruhi kebudayaan sehingga segala hal yang ada dalam
kebudayaan akan tercermin di dalam bahasa. Bahasa sangat dipengaruhi cara
berpikir manusia atau masyarakat penuturnya. Bahasa merupakan bagian dari
kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan
hubungan yang sederajat atau yang kedudukannya sama tinggi, yang melekat
pada manusia. Kalau kebudayaan adalah sistem yang mengatur interaksi
manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah sistem yang berfungsi
sebagai sarana berlangsungnya interaksi tersebut.
Bahasa adalah alat komunikasi utama, dan dengan bahasa manusia dapat
mengungkapkan pikiran dan perasan kepada orang lain. Bahasa
mmemungkinkan untuk membangun kebudayaan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan dengan demikian meningkatkan mutu kehidupanya. Dapat
dikatakan bahwa bahasa dapat memberikan manusia identitasnya, untuk
menentukan posisinya di dalam dunia dan membentuk pandanganya tentang
dunianya sehingga bahasa sebagai aspek kebudayaan, bahasa dan aspek- aspek
lain dari kebudayaan, bahasa sebagai
Bahasa adalah sarana dalam diri manusia yang dikaji sepihak oleh para ahli
bahasa, melainkan bahasa juga alat komunikasi antar personal. Komunikasi
selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya terkandung makna. Bahasa
tidak pernah lepas dari konteks budaya dan keberadaannya selalu dibayangi
oleh budaya. Dalam analisis semantik, bahasa bersifat unik dan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya. Bahasa
sering dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Bahasa sebagai hasil budaya
atau kultur mengandung nilai-nilai masyarakat penuturnya. Bahasa sering
dianggap sebagai produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan
dari masyarakat bahasa yang bersangkutan.

12
Antropologi mempelajari bahasa sebagai alat perkembangan manusia,
memahami fenomena sosial secara simbolis dan mempengaruhi generasi.
Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang dibentuk oleh budaya manusia dan
dapat dibagi menjadi dua aspek: linguistik dan budaya. Bahasa merupakan
simbol yang berfungsi ketika pikiran, persepsi, dan hubungan dipertukarkan
antar individu. Ini juga merupakan produk budaya dan sarana komunikasi antar
manusia. Bahasa adalah aspek budaya yang kompleks dan aktif, mempengaruhi
strata sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, dan hubungan pribadi. Hal ini juga
dipengaruhi oleh teknologi dan perkembangan teknologi sehingga menjadi
bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Saran dari penulis mungkin ini Cuma bahasan dasar tentang Sejarah Budaya
Unsur Sistem Bahasa saja tidak dibahas secara ekplisit karena bahasannya akan
lebih panjang jika ada kritik saran dan lain lain bisa pembaca kritisi secara
mendalam apa yang kurang dan yang kami tuangkan dalam tulisan ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

.
Demartoto, A. PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU
SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA.
Sulasman & Setya Gumilar. (2013). Teori-Teori Kebudayaan. Bandung:
Pustaka Setya.
Devianty, R. (2017). Bahasa sebagai cermin kebudayaan. Jurnal
tarbiyah, 24(2).
Mabrur, M., & Hasan, N. BAHASA CERMIN KEBUDAYAAN,
PEMERSATU PERBEDAAN.
Chairunnisa, C. (2018). Bahasa dan kebudayaan. Unes Journal of
Education Scienties, 2(1), 48-61.
Haerussaleh, H. (2017). SAPE SONOK DI KABUPATEN SUMENEP:
NILAI TRADISI DAN TRANSENDEN (PENDEKATAN
SOSIOLOGI SASTRA). Jurnal Ilmiah FONEMA: Jurnal Edukasi
Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(1).
Umurohmi, U., & Purwanti, E. (2022). Pengembangan Budaya Membaca
Anak Melalui Media Pembelajaran Pop Up Book: Indonesia. Al-
Ibda: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(1), 19-25.

14

Anda mungkin juga menyukai