Anda di halaman 1dari 17

ANTROPOLOGI KESEHATAN

“ ANTROPOLOGI DALAM LINGKUP BUDAYA”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. AGITHA LESTARI (BUAT PPT)


2. BERLIAN PARNA ANANDA (BUAT MAKALAH)
3. DANI AFRILA (PRESENTAS)
4. LUQMAN NAUFAL (PRESENTASI)
5. NUR ADHAWIA. G (PRESENTASI)
6. PUTRI (CARI MATERI)
7. SYINTHIA DEWI (CARI MATERI)
8. SULTHAN WIRA DUTA PABICARA SULIA (PRINT)

AKADEMIK KEPERAWATAN MAPPA OUDANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

MAKASSAR

T.A 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“ANTROPOLOGI DALAM LINGKUP KEBUDAYAAN “. Shalawat dan
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.,
beserta keluarga dan sahabat beliau.

Makalah ini diajukan kepada Pembimbing Akper maoppaodang Makassar,


untuk memenuhi tugas terstruktur tersebut. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan, saran, dukungan dan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, maka
akan sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih terdapat banyak


kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
kekurangan dan keterbatasan yang penulis miliki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan. Dan akhirnya semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan seluruh pihak yang konsern dalam pendidikan
keperawatan.

Makassar, 28 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian......................................................................................................3
B. Sejarah Perkembangan Antropologi dalam Budaya.....................................4
C. Ruang Lingkup Antropologi Budaya............................................................6
D. Karakteristik Antropologi Kebudayaan........................................................7
E. Substansi Kebudayaan.................................................................................7
F. Unsur-unsur Kebudayaan............................................................................11
BAB III PENUTUP..............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Sebenarnya tanpa disadari, apa yang kita lihat dan kita lakukan
sehari-hari, tidak lepas dari yang namanya kebudayaan. Setiap kota, setiap
negara pasti memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dan kebudayaan itu
sendiri mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku. Semuanya itu
timbul karena adanya interaksi kita dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat
komunikatif. Kebudayaan mencakup sebuah pengetahuan, yaitu apapun yang
kita pelajari atau informasi-informasi yang kita dapatkan dapat diperoleh dari
sebuah kubudayaa. Adalagi sebuah kepercayaan, serta kebiasaan manusia
sebagai warga masyarakat.
Perubahan kebudayaan pada masyarakat biasanya ada yang di sebabkan
oleh masyarakat itu sendiri, atau pun berasal dari masyarakat pendatang.
Biasanya penyebab perubahan yang di lakukan oleh masyarakat itu sendiri
terjadi akibat adanya kelahiran, juga hal-hal baru serta media yang mereka
lihat biasanya akan menimbulkan pengaruh positif juga negatif bagi
masyarakat itu sendiri. Begitu juga sebaliknya dengan penyebab perubahan
budaya yang di akbatkan dengan adanya ke datangan masyarakat dari luar
yang biasanya terjadi karena adanya bencana alam, transmigrasi maupun 
lainnya. Mereka biasanya hanya mampu meninggalkan tempat di mana
mereka tinggal dulu, tetapi sulit bagi mereka meninggalkan budaya yang
sudah ada dan menggantikannya dengan yang baru. Contohnya, perubahan
yang di lakukan masyarakat atau penduduk yang datang dari desa kekotaatau
sebaliknya. Masyarakat dari desa biasanya hanya meniru atau mengikuti
budaya yang di lakukan masyarakat darikotatanpa memikirkan sisi positif dan
negatifnya, mereka hanya berfikir bahwa budayakotaitu lebih maju dan harus
mereka jadikan contoh, akibatnya mereka terkadang terjebak akan hal-hal
negatif baru yang mereka tidak ketahui sebelumnya. Begitu pula sebaliknya,
penduduk kota yang merasa lebih moderen dan pintar akan tekhnologi
biasanya cenderung pamer dengan budaya yang mereka biasa lakukan tanpa

1
berfikir dampak positif atau negatif bagi penduduk desa, akibatnya tidak
sedikit dari masyarakat desa justru menirukan hal-hal buruk saja, tapi banyak
juga hal baik yang mereka contoh. Hal ini lah yang terkadang dapat
menimbulkan konflik pada masyarakat luas karna adanya perbedaan
pandangan kebudayaan. Akan tetapi, seiring dengan perubahan zaman yang
semakin maju perbedaan pandangan tentang kebudayaan ini mulai surut. Hal
ini di sebabkan karena mereka ingin budaya yang mereka miliki dapat di
satukan nantinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin diajukan penulis pada makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian Antropologi ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Antropologi ?
3. Bagaimana ruang lingkup dan karakteristik antropologi kebudayaan ?
4. Apa saja substansi kebudayaan ?
5. Apa saja unsur-unsur kebudayaan ?

C. Tujuan
Tujuan dan maksud dari pembuatan makalah ini, adalah kami bermaksud
membahas dan berbagi pengetahuan tentang “Antropologi dalam lingkup
budaya” seperti yang tertera pada rumusan masalah di atas. Kami bertujuan &
berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi dan berguna bagi para
pembaca

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Antropologi berasal dari kata Latin; anthropos yang berarti manusia dan
logos atau akal. Dengan begitu, athropology dapat diartikan sebagai suatu
ilmu yang berusaha mencapai pengerti an tentang makhluk manusia dengan
mempelajan aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta
kebudayaannya.
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia
sebagai makhluk masyarakat. Perhatian ilmu pengetahuan ini ditujukan pada
sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi, dan nilai-nilai yang membuat
pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lain nya.
Memang terdapat banyak imu yang membahas tentang manusia, seperti
biologi, anatomi, psikologi, dan sebagainya. Namun, antropologi secara lebih
khusus mengkaji manusia dari sudut keanekawarnaannya, yaitu aneka warna
fisik (ragawi/tubuh) dan tingkah laku serta cara berpikirnya Antropologi
bahkan melihat persoalan manusia biologi dan manusia se bagai makhluk
sosial tidak secara terpisah, tetapi secara keseluruhan (holistik dan integral).
Perkembangan ilmu antropologi fisik akhir-akhir ini menuju ke arah antro
pologi genetika. Para ahli antropologi genetika khususnya kaum applied
physical anthropologists yang memusatkan perhatian pada pengukuran
manusia secara anatomis fisiologis untuk menentukan, misalnya, standar
tentang pakaian, alat senjata untuk militer, tempat duduk pada alat trans
portasi, dan sebagainya.
Antropologi budaya yang merupakan cabang dari antropologi
menyelidiki kebudayaan pada umumnya dan berbagai kebudayaan pada
bangsa di muka bumi, menyelidiki bagaimana manusia mampu
berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman.
Telaahnya menyang kut bagaimana manusia dengan akal dan struktur fisiknya
yang unik ber hasil mengubah lingkungan yang bukan ditentukan oleh pola

3
naluriahnya semata-mata, melainkan juga pengalaman dan pengajaran dalam
arti yang seluas-luasnya. Sebagian terbesar kajiannya dilakukan secara
perbanding an dengan cara pengamatan, penulisan, dan pemahaman
kebudayaan dalam masyarakat manusia termasuk di dalamnya perilaku
hukum.
Konsepsi pengkajian budaya ini memberikan gambaran bahwa kebudaya
an itu adalah suatu hal yang sangat esensial pada dirinya, berbeda dengan
makhluk lain meskipun manusia juga memiliki ketidaksempurnaan dan
keterbatasan. Hal ini senada dengan ungkapan Clyde Kluckhohn (1949)
bahwa:
"Antropologi mengangkat cermin besar bagi manusia dan membiarkannya
melihat dirinya dalam keragamannya yang tak terbatas.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi dalam Budaya

Salah satu pengertian pertama tentang pengertian istilah "kebudayaan"


berdasarkan antropologi adalah oleh Sir Edward Burnett Tylor, antropolog
asal Inggris dalam halaman pertama bukunya yang terbit tahun 1897:
"Kebudayaan, atau peradaban, diambil dalam artinya yang luas dan etnografis,
adalah keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, kesusilaan, hukum, adat-istiadat dan kemampuan dan
kebiasaan lain mana pun yang didapati manusia sebagai anggota masyarakat.
 Istilah "peradaban" di kemudian hari diganti definisiiya oleh V. Gordon
[2]

Childe, di mana "kebudayaan" menjadi istilah perangkum dan "peradaban"


menjadi satu jenis khusus kebudayaan.
Wawasan antropologis tentang "kebudayaan" antara lain mencerminkan
reaksi terhadap wacana sebelumnya di dunia Barat, yang berdasarkan pada
perlawanan antara "budaya" dan "alam", di mana sejumlah manusia dianggap
masih hidup dalam "keadaan alamiah". Para antropolog menyatakan bahwa
kebudayaan justru merupakan "alam manusia" dan semua manusia memiliki
kemampuan untuk menyusun pengalaman, menterjemahkan penyusunan ini

4
secara simbolis berkat kemampuan berbicara dan mengajarkan paham tersebut
ke manusia lainnya.
Karena manusia mendapati kebudayaan melalui proses
belajar enculturation dan sosialisasi, orang yang tinggal di tempat yang
berbeda atau keadaan yang berbeda, akan mengembangkan kebudayaan yang
berbeda. Para antropolog juga mengemukakan bahwa melalui kebudayaan,
orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara non-genetik,
sehingga orang yang tinggal di lingkungan yang berbeda sering akan memiliki
kebudayaan yang berbeda. Teori antropologi terutama berasal dari kesadaran
dan minat akan perselisihan antara segi lokal (kebudayaan tertentu) dan global
(kemanusiaan secara umum, atau jaringan hubungan antara orang di tempat
atau keadaan yang berbeda).
Perkembangan antropologi budaya terjadi dalam konteks akhir abad ke-
19, saat pertanyaan tentang kebudayaan manakah yang "primitif" dan yang
mana yang "beradab", tidak hanya ada dalam benak Marx dan Freud tetapi
juga banyak orang lainnya. Kolonialisme dan prosesnya semakin sering
membuat pemikir asal Eropa berhubungan, secara langsung atau tidak
langsung, dengan bangsa lain yang "primitif". Keadaan yang berbeda antara
berbagai kelompok manusia, yang sebagian memiliki teknologi modern dan
maju seperti mesin dan telegraf, sedangkan sebagian lain tidak memiliki apa-
apa kecuali komunikasi tatap muka dan masih hidup dengan gaya Paleoliti,
menarik perhatian angkatan pertama antropolog budaya.
Sejajar dengan perkembangan antropologi budaya di Amerika Serikat,
di Inggris antropologi sosial, di mana "kesosialan" merupakan paham inti yang
berpusat pada penelitian mengenai kedudukan dan peranan sosial, kelompok,
lembaga dan hubungan antaranya, berkembang sebagai disiplin akademis.
Suatu istilah perangkum, yaitu antropologi sosial-budaya, mengacu baik ke
antropologi budaya maupun sosial.

5
C. Ruang Lingkup Antropologi Budaya
Ruang lingkup antropologi sosial budaya lebih fokus pada kebudayaan
manusia dan cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Haviland, ruang
lingkup antropologi sosial budaya ini terbagi menjadi 3 bagian, yakni
arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi.
Menurut Burke, ruang lingkup antropologi budaya juga merupakan
studi tentang praktik-praktik sosial, bentuk-bentuk ekspresif dan penggunaan
bahasa. 
Antropologi budaya juga sering dikaitkan dengan tradisi riset dan
penulisan antropologi di Amerika. Pada abad ke-20, Franz Boas,
mengajukan hasil tinjauannya terhadap asumsi-asumsi antropologi
evolusioner serta implikasi yang cenderung bersifat rasial. 
Sementara itu, antropologi sosial adalah studi yang mempelajari tentang
hubungan antara manusia perorangan dan kelompok. Antropologi budaya
merupakan  studi komparasi mengenai cara orang-orang memahami dunia di
sekitar mereka dengan metode yang berbeda-beda. 
Ruang lingkup antropologi sosial juga berkaitan erat dengan sosiologi
dan sejarah yang bertujuan mencari pemahaman struktur sosial dari suatu
kelompok sosial yang berbeda, seperti subkultur, etnik, dan kelompok
minoritas. 
Namun, antropologi budaya lebih berkaitan dengan  filsafat, literatur
atau sastra, dan seni tentang cara suatu kebudayaan mempengaruhi
pengalaman seseorang dan kelompok, memberikan kontribusi untuk
pemahaman yang lebih lengkap terhadap pengetahuan, adat istiadat, dan
pranata masyarakat.

D. Karakteristik Antropologi Kebudayaan


Mujianto, dkk (2010), mengemukakan contoh nyata orientasi nilai
budaya dalam beberapa karakteristik kebudayaan berdasarkan negara tertentu
di dunia, seperti Asia yang terdapat bermacam-macam kebudayaan berbeda
antara satu sama lain. kemudian di Asia Timur banyak dipengaruhi oleh

6
agama Budha Taosime. Selain itu norma nilai agama Islam turut memengaruhi
kebudayaan di wilayah Asia Selatan. Tenggara.

Selain Asia terdapat pula di negara Australia yang mayoritas budayanya


berakar dari kebudayaan Eropa Amerika. Kebudayaan Eropa Amerika tersebut
dikembangkan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia, serta
disintegrasi dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia (Aborigin).
yang terakhir yaitu Eropa atau dikenal dengan kebudayaan barat karena
banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara yang pernah dijajah juga
oleh kebudayaan Yunani Kuna, agama Kristen Romawi Kuna.

E. Substansi Kebudayaan
1. Nilai
Nilai adalah suatu hal yang dianggap bernilai atau berharga yang
dianggap penting dalam suatu masyarakat yang dibuat untuk menjadi
pedoman hidup sehari-hari. Nilai tersebut bersifat mengikat setiap individu
dalam suatu kelompok. Sekaligus menjadi watak dasar atau karakter
kepribadian bersama.

Prof. Notonegoro mengklasifikasikan nilai menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Nilai Material
Nilai material merupakan nilai yang terkandung dalam suatu benda
karena memiliki kegunaan sebagai bahan pembuatan barang tertentu,
seperti pasir, batu, tembaga, emas, batu bara, dan sebagainya.
b. Nilai Vital
Nilai vital adalah nilai yang terkandung di dalam suatu benda
sebagai akibat dari kegunaan atau fungsi yang ditimbulkan dari benda
yang bersangkutan. Misalnya: gergaji memiliki nilai untuk memotong
kayu, kapak memiliki nilai untuk membelah kayu, kendaraan memiliki
nilai sebagai alat transportasi, kalkulator memiliki nilai sebagai mesin
hitung, dan sebagainya.
c. Nilai Spiritual

7
Nilai spiritual adalah nilai yang terkandung di dalam jiwa manusia.
Nilai spiritual ini bersifat abstrak yang meliputi nilai religius,
nilaiestetika, dan nilai moral. Nilai religius merupakan nilai-nilai
kebenaran yang terkandung di dalam suatu ajaran agama atau
kepercayaan tertentu. Nilai estetika merupakan nilai keindahan yang
terdapat dalam suatu benda. Sedangkan nilai moral merupakan nilai
mengenai baik buruknya perilaku manusia.
Sesuatu dikatakan bernilai apabila berguna dan berharga (nilai
kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etis), religius
(nilai agama). Menurut C. Kluchon, yang menentukan orientasi nilai
budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal,
yaitu :
a) Hakikat hidup amnesia
b) Hakikat rakyat amnesia
c) Hakikat waktu amnesia
d) Hakikat alam amnesia
e) Hakikat hubungan antar manusia.
2. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kemampuan khas yang dimiliki manusia
yang diperoleh dari lingkungannya untuk mencipta, mempertahankan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan bersama melalui proses belajar.
Pengetahuan dapat pula didefinisikan sebagai hipotesa yang telah teruji
kebenarannya.

Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial


merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha
memahami:

a. Alam Sekitar
b. Alam flora di daerah tempat tinggal
c. Alam fauna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat bahan mentah dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh amnesia
f. Sifat-sifat dan tingkah laku sesama amnesia

8
g. Ruang dan waktu.

Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan


tiga cara, yaitu

a. Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial. Pengetahuan melalui


pengelaman langsung ini akan membentuk kerangka fikir individu
untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan
pedomannya.
b. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan
formal/resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan non-formal (tidak
resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran dan ceramah
c. Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut
sebagai komunikasi simbolik.
3. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah suatu prinsip dan pedoman yang dijadikan
acuan atau pegangan hidup individu, kelompok atau suatu bangsa.
Pandangan hidup memang menjadi suatu hal yang abstrak. Akan tetapi,
keberadaannya sangat berpengaruh terhadap individu, kelompok, atau
suatu bangsa. Dalam diri manusia pandangan hidup sangat berpengaruh
pada persepsi, sikap, dan perilaku seseorang.
Dalam suatu bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia), Pancasila
dianggap sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya Pancasila
telah tumbuh dan berkembang pada masyarakat Indonesia sehingga
menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terkandung
konsep nilai kehidupan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang terdapat di kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia yang diyakini kebenarannya
damenimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
4. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan pandangan hidup yang telah menyatu dan
mendarah daging pada diri manusia, baik secara individual maupun secara

9
kolektif, sehingga menjadi dasar dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku.
Manusia mempercayai ada kekuatan besar di luar dimensi manusia. Naluri
untuk mencari kekuatan tersebut muncul ketika manusia sudah tidak
sanggup lagi untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Manusia percaya
bahwa kekuatan tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah dan
membawa mereka keluar dari masalah tersebut. Apabila dikaitkan dengan
kehidupan keagamaan, kepercayaan diimplementasikan dalam bentuk
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam konteks seperti ini,
kepercayaan akan berkembang secara sistematis dengan para pengikut
yang fanatic.
5. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan seseorang terhadap sesuatu hal.
Persepsi yang berbeda seringkali muncul antara manusia satu dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang yang
dimiliki oleh masing-masing manusia. Selain itu, lingkungan, pengetahuan
dan pengalaman juga turut andil dalam proses pembentukan perilaku
tersebut.

Ada 3 macam persepsi yang terdiri atas:

a. Persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah


satu alat indera manusia,
b. Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental
individu lain,
c. Persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau
kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang yang bersangkutan.
6. Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam Antropologi) berasal dari bahasa
inggris berarti watak khas. Etos sering tampak pada gaya perilaku
masyarakat misalnya, kegemaran-kegemaran warga masyarakatnya, serta
berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang
asing. Masing-masing suku mempunyai etos kebudayaannya masing-
masing yang mungkin saja berbeda sangat mencolok, apa yang baik
menurut suku tertentu belum tentu baik menurut suku yang lain, oleh

10
karenanya diperlukan sikap kedewasaan untuk memahami kebudayaan
lain.

F. Unsur-unsur Kebudayaan
Dalam menganalisa suatu kebudayadalam unsur-unsur besar yang disebut
“unsur-unsur kebudayaan universal”. Mengenai hal ini ada beberapa
pandangan, seperti yang diuraikan oleh C. Kluckhohn dalam bukunya yang
berjudul Universal Categories Of Culture (1953). C. Kluckhohn menuliskan
tujuh unsur kebudayaan atau dapat disebut sebagai isi pokok kebudayaan.
Tujuh unsur tersebut yaitu:

1. Bahasa
2. Sistem pengetahuan
3. Organisasi sosial
4. Sistem peralatan hidup dan teknologi
5. Sistem mata pencaharian hidup
6. Sistem religi
7. Kesenian

Dari ketujuh unsur kebudayaan universal tersebut, mendapat sebutan


universal karena unsur-unsur tersebut dapat ditemukan di semua bangsa di
dunia. Sehingga unsur-unsur tersebut bersifat umum.

Tiap unsur kebudayaan tersebut, tentu saja tidak lepas dari wujud kebudayaan
sebagai:

1. nilai-nilai budaya,
2. sistem budaya,
3. sistem sosial,
4. himpunan unsur-unsur kebudayaan fisik.

Dalam kerangka di atas terdapat empat tahap dari unsur kebudayaan. Dari
masing-masing tahap memiliki penjelasan sebagai berikut:

 Tahap pertama, setiap sistem budaya dapat dibagi ke dalam “adat-


istiadat”, setiap sistem sosial dapat dibagi ke dalam “aktivitas sosial”,

11
dan setiap himpunan unsur kebudayaan fisik dibagi ke dalam “benda-
benda kebudayaan”.
 Tahap kedua, setiap adat sebaiknya dibagi ke dalam “kompleks budaya”,
setiap “aktivitas sosial” dibagi ke dalam “kompleks sosial”, sedangkan
benda kebudayaan tidak berubah.
 Tahap ketiga, disarankan kompleks budaya dibagi menjadi “tema-tema
budaya”, tiap-tiap kompleks sosial lebih lanjut diuraikan menjadi “pola
sosial” dan seperti tahap kedua, benda kebudayaan tidak mengalami
perubahan.
 Tahap keempat, setiap tema budaya dibagi lagi ke dalam “gagasan”,
setiap pola sosial dibagi ke dalam “tindakan”, dan benda kebudayaan
tidak berubah.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Antropologi berasal dari kata Latin; anthropos yang berarti manusia dan
logos atau akal. Dengan begitu, athropology dapat diartikan sebagai suatu
ilmu yang berusaha mencapai pengerti an tentang makhluk manusia dengan
mempelajan aneka warna bentuk fisik, kepribadian, masyarakat, serta
kebudayaannya.

Antropologi budaya yang merupakan cabang dari antropologi menyelidiki


kebudayaan pada umumnya dan berbagai kebudayaan pada bangsa di muka
bumi, menyelidiki bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan
mengembangkan kebudayaannya sepanjang zaman. Telaahnya menyang kut
bagaimana manusia dengan akal dan struktur fisiknya yang unik ber hasil
mengubah lingkungan yang bukan ditentukan oleh pola naluriahnya semata-
mata, melainkan juga pengalaman dan pengajaran dalam arti yang seluas-
luasnya.

B. Saran

Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk memahami,
memecahkan dan menelaah secara kritis dan rasional tentang berbagai
fenomena sosial budaya yang terjadi di Indonesia dan kepada para pembaca
jika ingin lebih mengetahui tentang bahasan ini bisa membaca buku atau
majalah-majalah yang memuat tentang Pembelajaran Antropologi Budaya.
Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karena
terbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang saya peroleh
hubungannya dengan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya
sebagai penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Clyde Kluckhohn, (1949) Pengertian antropologi budaya. Mujianto, dkk


(2010) Karakteristik antropologi budaya.
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_budaya
http://wahyusebu.blogspot.com/2011/06/kar
Abriyanti Endang.2018.Makalah Ruang Lingkup Antropologi.Tangerang :
id.scribd.com
Sutardi Tedi,dkk.2007.Antropologi Mengungkap Keberagaman
Budaya.Bandung : PT Setia Purna Inves
Prof. Dr. I Gede A. B. Wiranata, SH., M.H . 2002 . Antropologi Budaya .
Bandung : PT Citra Aditya Bakti

14

Anda mungkin juga menyukai