Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Era Maryanti , S.Pd., M.Pd.

KELOMPOK 6:

Adriana Arsat (A1I123033)

Arnis (A1I123080)

Rizki Fitriani(A1I123025)

Dzakwand Muh. Sidupa (A1I123082)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Pendidikan ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “Antropologi Pendidikan”.

Tidak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah Pengantar Pendidikan yang telah memberikan tugas ini dan membimbing
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini dari awal hingga akhir.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan mengenai konsep kebudayaan, kebudayaan dan
kepribadian, serta kebudayaan dan pendidikan. Penulis menyadari bahwa dalam
menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan agar kami dapat membuat makalah
berikutnya jauh lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Kendari, 22 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................1

C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebudayaan.........................................................................3

B. Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa...........................................6

C. Kebudayaan dan Pendidikan...........................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................13

B. Saran................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses yang penting dalam kehidupan masyarakat. Proses
ini memainkan peran utama dalam membentuk pola pikir, budaya, dan nilai-
nilai yang melekat pada individu. Maka dari itu, memahami dan menganalisis
pendidikan dalam konteks budaya menjadi sangat penting. Makalah ini akan
membahas tiga permasalahan pokok, yaitu konsep kebudayaan, kebudayaan
dan kepribadian, serta kebudayaan dan pendidikan. Kajian konsep kebudayaan
meliputi definisi, unsur-unsur, wujud, penggolongan, karakteristik, dan fungsi
kebudayaan. Kajian kebudayaan dan kepribadian meliputi pengertian
kepribadian dan kepribadian nasional, cara kebudayaan mempengaruhi
kepribadian, dan hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian. Adapun
kajian kebudayaan dan pendidikan meliputi konsep pranata pendidikan,
hubungan komplementer antara kebudayaan dan pendidikan, fungsi-fungsi
pendidikan dalam rangka konservasi dan inovasi kebudayaan, dan cultural
lag.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi dan unsur-unsur iniversal kebudayaan?

2. Apa konsep kebudayaan ?

3. Apa penggolongan dan sifat atau karakteristik kebudayaan?

4. Apa fungsi kebudayaan?

5. Apa itu kepribadian dan kepribadian bangsa?

6. Apa hubungan kebudayaan dan pendidikan?

1
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mehamami definisi dan unsur-unsur iniversal kebudayaan

2. Memahami konsep kebudayaan

3. Memahami penggolongan dan sifat atau karakteristik kebudayaan

4. Memahami fungsi kebudayaan

5. Memahami apa itu kepribadian dan kepribadian bangsa

6. Memahami lebih dalam hubungan kebudayaan dan pendidikan

7. Memahami apa itu cultural lag

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebudayaan

1. Definisi Kebudayaan

Dalam arti sempit kebudayaan adalah kesenian, yaitu pikiran, karya, dan
hasil karya manusia yang memenuhi hasratnya akan keindahan. Adapun dalam
arti luas kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya
manusia yang tidak berakar kepada nalurinya karena itu hanya bisa dicetuskan
oleh manusia sesudah suatu proses belajar (Koentjaraningrat, 1984). Dengan kata
lain kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985).

2. Unsur-unsur Universal Kebudayaan

Kebudayaan mengandung pengertian yang amat luas meliputi hampir


seluruh aktivitas kehidupan manusia karenanya demi keperluan analisis onsep
tentang kebudayaan maka kebudayaan tersebut perlu dipecah lagi ke dalam
unsur-unsurnya. Menurut Koentjaraningrat (1984) terdapat 7 unsur universal
kebudayaan, yaitu sebagai berikut.

a. Sistem religi dan upacara keagamaan.

b.Sistem organisasi kemasyarakatan.

c. Sistem Pengetahuan.

d. Bahasa.

e.Kesenian.

f. Sistem mata pencaharian hidup.

g. Sistem teknologi dan peralatan.

Tata urutan unsur-unsur universal kebudayaan di atas menggambarkan


kontinum dari unsur-unsur yang paling sukar berubah ke unsur-unsur yang
paling mudah berubah.

3
3. Wujud Kebudayaan

Sebagaimana telah kami pahami bahwa kebudayaan paling tidak memiliki


3 wujud, yaitu sebagai berikut.

a. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide- ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan.

b. Wujud sistem sosial, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks


aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.

c.Wujud fisik, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya


manusia.

4. Saling Hubungan Antara Wujud-wujud Kebudayaan

Ketiga wujud kebudayaan tersebut dalam kenyataan kehidupan masyarakat


tentunya tidak terpisahkan antarwujud yang satu dengan wujud yang lainnya.
Kebudayaan ideal memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Baik
pikiran-pikiran dan ide-ide maupun perbuatan dan karya manusia
menghasilkan benda-benda kebudayaan fisiknya. Sebaliknya kebudayaan
fisik itu membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin
menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi
pula pola-pola perbuatannya, bahkan juga mempengaruhi cara berpikirnya.

5. Penggolongan Kebudayaan

Dalam konteks kehidupan suatu masyarakat yang majemuk keadaan


sosial-budayanya, Supardi Suparlan (A. W. Widjaja, 1986) membedakan
kebudayaan menjadi 3 golongan, yaitu

(a) Kebudayaan Suku bangsa (yang lebih dikenal dengan nama kebudayaan
Daerah),

(b) Kebudayaan Umum Lokal, dan

(c) Kebudayaan Nasional.

6. Sifat Atau Karakteristik Kebudayaan

Kebudayaan memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Organik dan super organik.


Kebudayaan bersifat organik sebab kebudayaan berakar pada organ
manusia, tanpa manusia berbuat, berpikir, merasa, dan membuat benda-

4
benda maka tidak akan ada kebudayaan. Kebudayaan super organik
karena kebudayaan hidup terus melampaui generasi tertentu dan karena
isinya lebih merupakan hasil karya manusia daripada hasil unsur biologis.
b. Overt (terlihat) dan covert (tersembunyi).
Kebudayaan terlihat (overt) dalam bentuk tindakan-tindakan dan
benda-benda, seperti rumah, pakaian, bentuk pembicaraan yang dapat
diamati secara langsung; sedangkan tersembunyi (covert), yakni dalam
aspek sikap dasar terhadap alam fisik dan alam gaib yang mesti
diinterpretasikan pengertiannya dari apa yang dikatakan dan dilakukan
anggota-anggotanya.
c. Ideal dan Aktual (Manifes).
Kebudayaan ideal terdiri atas cara berbuat yang mereka yakini
harus dilakukan atau bagaimana seharusnya mereka berbuat/berkelakuan
sesuai dengan kepercayaannya (normatif), sedangkan bersifat aktual
(manifes) maksudnya kebudayaan itu merupakan tindakan-tindakan yang
nyata. Di dalam suatu masyarakat mungkin terjadi perbedaan
(ketidaksesuaian) antara yang aktual dengan yang ideal. Mungkin
kejujuran dan keadilan lebih merupakan budaya ideal daripada manifes.
Kejujuran dan keadilan hanyalah menjadi hiasan bibir belaka.
d. Stabil dan berubah.
Terdapat hal-hal yang dipertahankan oleh masyarakat agar tetap
tidak berubah (stabil), tetapi terjadi pula perubahan-perubahan
kebudayaan di dalam masyarakat. Para antropolog umumnya menerima
ketidaktetapan kebudayaan. (Imran Manan, 1989).

7. Fungsi Kebudayaan

Seperti telah diuraikan terdahulu kebudayaan meliputi ide-ide, nilai-nilai,


kepercayaan-kepercayaan, alat-alat hasil karya manusia (wujud fisik), dan
peraturan mengenai hidup norma-norma (wujud ideal), benda-benda atau
berkelompok (wujud sistem sosial). Semua ini membentuk suatu dasar atau
landasan juga "peralatan" besar yang menempatkan manusia pada posisiyang
lebih baik untuk dapat menanggulangi realita kehidupan, untuk dapat
menangani masalah-masalah dalam menghadapi lingkungannya dalam upay
memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Ringkasnya dapat dikatakan bahwa
kebudayaan merupakan dasar dan alat untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yaitu kelangsungan hidup organis, penyesuaian terhadap
lingkungan, dan kelestarian dalam arti biologis.

5
Berkaitan dengan hal di atas Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989)
mengemukakan fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu
sebagai berikut.

a. Pelanjut keturunan dan pengasuhan anak.

b. Pengembang kehidupan ekonomi.

c.Transmisi budaya.

d. Religi (keagamaan).

e. Pengendalian sosial.

f. Rekreasi.

B. Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa

1. Kepribadian dan Kepribadian Banga


Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia
(Koentjaraningrat, 1983). Adapun menurut John J. Honnigman
kepribadian itu menunjukkan adanya tingkah laku, cara berpikir, dan
perasaan-perasaan yang merupakan karakteristik dari seseorang (Agraha
Suhandi, 1985). Kepribadian tersebut ada 2 jenis, yaitu kepribadian yang
menunjuk kepada seseorang individu, dan kepribadian bangsa, contohnya:
kepribadian bangsa Indonesia.

Kepribadian individu terbentuk di dalam lingkungan hidupnya sepanjang


hidup individu yang bersangkutan. Oleh karena itu, upaya memahami
kepribadian tanpa menghubungkan dengan konteks lingkungan hidupnya
akan merupakan gambaran mati yang kurang berarti. Memang
sesungguhnya kepribadian itu tampak di dalam tingkah lakunya yang
teragakan di dalam lingkungan hidupnya.

2. Manusia Menciptakan Kebudayaan dan Karena Kebudayaan


Berbudaya
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia.
Namun, sebaliknya kebudayaan itu menyusupi kehidupan sadar manusia,
bahkan kebudayaan memasuki diri manusia waktu tidur, yaitu dalam
bentuk pola tidur dan dalam isi mimpi sewaktu tidur. Kebudayaan
membentuk manusia secara intelektual, emosional, secara fisik dan atau

6
tingkah laku manusia. Mengingat hal tersebut dan dengan mengacu kepada
pengertian kepribadian sebagaimana telah dikemukakan di atas maka dapat
dipahami adanya hubungan antara kebudayaan dengan kepribadian, yaitu
bahwa kebudayaan berpengaruh atau membangun kepribadian seseorang.
Bayi yang baru lahir seluruhnya masih tergantung kepada orang lain, ia
belum mengetahui apa- apa, tidak bisa mengendalikan emosinya, belum
sanggup berbagi mengenai apa yang dimilikinya, belum mampu
membayangkan masa depannya, dan sebagainya. Namun demikian,
dengan kebudayaan masyarakatnya pada akhirnya secara bertahap ia
menjadi dewasa dengan keinginan-keinginan dan kebencian yang
terkendalikan, berpengetahuan, dan dapat berperan serta dalam kehidupan
masyarakat yang kompleks.

Dilihat dari kepribadiannya, setiap masyarakat akan menunjukkan hal- hal


sebagai berikut.

a. Di dalam masyarakat yang berbeda-beda (majemuk) norma-norma


kepribadian itu berlainan.
b. Anggota masyarakat mana pun selalu akan menunjukkan perbedaan-
perbedaan individual mengenai kepribadiannya.
c. Dalam semua masyarakat itu terdapat hampir semua tipe kepribadian
yang sama.
d. Dalam semua masyarakat itu terdapat macam perbedaan-perbedaan
yang sama.
Adanya perbedaan kebudayaan pada dua atau lebih kelompok
masyarakat akan menyebabkan perbedaan-perbedaan kepribadian, hal ini
disebabkan diperolehnya pengalaman yang berbeda-beda oleh setiap
anggota kelompok masyarakat yang berbeda kebudayaannya itu melalui
hubungannya dengan kebudayaan mereka masing-masing. Sebaliknya dari
hal di atas, dalam setiap kelompok masyarakat atau suku dipastikan bahwa
anggota-anggota suatu miliki sejumlah besar unsur-unsur kepribadian yang
sama dan umum. Unsur-unsur kepribadian yang sama dan umum ini
bersama-sama membentuk pola yang cukup terintegrasi yang disebut tipe
kepribadian dasar bagi masyarakat atau bangsa itu secara keseluruhan.
Tipe kepribadian dasar itu disebut juga communal personality, basic
personality structure atau national character. Tipe kepribadian inilah yang
sering disebut sebagai kepribadian sesuatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia
tipe kepribadian ini antara lain adalah kehidupan gotong-royong, ramah-
tamah atau juga sering dikatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian
bangsa Indonesia (Agraha Suhandi, 1985).

7
3. Pendidikan/Enkulturasi

Kebudayaan mempengaruhi manusia melalui apa yang disebut


dengan enkulturasi atau internalisasi budaya, yaitu suatu proses di mana
seorang individu menyerap cara berpikir, bertindak, dan merasa yang
mencerminkan kebudayaannya.

Enkulturasi berlangsung di dalam berbagai lingkungan, seperti


keluarga, sekolah, dan pergaulan di dalam masyarakat. Proses enkulturasi
juga dapat berlangsung melalui berbagai media, seperti televisi, radio,
film, upacara- upacara. Dalam arti luas, bahwa pendidikan atau enkulturasi
ini berlangsung dalam kehidupan dan sepanjang hayat. Melalui uraian tadi
kiranya Anda dapat memahami bahwa cara berpikir, perasaan-perasaan
dan tindakan- tindakan seseorang dipengaruhi atau dibangun melalui
pendidikan (enkulturasi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kebudayaan mempengaruhi (membangun) kepribadian seseorang melalui
proses enkulturasi atau pendidikan.

C. Kebudayaan dan Pendidikan

Pendidikan tidak pernah berlangsung di dalam suatu ruang hampa,


melainkan selalu berlangsung di dalam suatu masyarakat tertentu, dan untuk suatu
tujuan kehidupan suatu masyarakat tertentu pula. Perlu Anda catat bahwa antara
masyarakat dan kebudayaannya merupakan dwi tunggal, secara nyata tak dapat
dipisahkan. Sebab itu, akan terdapat hubungan antara kebudayaan dengan
pendidikan.

1. Pendidikan Sebagai Pranata Kebudayaan

Sebelum membahas hubungan antara kebudayaan dengan pendidikan,


terlebih dahulu perlu dipahami bahwa pendidikan merupakan salah satu
pranata kebudayaan. Pranata adalah suatu kelakuan berpola dari manusia dalam
kebudayaannya (wujud kedua dari kebudayaan), yang mengacu kepada sistem
ide, nilai-nilai, gagasan, norma-norma, peraturan, dan sebagainya (wujud
pertama dari kebudayaan), yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
(wujud ketiga dari kebudayaan) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Koentjaraningrat (1984) mengidentifikasi adanya
delapan jenis pranata kebudayaan, salah satu di antaranya pranata pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu pranata dalam kebudayaan manusia karena
itu Anda dapat pula mengatakan bahwa pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan. Contoh pranata pendidikan ini, antara lain pengasuhan kanak-

8
kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pemberantasan buta huruf,
pendidikan keagamaan, pers, perpustakaan umum.

2. Hubungan Kebudayaan dan Pendidikan

Antara kebudayaan dengan pendidikan terdapat hubungan komplementer.


Pertama, kebudayaan berperan sebagai masukan (input) bagi pendidikan.
Contohnya, tujuan pendidikan ditentukan oleh sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat (wujud pertama kebudayaan); kurikulum dan metode pendidikan,
antara lain akan ditentukan oleh nilai-nilai, norma-norma, dan gagasan-gagasan
masyarakat (wujud pertama kebudayaan), serta ditentukan pula oleh wujud
kebudayaan sebagai suatu kelakuan berpola dari suatu masyarakat (wujud
kedua kebudayaan); adapun wujud ketiga dari kebudayaan (wujud fisik berupa
bangunan, OHP) akan menjadi alat bantu dalam rangka praktik pendidikan.
Kedua, pendidikan berfungsi untuk melestarikan kebudayaan masyarakat
(fungsi konservasi) dan juga berfungsi dalam rangka melakukan
pengembangan dan atau perubahan kebudayaan masyarakat ke arah yang lebih
baik (fungsi kreasi atau inovasi).

Fungsi konservasi atau pelestarian kebudayaan merupakan fungsi pendidikan


dalam rangka pewarisan kebudayaan. Hal yang harus diwariskan kepada generasi
muda tentunya adalah kebudayaan ideal (misalnya nilai kejujuran, keadilan, pola
perilaku yang baik, dan sebagainya) sehingga kebudayaan ideal milik masyarakat
menjadi lestari. Namun demikian, pendidikan tidak cukup melaksanakan fungsi
konservasi saja, sebaliknya pendidikan juga harus melaksanakan fungsi inovasi
atau kreasi. Apabila pendidikan hanya merupakan transmisi kebudayaan saja
maka perkembangan kebudayaan akan terhambat, masyarakat hanya akan bersifat
tradisional. Di samping itu, peserta didik mungkin akan bersifat pasif karena
hanya menerima saja apa yang diwariskan para orang tua atau pendidiknya
sehingga generasi muda hanya merupakan "celupan" kebudayaan masyarakatnya.
Kreativitas generasi muda akan terhambat. Fungsi kreasi atau inovasi dari
pendidikan merupakan fungsi untuk diciptakannya kebudayaan baru yang lebih
baik, sesuai dengan tuntutan kehidupan, dan perkembangan zaman.

3. Pendidikan Stabilitas dan Perubahan Kebudayaan

Pendidikan/enkulturasi yang diterima anak selama masa kanak-kanak dan


masa mudanya bersifat menstabilkan kebudayaan, sebab enkulturasi
mengembangkan kebiasaan-kebiasaan sosial yang diterima menjadi
kepribadian yang makin meningkat/matang. Sedangkan di kala dewasa
enkulturasi sering mendorong terjadinya perubahan baik bagi dirinya maupun

9
kebudayaan. Berkenaan dengan ini Herkovits (Imran Manan, 1985)
menunjukkan:

Perbedaan antara sifat pengalaman enkulturasi pada awal-awal kehidupan


dengan yang belakangan adalah bahwa rentangan penerimaan atau penolakan
yang sadar oleh individu terus menerus bertambah tua. Ketika ia mencapai
kematangan, seorang laki-laki atau wanita sudah menjadi terkondisi hingga ia
bisa bergerak dengan mudah dalam batas-batas perilaku yang diuji oleh
kelompoknya. Sesudah itu, bentuk perilaku baru yang dihadapinya terutama
yang menyangkut perubahan kebudayaan, penemuan baru, atau penemuan tiba-
tiba, ide- ide baru yang disebarkan dari luar masyarakatnya, yang mana
seorang individu harus "memutuskan sendiri" dan dengan demikian
memainkan peranan dalam memberi arah baru kepada kebudayaannya.
Enkulturasi seorang individu selama tahun-tahun awal dari kehidupannya
adalah mekanisme pokok yang membuat sebuah kebudayaan stabil, sementara
proses yang berjalan pada anggota masyarakat yang lebih tua sangat penting
dalam mendorong perubahan.

Telah dikemukakan dalam uraian terdahulu, bahwa kebudayaan mempunyai


sifat stabil atau konstan dan juga berubah. Stabil dalam arti beberapa
elemennya seperti bahasa, hukum berlanjut terus tanpa perubahan besar selama
waktu yang panjang. Berubah karena elemen-elemen kebudayaan baik secara
perlahan dan mungkin secara tiba-tiba mengalami penggantian, penambahan
atas pengurangan. Para antropeing mengemukakan 3 proses utama dalam
perubahan kebudayaan. Ketiga jenis proses perubahan kebudayaan yang
dimaksud adalah originas, difunt, dan reinterpretasi. Originasi adalah
penemuan elemen-elemen baru dalam suatu kebudayaan. Difusi adalah
peminjaman elemen-elemen kebudayaan baru dari kebudayaan lain. Adapun
reinterpretasi adalah modifikasi elemen-elemen budaya yang ada untuk
memenuhi tuntutan zaman

4. Kesenjangan Budaya (Cultural Lag)

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam kebudayaan masyarakat


terkadang menimbulkan apa yang disebut cultural lag atau kesenjangan
budaya. Di dalam masyarakat, misalnya kita dapat melihat cepatnya perubahan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara nilai-nilai takhayul tertentu
sebagaimana sering ditayangkan di televisi, atau kepercayaan terhadap

10
perdukunan masih dianut oleh sebagian masyarakat. Perkembangan teknologi
komunikasi informasi begitu canggih, promosi produk industri menjadi efektif
melalui teknologi tersebut. Sementara nilai-nilai tertentu (seperti individu
mempunyai tujuan dan kebutuhan pada dirinya sendiri, hidup hemat, kejujuran)
terabaikan. Akhirnya, muncul masalah di mana produksi bukan lagi diciptakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia, sebaliknya kebutuhan manusia
diciptakan oleh produksi dan promosi, pola hidup konsumerisme, mungkin
pula terjadi promosi produk industri yang mengabaikan nilai-nilai kejujuran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan materi ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah proses yang penting dalam kehidupan masyarakat yang


berproses dalam bentuk pola pikir, budaya, dan nilai-nilai yang melekat
pada individu.
2. kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1985).
3. Menurut Koentjaraningrat (1984) terdapat 7 unsur universal kebudayaan,
yaitu Sistem religi dan upacara keagamaan, organisasi kemasyarakatan,
pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian hidup, teknologi dan
peralatan.
4. Adapun 3 wujud kebudayaan adalah wujud ideal, sistem sosial dan fisik.
5. Supardi Suparlan (A. W. Widjaja, 1986) membedakan kebudayaan
menjadi 3 golongan, yaitu Kebudayaan Suku bangsa, umum lokal, dan
nasional.

11
6. Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia
(Koentjaraningrat, 1983).

3.2 Saran

Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan


manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan
wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang
berkaitan dengan antropologi.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Pengantar pendidikan · WAHYUDIN , Dinn · : Jakarta : UT, 2001 · :


Universitas Lambung Mangkurat ·

Anda mungkin juga menyukai