Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

WARISAN KEBUDAYAAN
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Teori, Proses dan Konteks Sosial Budaya Pendidikan

Dosen Pengampu :
Dr. Soeparlan Kasyadi

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Nensi Tri Lestari (20197279007)


2. Septi Hasgrianti (20197279036)
3. Debi Paradita (20197279003)
4. Catur Setyo Tutri (20197279014)
5. Julaiha (20197279063)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kapada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Warisan Kebudayaan.
Sholawat serta salam panulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri
tauladan ummat.
Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah
membantu. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Soeparlan Kasyadi, dosen mata kuliah Mata Kuliah Teori, Proses dan
Konteks Sosial Budaya Pendidikan yang selalu memotivasi.
2. Terkhusus untuk teman-teman kelompok yang sangat semangat
3. Keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan dan mensupport.
4. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pascasarjana MIPA Kelas Ektensi (1n)
2019/2020 yang saling mendukung.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kritik
dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan karya-karya selanjutnya.

Jakarta, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan .................................................................................... 3
B. Manusia Makhluk Berkebudayaan .................................................................. 5
C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya ................................................................. 9
D. Hakikat Sosial dari Pendidikan ........................................................................ 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam kependidikan Islam, penggalian dan
pembahasan tentang konsepsi kependidikan ataupun pemikiran-pemikiran yang relevan
yang dihasilakan oleh para pemikir muslim masih sedikit dilakukan para sarjana
Indonesia. Tentu saja para pemikir di luar Indonesia, kajian seperti ini sudah banyak
dilakukan. Beberapa karya yang tersedia yang sudah semulan berbahasa arab sudah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kajian-kajian pendidikan Islam seperti
sosiologi pendidikan Islam belumlah tergarap secara serius dan keseluruhan. Kajian-
kajian yang dilakukan berkanan dengan pendidikan Islam masih relative sedikit apabila
dibandingkan dengan kajian-kajian dalam bidang pemikiaran Islam. Diharapkan apresiasi
serta turut masyarakat muslim terhadap pendidikan Islam semakain banyak, sehingga
kajian yang relatif sedikit itu dapat dipahami dan dapat tumbuh berkembang sebagaimana
yang diharapkan oleh dunia pendidikan Islam di Indonesia.
Untuk mendefinisikan tentang sosiologi pendidikan Islam masih banyak kesulitan
secara pasti belum didapatkan tentang pengertian itu. Itu disebabkan karena sukarnya
membatasi bidang study antara bidang pendidikan dan bidang sosiologi, kurangnya
penelitian dalam bidnag ini. Beberapa konsep mengenai pengertian sosiologi pendidikan
Islam seperti dalam buku sosiologi pendidikan (Prof. Dr. S. Nasution, M.A) kami
menemukan sosiologi pendidikan yaitu ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara
mengenalikan proses pendidikan untuk memperoleh perkembangan kepribadian individu
yang lebih baik. Sosiologi pendidikan adalah analisis ilmiah atau proses social dan pola-
pola social yang terdapat dalam system pendidikan. (sosiologi pendidikan: Prof. Dr. S.
Nasution, M.A). Sosiologi pendidikan Islam adalah spesialisasi dalam ilmu sosiologi
yang mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yang terlibat dalam sector pendidikan
Islam. Ada bebrapa unsur, aktifitas pendidikan tidak berlangsung bila tidak ada unsur
pendidikan. Pertama yang memberi dan yang menerima, kedua unsur belum menjadi
sama pendidikan bila belum ada unsur ketiga yaitu berniat baik dari yang memberi bagi
yang perkembangan atau kepentingan yang menerima. Agar anak pandai, agar orang
menjadi ahli, agar orang berkepribadian luhur, dsb.

1
2

B. Pembatasan Masalah
Dalam rangka untuk memudahkan pembahasan, maka kami batasi masalah
sebagaimana berikut :
1. Apa pengertian kebudayaan?
2. Apakah manusia adalah makhluk berkebudayaan?
3. Apakah manusia sebagai makhluk budaya?
4. Bagaimanakah hakikat sosial dari pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kebudayaan
2. Untuk mengetahui manusia adalah makhluk berkebudayaan
3. Untuk mengetahui manusia sebagai makhluk budaya
4. Untuk mengetahui hakikat sosial dari pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
1. Kebudayaan Menurut Bahasa
Kebudayaan : Cultuur (Bahasa Belanda), Culture (Bahasa Inggris), berasal dari
perkataan latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini
berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk
mengolah dan mengubah alam.”. Menurut Bahasa Indonesia, kebudayaan berasal
dari Bahasa Sansekerta “Buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti
budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan, bahwa kata budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk : budi daya, yang berarti daya dari budi. Karena
itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari
budi yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa tersebut. Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha
manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya
2. Pengertian Kebudayaan menurut Para Ahli
a. Edward B. Taylor
Seorang anthropologi Inggris mendefinisikan kebudayaan atau culture sebagai :
“That complex whole which includes knowledge, bilief, art, morals, law, custom
and any other capabilities and habits acquired by man as member of society”.
(Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat).
b. M. Jacobs dan B.J. Stern
Kebudayaan mencakup keseluruhan yang meliputi bentuk teknologi sosial,
ideologi, religi, dan kesenian serta benda, yang kesemuanya merupakan warisan
sosial.

3
4

c. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan relajar.
d. Dr. K. Kupper
Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah
bagi manusia dalam bersikap dan berperilaku, baik secara individu maupun
kelompok.
e. William H. Haviland
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama oleh
para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di tarima ole semua
masyarakat.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diperoleh kesimpulan mengenai kebudayaan
yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide gagasan yang terdapat di dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi social,
religi seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Jadi, jelasnya “kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan daripada hidup bersama
yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan
sengaja atau tidak, sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap
manusia itu pasti mempunyai budaya yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh
manusia dan yang dapat membedakan manusia dengan binatang.
Dengan hasil budaya ini, manusia kemudian mempunyai kehidupan dan pola
kehidupan ini pula dapatlah mempengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh :
kehidupan umat Islam di Jawa Tengah dengan Sumatera Barat berlain-lain, sebab pola
kehidupan mereka juga lain. Hal ini disebabkan adanya pengaruh kultur (kebudayaan)
di daerah itu.
Kebudayaan sebagai hasil ciptaan dan karya manusia tentulah mempunyai bentuk-
bentuk keseluruhan dan unsur-unsur atau bagian-bagiannya. Unsur-unsur atau bagian-
5

bagian kebudayaan menurut Linton, culture atau kebudayaan sebagai bagian besar
dan umum secara totalitas, terbagi-bagi atas:
a. Cultural universal: misalnya mata pencaharian, kesenian, agama, ilmu
pengetahuan, kekerabatan dan sebagainya.
b. Cultural activitis: kegiatan-kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencaharian
tadi terdapat pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan
sebagainya. Dalam cultural universal kesenian terdapat misalnya seni sastra, lukis,
tari, musik, drama, film dan sebagainya.
c. Traits complexes, adalah bagian-bagian dari cultural activitis tadi. Dari pertanian
terdapat irigasi, pengolahan sawah, masa panen dan sebagainya.
d. Traits, adalah bagian-bagian dari traits complexes tadi. Misalnya dari sistem
pengolahan tanah, terdapat bajak, garu, cangkul, sabit dan sebagainya.
e. Items, adalah bagian-bagian di dalam traits kebudayaan. Dari bajak masih terdapat
bagian-bagiannya, yakni mata bajak, tangkai bajak, pasangan, kendali dan
sebagainya.

B. Manusia Makhluk Berkebudayaan


1. Pengertian Manusia
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”(Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah
fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme
hidup (living organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun
kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan
energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan
kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia
dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan
keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk
memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.
Oleh karena itu, lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu
sendiri dan ini dibuktikan bahwa lingkungan dan manusia atau manusia dan
6

lingkungan merupakan hal yang tak terpisahkan sebagai ekosistem, yang dapat
dibedakan menjadi:
a. Lingkungan alam yang befungsi sebagai sumber daya alam
b. Lingkungan manusia yang berfungsi sebagai sumber daya manusia
c. Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai sumber daya buatan
2. Pengertian Budaya
Kata budaya merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa,
dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan,
yang berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan
dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin
dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.
Definisi budaya dalam pandangan ahli antropologi sangat berbeda dengan
pandangan ahli berbagai ilmu sosial lain. Ahli-ahli antropologi merumuskan definisi
budaya sebagai berikut:
a. E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat
istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia
sebagai anggota masyarakat.
b. Linton: 1940, mengartikan budaya dengan: Keseluruhan dari pengetahuan, sikap
dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh
anggota suatu masyarakat tertentu.
c. Kluckhohn dan Kelly: 1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan
hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional,
irasional, yang ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk
perilaku manusia
d. Lain halnya dengan Koentjaraningrat: 1979 yang mengatikan budaya
dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa unsur belajar
merupakan hal terpenting dalam tindakan manusia yang berkebudayaan. Hanya
7

sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang tak perlu
dibiasakan dengan belajar.
Dari kerangka tersebut diatas tampak jelas benang merah yang menghubungkan
antara pendidikan dan kebudayaan. Dimana budaya lahir melalui proses belajar yang
merupakan kegiatan inti dalam dunia pendidikan. Selain itu terdapat tiga wujud
kebudayaan yaitu :
a. wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud
pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing
anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup;
b. aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas
aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul
satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu
berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret;
c. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya
manusia dalam masyarakat.
Istilah kebudayaan di sini sebenarnya kurang tepat seolah-olah kebudayaan itu
dapat ditinggalkan seperti membuka baju. Jadi tepatnya manusia itu berbudaya, dus
manusia itu aktif menciptakan kebudayaan, manusia itu membudaya terus menerus
dari saat manusia itu ada (bayi lahir) sampai dia meninggal dunia. Tetapi sebagian
dari kebudayaan masih tetap ada, ialah yang berupa warisan kebudayaan.
Dan lagi bahwa semua manusia adalah pencipta, pendukung dan pengembangan
kebudayaan dan bukan hanya seniman atau sastrawan yang membudaya, yang
berkebudayaan. Semua masyarakat, semua negara pada hakikatnya adalah
membudaya, berkebudayaan. Jadi tidak tepatlah kalau ada yang mengatakan
masyarakat sana, negara atau tidak berkebudayaan. Betapapun bagaimana kondisi
keadaannya, asal ada manusia tentulah ada kebudayaan.
Dalam definisi-definisi tadi juga disebutkan bahwa kebudayaan itu bersifat
totalitas dan kompleks. Dengan adanya ketotalitasan dan kekomplekan itu tidak
dapatlah kita melihat struktur, mengadakan pembagian jenis-jenis untuk menyebutkan
bagian-bagian kebudayaan. Tetapi secara teknis, demi untuk kepentingan analisa dari
suatu penyelidikan dibuatlah penggolongan-penggolongan kebudayaan, agar supaya
memperoleh keterangan-keterangan yang jelas. Salah satu teknik pembagian
kebudayaan manusia ialah menurut aspek-aspek atau komponen-komponen daripada
kebudayaan, yang dalam hal ini setiap ahli kebudayaan mempunyai pendapatnya,
8

sendiri-sendiri. Tetapi secara umum komponen-komponen kebudayaan itu adalah


sebagai berikut :
a. Alam pikiran ideologis dan religio
b. Bahasa
c. Hubungan sosial
d. Hidup perekonomiannya
e. Ilmu pengetahuan dan teknologi
f. Keseniannya
g. Politik dan pemerintahan
h. Pewarisan kebudayaan atau pendidikan.
3. Pola tingkah laku kelompok
Para ahli Sosiologi telah mempergunakan beberapa istilah untuk menggambarkan
pola tingkah laku kelompok, tetapi dari beberapa istilah yang dipakai itu yang telah
mendapatkan kata sepakat pada umumnya misalnya : folkways atau kebiasaan harian
(tingkah laku harian), mores dan institusi.Istilah folkways atau kebiasaan harian itu
mencakup beberapa faktor sebagaimana halnya, cara memberi salam, dan supervisi-
supervisi yang umum.
Mores adalah cara bertingkah laku dengan nada emosi yang dihubungkan dengan
sikap benar atau salah. Sedangkan institusi atau lembaga adalah pola tingkah laku
telah terikat oleh kebutuhan atau pertimbangan yang spesifik. Contoh institusi ialah
keluarga, keluarga itu lebih atau bukan hanya seorang suami dengan isterinya dan
anak-anaknya yang tinggal serumah, tetapi juga mencakup seluruh pola-pola tingkah
laku kelompok, misalnya persaingan (chivalry), pertunangan dan perkawinan, rasa
tanggung jawab, kerja sama, status, persahabatan dan cinta kasih.
Diantara folkways, mores dan institusi tidak terdapat perbedaan-perbedaan yang
tajam. Batas-batas yang tajam terdapat pada masyarakat-masyarakat tertentu dan pada
zaman-zaman tertentu. Misalnya pola tingkah laku dancing (tari-tarian) ada suatu
masyarakat menolak dancing, yang lain menganggap sebagai folkways, sebagai
kebiasaan harian menyenangkan, sedang yang lain lagi dancing dipakai dalam
upacara-upacara tertentu, bahkan pada bangsa Indian dancing termasuk upacara
agama. Masyarakat Indonesia menganggap dancing sebagai faktor perusak moral
anak, sedang di Amerika hal semacam itu lumrah saja di kalangan pemuda-pemudi
dan orang dewasa serta tua sekalipun.
9

Poligami misalnya untuk suatu masyarakat diizinkan (pada agama Islam)


sedangkan pada masyarakat yang lain merupakan larangan (pada agama Katholik) dan
masih banyak contoh-contoh untuk menunjukkan batas-batas yang tak begitu tegas
antara folkways, mores dan institusi. Dan perlulah diingat bahwa batas-batas itu akan
terjadi dengan tegas bergantung kepada masyarakat dan zamannya.
4. Ciri-ciri khas daripada kebudayaan
Kebudayaan itu mempunyai pertanda atau ciri-ciri yang spesifik, ciri-ciri yang
khas atau karakteristik. Diantara pelbagai pertanda yang khas daripada kebudayaan
ialah komulatif, dinamis, disfertif.
a. komulatif, merupakan tumpuk-tumpukan, merupakan lapisan-lapisan atau
stratifikasi. Sifat komulatif daripada kebudayaan itu disebabkan adanya unsur-
unsur lama dan baru dalam pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan dan hal
ini jelas sekali pada historiografi kebudayaan. Misalnya soal pakaian : dahulu kala
orang-orang memakai daun-daunan untuk menutup tubuhnya, kemudian kulit
kayu, kulit binatang, anyaman serta serat kemudian timbul kepandaian menenun
dengan tangan kemudian timbul mesin tenun, ada pakaian dari wol dan sampai
dewasa ini dipakai nylon.
b. Dinamis, Di dalam hidupnya kebudayaan itu mengalami perubahan-perubahan itu,
maka tampaklah ada gerak dan ada pula pada kebudayaan, ada dinamika daripada
kebudayaan, sehingga kebudayaan itu dinamis, maju, progressif, serta usaha-usaha
manusia di dalam perjuangan hidupnya selalu meningkat, selalu bertambah maju.
Perubahan kebudayaan yang dinamikanya ibarat gelombang air itu, tidak sama
cepatnya diantara semua komponen-komponen kebudayaan, ada yang cepat
berubah, ada yang lambat bahkan ada yang tidak mau berubah sama atau sukar
sekali berubah. Menurut analisa Stuart Chapin, perubahan-perubahan kebudayaan
itu kalau ditinjau secara sirkulair mengenal tiga sistem perubahan.

C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya


Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk
lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena
itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kekhalifahannya
disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki. Masalah moral adalah yang
terpenting, Untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan,
10

tekhnologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai
suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu
masyarakat lain tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk
informasi tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat
budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena perbedaan-
perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat asal teknologinya,
isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh masyarakat penerimanya.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal,
untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan
akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma
yang ada sesuai dengan tata aturan agama.

D. Hakikat Sosial Dari Pendidikan


Pendidikan mempunyai banyak definisi sepanjang waktu dan sepanjang banyak
orang. Setiap definisi menunjukkan pandangan individu dalam lapangan pengetahuan
masing-masing.
1. Bagi ahli Biologi: pendidikan adalah adaptasi
2. Bagi ahli Psikologi: pendidikan sinonim dengan belajar
3. Bagi ahli filsafat pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dimilikinya dan
sebagainya
Definisi-definisi tersebut berselang-seling, ada yang bersifat ekstrim ada pula yang
bersifat konservatif. Yang bersifat konservatif ialah memandang pendidikan sebagai suatu
proses yang bersifat melindungi diri untuk menjaga status quo seseorang. Sedang yang
bersifat progressif/ekstrim adalah untuk membantu individu dalam mengerjakan sesuatu
hal yang lebih baik, di mana dia akan mengerjakan sesuatu cara.
Menurut Brown: Pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar di mana
perubahan-perubahan di dalam tingkah laku dihasilkan di dalam diri orang itu melalui di
dalam kelompok. Dari pandangan ini pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada
waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup. Pengertian pengendalian secara sadar ini
berarti adanya tingkat-tingkat kesadaran dari tujuan yang hendak didapat.
11

1. Fungsi-fungsi daripada pendidikan


a. Menurut Payne fungsi pendidikan itu ada 3 macam:
1) Assimilasi dari tradisi-tradisi. Di sini mengakui bahwa assimilasi adalah
merupakan hal yang penting. Payne menggambarkan proses assimilasi dan
tradisi sebagai imitasi dan tekanan sosial.
2) Pengembangan dari pola-pola sosial yang baru. Kalau ada masalah-masalah
yang baru, maka perlu dipecahkan misalnya:
a) Masalah perkembangan penduduk
b) Masalah urbanisasi
c) Masalah pekerjaan
d) Masalah penempatan wanita di dalam pekerjaan
e) Kreatifitas/peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan. Kreatif
adalah kemampuan pemikiran yang bersifat asli. Jadi idea-idea yang asli
itu bersifat kreatif. Ada kenyataan kemudian timbul idea yang asli.
b. Menurut Brown, ada 3 pelaku pendidikan:
1) Lembaga-lembaga pendidikan formal, misalnya : sekolah lembaga-lembaga
keagamaan, museum, perpustakaan, rekreasi yang diorganisir dan sebagainya.
2) Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan
yang penting.
3) Organisasi-organisasi yang bersifat komersil dan industri. Misalnya : toko-
toko, industri dan perkebunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
“Kebudayaan” adalah suatu hasil ciptaan daripada hidup bersama yang berlangsung
berabad-abad. Kebudayaan adalah suatu hasil dan hasil itu dengan sengaja atau tidak,
sesungguhnya ada dalam masyarakat. Dan pada pokoknya tiap-tiap manusia itu pasti
mempunyai budaya, yaitu gejala-gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia dan yang dapat
membedakan manusia dengan binatang.
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Kebudayaan itu mempunyai pertanda atau ciri-ciri yang spesifik, ciri-ciri yang khas
atau karakteristik. Diantara pelbagai pertanda yang khas daripada kebudayaan ialah
komulatif, dinamis, disfertif.
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal,
untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam
ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan
akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma
yang ada sesuai dengan tata aturan agama.
Menurut Brown, ada 3 pelaku pendidikan: (a) Lembaga-lembaga pendidikan formal,
misalnya: sekolah lembaga-lembaga keagamaan, museum, perpustakaan, rekreasi yang
diorganisir dan sebagainya; (b) Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai
fungsi pendidikan yang penting dan; (c) Organisasi-organisasi yang bersifat komersil dan
industri. Misalnya: toko-toko, industri dan perkebunan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Saichuw. 2012. Warisan Kebudayaan. (http;//saichaw.wordpress.com/2012/08/12/warisan-


kebudayaan/ diakses tanggal 24 Maret 2020)

13

Anda mungkin juga menyukai