Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Drs. NELSON TARIGAN, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 PSPM 21 E

1. AGNES SURA PATI SINAGA (4213111069)


2. BELLA AMANDA NASUTION (4213111002)
3. CAROLINE NARESWARI NANCY SIBURIAN (4213111085)
4. ECHLESIA GIRSANG (4214111070)
5. IRENE FLORENCIA SITINJAK (423111061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kami kesehatan, kemudahan dan kelancaran. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ Manusia Dan
Kebudayaan ” dengan baik dan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai Manusia dan Kebudayaan serta
penambahan bahan sumber belajar bagi mahasiswa pada pembelajaran Ilmu Sosial Budaya
Dasar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Drs.Nelson Tarigan, M.Sd
selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang sudah memberikan bimbingannya,
serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 26 Agustus 2022

Kelompok 1 PSPM E 21

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................... 4

BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................................ 5

A. Pengertian Kebudayaan ....................................................................................... 5


B. Manusia Sebagai Pencipta Kebudayaan ............................................................... 6
C. Sifat – Sifat Budaya .............................................................................................. 6
D. Model Kebudayaan .............................................................................................. 7
E. Perubahan Kebudayaan ......................................................................................... 7
F. Perwujudan Kebudayaan ...................................................................................... 8
G. Persoalan – Persoalan Kebudayaan .................................................................... 11
H. Sistem dan Substansi Budaya ............................................................................ 13
I. Sifat dan Fungsi Kebudayaan ........................................................................... 16
J. Hubungan antara Individu, Masyarakat dan Kebudayaan ................................. 17

BAB III. PENUTUP ...................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk Republik. Luas
Indonesia yaitu sekitar 5. 193.250 km yang dimana sekitar 1. 919. 440 km terdiri
atas wilayah daratan Indonesia yang terdiri dari 17. 508 pulau, 3.273.810 km luas
lautan yang membentang luas di Negara Kesatuan Republik Indonesia (Tribun News,
2022). Menurut data BPS tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok
suku dan budaya, atau lebih tepatnya terdapat sekitar 1.340 suku bangsa yang menyebar
di seluruh negara Indonesia. Dalam kehidupan sehari – hari, manusia yang pada
hakekatnya adalah makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari suku dan budaya.
Perlu dipahami bahwa, manusia hakekatnya hidup karena adanya kebudayaan.
Kebudayaan itu sendiri akan terus ada dan berkembang ketika kita sebagai manusia
mau senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Selain itu,
manusia juga diberkahi akal dan pikiran oleh Tuhan YME sehingga senantiasa mampu
mengembangkan pemikiran – pemikiran manusia itu sendiri.
Interaksi sesama manusia dengan alam raya akan menciptakan suatu
kebudayaan baru dan manusia memanfaatkannya untuk semaksimal mungkin dengan
tujuan yang baik, budaya yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia tersebut
akan berimplikasi pada lingkungan tempat budaya itu berkembang. Apabila lingkungan
tempat kebudayaan itu berubah dan manusia tidak dapat menjaga konsistensi dari
kebudayaan itu maka bukan tidak mungkin budaya tersebut akan lenyap. Kebudayaan
berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan
manusia yang lain.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apa keterkaitan manusia dengan budaya?
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan ?
3. Bagaimana suatu kebudayaan lahir dan LS ?

3
4. Apa saja model – model kebudayaan dan perubahan kebudayaan?
5. Bagaimana budaya bisa beruabah secara suka rela, inovasi, difusi, cultural loss,
perubahan kebudayaan karena represi, akulturasi, ethnocide, dan revolusi?
6. Mengapa ada persoalan – persoalan kebudayaan ?

C. TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui keterkaitan manusia dengan kebudayaan.
2. Untuk memahami pengertian kebudayaan.
3. Untuk menambah wawasan mengenai bagaimana kebudayaan lahir dan
berkembang.
4. Untuk mengetahui model – model kebudayaan serta perubahan kebudayaan.
5. Untuk menambah pengetahuan tentang adanya persoalan – persoalan
kebudayaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Akar kata dari kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk
jamak dari kata budhi berarti budi atau akal. Yang berkenaab dengan akal budi dalam
penekanan kata kerjanya bahasa Latin menyebutkan sebagai colera yaitu mengolah,
menyuburkan, mengembangkan tanah. Dari kata Latin lahirlah turunan dalam bahasa
Inggrisnya sebagai culture yang umum di kalangan antropologi diterjemahan sebagai
kebudayaan, sedangkan cultural diterjemahkan menjadi budaya. Berikut beberapa
pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli, yakni sebagai berikut :
 Menurut Lawless dalam Sifuddin (2005) mendefinisikan kebudayaan sebagai
pola – pola kelakuan dan keyakinan (dimediasi oleh simbol) yang dipelajari,
rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan secara dinamik adaptif yang
dipelajari dan yang tergantung pada interaksi sosial manusia.
 Menurut E.B Tylor : kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-
istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
 Menurut R. Linton : kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah
laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
 Menurut Koentjaraningrat : kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
milik diri manusia dengan belajar.
 Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
 Menurut Keesing (dalam Saifuddin, 2005) mengidentifikasi empat pendekatan
terhadap kebudayaan antara lain sebagai berikut : pertama, kebudayaan sebagai
sistem adaptif yang berfungsi utamanya penyesuaian diri suatu masyarakat
terhadap lingkungannya. Kedua, kebudayaan sebagai sistem kognitif yang
merupakan cara berpikir bagi warga kebudayaan. Ketiga, kebudayaan sebagai

5
sistem struktur dari simbol – simbol yang dimiliki bersama yang memiliki
analogi dengan struktur pemikiran manusia. Keempat, kebudayaan sebagai
sistem simbol yang terdiri dari simbol – simbol dan makna – makna yang
dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasi dan bersifat publik.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai budaya di atas, maka dapat


disimpulkan bahwa kebudayaan itu sendiri merupakan hasil dari usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani agar hasilnya dapat digunakan untuk
keperluan masyarakat, misalnya :

1. Karya (kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan


benda atau lainnya yang berwujud benda

2. Rasa, didalamnya termasuk agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dan semua


unsure ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai social dan norma -
norma social.

3. Cipta merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmu


pengetahuan.

Perlu dipahami bahwa topik bahasan mengenai kebudayaan tidak terbatas hanya
dalam topik adat istiadat dan kesenian saja, melainkan memiliki kompleksitas yang
lebih luas lagi. Basis dari kelompok sosial itu dapat berupa etnik, agama, organisasi
sosial dari masyarakat mulai zaman purba kala hingga masa secanggih ini.

B. MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA KEBUDAYAAN


Kebudayaan berisi serangkaian aturan – aturan, petunjuk – petunjuk, resep –
resep, rencana – rencana, strategi yang terdiri dari serangkaian model kognitif yang
digunakan secara selektif oleh kelompok manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapi (Suparlan, 1980). Selain beradaptasi dengan lingkungan
kebudayaan merupakan wahana untuk memenuhi kebutuhan primer, sekunder dan
integratif.

C. SIFAT – SIFAT BUDAYA


Adapun sifat – sifat dari budaya, antara lain :
 Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.

6
 Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
 Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
 Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan -
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan - tindakan yang diizinkan.

D. MODEL KEBUDAYAAN

Lingkungan : alam,
Kebutuhan primer,
sosial, budaya, cyber.
sekunder, integratif

Kebudayaan : Perangkat
model – model pengetahuan

Pranata – pranata dari 7


Aspek Kognitif unsur kebudayaan : Bahasa,
Ekonomi, Organisasi Sosial.
Religi, Kesenian.

Aspek Tingkah Laku Tingkah laku / tindakan

Aspek Material Hasil tingkah laku

E. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Ada 2 penyebab utama perubahan kebudayaan yaitu :
 Perubahan kebudayaan secara sukarela ada beberapa macam yaitu :
a. Inovasi merupakan penyebab perubahan kebudayaan karena danya ide,
metode, dan peralatan yang tersebar karena adanya penerimaan
masyarakat. Inovasi primer adalah kreasi, penemuan hasil imajinasi,
penemuan hasil eksplorasi yang menghasilkan ide, metode, dan

7
peralayan baru. Sedangkan inovasi sekunder adalah aplikasi atau
modifikasi ide, metode, peralatan yang sudah ada.
b. Difusi ialah menyebarkan ide – ide, kebiasaan – kebiasaan dan praktek
– praktek baru dari satu kebudayaan kebudayaan lain.
c. Cultural loss ialah tindakan meninggalkan praktek – praktek atau train
kebudayaan yang telah ada. Contohnya pada tahun 1500 Maroko hingga
Afganistan meninggalkan kereta kuda dengan onta.

 Perubahan kebudayaan karena represi ada beberapa yaitu :


a. Akulturasi ialah perubahan kebudayaan yang masif yang terjadi dalam
suatu masyarakat yang mengalami kontak langsung secara intensif
dengan masyarakat lain yang lebih kuat.
b. Ethnocide ialah proses penghancuran suatu kelompok etnis atau
kekayaan budayaan yang melaluinya hak untuk mempromosikan,
menikmati dan mendorong tradisi. Kebijakan ethnocide antara lain :
melarang menggunakan bahasa nenek moyang, mengkriminalisasi
tradisi, dan merusak organisasi sosial
c. Revolusi ialah perubahan secara drastis dan cepat biasanya disebut
dengan pemberontakan.

F. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN
Beberapa ilmuwan seperti Parson (Sosiolog) dan Kroeber (Antropolog)
menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu
sistem. Dimana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula Hogmann dalam bukunya The World of
Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact.
Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:

 Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-


norma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak
dapat diraba, dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga
masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal
8
ini disebut pula tata kelakuan, hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal
mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada
tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan
santun. Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang
banyak disimpan dalam arsip, tape recorder, komputer.
 Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena rnenyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan
didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas
manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya
dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada
saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
 Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini
hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-- benda
atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat dan difoto yang berujud besar ataupun
kecil. Contohnya: candi Borobudur (besar), baju, dan jarum jahit (kecil), teknik
bangunan Misalnya cara pembuatan tembok dengan pondasi rumah yang berbeda
bergantung pada kondisi.

Sedangkan berdasarkan penggolongan wujud budaya tersebut, maka wujud


kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi : budaya yang bersifat abstrak dan budaya
yang bersifat konkret.

a. Budaya yang bersifat Abstrak.


Sebagaimana telah dijelaskan di atas, budaya yang bersifat abstrak ini letaknya
ada di dalam pikiran manusia, sehingga tidak dapat diraba atau difoto. Karena
terwujud sebagai ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan
dan cita-cita. Dengan demikian, budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal
dari budaya. Ideal disini berarti sesuatu yang seharusnya atau sesuatu yang
diinginkan manusia sebagai anggota masyarakat yang telah menjadi aturan main
bersama.
b. Budaya yang bersifat Konkret

9
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau perbuatan dan
aktivitas manusia di dalam masyarakat yang terlihat secara kasat mata.
Sebagaimana disebutkan Koentjaraningrat wujud budaya konkret ini dengan
system social dan fisik, yang terdiri dari: perilaku, bahasa dan materi.
 Perilaku : merupakan cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam
situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti
pola-pola perilaku masyarakatnya. Pola-pola perilaku adalah cara bertindak
seluruh anggota suatu masyarakat yang mempunyai norma-norma dan
kebudayaan yang sama. Manusia sendiri mempunyai aturan main tersendiri
dalam hidupnya di masyarakat. Oleh sebab itu, dalam mengatur hubungan
antarmanusia diperlukan design for living atau garis – garis petunjuk dalam
hidup sebagai bagian budaya, misalnya : apa yang baik dan buruk, benar-
salah, sesuai-tidak sesuai dengan keinginan (valuational elements),
kemudian bagaimana orang harus berlaku (priscriptrive elements),
kemudian perlu tidaknya diadakan upacara ritual adat atau kepercayaan,
(cognitive elements), misalnya : kelahiran, pernikahan, kematian.
 Bahasa : Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir dan alat berkouminkasi.
Tanpa berfikir dan berkomunikasi kebudayaan sulit ada. Sebagaimana
diketahui sebuah pepatah mengatakan: bahasa menunjukkan bangsa,
artinya bahasalah yang mempopulerkan sebuah bangsa yang tentu saja
termasuk didalamnya kebudayaan bangsa tersebut. Melalui bahasa
kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan, serta
dapat diwariskan pada generasi mendatang. Bahasa bermanfaat bagi
manusia, bahasa dapat menjelaskan ketidak mengertian manusia akan
sesuatu hal. Dengan demikian bahasa dapat menambah pengetahuan
manusia, memperluas cakrawala pemikiran, melanggengkan kebudayaan.
 Materi : Budaya materi merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya manusia dalam masyarakat. Bentuk materi ini berupa pakaian, alat-
alat rumah tangga, alat produksi, alat transportasi, alat komunikasi, dan
sebagainya.

Klasifikasi unsur budaya dari yang kecil hingga yang besar adalah sebagai
berikut :

1) Items, unsure yang paling kecil dalam budaya

10
2) Traits, merupakan gabungan beberapa unsure terkecil
3) Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan trait
4) Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur budaya


menyeluruh (cultural universal). Terjadinya unsure budaya tersebut dapat melalui
discovery, yaitu penemuan yang terjadi secara tidak sengaja atau kebetulan, yang
sebelumnya tidak ada. dan invention, yaitu penemuan atau usaha yang disengaja untuk
memperoleh hal-hal baru.

G. PERSOALAN-PERSOALAN KEBUDAYAAN

Dengan luasnya cakupan kebudayaan membuat muculnya penyebab persoalan-


persoalan kebudayaan. Ada dua permasalahan penting yang harus dihadapi bersama
adanya globalisasi yang menyebabkan adanya penyeragaman (multikulturalisme)

1. Globalisasi

Globalisasi adalah mengintensifnya hubungan-hubungan sosial dunia dan


saling mempengaruhi. Kata kunci utama dalam memahami globalisasi adalah
perekonomian kapitalisme mutakhir dan industrialisme. Kapitalisme adalah
sistem produksi komoditi, yang dipusatkan atas hubungan kepemilikan pribadi
atas modal dan ke-tanpapemilik-an pribadi dari tenaga kerja. Sistem ini
menghasilkan sistem kelas antara pemilik modal dan tenaga kerja. Usaha ini
bergantung pada pasar-pasar kompetitif, investor, produsen dan konsumen.
Menurut (Giddens,1990) masyarakat kapitalis memiliki ciri-ciri konstitusional
tertentu:

 Tatanan ekonomi yang sifatnya kompetitif dan ekspansi


 Ekonomi 'diisolasi' dari institusi politik
 Penyekatan antara politik dan ekonomi yang didasarkan atas keunggulan
dan kepemilikan pribadi dalam cara produksi.
 Ekonomi dikondisikan oleh hal-hal yang menggantungkan nasib pada
akumulasi modal

Dalam dunia pendidikan, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
global. Hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Contoh kebijakan-kebijakan dalam pendidikan adalah

11
perubahan kurikulum agar mampu beradaptasi dengan globalisasi, jurusan di
perguruan tinggi juga harus menetapkan kompetensi secara umum, sehingga mata
kuliah dibuat sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan saat ini. Mahasiswa perlu
mengaplikasikan teori untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan
sosial. Salah satu indikator keberhasilan perguruan tinggi dalam hal mutu adalah
ketika para lulusan dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja internasional.

2. Multikulturalisme

Kekayaan kebudayaan Indonesia dapat menjadi sumber konflik apabila tidak


ditangani dengan benar. Negara-negara maju mengembangkan kebijakan
multikulturalisme untuk mengintegrasikan penduduknya yang beranekaragam
dari segi kebudayaannya. Kunci utama dari multikulturalisme adalah masyarakat
yang majemuk.

Masyarakat yang majemuk menurut Furnival adalah masyarakat yang terdiri


dari dua atau lebih tatanan sosial yang hidup berdampingan. Suparlan juga
menjelaskan bahwa ciri masyarakat majemuk ditandai dengan penekanannya
pada etnisitas yang didasari oleh stereotip dan prasangka. Hal ini menyebabkan
terbentuknya dikriminalisasi terhadap pendatang, pendatang harus bersifat asor
(rendah hati) dan penduduk asli harus unggul, sehingga masyarakat majemuk
tidak menghasilkan tatanan kehidupan yang demokratis tetapi sebuah masyarakat
yang bersifat otoriter, karena struktur sosialnya merupakan kelompok etnis yang
beranekaragam dari feodalistik, paternalistik sampai dengan etnosentrus dan
tribalistik.

Dalam pembentukan identitas bangsa, haruslah dibentuk persatuan antar


masyarakat heterogen. Hal pertama yang menjadi acuan dalam dalam sistem
pendidikan, namun dalam membangun kurikulum multikultural terdapat beberapa
hambatan, salah satu diantaranya adalah pengetahuan guru yang hanya terbatas
pada buku teks bukan pengetahuan yang mendalam terhadap etnik yang
bersangkutan. Untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan multikulturalisme harus
dibangun berdasarkan pengalaman yang baik pengajar maupun mahasiswa.
Misalnya, dalam pengenalan terhadap etnik tertentu melalui seni dan khas lainnya.

12
H. SISTEM DAN SUBSTANSI BUDAYA
1. Sistem Budaya

Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systeme” yang berarti
seperangkat elemen – elemen (bagian-bagian) yang bekerja sama secara teratur.
Konsep sistem dapat ditujukan kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ
tubuh dan seterusnya. Oleh sebab itu, sistem sosial budaya dapat diartikan
sebagai unsur - unsur sosial budaya yang saling berkaitan dengan yang lain
secara teratur, sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan
yang berbeda.

Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokan ke dalam 2 yaitu:


− Kebudayaan material
Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud benda,
barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah dan
sebagainya.
− Kebudayaan non-material
Merupakan hasil cipta, karsa, yang benwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Kebudayaan non – material diantaranya
meliputi:
1. Usage (cara) : Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan
pola-pola tertentu yang disebut cara (usage). Pelanggaran terhadap
norma ini hanya disebut tidak sopan, misalnya makan sambil berdiri,
berdecak, bersendawa, dan sebagainya.
2. Volkways (norma kebiasaan) : Kebiasaan adalah perbuatan yang
diulang-ulang dalam bentuk sama, merupakan cermin bahwa orang
tersebut menyukai perbuatannya. Contohnya bertutur sopan santun,
memberi salam, menghormati orang tua. Sanksi terhadap pelanggaran
ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan dan sebagainya.
3. Mores (Norma kesusilaan) : Mores adalah aturan yang berlandaskan
pada apa yang baik dan seharusnya menurut ajaran agama, filsafat atau
nilai kebudayaan. Pelanggaran terhadap usage, folkways hanya akan
dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi pelanggaran terhadap mores akan

13
disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah. Sanksinya berat,
dirajam atau diusir dari kampung halamannya
4. Custom (Norma adat istiadat) : Tata kelakuan yang kekal serta kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat mengikat
menjadi adat istiadat (costum). Anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya dikucilkan
dari masyarakat
5. Laws (Norma hukum) : merupakan suatu norma yang lebih tepat
disebut sebagai hukum yang tertulis, meskipun tidak selalu demikian.
Laws adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota
masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan
larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan.
Karena sebagian besar norma hukum adalah tertulis maka sanksinya
adalah yang paling tegas bila dibandingkan dengan norma lain.
6. Fashion (Mode) : Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan
dan membuat sesuatu, yang sering berubah-ubah, serta diikuti orang
banyak. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif,
misalnya tarian tradisonal Jawa dielaborasi dengan kesenian Melayu
atau Bali akan lahir tarian kontemporer-modern
2. Substansi (Isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang
memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa
sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos
kebudayaan.
1) Sistem Pengetahuan : Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai
makhluk social merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam
hal berusaha memahami manusia dan alam/lingkungannya
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga
cara, yaitu :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial.
b) Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal
maupun dari pendidikan non-formal

14
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut
sebagai komunikasi simbolik.
2) Nilai : Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estitika), baik (nilai
moral atau etis), religius (nilai agama).
3) Pandangan hidup : Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu
bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai
masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu,
pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau
bangsa. Jika suatu bangsa tidak mempunyai pandangan hidup maka
bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain, mudah
goyah, kehilangan jati diri dan akhirnya sulit untuk menjadi bangsa dan
negera yang besar. Dengan pandangan hidup, seorang manusia, sebuah
bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian visi dan misi yang ingin
dicapai dalam kehidupan, tidak mudah goyah dan mempunyai prinsip
ingin mewujudkan pandangan hidupnya.
4) Kepercayaan : Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk
menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar
diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup
manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan
manusia dalam menghadapi tantangan- tantangan hidup, dan hanya yang
Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari
jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan. Kepercayaan
terhadap “sesuatu” yang “maha” diluar diri manusia, bermacam-macam
tergantung keyakinan manusia.
5) Persepsi : Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran
yang tersusun dari seperangkatan kata-kata yang digunakan untuk
memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terdiri atas:
persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah
satu indera manusia; persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan
15
kegiatan mental individu lain; persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan
melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang
yang bersangkutan.
Dalam keseharian kadangkala persepsi manusia yang satu berbeda
dengan persepsi manusia yang lain, hal ini disebabkan oleh bebrapa
factor, antara lain pengalaman, lingkungan dan pengetahuan, serta
proses dalam diri manusia. Proses timbulnya persepsi dalam diri
seseorang melalui tahapan-tahapan yang dialami oleh manusia:
pancaindera serta alat penerima yang lain, menerima getaran eter
(cahaya dan warna), getaran akuistik (suara), bau, rasa, sentuhan,
tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin), dan
sebagainya. Rangsangan tersebut masuk kedalam sel-sel tertentu di
bagian otaknya.
6) Etos Kebudayaan : Etos sering tampak pada gaya perilaku warga
misalnya, kegemaran – kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai
benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.
Contohnya, seperti dituliskan oleh Koenjaraningrat (1990:217) dalam
buku Pengantar Antropologi, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa,
sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan
berbicara apa adanya. Sebaliknya kebudayaan Jawa dilihat oleh orang
Batak, bahwa watak orang Jawa memancarkan keselarasan, kesuraman,
ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak,
gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan
sosial. Oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan dan toleransi yang
tinggi untuk memahami kebudayaan lain.

I. SIFAT DAN FUNGSI KEBUDAYAAN


1. Sifat – Sifat Kebudayaan
Beberapa sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun juga,
antara lain sebagai berikut :
 Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
 Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
 Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
16
 Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan
– tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan-tindakan yang diijinkan.
2. Fungsi Kebudayaan

Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan


masyarakat. Masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
menjalani kehidupannya. Kebutuhan- kebutuhan masyarakat tersebut sebagian
besar dipenuhi oleh kebudayaanyang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil
karya masyarakat melahirkan teknologi ataukebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan
dalamnya. Teknologi pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu:
Alat-alat produktif, Senjata, Wadah,Makanan dan minuman, Pakaian dan
perhiasan, Tempat berlindung dan perumahan, Alat-alat transport.

Dalam rangka melindungi diri terhadap lingkungan alam, pada taraf


permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak di dalam batas-
batas untuk melindungi dirinya. Masyarakat yang sudah kompleks yang taraf
kebudayaannya lebih tinggi, kondisinya sudah berlainan dengan taraf permulaan.
Hasil karya manusia yaitu teknologi, memberikan kemungkinan- kemungkinan
yang sangat luas untuk memanfaatkan hasil-hasil alam dan apabila memungkinkan
akan menguasai alam. Perkembangan teknologi di negara- negara besar seperti
Amerika Serikat, Jerman dan sebagainya, merupakan contoh di mana
masyarakatnya tidak lagi pasif menghadapi tantangan alam sekitarnya.

Kebudayaan mengatur supaya manusia dapat mengerti bagaimana


seharusnya bertindak, berbuat menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan
dengan orang lain. Setiap orang bagaimanapun hidupnya, akan selalu menciptakan
kebiasaan bagi dirinya sendiri. Kebiasaan (habit) merupakan suatu perilaku pribadi
--- yang berarti kebiasaan orang seorang itu berbeda dari kebiasaan orang lain,
walaupun mereka hidup dalam satu rumah.

J. HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

Sebagaimana telah disebutkan, bahwa sebagai mahluk individu manusia


merupakan satu kesatuan biologis yang perlu hidup berkawan. Perkawanan tersebut

17
tidak lain adalah untuk menciptakan kebudayaan yang menghasilkan alat-alat material
juga immaterial yang diperlukan dalam kehidupannya. Kebudayaan tersebut pada
hakekatnya merupakan alat-alat yang digunakan oleh manusia untuk keberadaan dan
kelangsungan hidupnya atau memenuhi kebutuhana hidupnya. Berdasarkan uraian
tersebut, terlihat bahwa terdapat hubungan timbal balik antara individu, masyarakat,
dan kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Keterkaitan itu disebabkan
apabila kita berbicara masalah manusia dengan kebudayaannya, demikian pula jika
berbicara masalah kebudayaan persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat dan
anggotanya, yaitu manusia yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Berdasarkan penjelasan di atas hubungan manusia dengan kebudayaan adalah


kebudayaan merupakann hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun
abstrak dan juga rancangan hidup masa depan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa
semakin tinggi tingkat kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tinggkat pemikirian
setiap manusia. Kebudayaan itu sendiri digunakan untuk melangsungkan kehidupan
bermasyarakat antar manusia karena sifat manusia yaitu makhluk social yaitu manusia
tidak dapat hidup sendiri melainkan harus hidup dengan manusia lainnya.

Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berbudaya.


Manusia sebagai makhluk berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang memiliki
kelebihan dari makhluk-makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini yaitu manusia
memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan gagasan yang
selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu manusia harus
menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi
disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan,
kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Contoh-
Contoh Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan :

 Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan


Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di
Minangkabau biasanya pihak perempuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
 Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of
life)

18
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang di
besarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih
mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value ).
 Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial
tinggi, rendah dan menengah.
 Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian
yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
 Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara
mereka bergaul.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang memiliki peranan
besar dalam menentukan kemajuan dari kebudayaan bangsa Indonesia ini. Sebagai
mahasiswa, tentulah kita perlu untuk belajar bagaimana bertatakelakuan yang baik
di masyarakat luas. Melalui mata kuliah ISBD ini diharapkan kita dapat semakin
mengerti dan menyesuaikan diri serta menerima semua perbedaan yang terdapat di
masyarakat Indonesia, sebagaimana semboyan negara kita yaitu Bhineka Tunggal
Ika yang artinya “walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu jua.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kebudayaan itu sendiri merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani agar hasilnya dapat digunakan untuk keperluan
masyarakat. Hubungan manusia dengan kebudayaan adalah kebudayaan merupakann
hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun abstrak dan juga rancangan
hidup masa depan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi tingkat
kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tinggkat pemikirian setiap manusia.
Kebudayaan itu sendiri digunakan untuk melangsungkan kehidupan bermasyarakat
antar manusia karena sifat manusia yaitu makhluk social yaitu manusia tidak dapat
hidup sendiri melainkan harus hidup dengan manusia lainnya. Demikian pula jika
berbicara masalah kebudayaan persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat dan
anggotanya, yaitu manusia yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Budaya telah ada
terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan
habisnya usia generasi yang bersangkutan. Interaksi sesama manusia dengan alam raya
akan menciptakan suatu kebudayaan baru dan manusia memanfaatkannya untuk
semaksimal mungkin dengan tujuan yang baik, budaya yang diciptakan dan
dikembangkan oleh manusia tersebut akan berimplikasi pada lingkungan tempat
budaya itu berkembang.
B. SARAN
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan
terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan
bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan
hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan,
bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk
terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Ed.Baru, Jakarta : Rineka Cipta

Banks, James (1989). Multicultural Education Issues and Perspective. Boston: Allyn
and Bacon, hal 329-350.

Giddens, A. (1990). The Concequences of Modernity. Stanford: Stanford University

Harsojo, 1999, Pengantar Antropologi, Bandung : Putra A.bardin

Ihromi, T.O, 1994, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor.

Keesing, Roger, M. 1992, Antropologi Budaya suatu perspektif Kontemporer, jilid 2,


Terj. Samuel Gunawan, Jakarta : Erlangga

Koentjaraningrat (Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indoensia, Jakarta Jambatan.


Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta

-------------------, 1987, Sejarah dan Teori Antropologi I, Jakarta : UI Press

-------------------, 1990, Beberapa pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat

-------------------, 1993, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia


Pustaka utama

Lawang, Robert MZ, 1984, Buku MateriPokok Pengantar Sosiologi, Jakarta :


Universitas Terbuka

Sitompul, A.A, 1993, Manusia dan Budaya, Jakarta : Gunung Mulia

Simanjuntak, Posman, 1996, Berkenalan dengan Antropologi, Jakarta : Erlangga


Soekanto, Soerjono, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali

21

Anda mungkin juga menyukai