2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kami kesehatan, kemudahan dan kelancaran. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul “ Manusia Dan
Kebudayaan ” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan mengenai Manusia dan Kebudayaan serta
penambahan bahan sumber belajar bagi mahasiswa pada pembelajaran Ilmu Sosial Budaya
Dasar bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Drs.Nelson Tarigan, M.Sd
selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang sudah memberikan bimbingannya,
serta ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1 PSPM E 21
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................................. 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk Republik. Luas
Indonesia yaitu sekitar 5. 193.250 km yang dimana sekitar 1. 919. 440 km terdiri
atas wilayah daratan Indonesia yang terdiri dari 17. 508 pulau, 3.273.810 km luas
lautan yang membentang luas di Negara Kesatuan Republik Indonesia (Tribun News,
2022). Menurut data BPS tahun 2010, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok
suku dan budaya, atau lebih tepatnya terdapat sekitar 1.340 suku bangsa yang menyebar
di seluruh negara Indonesia. Dalam kehidupan sehari – hari, manusia yang pada
hakekatnya adalah makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari suku dan budaya.
Perlu dipahami bahwa, manusia hakekatnya hidup karena adanya kebudayaan.
Kebudayaan itu sendiri akan terus ada dan berkembang ketika kita sebagai manusia
mau senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa Indonesia. Selain itu,
manusia juga diberkahi akal dan pikiran oleh Tuhan YME sehingga senantiasa mampu
mengembangkan pemikiran – pemikiran manusia itu sendiri.
Interaksi sesama manusia dengan alam raya akan menciptakan suatu
kebudayaan baru dan manusia memanfaatkannya untuk semaksimal mungkin dengan
tujuan yang baik, budaya yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia tersebut
akan berimplikasi pada lingkungan tempat budaya itu berkembang. Apabila lingkungan
tempat kebudayaan itu berubah dan manusia tidak dapat menjaga konsistensi dari
kebudayaan itu maka bukan tidak mungkin budaya tersebut akan lenyap. Kebudayaan
berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan
manusia yang lain.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini sebagai berikut :
1. Apa keterkaitan manusia dengan budaya?
2. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan ?
3. Bagaimana suatu kebudayaan lahir dan LS ?
3
4. Apa saja model – model kebudayaan dan perubahan kebudayaan?
5. Bagaimana budaya bisa beruabah secara suka rela, inovasi, difusi, cultural loss,
perubahan kebudayaan karena represi, akulturasi, ethnocide, dan revolusi?
6. Mengapa ada persoalan – persoalan kebudayaan ?
C. TUJUAN
Tujuan dari rumusan masalah tersebut adalah :
1. Untuk mengetahui keterkaitan manusia dengan kebudayaan.
2. Untuk memahami pengertian kebudayaan.
3. Untuk menambah wawasan mengenai bagaimana kebudayaan lahir dan
berkembang.
4. Untuk mengetahui model – model kebudayaan serta perubahan kebudayaan.
5. Untuk menambah pengetahuan tentang adanya persoalan – persoalan
kebudayaan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Akar kata dari kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk
jamak dari kata budhi berarti budi atau akal. Yang berkenaab dengan akal budi dalam
penekanan kata kerjanya bahasa Latin menyebutkan sebagai colera yaitu mengolah,
menyuburkan, mengembangkan tanah. Dari kata Latin lahirlah turunan dalam bahasa
Inggrisnya sebagai culture yang umum di kalangan antropologi diterjemahan sebagai
kebudayaan, sedangkan cultural diterjemahkan menjadi budaya. Berikut beberapa
pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli, yakni sebagai berikut :
Menurut Lawless dalam Sifuddin (2005) mendefinisikan kebudayaan sebagai
pola – pola kelakuan dan keyakinan (dimediasi oleh simbol) yang dipelajari,
rasional, terintegrasi, dimiliki bersama, dan secara dinamik adaptif yang
dipelajari dan yang tergantung pada interaksi sosial manusia.
Menurut E.B Tylor : kebudayaan adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-
istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
Menurut R. Linton : kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah
laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
Menurut Koentjaraningrat : kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
milik diri manusia dengan belajar.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi : kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Menurut Keesing (dalam Saifuddin, 2005) mengidentifikasi empat pendekatan
terhadap kebudayaan antara lain sebagai berikut : pertama, kebudayaan sebagai
sistem adaptif yang berfungsi utamanya penyesuaian diri suatu masyarakat
terhadap lingkungannya. Kedua, kebudayaan sebagai sistem kognitif yang
merupakan cara berpikir bagi warga kebudayaan. Ketiga, kebudayaan sebagai
5
sistem struktur dari simbol – simbol yang dimiliki bersama yang memiliki
analogi dengan struktur pemikiran manusia. Keempat, kebudayaan sebagai
sistem simbol yang terdiri dari simbol – simbol dan makna – makna yang
dimiliki bersama, yang dapat diidentifikasi dan bersifat publik.
Perlu dipahami bahwa topik bahasan mengenai kebudayaan tidak terbatas hanya
dalam topik adat istiadat dan kesenian saja, melainkan memiliki kompleksitas yang
lebih luas lagi. Basis dari kelompok sosial itu dapat berupa etnik, agama, organisasi
sosial dari masyarakat mulai zaman purba kala hingga masa secanggih ini.
6
Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan -
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan
tindakan - tindakan yang diizinkan.
D. MODEL KEBUDAYAAN
Lingkungan : alam,
Kebutuhan primer,
sosial, budaya, cyber.
sekunder, integratif
Kebudayaan : Perangkat
model – model pengetahuan
E. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Ada 2 penyebab utama perubahan kebudayaan yaitu :
Perubahan kebudayaan secara sukarela ada beberapa macam yaitu :
a. Inovasi merupakan penyebab perubahan kebudayaan karena danya ide,
metode, dan peralatan yang tersebar karena adanya penerimaan
masyarakat. Inovasi primer adalah kreasi, penemuan hasil imajinasi,
penemuan hasil eksplorasi yang menghasilkan ide, metode, dan
7
peralayan baru. Sedangkan inovasi sekunder adalah aplikasi atau
modifikasi ide, metode, peralatan yang sudah ada.
b. Difusi ialah menyebarkan ide – ide, kebiasaan – kebiasaan dan praktek
– praktek baru dari satu kebudayaan kebudayaan lain.
c. Cultural loss ialah tindakan meninggalkan praktek – praktek atau train
kebudayaan yang telah ada. Contohnya pada tahun 1500 Maroko hingga
Afganistan meninggalkan kereta kuda dengan onta.
F. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN
Beberapa ilmuwan seperti Parson (Sosiolog) dan Kroeber (Antropolog)
menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu
sistem. Dimana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula Hogmann dalam bukunya The World of
Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: ideas, activities, and artifact.
Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa
kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:
9
Wujud budaya yang bersifat konkret berpola dari tindakan atau perbuatan dan
aktivitas manusia di dalam masyarakat yang terlihat secara kasat mata.
Sebagaimana disebutkan Koentjaraningrat wujud budaya konkret ini dengan
system social dan fisik, yang terdiri dari: perilaku, bahasa dan materi.
Perilaku : merupakan cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam
situasi tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti
pola-pola perilaku masyarakatnya. Pola-pola perilaku adalah cara bertindak
seluruh anggota suatu masyarakat yang mempunyai norma-norma dan
kebudayaan yang sama. Manusia sendiri mempunyai aturan main tersendiri
dalam hidupnya di masyarakat. Oleh sebab itu, dalam mengatur hubungan
antarmanusia diperlukan design for living atau garis – garis petunjuk dalam
hidup sebagai bagian budaya, misalnya : apa yang baik dan buruk, benar-
salah, sesuai-tidak sesuai dengan keinginan (valuational elements),
kemudian bagaimana orang harus berlaku (priscriptrive elements),
kemudian perlu tidaknya diadakan upacara ritual adat atau kepercayaan,
(cognitive elements), misalnya : kelahiran, pernikahan, kematian.
Bahasa : Bahasa berfungsi sebagai alat berfikir dan alat berkouminkasi.
Tanpa berfikir dan berkomunikasi kebudayaan sulit ada. Sebagaimana
diketahui sebuah pepatah mengatakan: bahasa menunjukkan bangsa,
artinya bahasalah yang mempopulerkan sebuah bangsa yang tentu saja
termasuk didalamnya kebudayaan bangsa tersebut. Melalui bahasa
kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dikembangkan, serta
dapat diwariskan pada generasi mendatang. Bahasa bermanfaat bagi
manusia, bahasa dapat menjelaskan ketidak mengertian manusia akan
sesuatu hal. Dengan demikian bahasa dapat menambah pengetahuan
manusia, memperluas cakrawala pemikiran, melanggengkan kebudayaan.
Materi : Budaya materi merupakan hasil dari aktivitas, perbuatan, dan
karya manusia dalam masyarakat. Bentuk materi ini berupa pakaian, alat-
alat rumah tangga, alat produksi, alat transportasi, alat komunikasi, dan
sebagainya.
Klasifikasi unsur budaya dari yang kecil hingga yang besar adalah sebagai
berikut :
10
2) Traits, merupakan gabungan beberapa unsure terkecil
3) Kompleks budaya, gabungan beberapa dari items dan trait
4) Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa kompleks budaya.
G. PERSOALAN-PERSOALAN KEBUDAYAAN
1. Globalisasi
Dalam dunia pendidikan, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi
global. Hal yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. Contoh kebijakan-kebijakan dalam pendidikan adalah
11
perubahan kurikulum agar mampu beradaptasi dengan globalisasi, jurusan di
perguruan tinggi juga harus menetapkan kompetensi secara umum, sehingga mata
kuliah dibuat sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan saat ini. Mahasiswa perlu
mengaplikasikan teori untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan
sosial. Salah satu indikator keberhasilan perguruan tinggi dalam hal mutu adalah
ketika para lulusan dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja internasional.
2. Multikulturalisme
12
H. SISTEM DAN SUBSTANSI BUDAYA
1. Sistem Budaya
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani, yaitu “systeme” yang berarti
seperangkat elemen – elemen (bagian-bagian) yang bekerja sama secara teratur.
Konsep sistem dapat ditujukan kepada: organisasi, kumpulan, himpunan, organ
tubuh dan seterusnya. Oleh sebab itu, sistem sosial budaya dapat diartikan
sebagai unsur - unsur sosial budaya yang saling berkaitan dengan yang lain
secara teratur, sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan
yang berbeda.
13
disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah. Sanksinya berat,
dirajam atau diusir dari kampung halamannya
4. Custom (Norma adat istiadat) : Tata kelakuan yang kekal serta kuat
integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat mengikat
menjadi adat istiadat (costum). Anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya dikucilkan
dari masyarakat
5. Laws (Norma hukum) : merupakan suatu norma yang lebih tepat
disebut sebagai hukum yang tertulis, meskipun tidak selalu demikian.
Laws adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota
masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan
larangan agar dalam masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan.
Karena sebagian besar norma hukum adalah tertulis maka sanksinya
adalah yang paling tegas bila dibandingkan dengan norma lain.
6. Fashion (Mode) : Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan
dan membuat sesuatu, yang sering berubah-ubah, serta diikuti orang
banyak. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif,
misalnya tarian tradisonal Jawa dielaborasi dengan kesenian Melayu
atau Bali akan lahir tarian kontemporer-modern
2. Substansi (Isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala
macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang
memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk atau berupa
sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos
kebudayaan.
1) Sistem Pengetahuan : Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai
makhluk social merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam
hal berusaha memahami manusia dan alam/lingkungannya
Untuk memperoleh pengetahuan tersebut di atas manusia melakukan tiga
cara, yaitu :
a) Melalui pengalaman dalam kehidupan sosial.
b) Berdasarkan pengalaman yang diperoleh melalui pendidikan formal
maupun dari pendidikan non-formal
14
c) Melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut
sebagai komunikasi simbolik.
2) Nilai : Nilai adalah sesuatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-
citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota
masyarakat. Karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila
berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estitika), baik (nilai
moral atau etis), religius (nilai agama).
3) Pandangan hidup : Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu
bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai
masalah yang dihadapinya. Di dalamnya terkandung konsep nilai
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu,
pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat dengan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau
bangsa. Jika suatu bangsa tidak mempunyai pandangan hidup maka
bangsa tersebut akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain, mudah
goyah, kehilangan jati diri dan akhirnya sulit untuk menjadi bangsa dan
negera yang besar. Dengan pandangan hidup, seorang manusia, sebuah
bangsa dan atau negara mempunyai serangkaian visi dan misi yang ingin
dicapai dalam kehidupan, tidak mudah goyah dan mempunyai prinsip
ingin mewujudkan pandangan hidupnya.
4) Kepercayaan : Pada dasarnya, manusia yang memiliki naluri untuk
menghambakan diri kepada yang Mahatinggi, yaitu dimensi lain di luar
diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup
manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidakmampuan
manusia dalam menghadapi tantangan- tantangan hidup, dan hanya yang
Mahatinggi saja yang mampu memberikan kekuatan dalam mencari
jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan. Kepercayaan
terhadap “sesuatu” yang “maha” diluar diri manusia, bermacam-macam
tergantung keyakinan manusia.
5) Persepsi : Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran
yang tersusun dari seperangkatan kata-kata yang digunakan untuk
memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan. Persepsi terdiri atas:
persepsi sensorik, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah
satu indera manusia; persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan
15
kegiatan mental individu lain; persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan
melihat peristiwa atau kejadian di tempat lain, jauh dari tempat orang
yang bersangkutan.
Dalam keseharian kadangkala persepsi manusia yang satu berbeda
dengan persepsi manusia yang lain, hal ini disebabkan oleh bebrapa
factor, antara lain pengalaman, lingkungan dan pengetahuan, serta
proses dalam diri manusia. Proses timbulnya persepsi dalam diri
seseorang melalui tahapan-tahapan yang dialami oleh manusia:
pancaindera serta alat penerima yang lain, menerima getaran eter
(cahaya dan warna), getaran akuistik (suara), bau, rasa, sentuhan,
tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin), dan
sebagainya. Rangsangan tersebut masuk kedalam sel-sel tertentu di
bagian otaknya.
6) Etos Kebudayaan : Etos sering tampak pada gaya perilaku warga
misalnya, kegemaran – kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai
benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing.
Contohnya, seperti dituliskan oleh Koenjaraningrat (1990:217) dalam
buku Pengantar Antropologi, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa,
sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan
berbicara apa adanya. Sebaliknya kebudayaan Jawa dilihat oleh orang
Batak, bahwa watak orang Jawa memancarkan keselarasan, kesuraman,
ketenangan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak,
gagasan yang berbelit-belit, feodal, serta diskriminasi terhadap tingkatan
sosial. Oleh karenanya diperlukan sikap kedewasaan dan toleransi yang
tinggi untuk memahami kebudayaan lain.
17
tidak lain adalah untuk menciptakan kebudayaan yang menghasilkan alat-alat material
juga immaterial yang diperlukan dalam kehidupannya. Kebudayaan tersebut pada
hakekatnya merupakan alat-alat yang digunakan oleh manusia untuk keberadaan dan
kelangsungan hidupnya atau memenuhi kebutuhana hidupnya. Berdasarkan uraian
tersebut, terlihat bahwa terdapat hubungan timbal balik antara individu, masyarakat,
dan kebudayaan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Keterkaitan itu disebabkan
apabila kita berbicara masalah manusia dengan kebudayaannya, demikian pula jika
berbicara masalah kebudayaan persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat dan
anggotanya, yaitu manusia yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.
18
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang di
besarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih
mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of value ).
Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial
tinggi, rendah dan menengah.
Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian
yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara
mereka bergaul.
Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang memiliki peranan
besar dalam menentukan kemajuan dari kebudayaan bangsa Indonesia ini. Sebagai
mahasiswa, tentulah kita perlu untuk belajar bagaimana bertatakelakuan yang baik
di masyarakat luas. Melalui mata kuliah ISBD ini diharapkan kita dapat semakin
mengerti dan menyesuaikan diri serta menerima semua perbedaan yang terdapat di
masyarakat Indonesia, sebagaimana semboyan negara kita yaitu Bhineka Tunggal
Ika yang artinya “walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu jua.
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebudayaan itu sendiri merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani agar hasilnya dapat digunakan untuk keperluan
masyarakat. Hubungan manusia dengan kebudayaan adalah kebudayaan merupakann
hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun abstrak dan juga rancangan
hidup masa depan. Sehingga dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi tingkat
kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tinggkat pemikirian setiap manusia.
Kebudayaan itu sendiri digunakan untuk melangsungkan kehidupan bermasyarakat
antar manusia karena sifat manusia yaitu makhluk social yaitu manusia tidak dapat
hidup sendiri melainkan harus hidup dengan manusia lainnya. Demikian pula jika
berbicara masalah kebudayaan persoalannya akan dihadapkan kepada masyarakat dan
anggotanya, yaitu manusia yang terhimpun didalamnya maupun interaksi antara
kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Budaya telah ada
terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan
habisnya usia generasi yang bersangkutan. Interaksi sesama manusia dengan alam raya
akan menciptakan suatu kebudayaan baru dan manusia memanfaatkannya untuk
semaksimal mungkin dengan tujuan yang baik, budaya yang diciptakan dan
dikembangkan oleh manusia tersebut akan berimplikasi pada lingkungan tempat
budaya itu berkembang.
B. SARAN
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan
terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan
bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan
hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan,
bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk
terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Ed.Baru, Jakarta : Rineka Cipta
Banks, James (1989). Multicultural Education Issues and Perspective. Boston: Allyn
and Bacon, hal 329-350.
21