Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi


dan Pembelajaran SKI di madrasah

“PERENCANAAN PEMBELAJARAN SKI DI MADRASAH/MI”

Disusun Oleh Kelompok 7:

Putri Salsabila 211010098


Mohammad Firmansyah 211010116
Muhammad Fikri Al-Husainni 211010125

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH


DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
DATOKARAMAH PALU 2023

i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran SKI di Madrasah dengan dosen pengampuh ibu MENI
ANDARWATI, S.PD.I., M.PD.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki,
oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Menurut Para


Ahli...............................................................................................................3
B. Sejarah Pembelajaran Ala Rosulullah SAW.................................................5
C. Perencanaan Dalam Pembelajaran..............................................................10
D. Hakikat Pembelajaran SKI di MI...............................................................11
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar....................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan, yang harus direncanakan


oleh guru berdasarkan pada kurikulum yang berlaku. Perencanaan program belajar
mencakup kegiatan merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi / materi
pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar dan merumuskan
sumber belajar / media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan
evaluasi belajar. Fungsi perencanaan program belajar adalah sebagai pedoman
kegiatan guru dalam mengajar dan pedoman siswa dalam kegiatan belajar yang
disusun secara sistematis dan sistemik. Perencanaan program belajar harus
berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara
tujuan, materi, kegiatan belajar dan evaluasi.

Rencana pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan jangka


pendek yang dilakukan oleh guru untuk dapat memperkirakan berbagai tindakan
yang akan dilakukan di kelas atau di luar kelas. Perencanaan pembelajaran tersebut
perlu dilakukan agar guru dapat mengkoordinasikan berbagai komponen
pembelajaran yang berorientasi (berbasis) pada pembentukan kompetensi siswa,
yakni kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian
berbasis kelas (PBK). Kompetensi dasar berfungsi untuk memberikan makna
terhadap kompetensi dasar. Indikator hasil belajar berfungsi sebagai alat untuk
mengukur ketercapaian kompetensi. Sedangkan PBK sebagai alat untuk mengukur
pembentukan kompetensi serta menentukan tindakan yang harus dilakukan jika
kompetensi standar belum tercapai.

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?


2. Sejarah Pembelajaran Ala Rosulullah SAW
3. Hakikat Pembelajaran SKI di MI?
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


2. Untuk Mengetahui Pembelajaran Ala Rosulullah SAW
3. Untuk Mengetahui Hakikat Pembelajaran SKI di MI
4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam


Pembelajaran menurut Oemar Hamalik adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Lester D. Crow and Alice Crow learning is a modification of behaviour
accompanying growth processes that are brought about trough adjustment to
tensions initiated trough sensory stimulation. (Pembelajaran adalah perubahan
tingkah laku yang diiringi dengan proses pertumbuhan yang ditimbulkan melalui
penyesuaian diri terhadap keadaan lewat rangsangan atau dorongan).

Menurut Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara


peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik. Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun
faktor eksternal yang datang dari lingkungan individu tersebut. Secara substansial,
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah
kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan
untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Jadi pembelajaran SKI adalah interaksi antara guru dan siswa dalam mempelajari
sejarah kebudayaan Islam.1

Menurut para ahli, perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Menurut Smith & Ragan perencanaan pembelajaran adalah proses


sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran ke
dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran.

1
Asmi Faiqatul Himmah , M.Pd, pembelajaan Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah,
17 september 2016

3
2. Menurut Ibrahim, perencanaan pembelajaran adalah kegiatan
merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh sutau kegiatan
pembelajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan
tersebut, materi apa yang disampaikan, bagaimana cara menyampaikan,
serta alat/media apa yang diperlukan.
3. Menurut Banghart dan Trull, perencanaan pembelajaran adalah proses
penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran,
penggunaan pendekatan/metode pembelajaran, dalam suatu alokasi
waktu yang akan dilaksamakn pada masa satu semester yang akan
datang untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Menurut Nana Sudja, prencanaan pembelajaran adalah kegiatan
memproyeksikan tindakan apa yang akan dilakukan dalam suatu
pembelajaran yaitu dengan mengkoordinasikan komponen-komponen
pembelajaran sehingga arah kegiatan, isi kegiatan cara penyampaian
kegiatan.
5. Menurut Reigeluth, perencanaan pembelajaran adalah merupakan suatu
sistem pengembangan setiap unsur pembelajaran, meliputi
pengembangan tujuan, isi metode dan pengembangan evaluasi. 2

Dasar filosofi adalah suatu dasar yang bersumber dari dalam filsafat
pendidikan dengan menyangkut suatu keyakinan, nilai, hakikat pengetahuan dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan dengan dari suatu kebenaran logika,
akal. Dasar filosofis ini terbagi tiga macam, yaitu ontologi, epistimologi, dan
aksiologi. Dasar filosofis itu sangat penting serta memberi peranan yang sangat
penting pula untuk mengacu perkembangan pada perubahan pendidikan yang lebih
baik didalam perencanannya. Agar pada perencanaan itu berjalan lancar serta tepat
pada sasaran, tujuan yang mempunyai arah jelas bagi pendidikan yang akan datang
lebih baik dan berkembang.3

2
Naomi Angel Kristina, pengertian perencanaan menurut para ahli, maret 09, 2020
3
Abdul Salam, Tafahham jurnal pendidikan dan riset, dasar filosofis perencanaan dalam
pendidikan, Vol.1 No.1

4
B. Sejarah Pembelajaran Ala Rosulullah SAW

Kesuksesan seseorang tidak akan lengkap tanpa memiliki kompetensi ini.


Keberhasilan kepemimpinan Rasulullah di bidang pendidikan tidak terlepas dari
kemampuan beliau dalam memimpin diri sendiri. Meskipun Rasulullah Saw
dibimbing oleh wahyu dalam setiap gerak dan langkahnya, namun juga melakukan
berbagai perencanaan yang matang demi tercapainya tujuan. Perencanaan adalah
membuat suatu target yang akan dicapai atau diraih di masa depan. Perencanaan
pendidikan yang diaplikasikan oleh Rasulullah Saw tampak dari beberapa peristiwa
sejarah seperti: ketika mengidentifikasi masalah ketika ber-khalwat di gua Hira,
pemilihan rumah al-Arqam sebagai lembaga pendidikan, perencanaan hijrah ke
Habasyah, pemilihan dua Umar; perencanaan hijrah ke Madinah, perumusan
kebijakan di Madinah, mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, perumusan
Piagam Madinah, dan persetujuan Perjanjian Hudaibiyah.

1. Ber-khalwat di gua Hira

Tujuan Rasulullah Saw berkhalwat dan bertafakkur dalam gua Hira’


tersebut adalah untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada masyarakat
Mekkah. Selain itu, beliau juga mendapatkan ketenangan dalam dirinya serta obat
penawar hasrat hati yang ingin menyendiri, mencari jalan memenuhi kerinduannya
yang selalu makin besar, dan mencapai ma'rifat serta mengetahui rahasia alam
semesta. Pada usia 40 tahun, Rasulullah Saw menerima wahyu pertama. Jibril
memeluk tubuh Rasulullah Saw ketika beliau ketakutan. Tindakan Jibril tersebut
merupakan terapi menghilangkan segala perasaan takut yang terpendam di lubuk
hati beliau. Pelukan erat itu mampu membuat Rasulullah Saw tersentak walau
kemudian membalasnya. Sebuah tindakan refleks yang melambangkan sikap
berani. Setelah kejadian itu, Rasulullah Saw tidak pernah dihinggapi rasa takut,
apalagi bimbang dalam menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia. Muhammad
Said Ramadhan al Buthy menjelaskan, timbulnya rasa takut dan cemas pada diri
Nabi Saw. ini merupakan suatu bukti nyata bagi orang yang berakal sehat bahwa
Nabi Saw tidak pernah sama sekali ‘merindukan risalah’ yang dibebankan-Nya.
Juga bahwa fenomena wahyu ini tidak datang bersamaan ataupun menyempurnakan

5
apa yang pernah terlintas di dalam benaknya. Akan tetapi, fenomena wahyu ini
muncul secara mengejutkan dalam hidupnya tanpa pernah dibayangkan
sebelumnya. Rasa takut dan cemas tidak akan pernah dialami oleh orang yang telah
merenung dan berpikir secara pelanpelan sampai terbentuk di dalam benaknya
suatu akidah yang diyakini akan menjadi dakwahnya.Visi pendidikan Islam yang
diaplikasikan oleh Rasulullah Saw sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan
jangka panjang ajaran Islam itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh
manusia, sesuai dengan firman Allah yang artinya: “Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

2. Pemilihan Dar al Arqam

Pada masa-masa awal dakwah Rasulullah Saw, tepatnya pada tahun kelima
kenabian Rasulullah Saw menjadikan sebuah rumah milik al Arqam ibn al Arqam
al Makhzumi sebagai tempat pertemuan beliau dengan para sahabatnya yang saat
itu merupakan minoritas yang senantiasa dijadikan objek tekanan dan penindasan
kaum kafir Quraisy. Menurut analisis, setidaknya ada tiga alasan penting pemilihan
rumah al Arqam, antara lain:

a. Al Arqam bernaung di bawah klan Bani Makhzum yang merupakan musuh


tradisional Bani Hasyim. Dengan alasan ini, akan sangat sulit bagi kaum
kafir membayangkan bahwa Rasulullah Saw yang datang dari klan Bani
Hasyim justru menggunakan rumah anggota klan Bani Makhzum.
b. Saat itu usia al Arqam ibn al Arqam masih sangat belia, yakni baru berusia
16 tahun, sehingga anggapan kaum kafir akan sulit mengerti bagaimana
sebuah rumah milik seorang anak muda belia akan dijadikan pusat dakwah
oleh Rasulullah Saw.
c. Keislaman al Arqam masih belum diketahui siapapun kecuali oleh kalangan
umat Islam saat itu saja.

6
3. Perencanaan Hijrah ke Madinah

Setelah melaksanakan dakwah selama 10 tahun kepada penduduk Mekkah


dan tidak mendapat respon positif yang signifikan, Nabi Muhammad Saw mulai
berdakwah kepada para jamaah haji yang berziarah ke Ka’bah selama musim haji.
Diantara para jamaah haji tersebut berasal dari Yatsrib, suatu daerah sebelah Utara
Makkah. Nabi Muhammad Saw telah cukup berhasil membentuk keimanan dan
mental yang tangguh di antara para pengikutnya. Hal ini perlu dilanjutkan dengan
membentuk sebuah komunitas yang Islami dengan tatanan sosial yang lebih baik.
Oleh karena itu, masyarakat muslim awal itu memerlukan suatu daerah yang
mampu memberikan perlindungan bagi mereka sekaligus tempat untuk membentuk
kawasan percontohan komunitas muslim yang ideal Diceritakan, pada suatu musim
haji, Nabi Muhammad Saw berdakwah kepada jamaah dari Yatsrib dan disambut
dengan positif. Mereka berjanji akan dating lagi di musim haji berikutnya dan
meminta Nabi Muhammad Saw mengirimkan salah seorang sahabatnya untuk
mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Pada tahun berikutnya, penduduk
Yatsrib datang dengan jumlah yang lebih banyak dan mengikrarkan janji setia
kepada Nabi Muhammad Saw dan memintanya untuk pindah ke Yatsrib. Sebelas
tahun Rasulullah Saw menghadapi kehidupan yang tak mengenal istirahat dan
ketenangan. Setiap saat selalu diancam pembunuhan dan penganiayaan dari orang-
orang Qurasiy. Akan tetapi, semua itu tidak mengendurkan semangat dan
kekuatannya. Sebenarnya sangat mudah bagi Allah untuk menegakkan masyarakat
Islam tanpa memerlukan jihad, kesabaran, dan jerih payah menghadapi berbagai
penderitaan tersebut. Tetapi, perjuangan berat ini sudah menjadi sunatullah pada
para hamba-Nya yang ingin mewujudkan ta’abbud kepada-Nya secara suka rela,
sebagaimana secara terpaksa mereka harus tunduk patuh kepada ketentuan-Nya.

4. Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar

Langkah pertama yang beliau lakukan di Madinah adalah


mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Nabi Muhammad Saw
mempersaudarakan satu orang Muhajir Makkah dengan seorang Anshar Madinah.
Salah satu contoh persaudaraan itu adalah persaudaraan antara Abdurrahman bin

7
‘Auf dan Sa’d bin ar Rabi’. Kemudian Abdurrahman ditunjukkan pasar Bani
Quinuqa. Ketika pulang ternyata ia membawa gandum dan samin. Begitulah
seterusnya ia berusaha dan berdagang di pasar. Dalam waktu tidak berapa lama,
dengan kecakapannya dalam berdagang ia telah dapat mengumpulkan kekayaan
yang banyak, dan dapat pula memberikan mas kawin kepada salah seorang wanita
Madinah. Selanjutnya ia berhasil mempunyai kafilah-kafilah dagang yang
menjalankan bisnis perdagangan ke wilayahwilayah lain.

Makna persaudaraan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw itu adalah


lenyapnya fanatisme kesukuan ala jahiliyah; tidak ada semangat pengabdian selain
kepada Islam; runtuhnya semua bentuk perbedaan pada asal keturunan, warna kulit,
dan asal usul kedaerahan atau kebangsaan; dan maju mundurnya seseorang hanya
tergantung pada kepribadiannya sendiri dan ketakwaannya kepada Allah.
Muhammad Husain Haekal mengatakan, bahwa sebelum Rasulullah Saw tidak
pernah ada seorang nabi dan rasul yang menempuh langkahlangkah seperti itu. Nabi
Isa dan Nabi Musa serta para nabi dan rasul terdahulu, kegiatannya terbatas pada
dakwah agama dan menyampaikan ajaran agamanya masing-masing kepada
kaumnya melalui diskusi, penjelasan dan memperkuat kebenaran mereka dengan
mukjizat. Masalah penyebarluasan selanjutnya mereka biarkan berada di tangan
para penguasa dan para pemimpin masyarakat menurut kemampuan mereka dalam
dalam mempertahankan kemerdekaan setiap orang menganut agama sesuai dengan
keyakinannya. Persaudaraan merupakan konsep mendasar peradaban Islam.
Hubungan persaudaraan merupakan hubungan yang paling kuat disbanding ikatan-
ikatan lainnya. Konsep persaudaran belakangan juga digunakan dalam Revolusi
Perancis yang terkenal dengan semboyan liberte, egalite, fraternite (kebebasan,
kesetaraan, dan persaudaraan). Jauh sebelum revolusi itu meletus, Madinah telah
melaksanakan ketiga prinsip itu secara konkrit.

5. Piagam Madinah (al Shahifa al Madinah)

Langkah berikutnya yang Rasulullah Saw lakukan adalah membuat


kesepakatan antar berbagai fraksi yang ada di Madinah. Kesepakatan itu dikenal
dengan al Shahifa al Madinah, Piagam Madinah, Madeena Charter, atau Konstitusi

8
Madinah. Ini merupakan konstitusi pertama negara muslim. Setelah Nabi
Muhammad Saw hijrah ke Madinah, beliau memandang perlu untuk mengatur
hubungan dengan orang-orang nonmuslim. Dalam hal ini beliau bertujuan
menciptakan suasana aman, damai, dan tentram dengan mengatur wilayah dalam
satu arahan. Oleh karena itu, kemudian Nabi Muhammad Saw mengumpulkan para
pemimpin Madinah untuk merumuskan suatu kesepakatan politik yang dikenal
dengan “Piagam Madinah.” Perjanjian tersebut dalam istilah modern lebih tepat
disebut sebagai dustur (Undang-undang Dasar). Jika perjanjian ini dianggap
sebagai dustur, ia telah memuat semua masalah yang dibahas oleh dustur modern
mana pun yang telah meletakkan garis besar haluan negara, baik masalah dalam
negeri maupun luar negeri. Dustur yang dibuat oleh Rasulullah Saw ini berdasarkan
wahyu Allah dan ditulis oleh para sahabatnya kemudian dijadikan sebagai
‘Undang-undang Dasar’ yang disepakati oleh kaum muslim dan Yahudi,
merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Islam tegak berdasarkan asas perundang-
undangan yang sempurna dan manajemen yang diperlukan setiap negara mana pun.
Dokumen perjanjian tersebut menetapkan prinsip-prinsip konstitusi negara modern,
seperti kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat, perlindungan
terhadap harta dan jiwa anggota masyarakat, kesetaraan bagi semua warga, jaminan
keamanan bagi kelompok minoritas, dan larangan melakukan kejahatan. Dengan
demikian, seluruh kota Madinah dan sekitarnya telah benarbenar jadi terhormat
bagi seluruh penduduknya. Dengan demikian, penghargaan dan perlindungan Hak
Asasi Manusia (HAM) yang dideklarasikan PBB dan dunia Barat pada abad 20-an
sebenarnya sudah dicetuskan dan diberlakukan pada saat Rasulullah Saw hijrah ke
Madinah dengan menghargai semua golongan dan kepercayaan, sehingga semua
orang yang tinggal di kota Madinah merasa aman dan saling menghargai. Dan
secara administratif ditetapkan di dalam Piagam Madinah. 4

4
Kholilur Rahman, Jurnal Al Wijdan PERENCANAAN PENDIDIKAN ALA NABI,
AL-WIJDÁN, Volume III, Nomor 1, Juni 2018

9
C. Perencanaan Dalam Pembelajaran

Melaksanakan perencanaan, Dalam hadist Rosulullah adalah persiapan,


dalam arti katika kita hendak melaksanakan aktifitas dalam kehidupan termasuk
aktifitas pendidikan sebaiknya harus dimulai dengan pencanaan atau persipan.
Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dan esensial, misalnya hadits
tentang “niat seorang mu’min”, hal itu sangat berkaitan dengan perencanaan. Niat
dapat di umpamakan sebagai perencanaan meskipun niat belum terbentuk atau
tergambar dalam sebuah tulisan, namun sebuah tulisan dan tergambar dalam hati
atau fikiran seseorang. Ketika perencanan di artikan sebagai persiapan untuk
melaksanakan aktivitas sesuatu dengan jangka waktu tertentu.5

Perencanaan pembelajaran berisi rangkaian kegiatan yang harus


dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran
dapat berfungsi sebagai pedoman dalam mendesain pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan”.Perencanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di awali dengan
penyusunan perangkat pembelajaran berupa RPP. Secara umum RPP yang dibuat
oleh guru Sejarah Kebudayaan islam memuat identitas madrasah, identitas mata
pelajaran, kelas / semester, materi pokok, alokasi waktu ,kompetensi inti,
kompetensi dasar & indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian
hasil pembelajaran. 6

Guru sejarah kebudayaan Islam berpedoman pada silabus kurikulum yang


berlaku, misalnya kurikulum merdeka. Pembelajaran pendidikan agama Islam
dalam Kurikulum Merdeka Belajar adalah untuk mengembangkan potensi siswa
secara utuh, yaitu intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Beberapa tujuan
khusus pembelajaran pendidikan agama Islam dalam Kurikulum Merdeka Belajar
adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang ajaran Islam dan nilai-nilai

5
Abdul Salam, Tafahham jurnal pendidikan dan riset, dasar filosofis perencanaan dalam
pendidikan, Vol.1 No.1
6
Nur Hidayati, Leo Agung S, Musa Pelu, PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM BERDASARKAN KURIKULUM 2013

10
keislaman. Mengembangkan kesadaran siswa tentang pentingnya mempraktikkan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Membekali siswa dengan
keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan ibadah secara
benar. 7

D. Hakikat Pembelajaran SKI di MI

Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu pelajaran penting sebagai upaya
untuk membentuk watak dan kepribadian umat. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
adalah sekumpulan kejadian atau peristiwa penting dari tokoh muslim. Dengan
mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam, peserta didik dapat memperoleh pelajaran
yang berharga dari perjalanan dari seorang tokoh atau generasi zaman dulu. Peserta
didik juga dapat meneladani sifat-sifat yang baik dari para tokoh-tokoh islam zaman
dulu. ejarah menurut bahasa berarti riwayat atau kisah. Sedangkan menurut istilah,
sejarah ialah proses perjuangan manusia untuk mencapai penghidupan
kemanusiaan yang lebih sempurna dan sebagai ilmu yang berusaha mewariskan
pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu. Kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal).

Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti
hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya,
karsa dan cipta manusia di masyarakat. Apabila dikaitkan dengan islam, maka
Kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta umat islam yang didasarkan
kepada nilai-nilai ajaran islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah
nabi. Jadi kesimpulannya, Sejarah Kebudayaan Islam adalah kejadian atau
peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat islam yang

7
Nur Haliza Goli, Muh. Wasith Achadi, jurnal manejemen dan pendidikan islam,
ANALISIS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) Vol. 3, No. 3 Maret 2023

11
didasarkan kepada sumber nilai-nilai islam. Tujuan mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) antara lain adalah sebagai berikut:

(a) mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan dengan
kebudayaan Islam

(b) mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam
perkembangan Islam

(c) memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan islam dari satu
periode ke periode berikutnya.

Selain tujuan ada juga manfaat yang diperoleh dengan mempelajari Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) antara lain sebagai berikut:

(a) menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan islam yang merupakan buah karya
kaum muslimin masa lalu

(b) memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani
dalam kehidupan sehari-hari

(c) membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap


kemajuan dunia islam

(d) memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari
dalam diri sendiri, masyarakat, lingkungan negerinya serta demi islam pada masa
yang akan datang.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar


dibedakan menjadi 2 yakni faktor internal, dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal

Yang dimaksud dengan faktor internal ini adalah faktor yang mempengaruhi
keberhasilan belajar yang berasal dari dalam diri individu yang belajar. Sebagai

12
contohnya adalah keadaan jasmani dan rohani peserta didik. Faktor internal
meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek fisiologis

Aspek ini meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot). Aspek
fisiologis yang memadai dapat mempengaruhi semangat dan intensitas individu
yang belajar dalam mengikuti pelajaran.

2) Aspek psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi


kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta didik. Namun diantara faktor
rohaniah yang ada pada diri peserta didik yang dipandang paling esensial adalah
tingkat kecerdasan intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi


keberhasilan belajar yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal dibagi menjadi
dua yakni :

1) Linggkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf, administrasi, teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar peserta didik. Para guru yang selalu memajukan
sikap dan perilaku yang simpatik dan selalu memperlihatkan suri tauladan yang
baik juga menjadi motivasi belajar bagi peserta didik. Lingkungan sosial yang
paling mempengaruhi terhadap belajar peserta didik adalah orang tua dan keluarga
peserta didik itu sendiri. Sikap orang tua, pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga, dan demografi keluarga dapat berdampak terhadap kegiatan belajar
peserta didik dan hasil yang dicapainya.

13
2) Lingkungan nonsosial

Yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letak


geografisnya, rumah tempat tinggal peserta didik dan letak geografisnya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca, dan waktu yang digunakan belajar oleh peserta didik.
Rumah yang sempit dan berantakan, berkampungan terlalu padat penduduknya
akan mendorong peserta didik untuk dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan
seperti ini jelas berpengaruh terhadap kegiatan belajar peserta didik. 8

8
Asmi Faiqatul Himmah , M.Pd, pembelajaan Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah,
17 september 2016

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam
pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan individu tersebut. Secara substansial, mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Jadi pembelajaran SKI
adalah interaksi antara guru dan siswa dalam mempelajari sejarah kebudayaan
Islam.

Rasulullah Saw adalah manusia hebat sepanjang sejarah kemanusiaan.


Peran dan kehadirannya sangat mengagumkan. Sepak terjangnya terus menjadi
bahan penelitian, tulisan dan contoh yang tiada habis-habisnya. Beliau telah
menyumbangkan darma baktinya yang luar biasa bagi kebudayaan dan peradaban
umat manusia. Satu-satunya model manusia yang dapat dikaji dari berbagai aspek
kehidupan, yang tak pernah kering untuk terus dicari dan direnungkan berbagai
pelajaran (ibrah) yang terkandung dalam sejarah hidupnya.

B. Saran
Dalam makalah ini kami dari penyusun menyadari, bahwa masih banyak
kekurangan dalam hal yang belum di cantumkan mengenai judul materi makalah
tersebut. Penyusun berharap pembaca bisa memberikan kritik dan saran yang bisa
menjadikan penyusun lebih baik kedepannya dalam membuat makalah.

15
DAFTAR PUSTAKA
Asmi Faiqatul Himmah , M.Pd, pembelajaan Sejarah Kebudayaan Islam
di Madrasah, 17 september 2016
Kholilur Rahman, Jurnal Al Wijdan PERENCANAAN PENDIDIKAN ALA
NABI, AL-WIJDÁN, Volume III, Nomor 1, Juni 2018
Naomi Angel Kristina, pengertian perencanaan menurut para ahli, maret
09, 2020
Salam Abdul, Tafahham jurnal pendidikan dan riset, dasar filosofis
perencanaan dalam pendidikan, Vol.1 No.1
Hidayati Nur, Agung Leo S, Pelu Musa, PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM BERDASARKAN
KURIKULUM 2013
Nur Haliza Goli, Muh. Wasith Achadi, jurnal manejemen dan pendidikan
islam, ANALISIS KURIKULUM MERDEKA BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) Vol. 3, No. 3 Maret 2023

16

Anda mungkin juga menyukai