Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ESENSI KURIKULUM DALAM PERSEPEKTIF ISLAM


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Oleh:

ANISA NABILLA FIRDAUSI


NIM: 12110123

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN
SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu alat yang penting bagi pendidikan
karena pendidikan dan kurikulum saling berkaitan. Jika diibaratkan,
kurikulum layaknya jantung dalam tubuh manusia. Jika jantung masih
berfungsi dengan baik, maka tubuh akan tetap hidup dan berfungsi dengan
baik. Begitu pula dengan kurikulum dan pendidikan. Apabila kurikulum
berjalan dengan baik dan didukung dengan komponen-komponen yang
berjalan baik pula, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik
dan menghasilkan peserta didik yang baik pula.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa
perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini
menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk
penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia ini salah satu
diantaranya adalah karena ilmu pengetahuan itu sendiri selalu dinamis.
Selain itu, perubahan tersebut juga dinilainya dipengaruhi oleh kebutuhan
manusia yang selalu berubah juga pengaruh dari luar, dimana secara
menyeluruh kurikulum itu tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh
prubahan iklim ekonomi, politik, dan kebudayaan. Sehingga dengan
adanya perubahan kurikulum itu, pada gilirannya berdampak pada
kemajuan bangsa dan negara. Kurikulum pendidikan harus berubah tapi
diiringi juga dengan perubahan dari seluruh masyarakat pendidikan di
Indonesia yang harus mengikuti perubahan tersebut, karena kurikulum itu
bersifat dinamis bukan stasis, kalau kurikulum bersifat statis maka itulah

2
yang merupakan kurikulum yang tidak baik. Di sinilah peran guru sangat
diperlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat kurikulum pendidikan dalam Islam ?
2. Apa saja cakupan kurikulum pendidikan Islam?
3. Bagaimana asas-asas kurikulum di pendidikan Islam?
4. Apa saja karakteristik kurikulum pendidikan Islam?
C. Tujuan pembahasan
1. Paham akan hakikat kurikulum pendidikan dalam Islam.
2. Mengetahui cakupan-cakupan kurikulum pendidikan Islam.
3. Memahami asas-asas kurikulum di pendidikan Islam.
5. Mengetahui Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kurikulum Pendidikan dalam Islam


Dalam bidang pendidikan kurikulum itu dikenal dengan istilah manhaj,
yang berarti jalan terang yang harus dilalui pendidik dan peserta didik. Dalam
usaha mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka. 1
Jalan terang yang harus dilalui tersebut, menjelaskan esensi kurikulum tersebut
secara luas, bahwa kurikulum tidaklah hanya sebatas maklumat-maklumat dan
pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh seorang guru dalam bentuk mata
pelajaran yang disajikan didalam kelas dengan berbagai macam kitab, namun
segala kegiatan dan pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik merupakan
bagian yang termasuk dalam kurikulum tersebut, adapun kegiatan-kegiatan
tersebut, seperti kegiatan olahraga, seni, gotong royong, hidup bermasyarakat
dan kegiatan lainnya baik yang berbentuk kegiatan individu dan kegiatan sosial,
yang akan menumbuh kembangkan keterampilan dan sikap peserta didik.

Begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan, sehingga H. M


Arifin menegaskan bahwa di dalam kurikulum tidak hanya dijabarkan
serangakaian ilmu pengetahuan yang harus diajarkan oleh pendidik (guru)
kepada anak didik, dan anak didik mempelajarinya, akan tetapi juga segala
kegiatan yang bersifat kependidikan yang dipandang perlu, karena mempunyai
pengaruh terhadap anak didik, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam,
misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata, seni budaya, mempunyai
pengaruh cukup besar dalam proses mendidik anak didik, sehingga perlu
diintegrasikan ke dalam kurikulum itu.
Istilah kurikulum berasal dari bahasa Latin “curriculum”. Semula
kurikulum berarti “a running course, or race course, especially a chariot race

1 Al-Syaibany Omar Mohammad al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam


(Jakarta: Bulan Bintang,1979) hlm 478

4
course”(Nasution:1988) Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu arena
pertandingan, tempat belajar, bertanding utnuk mengusai suatu pelajaran guna
mencapai garis finis berupa diploma, ijazah atas gelar kesarjaannya.
(Zais,1976:6-7).

Sama halnya dengan istilah lain yang banyak digunakan, pengertian


kurikulum juga mengalami perkembangan dan penafsiran yang beraneka ragam.
Dalam mendefinisikan kurikulum ini, hampir setiap ahli kurikulum mempunyai
rumusan sendiri, kendali pun antara berbagai bahasan kurikulum tersebut
terdapat persamaan. Definisi kurikulum, menurut pandangan lama adalalh
sejumlah mata pelajaran tertentu yang harus dikuasai untuk mencapai suatu
tingkatan tertentu. Pandangan ini antara lain ditemukan dalam kamus Webster
New International Dictionary yang mengemukakan bahwa kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk memperoleh
ijazah.2

Pengertian kurikulum yang diungkapkan diatas kecenderungan


perkenaannya adalah pemberian mata pelajaran (subject matter) tertentu kepada
peserta didik. Pengertian kurikulum seperti ini kurang menguntungkan peserta
didik, karena hanya membatasi pengalaman peserta didik dalam proses belajar
mengajar di ruang kelas saja. Dengan demikian, penekanannya hanya pada
aspek intelektual, padahal aspek lain masih banyak yang perlu di kembangkan
bagi peserta didik. Karena kurikulum seperti ini kurang menguntungkan bagi
peserta didik, maka munculah pendapat baru dalam mendefinisikan kurikulum.
Pendapat ini, intinya bahwa kurikulum itu tidak hanya terbatas dalam bidang
mata pelajaran yang di ajarkan di dalam kelas saja, akan tetapi juga meliputi
segala sesuatu yang merupak program pendidikan yang disediakan sekolah
untuk peserta didik, baik di dalam maupun di luar.
Saylor dan Alexander menjelaskan kurikulum itu adalah segala usaha

2 H.Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (Jakarta:


Jakarta: Kemcana PrenadaMedia Group,2014), hlm 87

5
sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu kurikulum tidak
hanya mengenai situasi di dalam sekolah, akan tetapi juga diluar sekolah.
Dari berbagai pendapat mengenai definisi kurikulum yang tealah
diuraikan terdahulu dapat disimpulkan bahwa kurikulum itu adalah kegiatan
dan pengalaman pendidik yang di rancang, diprogramkan dan di selenggarakan
oleh lembaga pendidikan baik di dalam maupun di luar sekolah dengan maksud
untuk mencapai tujuan pendidikan.3

B. Cakupan Kurikulum Pendidikan Islam

Dengan semakin berkembangnya pengertian dari kurikulum, maka


cakupan bahan pengajrang yang terdapat didalam kurikulum juga semakin luas.
Adapun cakupan dari kurikulum meliputi empat bagian yaitu:

1. Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai


oleh proses belajar-mengajar.

2. Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data,


aktivitas-aktivitas, dan pengalaman- pengalaman yang merupakan
bahan bagi yang menyusun kurikulum yang isinya berupa mata
pelajaran yang kemudian dimasukkan kedalam silabus.
3. Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran.

4. Bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan


pengukuran atas hasil pengajaran dan pelajaran tertentu.

Abdul Mujib menawarkan tiga isi kurikulum pendidikan Islam yang


bersumber dari al-Qur’an , yaitu:
1. Isi kurikulum yang berorientasi pada “ketuhanan”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan,


mengenai zat, sifat, perbuatan- Nya, dan relasinya terhadap
manusia dan alam semesta.Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu
metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu akhlak (tasawuf), ilmu-ilmu

3. Ibid hlm 89

6
tentang Alquran dan as-Sunnah (tafsir, musthalah, linguistik, ushul
fiqh, dan sebagainya).Isi kurikulum ini berpijak pada wahyu Allah.
2. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kemanusiaan”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan perilaku


manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu
politik, ekonomi, kebudayaan, sosiologi, antropologi, sejarah,
linguistik, seni, arsitek, filsafat, psikologi, paedagogi, biologi,
kedokteran, perdangangan, komunikasi, administrasi, matematika,
dan sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat anfusi,
3. Isi kurikulum yang berorientasi pada “kealaman”.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena


alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk
kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia,
pertanian, perhutanan, perikanan, farmasi, astronomi, ruang
angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetik, dan
sebagainya. Isi kurikulum ini berpijak pada ayat-ayat afaqi.
Perlu ditekankan disini, bahwa ketiga bagian isi kurikulum yang
terdapat pada ayat diatas, haruslah disajikan secara integral kepada anak didik,
tanpa adanya pemisahan yang satu dari yang lainnya. Misalnya pada saat
membicarakan masalah Tuhan dan sifat-Nya, maka pembicaraan tersebut
haruslah berkaitan dengan relasi Tuhan terhadap manusia dan alam semesta.
Membicarakan asma alhusna sebagai penjelasan tentang sifat Tuhan, maka juga
menjelaskan pula bagaimana manusia berprilaku seperti perilaku Tuhannya,
baik terhadap sesama manusia maupun pada alam semesta.4
C. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam

4 A.Heris Hermawan, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama.2014). hlm 250-251

7
Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan yang sangat
berperan dalam mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan, harus
mempunyai dasar-dasar atau asas-asas yang merupakan kekuatan utama yang
mempengaruhi dan membentuk materi kurikulum, susunan dan organisasi
kurikulum.
Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islami Bukanlah sebuah pekerjaan
yang mudah untuk merencanakan dan membentuk sebuah kurikulum. Karena
dalam perencanaan dan pembentukan tersebut tentunya terdapat banyak
pertanyaan yang ditujukan kepada kurikulum tersebut, seperti tujuan apa yang
hendak dicapai kurikulum ?, dan bagaimana isi Kurikulum tersebut?, sehingga
dalam hal ini tentunnya diperlukan beberapa asas pembentukan kurikulum.
Kata asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti hukum dasar,
dasar sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir, atau dasar cita-cita. Beberapa
asas kurikulum tersebut, pada dasarnya merupakan landasan yang menjadi dasar
cita-cita dalam pembentukan kurikulum tersebut. Setidaknya dalam
pembentukan kurikulum pendidikan islami terdapat beberapa asas, diantaranya :
asas agama, asas falsafah, asas psikologis, dan asas sosial.
1. Asas Agama

Untuk asas yang pertama ini, al-Syaibani menjelaskan


bahwa segala sistem yang ada dalam masyarakat, termasuk sitem
pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan dan
kurikulumnya pada agama Islam atau syari’at Islam dan pada apa
yang terkandung pada syariat termasuk prinsip-prinsip dan ajaran-
ajaran yang berkaitan dengan akidah, ibadah, mu’amalah, dan
hubungan-hubungan yang berlaku dalam masyarakat, yang
kesemuanya itu kembali kepada dua sumber utama syariat Islam,
yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi dan sumber-sumber cabang
lainnya seperti ijma’, qiyas, kepentingan umum, dan yang dianggap

8
baik (istihsan).5

Asas agama ini mengisyaratkan bahwa hendaknya


pembentukan kurikulum bermuara pada ajaran ketauhidan yang
tentunya bersumber dari ajaran Islam itu sendiri. Sehingga dengan
kurikulum yang berasaskan agama ini, maka kurikulum tersebut
akan mengarahkan kepada pembentukan kepribadian muslim sejati
yang taat sebagai hamba Allah, yaitu sebagai pribadi yang taat
menjalanakan seluruh perintah Allah dan mencengah diri dari
segala laranga-Nya, dan sebagai khalifah Allah yang baik, dalam
mengemban tugasnya sebagai pemakmur bumi. Kemudian pada
dasarnya asas agama ini, memberikan seluas-luasnya kepada
perkembangan ilmu pengetahuan, yang merupakan bagian dari
kurikulum, dengan syarat perkembangan ilmu pengetahuan tersebut
tidak menyalahi apa yang telah dibatasi oleh agama, baik batasan
secara akidah maupaun batasan secara mu’amalah atau akhlak.
2. Asas Falsafah

Asas falsafah ini menekankan kepada kandungan nilai-nilai


filosofis yang harus terdapat pada kurikulum. Nilai-nilai filosofis
tersebut tentunya menjadi pengarah dan petunjuk yang akan
mengarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan Islami. Nilai-
nilai filososis tersebut tentunya merupakan nilai-nilai yang
bersumber dari Alquran.Berkenaan dengan hal ini, Abdurrahman
Saleh Abdullah menjelaskan, karena Alquran memberikan
pandangan yang mengacu kepada kehidupan di dunia ini, maka
asas-asas dasarnya harus memberi petunjuk kepada pendidikan
Islam. Mengenai nilai-nilai filosofis tersebut, alSyaibany
menjelaskan bahwa falsafah pendidikan Islam mempunyai watak

5 Al-Syaibany Omar Mohammad al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam


(Jakarta: Bulan Bintang,1979) hlm 524.

9
yang berdiri sendiri dan ciri- ciri yang khas yang memperoleh
wujudnya dari wahyu Tuhan yang mulia, bimbingan Nabi yang
utama, dan peninggalanpeninggalan pemikiran Islam yang benar
sepanjang zaman dan waktu. Mengenai asas falsafah ini.

Al Rasyidin menjelaskan bahwa dengan dasar filosofis,


susunan kurikulum pendidikan Islami akan mengandung suatu
kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup
yang diyakini kebenarannya. Secara umum, dasar falasafah ini
membawa konsekuensi bahwa rumusan kurikulum pendidikan
Islami harus beranjak dari konsep ontologi, epistemologi, dan
aksiologi yang digali dari pemikiran rasional yang radikal,
sistematis, dan universal para filosof muslim, yang sepenuhnya
tidak bertentangan dengan nilai-nilai asasi ajaran Islam sebagaiman
termaktub dalam Al-Quran dan al-Sunnah.6
3. Asas Psikologis

Dalam pembentukan kurikulum, maka aspek psikologis


haruslah menjadi bahan pertimbangan, karena proses pendidikan
tersebut tidak dapat dipisahkan dari aspek-aspek psikologis
manusia sebagai peserta didik, seperti aspek bakat, kematangan,
emosi, minat, kecakapan, intelegensi, perbedaan individual dan
lainlain. Dalam hal ini al-Syaibany menjelaskan bahwa perkara-
perkara ini (psikologis) tidak diabaikan oleh pendidikan Islam
dalam kurikulum dan metode mengajarnya. Juga pendidik-
pendidik islam selalu mengajak agar menghargainya dan
menimbangkannya dalam menentukan kurikulum yang sesuai bagi
setiap pelajar dan ketika mengajarkan mata pelajaran dan

6 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,


Epistimologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (Bandung : Citapustaka Media
Perintis, 2008) hlm 170.

10
membimbing dan mengahadapi pelajar-pelajar dalam kelas.

Pada dasarnya asas ini memberi arti bahwa kurikulum


pendidikan Islami hendaknya mengembangkan pertumbuhan
manusia secara utuh. Sebagaimana diketahui bahwa manusia
memiliki dua potensi, yaitu potensi psikis (rohani) dan fisik
(jasmani), sehingga kurikulum pendidikan Islami haruslah disajikan
dan diarahkan kepada pembentukan kedua potensi tersebut.
4. Asas Sosial.

Manusia sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang


membutuhkan keberadaan orang lain dalam melansungkan
kehidupannya, Jalaluddin dan Abdullah Idi menjelaskan bahwa
pada dasarnya manusia akan membutuhkan sesuatu dari orang lain,
baik itu berupa jasmaniah (segi-segi ekonomis) maupun rohani
(segi spiritual). Sebagai makhluk sosial tentunya manusia tersebut
memiliki peranan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
melaksanakan peranannya, maka manusia tersebut haruslah berada
dalam kepatuhan segala budaya, nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat tersebut. Hal inilah yang melandasi kurikulum
pendidikan Islami agar memperhatikan keberadaan manusia
tersebut sebagai makhluk sosial yang tumbuh berkembang
ditengah-tengah masyarakat. Pembentukan kurikulum yang
dilandasai dengan asas sosial ini, mengarahkan pada penentuan
kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilalui oleh peserta didik
yang sesuai dengan perkembangan dimensi-dimensi kehidupan
masyararakat, sehingga dengan kurikulum tersebut diharapkan akan
mengeluarkan output-output manusia yang memiliki kecakapan
dalam melaksanakan perannya sebagai anggota masyarakat.
Lebih lanjut, al-Syaibany menjelaskan tugas kurikulum itu sendiri
berdasar pada dasar sosial ini adalah agar :
1. Kurikulum pendidikan Islami turut serta dalam proses

11
pemasyarakatan (socialization) bagi pelajar-pelajar, penyesuaian
mereka dengan masyarakat Islam tempat mereka hidup,
memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik pada masyarakatnya
dan cara berpikir dan tingkah laku yang diinginkan, cara-cara
bergaul yang sehat, sikap kerjasama dan menghargai tanggung
jawab dan kesediaan berkorban demi membela akidah, tanah air,
pengetahuan dan kemahiran yang akan menambahkan produktivitas
dan keturutsertaan mereka dalam membina umat dan bangsanya.
2. Kurikulum pendidikan Islami menyiapkan murid-murid memikul
tanggung jawab dan peranan-peranan sosial yang diharapkan dari
mereka dalam masyarakat Islam.
3. Kurikulum pendidikan Islami turut serta mengembangkan
masyarakat Islam dan merubahnya ke arah yang lebih baik,
memelihara kebudayaan dan peninggalan Islam dan memudahkan
kepada generasi-generasi muda, membuka rahasia sumber
kekayaan alam dan menumbuhkan perhatian untuk mengkaji dan
memiliharanya, mengokohkan keluarga dan lembaga-lembaga
sosial yang lain, dan menarik perhatian terhadap masalahmasalah
masyarakat dan menyelesaikannya.
Demikianlah penjelasan mengenai asas-asas kurikulum pendidikan
Islami tersebut, namun disini perlu ditekankan bahwa keempat asas tersebut,
berada dalam suatu kesatuan yang saling memiliki keterkaitan satu dengan
lainnya, sehingga keempat asas tersebut tidaklah dapat berdiri dengan sendiri-
sendiri, melainkan harus berdiri dalam kesatuan yang terintegral, yang
membentuk kurikulum yang utuh, sebagai sarana pendidikan yang menumbuh
kembangkan nilai-nilai ketauhidan peserta didik sebagai hamba Allah, dan
sebagai khalifah, dan sebagai sarana dalam menumbuh kembangkan peserta
didik baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial yang
hidup ditengah-tengah masyarakat.
Selanjutnya Rachman Assegaf menjelaskan, penyusunan kurikulum itu
hendaknya berpengang pada beberapa prinsip, sebagaimana ia mengutip dari al-

12
Abrasyi, yaitu : pertama, pertimbangan pada adanya pengaruh mata pelajaran
itu dalam pendidikan jiwa serta kesempurnaan jiwa, kedua, adanya pengaruh
suatu pelajaran dalam menjalani cara hidup yang mulia, sempurna, seperti
pengaruh ilmu akhlak, hadis, fiqih, atau lainnya, ketiga, perlunya menuntut ilmu
karena ilmu itu sendiri, keempat, mempelajari ilmu pengetahuan karena ilmu itu
dianggap yang terlezat bagi manusia, kelima, prinsip pendidikan kejuruan,
teknik dan industrialisasi buat mencari penghidupan, dan keenam, mempelajari
beberapa pelajaran adalah alat dan pembuka jalan untuk mempelajari ilmu-ilmu
lain.7
D. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Pada dasarnya perumusan karakteristik kurikulum pendidikan islami,


ingin mengungkapkan bahwa kurikulum pendidikan islami tentunya berbeda
dengan kurikulum pendidikan pada umumnya, dimana kurikulum pendidikan
islami tersebut merupakan cerminan dari nilai-nilai Islami, yang tentunya
bersumber dari Alquran dan as-Sunnah, yang terbentuk dalam kefilsafatan dan
dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan pengalaman
pendidikan. Al-Syaibany telah merumuskan beberapa karakteristik kurikulum
pendidikan islami tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan-
tujuannya dan kandungan- kandungan, metode-metode, alat-alat,
dan tekniknya.
2. Meluaskan perhatian secara menyeluruh terhadap
kendugankandungannya, seperti memperhatikan pengembangan
dan bimbingan terhadap segala aspek pribadi peserta didik dari segi
intelektual, psikologis, sosial, dan spiritual, pembinaan akidah
secara benar, dan memperbaiki akhlak.

7 Assegaf Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru


Pendidikan Hadhari berbasis Integratif-Interkonektif, ( Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada:2011) hlm 109

13
3. Bercirikan keseimbangan diantara kandungan-kandungan
kurikulum tersebut, berupa keseimbangan antara ilmu-ilmu dan
seni, pengalamanpengalaman, dan kegiatan-kegiatan pendidikan
lainnya, sehingga keseimbangan tersebut saling melengkapi
beberapa kandungan kurikulum tersebut.
4. Sifat menyeluruh dan keseimbangan kurikulum pendidikan islami,
tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu teoritis, baik yang bersifat
naqli maupun aqli, tapi juga mencakup pada seni halus, pendidikan
jasmani, latihan kemileteran, ilmu-ilmu teknik dan latihan kejuruan
dalam segala pekerjaan, pertukangan, dan bahasa-bahasa asing, dan
lain-lain.
5. Memiliki keterkaitan dengan perkembangan peserta didik, yang
meliputi minat, motivasi, kebutuhan dan keunikan peserta didik,
keterkaitan dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar,
keterkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dan keterkaitan dengan
perubahan dan tantangan zaman.

14
BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan

Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, kurikulum dikenal dengan


istilah manhaj, yang berarti jalan terang yang harus dilalui pendidik dan
peserta didik.Dalam usaha mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap mereka. Jalan terang yang harus dilalui tersebut, menjelaskan
esensi kurikulum tersebut secara luas, bahwa kurikulum tidaklah hanya sebatas
maklumat dan pengetahuan-pengetahuan yang diberikan oleh seorang guru
dalam bentuk mata pelajaran yang disajikan didalam kelas dengan berbagai
macam buku, namun segala kegiatan dan pengalaman yang dilakukan oleh
peserta didik merupakan bagian yang termasuk dalam kurikulum tersebut.

Adapun kegiatan-kegiatan tersebut, seperti kegiatan olah raga, seni,


gotong royong, hidup bermasyarakat dan kegiatan lainnya baik yang berbentuk
kegiatan individu dan kegiatan sosial, yang akan menumbuhkembangkan
keterampilan dan sikap peserta didik. Asas-asas kurikulum pendidikan Islami
merupakan landasan yang fundamen yang harus dipatuhi dalam melaksanakan
dan mengembangkan kurikulum itu sendiri, yang tentunya dalam pandangan
filsafat pendidikan Islam asas-asas tersebut sangat terkait dengan sumber nilai-
nilai islam yang asasi yaitu Al-Quran dan As-Sunnah, setidaknya ada empat
asas kurikulum pendidikan islami tersebut, yaitu asas agama, asas falsafah,
asas psikologis, dan asas sosial.

Filsafat pendidikan Islam menegaskan bahwa cakupan kurikulum


pendidikan Islam hendaknya diarahkan kepada usaha menumbuhkembangkan
manusia, baik manusia sebagai pengabdi kepada Allah maupun manusia
sebagai khalifah yang mengemban amanat sebagai pemakmur dan pemimpin di
muka bumi. Adapun cakupan kurikulum pendidikan Islam tersebut bersifat
integral, artinya cakupan kurikulum yang menumbuhkembangkan manusia
sebagai abd Allah, haruslah berjalan secara seimbang dan selaras dengan
cakupan kurikulum yang menumbuhkembangkan manusia sebagai khalifah di

15
muka bumi. Dalam perspektif filsafat pendidikan Islam, rumusan karakteristik
kurikulum pendidikan adalah cerminan dari nilai-nilai Islami, yang tentunya
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, yang terbentuk dalam kefilsafatan
dan dimanifestasikan dalam seluruh praktek atau kegiatan dan pengalaman
pendidikan, tentunya dengan perumusan karakteristik kurikulum yang
demikian itu, menjelaskan adanya perbedaan yang mendasar antara kurikulum
pendidikan islami dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru


Pendidikan Hadhari berbasis Integratif-Interkonektif, (2011), Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada

A.Heris Hermawan, M.Ag, Filsafat Pendidikan Islam, (2012), Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama.

Daulay, Haidar Putra, Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat (2014),


Jakarta: Kemcana PrenadaMedia Group.

Al-Syaibany Omar Mohammad al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, (1997),


Jakarta : Bulan Bintang

Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami: Membangun Kerangka Ontologi,


Epistimologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan, (2008), Bandung :
Citapustaka Media Perintis

17

Anda mungkin juga menyukai