Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Materi PAI Dasar & Menengah II
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan berkah dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di
dalamnya. Makalah ini membahas tentang “Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Mata Pelajaran PAI di Sekolah”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Materi Dasar PAI & Menengah II”. Kami juga berharap semoga
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah
ataupun dimadrasah masih menunjukkan berbagai permasalahan. Seperti
halnya proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah saat ini masih
sebatas sebagai proses penyampaian saja. Metode pembelajaran agama islam
yang selama ini kebanyakkan hanya ditekankan pada hafalan, akibatnya siswa
kurang memahami kegunaan dan manfaat dar apa yang telah dipelajari dari
materi Pendidikan Agama Islam yang menyebabkan tidak adanya motivasi
siswa belajar materi Pendidikan Agama Islam.
Melihat kondisi yang ada dilapangan, sebagian besar metode
pembelajaran disekolah yang digunakan para guru cenderung monoton dan
membosankan. Sehingga hal inilah yang dapat menurunkan motivasi belajar
peserta didik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan
alternatif lain dalam mempelajari materi Pendidikan Agama Islam agar dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan kreatif sehingga dapat
memotivasi siswa untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu
alternatif yang bisa digunakan adalah dengan menerapkan pembelajaran
kontekstual. Dalam pendekatan kontekstual ini, peserta didik harus dapat
membangun pengetahuannya sendiri dengan aktif bertanya, aktif untuk
menemukan pengetahuannya serta bekerja dan belajar bersama. Oleh karena
itu penting untuk mengetahui dan memahami pembelajaran berbasis
kontekstual pendidikan agama islam disekolah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pembelajaran berbasis kontekstual?
2. Bagaimana pembelajaran berbasis kontektual PAI di sekolah?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis kontekstual
PAI di sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahani pembelajaran berbasis kontekstual.
2. Untuk mengetahui dan memahami pembelajaran berbasis kontektual PAI
di sekolah.
3. Untuk mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan berbasis
kontektual PAI di sekolah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ibnu Setiawan terjemahan dari Johnson, Elaine B, Contextual teaching and learning: Menjadikan
kegiatan belajar-mengajar mengasyikkan dan bermakna, (Bandung: Kaifa, 2014) Hlm. 34-35.
3
Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwasanya
pendekatan kontekstual merupakan pembelajaran yang menekankan
kelibatan peserta didik secara utuh agar dapat menentukan materi yang
telah dipelajari serta menghubungkan materi tersebut dengan keadaan
kehidupan nyata, sehingga dapat membuat peserta didik agar dapat
menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
2
Drs. Cucu Suhana, M. M.Pd, Konsep Strategi Pembelajaran, Cetakkan ke-IV edisi revisi
(Bandung: PT Refika Aditama, 2014) Hlm. 68-69
4
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik merupakan
proses menemukan (inquiry) terhadap sejumblah mata pelajaran
pengetahuan dan keterampilan. Proses inquiry terdiri atas:
1. Pengamatan (observation)
2. Bertanya (questioning)
3. Mengajukan dugaan (hipotesis)
4. Pengumpulan data (data gethering)
5. Penyimpulan (conclotion)
c. Bertanya (Questioning)
Proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik diawali
dengan proses bertanya. Proses bertanya yang dilakukan pesrta didik
sebenarnya merupakan proses berfikir yang dilakukan para peserta
didik dalam memecahkan masalah hidup yang sedang mereka alami.
Dalam proses tanya jawab mereka dalam rangka:
1. Membangun perhatian (attention building)
2. Membangun minat peserta didik (interest building)
3. Membangun motivasi (motivation building)
4. Membangun sikap (apptitude building)
5. Membangun rasa keingintahuan (curisty building)
6. Membangun interaksi siswa
7. Mengembangkan interaksi siswa dan guru
8. Interaksi antara guru dan murid secara kontekstual
9. Mengembangkan siswa untuk lebih aktif bertanya agar lebih
banyak menemukan informasi (pengetahuan) dan keterampilan
peserta didik
10. Masyarakat belajar (learning community)
Proses kerja sma yag dilakukan oleh peserta didik dengan peserta
didik, antar peserta didik dengan gurunya, dan peserta didik dengan
lingkungannya.
d. Pemodelan (modeling)
5
Proses pembelajaran akan lebih bermutu dengan adanya model
yang dapat ditiru pesert didik, daru segi kejiwan (identifikasi)
maupun fisik (imitasi).
e. Refleksi (Reflection)
Refleksi dalam pembelajaran adalah cara berfikir siswa tentang
sesuatu pengetahuan yang baru diprlajari dan didapatkan atau erfikir
tetntang yang sudah mereka lakukan atau mereka peajari di masa
lalu. Refleksi pembelajaran merupakan respon terhadap aktivitas
atau pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka terima dalam
proses pembelajaran.
f. Penilaian yang sebenarnya (Autenthic assesment)
Penilaian merupakan proses pengumpulan data yang dapat
mendeskripsikan tentang perkembangan perilaku peserta didik.
Pembelajaran yang efektif adalah proses peserta didik agar mampu
mempelajari (learning to learn) buka hanya penekanan pada apa
yang mereka peroleh sebanyak mungkin informasi pada waktu ini
adalah akhir dari proses pembelajaran tersebut.3
3
Drs. Cucu Suhana, M. M.Pd. Konsep Strategi Pembelajaran, Cetakkan ke-VI edisi revisi
(Bandung: PT Refika Aditama, 2014) Hlm 72-74.
6
B. Pembelajaran Berbasis Konstekstual PAI di Sekolah
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna untuk dikehidupannya nanti. Sehingga, akan
membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu
bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk
menggapainya.
Pembelajaran konstekstual pada dasarnya bersumber pada pendekatan
kontriktivisme yang bermakna sebagai proses mengkrontruksi pengetahuan
baru secara bermakna melalui pengalaman nyata, melalui proses penemuan
dan mentransformasi informasi kedalam situasi lain secara kontekstual.
Sedangkan pendekatan kontekstual sendiri berarti proses pembelajaran
holistik yang bertujuan untuk mengajarkan peserta didik dalam memahami
bahan ajar secara bermakna yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata,
baik berkaitan dengan lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun
kultural. Sehingga peserta didik dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta bentuk pemahaman yang dapat ditransfer kemudian
diaplikasikan dari konteks permasalahan yang satu dengan permasalahan
yang lainnya. Dengan semua komponen pembelajaran kontekstual yang sudah
dijelaskan diatas dapat membantu proses pembelajaran pendidikan agama
islam disekolah.
Pembelajaran pendidikan agama islam berdasarkan pendekatan
kontekstual dapat dicontohkan seperti laboratorium pendidikan agama islam
yang artinya pembelajaran adalah dari kehidupan itu sendiri atau peristiwa
dan kehidupan yang berada dalam alam semesta ini. Termasuk dalam ranah
lingkungan keluarga, sosial, politik, ekonomi, budaya, IPTEK dan lingkungan
sekitar. Karena pada dasarnya Pendidikan Agama Islam merupakan upaya
untuk membantu seseorang atau peserta didik dalam mengembangkan
7
pandangan hidup islami (bagaimana akan menjalani hidup dan memanfaatkan
hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai islam, sikap hidup
islami yang memanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari.4
Pelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah terdiri atas beberapa
aspek dan pada dasarnya dari beberapa aspek tersebut saling berkaitan dan
melengkapi. Akan tetapi dari setiap aspek tersebut mempunyai karakteristik
yang berbeda. Aspek-aspek Pendidikan Agama Islam tersebut perlu
dikembangkan dengan pendekatan kontekstual dengan pemikiran sebagai
berikut:
1. Aspek Keimanan/Aqidah
Masalah keimanan banyak menyerupai aspek metafisika yang
bersifat abstrak atau bahkan hal-hal yang bersifat supranasional. Diantara
cara untuk mengatasi kesulitan pembelajaran masalah aqidah tersebut
adalah dengan jalan mengembangkan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Melalui pendekatan ini, peserta
didik diajak untuk mengamati fenomena-fenomena alam sekitar dan juga
fenomena sosial maupun budaya. Serta seseorang yang mempunyai
loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap ajaran islam. Dari sini akan terjadi
proses internalisasi nilai-nilai agama dan menumbuhkan motivasi
seseorang dalam menjalankan dan mentaati nilai-nilai agama.
2. Aspek Al-Quran dan Hadist
Dalam pembelajaran Al-Quran dan Hadist ada beberapa makna
yang bersifat tidak pasti (relatif). Karena memungkinkan dapat
menimbulkan makna lain. Sehingga sangat membuka peluanng untuk
pengembangkan pembelajaran pendidikan agama islam dengan berbasis
kontekstual. Contohnya seperti kandungan ayat Al-Quran dan Hadits
yang bisa diartikan dengan kehidupan sehari-hari.
3. Aspek Fiqh
4
Wena, Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Opreasional, Cetakkan ke-I (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) Hlm 76
8
Penerapan pembelajaran fiqh lebih bersifat kontekstual, karena
perkembangannya lebih dipengaruhi dengan situasi dan kondisi, sejalan
dengan tuntutan zaman dan kemaslahatan. Tentunya hal ini tidak lepas
dari kehidupan nyata dan kehidupan masyarakat saat ini.
4. Aspek Akhlak
Kesadaran melakukan sesuatu adalah kesadaran dimana manusia
akan mendapatkan akibatnya baik ataupun buruk. Agar kesadaran
tersebut dapat dimiliki oleh peserta didik, maka perlu dikembangkan
pembelajaran akhlak berbasis kontekstual. Terapannya dengan teknik
keteladanan, pembiasaan dan memotivasi.
5. Aspek Sejarah Islam
Sejarah dalam filosofinya adalah tinjauan terhadap peristiwa-
peristiwa historis secara filosofi untuk mengendalikan perjalanan histori
tersebut untuk menetapkan sesuatu dari generasi ke generasi selanjutnya.
Dapat ditegaskan pelajaran sejarah akan membosankan jika guru hanya
menceritakan sejarah atau menggunakan metode ceramah. Sebaliknnya
pelajaran sejarah akan meanrik jika guru bukan hanya menekankan pada
peristiwa secara tekstual, tetapi perlu dikaitkan dengan konteksnya yang
bisa ditarik pelajaran-pelajaran yang berharga bagi pembinaan peserta
didik.5
5
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009) Hlm 263-265
9
memecahkan masalah nyata yang mereka hadapi dengan cara
bersama.
b. Pembelajaran kontektual dapat mendorong peserta didik untuk
menerapkan hasil belajarnya dikehidupan nyata. Artinya, peserta
didik tidak hanya diharapkan untuk memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mengembangkan tingkah laku (karakter/akhlak) dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Pembelajaran kontekstual menekankan pada proses yang dilibatkan
kepada peserta didik untuk menemukan materi. Artinya, proses
belajar di orientasikan dalam proses pengalaman secara langsung.
Proses belajar CTL tidak mengharapkan kepada peserta didik untuk
hanya menerima materi pelajaran saja, melainkan dengan cara proses
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.6
Jadi dapat disimpulkan kelebihan dari pembelajaran kontekstual
merupakan pembelajaran yang menjadi lebih bermakna dan nyata.
Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dapat mengkolerasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan sehari-hari. Bukan hanya itu, materi yang sudah dipelajari
oleh peserta didik sangat berfugsi sehingga akan tertanam erat dalam
memori siswa dan tidak mudah untuk dilupakan.
6
Suyadi, M.Pd.I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cetakkan ke-III (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015). Hlm 95
10
c) Upaya menghubungkan antara materi dikelas dengan realitas
dikehidupan sehari-hari peserta didik tentang kesalahan. Atas dasar
ini, agar menumbuhkan hubungan yang tepat, sering kali peserta
didik harus mengalami kegagalan berulang kali.7
7
Suryadi, M.Pd.I, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Cetakkan ke-III (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015). Hlm 95-96.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berbasis kontekstual merupakan pendekatan yang
menekankan keterlibatan peserta didik secara utuh agar dapat menentukan
materi yang telah dipelajari serta menghubungkan materi tersebut dengan
keadaan kehidupan nyata, sehingga dapat membuat peserta didik agar dapat
menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah terdiri atas beberapa
aspek dan pada dasarnya dari beberapa aspek tersebut saling berkaitan dan
melengkapi. Sebagai berikut :
1. Aspek Keimanan/Aqidah
2. Aspek Al Quran dan Hadist
3. Aspek Fiqh
4. Aspek Akhlak
5. Aspek Sejarah Islam
12
DAFTAR PUSTAKA
13