Anda di halaman 1dari 14

PENGORGANISASIAN KURIKULUM

Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah telaah kurikulum


Dosen Pengampu : Dra. Wartini

Disusun Oleh :
Fathul Arif
Khoirul Aldi
Pinky Permatasari

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NURUL HUDA
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada kehadiat Allah SWT. Karena dengan ridho-Nya
lah kita dapat menikmati kehidupan dan kesehatan. Shalawat serta salam kita panjatkan
kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW. Bimbingannya lah yang telah membuat kita
sampai sejauh ini dan masih diridhoi Allah SWT.
Terima kasih bagi kedua orang tua saya yang telah membesarkan, mendidik,
mendukung, dan juga selalu mendo’akan saya. Terima kasih juga kepada Dosen saya atas
dukungan dan arahan beliau, saya membuat makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberi  manfaat bagi saya dan bagi orang lain yang
membaca makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini dapat memberi pengaruh positif
bagi para penerus bangsa Indonesia agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih
berwawasan lagi sehingga menjadi pribadi yang berguna.

Oku Timur, 12 Maret 2022

penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan  Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Organisasi kurikulum..............................................................................2
2.2 Penentuan Isi Kurikulum...........................................................................................2
2.3 Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum......................................................................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


kita telah pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan
dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan
tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.  Guru akan kesulitan
menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, prosess
pembelajaran yang diselenggarakan, alat atau media yang digunakan, penilaian yang perlu
dilakukan. Salah satu hal yang penting kurikulum adalah organisasi kurikulum itu sendiri.
Organisasi kurikulum adalah  struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro,
1988:111)
Ada berbagai pengorganisasian kurikulum yang isinya mengupas bagaimana
bentuk bidang studi harus disajikan didepan kelas yang konsekuensinya akan diikuti oleh
tindakan bagaimana cara memilih bahan ajar dan cara menyajikan serta cara
mengevaluasinya.
Dalam organisasi kurikulum terdapat ciri-ciri yang dapat membedakan antara satu
organisasi kurikulum dengan lainya, disamping itu dalam setiap atau pula organisasi
kurikulum mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat
teoritis maupun dalam hal-hal yang praktis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Organisasi Kurikulum ?
2. Apa Penentuan Kurikulum ?
3. Apa Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui Pengertian Organisasi Kurikulum.
2. Untuk Mengetahui Penentuan Kurikulum.
3. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi kurikulum


Organisasi kurikulum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran
yang akan diajarkan atau di sampaikan kepada murid atau merupakan suatu cara
menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin di capai dengan tujuan mempermudah
siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan
kegiaatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran di capai secara Afektif dan efesien.
Organisasi kurikulum juga merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan
kurikulum dan bertalian erat dengan tujuan progam pendidikan yang hendak di capai
karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid. Pada prinsipnya organisasi kurikulum disusun untuk
mempermudah proses pembelajaran kepada siswa agar tujuan pendidikan dapat tercapai
secara efektif dan optimal.
Pengorganisasian kurikulum dapat di lihat dari dua pendekatan yaitu dalam
konteks manajemen dan dalam konteks akademik. Pengertian dari oraganisasi adalah suatu
kelompok social yang bersifat tertutup atau terbuka dari / hadap pihak luar, yang di atur
berdasarkan aturan tertentu, yang di pimpin atau diperintah oleh seorang pimpinan atau
seorang staf adminstrasi, yang dapat melaksanakan bimbingan secara teratur dan
bertujuan. Dalam sebuah organisasi sangat di perlukan melaksanakan proses manajemen,
yakni:
a. Organisasi perencanaan kurikulum, yang dilaksanakan oleh suatu lembaga atau tim
pengembangan kurikulum.
b. Oraganisasi dalam rangka implementasi kurikulum, baik dalam tingkat daerah
maupun dalam tingkat sekolah atau satuan lembaga pendidikan yang melaksanakan
kurikulum.
c. Organisasi dalam tahap evaluasi kurikulum, yang melibatkan pihak-pihak yang terkait
dalam proses evaluasi sebuah kurikulum

2.2 Penentuan Isi Kurikulum


Isi kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang
diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Para perencana kurikulum sering kali
2
mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan merencanakan isi kurikulum yang
relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebabnya, masyarakat senantiasa terus
berubah dan berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru yang
perlu dipecahkan. Selain itu, muncul pula berbagai macam perbedaan dan perubahan
minat, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi anak-anak atau remaja. Berbagai perubahan
dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, politik, dan yang lainnya, ikut pula memengaruhi
penentuan isi kurikulum.
Untuk mencegah kebingungan atau ketidakpastian Caswell dan Campbell telah
merumuskan kriteria berikut:
1. Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami dan menilai kehidupan yang
kontemporer.
2. Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para siswa.
3. Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan sikap, dan sebagainya, yang
dipandang bermanfaat dalam kehidupan orang dewasa.
4. Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu
Meskipun diatas telah dirumuskan kriteria penentuan isi kurikulum, tampaknya
Morine merasa bahwa kriteria tersebut masih belum lengkap dan terperinci. Dikaji dari
sudut pandang yang lebih luas, sesungguhnya penentuan kriteria tersebut hendaknya
bertitik tolak dari aspek tujuan pendidikan, proses pendidikan, dan keadaan para siswa
sendiri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dirumuskanlah sejumlah kriterian berikut:
1. Kriteria yang berhubungan dengan tujuan Pendidikan
a. Apakah isi kurikulum yang direncanakan tersebut signifikan, valid, dan berguna
dalam menafsirkan, memahami (mengerti), dan menilai kehidupan yang
kontemporer
b. Apakah isi kurikulum berhubungan dengan masalah-masalah kehidupan
c. Apakah isi kurikulum tersebut akan memajukan perkembangan dan
pertumbuhan yang seimbang pada anak-anak.
d. Apakah isi kurikulum yang diajukan tersebut memang penting.
2. Kriteria yang berhubungan dengan sifat para siswa, yaitu apakah isi kurikulum
tersebut berguna dalam memuaskan minat dan keingintahuan siswa.

2.3 Bentuk-Bentuk Organisasi Kurikulum


a. Kurikulum Mata Pelajaran
3
Kurikulum mata pelajaran (isolated subjects atau subjectmatter curriculum) ini
digolongkan sebagai bentuk kurikulum yang masih tradisi. Kurikulum ini sejak lama
di terapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai munculnya kurikulum tahun 1975.
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan dalam subject
atau mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dengan yang lain.  Kurikulum
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain dan masing-
masing.
2. Tiap mata pelajaran seolah-olah rersipan dalam kotak tersendiri dan diberikan
dalam waktu tertentu.
3. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkahlaku lainnya.
4. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat dan yang di hadapi para siswa.
5. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah,  dan
tuntutan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
6. Pendekatan metodologi mengajarkan yang digunakan adalah sistem penuangan
(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa.
7. Guru berperan paling aktif, dengan pelaksanaan sistem giri mata pelajaran dan
mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.
8. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
b. Kurikulum dengan Mata Pelajaran Berkorelasi
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai
mata pelajaran yang ada pada kurikulum mata pelajaran, diusahakanlah agar mata
pelajaran tersebut tersusun dalam pola korelasi, sehingga lebih mudah dipahami oleh
para siswa. Inilah yang dinamakan dengan kurikulum dengan mata pelajaran
berkolerasi. Bentuk kolerasi ini terdiri atas dua pola, yaitu kolerasi informal dan
kolerasi formal.
Dalam bentuk korelasi informal, seorang guru mata pelajaran meminta agar
guru mata pelajaran lainnya mengorelasikan pelajaran yang akan diberikannya dengan
bahan yang telah diberikan oleh guru pertama. Sebagai contoh, guru sejarah akan
mengajarkan sejarah perang Diponegoro. Kemudian, guru ini meminta guru Ilmu
Bumi agar membahas tentang daerah geografis terjadinya perang Diponegoro
tersebut. Selanjutnya, guru bahasa diminta agar memberikan pelajaran bercerita
4
tentang suasana masyarakat sewaktu terjadinya perang tersebut. Agak berbeda dengan
korelasi sebelumnya, dalam korelasi formal beberapa guru bersama-sama
merencanakan untuk mengorelasikan mata pelajaran yang menjadi tanggungjwabnya
masing-masing. Caranya, para guru yang bersangkutan terlebih dahulu menentukan
suatu topik atau masalah. Misalnya, para guru menentukan topik “keluarga”.
Kemudian, guru Bahasa memberikan cerita yang berkaitan dengan kehidupan
keluarga, guru Menyanyi mengajarkan nyanyian pengantar tidur, guru Ilmu Berhitung
memberikan cara pembuatan anggaran belanja dalam keluarga. Begitu seterusnya,
sehingga para guru mata pelajaran lainnya dapat memberikan sumbangan terhadap
pembahasan topik tersebut. Jadi, ciri-ciri kurikulum ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Berbagai mata pelajaran dikorelasikan satu dengan yang lainnya.
2. Sudah dimulai adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan
permasalahan kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan
pengetahuan.
3. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemampuan
para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
4. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak
menghadapi kesulitan.
5. Meski guru memegang peran aktif, namun aktifitas siswa sudah mulai
dikembangkan.
c. Kurikulum Bidang Studi (Broad Fields Curriculum)
Sebagian ahli berpandangan bahwa kurikulum bidang studi merupakan bagian
dari kurikulum korelasi, hal tersebut memang benar adanya, karena kurikulum bidang
studi merupakan perpaduan atau fusi sejumlah mata pelajaran sejenis, yang mana hal
tersebut memiliki ciri-ciri yang sama. Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut
kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menyebutkan dengan sebutan The Broad Field
of Subject Matter. Broad Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan mata
pelajaran (Subject Matter) yang berhubungan dengan erat. usaha meningkatkan
kurikulum dengan mengombinasikan beberapa mata pelajaran). Sebagai contoh:
Sejarah, Geografi, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Politik disatukan menjadi Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Phenik adalah orang pertama yang mencetuskan tipe organisasi broad field ini.
Keinginan Phenik adalah agar pendidik mengerti jenis-jenis arti perkembangan
5
kebudayaan yang efektif, mengerti manfaat yang didapatkan dari berbagai disiplin
ilmu dan upaya mendidik anak agar menghasilkan suatu masyarakat yang civiled
(beradab). Phenik mengemukakan lima dasar logikanya yang kemudian menghasilkan
lima broad fields yaitu Symblies, Experics, Esthetics, Syuneetics dan Ethics.
Selanjutnya adalah berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan Kurikulum bidang
studi (Broad field curriculum)memiliki sejumlah kelebihan, diantaranya yaitu:
1. korelasi memajukan integrasi pengetahuan pada murid-murid. Mereka mendapat
informasi mengenai suatu pokok tertentu tidak secara terpisah-pisah dalam
berbagai mata pelajaran pada waktu yang berbeda-beda, tetapi dalam satu
pelajaran, di mana pokok itu disoroti dari berbagai disiplin mata pelajaran
tertentu. Dengan demikian, pengetahuan mereka tidak lepas-lepas melainkan
bertautan, berpadu.
2. Minat murid bertambah apabila ia melihat hubungan antara mata pelajaran-mata
pelajaran.
3. Pengertian murid-murid tentang sesuatu lebih mendalam, bila didapat
penjelasan dari berbagai mata pelajaran.
4. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas karena diperoleh pandangan
dari berbagai sudut dan tidak hanya dari satu mata pelajaran saja.
5. Korelasi memungkinkan murid-murid menggunakan pengetahuannya lebih
fungsional. Mereka mendapat kesempatan menggunakan pengetahuan dari
berbagai mata pelajaran guna memecahkan suatu masalah.
6. Korelasi antara mata pelajaran lebih mengutamakan pengertian dan prinsip-
prinsip daripada pengetahuan dan penguasaan fakta-fakta.
Selain kelebihan yang dimiliki oleh kurikulum ini, terdapat beberapa
kekurangan mengenai kurikulum bidang studi (Broad field curriculum) yaitu:
a) Kurikulum ini pada hakekatnya kurikulum yang subject centered dan tidak
menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan
minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi
murid-murid dalam kehidupannya sehari-hari.
b) Broad field tidak memberikan pengetahuan yang sistematis serta mendalam
mengenai berbagai mata pelajaran.
c) Guru sering tidak menguasai pendekatan inter-disipliner. Jika
spesialisasinya geografi, ia akan mengutamakan geografi dan menjadikan
sejarah, kewarganegaraan atau ekonomi sebagai pelajaran tertentu.
6
d. Kurikulum Terintegrasi
Dalam kurikulum terintegrasi atau terpadu (integrated curriculum) ini, batas-
batas di antara semua mata pelajaran sudah tidak terlihat sama sekali, karena semua
mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau unit. Jadi semua mata
pelajaran telah terpadu sebagai satu kesatuan yang bulat.
Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasI.
2. Berdasarkan psikologi belajar Gestalt atau organismic.
3. Berdasarkan landasan sosiologis dan sosial kultural.
4. Berdasarkan kebutuhan, minat, dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan
siswa.
5. Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau
bidang studi yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan, mata pelajaran atau bidang
studi baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna pemecahan masalah.
6. Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik unit
pengalaman (experience unit) atau unit pelajaran (subject matter unit).
7. Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Bahkan peran murid lebih
menonjol dalam kegiatan belajar-mengajar, dan guru bertindak selaku
pembimbing.
Kendatipun bentuk kurikulum ini banyak sekali mengalami kemajuan
dibandingkan bentuk kurikulum sebelumnya, namun dengan berbagai alasan
sampai sekarang penggunaannya masih terbatas.
e. Kurikulum Inti
Dalam studi kurikulum akan kita temukan berbagai pengertian tentang apa yang
dimaksud dengan istilah kurikulum inti (core curriculum atau core program) ini.
Spears mengatakan bahwa:
"The provision of a common body of growth experiences, usually spoken of as the
core curriculum".
Sedangkan Leonard menyatakan bahwa:
"... That part of the curriculum, which takes as its major job, is the development of
personal social responsibility and competency needed by all youth to serve the needs
of a democratic society".
Di lain pihak, Alberty menyatakan bahwa:

7
" The core may be regard as that aspect of the total curriculum which is basic for all
student, and which consists of learning activities that are organised without reference
to conventional subjects or lines".
Jadi, memang cukup banyak perumusan tentang apa yang dimaksud dengan
kurikulum inti ini. Banyak dari berbagai pengertian tersebut yang dapat
membingungkan kita. Atas dasar itu, Romine mencoba menyusun perumusan yang
lebih komprehensif. la menyatakan bahwa:
"The core curriculum, core program, or core course may be defined as the part of the
total curriculum objectives, which is scheduled for proportionally longer blocks of
time".
Perumusan Romine ini terlihat lebih lengkap dan tidak memerlukan penjelasan lebih
lanjut. Meskipun demikian, jika kita rinci perumusan tersebut mengandung sejumlah
hal yangperlu mendapat perhatian, yaitu:
1. Kurikulum inti merupakan bagian dari keseluruhan kurikulum yang
diperuntukkan bagi semua siswa;
2. Kurikulum inti bermaksud mencapai tujuan pendidikan umum;
3. Kurikulum inti disusun dari garis-garis pelajaran namun tidak secara ketat
(bersifat luwes), dan
4. Kurikulum inti disusun untuk jangka waktu yang lebih lama.
Pada umumnya, kurikulum inti memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Ciri-ciri pokok (essential characteristics)
a. Core pelajaran meliputi pengalaman-pengalaman yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembanan semua siswa.
b. Core program berkenaan dengan pendidikan umum (general education)
untuk memperoleh bermacam-macam hasil (tujuan pendidikan).
c. Berbagai kegiatan dan pengalaman core disusun dan diajarkan dalam
bentuk kesatuan, tidak dibatasi oleh garis-garis pelajaran yang terpisah;
dan
d. Core program diselenggarakan dalam jangka waktu yang lebih lama.
2) Ciri-ciri umum
a. Perencanaan oleh guru-guru secara kooperatif;
b. Pengalaman-pengalaman belajar disusun dalam unit-unit yang luas dan
komprehensif berdasarkan tantangan, minat, kebutuhan, dan masalah
dari kalangan siswa dan masyarakat sekitarnya;
8
c. Core pelajaran menggunakan proses demokratis;
d. Banyak dari core program yang dikaitkan dengan bimbingan dan
pengajaran. Dalam hal ini, guru mempunyai tanggung jawab bimbingan
terhadap the core class;
e. Core program secara lebih luas menggunakan sumber pengajaran yang
luas, dan prosedur pengajaran yang lebih fleksibel dan variatif;
f. Penggunaan teknik problem solving dalam core program;
g. Guru dan murid saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik,
sehingga sehingga memudahkan pemberian pelayanan terhadap
perbedaan individual;
h. Penilaian dilakukan dengan bermacam bentuk serta dikerjakan secara
kontinu dan menyeluruh;
i. Pengalaman-pengalaman belajar bersifat fungsional serta melibatkan
banyak kegiatan dan tanggung jawab terhadap para siswa; dan
j. Core program didominasi oleh usaha yang bertujuan untuk memperbaiki
pengajaran. memudahkan pemberian pelayanan terhadap perbedaan
individual;

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi kurikukulum merupakan pola atau bentuk penyusunan bahan pelajaran
yang akan diajarkan atau di sampaikan kepada murid atau merupakan suatu cara
menyusun bahan atau pengalaman belajar ingin di capai dengan tujuan mempermudah
siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta memepermudah siswa dalam melakauakn
kegiaatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran di capai secara efetif dan efesien. Isi
kurikulum terdiri atas bahan-bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang diperlukan
dalam tercapainya tujuan pendidikan. Terdapat lima bentuk kurikulum yaitu Kurikulum
mata pelajaran (isolated subjects atau subjectmatter curriculum), Kurikulum dengan Mata
Pelajaran Berkorelasi, Kurikulum Bidang Studi (Broad Fields Curriculum), kurikulum
terintegrasi atau terpadu (integrated curriculum), kurikulum inti (core curriculum atau core
program).

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Ibnu Bakar at-Taubany, dan Trianto. 2017. Desain Pengembangan Kurikulum 2013 di
Madrasah. Depok:Kencana.
Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukuman. 2015. Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Triwiyanto, Teguh. 2015. Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai