METODE PEMBELAJARAN
Di Susun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Hadist Tarbawi
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Umma Farida, LC, MA.
Oleh :
Kelompok 4
Galih Tsaniya Putra 1810610001
Asyrifah Zaini Wahdah 1810610002
Risda Khoirina 1810610008
M. Nurun Naim 1810610022
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Hakikat Metode Pembelajaran...........................................................................3
B. Metode Ceramah..................................................................................................4
C. Metode Diskusi.....................................................................................................7
D. Metode Asistensi.................................................................................................11
E. Metode Pemberian Hadiah Dan Hukuman......................................................15
BAB III............................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
A. Kesimpulan.........................................................................................................22
B. Saran...................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
1. Untuk mengetahui hakikat metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana metode ceramah dalam pembelajaran
menurut hadis.
3. Untuk mengetahui bagaimana metode diskusi dalam pembelajaran
menurut hadis.
4. Untuk mengetahui bagaimana metode asistensi dalam pembelajaran
menurut hadis.
5. Untuk mengetahui bagaimana metode hadiah dan hukuman dalam
pembelajaran menurut hadis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Metode Pembelajaran
Metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, metode berasal
dari dua kata yaitu kata meta yang berarti “melalui” dan hodos yang berarti
“cara atau jalan”. Dalam bahasa Arab di kenal dengan istilah thariqah artinya
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan.1 Secara istilah metode adalah jalan yang ditempuh oleh seseorang
untuk mencapai suatu tujuan tertentu,baik dalam lingkungan maupun ilmu
pengetahuan.
Dalam KBBI disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses atau cara
menjadikan seseorang belajar. Sedangkan pembelajaran menurut Dimyati dan
Modjiono adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat peserta didik aktif dalam belajar, dan
menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh untuk
menyajikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien.2
Dalam pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan penting dalam
upaya pencapaian tujuan, karena metode menjadi sarana dalam menyampaikan
materi pelajaran yang tersusun dalam pelajaran. Tanpa adanya metode, suatu
materi pembelajaran tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien dalam
kegiatan pembelajaran pencapaian tujuan pendidikan.3
Dalam pendidikan, terdapat macam-macam metode diantaranya metode
ceramah, metode diskusi, metode asistensi, metode pemberian hadiah dan
hukuman, dan lain-lain.
1
Anjali Sriwijbant, dkk, Antologi Hadist Tarbawi:Pesan-Pesan Nabi Saw Tentang
Pendidikan, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), 46
2
Salafudin, “ Metode Pembelajaran Aktif Ala Rasulullah, Pembelajaran Yang
Membangkitkan Motivasi (Suatu Kajian Metode Pembelajaran Dari Hadis)” , Dalam Jurnal
Forum Tarbiyah Vol. 9 No. 2, Desember 2011,191
3
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 144
3
B. Metode Ceramah
Metode ceramah ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi
pembelajan secara langsung kepada peserta didik secara langsung4.
Penggunaan metode ini bersifat praktif dan efisien bagi pelajaran yang
memiliki banyak materi dan banyak peserta. Medote ceramah ini sejak dulu
sudah digunakan oleh Rasulullah SAW, dalam mengembangkan dan
mendakwahkan agama Islam. Metode ceramah ini pernah dilakukan
Rasululllah ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk dakwa secara
terang-terangan.
1. Hadis tentang metode ceramah
, عَنْ َع ْب ِد ال َمالِ ِك ْبن ُع َمر, َح َدثَنَا َج ِر ْي ٌر,قَا َل,ب َ َح َدثَنَا قُتَ ْيبَةَ ْب ِن
ِ س ِع ْي ٌد َو ُز َه ْي ِر ْب ِن َح ْر
ِ "وأَ ْن ِذر َع
َش ْي َر نَك َ لَ َّما أَ ْن َزلَتْ َه ِذ ِه االيَ ِة, عَنْ أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ قَا َل,سى بْنُ طَ ْل َحة
َ عَنْ ُم
,سيَّا ِ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه وسلَّ َم قُ َر ْي َ سو ُل هللا ُ َدعَا َر,)125 :االَ ْق َربِيْنَ " (الشعراء
يَا.م ِمنَ النَّا ِرlْ س ُك ِ ُ أَ ْنقِ ُذوا أَ ْنف,َي
ْ "يَابَنِ ْي َك َع ْب بِنْ لُؤ, َفقَا َل.ص
ُّ فَ َع ُّم َو َخ,اجتَ َم ُعوا
ْ َف
َس ُك ْم ِمن ِ ُ أَ ْنفl أَ ْنقِد ُْوا,ش َم
ِ يَابَنِ ْي هَا. س ُك ْم ِمنَ النَّار ِ ُ أَ ْنفl أَ ْنقِد ُْوا, ب
ِ بَنِ ْي ُم َر ْة بْنُ َك َع
َس ِك ِمنِ ُي أَ ْنفْ أَ ْنقِ ِد, يَافا َ ِط َمة. .م ِمنَ النَّا ِرlْ س ُك
ِ ُ أَ ْنقِد ُْوا أَ ْنف, يَابَنِ ْي َع ْب ُد ال ُمطَلِ ْب. .النَّا ِر
َ َغ ْي َر أَنَّا لَ ُك ْم َر ِح ًما.ش ْيئَا
"(رواه.سا بِلُ َها بِبِالَ ِل َها َ ِ فَأِنِّ ْي الَ أَ ْملَ َك لَ ُك ْم ِمنَ هللا,النَّا ِر
)مسلم
Artinya: “Menceritakan kepada kami Qutaibab ibn Sa’id dan Zubair ibn
Harb berkata, “menceritakan kepada kami Jarir dari ‘Abdul Malik ibn
‘Umair dari Musa ibn Thalbab, dari Abu Hurairah, ia berkata, “Tatkala
diturunkan ayat ini :”Dan perintahkanlah para kerabatmu yang terdekat
(Q.S. Al-Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang
Quraisy. Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara
umum dan khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams,
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai ‘Abdi Manaf
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani Hasyim,
4
Abdul Wahib Syukron, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Kudus: Stain Kudus Press, 2003), 78
4
selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah
diri kalian dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun
siksaan Allah terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan
kekeluargaan dengan kalian yang akan aku sambung dengan sungguh.”
(H.R. Muslim).
2. Penjelasan(syarah hadis)
Hadis di atas diriwayatkan oleh tujuh perawi, adapun urutan
perawi (periwayat ) hadis di atas sebagai berikut:
1. Abu Hurairah
2. Musa ibn Thalhah
3. Abdul Malik ibn Umar
4. Jarir
5. Zuhair ibn Harb
6. Qutaibah ibn Sa’id
7. Muslim, beliau juga berkedudukan sebagai Mukharij
Hadis ini berstatus hasan, karena salah satu perawinya memiliki
tingkat keyakinan yang kurang sempurna beliau adalah Abd al-Malik
ibn ‘Umar. Namun ketersambungan sanadnya terbukti saling
bersambung antara masing-masing perawi. Matan dari Muslim dan
Nasa’i memiliki kesamaan redaksi maka dari itu tidak ada yang
menyalahkan antara satu dengan yang lain.
Dalam hadis ini menjelaskan tentang seruan dari Rasulullah
SAW kepada kerabatnya untuk menjaga diri dari api neraka, sebagai
respon dari Rasulullaah atas turunnya Q.S. Al-Syu’ara’ ayat 125 yang
artinya “peringatkanlah kerabatmu yang terdekat.” Dari perintah
tersebut Rasululllah memulai dakwah secara terang-terangan.
Hadis tersebut menjalaskan bahwa dalam penyampaian suatu
wahyu atau mengajak orang lain untuk mengikuti ajaran yang telah
ditentukan sesuai syariat bahkan memperingatkan kepada mereka untuk
kembali ke jalan yang diridhoi oleh Allah. Dari penyampaian Rasululah
secara umum dan khusus di hadapan orang-orang Quraisy dan yang
5
lainnya untuk menyelamatkan diri dari neraka dengan usahanya sendiri,
karena tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah terhadap
ummatnya. Jadi metode penyampaian yang di gunakan adalah metode
ceramah karena menyuarakan seruan secara lisan kepada umatnya.
3. Kesimpulan
Pendidik menyampaikan ilmu kepada peserta didik salah satu
metodenya dengan menggunakan metode ceramah, peserta didik akan
lebih merespon dengan mendengarkan apa yang seorang pendidik
bicarakan dalam pembelajarannya. Dalam penyampaian seorang
pendidik di anjurkan untuk menggunakan tata bahasa yang mudah di
pahami oleh peserta didik sesuai tingkatan dan taraf kemampuan
peserta didik.5
4. Biografi singkat perawi hadis sahabat
Abu Hurairah memiliki nama asli beliau adalah Abdurrahman ibn
Sakhir, beliau lahir pada tahun 598 M. Dan wafat pada tahun 59 H
dalam usia 78 tahun.
Abu hurairah masuk islam melalui Thufail bin ‘Amir ad-Dausy.
beliau tinggal dengan ahli shuffah yang berada di Masjid Nabawi.
Setiap waktu sholat beliau memilih shof sholat di belakang Rasulullah
dan mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh Rasulullah.
Beliau meriwayatkan hadis dari Raslululah Saw, Abu Bakar,
Umar bin Khatab, Usman bin Affan, Ubai bin Ka‟ab, Usman bin Zaid,
Fadhal bin Abas bin Abdul Muthalib, Abi Ka‟ab, Asmah bin Zaid,
Ka‟aab Al-Ahbar dan Aisyah. Dari Abu Hurairah terdapat sejumlah
sahabat yang meriwayatkannya seperti Abdullah Ibn Abbas, Abdullah
bin Umar, Jabir bin Abdullah, Anas bin Malik. Sedangkan dari
kalangan tabi‟in di antaranya adalah Sa‟id bin Musayyab dan Ibnu
Umar. Jumlah hadis yang diriwayatkannya adalah 5374 karena beliau
selalu menghadiri majlis Rasulullah.
5
Anjali Sriwijbant, dkk, Antologi Hadist Tarbawi:Pesan-Pesan Nabi Saw Tentang
Pendidikan, (Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020), 54-56.
6
C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.6
1. Hadis tentang metode diskusi
س َم ِع ْي ُل َوه َُو ابْنُ َج ْعفَ ٍر عَنْ ال َعالَ ِء َ َُح َّد ثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْن
ْ ِس ِع ْي ٍد َو َعلِ ُّي بْنُ ُح ْج ٍر قَاالَ َح َّد ثَنَا أ
سُ ِسلَّ َم قَا َل أَتَ ْدرُونَ َما ال ُم ْفل
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِسو َل هللا ُ عَنْ أَبِ ْي ِه عَنْ أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ أَنَّ َر
س ِمنْ أُ َّمتِي يَأْتِي يَ ْو َم َ ِس ِف ْينَا َمنْ الَ ِد ْر َه َم لَهُ َوالَ َمتَا َع فَقَا َل أِنَّ ا ْل ُم ْفل
ُ ِقَالُوا ال ُم ْفل
سفَ َك َد َم َ شتَ َم َه َذا َوقَ َذفَ َه َذا َوأَ َك َل َما َل َه َذا َو َ صيَ ٍام َو َز َكا ٍة َويَأْتِي قَ ْد
ِ صالَ ٍة َوَ ِالقِيَا َم ِة ب
ْسنَاتُهُ قَ ْب َل أَن َ سنَاتِ ِه َو َه َذا ِمنْ َح
َ سنَاتِ ِه فَأِنْ فَنِيَتْ َح َ ض َر َب َه َذا فَيُ ْعطَى َه َذا ِمنْ َح
َ َه َذا َو
) (رواه مسلم.ضى َما َعلَ ْي ِه أُ ِخ َذ ِمنْ َخطَايَا ُه ْم فَطُ ِر َحتْ َعلَ ْي ِه ثُ َّم طُ ِر َح فِي النَّا ِر َ يُ ْق
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sâid dan Ali ibn
Hujr, telah menceritakan kepada kami Ismail dan dia ibnu Jafar dari Alâ
dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?. jawab mereka; orang
yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda: Sesungguhnya orang
yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat
dengan (pahala) salat, puasa dan zakat. Dia datang tapi telah mencaci ini,
menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh)
ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika
kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-
dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia
dicampakkan ke neraka”. (HR. Muslim)
7
Hurairah ra. adalah sahabat Rasullah SAW. Menurut an-Nawawi, hadits
diatas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memulai pembelajaran dengan
bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah menjelaskan
bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang
dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan
dengan kesalahan.7
7
M. Chalis, Perspektif Hadits Tentang Metode Pendidikan (Sebuah Kajian Otentitas
Tentang Hadits Pendidikan), (Aceh: Ar-Raniry Press, 2015), 141-142.
8
Contoh penggunaan metode diskusi yang lain adalah ketika terjadi
perang Ahzab, dalam sejarah bahwa Rasulullah SAW segera menggelar
musyawarah dan melempar permasalahan yang membutuhkan pembahasan,
yaitu permasalahan tentang rencana siasat pertahanan yang akan diambil
untuk melindungi kota Madinah. Setelah musyawarah antara Rasulullah
dengan sahabat, mereka sepakat dengan pendapat yang dilontarkan seorang
sahabat, Salman al-Farisi. Dalam hal ini, Salman berkata: wahai Rasulullah,
kami berasal dari Persia, ketika itu jika kami ingin memperkokoh
pertahanan untuk perlindungan, maka kami gali parit disekitar kami.
8
Ahmad Izzan dan Saehuddin, Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis,
(Bandung: Humaniora, 2016), 142.
9
berbicara dalam menyampaikan pendapatnya atau idenya di depan teman-
temanya.
3. Kesimpulan
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana
guru memberikan kesempatan kepada para siswa dengan membagi dalam
bentuk kelompok, untuk mnegadakan perbincangan ilmiah guna
mnegumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah. Dengan metode diskusi, maslah-
masalah yang menyangkut kepentingan bersama dapat diselesaikan dengan
musyawarah, diskusi mampu melatih ketajaman berpikir seorang peserta
didik untuk berbicara dalam menyampaikan pendapatannya atau idenya di
depan teman-temanya.
4. Biografi singkat perawi hadis sahabat
Nama ”Abu Hurairah” adalah nama ’Kunyah’ atau gelar yang
diberikan oleh Rasullah SAW, karena sikapnya yang sangat menyayangi
kucing peliharaannya. Sedangkan nama aslinya di masa Jahilliyah adalah
Abd Syams ibn Sakhr. Kemudian ketika masuk islam Nabi SAW
menggantinya dengan Abdurrahman ibn Sakhr Al-Dausi (dari Bani Daus
ibn Adnan) Al-Yamani. Ia adalah salah seorang sahabat Rasullah SAW
yang diberi gelar kehormatan oleh para ulama dengan Al-Iman, Al-Faqih,
Al-Mujtahid, dan Al-Hafidz. Dialah salah satu sahabat yang didoakan
Rasullah agar mempunyai kekuatan hafalan yang tinggi. Abu Hurairah lahir
pada 19 sebelum hijriyah, sedangkan meninggalnya di Al-’Aqiq pada tahun
59 H.9
D. Metode Asistensi
Metode asistensi adalah metode pembelajaran yang di lakukan oleh
seorang pendidik kepada asistennya (ahlinya), yang kemudian ahli tersebut
menjelaskan kepada anak didiknya (team teaching). Dalam metode asistensi
ini, peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran dan siswa di bagi
secara berkelompok dengan adanya ahli dalam satu kelompok tersebut yang
9
Munzier Suparta,. Ilmu Hadis, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002), 210-211.
10
menggantikan peran guru. Metode asistensi ini dapat di aplikasikan dalam
model pembelajaran NHT, Jigsaw, dan sebagainya.
1. Hadist tentang metode asistensi
: قَا َل, عَنْ ِر ْب ِع ِّي, ص ْو ٍر ِ ح َّد ثَنَا أَبُ ْو األَ ْح َوا,
ُ عَنْ َم ْن, ص َ َش ْيبَة َ َح َّد ثَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْنُ أَبِى
ٍ سلَّ َم َوه َُو فِ ْي بَ ْي
ت َ ستَأْ َذنَّ َعلَى النَّبِ ِّي
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو ْ َح َّدثَنَا َر ُج ٌل َمنْ بَنِى عَا ِم ٍر أَنَّهُ ا
ُ"اخ ُر ْج أِلَى َه َذا فَ َعلِّ ْمه
ْ :سلَّ َم لِ َخا ِد ِم ِه
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ أَلِ ُج ؟ فَقَا َل النَّبِ ِّي: فَقَا َل
سالَ ُم َ َ أَأَد ُْخ ُل ؟ " ف, سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم
َّ ال: فَقَا َل, س ِم َعهُ ال َّر ُج ُل َّ قُ ِل ال:ُ فَقُ ْل لَه, َستِأْ َذان ْ اال ِ
)فَد ََخ َل (رواه أبو داوود, سلَّ َم َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ أُأُد ُْخ ُل ؟ فَأ َ ِذنَ لَهُ النَّبِ ِّي, َعلَ ْي ُك ْم
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami (Abu Bakar bin Abu Syaibah)
berkata, telah menceritakan kepada kami (Abu Ahwash) dari (Manshur) dari
(Rib’i) ia berkata telah menceritakan kepada kami (seorang laki-laki dari
Bani Amir), bahwasannya ia pernah meminta izin kepada Nabi SAW. Saat
beliau di dalam rumah. Ia berkata kepada pelayannya: “temuilah orang ini
dan ajari dia cara minta izin. Suruh izin. Suruh dia mengucapkan
‘Assalamu’alaikum, bolehkah saya masuk?” laki-laki itu mendengar
perkataan Nabi hingga ia pun mengucapkan, “Assalamu’alaikum, bolehkah
saya masuk?” Akhirnya Nabi SAW memberi izin, dan ia pun masuk.” (HR.
Abu Dawud).10
2. Penjelasan (syarah hadist)
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly mengatakan bahwa kualitas sanad
hadis tersebut adalah shahih. Hadis ini di shahihkan oleh Syeikh Albani
dalam Shahih Abu Dawud (4312) dan dalam Ash-Shahihah (819). Dan di
shahihkan oleh An-Nawawi dalam Riyadhus Shalihin dengan nomor 872.
Hadist tersebut terdapat dalam kitab Al-Adab bab “Kaifa Yasta’dzin” no.
318.
Hadis ini di riwayatkan oleh enam perawi, adapun perawi tersebut
adalah sebagai berikut:
10
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi: Hadis-Hadis Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2012),
39-40
11
1. Perawi pertama (sanad keenam) adalah Nabi Muhammad SAW.
2. Perawi kedua (sanad kelima) adalah Rib'iy
3. Perawi ketiga (sanad keempat) adalah Mashur
4. Perawi keempat (sanad ketiga) adalah Abu Ahwash
5. Perawi kelima (sanad kedua) adalah Abu Bakar bin Abu Syuaiba
6. Perawi keenam (sanad pertama) adalah Abu Dawud
Hadis diatas menjelaskan adab masuk ke dalam rumah orang lain.
Nabi tidak mengizinkan seseorang masuk ke dalam rumah beliau sebelum
salam dan minta izin atau permisi. Seorang sahabat yang bernama Rib'i bin
Hiras’y memberitakan bahwa ada seorang laki-laki dari ani Amir ingin
bertemu dengan Rasulullah hanya minta izin atau permisi saja tidak
memberi salam terlebih dahulu dengan ucapannya: “Bolehkah saya masuk?"
Nama seorang laki-laki Bani Amir di sini tidak disebutkan dalam ilmu
Hadis disebut isim am, tetapi yang jelas dia seorang sahabat, karena ia
bertemu dan beriman kepada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW
mengajarkannya melalui pembantunya atau asisten untuk memberi
pengajaran bagaimana sebenarnya dalam Islam etika masuk ke rumah orang
lain yaitu dengan memberi salam, kepada penghuninya dan minta izin. Hal
ini dilakukan sudah menjadi kewajiban seorang Nabi atau seorang guru
ketika melihat ketimpangan atau kekeliruan yang dilakukan seorang sahabat
atau murid segera diluruskan. Nabi bersabda kepada pembantunya
َستِأْ َذان
ْ اخ ُر ْج أِلَى َه َذا فَ َعلِّ ْمهُ ا ِال
ْ
“keluarlah dan ajarkan kepada orang itu tentang tata cara meminta izin”.
Asisten Rasul itu disuruh keluar berhadapan dengan tamu yang akan
bertemu tersebut. Artinya antara pengajar dan yang diajar memang harus
ada pertemuan secara langsung, hal tersebut berujuan agar materi ajar dapat
disampaikan dan dapat diterima dengan baik. Setelah bertemu dan bertatap
muka barulah dimulai proses pembelajaran. Lanjutan sabda Beliau:
أُأُد ُْخ ُل ؟, سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم
َّ ال: ُفَقُ ْل لَه
"Ucapkanlah assalamu'alaikum bolehkah saya masuk? Tetapi laki-laki
tersebut mendengar pengajaran Rasul yang akan diberikan melalui
12
asistennya. Lantas laki-laki tersebut melakukannya memberi salam dan
minta izin kemudian diizinkan masukoleh Rasul SAW. Hadis yang hampir
sama juga dilakukan seorang sahabat ketika akan masuk ke rumah Nabi
tidak salam dan tidak minta izin sebagaimana dijelaskan di atas. Nabi
bersabda:
أُأُد ُْخ ُل ؟, سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم
َّ قُ ِل ال: ُاَ ْخ ُر ْج فَقُ ْل لَه
" kembalilah maka ucapkan assalamu'alaikum bolehkah saya masuk?”
(HR. Abu Daud dan at-Turmudzi).
Etika masuk ke rumah orang lain adalah dengan isti’dzan
(menggabungkan salam dan minta izin) kepada pemilik rumah, sedangkan
rumah sendiri hanya memberi salam saja dengan maksud memberi
penghormatan dari Allah kepada pemilik atau penghuni rumah dengan doa
selamat, atau salam kepada malaikat jika penghuninya tidak ada di rumah.
Namun, yang mana yang harus di dahulukan antara meminta izin atau
memberi salam. Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat dari ulama’
sehingga muncul tiga pendapat, pertama, Muhammad bin ‘Alan berkata:
“yang benar, yang telah dibawakan oleh sunnah dan yang dikatakan oleh
para penahqiq adalah mendahulukan salam”. Kedua, mendahulukan minta
izin. Ketiga adalah pilihan Al-Mawardi diantara para sahabat kami bahwa
jika peminta izin telah melihat tuan rumah sebelum dia masuk, maka
mendahulukan salam. Jika tidak demikian, maka mendahulukan minta
izin.11
Metode penyampaian hadist diatas dalam konteks pendidikan adalah
metode asistensi, artinya pengajaran masuk ke rumah orang lain tidak
diberikan langsung oleh Nabi melainkan diberikan oleh asisten Nabi yaitu
pembantunya. Dalam hal ini, Nabi mengajarkan kepada asistennya dan
asistennya mengajarkan kepada tamu yang ingin bertemu Rasulullah agar
mengucapkan : “assalamu’alaikum (dan permisi) bolehkah saya masuk?
Setelah itu baru diizinkan masuk. Demikian kebijakan seorang guru yakni
11
Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab, Syarah Adab Berjalan Menuju Shalat, (Jakarta:
Darul Falah, 2003), 525
13
Rasulullah ketika melihat seorang sahabat salah melakukan sesuatu
langsung diluruskan dengan penuh bijaksana dalam hal ini cukup melalui
orang lain dulu (asistennya).12
3. Kesimpulan
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadis tersebut adalah:
1. Adab masuk rumah orang lain adalah mnegucapkan salam dan
meminta izin.
2. Mengajarkan adab masuk ke rumah orang lain bagi tamu yang belum
paham tentang adab dalam Islam baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Metode yang digunakan sesuai hadist tersebut adalah metode asistensi,
sedangkan asisten mengajarkan muridnya dengan metode demonstrasi
dan eksperimen.
4. Biografi singkat perawi hadis sahabat
Nama lengkap dari Rib’y adalah Rib’iy bin Hirasy al-Abbasiy. Nama
panggilannya adalah Abu Maryam al-Kufiy. Beliau merupakan salah satu
murid Ali bin Abi Thalib. Rib’i adalah ahli hadist dari Kuffah yang tercatat
sebagai seorang tabi’i mulia yang tidak pernah berdusta. Dan beliau pernah
bersumpah untuk tidak tertawa sebelum mengetahui, di surga atau di neraka
tempatnya kelak?. Al-Dzahabiy berkata: “bahwa Rib’iy termasuk manusia
terpilih dan tidak pernah bohong sama sekali”. Rib’iy meriwayatkan hadis
dari seorang sahabat Bani Amir yang tidak disebutkan namanya.
Beliau meninggal pada tahun 100 H di masa kekuasaan al-Hajjaj bin
Yusuf. Salah seorang yang memandikan jenazah Rib’i mengatakan, “Rib’i
terus terlihat dalam keadaan senyum di atas ranjangnya, sampai kami selesai
memandikannya.”
E. Metode Pemberian Hadiah Dan Hukuman
Seorang pendidik selain memiliki fungsi pengajar pendidik, memiliki
fungsi pemberi motivasi kepada peserta didiknya. Pemberian motivasi ini biasa
guru dengan metode mubasyyiran wa nadziran (pemberi kabar pemberi
12
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi....., 43
14
peringatan). Fungsi ini sangat terkait fungsi Nabi Muhammad sebagai
Rasulullah. Pentingnya metode adalah agar peserta didik mengamalkan nilai-
nilai kebaikan dari setiap ilmu yang telah diperolehnya menjauhkan nilai-nilai
negatif dari setiap proses pembelajaran melalui reward dan punishment.13
a. Metode Hadiah
Hadiah dalam bahasa inggris adalah reward yang artinya ganjaran,
upah memberikan penghargaan (Echols, dan Shadily. 2014). Metode dengan
cara memberikan suatu penghargaan kepada peserta didik akan perbuatan,
sikap, atau tingkah lakunya yang positif. Dalam bahasa arab hadiah
diistilahkan dengan tsawab artinya pahala, upah dan balasan yang
didapatkan oleh seseorang karena perbuatan baiknya, baik didapatkannya di
dunia maupun nanti di akhirat (Abdullah, Arifin dan Zainuddin. 2005).
Dalam kaitannya dengan pendidikan tsawab dapat diartikan sebagai: (1) alat
pendidikan preventif dan refresif yang menyenangkan dan bisa jadi
pendorong atau motivator belajar bagi peserta didik, (2) suatu hadiah
terhadap perilaku baik dari peserta didik dalam proses pendidikan.
1. Hadis tentang metode pemberian hadiah
سلَ ْي َمانُ عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن أَبِي َع ْم ٍروُ َح َّد ثَنَا َع ْب ُد ال َع ِز ْي ِز بْنُ َع ْب ِد هللاِ قَا َل َح َّد ثَنِي
ْ َسو َل هللاِ َمنْ أ
ِ س َع ُد النَّا
س ُ ي عَنْ أَبِ ْي ه َُر ْي َرةَ أَنَّهُ قَا َل قِ ْي َل يَا َر
ِّ س ِع ْي ٍد ال َم ْقبُ ِر
َ ْعَن
سلَّ َم لَقَ ْد ظَنَ ْنتُ يَا أَبَا
َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو
َ ِسو ُل هللا ُ شفَا َعتِكَ يَ ْو َم القِيَا َم ِة قَا َل َرَ ِب
صكَ َعلَى ِ ث أَ َح ٌد أَ َّو ُل ِم ْن َك لِ َما َرأَ ْيتُ ِمنْ ِح ْر َ سأَلُنِي عَنْ َه َذا
ِ الح ِد ْي ْ َُه َر ْي َرةَ أَنْ اَل ي
ً ِشفَا َعتِي يَ ْو َم القِيَا َم ِة َمنْ قَا َل الَ أِلَهَ أِاّل َ هللاُ َخا ل
ْصا ِمن ِ س َع ُد النَّا
َ ِس ب ْ َث أِ الح ِد ْي
َ
)س ِه( رواه البخا ري ِ قَ ْلبِ ِه اَ ْو نَ ْف
13
Hasbiyallah, Hadis Tarbawi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 23
15
orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu pada hari
kiamat?” Rasulullah bersabda, “Saya sudah menyangka , wahai Abu
Hurairah bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadits ini
seorangpun yang mendahuluimu, karena saya melihat semangatmu
untuk hadits. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari
kiamat adalah orang yang mengucapkan “La Illaha illaallah” dengan
ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.”(H.R. Bukhari).
2. Penjelasan (syarah hadis)
Hadis diatas tergolong syarif marfu’ dengan kualitas
perawinya yang sebagian tergolong siqah dan siqah subut.
Sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasul SAW ibn Abi Jamrah
mengatakan bahwa hadis ini menjadi dalil bahwa memberi
kegembiraan kepada anak diik dalam proses pembelajaran
hukumnya sunnah.14
Hadis ini di riwayatkan oleh enam perawi, adapun perawi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perawi pertama (sanad ke-5) adalah Abu Hurairah
2. Perawi kedua (sanad ke-4) adalah Sa’id ibn Abi Sa’id al-
Maqburi
3. Perawi ketiga (sanad ke-3) adalah Amar ib Abi ‘Amar
4. Perawi keempat (sanad ke-2) adalah Sulaiman
5. Perawi kelima (sanad ke-1) adalah ‘Abdul Aziz ibn
‘Abdullah
6. Perawi keenam (mukharrij) adalah Bukhari
7. perawi ketujuh (sanad ke-2) adalah Al-Yasykuri
8. perawi kedelapan (mukharrij) adalah Ahmad Dawud
Dalam hadis diatas bahwa Rasulullah SAW memuji Abu
Hurairah atas semangatnya untuk hadits dan memberi hadiah berupa
jawaban atas pertanyaannya kepada Rasulullah.Metode hadiah yang
14
M. Chalis, Perspektif Hadis Tentang Metode Pendidikan (Sebuah Kajian Otentitas
Tentang Hadits Pendidikan), (Aceh: Ar-Raniry Press, 2015), 142
16
digunakan oleh beliau dalam hadits ini yaitu, Rasulullah
memberikan pujian kepada Abu Hurairah.Dalam bahasa Arab
pemberian hadiah disebut dengan istilah targhib, yaitu suatu
motivasi untuk mencapai tujuan, keberhasilan, mencapai tujuan yang
memuaskan, motivasinya dianggap sebagai ganjaran atau balasan
yang menimbulkan perasaan senang, gembira, dan puas.15
3. Kesimpulan
Dengan adanya metode pemberian hadiah ini, di harapkan
dapat menjadikan peserta didik giat untuk berbuat kebaikan, dan
dapat meningkatkan stimulus agar prestasinya dapat dipertahankan
atau bahkan di tingkatkan.
4. Biografi singkat perawi hadis sahabat
Nama ”Abu Hurairah” adalah nama ’Kunyah’ atau gelar yang
diberikan oleh Rasullah SAW, karena sikapnya yang sangat
menyayangi kucing peliharaannya. Sedangkan nama aslinya di masa
Jahilliyah adalah ’Abd Syams ibn Sakhr’. Kemudian ketika masuk
islam Nabi SAW menggantinya dengan Abdurrahman ibn Sakhr Al-
Dausi (dari Bani Daus ibn Adnan) Al-Yamani. Ia adalah salah
seorang sahabat Rasullah SAW yang diberi gelar kehormatan oleh
para ulama dengan Al-Iman, Al-Faqih, Al-Mujtahid, dan Al-Hafidz.
Dialah salah satu sahabat yang didoakan Rasullah agar mempunyai
kekuatan hafalan yang tinggi. Abu Hurairah lahir pada 19 sebelum
hijriyah, sedangkan meninggalnya di Al-’Aqiq pada tahun 59 H.16
15
Rubini, “Metode Pembelajaran Berbasis Hadis”, Dalam Jurnal Humanika, Th XVIII, No.
1, Maret 2018,46-47.
16
Munzier Suparta, Ilmu Hadis......, 210-211.
17
dan meninggalkan larangan-Nya. Rasulullah juga memperbolehkan orang
tua atau pendidik memukul anak- anaknya yang berbuat kesalahan, apabila
anak yang sudah berusia sepuluh tahun, namun tidak mau melaksankan
shalat.
18
berkata, “tidak apa-apa”. Imam ad-Daraqutni berkata, “tidak bisa di
jadikan mutaba’ah , tapi hadisnya bisa di pakai.
Hadis ini di riwayatkan oleh delapan perawi, adapun perawi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perawi pertama (sanad ke-8) adalah kakeknya ‘Amr ibn Abi
Syu’aib
2. Perawi kedua (sanad ke-7) adalah ayahnya ‘Amr ibn Abi
Syu’aib
3. Perawi ketiga (sanad ke-6) adalah ‘Amr ibn Abi Syu’aib
4. Perawi keempat (sanad ke-5) adalah Suwwar ibn Dawud
Abu Hamzah al-Muzanni al-Shirafi
5. Perawi kelima (sanad ke-4) adalah Suwwar ibn Abi Hamzah
6. Perawi keenam (sanad ke-3) adalah Ismail
7. perawi ketujuh (sanad ke-2) adalah Al-Yasykuri
8. perawi kedelapan (mukharrij) adalah Ahmad Dawud
19
dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu
lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai
keteguhan hati.Sanksi dilakukan dengan teguran, diasingkan atau
dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik.
Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau
tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya
saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.17
3. Kesimpulan
Berdasarkan hadis diatas, dapat disimpulkan bahwa hukuman
dengan menggunakan pukulan diperbolehkan. Namun, pukulan
tersebut tidak boleh sampai melukainya dan harus memperhatikan
prinsip-prinsip pendidikan yang bertujuan agar anak jera dan beralih
kepada tindakan yang baik dan mulia, serta tidak ada dendam kepada
guru.
4. Biografi singkat perawi sahabat nabi
Amr Bin Syau’aib : nama aslinya adalah Amrin bin Syu’aib Bin
Muhammad bin Abdillah bin Amrin bin Al ‘Ash Al-Quraishi Al-sahmi,
dan juga bisa dengan sebutan lain Abu Abdillah Al-Madani. Guru-
gurunya :Sa’id bin abi Said Al-Maqoribi, Sulaiman bin yasar, Abi hi
syuaib bin Muhabi nad. Dan Murid-muridnya: Muhammad bin Muslim
bin shihab Al-Zuhri, Muhammad bin Ishaq, umar bin Sa’id bin Abi
Khusain
Dari uraian di atas, kita dapat membahas beberapa hal tentang metode penghargaan
dan hukuman berikut ini.
17
Rubini, “Metode Pembelajaran Berbasis Hadis”, Dalam Jurnal Humanika, Th XVIII, No.
1.Maret 2018,47-48.
20
b. Ganjaran dan hadiah tidak mahal, tetapi bisa berupa hadiah hiburan,
apresiasi melalui kata-kata yang baik, atau bentuk penghargaan lainnya.
Pesan hadiah yang paling penting adalah yang dapat dipelajari dan
dipelajari dan dipelajari siswa dalam belajar.
c. Punishment atau hukuman juga bagian dari pendidikan. Hukuman
diartikan dalam pengertian mendidik, tidak menentang anak dan member
pelajaran yang positif. Dengan menghargai atau menghukum pada tingkat
tertentu dapat menjadi sarana untuk menciptakan kedisiplinan, mengelola,
dan budaya sekolah
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pembelajaran adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh untuk
menyajikan materi guna mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan
efisien. Dalam pendidikan islam, metode mempunyai kedudukan penting
dalam upaya pencapaian tujuan, karena metode menjadi sarana dalam
menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam pelajaran.
Metode-metode yang telah dijabarkan oleh Rasulullah patut di contoh
dan di aplikasikan dalam proses pembelajaran, karena beliau adalah pengajar
handal sedunia. Banyak contoh metode pembelajaran yang dapat di terapkan
seperti: metode ceramah, metode diskusi, metode asistensi, metode pemberian
hadiah dan metode pemberian hukuman, dan masih banyak lagi metode-
metode yang diajarkan beliau melalui hadis-hadis beliau.
B. Saran
Dengan adanya penjelasan dalam makalah ini, diharapkan pembaca
sebaai calon pendidik dapat memilih dan mengaplikasikan metode
pembelajaran dengan baik. Kami sebagai penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan masih memerlukan bimbingan serta arahan. Oleh
karena itu, kami mohon kritik dan saran guna perbaikan makalah selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23