Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik

serta hidayah-Nya, akhirya makalah mengenai “PEMIKIRAN-PEMIKIRAN BARU

PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERTARUNGAN DNEGAN PAHAM-PAHAM

DAN ALIRAN-ALIRAN YANG BERKEMBANG HINGGA SEKARANG” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

sekaligus menambah wawasan mengenai Filsafat Pendidikan Islam khususnya dalam

Aliran maupun pemikiran Filsafat Pendidikan Islam. Dalam makalah ini kami

menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segi

bahasa maupun susunan penulisannya.

Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

hingga terselesaikannya makalah ini. Semoga segala bantuan, bimbingan dan arahan

yang diberikan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................... 1
C. TUJUAN..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................... 2
A. Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam ................... 2
B. Paham-paham Yang Berkembang
Hingga Sekarang......................................................... 3
C. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Yang
Berkembang Hingga Sekarang ................................... 6
D. Implikasi Aliran Dan Pemikiran
Terhadap Pendidikan Islam ...................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................ 13


A. KESIMPULAN ........................................................ 13
B. SARAN ..................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat pendidikan merupakan titik permulaan dalam proses pendidikan,
juga menjadi tulang punggung kemana bagian-bagian yang lain dalam
pendidikan itu bergantung dari segi tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum
pendidikan, metode mengajar, penilaian adminitrasi, alat-alat mengajar, dan lain-
lain lagi aspek pendidikan yang memberinya arah, menunjuk jalan yang akan
dilaluinya dan meletakkan dasar-dasar dan prinsip tempat tegaknya.
Setiap filosof pendidikan Barat maupun filosof pendidikan Islam pasti
mempunyai aliran yang dicetuskan maupun yang dianut oleh masing-masing
orang. Misalnya saja dalam filsafat pendidikan Barat ada yang namanya aliran
Nativisme, aliran Naturalisme, aliran Empirisme, aliran Konvergensi, dan lain-
lain. Tidak berbeda pula dengan filsafat pendidikan Islam, di dalamnya juga
terdapat banyak aliran yang berbeda tetapi konteks dan rujukan tetap kepada al-
Qur’an dan al-Hadist.
Maka pentingnya makalah ini di buat untuk mengetahui tentang aliran-
aliran filsafat pendidikan Islam dan juga implikasinya dalam pemikiran dan
pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Perkembangan filsafat islam.
2. Apa saja Paham-paham baru yang berkembang hingga sekanag?
3. Apa saja Aliran-aliran yang berkembang hingga sekarang?
4. Sikap terhadap aliran dan pemikiran pendidikan islam
C. TUJUAN MASALAH
1. Perkembangan filsafat islam.
2. Paham-paham Baru yang berkembang hingga sekarang.
3. Aliran-aliran Baru yang berkembang hingga sekarang.
4. Sikap terhadap aliran dan pemikiran pendidikan islam

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEREKEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Diantara yang masuk ke dalam dunia Islam tentang hakikat manusia,
yang juga diterima serta di kembangkan di kalangan umat Islam, adalah panduan
jabbariyah, berpendapat bahwa hakekatnya manusia itu bersifat ijbar, segala
perbuatannya adalah terpaksa dikerjakan manusia hanya sekedar pelaksana dan
kehendak perbuatan Tuhan. Manusia tidak menguasai perbuatan-perbuatannya
dan tidak menentukan sendiri, serta tidak ada pilihan lain.Berbeda dengan
pandangan jabbariyah tersebut, pandangan , qadariyah berpendapat bahwa
manusia menguasai perbuatan-perbuatannya. Manusia mempunyai hak dan kuasa
untuk menentukan . pilihan, manusia, memiliki freedom of will. Kedua aliran
tersebut memberikan pengaruh ke pendidikan yang berbeda di kalangan umat
Islam.
Pandangan pertama (jabbariyah) mengandung makna yang negatif terhadap
pendidikan, yaitu manusia akan bersikap pasif dan selalu menanti serta tidak mau
berusaha untuk memecah kan masalah hidup dalam kehidupannya. Sedangkan
pandangan kedua mempunyai dampak positif terhadap pendidikan. Karena
adanya free will dan free act, maka manusia akan menjadi aktif dalam
kehidupannya akan berkembang karena harus memilih diantara perbuatan-
perbuatan, dan ia akan terdidik bertanggung jawab terhadap segala karyanya.
Demikian, secara ringkas gambaran filsafat pendidikan yang berkembang
dikalangan umat Islam, membawa akibat kehidupan umat Islam yang
kontroversial (bertentangan).

2
B. PAHAM-PAHAM YANG BERKEMBANG HINGGA SEKARANG
1. Pandangan tentang ilmu menurut Ibnu Khaldun
Berpendapat bahwa pertumbuhan pendidikan dan ilmu pengetahuan
dipengaruhi oleh peradaban, pada bagian lain, Ibn Khaldun juga mengatakan
bahwa adanya perbedaan lapisan sosial timbul dan bail kecerdasannya yang
diproses melalui pengajaran.Mengenai ilmu pengetahuan, Ibnu Khaldun
membaginya menjadi tiga macam, yaitu:
a. Ilmu lapisan (bahasa) menipakan ilmu tata bahasa sastra yang tersusun
secara puitis.
b. Ilmu Naqli merupakan ilmu yang diambil dan kitab suci dan sunnah Nabi
c. Umu ‘Aqli merupakan ilmu yang dapat menunjukkan manusia dengan
daya pikir padafilsafat dan semua ilmu pengetahuan.Diantara ilmu
tersebut ada yang harus diajarkan kepada anak didik,yaitu:
Ilmu syari’ah dengan semua jenisnya
Ilmu filsafat seperti ilmu alam dan ilmu ketuhanan
Ilmu alat yang membantu ilmu agama seperti ilmu bahasa
Ilmu alat yang membantu ilmu falsafah seperti ilmu 1ogika
2. Pemikiran pendidikan Islam menurut ikhwan Al-Safa
Menurut Ikhwnn Al-Safa bahwa perumpamaan orang yang belum
dididik dengan ilmu akidah.Pendidikan dengan pàndangan yang bcrsifat
rasional dan empirik, atau perpaduan antara pandangan yang bersifat
inte1ektual dan faktual Ilniu sebagai gambaran dan sesuatu yang dapat
diketahui di slam ml, atau ilmu yang dihasi1kin oleh pemildran manusia itu
teijadi karena meidapat bahan-bahan informasi yang dikirim oleh panca
indera.
a. Pendapat Ikhwan Al-Safa hampir mirip pada aliran John Locke yang
bersifat empirisme. Bahwa awal pengetahuan teijadi karena panca indera
berinteraksi dengan alam nyata, kemudian Ikhwan AI-Safa berpendapat

3
bahwa cara untuk mendapatkan ilmu dengan cara membiasakan
berpegang pada perenungan.
b. Tipe Ideal GuraNilal seorang guru menurutnya bergantung. kepada
caranya dalam mcnyainpaikan ilmu pengetahuan, guru yang cerdas,
baikakhlaknya, lures tabiatnya, bersih hatinya, menyukai ilmu, bertugas
mencari kebenaran, dan tidak bersifat fanatisme terhadap sësuatu aliran.
Gum &Ialah mualim, ustadz dan mu’addib. MIahadøh gum dan segala
sesuatu guru Ustadz atau mu’addib dibagi menjadi tiga & diantaranya
A1A&ar dan a1-RUhaI* A1-Ru’asa dan’• A1-MaliIç muluk dan suithan.
3. Pemikiran Pendidikan Islam menurut Zamuddin Labày
Zainuddin Lâbay berpendapat bahwa banyak mengambil metode-
metode di mesir.dalam menerapkan pendidikan. Tetapi juga dapat diterima
bahwa garis besar pengajaran di Madrasah ini juga memakai unsur
pendidikan gubernamen. Zainuddin Labay dalam mcngajar mengunakan
bahasa arab. Pertama, Zainuddin Labay telah menunjukkan otodidaknya
menjadi seorang pembaharu dalam bidang pendidikan.Kedua, ia berjasa
dalam mengembangkan bahasa Arab baik sebagai bahasa pengantar. Ketiga,
ia telah memperkenalkan model pendidikan yang pada masa itu belum lazim
digunakan, mode1 k1asikal. keempat ia telah memperkenalkan pengetahuan
modern ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Kelima, usaha-usaha yang
dilakukan Zainuddin labay telah menghasilkan kader yang tangguh dalam
bidang ilmu agama. Kelima Pemikiran pendidikan Islam menurut Sycikh
Ahmad a. Ide-ide Pembaharuan Pendidikan Ahmad Surkati Secara umum ide
pembaharuan pendidikan Ahmad Surkati dapat digolongkan pada tiga aspek,
yaitu :
a. Aspek kelembagaan. Secara kelembagaan program pendidikan yang
dilakukan berlangsung selama 15 tahun.
b. Aspek metode dan pendekatan. Ahmad Surkati dalam menempatkan para
siswa agar benar-benar memahami pelajaran dan mempunya daya

4
kreatifitas tidak hanya diajarkan ilmu naqliah yang lebih memperlihatkan
metode qauliyah secara sempit namun juga diperkenalkan ilmu akliah
untuk memahami ayat-ayat kauniyah.Dalam kemanipuan memilih metode
dan pendekatan . pengajaran yang sesuai dengan situasi belajar yang
dihadapi oleh seorang guru tidak kalah pentingnya penguasaan. materi
pelajaran, namun mereka kesulitan menyampaikan mated
pelajaran.Ahmad Surkati dalam melakukan kajian tethadap al-Qu’an
maupun hadits sangat tepat. karena metode kritik terutama pada materi
hadits ajaran agama lainnya yang dalam pelajrannya telah tercampur
dengan hal-hal yang termasuk bid’ah dan sesuatu yang bukan ajaran
agama.
c. Aspek kurikulumSebagai lembaga pendidikan modern, sekolah-sekolah
Al-Irsyad dalam kegiatan belajar mengajar menerapkan rencana pelajaran
atau rencana pengajaran yang dalam bahasa pendidikan disebut
kurikulum. Pengajaran dijadikan sebagai kerangka kerja sistematik dalam
suatu ‘kegiatan pengajaran moden. .Sehingga dapat diketahui bahwa
Ahmad Sürkati menggunakan model dan cam pendidlikan yang
diperkenalkannya belum biasa dikenal di lembaga-lembaga pendidikan
yang terdapat di masyarakat Islam pada masa itu. Hal ini menunjukkan
dar sikap dan pandangannya yang berani bersikap berbeda dan sikap dan
pandangan yang pada waktu itu diterapkan.
4. Pemikiran pendidik Islam menunit Ahmad Dalilana.
Pandangan Ahmad Dahian Dalam Pendidikan Pandangan Ahmad
Dahlan dalam bidang pendidikan dapat dilihat pada kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan oleh Muhammadiyah. • Dalam bidang pendidikan,
Muhammadiyah melanjutkan model sekolah yang digabungkan dengan
system pendidikan gubemamen. Ahmad Dahian mendirikan sekolah yang
mengikuti model gubemamen, beliau beraliran Muhamniadiyah. Kcmudiai
beiaumendirikan pondok MUhainmadiyah sebagal sekolah pendidikan guru

5
agama.Muhaznmadiyah berhasil melanjutkan model pembahanian
pendidikan, disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa ia menghadapi
lingkungan sosial yang terbatas pada pegawai, guru maupun pedagang di
kota. Kelompok menengah di kota dalam banyak hal merupakan
latarbelakang sosial yang dominan dalam Muhaninadiyah hiugga sekarang
ini. Kelompok ini menguasai perusahaan percetakan yang secara ekonomis
penting dalam masyarakat. Kelompok ini juga mementingkan pendidikan
model Barat. Oleh karena itu Muhammadiyah dengan menyediakan model
pendidikan Barat yang ditambah dengan pendidikan agama.mendapatkan
hasil yang baik dalam kalangan ini.Dan uraian tersebut dapat diketahul ide-
ide pendidikan yang dikemukakan Ahmad Dahian. Pertama, Ahmad Dahian
membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan
Is1am yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah. Kedua, Ahmad
Dahian telah memasukkan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah agama
atau madrasah. Ketiga, Ahmad Dahian telah mengadakan perubahan dalam
metode pengajaran dan semula pengajaran sorogan kepada metode
pengajaran yang lebih bervariasi.

C. ALIRAN –ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM YANG


BERKEMBANG HINGGA SEKARANG
Dalam dunia pendidikan Islam, terdapat tiga aliran utama filsafat
pendidikan Islam, yaitu: 1) Aliran Konservatif, dengan tokoh utamanya adalah
al-Ghazali, 2) Aliran Religius-Rasional, dengan tokoh utamanya yaitu Ikhwan al-
Shafa, dan 3) Aliran Pragmatis, dengan tokoh utamanya adalah Ibnu
Khaldun.(Mahmud Arif, 2002: 52)
1. Aliran Konservatif (al-Muhafidz)
Tokoh-tokoh aliran ini adalah al-Ghazali, Nasiruddin al-Thusi, Ibnu
Jama’ah, Sahnun, Ibnu Hajar al-Haitami, dan al-Qabisi. Aliran al-Muhafidz

6
cenderung bersikap murni keagamaan. Aliran ini memaknai ilmu dengan
pengertian sempit. Menurut al-Thusi, ilmu yang utama hanyalah ilmu-ilmu
yang dibutuhkan saat sekarang, yang jelas akan membawa manfaat di akhirat
kelak. (Samsul Nizar, 2002: 90)
Al-Ghazali mengklasifikasikan ilmu menjadi:
a. Berdasarkan pembidangannya, ilmu dibagi menjadi dua bidang:
1) Ilmu syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari para Nabi, terdiri
atas: 1) Ilmu ushul (ilmu pokok), 2) Ilmu furu’ (cabang), 3) Ilmu
pengantar (mukaddimah), dan 4) Ilmu pelengkap (mutammimah).
2) Ilmu ghoiru syar’iyyah, yaitu semua ilmu yang berasal dari ijtihad
ulama’ atau intelektual muslim, terdiri atas: 1) Ilmu terpuji, 2) Ilmu
yang diperbolehkan (tak merugikan), 3) Ilmu yang tercela
(merugikan). (Samsul Nizar, 2002: 92).
b. Berdasarkan status hukum mempelajarinya, dapat digolongkan menjadi:
1) Ilmu yang fardlu ‘ain, dan 2) Ilmu yang fardlu kifayah.
Al-Ghazali menegaskan bahwa ilmu-ilmu keagamaan hanya dapat
diperoleh dengan kesempurnaan rasio dan kejernihan akal budi. Karena,
hanya dengan rasiolah manusia mampu menerima amanat dari Allah dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Pemikiran al-Ghazali ini sejalan dengan
aliran Mu’tazilah yang berpendapat bahwa rasio mampu menetapkan baik
buruknya sesuatu.
Pola umum pemikiran al-Ghazali dalam pendidikannya antara lain:
a. Kegiatan menuntut ilmu tiada lain berorientasi pada pencapaian ridha
Allah.
b. Teori ilmu ilhami sebagai landasan teori pendidikannya, dan
diperkuat dengan sepuluh kode etik peserta didik.
c. Tujuan agamawi merupakan tujuan puncak kegiatan menuntut ilmu.
d. Pembatasan term al-‘ilm hanya pada ilmu tentang Allah. (Baharuddin
dan Wahyuni, 2010: 39).

7
Dari deskripsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemikiran
utama aliran konservatif antara lain: 1) Ilmu adalah ilmu al-hal, yaitu
ilmu yang dibutuhkan saat sekarang yang bisa membawa manfaat di
akhirat, 2) Ilmu-ilmu selain ilmu keagamaan adalah sia-sia, dan 3) Ilmu
hanya bisa diperoleh melalui rasio.
2. Aliran Religius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy)
Tokoh-tokoh aliran ini adalah Ikhwan al-Shafa, al-Farabi, Ibnu Sina,
dan Ibnu Miskawaih. Aliran ini dijuluki “pemburu” hikmah Yunani di
belahan dunia Timur, dikarenakan pergumulan intensifnya dengan rasionalitas
Yunani.
Menurut Ikhwan al-Shafa, yang dimaksud dengan ilmu adalah
gambaran tentang sesuatu yang diketahui pada benak (jiwa) orang yang
mengetahui. Proses pengajaran adalah usaha transformatif terhadap kesiapan
ajar agar benar-benar menjadi riil, atau dengan kata lain, upaya transformatif
terhadap jiwa pelajar yang semula berilmu (mengetahui) secara potensial, agar
menjadi berilmu (mengetahui) secara riil-aktual. Dengan demikian, inti proses
pendidikan adalah pada kiat transformasi potensi-potensi manusia agar
menjadi kemampuan “psikomotorik”. (Ridha, 2002: 78).
Ikhwan berpendapat bahwa akal sempurna mengemanasikan
keutamaan-keutamaan pada jiwa dan dengan emanasi ini eternalitas akal
menjadi penyebab keberadaan jiwa. Kesempurnaan akal menjadi penyebab
keabadian jiwa dan supremasi akal menjadi penyebab kesempurnaan jiwa.
(Ridha, 2002: 86) Pandangan dualisme jiwa-akal Ikhwan tersebut merupakan
bukti dari pengaruh pemikiran Plato.
Menurut Ikhwan, jiwa berada pada posisi tengah antara dunia fisik-
materiil dan dunia akal. Hal inilah yang menjadikan pengetahuan manusia
menempuh laju “linier-progresif” melalui tiga cara, yaitu: 1) Dengan jalan
indera, jiwa dapat mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari substansi
dirinya; 2) Dengan jalan burhan (penalaran-pembuktian logis), jiwa bisa

8
mengetahui sesuatu yang lebih tinggi darinya; dan 3) Dengan perenungan
rasional, jiwa dapat mengetahui substansi dirinya. (Ridha, 2002: 87)
Ikhwan tidak sependapat dengan ide Plato yang menganggap bahwa
belajar tiada lain hanyalah proses mengingat ulang. Ikhwan menganggap
bahwa semua pengetahuan berpangkal pada cerapan inderawiah. Segala
sesuatu yang tidak dijangkau oleh indera, tidak dapat diimajinasikan, segala
sesuatu yang tidak bisa diimajinasikan, maka tidak bisa dirasiokan.
Kalangan Ikhwan sangat memberi tempat terhadap ragam disiplin ilmu
yang berkembang dan bermanfaat bagi kemajuan hidup manusia.
Implikasinya adalah konsep ilmu berpangkal pada “kesedia-kalaan” ilmu
tanpa pembatasan.
Ikhwan membagi ragam disiplin ilmu sebagai berikut: 1) Ilmu-ilmu
Syar’iyah (keagamaan), 2) Ilmu-ilmu Filsafat, dan 3) Ilmu-ilmu Riyadliyyat
(matematik). Al-Farabi menghendaki agar operasionalisasi pendidikan seiring
dengan tahap-tahap perkembangan fungsi organ tubuh dan kecerdasan
manusia. (Syar’I, 2005: 92)
Dari pemikiran kedua tokoh di atas, teori utama aliran Religius-
Rasional ini antara lain: 1) Pengetahuan adalah muktasabah, yakni hasil
perolehan dari aktivitas belajar, 2) Modal utama ilmu adalah indera, 3)
Lingkup kajian meliputi pengkajian dan pemikiran seluruh realitas yang ada,
4) Ilmu pengetahuan adalah hal yang begitu bernilai secara moral dan sosial,
dan 5) Semua ragam ilmu pengetahuan adalah penting.
3. Aliran Pragmatis (al-Dzarai’iy)
Tokoh aliran Pragmatis adalah Ibnu Khaldun. Sedangkan tokoh
Pragmatisme Barat yaitu John Dewey. Bila filsafat pendidikan Islam berkiblat
pada pandangan pragmatisme John Dewey, tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan adalah segala sesuatu yang sifatnya nyata, bukan hal yang di luar
jangkauan pancaindera. (Basri, 2009: 99).

9
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pengetahuan dan pembelajaran adalah
tabi’i (pembawaan) manusia karena adanya kesanggupan berfikir. (Achmadi,
2008: 125) Pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan akan tetapi juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan
ukhrowi, keduanya harus memberikan keuntungan, karena baginya
pendidikan adalah jalan untuk memperoleh rizki.
Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasarkan tujuan
fungsionalnya, yaitu: 1)Ilmu-ilmu yang bernilai instrinsik. Misal: ilmu-ilmu
keagamaan, Ontologi dan Teologi, dan 2) Ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik-
instrumental bagi ilmu instrinsik. Misal: kebahasa-Araban bagi ilmu syar’iy,
dan logika bagi ilmu filsafat.(Ridha, 2002: 105).
Berdasarkan sumbernya, ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Ilmu
‘aqliyah (intelektual) yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari olah pikir rasio,
yakni ilmu Mantiq (logika), ilmu alam, Teologi dan ilmu Matematik, dan 2)
Ilmu naqliyah yaitu ilmu yang diperoleh manusia dari hasil transmisi dari
orang terdahulu, yakni ilmu Hadits, ilmu Fiqh, ilmu kebahasa-Araban, dan
lain-lain.
Menurut Ibnu Khaldun, ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang
semata-mata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek
pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan merupakan
gejala konklusif yang lahir dari terbentuknya masyarakat dan
perkembangannya dalam tahapan kebudayaan. Menurutnya bahwa ilmu dan
pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis
insani.
Dari pemikiran Ibnu Khaldun di atas, maka ide pokok pemikiran aliran
Pragmatis antara lain: 1) Manusia pada dasarnya tidak tahu, namun ia menjadi
tahu karena proses belajar, 2) Akal merupakan sumber otonom ilmu
pengetahuan, dan 3) Keseimbangan antara pengetahuan duniawi dan ukhrawi.

10
D. IMPLIKASI ALIRAN DAN PEMIKIRAN TERHADAP PENDIDIKAN
ISLAM
Perkembangan pemikiran pendidikan Islam dapat dicermati dari pola
pemikiran Islam yang berkembang di belahan dunia Islam pada periode modern,
terutama dalam menjawab tantangan perubahan zaman serta era modernitas.
Tipologi pemikiran pendidikan Islam menurut Muhaimin (2012: 103-104):
1. Tipologi Perenial-Esensialis Salafi
Tipologi Perenial-Esensial Salafi merupakan tipologi pemikiran
pendidikan yang menonjolkan wawasan kependidikan era salaf (era kenabian
dan sahabat). Pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melestarikan dan
mempertahankan nilai-nilai ilahiyah serta nilai-nilai insaniyah dan kebiasaan
serta tradisi masyarakat salaf karena mereka dipandang sebagai masyarakat
ideal.
2. Tipologi Perenial-Esensialis Madzhabi
Tipologi ini menonjolkan wawasan kependidikan Islam yang
tradisional dan memiliki kecenderuangan untuk mengikuti aliran, pemahaman
atau doktrin serta pemahaman pemikiran-pemikiran masa lampau yang
dianggap sudah mapan. Pendidikan Islam berfungsi melestarikan dan
mengembangkannya melalui upaya pemberian penjelasan dan catatan-catatan
dan kurang ada keberanian untuk mengganti substansi materi pemikiran
pendahulunya.Dalam hal ini pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya untuk
mempertahankan dan mewariskan nilai, tradisi, dan budaya dari satu generasi
ke generasi berikutnya dan tidak harus mempertimbangkan relevansinya
dengan konteks perkembangan zaman dan era kontemporer yang dihadapinya.
3. Tipologi Modernis
Tipologi Modernis adalah tipologi filsafat pendidikan yang
menonjolkan wawasan kependidikan yang bebas modifikatif, progresif, dan
dinamis dalam menghadapi tuntutan serta kebutuhan dari lingkungannya.
Sesuai dengan wataknya yang bebas modifikatif, progresif, dan dinamis,

11
tipologi modernis ini memandang fungsi pendidikan Islam sebagai upaya
melakukan rekonstruksi pengalaman terus-menerus agar dapat berbuat sesuatu
yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian dengan tuntutan serta
kebutuhan dari lingkungan masa kini.
4. Tipologi Rekonstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Tipologi Rekonstruksi Sosial merupakan tipologi dalam filsafat
pendidikan Islam yang lebih mengedepankan sikap proaktif dan antisipatifnya
dalam pengembangan pendidikan. Dalam pandangan tpologi ini tugas
pendidikan adalah membantu manusia agar menjadi cakap dan selanjutnya
mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakat. Terkait
dengan tugas tersebut, maka fungsi pendidikan menurut tipologi ini adalah
sebagai upaya menumbuhkembangkan kreativitas peserta didik, memperkaya
khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insani dan ilahi, serta
menyiapkan tenaga kerja produktif.
5. Tipologi Perenial-Esensialis Kontekstual-Falsifikatif
Aliran ini mengambil jalan tengah antara kebali ke masa lalu dengan
jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan
wawasan kependidikan Islam masa kini selaras dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial. Pendidikan juga harus
memberikan kesempatan kepada individu-individu untuk dapat
mengembangkan potensinya masing-masing dalam rangka menemukan jati
dirinya. Tipologi ini memandang fungsi pendidikan Islam sebagai upaya
mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai ilahiyah dan nilai-nilai insaniyah
sekaligus menumbuhkembangkan dalam konteks ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan sosial kultural.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Paham-paham yang berkembang hingga sekarang adalah pandangan
menurut: 1) Pandangan tentang ilmu menurut Ibnu Khaldun; 2) Pemikiran
pendidikan Islam menurut ikhwan Al-Safa; 3) Pemikiran Pendidikan Islam
menurut Zamuddin Labà; 4) Pemikiran pendidik Islam menunit Ahmad Dalilana.
Adapun Tiga aliran utama filsafat pendidikan Islam yang telah dibahas di
atas, memiliki pendapat-pendapat yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Aliran yang pertama yaitu aliran Konservatif (al-Muhafidz). Mereka memaknai
ilmu dengan pengertian sempit, yaitu hanya mencakup ilmu-ilmu yang bersifat
keagamaan. Sangat berbeda dengan aliran Konservatif ini, kalangan yang
menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa, menganggap sema disiplin ilmu adalah
penting. Mereka lebih luwes dalam merumuskan ilmu pengetahuan, dan indera
adalah sumber utama ilmu pengetahuan. Kelompok Ikhwan dan tokoh-tokoh
yang sealiran dengannya digolongan ke dalam aliran yang ke-dua yaitu aliran
Religius-Rasional (al-Diniy al-‘Aqlaniy). Aliran yang ke-tiga yaitu aliran
Pragmatis (al-Dzarai’iy). Tokoh aliran ini adalah Ibnu Khaldun. Menurutnya,
pendidikan bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan akan
tetapi juga untuk mendapatkan keahlian duniawi dan ukhrawi.
Tipologi filsafat pendidikan Islam dapat dibedakan menjadi lima
kategori (aliran), yaitu tipologi perenial-esensialis salafi, tipologi perenial-
esensialis madzhabi, tipologi modernis, tipologi perenial-esensialis kontekstual-
falsifikatif, dan tipologi rekonstruksi sosial berlandaskan tauhid. Masing-masing
tipologi filsafat pendidikan Islam serta karakteristiknya berimplikasi terhadap
pengembangan komponen-komponen kurikulum pendidikan agama Islam yang
terdiri dari komponen tujuan, materi/isi, metode/strategi, dan evaluasi.

13
B. SARAN
Penggunaan setiap aliran dalam metode pendidikan hendaknya
diselaraskan dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan, tingkat usia
peserta didik, kecerdasan bakat dan fitrahnya. Bersikap positif dan bijaksana
untuk menyikapi semua perbedaan aliran yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai