Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Tentang
Ritual dan Institusi Islam
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terinstruktur Dalam Mata Kuliah
Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu:
Muhammad Hafizh, S.Pd., M.Pd.I

Disusun Oleh:
Delia Putri : 2120305
Zuhall Rayyan : 2120303
Alfiramiroza : 2120290

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2021 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah 'Azza wa Jalla, Tuhan semesta
alam. Atas izin dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu
tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam
kepada junjungan Rasulullah Muhammad Salallahu 'Alaihissalam. Semoga syafaatnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulisan makalah berjudul "Ritual dan Institusi Islam" bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Di samping itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
penulis sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Metodologi Studi Islam yaitu
Bapak Muhammad Hafizh yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk Kami.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu.

Tangerang, Jum'at 5 November 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

A. Ritual Dalam Perspektif Sosiologi.................................................................................2

B. Ritual Islam.....................................................................................................................3

C. Institusi............................................................................................................................4

D. Fungsi dan Unsur-Unsur Institusi...................................................................................5

E. Institusi Islam..................................................................................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................................................................9

B. Saran...............................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya semua agama tentulah memiliki suatu ajaran yang terkait
dengan hal-hal yang bersifat sakral, sehingga muncullah istilah “Ritual” yang
merupakan sebuah tindakan yang dapat memepererat hubungan antara pelaku
dengan obyek dianggap suci. Akan tetapi dalam pengimpelementasinya tidak
sedikit yang dinilai masih kurang, apakah hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang arti dan definisi ritual yang sebenarnya, atau adanya penyebab
lain yang dapat memunculkan sosok individu yang selalu ingin tampil instan tanpa
mempedulikan dan mempraktekkan ritual yang menjadi sarana pokok untuk
memperkokoh hubungan pelaku dengan obyek yang dianggap dalam agamanya.
Sebagai warga Negara yang percaya dan menganut suatu agama tentulah
kiranya kita harus mengetahui dan mempelajari tentang hal-hal yang terkait dengan
masalah agama itu sendiri, seperti Ritual dan Institusi Islam. Sehingga dengan
demikian diharapkan tidak adanya lagi fenomena-fenomena yang sudah menjamur
seperti islam ktp dan lain sebagainya. Dalam makalah ini, kami ingin menjelaskan
sedikit tentang apa itu Ritual dan Institusi Islam, dengan harapan dapat memberi
kemanfaatan bagi kita semua, Aamiin.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Ritual dalam perspektif Sosiologi?
2. Apa yang dimaksud dengan Ritual Islam?
3. Apa pengertian dari Institusi?
4. Apa saja fungsi dan unsur-unsur Institusi?
5. Bagaimanakah Institusi dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Ritual dalam perspektif Sosiologi.
2. Untuk mengetahui Ritual Islam.
3. Untuk mengetahui Institusi.
4. Untuk mengetahui fungsi dan unsur-unsur Institusi.
5. Untuk mengetahui Institusi Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ritual Perspektif Sosiologi


Agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran tentang hal
yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah pemeliharaan dan
pelestarian kesakralan. Ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan
pelaku dengan objek yang suci, dan memperkuat solidaritas kelompok yang
menimbulkan rasa aman dan kuat mental. (Djamari, 1993: 35).1
Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual keagamaan dilatar
belakangi oleh kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sakral,
menimbulkan ritual. Karena itu, ritual didefinisikan sebagai perilaku yang diatur
secara ketat, dilakukan sesuai dengan ketentuan, yang berbeda dengan perilaku
sehari-hari, baik cara melakukannya maupun maknanya. Apabila dilakukan
sesuai dengan ketentuan, ritual diyakini akan mendatangkan keberkahan, karena
percaya akan hadirnya sesuatu yang sakral. Sedangkan perilaku profane
dilakukan secara bebas. (Djamari, 1993:36).
Dalam analisis Djamari (1993:36), ritual ditinjau dari dua segi tujuan
(makna) dan cara. Dari segi tujuan, ada ritual yang tujuannya bersyukur kepada
Tuhan; ada ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar
mendapatkan keselamatan dan rahmat; dan ada yang tujuannya meminta ampun
atas kesalahan yang dilakukan. Dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi
dua; individual dan kolektif. Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan
ada yang dilakukan dengan mengisolasi diri dari keramaian, seperti meditasi,
betapa, dan yoga. Ada pun ritual yang dilakukan secara kolektif (umum), seperti
khotbah, salat berjamaah, dan haji.
Sedangkan menurut Homas, C. Anthony Wallace yang meninjau ritual
dari segi jangkauannya, yakni sebagai berikut:
1. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan kegiatan
pertanian dan perburuan.
2. Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah hal-hal
yang tidak diinginkan.

1
Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 125-127
2
3. Ritual sebagai ideologis, seperti upacara inisiasi yang merupakan konfirmasi
kelompok terhadap status, hak dan tanggung jawab yang baru.
4. Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalnya seseorang yang
mempunyai pengalaman mistikal, seolah-olah menjadi orang baru.
5. Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan kembali), ritual ini
sama dengan salvation yang bertujuan untuk penyelamatan tetapi fokusnya
masyarakat.2
George Homans (Djamari, 1993:38) menunjukkan hubungan antara ritual
dan kecemasan. Menurut Homans, ritual berawal dari kecemasan. Dari segi
tingkatannya, ia membagi kecemasan menjadi: kecemasan yang bersifat “sangat”,
yang ia sebut kecemasan primer; dan kecemasan yang biasa, yang ia sebut
kecemasan sekunder.3
Dr. Ali Shariati dalam "The Visage of Muhammed” dan diterjemahkan
oleh Ir. Ibnu Muhammad dengan judul "Islam dalam Perspektif Sosiologi
Agama", mengatakan bahwa proses dialektikal kecenderungan budaya atau
keagamaan masyarakat dunia dari zaman ke zaman yang secara berturutan
melahirkan "nabi-nabi" yang mengajarkan "agama-agama" sesuai dengan
tuntutan zamannya yang selalu menghendaki adanya keseimbangan.

B. Ritual Islam
Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua ritual yang
mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam Al-Quran dan Sunnah; dan ritual
yang tidak memiliki dalil, baik dalam Al-Quran maupun dalam Sunnah. Salah
satu contoh ritual bentuk pertama adalah salat. Allah berfirman dalam surat al-
isra ayat 78 yang berbunyi.
‫ق اللَّ ْي ِل َوقُرْ آنَ ْالفَجْ ِر إِ َّن قُرْ آنَ ْالفَجْ ِر أَقِ ِم‬ ِ ‫صالَةَ ِل ُدلُو‬
ِ ‫ك ال َّش ْم‬
ِ ‫س إِلَى َغ َس‬ َّ ‫َم ْشهُودًا َكانَ ال‬
Artinya : “Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap
malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).”
Sedangkan contoh ritual kedua adalah marhabaan, peringatan hari (bulan)
kelahiran Nabi Muhammad Saw (muludan ,Sunda), dan tahlil yang dilakukan
keluarga salah satu anggota keluarganya menunaikan ibadah haji.

2
Ibid., hal. 127.
3
Ibid.h,125-127.
3
Selain perbedaan tersebut, ritual dalam islam dapat ditinjau dari sudut
tingkatan. Dari segi ini, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
primer, sekunder, dan tertier.
1. Ritual islam primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat
islam.Umpamanya, salat wajib lima waktu dalam sehari semalam. Kewajiban
ini disepakati oleh ulama karena berdasarkan ayat Al-Quran dan hadist Nabi
Muhammad Saw.
2. Ritual islam sekunder adalah ibadah salat sunah, umpamanya bacaan dalam
rukuk dan sujud, salat berjamaah, salat tahajud dan salat duha.
3. Ritual islam tertier adalah ritual yang berupa anjuran dan tidak sampai pada
derajat sunah. Umpamanya, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-
Nasa’i dan Ibnu Hibban yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saw
bersabda,”Orang yang membaca ayat kursiy setelah salat wajib, tidak aka
nada yang mengahalanginya untuk masuk surga.”4
Ritual sudut mukalaf dapat dibedakan menjadi 2 :
1. Ritual yang diwajibkan kepada setiap orang.
2. Ritual yang diwajibkan kepadab setiap individu tetapi pelaksanaannya dapat
diwakili oleh sebagian orang.
Ritual dari segi tujuan dibedakan menjadi 2 :
1. Ritual yang bertujuan mendapatkan rida Allah semata dan balasan yang ingin
dicapai adalah kebahagiaan ukhrawi.
2. Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan di dunia.
Dengan meminjam pembagian ritual menurut sosiolog (yang dalam
tulisan ini diambil dari Homans), ritual dalam islam juga dapat dibagi menjadi 2
yaitu ritual primer dan sekunder. Ritual primer adalah ritual yang merupakan
kewajiban sebagai pemeluk islam. Contohnya , kewajiban melaksanakan salat
Jumat bagi Muslim laki-laki. Di sebagian masyarakat Indonesia, terdapat
kebiasaan salat i’adah, yaitu salat zuhur yang dilakukan secara berjamaah setelah
salat Jumat. Dalam kasus itu, salat Jumat berkedudukan sebagai ritual primer, dan
salat zuhur sesudah Jumat berkedudukan sebagai ritual sekunder.5

C. Institusi
4
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, bulugh al-maram min adillah al-ahkam, (Jedah : al-Haramain,t.th.)h.75
5
Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 129-130
4
Apabila kita membuaka kamus besar bahasa Indonesia, kita akan
menjumpai beberapa arti tentang lembaga. Arti pertama adalah asal sesuatu;
kedua, acuan : sesuatu ytang memberi bentuk kepada yang lain; ketiga, badan
atau organisasi yang bertujuan melakukan sesuatu pnelitian keilmuan atau
melakukan suatu usaha.6
Dalam bahasa inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada
pengertian Institusi (lembaga), yaitu institute dan institution. Istilah pertama
menekankan kepada pengertian institusi sebagai sarana atau organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah kedua manakankan pada pengertian
institusi sebagai suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.7
Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan pengalihbahasaan dari istilah
Inggris, social institution. Akan tetapi, soerjono soekanto menjelaskan bahwa
sampai saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah Indonesia yang khas dan
tepat untuk menjelaskan istilah Inggris tersebut. Ada yang mengatakan bahwa
padanan yang tepat untuk istilah itu adalah pranata sosial yang di dalamnya
terdapat unsur-unsur yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat. Pranata
sosial, seperti dituturkan oleh Koentjaningrat, adalah suatu sistem tata kelakuan
dan tata hubungan yang berpusat pada sejumlah aktivitas manusia untuk
memenuhi kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social
institution adalah bangunan social. Ia merupakan padanan dari istilah Jerman,
yaitu siziale gebilde. Terjemahan ini nampak jelas menggambarkan bentuk dan
struktur social institution.
Dari paparan singkat mengenai pengertian institusi, dapat disimpulkan
bahwa institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang
mengandung arti pranata; dan kedua, bangunan.

D. Fungsi dan Unsur-Unsur Institusi


Secara umum, fungsi institusi adalah memenuhi segala kebutuhan pokok
manusia, seperti kebutuhan keluarga, hokum, ekonomi, politik, sosial, dan
budaya. Adapun fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pedoman dalam masyarakat dalam upaya melakukan
pengendalian sosial berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem pengawasan
tingkah laku.
6
Muhammad Daud Ali, Lemga-Lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm.1
7
Soerjono Suekanto, Ritual Dan Institusi Islam, Jakarta, gramedia, hal 130
5
2) Menjaga stabilitas keamanan masyarakat.
3) Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku yang
seharusnya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka.8
Menurut Mac Iver dan Charles H. Page, dalam bukunya yang berjudul
Society: an Introductory Analysis yang ditulis dan disadur oleh Selo Soemardjan
dan Soelaeman Soemardi elemen institusi itu ada tiga: pertama, association;
kedua, characteristic institutions; dan ketiga, special interest.9
1. Association merupakan wujud kongkret dari institusi. Ia bukan sistem nilai
tetapi merupakan bangunan dari sistem nilai. Ia adalah kelompok
kemasyarakatan. Sebagai contoh, institut atau uniiversitas merupakan institusi
kemasyarakatan, sedangkan Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Universitas Airlangga adalah association.
2. Characteristic Institution adalah system nilai atau norma tertentu yang
dipergunakan oleh suatu association. Ia dijadikan sebagai landasan dan tolak
ukur berprilaku oleh masyarakat asosiasi yang bersngkutan. Tata prilaku
dalam Characteristic Institution mempunyai daya ikat yang kuat dan sanksi
yang jelas bagi setiap jenis pelanggaran.
3. Special interest adalah kebutuhan atau tujuan tertentu, baik kebutuhan yang
bersifat pribadi maupun asosiasi.
Unsur-unsur suatu lembaga sosial adalah ia memiliki nilai dan norma yang
dijadikan pedoman untuk hidup sesuai dengan kesepakatan bersama, kemudian
pola perilaku dan sistem hubungan, yakni suatu jaringan peran dan status yang
menjadi wahana untuk melaksanakan perilaku sesuai dengan prosedur umum
yang berlaku. Sedangkan fungsi dari lembaga sosial adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dan untuk menjaga keutuhan masyarakat, serta sebagai
pedoman untuk bertingkah laku.
Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan
keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono
Soekanto lembaga sosial tumbuh karena manusia dalam hidupnya memerlukan
keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama dirumuskan norma-
norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.

8
Ibid, hal 144
9
Selo Soemardjan, Soelaemon Soemardi di dalam buku (Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi
Islam) 1964, h.78
6
E. Institusi Islam
Sistem norma dalam agama islam bersumber dari firman Allah swt dan
sunnah Nabi Muhamad saw. Ia merupakan pedoman bertingkah laku masyarakat
muslim agar mereka memperoleh kemaslahatan dunia dan akhirat.
Daya ikat norma dalam islam tercermin dalam lima bentuk yaitu :
1. Mubah adalah tidak mempunyai daya ikat sehingga tidak mendapatkan sangsi
bagi pelakunya.
2. Mandub adalah sesorang yang mengerjakannya akan memperoleh pahala.
3. Wujud adalah perilaku yang harus dilakukan sehingga seseorang yang
mengerjakan perilaku wujud akan mendapat pahala sedangkan yang melanggar
akaan mendapat sanksi.
4. Makruh adalah tingkat norma yang memberikan saksi kepada yang
melanggarnya; dan yang tidak melanggarnya tidak diberi pahala.
5. Adapun haram adalah norma yang memberikan sanksi yang sangat berat kepada
pelanggar.10
Institusi adalah sistem nilai dan norma. Adapun norma islam terdapat dalam
4 aspek :
1. Norma akidah tercermin dalam rukun iman dan rukun islam.
2. Norma ibadah dalam shalat, zakat, puasa haji dan umrah.
3. Norma muammalah dalam kehartaan dan pemanfaatannya, jual beli, sewa-
menyewa dan upah, utang piutang, agunan, pemberian waqaf, wasiat serta
sistem kerja sama dalam islam.
4. Norma akhlak tercermin dalam akhlak terhadap Allah dan sesama manusiadan
mahkluk.11
Norma-norma tersebut kemudian melahirkan kelompok-kelompok asosiasi
tertentu yang merupakan wujud konkret dari norma. Hal itu dilakukan dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka agar bisa hidup tenteram dan bahagia
dunia akhirat, karena institusi islam adalah sistem norma yang berdasarkan ajaran
islam dan diadakan untuk kebutuhan imat islam.
Contoh institusi islam yang ada di Indonesia :
1. Institusi perkawinan diasosiasikan melalui KUA dan peradilan agama.
2. Institusi pendidikan diasosiakan dalam bentuk pesantren dan madrasah.
10
Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 135.
11
Amir syarifuddin, Garis-garis besar fiqih, Jakarta: kencana 2010,h.17-239.
7
3. Institusi ekonomi diasosiasikan menjadi bank muammalah di Indonesia dan
BMT.
4. Institusi zakat diasosiasikan menjadi BAZIS.
5. Institusi dakwah diasosiasikan menjadi LDK.
6. Institusi islam utama lainnya yang memiliki peran ekonomi dan social yang
penting adalah waqf, yang berarti proses penyerahan sejumlah uang atau aset.
Al-waqf tetap menjadi institusi religius penting bagi kelangsungan tujuan-tujuan
religius dan amal kemanusiaan dalam kemasyarakatan islam.12
7. Institusi politik utamanya islam tidak pernah memisahkan agama dari politik
seperti injil yang menyebutkan pembagian antara kerajaan Tuhan dan Kaisar.
Nabi saw. Sendiri adalah berperan, baik sebagai pemimpin religius maupun
politis bagi komunitas islam pertama.13
Selain itu di era modern juga terdapat institusi politik yang diasosiasikan
menjadi parpol yang berasas islam seperti PBB, PPP, dan PUI.
Semua itu bertujuan memenuhi segala kebutuhan masyarakat muslim baik fisik
maupun non fisik.14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai ritual dan institusi islam dapat
disimpulkan bahwa: Ritual merupakan tindakan yang memperkokoh hubungan
pelaku dengan objek yang suci; dan memperkuat solidaritas kelompok yang
menimbulkan rasa aman dan kuat mental.

12
Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 135.
13
Seyyed Hossein Nasr, Islam: agama, sejarah dan peradaban, Surabaya : Risalah Gusti,2003,h.125-128
14
Atang ABD. Hakim- Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, h. 136.
8
Dari segi tujuan, ada ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan; ada
ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan
keselamatan dan rahmat; dan ada yang tujuannya meminta ampun atas kesalahan
yang dilakukan. Dari segi cara, ritual dapat dibedakan menjadi dua; individual dan
kolektif.
Secara umum, ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua ritual yang
mempunyai dalil yang tegas dan eksplisit dalam Al-Quran dan Sunnah; dan ritual
yang tidak memiliki dalil, baik dalam Al-Quran maupun dalam Sunnah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia institusi adalah asal sesuatu; kedua,
acuan: sesuatu ytang memberi bentuk kepada yang lain; ketiga, badan atau
organisasi yang bertujuan melakukan sesuatu pnelitian keilmuan atau melakukan
suatu usaha.
Fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a) Memberikan
pedoman kepada masyarakat dalam upaya melakukan pengendalian social
berdasarkan sistem tertentu, yaitu system pengawasan tingkah laku. b) Menjaga
stabilitas dan keamanan masyarakat. c) Memberikan dorongan pedoman kepada
masyarakat tentang norma tingkah laku yang seharusnya dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan mereka.
Institusi islam adalah sistem norma yang berdasarkan ajaran islam dan
diadakan untuk kebutuhan imat islam.
B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis
meminta kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1995. Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia. PT Raja


Grafindo Persada: Jakarta.
Hakim, Atang Abdul.,Jaih Mubarok. 2009. Metodologi Studi Islam. PT Remaja
Rosdakarya : Bandung.
http://irineriskyana.blog.fisip.uns.ac.id/2011/06/09/lembaga-sosial/( dikutip pada Paul
B. Horton n Chester L. Hunt. Sosiologi.1999. Erlangga : Jakarta). Di akses tanggal 6
November 2021
Nasr, Sayyed Hossein. 2003. Islam: Agama, Sejarah dan peradaban. Risalah Gusti:
Surabaya.
Syarifuddin, Amir. 2010. Garis-Garis Besar Fiqh. Kencana Pranada Media Group
Jakarta.
http://yushanyunus.blogspot.com/2016/02/ritual-islam-dalam-perspektif
sosiologi.html?m=1

10

Anda mungkin juga menyukai