Anda di halaman 1dari 17

RITUAL DAN INSTITUSI ISLAM

“Untuk Memenuhi Tugas Mata Metodologi Studi Islam”

Disusun Oleh :
Aslim
Bayu Karisma
Dinda Lailani
Ludfia Rhamadhani
Pinkan Pransiska

Dosen Pengampu :
Sofyan, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

SUMATERA UTARA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Swt atas nikmat karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Sholawat dan salam tidak lupa pula kita
panjatkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad saw,yang mana beliau
telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang menderang.

Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya


kepada dosen kami Ustad Sofyan, M.A dosen mata kuliah Metodologi Studi
Islam.

Dan kami juga meminta maaf kepada dosen,dan teman teman sekalian apabila
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga
mengharapkan kritik dan saran masukan dari teman-teman sekalian.

Lau Bekeri, 10 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Ritual Menurut Sosiologi.......................................................... 3
B. Ritual Islam........................................................................................... 5
C. Penjelasan Institusi............................................................................... 7
D. Fungsi dan Unsur Insititusi................................................................... 9
E. Institusi Islam........................................................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam arus perubahan
besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, terutama
kehidupan budaya. Pada dasarnya perubahan itu merupakan proses sejarah
yang panjang, yang berkembang dari masa ke masa. Didalam sejarah
Indonesia proses tersebut terlihat sejak dari awal pembentukan masyarakat
pada masa prasejarah, kedatangan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha,
kedatangan agama dan kebudayaan Islam, serta hadirnya pengaruh Barat,
sampai masa kini. Sudah difahami bahwa selama perjalanan sejarah tersebut
diatas, bangsa Indonesia beberapa kali berada dalam situasi yang sama, yaitu
berhadapan dengan kedatangan budaya lain yang berbeda sifatnya.
Sebagai negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan,
maka bagi generasi muda Indonesia modern tetap diperlukan pendidikan
kebudayaan, terutama yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan dan
peradaban bangsa. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan
kebudayaan, dulu sebelum agama islam masuk ke Indonesia sempat masuk
terlebih dahulu agama hindu dan budha. Agma Hindu dan Budha sangat
memeberikan pengaruh yang sangat besar sekali bagi masyarakat buktinya
sampai sekarang masih terdapat kebudayaan yang menganut ke Hinduan dan
Budha. Oleh karena itu Islam tidak menghilangkan kebudayaan tersebut
hanya mengarahkan kepada ke Islaman saja.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ritual menurut sosiologi?
2. Apa yang dimaksud dengan ritual Islam?
3. Apa yang dimaksud dengan penjelasan institusi?
4. Apa saja fungsi dan unsur Institusi?
5. Apa yang dimaksud dengan institusi Islam?

1
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk menjawab rumusan masalah
diatas :
1. Untuk mengetahui makna ritual menurut sosiologi
2. Untuk mengetahui pengertian ritual Islam
3. Untuk mengetahui penjelasan institusi.
4. Untuk mengetahui fungsi dan unsur Institusi.
5. Untuk mengetahui institusi Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Ritual Menurut Sosiologi


Ritual adalah kata sifat dari rites dan juga ada yang merupakan kata
benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau
disangkutkan dengan upacara keagamaan, seperti ritual dance, ritual laws.
Sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara
keagamaan, seperti upacara Gereja Katolik (Hornby 1984:73).1
Semua agama mengenal ritual, karena setiap agama memiliki ajaran
tentang hal yang sakral. Salah satu tujuan pelaksanaan ritual adalah
pemeliharaan dan pelestarian kesakralan. Disamping itu ritual merupakan
tindakan yang memperkokoh hubungan pelakudengan objek yang suci dan
memperkuat hubungan solidaritas kelompok yang menimbulkan rasa aman
dan kuat mental.2
Dalam agama, upacara ritual atau rites ini biasa dikenal dengan ibadat,
kebaktia, berdo’a atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbaagai
ibadat, do’a dan bacaan-bacaan pada momen-momen tertentu yang dalam
agama islam dinamakan dengan dzikir. Kecenderungan agama mengajarkan
banyak ibadat dalam kehidupan sehari-hari supaya manusia tidak lepas dari
kontak dengan Tuhannya.3
Hampir semua masyarakat yang melakukan ritual dilatar belakangi oleh
kepercayaan. Adanya kepercayaan pada yang sacral, menimbulkan ritual.
Dalam analisis Djamari (1993:36), ritual ditinjau dari segi tujuan
(makna) dan cara.
1. Dari segi tujuan
a. Ada ritual yang tujuannya bersyukur kepada Tuhan,
b. Ada ritual yang tujuannya mendekatkan diri kepada Tuhan agar
mendapatkan keselamatan dan rahmat. contohnya upacara ratiban (di
beberapa wilayah Betawi) yang dilakukan untuk mendoakan orang
1
Bustanudin Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo,
2005), h. 96.
2
Atang Abd. Hakim. & Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 125
3
Bustanudin Agus, Op.cit, h. 99.

3
yang hendak melakukan ibadah haji). Istilah lainnya adalah walimah
al-safar.
c. Ada tujuannya meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan.
Sebagian umat Indonesia melakukan ritual Tahlilan yang dilakukan
ditempat (rumah) keluarga yang meninggal dunia; salah satu
tujuannya adalah mendoakan yang telah meninggal supaya mendapat
ampunan dari Allah atas segala keslahan yang pernah dilakukannya.
2. Dari segi cara dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Individual
Sebagian ritual dilakukan secara perorangan, bahkan ada yang
dilakukan dengan mengisolsi diri dari keramaian, seperti meditasi,
betapa dan yoga.
b. Kolektif (umum)
Dilakukan secara bersamaan, seperti khotbah, shalat berjamah
dan haji.

C. Anthony Wallace (Djamari, 1993;39) meninjau ritual dari segi


jangkauannya, yakni :
1. Ritual sebagai teknologi, seperti upacara yang berhubungan dengan
kegiatan pertanian.
2. Ritual sebagai terapi, seperti upacara untuk mengobati dan mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Ritual sebagai ideologis-mitos dan ritual tergabung untuk mengendalikan
suasana perasaan hati, nilai, sentiment, dan prilaku untuk kelompok yang
baik. Misalnya, upacara inisiasi (upacara yang berhubungan dengan
kelahiran, perkawinan dan kematian) yang merupakan konfirmasi
kelompok terhadap status, hak dan tanggung jawab yang baru.
4. Ritual sebagai penyelamatan (salvation), misalnya seseorang yang
mempunyai pengalaman mistikal, seolah-olah menjadi orang baru; ia
berhubungan dengan dunia profon.
5. Ritual sebagai revitalisasi (penguatan atau penghidupan kembali). Ritual
ini sama dengan ritual salvation yang bertujuan untuk penyelamatan
tetapi fokusnya masyarakat.

4
Demikianlah ritual dalam perspektif sosiologi. Meskipun pada bagain
tertentu, kita kurang setuju, misalnya dengan muncul anggapan bahwa umat
islam memuja Hajar Aswad (lihat Eliabeth K. Notthingham, 1993; 10),
karena mereka melihatnya dari sudut formal (yang tak terlihat), buka sudut
ajaran.4
B. Ritual Islam
Secara umum ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi dua : ritual
yang mempunyai dalil tegas dan eksplisit dalam al-Qur’an dan sunnah; dan
ritual yang tidak memiliki dalil, baik dalam Al-Qur’an maupun dalam sunnah.
Salah satu ritual dalam bentuk pertama adalah shalat; sedangkan contoh ritual
kedua adalah marhabaan , peringatan hari (bulan) kelahiran Nabi Muhammad
saw (muludan) dan tahlil yang dilakukan keluarga ketika salah satu anggota
keluarganya menunaikan ibadah haji.
Selain perbedaan tersebut,ritual dalm islam dapat ditinjau dari sudut
tingkatan.Dari segi ini,ritual dalam islam dapat dibedakan menjadi tiga :
primer, sekunder dan tertier.
1. Ritual islam primer adalah ritual yang wajib dilakukan oleh umat islam.
Umpamaya, shalat lima waktu dalam ssehari semalam.kewajiban ini
disepakati oleh para ulama karena berdasarkan ayat al-Qur’an dan hadist
Nabi Muhammad saw.
Terdapat pada surat al-Isra’ [17] : 78
Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan
(oleh malaikat).
2. Ritual Islam yang sekunder adalah ibadah shalat sunah, umpamanya
bacaan dalam rukukk dan sujud, salat berjamaah, salat tahajud dan salat
duha.
3. Ritual Islam yang tertier adalah ritual yang berupa anjuran yang dan tidak
sampai pada derajat sunah. Umpamanya, dalam hadits yang diriwayatkan
oleh imam Al-Nasa’i dan Ibnu Hibban yang menyatakan bahwa Nabi
SAW bersabda, orang-orang yang membaca ayat kursi setelah salat

4
Atang Abd. Hakim. & Jaih Mubarok, Op.cit, h. 127.

5
wajib, tidak akan ada yang menghalanginya untuk masuk surga. Karena
itu, membaca ayat kursi setelah salat wajib adalah tahsini.
Dari sudut mukalaf, ritual Islam dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Ritual yang diwajibkan kepada setiap orang
2. Ritual yang wajib kepada setiap individu tetapi pelaksanaannya dapat
diwakili oleh sebagian orang.
Dari segi tujuan, ritual Islam dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Ritual yang bertujuan mendapatkan rida Allah semata dan balasan yang
ingin dicapai adalah kebahagiaan ukhrawi.
2. Ritual yang bertujuan mendapatkan balasan didunia ini, misalnya shalat
istiqa, yang dilaksanakan untuk memohon kepada Allah agar berkenan
menakdirkan turun hujan.
Dengan meminjam pembagian ritual menurut sosiologi (yang dalam
tulisan ini diambil dari Homans), ritual dalam Islam juga dapat dibagi
menjadi dua: ritual primer dan ritual sekunder
Hikmah yang terdapat dibalik ajaran-ajaran agama islam.5
1. Mengajarkan agar melaksanaka shalat berjamaah. Tujuannya antara lain
agar seseorang merasakan hikmahnya hidup secara berdampingan dengan
orang lain.
2. Puasa. Agar seseorang dapat merasakan lapar yang selanjutnya
menimbulkan rasa iba. Tujuan dari puasa, seperti disebutkan dalam surat
al-Baqarah adalah ‘la’alakum tattaqun’, qta diharapka menjadi orang
bertaqwa.
3. Ibadah haji yang dilaksanakan di kota Makkah. Dalam waktu yang
bersamaan-sehingga merasa bersaudara dengan sesama muslim dari
seluruh dunia.
4. Thawaf mengandung makna bahwa hidup harus penuh dengan diamika
yang tak kenal lelah yang tertuju sebagai ibadah kepada Allah semata
dll.6
Tetapi jika kita tidak mempunyai rasa kepedulian sosial terhadap apa
yang terjadi disekitar kita, sesungguhnya ibadah ritual tadi tidak bermakna
5
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004), h. 43-44.
6
M. Imadadun Rahmat, dkk. Islam Pribumi. (Jakarta : Erlangga, 2003), h. 72.

6
apa-apa. Karena, dari ibadah ritual itu sesungguhnya diharapkan ada dampak
nyata pada prilaku social sehari-hari. Oleh karena itu untuk mengukur
keshalehan seseorang tidak cukup dengan hanya dilihat dari hal-hal yang
bersifat ritual. Seperti sabda Rasulullah saw “ sebaik-baik kamu adalah yang
bermanfaat kepada orang lain”.7
C. Penjelasan Institusi
Dalam bahasa Inggris dijumpai dua istilah yang mengacu kepada
pengertian institusi (Iembaga), yaitu institute dan institution. Istilah pertama
menekankan kepada pengertian institusi sebagai sarana atau organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan istilah kedua menekankan pada
pengertian institusi sebagai suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
(Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, 1995: 1).
Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan pengalihbahasaan dari istilah
Inggris, social institution. Akan tetapi, Soerjono Soekanto (1987:177)
menjelaskan bahwa sampai saat ini belum ada kata sepakat mengenai istilah
Indonesia yang khas dan tepat untuk menjelaskan istilah Inggris tersebut. Ada
yang mengatakan bahwa padanan yang tepat untuk istilah itu adalah pranata
sosial yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang mengatur tingkah laku
anggota masyarakat. Pranata sosial, seperti dituturkan oleh koentjaraningrat
(1980: 179), adalah suatu sistem tata kelakuan dan tata hubungan yang
berpusat pada sejumlah aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan khusus
mereka dalam masyarakat. Dengan demikian, menurut beliau, lembaga
kemasyarakatan adalah sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi
kebutuhan. Ahli sosiologi lain berpendapat bahwa arti social institution
adalah bangunan social. Ia merupakan padanan dari istilah Jerman, yaitu
siziale gebilde. Terjemahan ini nampak jelas menggambarkan bentuk dan
struktur social institution.
Pengertian-pengertian social instiuction yang lain yang dikutip oleh
Soerjono Soekanto, (1987: 179) adalah sebagai berikut:

7
Ibid, h. 81.

7
1. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, social institution ialah
tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur manusia
yang berkelompok dalam suatu kelompok kemasyarakatan.
2. Howard Becker mengartikan social institution dari sudut fungsinya.
Menurutnya, ia merupakan jaringan dari proses hubungan antar manusia
dan antar kelompok manusia yang berfungsi meraih dan memelihara
kebutuhan hidup mereka.
3. Sumner melihat social institution dari sisi kebudayaan. Menurut dia,
social institution ialah perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan
kebudayaan yang mempunyai sifat kekal yang bertujuan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan masvarakat.
Dari paparan singkat mengenai pengertian institusi, dapat disimpulkan
bahwa institusi mempunyai dua pengertian: pertama, sistem norma yang
mengandung arti pranata; dan kedua, bangunan.
Sebagai sebuah norma, institusi itu bersifat mengikat. Ia merupakan
aturan yang mengatur warga kelompok di masyarakat. Di samping itu, ia pun
merupakan pedoman dan tolok ukur untuk menilai dan memperbandingkan
dengan sesuatu.
Norma-norma yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, berubah
sesuai keperluan dan kebutuhan manusia. Maka lahirlah, umpamanya,
kelompok norma kekerabatan yang menimbulkan institusi keluarga dan
institusi perkawinan; kelompok norma pendidikan yang melahirkan institusi
pendidikan; kelompok norma hukum melahirkan institusi hukum, seperti
peradilan; dan kelompok norma agama yang melahirkan institusi keagamaan.
Dilihat dari daya yang mengikatnya, secara sosiologis norma-norma
tersebut dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1. Tingkatan cara (usage)
Usage menunjuk pada suatu bentuk perbuatan yang dilakukan secara
berulang-ulang. Kekuatan mengikat norma usage adalah paling lemah
dibandingkan ketiga tingkatan norma lainnya.
2. Kebiasaan (folkways)

8
Folkways merupakan perbuatan yang dilakukan secara berulang-
ulang dalam bentuk yang sama; menggambarkan bahwa perbuatan itu
disenangi banyak orang. Daya ikat norma ini lebih kuat daripada norma
usage, contohnya memberi hormat kepada yang lebih tua. Tidak memberi
hormat kepada yang lebih tua dianggap sebagai suatu penyimpangan.
Menurut Mac Iver dan Page, kebiasaan merupakan perilaku yang diakui
dan diterima oleh masyarakat.
3. Tata kelakuan (mores)
Apabila suatu kebiasaan dianggap sebagai cara berperilaku, bahkan
dianggap dan diterima sebagai norma pengatur, maka kebiasaan
meningkat menjadi tahapan mores. Ia merupakan alat pengawas bagi
perilaku masyarakat yang daya ikatnya lebih kuat daripada folkways dan
usage.
4. Adat istiadat (custom)
Norma tata kelakuan (mores) yang terus-menerus dilakukan
sehingga integrasinya menjadi sangat kuat dengan pola-pola perilaku
masyarakat, daya ikatnya akan lebih kuat dan meningkat ke tahapan
custom. Dengan demikian, warga masyarakat yang melanggar custom
akan menderita karena mendapat sanksi yang keras dari masyarakat.
(Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, 1964: 61-2).8
D. Fungsi Dan Unsur-Unsur Institusi
Secara umum, tujuan institusi itu adalah memenuhi segala kebutuhan
pokok manusia, seperti kebutuhan keluarga, hukum, ekonomi, politik, sosial,
dan budaya. Adapun fungsi institusi secara lebih rinci adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pedoman kepada masyarakat dalam upaya melakukan
pengendalian sosial berdasarkan sistem tertentu, yaitu sistem pengawasan
tingkah laku.
2. Menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat.
3. Memberikan pedoman kepada masyarakat tentang norma tingkah laku
yang seharusnya dilakukan dalam memenuhi kebutuhan mereka.

8
Atang Abd. Hakim. & Jaih Mubarok, Op.cit, h. 130-133.

9
Berdasarkan fungsi-fungsi institusi yang diungkapkan di atas, seorang
peneliti yang bermaksud mengadakan penelitian tingkah laku suatu
masyarakat selayaknya memperhatikan secara cermat institusi-institusi yang
ada di masyarakat bersangkutan.
Menurut Mac Iver dan Charles H. Page, dalam bukunya yang berjudul
Society: an Introductory Analysis yang ditulis dan disadur oleh Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964: 78), elemen institusi itu ada
tiga.
1. Association
Association merupakan wujud konkret dari institusi, ia bukan sistem
nilai tetapi merupakan bangunan dari sistem nilai. Ia adalah kelompok-
kelompok kemasyarakatan. Sebagai contoh, institut atau universitas
merupakan institusi kemasya¬rakatan, sedangkan Institut Agama Islam
Negeri Sunan Gunung Djati, Institut Agama Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga adalah
association.
2. Characteristic Institution
Characteristic institution adalah sistem nilai atau norma ter¬tentu
yang dipergunakan oleh suatu associaton. Ia dijadikan landasan dan tolok
ukur berperilaku oleh masyarakat asosiasi yang bersangkutan. Tata
perilaku dalam characteristic institution mempunyai daya ikat yang kuat
dan sanksi yang jelas bagi setiap jenis pelanggaran.
3. Special Interest
Special interest adalah kebutuhan atau tujuan tertentu, baik
kebutuhan yang bersifat pribadi maupun asosiasi. Sebagai sebuah
gambaran ringkas, kita lihat contoh berikut ini: Keluarga merupakan
asosiasi yang di dalamnya terdiri atas beberapa anggota keluarga. Para
anggota keluarga terikat oleh aturan-aturan yang telah sama-sama
disepakati. Aturan-aturan tersebut dibuat dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan mereka.9

9
Ibid, h. 133-134.

10
E. Institusi Islam
Sistem norma dalam agama Islam bersumber dari firman Allah Swt dan
Sunnah Nabi Muhammad Saw. Ia merupakan pedoman bertingkah laku
masyarakat Muslim agar mereka memperoleh kemaslahatan hidup di dunia
dan akhirat.
Daya ikat norma dalam Islam tercermin dalam bentuk:
1. Mubah, dalam terminologi ilmu Ushul Fikh, mubah tidak mempunyai
daya ikat sehingga perilaku mubah tidak mendapat sanksi.
2. Mandub, mempunyai daya ikat yang agak kuat sehingga seseorang yang
mengerjakan perilaku dalam kategori ini akan mendapat pahala.
3. Wujub adalah perilaku yang harus dilakukan sehingga seseorang yang
mengerjakan perilaku wujub akan mendapat pahala sedangkan yang
melanggar akan mendapat sanksi.
4. Makruh, makruh adalah tingkat norma yang memberikan sanksi kepada
yang melanggarnya; dan yang tidak melanggar tidak diberi pahala
5. Haram adalah norma yang memberikan sanksi yang sangat berat kepada
pelanggar.
Institusi adalah sistem nilai dan norma. Adapun norma Islam terdapat
dalam akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak.
1. Norma akidah tercermin dalam rukun iman yang enam.
2. Norma ibadah tercermin dalam bersuci (thaharah), salat, zakat, puasa
(shaum), dan haji.
3. Norma muamalah tercermin dalam hukum perdagangan, perserikatan,
bank, asuransi, nikah, waris, perceraian, hukum pidana, dan politik.
4. Norma akhlak tercermin dalam akhlak terhadap Allah Swt dan akhlak
terhadap makhluk.
Norma-norma dalam Islam yang merupakan characteristic institution,
seperti yang disebutkan di atas kemudian melahirkan kelompok-kelompok
asosiasi (association) tertentu yang merupakan bangunan atau wujud konkret
dari norma. Pembentukan asosiasi dengan landasan norma oleh masyarakat
Muslim merupakan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka, sehingga
mereka bisa hidup dengan aman dan tenteram serta bahagia di dunia dan

11
akhirat; karena institusi di dalam Islam adalah sistem norma yang didasarkan
pada ajaran Islam, dan sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat
Islam.10
Dari paparan singkat di atas, dapat dikemukan beberapa contoh institusi
dalam Islam yang ada di Indonesia, seperti:11
1. Institusi perkawinan diasosiasikan melalui Kantor Urusan Agama (KUA)
dan Peradilan Agamanya, dengan tujuan agar perkawinan dan perceraian
dapat dilakukan secara tertib untuk melindungi hak keluarga, terutama
perempuan. Pernikahan juga tidak hanya dianggap sebagai upacara
rutinitas namuun mmemiliki nilai ibadah seorang muslim menikah bukan
semata-mata memenuhi kebutuhan seksual melainkan beribadahh juga.
2. Institusi pendidikan yang diasosiasikan dalam bentuk pesantren dan
madrasah.
3. Institusi ekonomi yang diasosiasikan menjadi Bank Mu'amalah Indonesia
(BMI), Baitul Mal Watamwil (BMT).
4. Institusi zakat yang diasosiasikan menjadi Badan Amil Zakat, Infaq dan
Shadaqah (BAZIS). Zakat ini sebagai lembaga ekonomi dalam ioslam
merupakan kaarakteristik khas institusi dalam islam.
5. Institusi dakwah yang diasosiasikan menjadi Lembaga Dakwah Kampus
(LDK). Semua institusi yang ada di Indonesia itu bertujuan memenuhi
segala kebutuhan masvarakat Muslim, baik kebutuhan fisik maupun
nonfisik.
6. Institusi politik yang diasosiasikan menjadi partai politik yang
berasaskan Islam, seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai
Bulan Bintang (PBB) dan Partai Umat Islam (PUI).

10
Ibid, 134-135.
11
Jamali Sahrodi. Metodologi Studi Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), h. 127-128.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ritual Dalam Persepektif Agama dikenal dengan ibadat, kebaktian,
berdo’a atau sembahyang. Dimana ritual tersebut mengandung prilaku
tindakan dan tujuan. Semua agama mengenal ritual dimana prilaku tindakan
dalam pelaksanaanya dan tujuannya berbeda-beda dan ada pula yang sama
dengan cara yang berbeda-beda. ritual dalam Pandangan islam yaitu suatu
peribadahan yang didasarkan pada Al-Quran dan as-sunnah seperti shalat,
puasa , dll. Dalam pandangan islampun dikenal ritual yang tidak didasarkan
pada Al-Quran dan as-sunnah seperti marhabaan. Islampun berpandangan
bahwa suatu ritual ada yang diwajibkan. Disunahkan, dan diharamkan. Dalam
ritual tidak terlepas dari cara dan sarana-sarana yang digunakan dalam
mencapai tujuan tersebut. Adapun dalam pelaksanaanya terdapat aturan-
aturan sebagai pedoman dan sebagai tolok ukur dalam peribadatan ritual baik
aturan-aturan yang berdasarkan islam dan aturan maasyaarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Hakim. Atang & Mubarok, Jaih. Metodologi Studi Islam. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2000.

Bustanudin, Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada, 2005.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


2004.

Rahmat, M.Imadadun dkk. Islam Pribumi. Jakarta : Erlangga, 2003.

Sahrodi, Jamali. Metodologi Studi Islam. Bandung : Pustaka Setia, 2007.

14

Anda mungkin juga menyukai