( Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fenomenologi Agama )
2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Dalam upaya penyelesaian makalah ini penulis telah banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan ribuan terima
kasih kepada Bapak Ahmad Zarkasi, M.SOS.I selaku dosen mata kuliah
Fenomenologi Agama yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
BAB III.................................................................................................................15
PENUTUP............................................................................................................15
iii
A. Kesimpulan............................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ritual merupakan teknik ( cara, metode ) membuat suatu adat
kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga
adat sosial dan agama, karena ritual merupakan agama dalam tindakan.
Ritual bisa pribadi atau berkelompok, serta membentuk disposisi pribadi
dari pelaku ritual sesuai dengan adat dan budaya masing-masing.
Penjelasan sejajar mengenai fungsi ritus dapat disimpulkan dari
pemikiran Durkheim menjelaskan, bahwa ritus menjadi wadah ekspresi
atau Ungkapan perasaan sekaligus sebagai upaya menetralisir perasaan-
perasaan negatif, sedih, berduka yang sedang dialami komunitas. Di sisi
lain, ritus juga merupakan ungkapan solidaritas, penguatan vitalitas sosial,
pembaharuan kehidupan moral dan melestarikan identitas karena ritus
yang berulang-ulang dilakukan memberi ingatan yang kuat dan juga
memelihara hubungan komunitas dengan masa lalu.
Kehidupan beragama telah ditemukan sepanjang sejarah kehidupan
manusia sejak masa primitif hingga era postmodern dewasa ini dalam
bentuk yang beraneka ragam. Bahkan bisa diprediksi kehidupan beragama
akan tetap ada hingga akhir dunia. Ekspresi keagamaan dalam perasaan,
perkataan atau tindakan selalu mewarnai aspek kehidupan manusia dari
kelahiran hingga kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ritus atau Ritual ?
2. Apa saja peribadatan dalam berbagai agama?
3. Bagaimana tujuan dari ritual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Ritus atau Ritual
2. Untuk mengetahui apa saja peribadatan dalam berbagai agama
3. Untuk Mengetahui Tujuan Ritual
BAB II
PEMBAHASAN
2
bentuk tatanan sosial dan digunakan sebagai syiar khas daerah tertentu. Bentuk
ritual ini adalah jenis tasyakuran selamatan yang berkenaan dengan perjalanan
hidup dan kematian seseorang misalnya haul KH Mufid Syafi'i yang ada di Desa
Wates kedensari Tanggulangin Sidoarjo
Ritual merupakan ikatan yang paling penting dalam masyarakat beragama.
Kepercayaan dan tradisi masyarakat tampak dalam ritual yang diadakan oleh
masyarakat. Ritual yang dilakukan bahkan mendorong masyarakat untuk
melakukan dan mentaati nilai serta tatanan sosial yang disepakati bersama dengan
kata lain, ritual memberikan motivasi dan nilai-nilai mendalam bagi seseorang
yang mempercayai dan mempraktekkannya.4
Dalam sudut pandang teologis ritual saling berkaitan dengan cara manusia
menuju keseimbangan hubungan antara manusia dengan sesamanya, lingkungan
dan Tuhan-Nya. Ritus, ritual, upacara merupakan agama dalam tindakan sebagai
cara mendapatkan jalan keselamatan. Tujuan dari kehidupan beragama dan ritual
yang dilakukan agama-agama ialah keselamatan. Dari kegiatan ritual yang
dilakukan, perubahan dan keragaman kepentingan yang menjalankan ritus
menjadi bagian yang paling penting. Hal ini yang menyebabkan ritus dengan
banyak mitos dan peraturan dalam pelaksanannya dapat saja berubah.5
Ritual memiliki sifat yang rahasia yang jauh dari keramaian. Jumlah orang pada
lokasi ritualpun terbatas dan dijaga secara mistis yang mempunyai tujuan agar
pikiran buruk tidak dapat masuk dalam zona mistis agar tujuan ritual dapat
berhasil. Ritual dibedakan menjadi empat macam, antara lain:
1. Tindakan magi
4
Muhammad Solikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, (Yogyakarta: Narasi, 2010), hal. 13
5
Wiwik Setiyani, Keragaman Perilaku Agama, (Yogyakarta: Dialektika, 2018), hal. 98
3
Magi merupakan kepercayaan bahwa mereka dapat mempengaruhi kekuatan alam
yang bertujuan entah baik maupun buruk.
b. Daya ghaib itu dapat dipakai tetapi dalam penerapannya tidak menggunakan
akal pikiran namun dengan alat-alat yang di luar akal.
Sebagai proses adaptasi magi menyebabkan pengaruh yang sangat kuat dalam
kehidupan masyarakat karena magi dapat memberikan jawaban atas kondisi
ketidakpastian dan ketidakberdayaannya manusia.6
2. Tindakan religius
Merupakan suatu usaha yang bersungguh-sungguh untuk menemukan
keselamatan jiwa dengan melalui peribadatan yang bertujuan untuk menjalin
komunikasi antara manusia dengan alam transenden. Menurut Dhavamony budaya
luhur juga bekerja dengan cara tindakan religius yang di terapkan dalam upacara
ritual keagamaan.
a. Sikap manusia
Agama menunjukkan suatu sikap yang tunduk berbeda dengan magi yang
menunjukkan sikap memaksakan kepentingan diri sendiri. Agama
memperlihatkan tindakan yang taat terhadap fakta mutlak, sedangkan magi
memperlihatkan pengaruh makluk ghaib. Individu yang religius menganggap
sesuatu yang melebihi kodrat alam sebagai subjek, sedangkan ahli magi
menganggap Adikodrati sebagai sebuah objek.
6
Ibid., hal. 100
4
b. Hubungan dengan masyarakat
c. Sarana
d. Tujuan
e. Faktor tambahan
7
Ibid., hal.105
5
tujuan seperti upacara atau ritual pemurnian. Religius yang khusus antara lain
melibatkan para pendeta, rabbi, imam dan pandit.
3. Ritual konstitutif
Merupaan tindakan yang mengubah hubungan sosial yang berbau
pengertian yang mistis dan hal ini yang menyebabkan upacara-upacara kehidupan
memiliki ciri khas. Ritual konstitutif dibutuhkan saat terjadi perubahan-perubahan
sosial pada masyarakat kesukuan yang masih memiliki paguyuban mistik.
Perubahan sosial yang memerlukan adanya ritual ialah bertujuan dalam
melakukan penyatuan atau menstabilkan kondisi menjadi lebih baik dan bersifat
terstruktur. Dalam praktiknya ritual konstitutif tidak terlepas dari adanya daya-
daya mistis. Contohnya ialah dalam sebuah masyarakat terjadi perpecahan atau
pelanggaran baik ringan ataupun berat akan dianggap mengakibatkan terjadinya
malapetaka bagi individu yang berada dalam kelompok masyarakat tersebut.
Apabila terjadi hal seperti inilah ritual konstitutif yang memiliki daya dan
makhluk-makhluk mistis perlu dilakukan dan bertujuan untuk memulihkan
hubungan-hubungan sosial yang berubah tersebut.
4. Ritual faktitif
8
Ibid., hal.106
6
Merupakan ritual yang bertujuan untuk menambah produktivitas,
kekuatan, pemurnian dan juga perlindungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan materi sebuah kelompok. Pada umumnya ritual faktitif dilakukan
secara berkelompok yang dilaksanakan oleh para masyarakat tradisional. Hal yang
menjadikan ritual faktitif menjadi sebuah ritual ialah berkaitan dengan hal-hal
yang di luar nalar manusia dan tidak masuk akal bagi kaum rasionalis. Ritual ini
bertujuan untuk berdamai dengan Tuhan atau dewa-dewa dengan cara
melaksanakan ritual yang disertai dengan pemberian kurban agar Tuhan atau para
dewa memberikan keselamatan, perlindungan, dan kesejahteraan pada mereka.9
9
Ibid., hal.108
7
d. Salvationary rituals, yakni ritual keselamatan yang bertujuan untuk menolong
terlibatnya seseorang dengan urusan individual
e. Revitalization rituals, ialah jenis ritual yang dibentuk untuk melakukan gerakan
revitalisasi (suatu yang dianggap penting) ritual yang dilakukan untuk seluruh
masyarakat demi keselamatan hidup.10
Ialah ibada kepada Allah SWT yang berisikan perkataan serta perbuatan
dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan dimulai dengan takbiratul ihram
dan disudahi dengan salam.
- Puasa
Ialah menahan diri dari makan, minum, dan semua hal yang membatalkan
puasa sedari terbitnya matahari sampai terbenamnya matahari dan puasa bertujuan
sebagai ibadah kepada Allah SWT.
- Zakat
- Haji
Ibadah ini tergantung pada serangkaian pola ibadah (liturgi) yang telah
dikuduskan melalui pelaksanaannya dalam jangka waktu lama.
8
Ibadah ini merupakan salah satu ibadah yang digunakan oleh sebagian
besar gereja-gereja protestan. Ibadah ini menekankan kebebasan dalam melakukan
nyanyian pujian, doa spontan, pembacaan Alkitab, dan khotbah.
- Yajna
- Amisa puja
- Patipatti puja
9
b) Bertekad untuk melaksanakan Panca Sila Buddhis (Lima Kemoralan) yakni
pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila, berkata yang tidak benar,
mengkonsumsi makanan/minuman yang melemahkan kewaspadaan.
- Kebaktian masyarakat.
Adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap
tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
b. Aqiqah
c. Khitan
d. Tahlilan
11
Ibid., hal. 156
10
Merupakan upacara keselamatan yang dilakukan sebagian umat Islam
sebagai tanda untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal
dunia yang biasa dilakukan dari hari pertama kematian hingga hari ketujuh, 40,
100 dan seterusnya.
e. Syukuran
Ialah upacara yang dilakukan sebagian umat Islam atas rasa syukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.
a. Ekaristi
Merupakan santapan berupa anggur dan roti yang menjadi suatu bagian
dari Misa kudus gereja katolik Roma dan bagian dari Liturgi Suci Gereja
Ortodoks.
b. Baptis
c. Kirsma
d. Rekonsiliasi
e. Minyak penyucian
Upacara agama terakhir yang bertujuan untuk orang yang akan meninggal.
11
f. Sakramen Imamat
Yang dilalukan para diakon, imam, dan uskup yang mendapati tugas
sebagai pelayanan di gerja dan menerimakan sakramen.
g. Sakramen perkawinan
e. Namakran, upacara pemberian nama untuk bagi ketika berusia 11-14 hari.
g. Annaprasana, upacara pertama kali memberi makan nasi pada bayi, biasa
dilakukan di pura.
k. Upanayana, upacara benang suci dengan mana seorang anak menjadi Dwija
atau “lahir dua kali”. Upacara ini dilakukan ketika anak berumur sembilan dan
lima belas tahun.
12
l. Vedarambha, upacara permulaan belajar Weda.
C. Tujuan Ritual
13
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kelompok kami, Term ritus dalam bahasa inggris, yaitu
rite (tunggal) dan rites (jamak), yang mempunyai arti secara leksikal, yaitu
perilaku atau upacara-upacara (act and ceremonies) yang berkaitan dengan
pelayanan keagamaan. Ritual atau tradisi bisa disebut juga dengan budaya
Karena pada dasarnya semua itu produk dari manusia. Ritual adalah tata
cara dalam upacara kepercayaan, bisa dilakukan oleh kelompok atau
personal pribadi. Upacara kepercayaan ini termasuk tradisi turun-menurun
yang sampai saat ini masih dipertahankan.
Ritus, ritual, upacara merupakan agama dalam tindakan yang
bertujuan untuk menemukan jalan keselamatan yang merupakan tujuan
dari kehidupan beragama dan bagian dari rangkaian ritual yang
dilaksanakan oleh agama-agama. Ritus agama ialah keinginan
bersungguh-sungguh untuk dapat menemukan jalan keselamatan jiwa
dengan pola peribadatan yang bertujuan utama untuk menjalin komunikasi
antara manusia dengan alam transenden. Tiga kategori ritus pada dasarnya
menjadikan manusia serta lingkungannya sebagai inti penting untuk
menggerakkan ritus yang dalam penerapan ritual yang sering dilakukan
akan mendorong transformasi dan beragam kepentingan yang menjalankan
ritus sangatlah penting yang dapat menyebabkan ritus dengan banyak
mitos, aturan dan pelaksanaannya dapat saja berubah.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga pembaca dapat memahami
dan mengerti tentang Fenomenologi Agama terhadap perilaku organisasi
selain dari itu penulis mengharapkan kritikan dari pembaca, agar dapat
membangun atau untuk menyempurnakan pembuatan makalah yang
selanjutnya.
15
16
DAFTAR PUSTAKA
Solikhin Muhamad, Ritual dan Tradisi Islam Jawa, ( Yogyakarta: Narasi, 2010 )
17