Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fenomenologi Agama
Dosen Pengampu : Ahmad Zarkasi, M.Sos.I
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Fenomenologi Sebagai Metode”.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-
kekurangan, hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis baik dalam pengumpulan data –
data maupun dari segi bahasa dan cara penyusunan, oleh karenanya segala kritik dan saran
dari para pembaca akan penulis terima dengan senang hati.
Akhir kata kami berdoa semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam
penyusunan makalah ini mendapat balasan dari Allah SWT, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan, ilmu, dan informasi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………………..3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………..………………………………………………………………………….4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………..……………….4
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fenomenologi …………………………………………………………………………………..6
2.2 Pengertian Metode …………………………………………………………………………………………….7
2.3 Fenomenologi Sebagai Metode ………………………………………………………………………….9
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2. Apa arti metode?
3. Bagaimana fenomenologi sebagai metode?
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fenomenologi
Edmund Husserl adalah pendiri dan tokoh utama dari akiran filsafat
fenomenologi. Dalam masa awal Husserl berusaha untuk mengembangkan filsafat
radikal, atau mazhab filsafat yang menggali akar-akar pengetahuan dan pengalaman.
Persoalan ini didorong oleh ketidakpercayaan terhadap positivistic yang dinilai gagal
membuat hidup menjadi lebih bermakna karena tidak mampu mempertimbangkan
masalah nilai dan makna. Menurut Husserl, fenomenologi mempelajari kompleksitas
kesadaran dan fenomena yang etrhubung dengannya karena fenomena harus
dipertimbangkan sebagai muata objektif yang disengaja (intentional objects) dari
tindakan sadar subjektif. Proses kesadaran yang disengaja disebut noesis sedangkan
isi dari kesadaran disebut dengan noema. Dengan demikian fenomena (objek
sebagaimana tampak) adalah noema. 3
Dalam hal fenomena Husserl mengajak kembali pada sumber atau realitas yang
sesungguhnya. Untuk hal ini diperlukan langkah-langkah metodis reduksi atau
menempatkan fneomena dala keranjang (bracketing) atau tanda kurung. Dengan
1
Misnal Munir. Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer. Yogyakarta : Lima. 2008. Hal 89
2
Basrowi dan Sudikin. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya : Insan Cendekia. 2002.
Hal 1
3
Engkus Kuswarno. Fenomenologi. Bandung : Widya Padjajaran. 2009. Hal 6
6
reduksi terjadi penundaan upaya menyimpulkan sesuatu dari setiap prasangka realitas,
langkah-langkah metode tersebut adalah reduksi eidetic, reduksi fenomenologi dan
reduksi ternscedental.4
Kesadaran bagi Husserl selalu merupakan akan suatu hal, maka dari itu kesadaran
mempunyai dua aspek yang saling melengkapi, yaitu proses sadar dan objek dari
kesadaran itu sendiri. Dengan demikian kesadaran tersebut erat kaitannya dengan
maksud orangnya, dengan kehadiran amksud dalam kesadarn maka kesadaran selalu
memberikan makna terhadap objek yang dihadapi. Kesadaran yang mengandung
maksud tersebut selalu diarahkan pada bidang kehidupan, dan bidang ini merupakan
dunia antar subjek, dalam arti bahwa manusia yang berada dalam dunia tersebut
saling berhubungan sehingga kesadaran yang terbentuk diantara mereka memiliki
sifat social. Pengalaman pribadi dalam dunia itu dengan pengalaman orang lain
merupakan pengalaman bersama.5
2.2 Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara
kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Fengsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.6
Metode (method) secara harfiah berarti cara . metode atau metodik berasal dari
bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodo berarti jalan atau cara yang
harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Kata tersebut kemudia diserap dalam bahasa Inggris menjadi kata “method” yang
berarti suatu bentuk prosedur tertentu untuk mencapai atau mendekati suatu tujuan,
terutama cara yang sistematis.
Menurut Max Siporin (1975) metode adalah suatu orientasi kegiatan yang secara
khusus ditujukan sebagai persyaratan berbagai tugas serta tujuan yang nyata. Menurut
Rosdy Ruslan pengertian metode adalah kegiatan ilmiah yang berhubungan dengan
cara kerja dalam memahami suatu objek penelitian dalam upaya menemukan jawaban
4
Basrowi dan Sudikin. Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya : Insan Cendekia. 2002.
Hal 33-34
5
Heddy Shri Ahimsa Putra. Etnosains Etnometodologi Sebuah Perbandingan. (Masyarakat Indonesia,
Tahun ke XII, 1985) No. 2. Hal 111-112
6
Oemar Hamalik. Proes belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. 2001
7
secara ilmiah dan keabsahannya dari sesuatu yang diteliti. 7 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian metode adalah cara teratur yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki,
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.
Dari penjelasan tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian metode
adalah suatu cara atau proses sistematis yang digunakan untuk melakukan suatu
kegiatan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Dengan kata lain, meotde
berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan, atau bagaimana cara untuk
melakukan/membuat sesuatu.
Suatu metode dijadikan sebagai acuan kegiatan karena didalamnya terdapat
urutan langkah-langkah yang teratur sehingga proses mencapai tujuan menjadi lebih
efisien. Dalam kaitannya dengan upaya ilmiah, metode merupakan cara kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Karakteristik Metode
Ada anggapan bahwa kata metode masih mengandung astu yang sama dengan
kata sistem. Meskipun keduanya berhubungan, tapi pada dasranya kedua kata tersebut
memiliki arti yang berbeda. Mengacu pada definisinya, berikut ini adalah beberapa
karkteristik metode :
Metode merupakan suatu aktifitas yang mapan yang dipakai dalam melakukan
kegiatan tertentu oleh suatu kelompok.
Metode merupakan aktivitas yang rutin karena relaitf mapan dan sudah terbiasa
dilakukan oleh suatu kelompok.
Suatu metode yang mapan dan rutin dilakukan akan menjadi tindakan yang logis
atau proses sistematis untuk mencapai suatu tujuan dengan tingkat akurasi dan
efisiensi yang baik.
7
Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Realtions dan Komunikasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada. 2008
8
fenomenologi. Tidak seperti hewan atau mesin, manusia memiliki fungsi dalam tiga
tingkatan simultan kesadaran yang mengintegrasikan ekspresi dan persepsi dari afeksi
atau emosi, kognitif atau pikiran, konatif atau tindakan yang bertujuan.
Para peneliti filsafat menyebutnya dengan istilah Latin yaitu capta, data, dan acta.
Ketiga deskripsi proses analitik tersebut mengikuti model metodologi penelitian
standar dari fenomenologi semiotika yang terdiri dari deskripsi, reduksi, dan
interpretasi.
Menurut Jurgen Ruesch (1972) ketiga tahapan prosedur yang terdiri dari
deskripsi, reduksi, dan interpretasi, mengacu pada proses dasar dari komununikasi,
yaitu understanding atau memahami, acknowledging atau mengakui, dan agreeing
atau menyetujui.8 Sebagai sebuah praksis, fenomenologi berjalan dengan
menggunakan metodologi investigative untuk menjelaskan pengalaman manusia.
Fenomenologi sebagai sebuah metodologi dikenalkan oleh Richard L. Lanigan.
Fenomenologi sebagai sebuah metode penelitian dipandang sebagai studi tentang
fenomena, studi tentang sifat dan makan. Penelitian semacam ini terfokus pada cara
bagaimana kita mempersepsi realitas yang tampak melalui pengalaman atau
kesadaran. Metodologi yang mendasari fenomenologi mencakup empat tahap :
1. Bracketing
2. Intuition
Ketika seorang peneliti tetap terbuka unutk mengaitkan makna-makna
fenomena tertentu dengan orang-orang yang telah mengalaminya. Intuisi
mengharuskan peneliti menjadi kreatif saat berhadapan dengan data-data yang
bervariasi, hingga pada tingkat tertentu memamhami pengalaman baru yang
muncul. Bahkan intuisi mengharuskan peneliti menjadi seseorang yang benar-
benar renggelam dalam fenomena tersebut.
3. Analysing
8
Juergen Ruesch. Terj : Semiotic Appriaches to Human Relations. Universitas Michigan. 1972
9
Analisis melibatkan proses seperti coding, kategorisasi sehingga membuat
sebuah pengalaman mempunyai makna yang penting. Setiap peneliti diharapkan
mengalami “kehidupan” dengan data yang akan dideskripiskannya demi
memperkaya esensi pengalaman tertentu.
4. Describing
Pada tahap ini, peneliti mulai memahami dan dapat mengidentifikasikan
fenomena menjadi “fenomenon” (fenomena yang menjadi). Langkah ini bertujuan
unutk mengkomunikasikan secara tertulis maupun lisan dengan menawarkan suatu
solusi yang berbeda.9
Fenomenologi sebagai metode tida membahas menegani siapa dan apa asumsi
dasar yang dihasilkan. Sebagai metode, fenomenomlogi mencoba mengangkat sebuah
realitas kedalam laporan penelitian tanpa menghilangkan essensi asli adri fenomena
tersebut. Tingkat objektivitas peneliti untuk menjelaskan subjektivitas fenomena yang
diamatinya menjadi kunci utama keberhasilan penerapan metode fenomenologi ini.
9
Clark Moutaskas. Terj : Phenomenological Research Methods. USA : Sage Publications Inc. 1994
10
Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial
Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2001
11
Engkus Kuswarno.Fenomenologi. Bandung : Widya Padjajaran. 2009.
10
Para ahli fenomenologi berpendapat bahwa kata sifat fenomenologis
digunakan untuk mengingatkan jika kita berhubungan dengan capta yaitu
pengalaman sadar.
2. Reduksi fenomenologis
Tujuan dari reduksi fenomenologis adalah untuk menentukan bagian mana
dari deskripsi yang penting dan bagian mana yang tidak penting. Dalam artian,
reduksi fenomenologis bertujuan untuk melakukan isolasi suatu objek dari
kesadaran yang amsuk ke dalam pengalaman yan dimiliki. Teknik yang umum
dilakukan dala reduksi fenomenologis adalah variasi bebas imajinatif. Prosedur
ini terdiri dari regleksi berbagai bagian dari pengalaman dan membayangkan
setiap bagian sebagai kehadiran atau ketiadaan dalam pengalaman secara
sitematis.
3. Interpretasi fenomenologis
Pada umunya dimaksudkan unutk menjelaskan pemaknaan yang lebih khusus
atau yang penting dalam reduksi dan deskripsi dari pengalamanb kesadaran yang
tengah diselidiki. Secara teknis, interpretasi disebut secara beragam dengan
semiotic atau analisis hermeneutic. Semiology adalah studi yang mempelajari
sistem lambang atau kode-kode. Dengan demikian hermeneutic semiology adalah
hubungan khusus yang menyatukan deksripsi dan reduksi.
Bagi kebanyakan ahli, tradisi fenomenologia itu naif. Bagi mereka, kehidupan
dibentuk oleh kekuatan-kekuatan yang kompleks dan saling berhubungan, hanya
beberapa diantaranya saja yang dapat diketahui dengan sadar pada suatu waktu. Kita
tidak dapat menginterpretasi sesuatu dengan sadar hanya dengan melihat dan
mrmikirkannya. Pemahaman yang sesungguhnya datang adri analisis yang cermat
terhadap sistem efek.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
membiarkan sesuatu datang mewujudkan dirinya sebagaiman adanya. Dengan
demikian di satu sisi makna itu muncul dengan cara membiarkan
realitas/fenomena/pengalaman itu membuka dirinya. Di sisi lain, makna itu muncul
sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
13
Mulyana, Deddy. 2001.Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Munir, Misnal. 2008.Aliran-Aliran Utama Filsafat Barat Kontemporer. Yogyakarta :
Lima.
Putra, Heddy Shri Ahimsa. Etnosains Etnometodologi Sebuah Perbandingan.
(Masyarakat Indonesia, Tahun ke XII, 1985) No. 2.
Ruesch, Juergen Ruesch. 1972.Terj : Semiotic Appriaches to Human Relations.
Universitas Michigan.
Ruslan, Rosady. 2008. Metode Penelitian Public Realtions dan Komunikasi. Jakarta :
PT. RajaGrafindo Persada.
14