Anda di halaman 1dari 12

FENOMENOLOGI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu:
Nahnu Robid Jiwandono, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 8
Mutmainah 2201046004
Vina Lely Sa’adah 2201046017

KELAS PMI-3A
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sholawat serta salam tak lupa pula kami haturkan
kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya islam.

Berkat limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Nahnu Robid
Jiwandono, S.Pd., M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Adapun makalah ini kami tulis guna memenuhi penugasan Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif yang berjudul “FENOMENOLOGI” ini berisi tentang pengertian pengertian
fenomenologi, ciri khas dari fenomenologi, langkah menentukan fenomenologi, strategi dalam
merumuskan masalah fenomenologi.

Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi masyarakat umum, para pembaca
dan juga bagi penulis sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan kita semua berada dalam
keridhoan-Nya dalam menempuh hidup ini. Aamiin

Semarang, 02 September 2023

Kelompok 08
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang melibatkan eksplorasi
mendalam tentang realitas sosial melalui pemahaman mendalam terhadap pengalaman
manusia. Salah satu metode penelitian kualitatif yang sangat relevan dan komprehensif
untuk diterapkan berdasarkan hal tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan
fenomenologi. Pendekatan fenomenologi adalah suatu pendekatan penelitian yang
berfokus pada pemahaman mendalam tentang makna dan pengalaman subjektif individu.
Dalam konteks penelitian kualitatif, fenomenologi memungkinkan peneliti untuk meresapi
dunia dari sudut pandang individu yang mengalami fenomena, dan dengan demikian
memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana manusia merasakan dan
memahami dunia di sekitar mereka. Bahkan, metode ini telah menjadi salah satu
pendekatan yang penting dalam ilmu sosial, psikologi, dan ilmu humaniora karena
kemampuannya untuk menggali makna subjektif dan proses mental yang mendasari
berbagai fenomena manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan makalah ini, maka rumusan masalah dari
penulisan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan fenomenologi dalam penelitian kualitatif?
2. Apa ciri khas dari fenomenologi sebagai sebuah metode dalam penelitian kualitatiif?
3. Bagaimana langkah penelitian yang menggunakan pendekekatan penelitian
fenomenologi?
4. Bagaimana strategi dalam merumuskan masalah dalam penelitian dengan pendekatan
fenomenologi?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah pada penulisan makalah ini, maka tujuan
penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan fenomenologi dalam
penelitian kualitataif.
2. Untuk mengetahui ciri khas dari dari fenomenologi sebagai sebuah metode dalam
penelitian kualitatif.
3. Untuk mengetahui langkah penelitian dalam penelitian dengan penekatan
fenomenologi.
4. Untuk mengetahui strategi dalam merumuskan masalah dalam penelitian dengan
pendekatan fenomenologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Fenomenologi
Berdasarkan paham fenomenologi, terbentuknya pengetahuan manusia dipengaruhi
oleh dua hal pokok yaitu subjek yang ingin mengetahui dan objek yang akan diketahui.
Subjek dan objek ini dapat dibedakan secara jelas dan tegas, tetapi tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Keduanya harus ada dan keduanya merupakan satu kesatuan asasi bagi
terwujudnya pengetahuan manusia.
Istilah fenomenologi secara etimologis berasal dari kata fenomena dan logos.
Fenomena berasal dari kata Yunani “Phainesthai” yang berarti nampak, dan terbentuk dari
akar kata fantasi, fantom, dan fosfor yang artinya sinar atau cahaya. Dari kata tersebut,
terbentuk kata kerja: tampak, terlihat karena cahaya. Sedangkan secara harfiah, fenomena
diartikan sebagai gejala atau sesuatu yang menampakkan (Hamzah, 2019:226). Secara
generik, fenomenologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sesuatu yang
tampak atau menampakkan diri.
Menurut Husserl, Fenomenologi merupakan metode untuk menjelaskan fenomena
dalam kemurniannya, baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa sesuatu
yang nyata, berupa gagasan maupun kenyataan. Dapat mendeskripsikan sebagaimana
penampilannya dengan mengembangkan suatu metode tanpa memalsukan fenomena
merupakan tujuan dari fenomenologi. Sehingga berdasarkan tujuan itu, fenomenologi
hendaknya memusatkan perhatiannya kepada fenomena tersebut tanpa prasangka sama
sekali. Seorang fenomenolog hendaknya menanggalkan teori, prasangka, praanggapan
agar dapat memahami fenomena sebagaimana adanya. (Seto Mulyadi, dkk, 2019:137).
Definisi fenomenologi juga diutarakan oleh beberapa pakar dan peneliti dalam
studinya. Menurut Alase (2017), fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang
mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan
interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori. Kedua, definisi yang dikemukakan
oleh Creswell dikutip Teka-teki-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian
kualitatifadalah sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan
pengalaman sebuah fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Pengumpulan data dari
penelitian ini diperoleh dengan observasi dan wawanacara, termasuk dengan menggunakan
wawancara mendalam atau sayan-dalam wawancara. Wawancara mendalam ini digunakan
untuk memperoleh mendetail tentang fenomena atau pendidikan yang diteliti. Wawancara
jenis ini pula bertujuan untuk mendapatkan "sesuatu"dari yang belum terlihat.

B. Ciri Khas Metode Fenomenologi


Adapun dikutip dari buku “Metode Fenomenologi Aplikasi Pada Entrepreneurship”
metode fenomenologi memiliki beberapa ciri khas yaitu:
1. Deskriptif
Metode fenomenologi menggunakan data berupa cerita dan ungkapan dari
partisipan. Sehingga, datanya berupa cerita dalam bentuk kata-kata. Oleh karena itu,
metode fenomenologi bersifat deskriptif berarti bahwa analisa dan penafsirannya harus
mengikuti gambaran dan ungkapan apa adanya seperti yang disampaikan oleh
partisipan.
2. Reduksi
Fenomenologi mengambil arti dari setiap pengalaman sebagaimana yang
diungkapkan oleh partisipan berdasar pada kesadaran dan pengalamannya. Sehingga
apa saja yang menghadirkan diri pada kesadaran harus diambil sebagaimana adanya.
Selain itu, reduksi juga berarti peneiti harus menyimpan sementara semua asumsi dan
praduganya dulu. Kemudian dalam peneltian fenomenologi, seorang peneliti harus
bersikap netral dan tidak mempengaruhi partissipan. Menurut Ashwort setidaknya
minimal ada tiga hal penting yang harus diperhatikan terkait dengan reduksi, yaitu:
1) Informasi dari partisipan tidak terpengaruh oleh teori-teori, pengetahuan atau
keterangan ilmiah. Pengalaman yang disampaikan adalah murni berasal dari apa
yang partisipan sendiri rasakan.
2) Informasi yang diberikan partisipan bukan merupakan penilaaian benar atau salah
tetapi pengalaman apa adanya.
3) Pandangan atau pengalaman pribadi peneliti terkait topik yang hendak diteliti harus
dikesampingkan sementara.
Dikutp dari buku “Paradigma Penelitian Kualitatif”, Fenomenologi berusaha menggali
makna yang ada di balik gejala melalui proses reduksi atau penyaringan. Adapun
Husserl membagi proses reduksi kedalam tiga tahap:

1) Reduksi fenomenologi: proses penyaringan yang dilakukan pada saat mengamati


gejala (fenomena) yang tampak. Gejala diamati secara terus menrus disertai
kecurigaan atau keraguan. Semua pengalaman empiris dalam bentuk kesadaran
harus disaring atau ditempatkan di dalam kurung untuk sementara (bracketing).
Jadi, untuk mendapatkan hakikat fenomena atau gejala yang sebenarnya,
sebelumnya peneliti dimaksudkan untuk menunda dan tidak tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan tentang gejala yang diamati.
2) Reduksi eiditis: peneliti harus memfokuskan diri dan mementingkan esensi (eidos)
dari fenomena sehingga dapat menemukan hakikat sebuah fenomena yang
sebelumnya masih tersembunyi. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti dapat
menempuh langkah-langkah berikut:
a. Peneliti menggambarkan secara imajinatif tentang situasi sosial tertentu. Dengan
kata lain, peneliti melepaskan pengalaman-pengalaman empiris dan asumsi-
asumsi yang dimiliki tentang fenomena.
b. Melakukan identifikasi dan klasifikasi data yang relatif tetap atau tidak
mengalami perubahan dalam berbagai situasi dan kondisi melalui cara
interpretive understanding.
3) Reduksi transendental: proses penyaringan dengan cara menemukan kesadaran
murni dengan melepas kesadaran empiris sehingga peneliti dapat memperoleh
hakikat atau kebenaran hakiki dari sebuah fenomena. Untuk mendapatkan
kemurnian dan kejernihan data, peneliti melakukan klarifikasi/verifikasi data yang
terkumpul. Proses klarifikasi data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
sumber, teknik, dan perpanjangan waktu (M. Djamal, 2015:108).
3. Mencari esensi
Menurut Van Manen, fokus dari penelitian fenomenologi adalah mendeskripsikan
esensi dari pengalaman yang dihidupi (lived experience) yang membuat fenomena itu
ada sebagaimana adanya. McMillan juga menyatakan hal yang sama, maksud dari
penelitian fenomenologi adalah untuk mengerti esensi suatu fenomena secara utuh dan
penuh.
Dari sekian panjang informasi dan cerita yang disampaikan oleh partisipan, peneliti
membuat analisa untuk menangkap arti terdalam atau esensi dari pengalaman tersebut.
4. Keterarahan
Fokus pada keterarahan, maksudnya adalah apa yang kita teliti haruslah yang kita
kenal melalui kesadaran kita. Sehingga, ketika objek penelitian kita terkait dengan
pengalaman orang lain, maka partisipan dalam penelitian harus memiliki pengalaman
tersebut dan juga bersedia untuk membagikan pengalaman tersebut.
5. Keunikan manusia
Metode fenomenologi memusatkan perhatiannya pada pengalaman partisipan.
Setiap manusia memiliki pengalaman yang unik dan berbeda-beda. Sehingga, manusia
memberi arti pada dunianya dengan caranya sendiri. Dengan memahami manusia berarti
mengerti pengalamannya secara langsung (first person account). Metode fenomenologi
memusatkan perhatiannya pada pengalaman partisipan untuk memahami seperti apa
pengalaman yang dihadapi, bukan sekedar reaksi orang atas pengalaman tersebut.
Metode fenomenologi juga didasarkan pada suatu keyakinan bahwa setiap manusia
adalah penetu diri sendiri (self determining). Masing-masing orang menafsirkan
dunianya atas cara yang khusus. Realitas di luar bersifat personal atau individual. (Jozef
R, dkk)

C. Langkah Menentukan Penelitian Fenomenologi


Seperti penelitian pada umumnya, prosedur yang digunakan pada penelitian
fenomenologi tidak jauh berbeda. Misalnya penelitian yang selalu diawali oleh penentuan
topik, maka pada tahap ini topik yang dipilih harus disesuaikan dengan penelitian
fenomenologi. Oleh sebab itu, pada tahap ini dapat dilakukan dengan mencari pengalaman
individu-individu mengenai suatu peristiwa, karena tujuan fenomenologi adalah
memahami secara mendalam mengenai fenomena yang terjadi sebagaimana yang dialami
oleh individu-individu.
Terdapat prosedur penting dalam melaksanakan studi fenomenologi sebagai
hasil adaptasi dari pemikiran Stevick, Colaizzi, dan Keen (Creswell, 2017; Moustakas,
1994) sebagai berikut:
1. Menetapkan lingkup fenomena yang akan diteliti: Peneliti berusaha memahami
perspektif filosofis di balik pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai
kajian bagaimana orang mengalami sebuah fenomena. Peneliti menetapkan
fenomena yang hendak dikaji melalui para informan.
2. Menyusun daftar pertanyaan: Peneliti menuliskan pertanyaan penelitian yang
mengungkap makna pengalaman bagi para individu, serta menanyakan kepada
mereka untuk menguraikan pengalaman penting setiap harinya.
3. Pengumpulan data: Peneliti mengumpulkan data dari individu yang mengalami
fenomena yang diteliti. Data diperoleh melalui wawancara yang cukup lama dan
mendalam dengan sekitar 5 – 25 orang. Jumlah ini bukan ukuran baku. Bisa saja
subjek penelitiannya hanya 1 orang. Teknik pengumpulan data lain yang dapat
digunakan: observasi (langsung dan partisipan), penelusuran dokumen.
4. Analisis data: Peneliti melakukan analisis data fenomenologi.
a. Tahap awal: peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang dialami
subjek penelitian. Seluruh rekaman hasil wawancara mendalam dengan
subjek penelitian ditranskripsikan ke dalam bahasa tulisan.
b. Tahap Horizonalization: dari hasil transkripsi, peneliti menginventarisasi
pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik. Pada tahap ini,
peneliti harus bersabar untuk menunda penilaian (bracketing/epoche);
artinya, unsur subjektivitasnya jangan mencampuri upaya merinci point-point
penting, sebagai data penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara tadi.
c. Tahap Cluster of Meaning: Selanjutnya peneliti mengklasifikasikan
pernyataan-pernyataan tadi ke dalam tema-tema atau unit-unit makna, serta
menyisihkan penyataan yang tumpang tindih atau berulang-ulang. Pada
tahap ini, dilakukan: (a)Structural description (deskripsi tekstural): Peneliti
menuliskan apa yang dialami, yakni deskripsi tentang apa yang dialami
individu. (b)Structural description (deskripsi struktural): Penulis menuliskan
bagaimana fenomena itu dialami oleh para ndividu. Peneliti juga mencari
segala makna yang mungkin berdasarkan refleksi si peneliti sendiri, berupa
opini, penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena yang
dialaminya.
d. Tahap deskripsi esensi: peneliti mengonstruksi (membangun) deskripsi
menyeluruh mengenai makna dan esensi pengalaman para subjek.
e. Peneliti melaporkan hasil penelitiannya. Laporan ini memberikan
pemahman yang lebih baik kepada pembaca tentang bagaimana seseorang
mengalami sesuatu fenomena. Laporan penelitian menunjukkan adanya
kesatuan makna tunggal dari pengalaman, di mana seluruh pengalaman itu
memiliki “struktur” yang penting.

D. Strategi Merumuskan Masalah


Oleh karena penelitian fenomenologi terkait dengan pengalaman, rumusan masalah dan
pertanyaan penelitian haruslah terkait erat dengan pengalaman individu. Penelitian
fenomenologi hanya cocok ketika para peneliti mencari masalah dalam pengalaman Puji
Rianto [42] individu-individu dalam menghadapi realitas. Untuk itu, pertanyaanpertanyaan
penelitian fenomenologi dalam dirumuskan dengan mengandung kata kunci pengalaman.
Penelitian Anderson dan Spencer (2002; Creswell, 2016: 160) mengenai pengalaman
penderita AIDS dilakukan dengan mengajukan pertanyaan (kepada penderita AIDS)
mengenai bagaimana pengalaman mereka tentang AIDS? Apakah bayangan dan gambaran
mengenai AIDS serta makna penyakit tersebut bagi mereka? Tujuan penelitian mereka
adalah mendeskripsikan gambaran atau bayangan atau representasi kognitif terhadap
penyakit yang mereka derita, yakni AIDS. (Puji Rianto, 2020:144-145)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian fenomenologi adalah riset yang memungkinkan peneliti untuk
mengeksplorasi pengalaman dan persepsi sensorik yang berbeda dengan persepsi abstrak dari
topik penelitian tentang fenomena yang diteliti serta pembentukan pemahaman
berdasarkan pengalaman dan persepsi ini. Salah satu karakteristik utama pada metode
penelitian fenomenologi yakni menggambarkan makna dari pengalaman yang telah
dijalani oleh seseorang atau beberapa orang sehubungan dengan konsep tertentu. Adapun
ciri khas Fenomenologi adalah deskriptif, reduksi, mencari esensi, keterarahan, keunikan
manusia.

B. Saran

Dengan adanya keterbatasan dalam penulisan makalah ini, kepada pembaca diharapkan
untuk membaca lagi terkait Metode Penelitian Fenomenologi pada sumber pustaka lain untuk
mengetahui lebih lanjut dan mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Rianto, Puji. (2020). Modul Metode Penelitian Kualitatif. Diakses pada 28 Oktober 2023, dari
https://www.researchgate.net/publication/343064279_MODUL_METODE_PENELITIA
N_KUALITATIF.

Mulyadi, Seto., dkk. (2019). Metode Penelitian Kualitatif Dan Mixed Method: Perpektif Yang
Terbaru Untuk Ilmu-ilmu Sosial, Kemanusiaan, dan Budaya. Depok: PT RajaGrafindo
Persada.
Djamal. (2015). Paradigma Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Jozef R, dkk. (2012). Metode Fenomenologi Aplikasi Pada Entrepreneurship. Jakarta: PT


Grasindo. Diakses pada 28 Oktober 20023, dari: file:///C:/Users/asus/Downloads/metode-
fenomenologi-aplikasi-pada-entrepreneurship.pdf

Hamzah, Amir. (2019). Metode Penelitian Kualitatif: Rekonstruksi Pemikiran Dasar serta Contoh
Penerapan Pada Ilmu Pendidikan, Sosial, dan Humaniora. Malang: Literasi Nusantara.

Apriyanto, Mulono., dkk. (2022). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Nuta Media,
dari:https://www.researchgate.net/publication/361951439_Fenomenologi

Anda mungkin juga menyukai