Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Deskriptif Fenomenologi
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
Yang Di Ampu : Ibu Dr.Finadatul Wahidah,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Irma Kusumawati 202109648435
Nur Laily Zakiyah 202109648437
Siti Hotimah 202109648427
Fitriatul Maghfiroh 202109648432
Sinta Bella 202109648421
Laela Nurhasanah 2021096484..

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL QODIRI
TAHUN 2023

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jember ,18 Oktober 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fenomenologi
B. Teori Fenomenologi
C. Jenis Penelitian
D. Elemen dan Interpretasi Metode Fenomenologi
E. Kelebihan dan Kelemahan Fenomenologi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................

4
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara
lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,
aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah
pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan
memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu
yang sulit untuk dipahami secara memuaskan.
Didalam penelitian kualitatif ada beberapa metode penelitian yang digunakan. Salah
satunya penelitian kualitatif menggunakan metode fenomenologi dan kami akan membahas
lebih mendalam tentang metode fenomenologi ini.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Agar mengetahui pengertian fenomenologi

2. Agar mengetahui teori fenomenologi

3. Agar mengetahui kelebihan dan kekurangan fenomenologi

4. Agar mengetahui jenis-jenis penelitian fenomenologi

5. Agar mengetahui elemen dan interpretasi metode fenomenologi

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian fenomenologi
Fenomenologi merupakan studi interpretative yang bersifat apa adanya
tentang pengalaman manusia, yang bertujuan untuk memahami dan menggambarkan
situasi manusia, peristiwa dan pengalaman, “sebagai sesuatu yang muncul dan hadir
dalam sehari-hari" (Von Eckartsberg, 1998: 3). Pendekatan fenomenologi sebagai salah
satu cara pembaruan untuk memandang hubungan manusia dan lingkungan serta
memepelajari kaitan hubungannya. Tantangan besar dalam pendekatan fenomenologi
yaitu penggambaran hubungan yang erat antara manusia dengan dunia yang saling
terkait dengan subjek-objek formal. Untuk memahami hubungan antar manusia dengan
dunianya.

Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian


fenomenologi yaitu jenis penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat
dan terperinci penjelasan dan pemahaman individual tentang pengalaman-
pengalamannya. Penelitian fenomenologi memiliki tujuan yaitu guna
menginterpretasikan serta menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami
seseorang dalam kehidupan ini, termasuk pengalaman saat interaksi dengan orang lain
dan lingkungan sekitar. Dalam konteks penelitian kualitatif, kehadiran suatu fenomena
dapat dimaknai sebagai sesuatu yang ada dan muncul dalam kesadaran peneliti dengan
menggunakan cara serta penjelasan tertentu bagaimana proses sesuatu menjadi terlihat
jelas dan nyata. Pada penelitian fenomenologi lebih mengutamakan pada mencari,
mempelajari dan menyampaikan arti fenomena, peristiwa yang terjadi dan hubungannya
dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Penelitian kualitatif termasuk dalam
penelitian kualitatif murni karena dalam pelaksanaannya didasari pada usaha memahami
serta menggambarkan ciri- ciri intrinsik dari fenomena-fenomena yang terjadi pada diri
sendiri (Eko Sugianto, 2015:13).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penjabaran metode dan
langkah-langkah yang dilakukan dengan merincikan secara eksploratif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih menggunakan metode ini dengan
bahan perimbangan bahwa fenomena yang diteliti termasuk fenomena yang
membutuhkan penggunaan pengamatan serta observasi lebih dalam dan bukan
menggunakan model angka atau statistik. Selain itu, dengan penelitian kualitatif akan
lebih mudah apabila berhadapan dengan kondisi yang nyata atau data yang sebenarnya.
Penelitian kualitatif dipilih dengan alasan karena adanya kedekatan dan kemudahan

6
informasi yang bisa diakses terkait penelitian. Selain itu, alasan lainnya karena
kedekatan antara peneliti dan responden maka dalam hal penyampaian informasi akan
lebih terbuka dan transparan sehingga data yang dikumpulkan akan lebih mendalam.

B. Teori Fenomenologi
Penelitian yang menggunakan pendekatan fenomenologis berusaha untuk
memahami makna peristiwa serta interaksi pada orang-orang biasa dalam situasi
tertentu Pendekatan ini menghendaki adanya sejumlah asumsi yang berlainan dengan
cara yang digunakan untuk mendekati perilaku orang dengan maksud menemukan
“fakta” atau “penyebab”.
Penyelidikan fenomenologis bermula dari diam. Keadaan “diam” merupakan
upaya untuk menangkap apa yang dipelajari dengan menekankan pada aspek-aspek
subyektif dari perilaku manusia. Fenomenologis berusaha untuk bisa masuk ke dalam
dunia konseptual subyek penyelidikannya agar dapat memahami bagaimana dan apa
makna yang disusun subyek tersebut di sekitar kejadian-kejadian dalam kehidupan
sehari-harinya.
Para peneliti kualitatif menekankan pemikiran subyektik karena menurut
pandangannya dunia itu dikuasai oleh angan-angan yang mengandung hal-hal yang
lebih bersifat simbolis dari pada konkret. Jika peneliti menggunakan perspektif
fenomenologi dengan paradigma definisi sosial biasanya penelitian ini bergerak pada
kajian mikro.

Perspektif fenomenologi dengan paradigma definisi sosial ini akan memberi


peluang individu sebagai subjek penelitian (informan penelitian) melakukan
interpretasi, dan kemudian peneliti melakukan interpretasi terhadap interpretasi itu
sampai mendapatkan makna yang berkaitan dengan pokok masalah penelitian,dalam
hal demikian Berger menyebutnya dengan first order understanding dan second order
understanding.
First order understanding dimaksudkan peneliti memberikan pertanyaan-
pertanyaan kepada pihak yang diteliti/informan penelitian tentang hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian dan kemudian informan memberikan
interpretasi (jawaban) atas pertanyaan-pertanyaan tersebut guna memberikan penjelasan
yang benar tentang permasalahan-permasalahan penelitian tersebut. Sedangkan second
order understanding, dalam hal ini peneliti memberikan interpretasi terhadap
interpretasi informan tersebut di atas sampai memperoleh suatu makna yang baru dan
benar (ilmiah), tetapi tidak boleh bertentangan dengan interpretasi dari informan
penelitian.

7
C. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi, yang merupakan penelitian yang didasari dari
pengalaman subjektif atau fenomenologikal yang dialami pada diri
individu.Fenomenologi diartikan pula sebagai pandangan berfikir yang menegaskan
pada fokus pengalaman-pengalaman dan cerita subjektif manusia dan interpretasi ata
pelaksanaan di dunia (Moleong, 2007 : 14-15).
Metode kualitatif merupakan suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk
memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya dilihat dari
dudut pandang perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik.
Metode kualitatif umumnya dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata - kata
dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah. (Moleong, L. J, 2004 :6)

Studi fenomenologi digunakan dalam melakukan penelitian ini. hal tersebut


didasari dari adanya ketertarikan peneliti utnuk mengkaji lebih mendalam mengenai
fenomena yang dialami oleh informan kunci. Metode penelitian kualitatif tidak
mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statistik.
Penelitian kualitatif memiliki tujuan untuk mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan melakukan analisis pada kualitas-kualitasnya, bahkan beberapa ahli
mengubah menjadi entitas-entitas kualitatif (Mulyana, 2003 : 150).

D. . Elemen dan Interpretasi Metode Fenomenologi

a. Peran Peneliti

Peneliti memiliki peran untuk mentransform informasi. Reinharz (1983)


menyatakan ada 5 langkah menstransform yaitu :
1. Pengalaman partisipan ditrasformasikan ke dalam bahasa

2. Peneliti mentransformasikan apa yang dia lihat dan dengar kedalam


pemahaman dari pengalaman partisipan
3. Peneliti mentransformasikan apa yang dipahami tetang fenomena yang
sedang diteliti ke dalam kategori konseptual yang merupakan esensi dari
pengalaman partisipan.

8
4. Peneliti mentransformasikan esensi-esensi ini kedalam tulisan dokumen yang
menangkap apa yang dipikirkan peneliti tetang pengalaman dan refleksi dari
deskripsi dan tingkah laku partisipan.
5. Peneliti mentransformasikan dokumen tertulis tersebut ke dalam pemahaman
yang dapat berfungsi untuk mengklarifikasi semua langkah- langkah
pendahuluan (Streubert & Carpenter, 2011).

b. Pengumpulan Data

Purposive sampling digunakan pada penelitian kualitatif dengan metode


fenomenologi. Dengan demikian informasi yang didapat lebih kaya dan mendalam.
Peneliti menghubungi partisipan, ketika mereka sudah setuju untuk berpartisipasi,
maka ditentukan tempat dan waktu pertemuannya. Saat pertama kali mewawancara,
peneliti memberikan informed consent dan meminta izin untuk melakukan
perekaman. Peneliti harus menolong partisipan menjelaskan pengalaman hidupnya
tanpa memimpin diskusi. Gunakan pertanyaan open-ended dan pengklarifikasi
pertanyaan agar partisipan dapat menjelaskan sesuatu lebih rinci atau detail. Selain
perekaman, peneliti juga mencatat tindakan/momen tertentu dalam field notes.
Pengumpulan data terus berlanjut sampai peneliti percaya saturasi data telah tercapai.
Ketika tidak ditemukan tema-tema atau esensi baru dari partisipan (Streubert &
Carpenter, 2011).

c. Analisis Data

Analisis data mengharuskan peneliti diam atau menjadi tenggelam dalam


data. Tujuan dari analisis data, menurut Banonis (1989), adalah untuk melestarikan
keunikan pengalaman hidup masing-masing peserta sementara memungkinkan
pemahaman tentang fenomena yang diselidiki. Ini dimulai dengan mendengarkan
deskripsi lisan peserta dan diikuti dengan membaca dan membaca ulang transkrip
atau tanggapan yang tertulis. Sebagai peneliti menjadi tenggelam dalam data,
memungkinkan mereka mengidentifikasi dan mengekstrak pernyataan yang
signifikan. Mereka kemudian dapat menuliskan temuan ini. Menangkap hubungan
penting diantara pernyataan dan mempersiapkan deskripsi lengkap dari fenomena
tersebut merupakan tahap akhir. Melalui variasi imajinatif bebas, peneliti
membuat hubungan antara

9
pernyataan yang diperoleh dalam proses wawancara. Penting untuk
mengidentifikasi bagaimana pernyataan atau tema sentral muncul dan
terhubung satu sama lain jika deskripsi terakhir sudah lengkap (Streubert &
Carpenter, 2011).

d. Tinjauan Pustaka

Tinjauan literatur/pustaka umumnya mengikuti analisis data. Alasan


untuk menunda tinjauan literatur terkait dengan tujuan mencapai kemurnian
deskripsi fenomena yang diselidiki. Semakin sedikit ide atau praduga peneliti
memiliki tentang fenomena yang diselidiki, semakin kecil kemungkinan
biasanya mereka akan mempengaruhi penelitian. Sebuah ulasan literatur secara
sepintas mungkin dilakukan untuk memastikan perlunya penelitian dan
kesesuaian pemilihan metode. Setelah analisis data selesai, peneliti meninjau
literatur untuk menempatkan temuan dalam konteks apa yang sudah diketahui
tentang topik (Streubert & Carpenter, 2011).

E. Kelemahan dan Kelemahan Fenomenologi


Kelebihan perspektif fenomenologi untuk penelitian kaulitatif bahwa
fenomenologi akan mampu menjelaskan sesuat dari realitas subyektif, selain itu
kelebihan fenomenologi adalah sebagai metode penelitian sosial yang pada awalnya
telah didasari teori kefilsafatan yang dikembangkan oleh Hegel, Husserl, Scheller,
Schutz dan Berger. Pada sisi yang lain dengan kesungguhan Weber dalam
mengembangkan teori sosial yang berada di dalam paradigma definisi sosial ini,
akhirnya fenomenologi banyak digunakan sebagai alat analisis terhadap fenomena
sosial (Gordon, 1991: 438-492).

Pada sisi lain ada perbedaan mendasar antara pendekatan positivistik dan
rasionalistik disatu fihak dengan pendekatan fenomenologi dan realisme metaphisik
pada sisi yang lain. Menurut Muhadjir (1996) bahwa; pedekatan positivistik dan
rasionalistik, hanya mengakui kebenaran empirik sensual dan empirik logik, artinya
hanya mengakui sesuatu sebagai kebenaran bila dapat dibuktikan secara empirik

10
indrawi dan dalam konteks kausalitas dapat dilacak dan dijelaskan. Sedangkan
pendekatan fenomenologi dan realisme metaphisik mengakui adanya kebenaran
empirik etik yang memerlukan akal budi untuk melacak dan menjelaskan serta
berargumentasi. Akal budi di sini mengandung makna bahwa kita perlu menggunakan
kriteria lebih tinggi lagi dari sekedar truth or false (benar atau salah) (Muhadjir, 1996:
83).

kelebihan perspektif fenomenologi akan mampu mengkaji makna dan


proses pada setiap fenomena sebagai realitas subjektif. Fenomenologi ini
menghendaki adanya sejumlah interpretasi dari individu sebagai subjek penelitian,
dan selanjutnya menghendaki interpretasi terhadap interpretasi-interpretasi itu oleh
peneliti sampai bisa masuk ke dalam dunia makna dan dunia konseptual subjek
penelitian.
Di samping kelebihan-kelebihan teori fenomenologi tersebut di atas, tentu
ada sisi kelemahannya. Waters dalam bukunya yang berjudul; Modern Sociological
Theory mejelaskan bahwa, di samping dari Weber, asal mula pendekatan
fenomenologi ini berasal dari filsafat fenomenologi Husserl, dikatakan bahwa:
Fenomenologi Husserl menjauhkan diri dari perhatian pada struktur bahasa yang
akrab di dalam filsafat analitis Anglo-Saxon, sebaliknya mengkonsentrasikan pada
cara-cara bagaimana manusia menyadari dan menerima realitas. Di dalam
fenomenologi, realitas hanya berupa penampilan dan pengalaman hanya dapat
memahami realitas

melalui indra-indra. Jadi realitas dapat eksis dalam data indera rabaan, oral,
visual, audio dan tekstual (Waters, 1994: 31).

Kelemahan lain teori fenomenologi itu telah digunakan untuk menandai


suatu “metode filsafat” (Husserl), namun mereka yang telah merujukkan diri mereka
dengan menamakan kaum fenomenologis, atau yang dianggap oleh kaum lain seperti
itu, tidak memiliki bentuk-bentuk prinsip yang utuh, karena itu maka fenomenologi
pada awalnya “bukan suatu aliran dan bukan suatu pendekatan metodologis dalam
penelitian sosial”. Hanya saja, ketidakjelasan label fenomenologi tidak menurunkan
pamornya yang telah diperkenalkan sejak abad 19- an (Merleau Ponty, Zeitlin 1998:

11
208). Dalam hal ini Ponty masih menganggap perlu memulai lagi mempertanyakan
karya utamanya dengan pertanyaan; “apa itu fenomenologi?” Dia menambahkan
bahwa tampak aneh apabila pertanyaan ini masih diperdebatkan setelah memakan
waktu setengah abad dari karya Husserl yang pertama. Faktanya pertanyaan itu
masih belum terjawabkan.
Dari kelemahan tersebut di atas diharapkan terjadi modifikasi perspektif
fenomenologi yaitu yang semula fenomenologi lebih dikenal sebagai metode filsafat,
teori dan metodologis. Modifikasi yang diharapkan adalah pendekatan fenomenologi
yang diasumsikan bahwa manusia dalam berilmu pengetahuan tidak dapat lepas dari
pandangan moralnya, baik taraf mengamati, menghimpun data, menganalisis data,
ataupun dalam membuat kesimpulan. Fenomenologi bukan hendak menampilkan
teori dan konseptualisasi yang sekedar berisi anjuran atau imperatif, melainkan
mengangkat makna etika dalam berteori dan berkonsep.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Didalam penelitian kualitatif ada beberapa metode penelitian yang digunakan.


Salah satunya penelitian kualitatif menggunakan metode fenomenologi . Penelitian
fenomenologi yaitu jenis penelitian kualitatif yang melihat dan mendengar lebih dekat
dan terperinci penjelasannya dan pemahaman individual tentang pengalaman-
pengalamannya. Penelitian fenomenologi memiliki tujuan yaitu guna
menginterpretasikan serta menjelaskan pengalaman-pengalaman yang dialami seseorang
dalam kehidupan ini, termasuk pengalaman saat interaksi dengan orang lain dan
lingkungan sekitar.Pada penelitian fenomenologi lebih mengutamakan pada mencari,
mempelajari dan menyampaikan arti fenomena, peristiwa yang terjadi dan hubungannya
dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Penelitian kualitatif termasuk dalam
penelitian kualitatif murni karena dalam pelaksanaannya didasari pada usaha memahami
serta menggambarkan ciri- ciri intrinsik dari fenomena-fenomena yang terjadi pada diri
sendiri.Penyelidikan fenomenologis bermula dari diam. Keadaan “diam” merupakan
upaya untuk menangkap apa yang dipelajari dengan menekankan pada aspek-aspek
subyektif dari perilaku manusia.adapun jenis penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang merupakan penelitian yang didasari
dari pengalaman subjektif atau fenomenologikal yang dialami pada diri individu.
Peneliti memiliki peran untuk mentransform informasi.Adapun Kelebihan perspektif
fenomenologi untuk penelitian kaulitatif bahwa fenomenologi akan mampu menjelaskan
sesuat dari realitas subyektif, selain itu kelebihan fenomenologi adalah sebagai metode
penelitian sosial yang pada awalnya telah didasari teori kefilsafatan yang dikembangkan
oleh Hegel, Husserl, Scheller, Schutz dan Berger.Adapun kelebihan perspektif
fenomenologi akan mampu mengkaji makna dan proses pada setiap fenomena sebagai
realitas subjektif. Di samping kelebihan-kelebihan teori fenomenologi tersebut di atas,
selain ada kelebihannya ada juga sisi kelemahannya. Kelemahan lain teori fenomenologi
itu telah digunakan untuk menandai suatu “metode filsafat” (Husserl), namun mereka
yang telah merujukkan diri mereka dengan menamakan kaum fenomenologis, atau yang
dianggap oleh kaum lain seperti itu, tidak memiliki bentuk-bentuk prinsip yang utuh,
karena itu maka fenomenologi pada awalnya “bukan suatu aliran dan bukan suatu
pendekatan metodologis dalam penelitian sosial”.

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Streubert, H.J & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing: Advamcing the
humanistic imperative. 5th ed. Wolters Kluwer Health
Wu, Pei Xia, Wen-Yi Guo, Hai-Ou Xia, Hui Juan Lu & Shu-Xin Xi. 2010. Patients’
Experience of Living with Glaucoma : a Phenomenological Study. Journal of
Advanced Nursing, 67, 4, 800 -810
Berger, P. and T. Luckman. 1967. The Social Construction of Reality. London.
Allen Lane.
Boaduo dan Babitseng 2007. Professionalism of Teachers in Africa for Capacity
Building Towards the Achievement of Basic Education: Challenges and Obstacles for
Introspection. The International Journal Of Learning,Volume 14, Number 3, 2007
Miles, B. M., Michael, H., 1992, Analisis Data Kualitatif,
Jakarta: UI Press

15

Anda mungkin juga menyukai