Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HAKIKAT DAN PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok


mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pengampu :

Muslem, M.Pd. I

Sem.VI/PAI 3
Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Rosnila Wati Pasaribu (0301181059)


2. Puja Kesuma (0301181017)
3. Azwar Muharram Zebua (0301181020)
4. Ariskan Kubawa Saragih (0301183210)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA
MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Statistik Pendidikan,
yang berjudul “Populasi dan Sampel”.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun jika terdapat banyak kekeliruan atau
kesalahan didalam tugas ini, kami mohon kritik dan saran agar tugas ini dapat menjadi lebih
baik lagi ke depannya. Tentu saja kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan
pihak lain. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu ibu
Fatmatu Zahro, S.Pd.I, M.Pd.

Medan, 20 April 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. .Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

1. Hakikat Penelitian Kualitatif.......................................................................... 3


2. Pengertian Paradigma .................................................................................... 5
3. Jenis-Jenis Paradigma Dalam Penelitian Kualitatif ....................................... 6
4. Paradigma Positivisme dan Alamiah (Interpretif) ......................................... 7
5. Asumsi-Asumsi Dasar Dalam Paradigma Alamiah (Kualitatif) .................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekitar tahun 1920-an, para ahli sosiologi dari “mazhab chicago” sudah mulai
menggunakan penelitian kualitatif, yaitu menganalisis suatu fenomena dalam kehidupan
manusia. Dalam waktu yang bersamaan, para ahli antropologi juga menggambarkan
kerangka dari metode karya lapangan, yaitu melakukan observasi langsung ke lapangan
untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat. Menyimak fokus kajian dari
kedua kelompok pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
merupakan bidang penelitian tersendiri. Fungsi utama penelitian kualitatif adalah
menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata – kata, laporan terperinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang
dan perilaku yang diamati.

Pada mulanya, orang memandang bahwa apa yang terjadi bersifat alamiah.
Peneliti bersifat pasif dan hanya memberi makna dari apa yang terjadi tanpa ada usaha
untuk mengubah. Masa ini disebut masa prapositvisme. Setelah itu timbul pandangan
baru, yakni peneliti dapat melakukan perubahan dengan sengaja terhadap dunia sekitar
melalui berbagai eksperimen, maka timbullah metode ilmiah. Masa ini disebut masa
positivisme. Pandangan ini pun dibantah oleh pendirian baru yang disebut
postpositivisme. Menurut pandangan terakhir ini, kebenaran tidak hanya satu, tetapi
lebih kompleks, sehingga tidak dapat diikat oleh satu teori tertentu saja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat penelitian kualitatif ?


2. Apa pengertian paradigma ?
3. Bagaimana jenis-jenis paradigma dalam penelitian kualitatif ?
4. Bagaimana paradigma positivisme dan alamiah?
5. Bagaimana perbedaan paradigma positivisme dan alamiah ?
6. Bagaimana asumsi-asumsi dasar dalam paradigma alamiah ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hakikat penelitian kualitatif


2. Untuk mengetahui pengertian paradigma
3. Untuk mengetahui jenis-jenis paradigma dalam penelitian kualitatif
4. Untuk mengetahui paradigma positivisme dan alamiah
5. Untuk mengetahui perbedaan paradigma positivisme dan alamiah
6. Untuk mengetahui asumsi-asumsi dasar dalam paradigma alamiah

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati, demikianlah pendapat Bogdan dan Guba, sementara itu
Kirk dam Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Fraenkel dan Wallen menyatakan bahwa
penelitian yang mengkaji kualitas hubungan, kegiatan, situasi, atau material disebut
penelitian kualitatif, dengan penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam
menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi
tertentu.1

Bila diperhatikan, definisi di atas nampaknya hanya menggambarkan sebagian


kecil dari suatu konsep penelitian kualitatif yang kompleks dan berdimensi banyak, oleh
karena itu untuk pemahaman yang lebih utuh mengenai penelitian kulitatif, maka
pengetahuan tentang apa ciri-ciri (karakteristik) penelitian kualitatif akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan padu tentang penelitian kualitatif. Untuk itu berikut ini
akan dikemukakan berbagai ciri penelitian kualitatif.

Guba (1985: 39-44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian


naturalistik, yaitu :2

a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan
dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari
konteksnya.
b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang
mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap

1
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 12.
2
Ibid, hlm. 15

3
makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu
melakukannya.
c. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan
mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang
diekspresikan oleh responden.
d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada
kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan
adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
e. Pengambilan sample secara purposive.
f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih
mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut
paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit
dan dilanjutkan dengan kategorisasi.
g. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori
diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik
nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan
konteks idiographik.
h. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain
secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan
desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan
tidak dapat diramalkan sepenuhnya.
i. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden.
Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena
responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.
j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi
realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat
terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas
pada kasus lain.
k. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke
nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran
yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda
konteksnya.

4
l. Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda.
m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak
dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari
nilai lokalnya.
n. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai
dengan adanya validitas dan reliabilitas,

Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif adalah salah satu jenis
penelitian yang proses penelitiannya menghasilkan data deskriptif dari sesuatu yang
diteliti.(Hadi dan Haryono, 1998: 56).3

Sementara menurut Kirk dan Miller, penelitian kualitatif adalah penelitian yang
secara umum digunakan untuk meneliti tentang kehidupan masyarakat, tingkah laku,
dan aktivitas sosial.(Hadi dan Haryono, 1998: 56)

Penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang dilakukan secara


alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa dan jenis
data yang dikumpulkan berupa data deskriptif .(Arifin, 2012: 140)

Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah penelitian yang berakar pada


paradigma konstruktivisme yang bermaksud menggali makna perilaku yang ada dibalik
tindakan manusia. (Sukmadinata, 2001: 94)4

2. Pengertian Paradigma

Pengertian paradigma menurut Patton (1978) dalam Tahir (2011:58) adalah: “A


paradigm is a world view, a general perspective , a way of breaking down the
complexity of the real world. As such, paradigms are deeply embedded in the
socialization of adherents and practitioners: paradigms tell them what is important,
legitimate, and reasonable. Paradigms are also normative, telling the practitioner what to
do without the necessity of long existential or epistemological consideration. But it is
this aspect of paradigms that constitutes both their strength and their weakness-their

3
David Nunan, Research Methods in Languageearning, (Cambridge: Cambridge University
Press, 1992), hlm 45
4
Op.Cit, hlm. 52

5
strength in that it makes action possible, their weakness in that the very reason for
action is hidden in the unquestioned assumptions of the paradigm.”

Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di
dalam mencari fakta – fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya.(Arifin,
2012: 146)

Paradigma menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Tahir (2011:59), adalah
sekumpulan anggapan dasar mengenai pokok permasalahan, tujuan, dan sifat dasar
bahan kajian yang akan diteliti.

Deddy Mulyana (2003) dalam Tahir (2011:59) mendefinisikan paradigma


sebagai suatu kerangka berpikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (ilmuwan)
yang menganut suatu pandangan yang dijadikan landasan untuk mengungkap suatu
fenomena dalam rangka mencari fakta.

Jadi, paradigma dapat didefinisikan sebagai acuan yang menjadi dasar bagi
setiap peneliti untuk mengungkapkan fakta – fakta melalui kegiatan penelitian yang
dilakukannya .(Arifin, 2012: 146)

3. Jenis-Jenis Paradigma dalam Penelitian Kualitatif

Paradigma dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :5

1. Postpositivisme

Paradigma postpositivisme lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi


kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Paradigma
postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu
kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang ada.
Hubungan peneliti dengan realitas harus bersifat interaktif. Oleh karena itu perlu
menggunakan prinsip trianggulasi, yaitu penggunaan bermacam-macam metode,
sumber data,dan data. (Tahir, 2011: 57-58)

5
Sumadi surybrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawai Press), hlm. 55

6
2. Konstruktivisme

Paradigma ini memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan
dari manusia itu sendiri. Kenyataan itu bersifat ganda, dapat dibentuk, dan merupakan
satu keutuhan. Kenyataan ada sebagai hasil bentukan dari kemampuan berpikir
seseorang. Pengetahuan hasil bentukan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi
berkembang terus. Penelitian kualitatif berlandaskan paradigma konstruktivisme yang
berpandangan bahwa pengetahuan itu bukan hanya merupakan hasil pengalaman
terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi pemikiran subjek yang diteliti.
Pengenalan manusia terhadap realitas sosial berpusat pada subjek dan bukan pada objek,
hal ini berarti bahwa ilmu pengetahuan bukan hasil pengalaman semata, tetapi
merupakan juga hasil konstruksi oleh pemikiran. (Arifin, 2012: 140)

3. Teori kritis (critical theory)

Teori kritis memandang bahwa kenyataan itu sangat berhubungan dengan


pengamat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain serta nilai-nilai yang dianut oleh
pengamat tersebut turut mempengaruhi fakta dari kenyataan tersebut. Paradigma teori
kritis ini sama dengan paradigma postpositivisme yang menilai realitas secara kritis.
(Tahir, 2011: 58)

4. Paradigma Positivisme dan Alamiah (interpretif)

1. Paradigma positivisme (kuantitatif)

Menurut Susman dan Evered (1978) dalam Emzir (2012:243-244), paradigma


positivisme merupakan paradigma yang didasarkan pada perpaduan atau kombinasi
antara angka dan menggunakan logika deduktif serta menggunakan rancangan
penelitian kuantitatif dalam mengungkapkan suatu fenomena secara objektif. Paradigma
ini berpandangan bahwa suatu ilmu dan penelitian berasal dari data – data yang diukur
secara tepat yang dapat diperoleh dari survei, kusioner, serta dapat digabungkan dengan
statistik dan pengujian hipotesis.6

2. Paradigma alamiah (Kualitatif)

6
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 29

7
Paradigma alamiah lahir sebagai paradigma yang ingin memodifikasi
kelemahan-kelemahan yang terdapat pada paradigma positivisme. Paradigma
postpositivisme berpendapat bahwa peneliti tidak bisa mendapatkan fakta dari suatu
kenyataan apabila si peneliti membuat jarak (distance) dengan kenyataan yang
ada.Paradigma ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif.(Emzir, 2012: 244)

Perbedaan aksioma paradigma positivisme dan alamiah. Paradigma positivisme


pada umumnya melahirkan metode penelitian kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah
melahirkan metode kualitatif.(Tahir, 2011: 60)7

5. Asumsi-Asumsi Dasar Dalam Paradigma Alamiah (Kualitatif)

“Asumsi atau anggapan dasar adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi
kebenarannya sebagai titk tolak dalam suatu penelitian.”(Arifin, 2012: 196)

Menurut Lincoln dan Guba dalam, asumsi-asumsi dasar pada paradigma alamiah
dapat dipahami hakikatnya, antara lain :8

1. Asumsi tentang kenyataan

Kajian utama dalam paradigma alamiah adalah berusaha mendapatkan


pemahaman yang mendalam dari suatu fenomena yang diteliti atau berusaha mencari
makna dibalik fenomena. Dalam penelitian kualitatif peneliti ingin mendapatkan makna
di balik fenomena, untuk itu peneliti perlu mendapatkan pemahaman yang mendalam
dari suatu fenomena (verstehen).

Untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam (verstehen), tidak cukup


apabila hanya mengetahui tentang apa dari suatu fenomena tetapi juga mengapa dan
bagaimana dari suatu fenomena. Mengapa suatu fenomena ada atau terjadi, bagaimana
suatu fenomena terjadi atau bagaimana proses terjadinya suatu fenomena. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang apa, mengapa, dan bagaimana, harus dikuasai oleh
peneliti.(Tahir, 2011:60)

2. Asumsi tentang peneliti dan subyek

7
Sugiyono, Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Skripsi, (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm.
17
8
Ibid, hlm. 22

8
“Paradigma alamiah berasumsi bahwa fenomena bercirikan interaktivitas.
Walaupun usaha penjajagan dapat mengurangi interaktivitas sampai ke tingkatan
minimum, sejumlah besar kemungkinan akan tetap tersisa. Pendekatan yang baik
memerlukan pengertian tentang kem ungkinan pengaruh terhadap interaktivitas, dan
dengan demikian perlu memperhitungkannya.”(Tahir, 2011:61)

3. Asumsi tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’

Dalam paradigma alamiah, penelitian tidak dapat digeneralisasikan karena upaya


generalisasi terikat dengan konteks harus diinterpretasikan kasus perkasus. Dalam
penelitian kualitatif karena tidak bertujuan menggeneralisasikan hasil penelitiannya,
maka penelitian kualitatif tidak perlu meneliti banyak kasus atau subjek. Dalam studi
kasus subjek yang diteliti dapat satu tetapi dapat juga banyak, bahkan mungkin
penduduk suatu negara. Karena dalam studi kasus yang sangat penting adalah sifatnya
yang sangat spesifik. Contoh penelitian tentang “Perkembangan Demokrasi pada
Negara-negara Sosialis.” Negara-negara yang menganut paham Sosialis menentang
paham Demokrasi. Jadi penelitian perkembangan demokrasi di negara-negara sosialis
bersifat spesifik.Untuk mendeskripsikan hal tersebut, peneliti harus mengumpulkan
informasi tentang kedua negara tersebut (thick description).

Sebagai contoh tidak seperti dalam penelitian kuantitatif yang mematok jumlah
subjek minimal sebanyak tiga puluh individu agar dapat dianalisis dengan statistik ,
maka dalam penelitian kualitatif tidak mematok jumlah subjek yang ditelit tetapi lebih
mengarah kepada kasus – kasus tertentu.(Tahir, 2011:61)

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-


penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-
prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran).
2. Paradigma adalah pandangan mendasar mengenai pokok persoalan, tujuan, dan
sifat dasar bahan kajian. Dalam suatu paradigma terkandung sejumlah
pendekatan. Dalam suatu pendekatan terkandung sejumlah metode. Dalam suatu
metode terkandung sejumlah teknik. Sedangkan dalam suatu teknik terkandung
sejumlah cara dan piranti.
3. Paradigma dalam penelitian kualitatif terdiri atas tiga, antara lain :
a. Postpositivisme
b. Konstruktivisme
c. Teoti Kritis (Critical Theory)
4. a) Paradigma positivisme
Paradigma ini didasarkan pada sejumlah prinsip, termasuk suatu
kepercayaan di dalam kenyataan objektif, pengetahuan yang hanya diperoleh
dari data yang dimengerti yang dapat secara langsung dialami dan dibuktikan di
antara para pengamat yang mandiri.
b) Paradigma alamiah (interpretif)
Dengan penekanannya pada hubungan yang secara sosial terjadi antara
formasi konsep dan bahasa, itu dapat dikenal sebagai paradigma interpretif, yang
berisi seperti pendekatan metodologis kualitatif, seperti fenomenologi, etnografi,
dan hermeneutik, yang ditandai oleh kepercayaan di dalam kenyataan sosial
yang dibangun berdasarkan subjektif, sesuatu yang dipengaruhi oleh kultur
sejarah.
5. Perbedaan Paradigma Positivisme Dan Alamiah
Paradigma dalam penelitian kuantitatif adalah Positivisme, yaitu suatu
keyakinan dasar yang berakar dari paham ontologi realisme yang menyatakan
bahwa realitas itu ada (exist) dalam kenyataan yang berjalan sesuai dengan

10
hukum alam (natural laws). Sedangkan Paradigma kualitatif menyatakan
pendekatan konstruktif atau naturalistis, pendekatan interpretatif, atau sudut
pandang postpositivist (postmodern).
6. Asumsi-asumsi dasar dalam paradigma alamiah, antara lain :
a. Asumsi tentang kenyataan
b. Asumsi tentang peneliti dan subyek
c. Asumsi tentang hakikat pernyataan tentang ‘kebenaran’

B. Saran

Sebagai mahasiswa, kita harus memahami paradigma penelitian kualitatif.


Karena hal ini sangat berguna jika kita ingin melakukan suatu penelitian, terutama jika
kita ingin melakukan penelitian dalam bidang ilmu sosial. Sebagaimana diketahui
bahwa paradigma penelitian kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip umum
yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia,
atau pola-pola. Gejala-gejala sosial dan budaya dianalisis dengan menggunakan
kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai
pola-pola yang berlaku, dan pola-pola yang ditemukan tadi dianalisis lagi dengan
menggunakan teori yang objektif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.


Bandung: Rosdakarya.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.


Jakarta: Rajawali Pers.

Hadi Amirul, Haryono. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan.


Bandung:Pustaka Setia.

Nunan David. 1992. Research Methods in Languageearning. Cambridge:


Cambridge University Press.

Moleong. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis dan Skripsi. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosda.

Surybrata Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawai Press.


Tahir, Muh, 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.

12

Anda mungkin juga menyukai