Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDEKATAN RISET KUALITATIF

DOSEN PENGAMPU :

MUDA GUNAWAN, M. SI

DISUSUN OLEH :

DEVI IRMAYANI (0801203194)

HAMNI KHOLILAH NASUTION (0801203064)

NISA INDRIANI (0801203094)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita banyak
nikmat, namun hanya sedikit yang kita ingat. Hanya kepada Allah SWT kita harapkan segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Pendekatan Riset Kualitatif.”
Shalawat serta salam tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
perubahan dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Terima kasih kepada Bapak Muda Gunawan, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Penelitian Kualitatif karena telah memberikan waktu kepada kami dalam proses pembuatan
makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan lebih dalam lagi mengenai
tahap-tahap penelitian kualitatif agar memperluas pemahaman mahasiswa/i ilmu kesehatan
masyarakat mengenai materi ini.
Kami sadar betul bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu maupun teman-teman sekalian demi
perbaikan makalah ini agar menjadi lebih baik lagi kedepannya. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih.

Medan, 7 april 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………..………………………………………i
DAFTAR ISI…………………….………………………………………………………………..ii

BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
2.1 Studi Kasus............................................................................................................................2
2.2 Grounded Teori.....................................................................................................................5
2.3 Etnografi.................................................................................................................................7
2.4 Analisis Wacana dan Fenemenologi....................................................................................11
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................16
3.2 Saran.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian untuk berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal,teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi. (Sugiyono:2015: 15). Sejalan definisi tersebut Sugiyono meyatakan
metode penelitian kualitatif muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam memandang
suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigm ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu
yang holistik/utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna. Paradigma yang demikian disebut
paradigma postpositivisme. Paradigma sebelumnya disebut paradigma positivisme, di mana
dalam memandang gejala lebih bersifat tunggal, statis, dan konkrit. Paradigma postpositivisme
mengembangkan metode penelitian kualitatif dan paradigma positivisme mengembangkan
metode kuantitatif.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori tetapi dipandu
oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Oleh karena itu analisis data
yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Jadi dalam penelitian kualitatif melakukan analisis
data untuk membangun hipotesis, sedangkan dalam penelitian kuantitaif melakukan analisis data
untuk menguji hipotesis.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu
nilai di balik data yang tampak, oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan
pada generalisasi, tapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kulitatif
dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di tempat lain,
manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan studi kasus ?

1
2. Apa yang dimaksud dengan grounded teori ?

3. Apa yang dimaksud dengan etnografi

4. Apa yang dimaksud dengan analisis wacana dan fenomenologi ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui tentang studi kasus

2. Untuk mengetahui tentang grounded teori

3. Untuk mengetahui tentang etnografi

4. Untuk mengetahui tentang analisis wacana dan fenemenologi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Studi Kasus

A. Pengertian Studi Kasus


Studi Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorang
an, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam
tentang peristiwa tersebut. Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus
adalah hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah
lewat. Yang dimaksud kasus ialah kejadian atau peristiwa, bisa sangat sederhana bisa pula
kompleks. Karenanya, peneliti memilih salah satu saja yang benar-benar spesifik. Peristiwanya
itu sendiri tergolong “unik”. “Unik”artinya hanya terjadi di situs atau lokus tertentu.

B. Beberapa Manfaat Penelitian Studi Kasus

Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip Mulyana (2013: 201-202),


keistimewaan Studi Kasus meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni menyajikan
pandangan subjek yang diteliti,
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami
pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life),
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara
penelitidengan subjek atau informan,
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang
tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga
keterpercayaan (trustworthiness),
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian atas
transferabilitas,
6. Studi Kasus terbukabagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan
atas fenomena dalam konteks tersebut.

C. Langkah-langkah Penelitian Studi Kasus

1. Pemilihan Tema, Topik dan Kasus. Pada tahap pertama ini peneliti harus yakin
bahwa dia akan memilih kasus tertentu yang merupakan bagian dari “body of

3
knowledge”nya bidang yang dipelajari. Misalnya, mahasiswa Jurusan atau
Program Studi Manajemen Pendidikan wajib memilih kasus yang memang
menjadi wilayah kajian bidang tersebut. Begitu juga mahasiswa Jurusan atau
Program Studi Kurikulum akan memilih kasus yang merupakan bagian dari
wilayah kajian ilmu kurikulum. Logikanya ialah seorang peneliti hanya akan
bisa menghasilkan penelitian yang baik pada bidang yang diminati dan
dikuasainya. Karena itu, memilih kasus pada bidang yang diminati sangat
penting.
2. Pembacaan Literatur. Setelah kasus diperoleh, peneliti mengumpulkan literatur
atau bahan bacaan sebanyak-banyaknya berupa jurnal, majalah ilmiah, hasil-
hasil penelitian terdahulu, buku, majalah, surat kabar yang terkait dengan kasus
tersebut. Menurut Yin (1994: 9) pembacaan literatur sangat penting untuk
memperlua wawasan peneliti dibidang yang akan diteliti dan mempertajam
rumusan masalah yang akan diajukan.
3. Perumusan Fokus dan Masalah Penelitian. Langkah sangat penting dalam setiap
penelitian ialah merumuskan fokus dan masalah. Fokus penelitian perlu dibuat
agar peneliti bisa berkonsentrasi pada satu titik yang menjadi pusat perhatian.
Dimuka telah dibahas bagaimana rumusan masalah penelitian dibuat. Satu hal
penting lainnya terkait dengan rumusan masalah ialah dari rumusan tersebut
dapat digali informasi penting dan mendalam untuk menjadi pengetahuan yang
beharga bagi kemanusiaan, bukan sembarang informasi yang tidak bernilai
ilmiah.
4. Pengumpulan Data. Sebagaimana telah ditulis di muka, data penelitian Studi
Kasus dapat diperoleh dari beberapa teknik, seperti wawancara, observasi
pelibatan (participant observation), dan dokumentasi. Peneliti sendiri
merupakan instrumen kunci, sehingga dia sendiri yang dapat mengukur
ketepatan dan ketercukupan data serta kapan pengumpulan data harus
berakhir. Dia sendiri pula yang menentukan informan yang tepat untuk
diwawancarai, kapan dan di mana wawancara dilakukan.
5. Penyempurnaan Data. Data yang telah terkumpul perlu disempurnakan.
Bagaimana caranya peneliti mengetahui datanya kurang atau belum
sempurna? Caranya ialah dengan membaca keseluruhan data dengan merujukke
rumusan masalah yang diajukan. Jika rumusan masalah diyakini dapat
dijawab dengan data yang tersedia, maka data dianggap sempurna.
Sebaliknya, jika belum cukup untuk menjawab rumusan masalah, data
dianggap belum lengkap, sehingga peneliti wajib kembali kelapangan untuk
melengkapi data dengan bertemu informan lagi. Itu sebabnya penelitian kualitatif
berproses secara siklus.
6. Pengolahan Data. Setelah data dianggap sempurna, peneliti melakukan
pengolahan data, yakni melakukan pengecekan kebenaran data, menyusun
data, melaksanakan penyandian (coding), mengklasifikasi data, mengoreksi
4
jawaban wawancara yang kurang jelas. Tahap ini dilakukan untuk memudahkan
tahap analisis.

D. Studi Kasus

Kajian tentang pengalaman personal yang unik,yang tidak dimiliki oleh orang lain atau
sekelompok orang lain. Kasus adalah suatu “sistem yang terbatas” (a bounded system) – Louis
Smith (1978). Terbatas: tidak harus rumit, tapi pasti unik. Studi kasus: proses mengkaji kasus,
hasil akhirnya adalah HASIL dari proses pengkajian.

Studi kasus akan berfokus pada kasus2 ekstrim/extraordinary. Unit analisisnya adalah
kasus itu sendiri. Dapat berupa 1 individu, maupun beberapa individu yang memiliki kasus yang
serupa. Cth: Para pelaku teror bom bali.

Jenis studi kasus: intrinsic case study dan instrumental study.

Intrinsik case study ditempuh oleh peneliti yang ingin lebih memahami sebuah kasus
tertentu. Kasus ini menarik minat peneliti sehingga diperlukan penggalian data untuk
memahaminya secara detail. Tujuannya bukan untuk memahami konstruk abstrak atau fenomena
umum tertentu, bukan untuk merumuskan suatu teori.

Sedangkan instrumental study digunakan untuk meneliti suatu kasus tertentu agar tersaji
sebuah perspektif tentang isu atau perbaikan suatu teori. Dalam hal ini kasus bukan minat utama;
kasus memainkan peranan suportif, yang memudahkan pemahaman kita tentang sesuatu yang
lain. Sering digunakan untuk mencari kesamaan/pola dari sebuah peristiwa yang sering
muncul/berulang.

2.2 Grounded Teori


A. Pengertian Grounded Teori

Grounded theory merupakan metode riset kualitatif yang menggunakan suatu set
prosedur yang sistematik untuk mengembangkan suatu teori secara induktif tentang suatu
fenomena. Metode ini dimulai dari suatu pernyataan yang masih kabur dan akhirnya
menghasilkan teori yang dikumpulkan dari berbagai data.

B. Tahapan Penelitian Grounded Teori

5
Ada empat tahap dari cara analisis data dalam GT setelah melakukan transkrip dan
mengumpulkan data, antara lain (Glaser, 1992): -

1. Tahap pengkodean/ ‘Open Coding’. Tujuannya untuk mengidentifikasi kata kunci dari
semua data yang dikumpulkan.
2. Tahap pembentukan konsep atau ‘Axial Coding’ dengan tujuan untuk mengumpulkan
kode-kode yang sama isinya yang memungkinkan data dikelompokkan menjadi kategori
yang saling berhubungan dan terbentuk konsep-konsep .
3. Tahap kategorisasi/ ‘Selective Coding’ dengan tujuan mengelompokkan konsep yang
dibentuk kemudian dipilih yang ada hubungannya dengan pembentukan teori untuk
masalah riset.
4. Tahap pembentukan teori ditujukan untuk menjelaskan subjek yang diteliti dengan
memperkuat dengan teori-teori yang sudah ada dan studi literatur. Tahap ini sering
disebut theoretical note’.

C. Kriteria Grounded Teori

4 kriteria utama untuk menilai apakah suatu grounded theory dibangun dengan baik.
Empat kriteria tersebut adalah:

1. Kecocokan (fit). Dikatakan cocok (fit) apabila suatu teori itu tepat untuk
kenyataan sehari-hari dari bidang yang benar-benar diteliti, dan cermat diterapkan
untuk bermacam-macam data. Bila demikian itu berarti cocok (fit) untuk bidang
yang benar-benar diteliti.
2. Dipahami (understanding). Dikatakan dipahami (understanding) apabila grounded
theory menggambarkan kenyataan (realitas), ini juga berarti bersifat komprehensif

6
dan dapat dipahami baik oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti
pada waktu melaksanakan studi dilapangan.
3. Berlaku umum (generality). Dikatakan berlaku umum (generality) jika data yang
menjadi dasar grounded theory itu komprehensif dan interpretasi-interpretasinya
bersifat konseptual dan luas, maka grounded theory itu menjadi cukup abstrak dan
mencakup variasivariasi yang memadai sehingga mampu diaplikasikan untuk
beragam konteks yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti. Dengan demikian
teori itu berlaku umum (generality).
4. dan pengawasan (controll). Dikatakan pengawasan (controll) karena grounded
theory memberikan pengawasan berkenaan dengan kegiatankegiatan yang
mengarah pada fenomena. Hal ini disebabkan karena hipotesis-hipotesis yang
mengajukan hubungan antar konsep - yang selanjutnya dapat digunakan sebagai
pembimbing penelitian – secara sistematik diambil dari data aktual yang
berhubungan hanya pada fenomena.

D. Ciri-ciri Penelitian Grounded Teori

Ciri-ciri penelitian Grounded Theory yaitu:

1. Penelitian jenis ini bukan dibangun dari teori yang sudah ada namun dari data
tentang susatu fenomena,
2. Penyususnan teori dilakukan secara induktif,
3. Penyeusunan teori harus benar menghasilkan teori yang benar sehinga harus
emmpunyai kriteria yaitu cocok (fit), dipahami (understanding), berlaku umum
(generality), pengawasan (controll),
4. Kemampuan tim peneliti untuk memberikan makna terhadap data.

E. Prinsip-prinsip Grounded Teori

Adapun beberapa prinsip grounded teori sebagai metode ilmiah yaitu:

1. perumusan masalah,
2. deteksi fenomena,
3. penurunan teori (theory generation),
4. pengebangan teori,
5. peneilaian teori (Theory Appraisal),
6. Grounded theory yang berkontruksi.

2.3 Etnografi
A. Pengertian Etnografi

7
etnografi memiliki banyak definisi sehingga antara satu dengan yang lainnya terkadang
berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena definisi tersebut sering kali mencerminkan orientasi
yang sangat berbeda. Kata etnografi dapat diartikan sebagai cara menulis tentang orang atau
budaya yang berakar dari kata Yunani ethnos (orang, dongeng, kebangsaan, dll) dan graphei
(menulis). Secara harfiah, etnografi merupakan laporan mengenai kondisi kebudayaan pada
bangsa lain yang bersifat menyeluruh.

Etnografi menurut Reeves dkk, Ejimambo merupakan jenis penelitian kualitatif yang
mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk
menghasilkan penjelasan rinci, jelas, dan komprehensif mengenai berbagai fenomena sosial
budaya. Istilah etnografi dipinjam secara longgar dari antropologi sosial, dan mengacu pada
deskripsi empiris masyarakat dan ras yang ada. Istilah lain etnografi adalah mencakup prosedur
kerja di lapangan, sosiologi kualitatif atau observasi partisipan yang disebut Geertz sebagai thick
description.

B. Karakteristik Penelitian Etnografi

Terdapat dua karakterisktik dasar pada penelitian etnografi yaitu :

1. observasi mengambil tempat pada kondisi yang natural,


2. Seorang peneliti harus memahami bagaimana satu peristiwa dipersepsikan dan
diintpretasikan oleh orang pada satu komunitas yang dibicarakan. Dengan kata lain,
seorang seorang peneliti mencoba untuk melakukan intepretasi terhadap situasi yang
diamati berdasarkan perspektif partisipan itu sendiri. Etnografi juga bergantung pada
observasi pada interaksi dan wawancara dengan participant pada pada situasi yang terjadi
secara natural.

karakteristik penelitian etnografi adalah untuk menjelaskan tentang fenomena budaya dengan
posisi seorang peneliti secara akurat mengamati masyarakat dari sudut pandang subjek.
Tujuannya adalah untuk mengamati situasi yang unik, original, dan natural. Sharma dan Sarkar
mengelompokan karakareristik secara ringkas sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lama,


2. Peneliti harus bekerja mendalam,
3. Bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan,
4. Metode yang digunakan yaitu survey deskriptif, wawancara, interaksi, observasi
khususnya observasi partisipan,
5. Variabel dipelajari secara alami,
6. Menggunakan observasi partisipan sebagai teknik pengumpulan data primer dan
wawancara dengan anggota kelompok atau komunitas,

8
7. Perspektif Emic yaitu memfokuskan bagaimana anggota budaya yang diteliti
memandang budaya mereka,
8. Perspektif etic yaitu mendekati beberapa pihak luar untuk mengetahui bagaimana
mereka mempersepsikan, dan menganalisis berbagai perilaku yang berkaitan dengan
budaya yang diteliti.

C. Prinsip-prinsip Penelitian Etnografi

Hammersley (1990) dalam Genzuk (2005: 3) yang tersaji dalam buku Emzir“Metodologi
Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif” (2011: 149-152) menyatakan 3 prinsip
metodologis yang digunakan dalam corak metode etnografi diantaranya:

1. Naturalisme : ini menggambarkan bahwa penelitian etnografi yang dijalankan bertujuan


untuk menangkap suatu karakter yang muncul secara alami dan didapatkan melalui
kontak langsung, bukan melalui interfensi atau rekayasa eksperimen.
2. Pemahaman: yang menjadi landasan utama disini adalah bahwa tindakan manusia
berbeda dari perilaku objek fisik. Tindakan tersebut tidak hanya tanggapan stimulus
namun juga interpretasi terhadap suatu stimulus. Untuk itu meneliti latar budaya yang
lebih dikenal lebih baik dari pada meneliti yang masih asing agar terhindar dari resiko
kesalahpahaman budaya.
3. Penemuan: Penelitian etnografi merupakan penelitian yang didasari oleh penemuan sang
peneliti. Ini merupakan bentuk otentik sebuah penelitian dimana suatu fenomena dikaji
tidak hanya berdasar pada serangkaian hipotesis yang mungkin bisa saja terjadi
kegagalan namun menjadi nyata setelah dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke dalam
hipotesis tersebut.

D. Jenis-jenis Penelitian Etnografi

Menurut Creswell, para ahli banyak menyatakan mengenai beragam jenis penelitian
etnografi, namun Creswell sendiri membedakannya menjadi 2 bentuk yang paling
popular yaitu Etnografi realis dan etnografi kritis. Penjelasannya sbb :

1. Etnografi realis
Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan
laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke -3.
Seorang etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporlan apa yang
diamati dandidengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas peneliti
2. Etnografi kritis

9
Dewasa ini populer juga etnograi kritis. Pendekatan etnografi kritis ini penelitian
yang mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung.misalnya dalam
masalah jender/emansipasi, kekuasaan, status quo, ketidaksamaan hak,
pemerataan dsb.

Jenis-Jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sbb:

 Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang


dilakukan etnografer
 Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri
 Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan kelompok
budaya
 Etnografi feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang yang
merasakan pengekangan akan hak-haknya.
 Etnografi postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan keprihatinan
mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai kelompok marginal.
 Studi kasus etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan dalam perspektif
budaya.

E. Prosedur Penelitian Etnografi

Menurut Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam menititi etnografi namum secara
umum prosedur penelitian etografi adalah sbb:

1. Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati dengan
studi etnogafi. Seperti telah kita bahas sebelumnya bahwa etnografi
menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan,
bahasa dan perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai
kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).
2. Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan diteliti.
Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam waktu
yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan
kepercayaan yang dianut secara bersama.
3. Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu kelompok. Hal
ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.
4. Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep budaya
tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
5. Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok tersebut.
Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei, wawancara,

10
analisa konten, audiovisual,pemetaan dan penelitian jaringan. Setelah data
terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.
6. Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh dari
kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari sudut
pandang peneliti itu sendiri.

2.4 Analisis Wacana dan Fenemenologi


A. Pengertia Analisis Wacana

Analisis Wacana adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai


pendekatan penelitian yang berfokus pada penggunaan bahasa. Ada berbagai jenis analisis
wacana seperti analisis percakapan, psikologi diskursif, analisis wacana kritis dan analisis
wacana Foucault. Masing-masing memiliki asumsi sendiri, penekanan dan metode tetapi
kepentingan yang tumpang tindih adalah kunci dalam cara makna dibangun dalam komunikasi.

Wacana dapat didefinisikan dalam sempit atau arti luas dan definisi sempit wacana
mungkin hanya mengacu pada bahasa lisan atau tertulis. Namun, analisis wacana lebih sering
mengacu pada definisi yang lebih luas untuk menyertakan cara-cara bersama di mana orang
memahami hal dalam budaya atau konteks tertentu, termasuk bahasa dan praktek berbasis bahasa
(yaitu cara di mana hal-hal yang dicapai).

Pada dasarnya, analisis wacana merupakan upaya yang dilakukan untuk menguak
identitas objek analisis. Karena obek analisis wacana tidak pernah hadir sendirian, selalu disertai
konteks, maka konteks merupakan penentu identitas objek analisis. Dalam hal ini kita
memfokuskan objek kita pada salah satu media massa yang ada, yaitu Koran. Dalam
pemberitaan koran, tak jarang kita menemukan adanya ketimpangan-ketimpangan yang terjadi.
Kadang diantara dua Koran, satu berita yang sama akan berbeda kesan yang kita dapatkan jika
kita membandingkannya. Tentu hal ini bisa membuat kita bingung dan bertanya-tanya, informasi
manakah yang benar-benar akurat. Tetapi dengan mencoba menganalisis wacana tersebut, kita
akan mengetahui motif atau ideologi yang tersembunyi di balik teks berita tersebut secara
sederhana, cara membaca yang lebih mendalam dan jauh ini disebut sebagai analisis wacana.

B. Penggunaan Analisis Wacana

Analisis wacana telah digunakan untuk memahami berbagai teks termasuk ucapan yang
alami, dokumentasi profesional, retorika politik, wawancara atau kelompok fokus, komunikasi
internet, jurnal dan media penyiaran. Wacana adalah seperangkat makna di mana sekelompok
orang berkomunikasi tentang topik tertentu.

11
Analisis wacana secara tradisional digunakan ketika mempelajari hubungan kekuasaan
dalam fenomena budaya dan teks budaya seperti pidato, laporan, tulisan jurnalistik, hukum dan
politik yang berbeda pengumuman dan lain-lain. Dengan cara itu dapat dilihat sebagai mitra
retorika. Jika retorika adalah seni menggunakan bahasa dan cara membujuk, analisis wacana
dapat dipandang sebagai alat dekonstruksi, yang menerangi frame retoris teks. Dalam hal ini
analisis wacana tidak berkonsentrasi pada apa yang dikatakan, tapi bagaimana dikatakan. Oleh
karena itu adalah alat yang berguna ketika menyelidiki fenomena sosial seperti resistensi
perubahan. Hal ini karena orang cenderung untuk mengatakan sesuatu dan berarti sesuatu yang
lain ketika mereka membahas tentang hal-hal yang kontradiktif . Mereka juga cenderung untuk
mengulangi kebiasaan budaya tertentu, yang mengungkapkan bahwa pendapat mereka tidak
selalu sepenuhnya tulus.

Dalam analisis wacana adalah penting untuk mengakui perbedaan antara kata-kata yang
diucapkan, gambar dilukis dan kalimat tertulis, berarti sehingga berbeda komunikasi memegang
cara yang berbeda pengaruh. Hal ini juga penting untuk mengakui bahwa teks-teks yang tidak
bermakna secara individual : hanya melalui interkoneksi dengan teks-teks lain ( Phillips N & C
Hardy, 2002 ). Wacana juga dapat muncul dalam percakapan dari seorang peneliti dan yang
diwawancarai. Dalam arti dalam analisis wacana dengan jenis analisis percakapan (conversation
analysis) peneliti juga merupakan bagian dari penelitian. Ia memiliki bagian utama dalam
membangun realitas sosial dengan mengajukan pertanyaan yang mengarah diwawancara untuk
jawaban tertentu. Analisis wacana juga mengikat erat dengan struktur bahasa sehingga bahasa
nasional, tata bahasa, intonasi, aksen dan lain-lain harus diambil dalam pertimbangan ketika
menggunakan metode ini.

C. Contoh Analisis Wacana

1. Analisis Percakapan (Conversation Analysis) berfokus pada analisis berbutir halus dari
cara di mana bahasa digunakan, misalnya bagaimana orang membalas undangan lisan
atau penggunaan kata atau kalimat tertentu. Beberapa analisis percakapan menggunakan
teknik kuantitatif. Analisis percakapan biasanya tidak memperhatikan faktor-faktor di
luar teks kecuali faktor-faktor tersebut yang jelas dalam contoh teks - untuk, jika mereka
disebut oleh pembicara.
2. Psikologi diskursif menerapkan gagasan wacana topik psikologis seperti memori dan
sikap .
3. Analisis wacana kritis mempertimbangkan implikasi kekuatan sosial wacana tertentu
dengan tujuan eksplisit menantang ketidakseimbangan kekuatan.
4. Analisis wacana Foucault mengacu pada ide-ide Foucault sering mengingat
perkembangan dan perubahan wacana dari waktu ke waktu. Analisis wacana Foucault
umumnya berkaitan dengan jaring hubungan kekuasaan yang berlaku dan dibangun
melalui wacana.

12
D. Pengertian Fenemenologi

Mulyana menyebutkan pendekatan fenomenologi termasuk pada pendekatan subjektif


atau interpretif (Mulyana, 2001:59) Lebih lanjut Maurice Natanson mengatakan bahwa istilah
fenomenologi dapat digunakan sebagai istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan
ilmu sosial yang menempatkan kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk
memahami tindakan sosial (lihat Mulyana, 2001: 20-21).

Sebagai suatu metode penelitian, fenomenologi, menurut Polkinghorne (Creswell,1998:


51-52) adalah:

“a phenomenological study describes the meaning of the lived experiences for several
individuals about a concept or the phenomenon. Phenomenologist explore the structure of
cosciousness in human experiences“.

Menurut Watt dan Berg (1995:417), fenomenologi tidak tertarik mengkaji aspek-aspek
kausalitas dalam suatu peristiwa, tetapi berupaya memahami tentang bagaimana orang
melakukan sesuatu pengalaman beserta makna pengalaman itu bagi dirinya.

Kuswarno (2009:36), lebih lanjut menggambarkan sifat dasar penelitian kualitatif, yang
relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi dan membedakannya dari penelitian
kuantitatif:

1. Menggali nilai-nilai dalam pengalaman kehidupan manusia.


2. Fokus penelitian adalah pada keseluruhannya, bukan pada per bagian yang membentuk
keseluruhan itu.
3. Tujuan penelitian adalah menemukan makna dan hakikat dari pengalaman, bukan sekedar
mencari penjelasan atau mencari ukuran-ukuran dari realitas.
4. Memperoleh gambaran kehidupan dari sudut pandang orang pertama, melalui wawancara
formal dan informal.
5. Data yang diperoleh adalah dasar bagi pengetahuan ilmiah untuk memahami perilaku
manusia.
6. Pertanyaan yang dibuat merefleksikan kepentingan, keterlibatan dan komitmen pribadi
dari peneliti.
7. Melihat pengalaman dan perilaku sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
baik itu kesatuan antara subjek dan objek, maupun antara bagian dari keseluruhan.

Fenomenologi berupaya mengungkapkan dan memahami realitas penelitian berdasarkan


perspektif subjek penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor (1975:2):

“The fenomenologist is concerned with understanding human behavior from the actor’s own
frame of reference”

13
Hal ini menuntut bersatunya subyek peneliti dengan subyek pendukung obyek penelitian.
Keterlibatan subyek peneliti di lapangan menghayatinya menjadi salah satu ciri utama penelitian
dengan pendekatan fenomenologi.

E. Karakteristik Penelitian Fenemenologi

Berikut karakteristik dari penelitian fenomenologis, diantaranya:

1. Tidak berasumsi mengetahui apa makna sesuatu bagi manusia yang akan diteliti, mereka
mempelajari sesuatu itu (Douglas, 1976).
2. Memulai penelitian dengan keheningan/diam untuk menangka makna yang sesungguhnya
dari apa yang diteliti (Psathas,1973).
3. Menekankan aspek-aspek subjektif dari tingkahlaku manusia, peneliti mencoba masuk di
dalam dunia konseptual subjek agar mengerti bagaimana dan apa makna yang mereka
konstruk di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari mereka (Gerrtz, 1973).
4. Ahli fenomenologi memercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang
dapat digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman manusia,melalui interaksi
seseorangdengan orang lain danini merupakan makna pengalaman realitas (Greene,
1978).
5. Semua cabang penelitian kualitatifmeyakini bahwa untuk memahami subjek adalah
dengan melihatnya dari sudut pandang mereka sendiri. Walaupun demikian,
fenomenologi tidak seradikal itu (Blumer, 1980) (Dalam Bogdan dan Biklen, 1982).

F. Langkah-langkah Penelitian Fenemenologi

Desain penelitian fenomenologi juga sama dengan penelitin kualitatif yang lain yang tidaklah
sekaku penelitian kuantitatif. Desain lebih fleksibel dan mungkin juga berubah pada waktu
dilapangan seandainya ditemukan hal-hal baru dan prinsipiel. Berikut langkah-langkah yang
perlu mendapatkan perhatian menurut yusuf, (2014) sebagai berikut:

1. Temukan fenomena penelitian yang wajar diteliti melalui penelitian kualitatif.


2. Analisis fenomena tersebut apakah cocok diungkap melalui fenomenologi. Apakah
fenomena tersebut berkaitan dengan interaksi manusia., baik sebagai individu maupun
kelompok yang mengunakan alat, tanda, atau simbol dalam berkomunikasi? Andai
jawabannya ya dan tujuan penelitian adalah untuk memerikan dan menggambarkan
interksi tersebut, maka fenomenologi wajar digunakan.
3. Tentukan subjek yang diteliti dan konteks yang sesungguhnya
4. Pengumpulan data kelapangan
5. Pembuatan catatan, termasuk foto

14
6. Analisis data
7. Penulisan laporan

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode kualitatif merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang mendalam. Oleh
karenanya, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian dapat menghasilkan kajian atas suatu
fenomena yang lebih komprehensif. Penelitian kualitatif yang memperhatikan humanisme atau
individu manusia dan perilaku manusia merupakan jawaban atas kesadaran bahwa semua akibat
dari perbuatan manusia terpengaruh pada aspek-aspek internal individu. Aspek internal tersebut
seperti kepercayaan, pandangan politik, dan latar belakang sosial dari individu yang
bersangkutan. Beberapa pendekatan penelitian dalam kualitatif adalah studi kasus, grounded
teori, etnografi, dan analisis wacana dan fenomenologi. Selanjutnya, masing-masing pendekatan
metode penelitian kualitatif memiliki keunggulan masing-masing. Oleh karena itu, pemilihan
metode penelitian juga tergantung pada fenomena yang ingin diteliti.

3.2 Saran
Peneliti harus mampu menentukan pendekatan yang akan digunakan (pendekatan
idealnya bersifat tetap, teknik yang bersifat situasional atau fleksibel). Oleh karena itu makalah
ini tidak luput dari kesalahan dan kesempurnaan disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki, kami dengan rendah hati menerima kritik dan saran dari
pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si. (2017). Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif Konsep
Dan Prosedurnya. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Reyvan Maulid. (2022). Metode Teknik Analisis Data Kualitatif Pada Grounded Theory

FTK Ar-Raniry. (2015). Metodologi penelitian kualitatif dan Grounded Theory

Humas. (2018). Grounded Theory

Rizal Mawardi. (2019). Penelitian Kualitatif Pendekatan Etnografi. Perbanas Institute

Sunaryanto Sunaryanto. (2021). Etnografi Dalam Penelitian Kualitatif Konsep Dan Desainnya.
Stiddi Al-Hikmah Jakarta

Humas. (2018). Penelitian Fenomenologi. Penalaran-unm.org

Dr. Farid Hamid, M.Si. (2019). Pendekatan Fenomenologi

17

Anda mungkin juga menyukai