Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“METODE STUDI KASUS DAN METODE STUDI SEJARAH”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Metodologi Ilmu Pemerintahan

Dosen Pembimbing
Dr. Sri Maulidah, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:
DIKKY JUNISTIO (207310041)

PRODI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS FISIPOL


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kita ucapkan atas kehadiran Allah, yang selalu mencurahkan
rahmat dan karunia Nya kepada kita dan terutama kepada penulis makalah ini, karena berkat
rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Metode Studi
Kasus Dan Metode Studi Sejarah” dalam mata kuliah ” Metodologi Ilmu Pemerintahan”.

Selanjutnya shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW,
karena berkat beliau-lah kita dapat mengecap manisnya ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan pada saat sekarang ini. Seterusnya ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen
pembimbing kita yang telah mempercayai kami untuk menyelesaikan makalah ini, dan kepada
kawan-kawan yang telah ikut berpartisipasi dengan kami secara baik dan efektif..

Penulis menyadari bahwa setiap karya dan usaha yang telah dilakukan terhadap mata
kuliah ini tentu masih banyak mengandung kekurangan dan kedangkalan, oleh karena itu, saran,
kritik, komentar, dan tegur sapa yang membangun senantiasa diharapkan sebagai umpan balik
yang positif demi kebaikan dimasa mendatang.

Riau, 25 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PEMBAHASAN..............................................................................................................................1

2.1 Definisi Metode Studi Kasus Dan Studi Sejarah..............................................................1

2.1.1 Definisi Studi Kasus......................................................................................................1

2.1.2 Definisi Studi Sejarah....................................................................................................2

2.2 Tipe Studi Kasus...............................................................................................................3

2.3 Sumber Bukti Pendukung Penelitian Studi Kasus............................................................5

2.4 Langkah-Langkah Studi Kasus Dalam Metodologi Ilmu Pemerintahan........................10

2.5 Gejala Dan Peristiwa Pemerintahan Yang Dilihat Dari Perubahan Evolutif, Evolutive
Yang Dipercepat, Dan Perubahan Revolutif..............................................................................12

BAB II...........................................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................................13

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................13

3.2. Saran................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
BAB I
PEMBAHASAN

1. Definisi Metode Studi Kasus Dan Studi Sejarah

1. Definisi Studi Kasus


Studi kasus secara sederhana diartikan sebagai proses penyelidikan atau
pemeriksaan secara mendalam, terperinci, dan detail pada suatu peristiwa tertentu atau
khusus yang terjadi. Studi kasus dapat diperoleh dari metode-metode penelitian formal.
Banyak disiplin ilmu yang menggunakan studi kasus dalam proses penelitiannya, baik itu
ilmu sosial maupun ilmu eksakta. Kata kasus yang terdapat di dalam studi kasus bisa
merujuk pada individu, kelompok, peristiwa, fenomena, perilaku dan banyak lainnya.
Makna yang dirujuk oleh kata kasus, dapat berbeda pada setiap penelitian atau topik. Hal
ini tergantung dari si peneliti memaknainya dalam penelitian yang ia lakukan.

Pengertian Studi Kasus Menurut Para Ahli

1. Robert K. Yin
Yin mendefinisikan studi kasus sebagai proses pencarian pengetahuan untuk
menyelidiki dan memeriksa fenomena yang terjadi di dalam kehidupan nyata. Ia
menjelaskan bahwa studi kasus dapat digunakan ketika fenomena dan kehidupan
nyata memiliki batas yang samar atau kabur.
Selain batas yang samar, studi kasus juga harus memiliki berbagai sumber untuk
dijadikan alat pencarian bukti dan informasi. Jika syarat tersebut tidak terpenuhi maka
penelitian tersebut tidak dapat menggunakan studi kasus.
2. Polit dan Hungler
Studi kasus menurut Polit dan Hungler, adalah fokus untuk menentukan dinamika
terkait pertanyaan mengapa individu berpikir dan bertindak, serta mengembangkan
dirinya. Mereka menilai bahwa fokus tersebut merupakan sesuatu yang penting.
3. Susilo Rahardjo dan Gudnanto
Sedangkan menurut Susilo Rahardjo dan Gudnanto, studi kasus merupakan metode
untuk mengetahui dan memahami seseorang dengan menggunakan praktek inklusif

1
dan menyeluruh atau komprehensif. . Dalam prakteknya, peneliti akan
mengumpulkan individu yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Selanjutnya,
peneliti akan melakukan penggalian informasi pada subjek agar dapat memperoleh
pemahaman lebih dalam lagi. Jika sudah didapatkan, pemahaman dan informasi
tersebut dapat digunakan oleh subjek sendiri ketika melakukan penyelesaian terhadap
masalah yang dihadapi. Sehingga subjek dapat berkembang lagi setelah dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut.
4. Bimo Walgito
Sedangkan menurut Bimo Walgito, studi kasus adalah metode yang ditujukan untuk
menyelidiki dan mempelajari peristiwa dan fenomena terkait individu merupakan
pengertian dari studi kasus. Individu yang dijadikan objek penelitian tersebut
nantinya akan diselidiki lebih lanjut.
Hasil penyelidikan bisa berbentuk beberapa laporan, salah satunya seperti biografi
atau riwayat hidup. Menurut Bimo Walgito, dalam melakukan studi kasus,
dibutuhkan banyak informasi dan akurasi data agar diperoleh hasil data yang sesuai,
mendalam dan akurat.
5. Winston M. Tellis
Studi kasus didefinisikan oleh Tellis sebagai metode penelitian yang memiliki unit
analisis yang lebih mengacu pada tindakan individu atau lembaga dibandingkan
dengan diri individu maupun lembaga itu sendiri. Dapat dikatakan studi kasus lebih
berfokus pada tindakan atau perilaku yang dihasilkan. Sehingga menghindari bias
atas penilaian diri pada individu atau lembaga tertentu yang menjadi subjek
penelitian. Selain itu, unit analisis dapat berbeda dan bervariasi pada setiap individu
dan lembaga.

2. Definisi Studi Sejarah


Metode penelitian sejarah dapat diartikan sebagai metode atau cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan

2
permasalahannya. Metode sejarah dapat digunakan sebagai metode penelitian yang pada
prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan atau 5W dan 1H, yaitu:
 What : apa (peristiwa apa) yang terjadi?
 When : kapan terjadinya?
 Where : di mana terjadinya?
 Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
 Why : mengapa peristiwa itu terjadi?
 How : bagaimana proses terjadinya peristiwa tersebut?

2. Tipe Studi Kasus


Studi kasus (Case Study) dibagi kedalam enam tipologi. Keenam tipologi ini
merupakan single case studies (studi kasus tunggal).

a) Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus
jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah
organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi
macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat
dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam merinci secara sistematik
perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan
ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diperlukan, agaknya studi
pendahuluan sangat penting dalam studi kasus tipe pertama ini.
b) Kedua, studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan disini adalah kemampuan
seorang peneliti menggunakan teknik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan
teknik observasi partisipan diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris
yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan
individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
c) Ketiga, studi kasus life history. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan
rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-
liku yang mengharu biru kehidupan. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang
orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks
kehidupan masyarakat. Misalnya, tentang kehadirannya memberi makna tersendiri

3
sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi
kasus life history dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan
serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber
utama.
d) Keempat, studi kasus komunitas social atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang
berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti
seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dadri lingkungan sosial
sekitarnya di dalam komunitas dimana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan
tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial
atau kemasyarakatan.
e) Kelima, studi kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu
menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-
letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial
tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai berbagai isu
berseliweran tak karuan seperti akan adanya kerusuhan, penjarahan massal dan
sebagainya, telah membuat orang-orang keturunan Cina diberbagai kota besar ramai-
ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap aman, bahkan tidak sedikit yang keluar
negeri.
f) Keenam, studi kasus mikroetnografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah
unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas
atau organisasi atau bahkan seorang individu.

Mengenai analisanya, setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan


wawancara, data berdasarkan pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang
lain mengenai kasus tersebut. Khusus mengenai individu, datanya dapat mencakup catatan
klinis, data statistik mengenai orang yang bersangkutan, informasi mengenai latar
belakangnya, profil riwayat hidupnya, dan catatan hariannya. Akan tetapi semua informasi
itu harus disunting, sementara bagian-bagian yang relevan dipadukan baik secara
kronologis ataupun secara tematik, sehingga siap dianalisis. Sering pula peneliti langsung
menggunakan data mentah yang masih tercecer itu untuk menuliskannya langsung dalam
laporan penelitian.

4
Pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum
terhadap situasi-situasi spesifik atau contoh-contoh, yang disebut kasus-kasus. Contoh-
contoh dikemukakan berdasarkan isu-isu penting, sering diwujudkan dalam pertanyaan-
pertanyaan. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, analisis studi kasus menunjukkan
kombinasi pandangan, pengetahuan, dan kreativitas dalam mengidentifikasi dan membahas
isu-isu relevan dalam kasus yang dianalisisnya, dalam menganalisis itu-isu ini dari sudut
pandang teori dan riset yang relevan, dan dalam merancang strategi yang realistik dan
layak untuk mengatasi situasi problematik yang teridentifikasi dalam kasus. Salah satu
studi kasus yang lazim adalah mengenai individu yang datanya diperoleh melalui metode
sejarah hidup yang dilengkapi dengan data yang diperoleh melalui metode lain. Dua contoh
terbaik adalah studi tentang Stanley dalam The Jack Roller dan studi yang dilakukan
Lofland mengenai sekte agama di California

Studi kasus biasanya memiliki tujuan ganda. Disatu pihak, studi kasus berusaha
memahami kelompok yang ditelaah: siapa anggota-anggotanya? Apakah corak-corak
kegiatan dan interaksi mereka yang stabil dan berulang? Bagaimana mereka berhubungan
satu sama lainnya dan bagaimana kelompok itu berhubungan dengan dunia di luar mereka?
Pada saat yang sama, studi kasus juga berusaha mengembangkan pernyataan-pernyataan
umum mengenai regularitas dalam struktur dan proses sosial.

Oleh karena bertujuan memahami semua perilaku kelompok, studi kasus tidak
dapat dirancang untuk semata-mata menguji proposisi-proposisi umum. Kontras dengan
eksperimen laboratorium, yang dirancang untuk menguji satu atau beberapa proposisi yang
berkaitan secermat dan setepat mungkin, studi kasus harus disiapkan untuk menangani
berbagai problem deskriptif dan teoritis. Berbagai fenomena yang diungkapkan oleh
pengamatan peneliti harus dituangkan ke dalam paparan kelompok dan secara teoritis
dikaitkan.

3. Sumber Bukti Pendukung Penelitian Studi Kasus


1) Dokumentasi

5
Informasi dokumenter tentunya relevan untuk setiap topik studi kasus. Tipe
informasi ini bisa menggunakan berbagai bentuk dan hendakmnya menjadi objek
rencana-rencana pengumpulan data yang eksplisit. Sebagai contoh, pertimbangkan
jenis dokumen berikut:
 Surat, memorandum, dan pengumuman resmi;
 Agenda, kesimpulan-kesimpulan pertemuan, dan laporan-laporan peristiwa tertulis
lainnya;
 Dokumen-dokumen administratif – proposal, laporan kemajuan, dan dokumen-
dokumen intern lainnya;
 Penelitian-penelitian atau evaluasi-evaluasi resmi pada situs yang sama; dan
 Kliping-kliping baru dan artikel-artikel yang muncul dimedia massa.

Manfaat dari tipe-tipe dokumen ini dan yang lain tidaklah selalu disandarkan
pada keakuratan atau kekurang biasannya. Memang dokumen perlu digunakan secara
hati-hati dan tidak asal diterima sebagaimana adanya dari tempat asalnya.

Untuk studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah


mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Pertama, dokumen
membantu memverifikasi ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-
organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah
rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga,
inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen. Karena nilainya secara keseluruhan,
dokumen memainkan peran yang sangat penting dalam pengumpulan data studi kasus.
Penelusuran yang sistematis terhadap dokumen yang relevan karenanya penting sekali
bagi rencana pengumpulan data.

Banyak yang kritis terhadap ketergantungan studi kasus kepada dokumen. Hal
ini karena peneliti studi kasus salah anggapan terhadap jenis dokumen tertentu seolah-
olah dokumen tersebut pasti berisi kebenaran yang tak dapat diragukan. Dalam
kenyataannya, masih perlu dilakukan tinjauan terhadap dokumen yang ada guna
memahami bahwa dokumen itu ditulis untuk beberapa tujuan dan audiens yang
spesifik. Dengan kata lain, peneliti studi kasus merupakan pengamat untuk kepentingan
orang lain, dan bukti dokumenternya mencerminkan suatu komunikasi antar kelompok

6
yang berupaya mencapai beberapa tujuan. Dengan mencoba secara tekun
mengidentifikasi kondisi ini, peneliti akan terhindar dari kesalahan arah oleh bukti
documenter dan akan lebih kritis dalam menginterpretasi kandungan bukti semacam
itu.

2) Rekaman Arsip
Pada banyak studi kasus, rekaman arsip bisa merupakan hal yang relevan. Ini
meliputi:
 Rekaman layanan dalam suatu periode waktu tertentu
 Rekaman keorganisasian pada suatu periode waktu tertentu
 Peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat
 Daftar nama dan komoditi lain yang relevan
 Data survey
 Rekaman-rekaman pribadi
3) Wawancara
Merupakan sumber informasi yang esensial bagi studi kasus. Wawancara bisa
mengambil beberapa bentuk. Yang paling umum, wawancara studi kasus bertipe open
minded, dimana peneliti dapat bertanya kepada responden kunci tentang fakta-fakta
suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai perisitiwa yang ada. Pada beberapa
situasi, peneliti bahkan bisa meminta mengetengahkan pendapatnya sendiri terhadap
peristiwa tertentu dan bisa menggunakan proporsi tersebut sebagai dasar penelitian
selanjutnya. Tentu saja, peneliti perlu berhati-hati dari ketergantungan yang berlebihan
kepada seorang informan kunci, terutama karena kemungkinan adanya pengaruh
hubungan antar pribadi. Suatu cara yang rasional untuk mengatasinya adalah
mengendalikan sumber-sumber bukti lain untuk mendukung keterangan informan-
informan tersebut dan menelusuri bukti yang bertentangan sehati-hati mungkin.
Tipe wawancara yang kedua adalah wawancara yang fokus, dimana responden
diwawancarai dalam waktu yang pendek. Dalam kasus semacam ini, wawancara
tersebut bisa tetap open minded dan mengasumsikan cara percakapan namun
pewawancara tak perlu mengikuti serangkaian pertanyaan tertentu yang diturunkan dari
protokol studi kasusnya. Dalam situasi ini, pertanyaan spesifik harus disusun dengan

7
hati-hati agar peneliti terlihat tampak aneh terhadap topik tersebut dan mungkin
responden memberikan komentar yang segar tentang hal yang bersangkutan.
Tipe wawancara yang ketiga memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih
terstruktur, sejalan dengan survei. Survei semacam itu dapat didesain sebagai bagian
dari studi kasus. Tipe survei ini akan meliputi prosedur sampling maupun instrument
seperti yang digunakan dalam survei umumnya, dan selanjutnya akan dianalisis dengan
cara yang sama. Perbadaannya terletak pada peran survei dalam kaitannya dengan
sumber-sumber bukti yang lain.
Secara keseluruhan, wawancara merupakan bukti yang esensial bagi studi kasus,
karena umumnya berkenaan dengan urusan kemanusiaan, ini harus dilaporkan dan
diinterpretasikan melalui penglihatan pihak yang diwawancarai, dan para responden
yang mempunyai informasi dapat memberikan keteranga penting dengan baik dalam
situasi yang berkaitan.para responden juga dapat member bagian-bagian bukti bagi
sejarah situasi yang bersangkutan,agar peneliti memiliki kesiapan untuk
mengidentifikasi sumber bukti relevan lainnya. Namun, wawancara tersebut harus
selalu dipandang hanya sebagai verbal. Laporan tersebut cenderung mencakup
masalah-masalah yang bias, ingatan yang lemah dan artikulasi yang tidak akurat.
4) Observasi Langsung
Dengan membuat kunjungan lapangan terhadap situs studi kasus, peneliti
menciptakan kesempatan untuk observasi langsung. Dengan asumsi bahwa fenomena
yang diamati tidak asli historis, beberapa pelaku atau kondisi lingkungan sosial yang
relevan akan tersedia untuk observasi. Observasi semacam itu berperan sebagai sumber
bukti lain bagi suatu studi kasus.
Observasi tersebut mulai dari pengumpulan data yang formal hingga yang kausal.
Yang paling formal, protokol observasi dapat dikembangkan sebagai bagian protokol
studi kasus, dan peneliti yang bersangkutan bisa diminta untuk mengukur peristiwa tipe
prilaku tertentu dalam periode waktu tertentu di lapangan. Yang kurang formal,
observasi langsung bisa dilakukan selama melangsungkan kunjungan lapangan
termasuk kesempatan-kesempatan selama pengumpulan bukti lain seperti pada
wawancara.Bukti observasi seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi
tambahan tentang topik yang akan deteliti. Untuk meningkatkan reliabilitas bukti

8
observasi, prosedur umum ialah memiliki lebih dari satu pengamat dalam membuat
jenis observasi formal dan kausal. Karenanya, jika sumber yang ada memungkinkan,
penyelidikan suatu studi kasus hendaknya memungkinkan penggunaan multipengamat.
5) Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah bentuk observasi khusus dimana peneliti tidak hanya
menjadi pengamat yang pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi
tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang akan diteliti.
Observasi disamping memberikan peluang tertentu yang tidak seperti biasanya
guna pengumpulan data kasus, juga mengandung persoalan-persoalan besar. Peluang
yang paling berbeda berkenaan dengan kemampuan peneliti untuk mendapatkan akses
terhadapperistiwa-peristiwa atau kelompok-kelompok yang tidak mungkin bisa sampai
pada penelitian ilmiah. Dengan kata lain , untuk beberapa topik barangkali tak ada cara
lain untuk mengumpulkan data tanpa melalui observasi partisipan. Peluang berbeda
lainnya adalah kemampuan untuk menyadari realitas dari sudut pandang orang dalam
ketimbang orang luar pada studi kasus tersebut.banyak pihak berargumen persepektif
semacam itu berharga untuk menghasilka gambaran yang akurat dari suatu fenomena
studi kasus. Selanjutnya peluang-peluang lain muncul dikarenakan kemampuan peneliti
untuk memanipulasi peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi. Hanya melalui observasi
partisipan manipulasi semacam itu bisa terjadi seperti penggunaan dokumen, rekaman
arsip, dan wawancara yang kesemuanya mengasumsikan peneliti sebagai pihak yang
pasif. Manipulasi tersebut tak akan persis manipulasi dalam eksperimen, tetapi bisa
menghasilkan banyak jenis situasi untuk tujuan pengumpulan data.
Persoalan-persolaan pokok yang berkaitan dengan observasi partisipan harus
menghadapi bias potensial yang dihasilkannya. Pertama, peneliti memiliki kemampuan
yang kurang untuk bekerja sebagai pengamat luar dan mungkin pada suatu saat harus
mengasumsikan porsi-porsi atau peran-peran pembelaan yang bertentangan dengan
minat-minat terhadap praktik-praktik ilmiah yang baik. Kedua, pengamat partisipan
cenderung mengikuti suatu fenomena yang telah diketahui umum dan menjadi
pendukung kelompok atau organisasi yang akan diteliti, jika dukungan semacam itu
belum ada. Ketiga, peran partisipan mungkin membutuhkan terlalu banyak perhatian
terhadap peran pengamat. Karena itu pengamat partisipan bisa jadi tak punya banyak

9
waktu yang cukup untuk membuat catatan atau mengajukan pertanyaan tentang
peristiwa dari perspektif yang berbeda, sebagaimana layaknya pengamat yang baik.
Kesesuaian antara peluang dan persoalan tersebut harus dipikirkan secara serius
dalam menyelenggarakan penelitian observasi partisipan. Pada beberapa keadaan
pendekatan bukti studi kasus ini mungkin benar, namun pada keadaan yang lain
kredibilitas keseluruhan proyek studi kasus bisa terancam.
6) Perangkat fisik
Perangkat fisik atau kultural yaitu peralatan tknologi, alat atau instrument,
pekerjaan seni, atau beberapa bukti fisik lainnya. Perangkat itu bisa dikumpulkan atau
diobservasi sebagai bagian dari kunjungan lapangan dan telah digunakan secara luas
dalam penelitian antropologi.
Perangkat fisik mempunyai relevansi kurang potensial dalam studi kasus. Namun,
bila relevan perangkat tersebut bisa menjadi komponen penting dalam keseluruhan
kasus bersangkutan.

4. Langkah-Langkah Studi Kasus Dalam Metodologi Ilmu Pemerintahan


a) Mengenali Gejala.
Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah mengamati adanya suatu gejala,
gejala itu mungkin ditemukan atau diperoleh dengan beberapa cara yaitu :
b) Mendiskripsikan Kasus
Setelah gejala itu dipahami oleh Konselor sekolah, kemudian dibuatkan deskripsi
kasusnya secara objektif, sederhana, tetapi cukup jelas.
c) Menentukan Bidang-Bidang Bimbingan
Setelah deskripsinya dibuat, yang dipelajari lebih lanjut adalah aspek ataupun
bidang-bidang masalah yang mungkin dapat ditemukan dalam deskripsi itu. Kemudian
ditentukan jenis masalahnya, apakah menyangkut masalah pribadi, sosial, belajar,
karier, kehidupan berkarya atau kehidupan beragama.
d) Membuat Perincian Kasus
Jenis masalah yang sudah dikelompokkkan itu dijabarkan dengan cara
mengembangkan ide-ide atau konsep-konsep menjadi lebih rinci, agar lebih mudah

10
memahami permasalahannya secara cermat. Adanya jabaran masalah yang lebih
terrinci itu dapat membantu Konselor sekolah untuk membuat perkiraan kemungkinan
sumber penyebab masalah itu muncul.
e) Memperkirakan sebab
Perkiraan kemungkinan sumber penyebab, akan membantu kita menjelajahi jenis
informasi yang dikumpulkan, sumber informasi yang perlu dikumpulkan, dan teknik
atau alat yang digunakan dalam pengumpulan informasi atau data. Langkah
pengumpulan data itu terutama melihat jenis informasi atau data yang diperlukan
seperti kemampuan akademik, sikap atau kepribadian, bakat, minat. Data ini bisa
didapat melalui teknik tes maupun nontes, Selanjutnya dibuat perkiraan kemungkinan
akibat yang timbul apabila kasus itu tidak ditangani dan jenis bantuan yang dapat
diberikan merupakan langkah penting, agar kita dapat menjajaki kemungkinan
memberikan bantuan. Apakah bantuan langsung ditangani oleh Konselor sekolah atau
perlu konferensi kasus ataupun alih tangan kasus.
f) Memberikan Bantuan
Dengan berakhirnya pengumpulan data maka langkah yang selanjutnya akan
diambil oleh peneliti adalah melakukan kegiatan konseling atau pemberian bantuan
(terapi). Dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan jenis
masalah.

g) Kegiatan Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Hal ini dimaksudkan untuk menilai seberapa jauh keefektifan penerapan teori
konseling dalam mengatasi kasus yang dialami oleh Peserta Didik atau konseli.
h) Tindak Lanjut/ Follow Up
Langkah follow-up atau tindak lanjut adalah langkah yang akan diambil, apabila
dalam penanganan kasus masih belum tercapai hasil yang maksimal dan belum
mengalami perubahan yang berarti. Langkah ini dilakukan apabila peneliti dan
konselor tidak mampu menangani masalahnya atau permasalahan Peserta Didik
memiliki rentetan dan komplikasi dengan masalah yang lainnya. Terhadap kasus yang

11
telah dicapai adanya perubahan yang signifikan, maka ada upaya untuk terus
mempoertahankan hasil tersebut, yang selanjutnya perlu untuk ditingkatkan pencapaian
hasilnya yang lebih baik. Pada kasus yang tidak mampu atau diluar kewenangan
Konselor sekolah, maka diadakan konferensi kasus atau alih tangan kasus kepada
tenaga- tenaga ahli yang kompeten terhadap kasus Peserta Didik atau konseli.

5. Gejala Dan Peristiwa Pemerintahan Yang Dilihat Dari Perubahan Evolutif,


Evolutive Yang Dipercepat, Dan Perubahan Revolutif
Gejala pemerintahan menurut metode sejarah perubahan evolutif perubahan yang
berjalan secara ilmiah dan bebas tanpa sebuah skenario dan aktor pengubah yang sangat
berperan aktif melakukan perubahan contoh suku Baduy Suku Anak Dalam di Jambi
perubahan evolutif yang dipercepat adalah sebuah proses perubahan dengan sebuah
skenario dan dengan kecepatan perubahan terukur tetapi tidak sampai merombak total
dasarnya contoh reformasi di Indonesia 3 perubahan revolusi adalah perubahan yang
dilakukan secara mendasar menyeluruh dan kecepatan tinggi dalam kurung revolusi Kaum
Buruh di Uni Soviet revolusi kebudayaan Cina

12
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Studi kasus secara sederhana diartikan sebagai proses penyelidikan atau pemeriksaan
secara mendalam, terperinci, dan detail pada suatu peristiwa tertentu atau khusus yang
terjadi. Studi kasus dapat diperoleh dari metode-metode penelitian formal. Banyak disiplin
ilmu yang menggunakan studi kasus dalam proses penelitiannya, baik itu ilmu sosial maupun
ilmu eksakta Metode penelitian sejarah dapat diartikan sebagai metode atau cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan
permasalahannya.

Gejala pemerintahan menurut metode sejarah perubahan evolutif perubahan yang


berjalan secara ilmiah dan bebas tanpa sebuah skenario dan aktor pengubah yang sangat
berperan aktif melakukan perubahan contoh suku Baduy Suku Anak Dalam di Jambi
perubahan evolutif yang dipercepat adalah sebuah proses perubahan dengan sebuah
skenario dan dengan kecepatan perubahan terukur tetapi tidak sampai merombak total
dasarnya contoh reformasi di Indonesia 3 perubahan revolusi adalah perubahan yang
dilakukan secara mendasar menyeluruh dan kecepatan tinggi dalam kurung revolusi Kaum
Buruh di Uni Soviet revolusi kebudayaan Cina

3.2. Saran
Sebagai saran penyusun sangat mengharapkan dengan disusun nya makalah ini dapat
menambah wawasan bagi penyusun terkhususnya bagi pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://www.duniadosen.com/penelitian-studi-kasus/

https://penerbitbukudeepublish.com/pengertian-studi-kasus/

https://id.sawakinome.com/articles/education/difference-between-case-study-and-case-history-
2.html

https://www.researchgate.net/publication/335227300_PEMBAHASAN_STUDI_KASUS_SEBA
GAI_BAGIAN_METODOLOGI_PENELITIAN

14

Anda mungkin juga menyukai