Anda di halaman 1dari 28

TUGAS ADMINISTRASI NEGARA

BAB VIII
BIROKRASI PEMERINTAHAN

OLEH :
VIVI ERIYANTI
(19041010034)
ADMINISTRASI NEGARA (A)
UPN VETERAN JAWA TIMUR
A. Sejarah Munculnya Konsep Birokrasi

Konsep birokrasi dimunculkan oleh M. de Gourney, melalui surat


yang ditulis pada tanggal 1 Juli 1764 oleh Baran de Grim, yang merujuk pada
gagasan Gourney yang mengeluh tentang pemerintahan yang melayani dirinya
sendiri. De Gourney menyebutkan kecenderungan itu sebagai penyakit yang
disebutnya bureaumania.

Sejak kemunculan gagasan de Gourney, istilah birokrasi diadopsi


secara luas dalam kamus politik Eropa selama abad 18. Istilah birokrasi
dibeberapa negara memang berbeda. Istilah birokrasi dalam bahasa Prancis
dan Jerman memiliki makna yang sama.

Derivasi dari istilah birokrasi juga mengalami perkembangan secara


luarbiasa selepas periode de Gourney. Kemudian muncullah istilah birokrat,
birokratis, birokratisme, dan birokratisasi. Dalam kamus Prancis (1798),
mendefinisikan birokrasi sebagai kekuasaan, pengaruh dari pemimpin, dan
staf biro pemerintahan. Dalam kamus bahasa Jerman (1813) birokrasi
didefinisikan sebagai kewenangan atau kekuasaan, tempat aneka departemen
pemerintahan dan cabang merebutnya dari warga negara mereka sendiri.

Namun, penggunaan awal sekaligus penyebarluasan istilah birokrasi


justru dilakukan oleh seorang novelis, Balsac, salah satu seorang yang
bertanggung jawab dan konsisten dalam penyebaran istilah ini melalui
bukunya, Les Employes. Kemudian diadopsi sebagai konsep yang lebih serius
oleh Frederic Le Play (1864).

Birokratisme dielaborasi secara terperinci oleh Josef Oldszenki,


seorang pembela Polandia. Hingga 1896, birokrasi dalam kamus politik
Prancis disebutkan berasal dari Jerman dan dipopulerkan oleh Balzac.
Konsep birokrasi meluas ke Inggris dengan terjemahan bahasa Jerman
melalui surat yang diterjemahkan ke bahasa Inggris.

B. Pengertian Birokrasi

Birokrasi banyak disalah artikan oleh masyarakat. Untuk


mengeliminasi pemikiran yang salah, beberapa pengertian para ahli dapat
membantu kita untuk berfikir dengan baik. Berikut adalah beberapa
pengertian dari para ahli mengenai birokrasi, antara lain :

1. Dalam bahasa Inggris (bureaucrazy), berasal dari kata bureau (meja)


dan cratein (kekuasaan), artinya kekuasaan berada pada orang-orang
yang berada dibelakang meja.

2. Menurut Bintoro Tjokroamidjojo, birokrasi dimaksudkan untuk


mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan
oleh banyak orang. Dengan demikian, tujuan dari adanya birokrasi
adalah agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan
terorganisasi.

3. Blau dan Page mengemukakan birokrasi sebagai tipe dari suatu


organisasi yang dimaksdkan untuk mencapai tugas-tugas administrasi
yang besar dengan cara mengoordinasikan secara teratur pekerjaan
dari banyak orang. Jadi, birokrasi justru untuk melaksanakan prinsip-
prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
administratif.

4. Ismani (mengutip pendapat Mouzelis) mengemukakan bahwa dalam


birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan
proses berdasarkan pengetahuan teknis yang efisien.

5. Bintoro Tjokroamidjojo (mengutip pendapat Fritz M. Marx)


mengemukakan bahwa birokrasi adalah tipe organisasi yang
dipergunkaan pemerintahan modern untuk pelaksanaan berbagai tugas
yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalma sistem administrasi yang
khususnya oleh aparatur pemerintahan.

6. Dwijowijoto (mengutip Blau dan Meyer) menjelaskan bahwa birokrasi


adalah suatu lembaga yang sangat kuat dengan kemampuan untuk
meningkatkan kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-hal baik dan
buruk .

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat dirumuskan bahwa birokrasi adalah
suatu prosedur yang efektif dan efisien, yang didasari oleh teori dan aturan yang
berlaku serta memiliki spesialisasi sesuai tujuan yang telah disepakati dalam sebuah
organisasi,istansi, ataupun lembaga.

C. Karakteristik Birokrasi

Birokrasi dimaksudkan sebagai kekuasaan yang dipegang oleh orang-


orang yang berada dibelakang meja karena segala sesuatunya diatur secara
formal dan lagl oleh para birokrat. Pelaksanaan kekuasaan diharapkan dapat
dipertanggungjawabkan dengan jelas.

Sebagaimana dijelaskan oleh Blau dan Page, birokrasi dimkasukan


untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi yang besar, hal ini dapat berlaku
hanya pada organisasi besar seperti organisasi pemerintahan. Dikarenakan
pada organisasi pemerintahan segala sesuatunya diatur secara formal,
sedangkan pada organisasi kecil hanya diperlukan hubungan informal.

Fungsi staf administrasi harus memiliki cara-cara yang spesifik agar


lebih efektif dan efisien, sebagaimana dirumuskan sebagai berikut (Syafiie,
2004 : 90) :

1. Kerja yang ketat pada peraturan


2. Tugas yang khusus

3. Kaku dan sederhana

4. Penyelenggaraan yang resmi

5. Pengaturan dari atas ke bawah yang telah ditetapkan oleh istansi

6. Berdasarkan logika

7. Tersentralistik

8. Taat dan Patuh

9. Tidak melanggar ketentuan

10. Terstruktur

11. Tanpa pandang bulu

Inilah yang menjadi prinsip dasar dan karakteristik yang ideal dari suatu birokrasi.
Karakteristik tersebut idealnya memang dimiliki oleh para birokrat agar tugas-tugas
administrasi yang besar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan
dari organisasi ini dapat tercapai sesuai yang direncenakan. Dengan demikian,
pendapat negatif masyarakat mengenai birokrasi dapat diluruskan.

D. Tipe Ideal Birokrasi

1. Prinsip Pembagian Kerja

Dengan adanya prinsip pembagian kerja yang jelas, pelaksanaan


pekerjaan dilakukan oleh tenagatenaga spesialisasi dalam setiap
jabatan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan tanggung jawab
penuh dan efektif.

2. Struktur hierarkis
Pengorganisasian jabatan-jabatan mengikuti prinsip hierarkis, yaitu
jabatan yang lebih rendah berada di bawah pengawasan atau pimpinan
dari jabatan yang lebih atas.

3. Aturan dan Prosedur

Pelaksanaan kegiatan didasarkan pada sistem peraturan yang konsisten.


Sistem standar tersebut dimaksudkan untuk menjamin adanya
keragaman pelaksanaan setiap tugas dan kegiatan tanpa melihat jumlah
orang yang terlibat di dalamnya.

4. Prinsip netral (tidak memihak)

Pejabat yang ideal dalam suatu birokrasi melaksanakan kewajiban


dalam semangat formalistic impersonality (formal nonpribadi), artinya
tanpa perasaan simpati atau tidak simpati. Dalam prinsip ini, seorang
pejabat dalam menjalankan tugas jabatannya terlepas dari pertimbangan
yang bersifat pribadi.

5. Penempatan didasarkan atas karier

Penempatan kerja di dalam organisasi birokrasi didasarkan pada


kualifikasi teknis dan dilindungi terhadap pemberhentian sewenang-
wenang.

6. Birokrasi murni

Pengalaman menunjukkan bahwa tipe birokrasi yang murni dari


organisasi administrasi dilihat dari segi teknis dapat memenuhi efisiensi
tingkat tinggi.

7. Menurut Sondang P. Siagian, paradigma birokrasi yang ideal, agar


semakin mampu menyelenggarakan fungsinya dengan tingkat efesiensi,
efektivitas, dan produktivitas yangsemakin tinggi, birokrasi
pemerintahan harus selalu berusaha agar seluruh organisasi birokrasi
dikelola berdasarkan prinsip-prinsip organisasi yang sehat.

Prinsip-prinsip tersebut, antara lain :

a. Prinsip organisasi
Sebagai paradigma di bidang kelembagaan, prinsip organisasi
penting dipahami dan diimplementasikan.

b. Prinsip kejelasan misi


Misi birokrasi diangkat dari tujuan nasional di segala bidang
kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

C. Prinsip kejelasan fungsi

Fungsi merupakan rincian misi yangharus diemban. Kejelasan


fungsi tidak terbatas pada rumusan hal-hal tertentu yang menjadi
tanggung jawab fungsional suatu instansi.

d. Prinsip kejelasan aktivitas

Yang dimaksud dengan aktivitas birokrasi adalah kegiatan yang


dilakukan dalam penyelenggaraan tugas fungsi satuan kerja dalam
birokrasi.

e. Prinsip kesatuan arah

Merupakan kenyataan bahwa jajaran birokrat terlibat dalam


berbagai aktivitas, baik yang ditujukan kepada berbagai pihak di
luar birokrasi, yaitu masyarakat luas maupun bagi kepentingan
instansi yang bersangkutan.

f. Prinsip kesatuan perintah


Salah satu wewenang yang dimiliki oleh setiap orang yang
menduduki jabatan manajerial adalah memberikan perintah kepada
bawahannya. Sebaliknya, perintah bias berupa larangan agar
bawahan tersebut tidak melakukan tindakan tertentu.

g. Prinsip desentralisasi

Prinsip yang berkaitan erat dengan pendelegasian wewenang adalah


penerapan prinsip desentralisasi. Sebagai paradigma birokrasi,
desentralisasi pada dasarnya berarti harus dicegah adanya
konsentrasi pengambilan keputusan pada satu titik tertentu. Dengan
kata lain, jangan sampai terjadi sentralisasi yang berlebihan.

h. Prinsip keseimbangan wewenang dan tanggung jawab

Jika wewenang dapat diartikan sebagai hak menyuruh atau


melarang orang lain melakukan sesuatu, tanggung jawab adalah
kewajiban untuk memikul segala konsekuensi yang mungkin timbul
karena penggunaan wewenang. Keduanya harus dimiliki secara
berimbang oleh setiap anggota, terutama para pejabat pimpinan.

E. Etika Birokrasi

Telah diuraikan bahwa etika merupakan norma-norma moral yang menjadi


pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau
kumpulan asas atau nilai moral. Menurut Dwijowijoto (2004), birokrasi dalam
praktik dijabarkan sebagai pegawai negeri sipil. Ismani (2001) mengemukakan
bahwa apabila dikaitkan dengan fungsi pemerintahan dan pembangunan,
birokrasi berkenaan dengan kelembagaan, aparat, dan sistem serta prosedur
dalam kegiatan yang dilaksanakan demi kepentingan umum dan masyarakat.
Dalam makna birokrasi demikian, menurut Yahya Muhaimin (1991), birokrasi
sebagai keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas
membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.

F. Pelaksanaan Etika Birokrasi

Berdasarkan pengertian birokrasi yang menyatakan bahwa birokrasi


merupakan organisasi-organisasi yang didirikan secara resmi dan dibentuk
untuk memaksimumkan efisiensi administrasi dalam pemerintahan dan
pembangunan yang menyangkut kelembagaan, aparat, sistem, dan prosedur
dalam melaksanakan kegiatan demi kepentingan umum atau masyarakat.
Dikaitkan dengan etika, ketentuan-ketentuan yang dibuat itu disebut kode etik.
Kode etik dapat mengimbangi segi negatif dari terbentuknya kelompok yang
memiliki kekuasaan khusus tersebut. Kode etik dapat memperkuat kepercayaan
masyarakat dan mendapat kepastian bahwa kepentingannya terjamin. Jadi,
kode etik ibarat kompas yang menunjukkan arah moral dan menjamin mutu
kelompok tersebut dalam hal ini kelompok birokrasi dalam pemerintahan di
mata masyarakat. Agar pelaksanaan kode etik berhasil dengan baik,
pelaksanaannya diawasi terus-menerus dan kode etik mengandung sanksi bagi
pelanggar kode etik. Pelanggaran kode etik akan dinilai dan ditindak oleh
“suatu dewan kehormatan” atau komisi yang dibentuk khusus untuk keperluan
itu. Etika birokrasi terus dikembangkan dalam penyelenggaraan negara dengan
dicantumkannya dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun
2005 - 2025 pada salah sata misi, yaitu “mengembangkan etika birokrasi dan
budaya kerja yang transparan, akuntabel, peka, dan tanggap terhadap
kepentingan dan aspirasi masyarakat di seluruh wilayah negara Indonesia”.

G. Pelaksanaan Birokrasi Pemerintahan Indonesia

Sejarah birokrasi di Indonesia memiliki rapor buruk,semasa orde baru


yang menjadikan birokrasi sebagai mesin politik.Ketidakpastian
waktu,ketidakpastian biaya,dan ketidakpastian siapa yang bertanggung jawab
adalah beberapa fakta empiris rusaknya layanan birokrasi. Fenomena itu terjadi
karena tradisi birokrasi yang dibentuk lebih sebagai alat penguasa untuk
menguasai masyarakat dan segala sumber dayanya.Birokrasi lebih bertindak
sebagai pangreh praja daripada pamong praja.Pada rezim orde baru,birokrasi
menjadi alat mempertahankan kekuasaan.Kemunculan RUU Administrasi
pemerintahan saat ini turut mendapat respons yang cukup agresif melalui
fraksi-fraksi di DPR yang berusaha mengakomodasikan kepentingan jabatan
politik mereka untuk menduduki jabatan birokrasi.

1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Truisme lebih bermakna bagi birokrasi karena peranan para anggota


birokrasi selaku abdi seluruh masyarakat,sekaligus sebagai abdi negara.

a) Perencanaan tenanga kerja

Perencanaan tenaga kerja pada dasarnya dimaksudkan sebagai


instrumen untuk memutuskan jumlah dan kualifikasi tenaga
yang dibutuhkan untuk kurun waktu tertentu pada masa
depan.Perencanaan tenaga kerja dilakukan berdasarkan :

1. Klasifikasi jabatan yang tersusun secara alairat.

2. Uraian pekerjaan yang terperinci dalam arti mencakup


semua jenis pekerjaan yang ada atau diperkirakan akan
timbul.

3. Analisis pekerjaan yang matang,baik dalam rangka


pelaksanaan tugas pokok maupun kegiatan penunjung.

4. “Peta” ketenagakerjaan yang menggambarkan masa


kerja para pegawai dikaitkan dengan pensiunan.
5. Perkiraan tenaga kerja yang berhenti atas permintaan
sendiri (turn over) berdasarkan kecenderungan masa
lalu.

6. Kebijaksanaan promosi yang dianut,apakah semata-


mata promosi terutama untuk jabatan pimpinan

7. Kualifikasi pengetahuan dan keterampilan berdasarkan


pendidikan formal dan pelatihan yang pernah diikuti
oleh tenaga kerja yang akan direkrut

b). Rekrutmen

Pemenuhan kebutuhan dengan tepat,dalam arti jumlah dan


kualifikasi,pada tingkat yang dominan ditentukan oleh jalur-
jalur yang digunakan dalam rekrutmen.

1. Jalur lamaran langsung

Lamaran langsung sering terjadi dalam keadaan sulit


memperoleh pekerjaan dan tingkat pengangguran tinggi.
Oleh karena itu,lamaran langsung dapat ditujukan tidak
hanya pada pekerjaan teknis operasional,tetapi juga
pekerjaan profesional,bahkan manajerial.

2. Jalur “grapevine”
Pada jalur ini tersebar informasi tentang adanya
lowongan tertentu dari orang-orang dalam. Jalur ini
sering dimanfaatkan karena dapat menekan
biaya.Penggunaan jalur ini perlu hati-hati dalam arti
bahwa kriteria dan persyaratan kualitatif harus dipegang
teguh.

3. Jalur lembaga pendidikan formal

Lembaga-lembaga pendidikan formal merupakan salah


satu sumber tenaga kerja baru yang dapat dan bisa
dimanfaatkan.

4. Jalur kantor (instansi) ketenagakerjaan

Salah satu tugas fungsional instansi adalah menyediakan


informasi tentang “bursa” ketenagakerjaan.

5. Jalur balai-balai latihan kerja

Untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja yang


terampil melaksanakan teknis dan operasional,baik
pemerintah mauoun masyarakat (pihak swasta)
menyelenggarakan berbagai balai latihan kerja.

6. Jalur organisasi konsultan

Telah dimaklumi bahwa dalam masyarakat


modern,tumbuh dan berkembangnya organisasi-
organisasi yang memiliki keahlian dan menawarkan
jasa-jasa perkonsultasian.

7. Jalur organisasi lain


Pentingnya pengetahuan dan keterampilan yang
spesialistik dan kemampuan pemerintah
kenyediakannya melalui program pendidikan dan
pelatihan.

8. Jalur organisasi profesi

Terbukanya berbagai jalur yang telah diidentifikasikan


memberikan berbagai alternatif yang dapat ditempuh
guna lebih menjamin bahwa tenaga kerja baru yang
direkrut oleh birokrasi benar-benar merupakan tenaga
yang bukan sesuai dengan kebutuhan dalam arti
kuantitatif.

c). Seleksi

Agar para calon pegawai yang melamar mematuhu semua


persyaratan yang ditetapkan,paradigma birokrasi modern
menuntut terjadinya seleksi yang ketat dan objektif.

d). Penelitian surat lamaran

Suatu catatan mengenai surat referensi yang perlu mendapat


perhatian bahwa dalam praktik manajemen sumber daya
manusia saat ini.

e). Penyelenggaraan tes


Untuk menggali berbagau informasi tambahan yang
diperlukan,dalam rangka seleksi para calon pegawai diadakan
berbagai macam tes.

f). Wawancara

Pakar manajemen sumber daya manusia menekankan bahwa


wawancara,karena penting untuk menggali informasi tambahan
perlu dilakukan dengan sangat hati-hati.

g). Ujian praktik

Penggunaan instrumen seleksi ini berarti bahwa pelamar harus


dapat membuktikan kemahiran dan keterampilannya melakukan
tugas-tugas yang kelak akan dipercaya lamarannya.

h). Penempatan sementara

Selama berstatus sebagai pegawai sementara,tenaga kerja baru


melalui suatu masa percobaan,yang diamati selama masa
percobaan itu bukan hanya pengetahuan dan
keterampilannya,melainkan perilakunya.

i) Penempatan

Penempatan seseorang pasa jabatan tertentu harus


memperhitungkan berbagai faktor,seperti karateristik
biografikal seseorang dalam arti usia,jenis kelamin, status
perkawinan, jumlah tanggungan, bakat, minat, pendidikan,
pengalaman, kemampuan fisik, kemampuan intelektual, dan
kepribadian.

j). Sistem imbalan


Imbalan yang termasuk kategori intrinsik meliputi hal-hal
seperti partisipasi dalam proses pengambilan
keputusan,kepercayaan yang diberikan dalam memikul
tanggung jawab yang lebih besar peluang untuk pertumbuhan
pribadi.

k). Perencanaan dan pembinaan (pengembangan) kariermi

Salah satu kebutuhan manusia ialah kesempatan untuk


aktualisasi diri agar potensi yang tersapat dalam dirinya sapat
dikembangkan menjadi “kekuatan” nyata.

l). Pendidikan dan pelatihan

Masyarakat harus dilayani oleh birokrasi selalu berkembang dan


bergerak dinamis,antara lain karena tingkat pendidikan warga
yang semakin tinggi.Ini berarti penyelenggaraan pendi
dikan dan pelatihan bagi seluruh jajaran birokrasi
merupakan keharusan mutlak.

m). Pemutusan hubungan kerja

Pemecatan seorang pegawai dilakukan apabila yang


bersangkutan dijatuhi hukuman yang berkekuatan tetap oleh
badan peradilan yang berwenang.

n). Pemensiunan
Setiap pegawai pada suatu saat tidak mau meninggalkan
“panggung pengabdiannya” karena mencapai usia pensiun.Di
samping itu,tidak kalah pentingnya ialah agar “perlakuan
administratif” terhadap para pensiunan dimudahkan dalam
mengurus uang pensiun,keringanan membayar pajak dan
bahkan untuk diberi kemudahan memperoleh fasilitas kredit.

o). Audit kepegawaian

Pentingnya peningkatan kemampuan (capacity building)


birokrasi sebagai salah satu soko gutu penyelenggaraan
pemerintah negara.

2. Pengembangan Sistem Kerja


Seluruh upaya dalam pengembangan sistem kerja harus bernuara pada
upaya menghilangkan pandangan negatif tentang sistem kerja yang berlaku
dalam birokrasi.Pengembangan sistem kerja harus diarahkan pada
hilangnya persepsi negatif tentang birokrasi.Keberadaan birokrasi dalan
suatu negara ditujukan untuk tercapainya tujuan nasional negara.
a) Mekanisme perencanaan

Ada dua jenis pola perencanaan yaitu,perencanaan terpusat untuk


dilaksanakan oleh semua jajaran birokrasi,dan yang kedua yaitu
perencanaan dengan pendekatan dari bawah ke atas.Pola perencanaan
terpusat seperti itu kini makin ditinggalkan dan makin banyak dianut
ialah perencanaan dengan pendekatan “dari bawah ke atas”.

b) Formalisasi kegiatan sejenis

Formalisasi ialah pembakuan tata cara kerja sejenis sehingga jelas


diketahui prosedur yang seharusnya ditempuh dalam penyelesaian
suatu tugas.Diperlukan SOP yang berperan sebagai peraturan
permainan yang berlaku tidak hanya bagi birokrasi dalam menjalankan
fungsi dan kegiatannya.

c) Mekanisme koordinasi

Koordinasi sulit terwujud sebagai akibat perilaku para penyelenggara


kegiatan tertentu.Maksudnya,perilaku yang dikotomis dalam kenyataan
sering menampakkan diri pada cara berpikir dan bertindak yang
berkotak-kotak.Di samping pengembangan sistem kerja yang diarahkan
pada pendekatan proses,pengembangan sistem juga diarahkan pada
berbagai bidang kegiatan seperti sumber daya manusia,bidang
keuangan,dan bidang logistik.

d) Bidang sumber daya manusia

Bagi suatu birokrasi,perkembangan pengelolaan sumber daya manusia


menimbulkan berbagai pertanyaan (tantangan) yang menerlukan
jawaban atau respons yang tepat.

e) Bidang keuangan

Penerimaan negara yang tidak kalah pentingnya mendapat perhatian


adalah penerimaan dalam bentuk devisa hasil ekspor atau perdagangan
internasioanl.Sisi lain administrasi keuangan ialah pengeluaran atau
belanja negara.Oleh karena itu,suatu birokrasi dihadapkan pada
berbagai tantangan berat dalam mengelola keuangan negara.Jadi,bahwa
paradigma birokrasi yang ideal menuntut pengelolaan keuangan negara
secara berdaya guna dan berhasil guna.

f) Bidang logistik

Prinsip efisiensi berlaku mutlak dalam manajemen logistik.Tidak


sedikit sarana dan prasarana kerja yang dimiliki oleh birokrasi dibeli
dengan harga yang sangat mahal.Karena itulah,ditekankan pentingnya
kecermatan dalam mengambil setiap langkah dalam pengelolaannya.

3. Pengembangan Citra

Birokrasi pada umumnya bersifat negatif,meskipun demikian dapat


dinyatakan bahwa tidak ada pimpinan pemerintahan negara yang setuju
mengembangkab citra negatif.Nilai-nilai seperti loyalitas, kejujuran,
semangat pengabdian,disiplin kerja,mendahulukan kepentingan bangsa
di atas kepentingan sendiri,tidak memperhitungkan untung rugi dalam
pelaksanaan tugas.

H. Peranan Biokrasi

Birokrasi lahir di Eropa Barat sejak abad ke-17, dan hingga kini tetap menjadi
salah satu penyebab kestabilan kehidupan masyarakat Eropa Barat (dengan
segala kelemahannya). Birokrasi mempunyai tiga arti, yakni:

1. tipe organisasi yang khas,

2. sistem,

3. jiwa kerja yang tertentu

Sebagai suatu tipe organisasi tertentu, birokrasi pada pokoknya hanya terdiri
atas empat prinsip organisasi, yaitu:

1. spesialisasi, artinya pembagian dan penugasan kerja yang ketat,


one man-one job, satu orang-satu jabatan;

2. hierarki, artinya jabatan-jabatan diordinasi secara garis-garis


lurus sehingga merupakan jaringan hierarki yang tegas dan
ketat, one man-one boss, satu orang-satu kepala atasan;
3. sistem kerja yang ketat, semua pekerjaan dijalankan menurut
prosedur, metode, dan formulir tertentu yang dituang ke dalam
peraturan yang dipertahankan secara keras, ketat, konsekuen

4. impersonalitas, semua pekerjaan dilakukan tanpa pandang bulu,


tidak mengenal prioritas atau status sosial orang-orang yang
harus dilayani. Semua orang diperlakukan menurut nomor urut;
cara bekerjanya seolah-olah tidak memakai perasaan, tidak ada
pilih kasih, tidak ada pamrih atau perhitungan keuntungan apa-
apa.

Sebagai sistem, birokrasi adalah sistem kerja yang berdasar atas tata
hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan (atau pejabatpejabat) secara
zakelijk (langsung mengenai persoalan atau halnya), formal (tepat menurut
prosedur dan peraturan yang berlaku), dan berjiwa impersonal (tidak ada
sentimen, tanpa emosi atau pilih kasih, tanpa pamrih atau prasangka).

Kelemahan terbesar daripada birokrasi adalah kekakuannya atau


infleksibilitasnya. Jika seseorang yang mempunyai urusan sedang memburu
waktu, atau secara mendadak harus memperoleh sesuatu, orang tersebut tidak
akan dapat berbuat apa-apa, kecuali dia bertemu langsung dengan kepalanya
yang tertinggi dan dapat meyakinkan kepala tersebut dengan bukti-bukti nyata
bahwa dia memang memerlukan pengecualian. Keuntungannya adalah dengan
adanya birokrasi yang kuat, orang dapat membuat rencana jauh di muka sebab
birokrasi yang kuat dapat memberikan kepastian dalam banyak hal dan faktor
planning.

Manusia birokrasi adalah manusia yang menyukai pekerjaan kertas,


yang sadar akan pentingnya surat-surat untuk mengatur dan menguasai
pekerjaan, baik pekerjaan sendiri maupun (atau terutama) pekerjaan orang lain.
Manusia birokrasi adalah tipe manusia rasional yang stabil, suka bekerja
teratur, tertib, tidak ada sentimen, dan bekerja teratur, tanpa banyak bicara atau
tuntutan.

Kekuasaan Politik

Kekuasaan politik lebih penting daripada daya tahan sebuah kekuasaan


pembuatan keputusan. Hal ini semakin jelas dalam abad ke-20, birokrasi
merupakan kaki tangan pemerintah dalam rangka pembuatan keputusan.

I. Kekuasaan Birokrasi

kekuasaan utama yang dimiliki birokrasi adalah daya tahannya.


Mengamanatkan “keempat cabang” pemerintahan ini, demikian juga sebagian
besar penemu bangsa lain. Karl Marx, misalnya, tidak pernah memahami
kekuasaan birokrasi, dan Uni Soviet merupakan contoh terbaik yang telah
menciptakan kediktatoran birokrat yang mungkin akan “bertambah buruk”
daripada “kediktatoran proletariat”,sebagaimana diramalkan Marx. Salah satu
bentuk kekuasaan utama yang dimiliki birokrasi adalah daya tahannya.
Kekuasaan birokrasi dalam sebuah pemerintahan ketika menjalankan sistem
administrasi negara yang senantiasa mendominasi adalah sebagai berikut.

Kekuasaan Politik

Kekuasaan politik lebih penting daripada daya tahan sebuah kekuasaan


pembuatan keputusan. Hal ini semakin jelas dalam abad ke-20, birokrasi
merupakan kaki tangan pemerintah dalam rangka pembuatan keputusan.
Sebagian kebijakan ini memang baik, sedangkan lainnya berakibat buruk.
Sebagiannya dibatasi dalam hal dampak sosial mereka, sedangkan lainnya
merangkai kembali pabrik masyarakat Amerika. Akan tetapi, seluruh kebijakan
umum ini dibuat oleh para birokrat, dengan sedikit atau tidak dipengaruhi oleh
anggota parlemen atau hakim, dan semua itu memengaruhi kehidupan rakyat.
J. Pemerintahan Birokrasi

Para administrator negara tampaknya telah merebut pengendalian terhadap


bidang-bidang kebijaksanaan kritis dan para pejabat terpilih, yaitu anggota
dewan dan kepala negara.Sejumlah analisis empiris mengenai anggota dewan
kota dan para manajer kota, menyimpulkan bahwa manajer kota meramalkan
para pembuat kebijakan yang signifikan di dalam konteks politik kota. Mereka
pun memberi citra administrator politik. Berbagai studi mengenai badan-badan
pemerintah lainnya juga cenderung mengabsahkan hipotesis bahwa para
administrator negara adalah pembuat kebijakan. Sebagaimana birokrat negara
telah dan sedang memperoleh otonomi sebagai pembuat kebijakan dengan
merugikan para legislator, birokrat negara juga mengambil kebebasan politik
dari para eksekutif yang terpilih.

Empat strategi dasar untuk memperoleh pengawasan terhadap birokrasinya


berasal dari kesimpulan yang digambarkan pada awal tahun 1971 oleh Nixon
dan ajudan utamanya untuk urusan kebijakan dalam negeri, John Ehrlichman,
sebagai “operasi adalah kebijakan”. Seperti diamati Nathan, “sebagian besar
dari manajemen sehari-hari terhadap program-program dalam negeri penulisan
peraturan, persetujuan bentuk, dan pembagian aturan benar-benar. Inti ulasan
tentang upaya Nixon untuk memperoleh pengawasan terhadap birokrasinya
adalah menggambarkan kenyataan bahwa administrator negara secara luar
biasa bebas dari orangorang yang secara hukum merupakan atasan mereka.
Birokrasi berkuasa penuh dan para birokrat semakin otonom. Jelas bahwa
dalam abad ke-20, birokrasi negara menjadi institusi pembuatan
kebijakan.Murni birokrasi dalam hal kekuasaan sangat mujarab, jauh di luar
bidang-bidang yang kepentingan fungsionalnya adalah menyimpan kerahasiaan
dalam menghadapi parlemen, birokrasi, di luar naluri kekuasaan yang
meyakinkan,memerangi setiap usaha parlemen untuk mendapatkan
pengetahuan dengan memakai para ahli yang dimilikinya atau dari berbagai
kelompok kepentingan birokrasi pada dasarnya menyambut baik parlemen
yang kurang informasi. Oleh karena itu,menjadi kurang mampu paling sedikit
sepanjang ketidaktahuannya cocok dengan kepentingan birokrasi.

K. Birokrasi Administrasi Negara

Kebutuhan akan pemerintah pusat yang kuat, yang mampu mengontrol seluruh
penjuru nusantara, mendorong pertumbuhan birokrasi di Indonesia sebagi inti
administrasi negara. Dalam hubungan ini, birokrasi dan birokratisasi
merupakan gerakan dari atas (top-down) yang tak terhindarkan, bahkan
dibutuhkan sejak akhir dekade 60-an.

Menurut Pasal 2 ayat (1) Inpres 15/1983, ada dua macam pengawasan. Pertama,
pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya.
Kedua, pengawasan fungsional (disingkat Wasnal) yang dilakukan oleh aparat
pengawasan. Inpres itu memberi kesan bahwa yang dimaksud dengan waskat
ialah pengawasan yang disebut pertama. Proposal Penataran Pengawasan
Melekat yang dikeluarkan oleh Tim Pelaksana Penataran Pengawasan Melekat
menjelaskan bahwa waskat identik dengan pengendalian. Pengendalian (Dal)
itu identik dengan pengawasan plus tindak lanjutnya (TL). Formulanya
demikian:

WASKAT = DAL = WAS + TL

Agak berbeda dengan formula di atas, Sujamto dalam Aspek-Aspek

Pengawasan di Indonesia (1987: 16) merumuskan bahwa:

WASKAT = PAL + SPM


Menurut insinyur pertanian yang birokrat ini, waskat identik dengan
pengawasan atasan langsung (PAL) plus sistem pengendalian manajemen
(SPM) yang di atas disebut pengendalian. Bagaimanakah kalangan birokrat
memandang waskat dan wasnal tersebut? Hal yang mereka pertanyakan ialah,
manakah yang utama, waskat atau wasnal? Menurut Sujamto, waskat
merupakan jalur pengawasan yang mutlak harus ada dan bersifat pokok,
sedangkan wasnal hanya jalur fakultatif dan suportif terhadap waskat. Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), Sarwono Kusumaatmadja,
menegaskan bahwa wasnal lebih sebagai counter check (Kompas, 14 Juli
1988). Dengan demikian, pemerintah berpendapat bahwa wasnal yang
dilakukan oleh aparat pengawasan:

Menko EKUIN, Irjenbang, Irjen, dan Badan Pengawasan Keuangan dan


Pembangunan (BPKP), berfungsi menngecek waskat yang terkait. Waskat jauh
lebih utama daripada wasnal. Dalam berbagai penataran waskat, lebih lanjut
dijelaskan bahwa waskat dapat menjangkau sampai dua atau tiga eselon ke
bawah (two-step atau three-step down). Artinya, waskat yang dilakukan oleh
seorang pejabat eselon satu dapat mendarat sampai eselon tiga atau empat.
Sudah tentu, bagi eselon tiga dan empat, waskat ini bukan lagi dalam arti
pengawasan atasan langusng, melainkan pengawasan langsung atasan (yang
bukan atasan langsung; alasan langsung eselon empat adalah pejabat eselon
tiga).

L. Peranan Birokrasi dan Ternokrasi

Hubungan yang serasi antara administrasi negara dan masyarakat eam


beberapa tahun sudah hanur birokrasinya.Disamping adanya dan keharusan
birokrasi,saat ini diperlukan adanya teknokrasi.Teknokrasi menjalankan tugas-
tugas serta fungsi negara dan pemerintah yang memerlukan cara berpikir dan
cara bekerja yang canggih dengan mempergunakan berbagai teknologi dikuasai
oleh pejabat-pejabat biasa.Teknokrasi ini dijalankan oleh para teknokrat,yakni
tenaga-tenaga yang sangat berpengalaman dan mempunyai keahlian yang
bermutu profesional di dalam dinas kenegaraan.Pekerjaan dan tugas yang
teknokratis sesegera mungkin harus dikonversi menjadi pekerjaab dan tugas
biasa,jadi di dalam tiap negara modern masa kini,birokrat dan teknokrat mutlak
diperlukan.
Birokrasi di Indonesia

Birokrasi di Indonesia memiliki posisi dan peran yang sangat strategis. Birokrasi
menguasai banyak aspek dari hajat hidup masyarakat. Mulai dari urusan kelahiran,
pernikahan, perizinan usaha sampai urusan kematian, masyarakat tidak bisa
menghindar dari birorkasi. Ketergantungan masyarakat sendiri terhadap birokrasi juga
masih sangat besar.

Dalam kaitan penyelenggaraan pemerintahan, dengan sifat dan lingkup pekerjaannya,


birokrasi menguasai aspek-aspek yang sangat luas dan strategis. Birokrasi menguasai
akses-akses sumber daya alam, anggaran, pegawai, proyek-proyek, serta menguasai
akses pengetahuan dan informasi yang tidak dimiliki pihak lain.

Dengan posisi dan kemamampuan besar yang dimilikinya tersebut, birokrasi bukan
saja mempunyai akses yang kuat untuk membuat kebijakan yang tepat secara teknis,
tetapi juga mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat dan dunia usaha. Birokrasi
dengan aparaturnya juga memiliki berbagai keahlian teknis yang tidak dimiliki oleh
pihak-pihak non birokrasi, seperti dalam hal perencanaan pembangunan, pengelolaan
infrastruktur, penyelenggaraan pendidikan, pengelolaan transportasi dan lain-lain.

Birokrasi di Indonesia juga memegang peranan penting dalam perumusan,


pelaksanaan, dan pengawasan berbagai kebijakan publik, serta dalam evaluasi
kinerjanya. Dari gambaran di atas nyatalah, bahwa birokrasi di Indonesia memiliki
peran yang cukup besar. Besarnya peran birokrasi tersebut akan turut menentukan
keberhasilan pemerintah dalam menjalankan program dan kebijakan pembangunan.
Di tengah posisinya yang cukup strategis, birokrasi di Indonesia sulit menghindar dari
berbagai kritik yang hadir yaitu:

1. Buruknya pelayanan publik


2. Besarnya angka kebocoran anggaran negara
3. Rendahnya profesionalisme dan kompetensi PNS
4. Sulitnya pelaksanaan koordinasi antar instansi
5. Masih banyaknya tumpang tindih kewenangan antar instansi, aturan yang tidak sinergis
dan tidak relevan dengan perkembangan aktual, dan masalah-masalah lainya.
6. Birokrasi juga dikenal enggan terhadap perubahan, eksklusif, kaku dan terlalu
dominan, sehingga hampir seluruh urusan masyarakat membutuhkan sentuhan-
sentuhan birokrasi
7. Tingginya biaya yang dibebankan untuk pengurusan hal tertentu baik yang
berupa legal cost maupun illegal cost, waktu tunggu yang lama, banyaknya pintu
layanan yang harus dilewati dan tidak berperspektif pelanggan.

Birokrasi di Singapura

Sedikit gambaran mengenai birokrasi di Singapura yaitu pemerintahan di Singapura


berperan aktif di masyarakat dalam mengelola dan mengembangkan
ekonomi,kemudian pegawai negeri selalu memiliki penghargaan yang tinggi di
Singapura, pelayanan public pun bersih dari korupsi. Hal ini dikarenakan oleh nilai-
nilai (integritas,pelayanan dan keunggulan) yang kuat yang menekankan pada
kejujuran dan dedikasi kepada nilai-nilai nasional yang betujuan untuk pembangunan
nasional. Singapura menganut system Tradisi Konfusian Cina dan Administrasi
Pelayanan Publik Sipil di Inggris, jadi pegawai-pegawai yang direkrut merupakan
lulusan dari universitas elite yang ada disana. Di Singapura,sector-sektor privat
domestic relative lemah sehingga pemerintah dan birokrasinya yang menjadi
pendorong laju ekonomi,penyedia lapangan pekerjaan dan infrastruktur.

Analisis Perbandingan Masalah Birokrasi Pemerintahan Indonesia dan


Singapura

Memang birokrasi yang ada di Indonesia dan Singapura sangatlah jauh berbeda.
Birokrasi yang ada di Indonesia bias dibilang kurang efektif karena integritas aparat
birokrasi yang rendah dan disertai dengan rentannya terhadap KKN. Untuk
meminimalisir hal tersebut diperlukan adanya reformasi birokrasi. Perbaikan tersebut
bias dimulai dengan system perekrutan PNS yang transparan dan menempatkan orang
yang benar dalam suatu posisi berdasarkan bidang keahliannya.

Reformasi birokrasi yang harus dilakukan oleh Indonesia diantara juga perlu untuk
merasionalisasi birokrasi. Struktur birokrasi di Indonesia dapat dikatakan sangat
kompleks sehingga membuat birokrasi menjadi tidak efektif dan efisien.
Daftar Pustaka

Buku Ilmu Administrasi Negara karya Sahya Anggara

https://swamandiri.wordpress.com/2010/12/27/permasalahan-birokrasi-indonesia/

https://www.academia.edu/7504464/Bahan_ANALISIS_PERBANDINGAN_BIROK
RASI_DI_INDONESIA_DAN_SINGAPURA

Anda mungkin juga menyukai