KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN
Di susun oleh :
Asep Saefulloh
Hafidin
UNIVERSITAS PRIMAGRAHA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2007-2008 setelah sebelumnya juga
terjadi awal tahun 1990 serta awal tahun 2000-an, telah menyadarkan para
pemimpin/pejabat terhadap adanya tantangan akibat meningkatnya tingkat kompleksitas
dan ketidakpastian dunia saat ini. Sebagai contoh adalah saat terjadinya krisis ekonomi
global pada tahun 2008 yang dikenal sebagai krisis subprime mortgage akibat macetnya
kredit perumahan di AS yang dampaknya dirasakan juga oleh hampir semua negara di
dunia, termasuk di Indonesia yang ditandai oleh anjloknya kinerja eksport dan defisit
neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau
membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi. Literatur para spesialis saling
beradu pandangan, membandingkan antara pendekatan Timur dan Barat dalam
kepemimpinan, dan juga (di Barat sendiri) antara pendekatan Amerika Serikat dengan
Eropa. Civitas akademika di A.S. mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses
pengaruh sosial yang di dalamnya seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan
selainnya dalam usaha mencapai suatu tugas bersama.
Kajian tentang kepemimpinan telah menghasilkan berbagai teori yang meliputi sifat-
sifat, interaksi situasional, fungsi, perilaku, kekuasaan, visi dan misi, nilai-nilai, kharisma,
dan kecerdasan, di antaranya.
3
Di bidang kepemimpinan politik, doktrin Cina Mandat Langit mengemukakan
kewajiban para raja untuk memerintah dengan adil dan hak rakyat untuk menggulingkan
raja-raja yang tampaknya kurang mematuhi perintah langit.
The Prince karya Machiavelli, yang ditulis pada awal abad ke-16, memberikan
panduan bagi para penguasa ("pangeran" atau "tiran" dalam terminologi Machiavelli)
untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Sebelum abad ke-19, konsep
kepemimpinan memiliki relevansi yang kurang dari hari ini - masyarakat mengharapkan
dan memperoleh penghormatan dan kepatuhan tradisional kepada tuan, raja, ahli-ahli dan
4
tuan-budak. (Perhatikan bahwa Oxford English Dictionary melacak kata "kepemimpinan"
dalam bahasa Inggris hanya sejak tahun 1821.) Secara historis, industrialisasi,
penentangan terhadap rezim kuno dan penghapusan perbudakan barang secara bertahap
berarti bahwa beberapa organisasi yang baru berkembang ( republik negara-bangsa,
perusahaan komersial) mengembangkan kebutuhan akan paradigma baru yang dapat
digunakan untuk mencirikan politisi terpilih dan pemberi kerja pemberi pekerjaan -
dengan demikian pengembangan dan teori gagasan "kepemimpinan". Hubungan
fungsional antara pemimpin dan pengikut mungkin tetap ada, tetapi terminologi yang
dapat diterima (mungkin yang halus) telah berubah.
Dari abad ke-19 pun, elaborasi pemikiran anarkis mempertanyakan seluruh konsep
kepemimpinan. Salah satu tanggapan terhadap penolakan élitisme ini datang dengan
Leninisme - Lenin (1870-1924) menuntut sekelompok elit kader yang disiplin untuk
bertindak sebagai pelopor revolusi sosialis, dengan mewujudkan kediktatoran proletariat.
- PERANAN KEPEMIMPINAN
Tiap organisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa
masalah manusia yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan
dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan
ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis.
Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan.
Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai
syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang
sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka
5
diadakanlah suatu analisis tentan gunsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada
kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam
situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja
dan sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan
melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat
beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang membuat rencana, berpikir dan mengambil
tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada
anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator
bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang
pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu:
6
satu guru kepemimpinan adalah John Maxwell dengan bukunya "21 Laws Of
Leadership."
2. KEPEMIMPINAN KARISMATIK
2.2 PEMERINTAHAN
7
Dengan demikian ilmu pemerintahan dapat disimpulkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang
legilasi, yudikasi, dan eksekusi, dalam hubungan pusat dengan daerah, antar lembaga
serta yang memerintah dengan diperintah secara baik dan benar dalam berbagai
peristiwa dan gejala pemerintahan. Pemerintah melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mengantisipasi dekadensi moral dengan kekuasan Negara yang
dimilikinya (Syafiie. 2011;10).
8
antara dirinya dengan masyarakat, antara departemen dan unit dalam tubuh
pemerintahan itu sendiri. Pemerintahan dalam paradigma lama memiliki objek
material Negara sehingga pemerintahan berorientasi pada kekuasaan, namun dalam
paradigma baru pemerintahan dipandang memiliki objek materialnya masyarakat,
sehingga pemerintahan dimaknai sebagai suatu proses menata kelola kehidupan
masyarakat dalam suatu pemerintahan/negara (Munaf. 2016;47). Robert Mac Iver
mengemukakan bahwa ihktisar format pemerintahan yang terdiri atas pemerintahan
yang berbasis pada konstitusi oligarki; dan pemerintahan yang berbasis pada
konstitusi demokrasi. Bentuk pemerintahan yang berbasis pada konstitusi oligarki
(oligarchy) adalah sistem pemerintahan yang bergantung pada “penguasa tunggal”
dengan kekuasaan ekslusif dan absolute. Pada awalnya bentuk-bentuk pemerintahan
dengan “penguasa tunggal” adalah bentuk-bentuk pemerintahan yang dikendalikan
oleh “raja” atau “ratu” sebagai penguasa turun temurun yang memiliki kekuasaan
ekslusif dan tak terbatas (dalam Munaf. 2016;47). Bentuk-bentuk pemerintahan yang
berbasis pada konstitusi oligarki adalah pemerintahan yang bersifat monarkis
(monarchy), pemerintahan yang bersifat diktatoris (dictatorship), pemerintahan yang
bersifat teokratis (theocracy), dan pemerintahan yang bersifat pluralistic (plural
headship). Sistem ekonomi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan yang
berbasis pada konstitusi oligarki berbasis pada sistem folk economiy government dan
atau feudal government. Basis kehidupan bersama (communal basic) yang dianut oleh
pemerintahan yang berbasis pada oligarki konstitusi adalah tribal government atau
“polis” government. Sedangkan sistem kedaulatan (sovereignty) yang dianut oleh
pemerintahan yang berbasis pada konstitusi oligarki adalah sistem unitary government
atau empire colony dependency. Bentuk pemerintahan yang berbasis pada konstitusi
demokrasi adalah sistem pemerintahan monarkis dengan kekuasaan yang terbatas dan
sistem pemerintahan dengan pola republic. Dalam perkembangannya, sistem
pemerintahan dengan pola republic semakin memperkuat bentuk pemerintahan yang
demokratis. Pada dasarnya bentuk-bentuk pemerintahan demokrasi adalah limited
monarchy kemudian berkembang menjadi pemerintahan republik. (Munaf. 2016;47).
9
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik (dalam Munaf. 2016;48).
Pada dasarnya ada banyak pendapat tentang macam bentuk pemerintahan. Teori
klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu
monarkhi, aristokrasi dan demokrasi. Pembagian itu berdasarkan criteria jumlah orang
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara. Sedangkan dalam teori modern
bentuk pemerintahan dibedakan antara bentuk monarkhi dan republic (Munaf.
2016;48). Bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan bantuk pemerintahan
Republik.
Bentuk Pemerintahan Monarki (Kerajaan) dapat dibedakan atas:
1. Monarki Absolut, suatu bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya
tidak terbatas.
2. Monarki Konstitusional, bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasannya dibatasi oleh Undang-Undang Dasar.
3. Monarki Parlementer, bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi (Munaf. 2016;50).
Bentuk Pemerintahan Republik, dapat dibedakan menjadi:
1 Republik Absolut, pemerintahan bersifat dictator tanpa ada pembatasan
kekuasaan.
2 Republik Konstitusional, dalam sistem republic konstitusional presiden
memegang kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun kekuasaan
presiden dibatasi oleh konstitusi.
3. Republik Parlementer, dalam sistem republic parlementer presiden hanya
berfungsi sebagai kepala negara.
10
atribusi, delegasi dan mandate terlebih dahulu yang perlu dipahami ialah mengenai
kewenangan dan wewenang (Munaf. 2016;52).
Pengertian kewenangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sama
dengan wewenang yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Beberapa
pendapat ahli mengenai kewenangan dan wewenang sangatlah beragam. Menurut
Prajudi Atmosudirjo (dalam Munaf. 2016;52), kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari
kekuasaan eksekutif/administratif. S.F. Marbun (dalam Munaf. 2016;53)
menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang
diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan
hukum. Menurut Munaf (2016;56) aspek kewenangan atau kompetensi yang dimiliki
oleh aparat peemrintah cirinya ada dua yakni:
1. Kewenangan Atribut (orisinal), adalah kewenangan yang diberikan langsung oleh
peraturan perundang-undangan.
2. Kewenangan non atributif (non orisinal), kewenangan yang diberikan karena
adanya pelimpahan/peralihan wewenang.
Lima huruf syarat makna “Jenuh” bisa saja dirasakan setiap pegawai.tidak
jarang kinerja pegawai mengalami fluktuasi, Kondisi seperti itu diduga ada hubungan
nya dengan terlalu lamanya seseorang dalam periode kerja di satu unit atau disatu
pekerjaan, mengerjakan pekerjaan secara monoton, tidak ada kreativitas dan inovasi-
inovasi baru. Akibat nya timbul kebosanan dan bahkan kejenuhan di kalangan
mereka, dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kondisi seperti itu
tidaklah sehat.
Lalu, apa yang harus di lakukan oleh organisasi pemerintahan jika hal ini
terjadi dan dialami oleh pegawai mereka? Organisasi pemerintahan dalam hal ini
seharusnya menerapkan kebijakan rotasi kepemimpnan pegawai secara berkala.
Organisasi pemerintahan harus bisa memberikan solusi dalam mengatasi kejenuhan
pegawai, karena dengan adanya solusi yang diberikan oleh organisasi akan
11
berdampak positif terhadap perkembangan kepemimpinan organisasi pemerintahan
dan pegawai tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan oleh organisasi
pemerintahan dalam mengatasi kejenuhan pegawai ditempat kerja adalah dengan
melakukan rotasi kepemimpinan pegawai.
Bambang Wahyudi (2002:179) merumuskan bahwa: “Suatu job rotation atau
perputaran jabatan merupakan suatu mutasi personal yang dilakukan secara horizontal
tanpa menimbulkan perubahan dalam hal gaji atau pun pangkat atau golongan dengan
tujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghindari
kejenuhan”
Rotasi adalah sebagai salah Satu bentuk pengembangan potensi pegawai yang
efektif.Selain bisa dijadikan sarana evaluasi, rotasi diyakini bisa meningkatkan
produktivitas kerja, melahirkan kreatifitas dan mengobarkan kembali semangat kerja
yang hampir padam. Rotasi bisa dimanfaatkan untuk mengetahui potensi setiap
karyawan, sehingga organisasi dapat menempatkan pegawai sesuai dengan potensi
yang dimiliki.Selain itu pegawai mendapatkan pengetahuan baru yang sesuai dengan
potensinya serta meminimalisir tingkat kejenuhan yang ada. Manfaat dari rotasi akan
dapat memberikan kesegaran baru bagi pegawai, rasa jenuh dan depresi yang
menghimpit karena kelamaan bekerja pada suatu pekerjaan tertentu akan hilang,
setelah dilakukan rotasi dengan suasana baru diharapkan dapat memicu motivasi
untuk lebih maju dan mendatangkan tingkat produktivitas kerja yang lebih baik.
Tantangan demi tantangan baru dari tugas baru diharapkan akan mendorong pegawai
untuk bekerja lebih giat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari materi yang telah kita paparkan diatas dapat memberikan dampak yang
signifikan bahwa pentingnya rotasi kepemimpinan dalam pemerintahan. Baik dalam organisai
kecil ataupun besar. Maka, dapat menarik kesimpulan bahwa rotasi kepemimpinan
pemerintahan harus diadakan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, agar tidak terjadi
kejenuhan dari para pegawai dan dari sekitar lingkungan pekerjaan.
3.2 SARAN
Biasanya masalah rotasi kepemimpinan dalam pemerintahan ini, para pejabat telah
mengetahui bgaimana cara untuk mengatasi masalah ini. Dan saran untuk para pembaca atau
para pejabat pemerintahan, untuk selalu bisa mengontrol lingkungan pekerjaan dan pegawai
agar tidak terjadi kejenuhan selama menjabat. Dan selalu melakukan rotasi kepemimpinan
dalam pemerintahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pentingnya+rotasi+kepe
mimpinan+dalam+pemerintahan&btnG=
http://bukittinggikota.go.id/berita/pentingnya-rotasi-dalam-mengatasi-kejenuhan-
pegawai
14
15