Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH OTONOMI DAERAH TENTANG ROTASI

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN

Di susun oleh :

Asep Saefulloh

Galuh Candra Kirana

Ipan Padilah Pratama

Hafidin

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PRIMAGRAHA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Serang, 25 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Kepemimpinan ............................................................................................................... 3
2.2 PEMERINTAHAN......................................................................................................... 7
2.3 ROTASI KEPEMIMPINAN DALAM PEMERINTAHAN .................................... 11
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 13
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan satu bidang interdisipliner yang baru, meskipun sejak


tahun 1960-an telah muncul teori Douglas McGregor dalam bukunya “The human side of
Enterprise” yang menulis tentang teori perilaku dalam pengelolaan SDM. Selama satu
abad terakhir, hanya sedikit artikel terkait dengan kepemimpinan yang telah diterbitkan
dan hanya sedikit yang fokus kepada tujuan dan manfaat pengembangan kepemimpinan.
Program pengembangan kepemimpinan (Leadership Development Programs) menjadi
sesuatu yang banyak dibahas dalam dua dekade terakhir sebagai respon atas kebutuhan
mendesak untuk mempersiapkan pemimpin, baik di sektor publik maupun bisnis yang
kompeten dalam menghadapi tantangan dan kondisi ketidakpastian. Meskipun demikian
ternyata hanya sedikit yang fokus untuk melakukan evaluasi program tersebut (Ely et al.,
2010).

Terjadinya krisis ekonomi global pada tahun 2007-2008 setelah sebelumnya juga
terjadi awal tahun 1990 serta awal tahun 2000-an, telah menyadarkan para
pemimpin/pejabat terhadap adanya tantangan akibat meningkatnya tingkat kompleksitas
dan ketidakpastian dunia saat ini. Sebagai contoh adalah saat terjadinya krisis ekonomi
global pada tahun 2008 yang dikenal sebagai krisis subprime mortgage akibat macetnya
kredit perumahan di AS yang dampaknya dirasakan juga oleh hampir semua negara di
dunia, termasuk di Indonesia yang ditandai oleh anjloknya kinerja eksport dan defisit
neraca pembayaran dan nilai tukar rupiah.

1
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud tentang kepemimpinan?


b. Apa yang dimaksud dengan pemerintahan?
c. Pentingnya rotasi kepemimpinan dalam pemerintahan adalah?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui tentang kepemimpinan


b. Untuk mengetahui arti pemerintahan
c. Untuk mengetahui dan memahami mengapa harus ada rotasi kepemimpinan dalam
pemerintahan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sebuah bidang riset dan juga suatu keterampilan praktis
yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau
membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi. Literatur para spesialis saling
beradu pandangan, membandingkan antara pendekatan Timur dan Barat dalam
kepemimpinan, dan juga (di Barat sendiri) antara pendekatan Amerika Serikat dengan
Eropa. Civitas akademika di A.S. mengartikan kepemimpinan sebagai sebuah proses
pengaruh sosial yang di dalamnya seseorang dapat melibatkan bantuan dan dukungan
selainnya dalam usaha mencapai suatu tugas bersama.

Kajian tentang kepemimpinan telah menghasilkan berbagai teori yang meliputi sifat-
sifat, interaksi situasional, fungsi, perilaku, kekuasaan, visi dan misi, nilai-nilai, kharisma,
dan kecerdasan, di antaranya.

Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan


praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.

3
Di bidang kepemimpinan politik, doktrin Cina Mandat Langit mengemukakan
kewajiban para raja untuk memerintah dengan adil dan hak rakyat untuk menggulingkan
raja-raja yang tampaknya kurang mematuhi perintah langit.

Para pemikir pro-aristokrasi mengemukakan bahwa kepemimpinan bergantung pada


hubungan "darah biru" seseorang. Monarki menggunakan pandangan ekstrim dari
gagasan yang sama, dan mungkin melakukan pembelaan atas ketidakberpihakannya
terhadap sistem aristokrasi dengan menggunakan dalil ilahi (lihat hak ilahi raja-raja). Di
lain pihak, yang mengemukakan teori-teori yang cenderung lebih demokratis memberikan
contoh para pemimpin meritokratis, seperti marsekal Napoleon yang ternyata meraih
keuntungan dari berbagai karier yang menerima berbagai talenta.

Dalam aliran pemikiran otokratis / paternalistik, kaum tradisionalis mengingat peran


kepemimpinan pater familias Romawi. Di sisi lain, para feminis, mungkin keberatan
dengan model seperti patriarki dan menentang "bimbingan empati yang selaras secara
emosional, responsif, dan suka sama suka, yang kadang-kadang dikaitkan [oleh siapa?]
Dengan matriarki".

"Dibandingkan dengan tradisi Romawi, pandangan konfusianisme terhadap "hidup


yang benar" lebih sangat ideal dengan pemimpin pria dan pemerintahannya yang baik hati
ditopang oleh tradisi kesalehan berbakti."

"Kepemimpinan adalah masalah kecerdasan, kepercayaan, kemanusiaan, keberanian,


dan disiplin ... Ketergantungan pada kecerdasan saja menghasilkan pemberontakan.
Latihan kemanusiaan saja menghasilkan kelemahan. Fiksasi pada kepercayaan
menghasilkan kebodohan. Ketergantungan pada kekuatan keberanian menghasilkan
kekerasan. Disiplin yang berlebihan dan ketegasan dalam memberi perintah menghasilkan
kekejaman. Ketika seseorang memiliki kelima kebajikan bersama-sama, masing-masing
sesuai dengan fungsinya, maka dia bisa menjadi pemimpin." - Jia Lin, dalam
komentarnya tentang Sun Tzu, Art of War

The Prince karya Machiavelli, yang ditulis pada awal abad ke-16, memberikan
panduan bagi para penguasa ("pangeran" atau "tiran" dalam terminologi Machiavelli)
untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan. Sebelum abad ke-19, konsep
kepemimpinan memiliki relevansi yang kurang dari hari ini - masyarakat mengharapkan
dan memperoleh penghormatan dan kepatuhan tradisional kepada tuan, raja, ahli-ahli dan

4
tuan-budak. (Perhatikan bahwa Oxford English Dictionary melacak kata "kepemimpinan"
dalam bahasa Inggris hanya sejak tahun 1821.) Secara historis, industrialisasi,
penentangan terhadap rezim kuno dan penghapusan perbudakan barang secara bertahap
berarti bahwa beberapa organisasi yang baru berkembang ( republik negara-bangsa,
perusahaan komersial) mengembangkan kebutuhan akan paradigma baru yang dapat
digunakan untuk mencirikan politisi terpilih dan pemberi kerja pemberi pekerjaan -
dengan demikian pengembangan dan teori gagasan "kepemimpinan". Hubungan
fungsional antara pemimpin dan pengikut mungkin tetap ada, tetapi terminologi yang
dapat diterima (mungkin yang halus) telah berubah.

Dari abad ke-19 pun, elaborasi pemikiran anarkis mempertanyakan seluruh konsep
kepemimpinan. Salah satu tanggapan terhadap penolakan élitisme ini datang dengan
Leninisme - Lenin (1870-1924) menuntut sekelompok elit kader yang disiplin untuk
bertindak sebagai pelopor revolusi sosialis, dengan mewujudkan kediktatoran proletariat.

Pandangan historis lain tentang kepemimpinan telah membahas perbedaan yang


tampak antara kepemimpinan sekuler dan religius. Doktrin Caesaro-papisme telah
berulang dan memiliki pengkritiknya selama beberapa abad. Pemikiran Kristen tentang
kepemimpinan sering kali menekankan penatalayanan sumber daya yang disediakan ilahi
— manusia dan materi — dan penerapannya sesuai dengan rencana Ilahi. Bandingkan
kepemimpinan yang melayani. Untuk melihat pandangan yang lebih umum tentang
kepemimpinan dalam politik dapat dibandingkan dengan konsep negarawan.

- PERANAN KEPEMIMPINAN

Tiap organisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa
masalah manusia yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan
dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan
ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis.
Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan.
Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai
syarat suksesnya seorang pemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang
sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka

5
diadakanlah suatu analisis tentan gunsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada
kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam
situasi yang berbeda-beda. Pandangan baru ini membawa pembahasan besar. Cara bekerja
dan sikap seorang pemimpin yang dipelajari. Konsepsi baru tentang kepemimpinan
melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin. Titik berat
beralihkan dari pemimpin sebagai orang yang membuat rencana, berpikir dan mengambil
tanggung jawab untuk kelompok serta memberikan arah kepada orang-orang lain. Kepada
anggapan, bahwa pemimpin itu pada tingkatan pertama adalah pelatih dan koordinator
bagi kelompoknya. Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar
memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang
pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu:

 Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.


 Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
 Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
 Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
 Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.

1. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini


telah menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas
kepemimpinan.Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa
yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang
harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu
tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita),
kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih
kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan
pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan
tanya). Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata
pemimpin (leader). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh
sebuah buku. Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan
beberapa kalimat: "fondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar
misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.Salah

6
satu guru kepemimpinan adalah John Maxwell dengan bukunya "21 Laws Of
Leadership."

2. KEPEMIMPINAN KARISMATIK

Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang membahas


kepemimpinan karismatik. Lebih dari seabad yang lalu, ia mendefinisikan karisma
(yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti "anugerah") sebagai "suatu sifat
tertentu dari seseorang, yang membedakan mereka dari orang kebanyakan dan
biasanya dipandang sebagai kemampuan atau kualitas supernatural, manusia super,
atau paling tidak daya-daya istimewa. Kemampuan-kemampuan ini tidak dimiliki
oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari yang Ilahi,
dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang pemimpin.

2.2 PEMERINTAHAN

Ilmu pemerintahan menurut Rosenthal adalah ilmu yang secara otonom


mempelajari bekerjanya struktur-struktur dan proses-proses pemerintahan umum, baik
internal maupun eksternal (dalam Ndraha. 1997;16). Pemerintahan adalah suatu ilmu
dan seni. Dikatakan sebagai seni karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang
tanpa pendidikan pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik
menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan
adalah karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat dipelajari, dan diajarkan,
sistematis serta spesifik/khas (Syafiie. 2011;20). Ilmu pemerintahan adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana melaksanakan pengurusan (eksekutif), pengaturan (legislatif),
kepemimpinan dan koordinasi pemerintahan (baik pusat dengan daerah, maupun
rakyat dengan pemerintahannya) dalam berbagai persitiwa dan gejala
pemerintahannya, secara baik dan benar (Syafiie. 2011;23). Ilmu pemerintahan
menurut Ndraha adalah ilmu yang mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi
kebutuhan dan tuntutan tiap orang akan jasa public dan layanan civil dalam hubungan
pemerintahan (sehingga dapat diterima) pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan
(dalam Syafiie. 2011;8).

7
Dengan demikian ilmu pemerintahan dapat disimpulkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana melaksanakan koordinasi dan kemampuan memimpin bidang
legilasi, yudikasi, dan eksekusi, dalam hubungan pusat dengan daerah, antar lembaga
serta yang memerintah dengan diperintah secara baik dan benar dalam berbagai
peristiwa dan gejala pemerintahan. Pemerintah melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mengantisipasi dekadensi moral dengan kekuasan Negara yang
dimilikinya (Syafiie. 2011;10).

2.2.1 KONSEP PEMERINTAHAN


Pemerintahah berasal dari kata “perintah” yang setelah ditambah awalan “pe”
menjadi kata “pemerintah” dan ketika mendapat akhiran “an” menjadi kata
“pemerintahan”, dalam hal ini beda antara “pemerintah” dengan “pemerintahan”
adalah karena pemerintah merupakan badan atau organisasi yang bersangkutan,
sedangkan pemerintahan berarti perihal ataupun hal ikhwal pemerintahan itu sendiri
(Syafiie. 2011;5). Didalam kata dasar “perintah” paling sedikit ada empat unsur
penting yang terkandung, yaitu sebagai berikut: a. Ada dua pihak yang terlibat b.
Yang pertama pihak yang memerintah disebut penguasa atau pemerintah c. Yang
kedua pihak yang diperintah atau rakyat d. Antara kedua pihak tersebut terdapat
hubungan (Syafiie. 2011;5) Pemerintah adalah gejala sosial, artinya terjadi di dalam
hubungan antar anggota masyarakat, baik individu dengan individu, kelompok dengan
kelompok maupun antar individu dengan kelompok. Gejala ini terdapat pada suatu
saat di dalam sebuah masyarakat (Ndraha. 1997;6). Istilah pemerintah berasal dari
kata perintah. Dalam konteksi ini Ndraha menyatakan bahwa istilah perintah secara
umum dimaknai sebagai yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu atau sesuatu
yang harus dilakukan. Dengan demikian, pemerintah dapat diartikan sebagai orang,
badan atau aparat yang mengeluarkan atau memberi perintah (dalam Napitupulu.
2012;7).

Menurut Napitupulu (2012;9) Pemerintah mengandung arti lembaga atau


organisasi yang menjalankan kekuasaan pemerintahan, sedangkan pemerintahan
adalah proses berlangsungnya kegiatan atau perubahan pemerintah dalam mengatur
kekuasan suatu negara. Syafiie (2011;10) menyimpulkan bahwa pemerintahan adalah
kelompok orang-orang tertentu secara baik dan benar serta indah melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu dalam mengkoordinasikan, memimpin dalam hubungan

8
antara dirinya dengan masyarakat, antara departemen dan unit dalam tubuh
pemerintahan itu sendiri. Pemerintahan dalam paradigma lama memiliki objek
material Negara sehingga pemerintahan berorientasi pada kekuasaan, namun dalam
paradigma baru pemerintahan dipandang memiliki objek materialnya masyarakat,
sehingga pemerintahan dimaknai sebagai suatu proses menata kelola kehidupan
masyarakat dalam suatu pemerintahan/negara (Munaf. 2016;47). Robert Mac Iver
mengemukakan bahwa ihktisar format pemerintahan yang terdiri atas pemerintahan
yang berbasis pada konstitusi oligarki; dan pemerintahan yang berbasis pada
konstitusi demokrasi. Bentuk pemerintahan yang berbasis pada konstitusi oligarki
(oligarchy) adalah sistem pemerintahan yang bergantung pada “penguasa tunggal”
dengan kekuasaan ekslusif dan absolute. Pada awalnya bentuk-bentuk pemerintahan
dengan “penguasa tunggal” adalah bentuk-bentuk pemerintahan yang dikendalikan
oleh “raja” atau “ratu” sebagai penguasa turun temurun yang memiliki kekuasaan
ekslusif dan tak terbatas (dalam Munaf. 2016;47). Bentuk-bentuk pemerintahan yang
berbasis pada konstitusi oligarki adalah pemerintahan yang bersifat monarkis
(monarchy), pemerintahan yang bersifat diktatoris (dictatorship), pemerintahan yang
bersifat teokratis (theocracy), dan pemerintahan yang bersifat pluralistic (plural
headship). Sistem ekonomi dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan yang
berbasis pada konstitusi oligarki berbasis pada sistem folk economiy government dan
atau feudal government. Basis kehidupan bersama (communal basic) yang dianut oleh
pemerintahan yang berbasis pada oligarki konstitusi adalah tribal government atau
“polis” government. Sedangkan sistem kedaulatan (sovereignty) yang dianut oleh
pemerintahan yang berbasis pada konstitusi oligarki adalah sistem unitary government
atau empire colony dependency. Bentuk pemerintahan yang berbasis pada konstitusi
demokrasi adalah sistem pemerintahan monarkis dengan kekuasaan yang terbatas dan
sistem pemerintahan dengan pola republic. Dalam perkembangannya, sistem
pemerintahan dengan pola republic semakin memperkuat bentuk pemerintahan yang
demokratis. Pada dasarnya bentuk-bentuk pemerintahan demokrasi adalah limited
monarchy kemudian berkembang menjadi pemerintahan republik. (Munaf. 2016;47).

Bentuk pemerintahan pada dasarnya menyatakan struktur organisasi dan


fungsi pemerintahan. Kopstein dan Lichbach (2005) mengatakan bentuk
pemerintahan ialah suatu istilah yang digunakan untuk merujuk pada rangkaian
institusi politik yang digunakan untuk mengorganisasikan suatu negara untuk

9
menegakkan kekuasaannya atas suatu komunitas politik (dalam Munaf. 2016;48).
Pada dasarnya ada banyak pendapat tentang macam bentuk pemerintahan. Teori
klasik, bentuk pemerintahan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu
monarkhi, aristokrasi dan demokrasi. Pembagian itu berdasarkan criteria jumlah orang
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara. Sedangkan dalam teori modern
bentuk pemerintahan dibedakan antara bentuk monarkhi dan republic (Munaf.
2016;48). Bentuk pemerintahan monarki (kerajaan) dan bantuk pemerintahan
Republik.
Bentuk Pemerintahan Monarki (Kerajaan) dapat dibedakan atas:
1. Monarki Absolut, suatu bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai seorang (raja, ratu, syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan wewenangnya
tidak terbatas.
2. Monarki Konstitusional, bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai oleh seorang raja yang kekuasannya dibatasi oleh Undang-Undang Dasar.
3. Monarki Parlementer, bentuk pemerintahan dalam suatu negara yang
dikepalai seorang raja dengan menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi (Munaf. 2016;50).
Bentuk Pemerintahan Republik, dapat dibedakan menjadi:
1 Republik Absolut, pemerintahan bersifat dictator tanpa ada pembatasan
kekuasaan.
2 Republik Konstitusional, dalam sistem republic konstitusional presiden
memegang kekuasaan kepala negara dan kepala pemerintahan. Namun kekuasaan
presiden dibatasi oleh konstitusi.
3. Republik Parlementer, dalam sistem republic parlementer presiden hanya
berfungsi sebagai kepala negara.

Namun presiden tidak dapat diganggu gugat. Sedangkan kepala pemerintahan


berada ditangan perdana menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen (Munaf.
2016;50). Dalam hukum administrasi negara pejabat tata usaha negara merupakan
pelaku utama dalam melakukan perbuatan dan tindakan hukum fungsi pokok
pemerintahan dan fungsi pelayanan pemerintahan, namun dalam melakukan tindakan
dan perbuatannya harus mempunyai kewenangan yang jelas. Dalam banyak literatur
sumber kewenangan berasal dari atribusi, delegasi dan mandat. Sebelum mengetahui

10
atribusi, delegasi dan mandate terlebih dahulu yang perlu dipahami ialah mengenai
kewenangan dan wewenang (Munaf. 2016;52).
Pengertian kewenangan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sama
dengan wewenang yaitu hak dan kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Beberapa
pendapat ahli mengenai kewenangan dan wewenang sangatlah beragam. Menurut
Prajudi Atmosudirjo (dalam Munaf. 2016;52), kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislative atau dari
kekuasaan eksekutif/administratif. S.F. Marbun (dalam Munaf. 2016;53)
menyebutkan wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu
tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak yang
diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-hubungan
hukum. Menurut Munaf (2016;56) aspek kewenangan atau kompetensi yang dimiliki
oleh aparat peemrintah cirinya ada dua yakni:
1. Kewenangan Atribut (orisinal), adalah kewenangan yang diberikan langsung oleh
peraturan perundang-undangan.
2. Kewenangan non atributif (non orisinal), kewenangan yang diberikan karena
adanya pelimpahan/peralihan wewenang.

2.3 ROTASI KEPEMIMPINAN DALAM PEMERINTAHAN

Lima huruf syarat makna “Jenuh” bisa saja dirasakan setiap pegawai.tidak
jarang kinerja pegawai mengalami fluktuasi, Kondisi seperti itu diduga ada hubungan
nya dengan terlalu lamanya seseorang dalam periode kerja di satu unit atau disatu
pekerjaan, mengerjakan pekerjaan secara monoton, tidak ada kreativitas dan inovasi-
inovasi baru. Akibat nya timbul kebosanan dan bahkan kejenuhan di kalangan
mereka, dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kondisi seperti itu
tidaklah sehat.
Lalu, apa yang harus di lakukan oleh organisasi pemerintahan jika hal ini
terjadi dan dialami oleh pegawai mereka? Organisasi pemerintahan dalam hal ini
seharusnya menerapkan kebijakan rotasi kepemimpnan pegawai secara berkala.
Organisasi pemerintahan harus bisa memberikan solusi dalam mengatasi kejenuhan
pegawai, karena dengan adanya solusi yang diberikan oleh organisasi akan

11
berdampak positif terhadap perkembangan kepemimpinan organisasi pemerintahan
dan pegawai tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan oleh organisasi
pemerintahan dalam mengatasi kejenuhan pegawai ditempat kerja adalah dengan
melakukan rotasi kepemimpinan pegawai.
Bambang Wahyudi (2002:179) merumuskan bahwa: “Suatu job rotation atau
perputaran jabatan merupakan suatu mutasi personal yang dilakukan secara horizontal
tanpa menimbulkan perubahan dalam hal gaji atau pun pangkat atau golongan dengan
tujuan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta untuk menghindari
kejenuhan”

Rotasi adalah sebagai salah Satu bentuk pengembangan potensi pegawai yang
efektif.Selain bisa dijadikan sarana evaluasi, rotasi diyakini bisa meningkatkan
produktivitas kerja, melahirkan kreatifitas dan mengobarkan kembali semangat kerja
yang hampir padam. Rotasi bisa dimanfaatkan untuk mengetahui potensi setiap
karyawan, sehingga organisasi dapat menempatkan pegawai sesuai dengan potensi
yang dimiliki.Selain itu pegawai mendapatkan pengetahuan baru yang sesuai dengan
potensinya serta meminimalisir tingkat kejenuhan yang ada. Manfaat dari rotasi akan
dapat memberikan kesegaran baru bagi pegawai, rasa jenuh dan depresi yang
menghimpit karena kelamaan bekerja pada suatu pekerjaan tertentu akan hilang,
setelah dilakukan rotasi dengan suasana baru diharapkan dapat memicu motivasi
untuk lebih maju dan mendatangkan tingkat produktivitas kerja yang lebih baik.
Tantangan demi tantangan baru dari tugas baru diharapkan akan mendorong pegawai
untuk bekerja lebih giat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari materi yang telah kita paparkan diatas dapat memberikan dampak yang
signifikan bahwa pentingnya rotasi kepemimpinan dalam pemerintahan. Baik dalam organisai
kecil ataupun besar. Maka, dapat menarik kesimpulan bahwa rotasi kepemimpinan
pemerintahan harus diadakan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, agar tidak terjadi
kejenuhan dari para pegawai dan dari sekitar lingkungan pekerjaan.

3.2 SARAN

Biasanya masalah rotasi kepemimpinan dalam pemerintahan ini, para pejabat telah
mengetahui bgaimana cara untuk mengatasi masalah ini. Dan saran untuk para pembaca atau
para pejabat pemerintahan, untuk selalu bisa mengontrol lingkungan pekerjaan dan pegawai
agar tidak terjadi kejenuhan selama menjabat. Dan selalu melakukan rotasi kepemimpinan
dalam pemerintahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintah

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepemimpinan

https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pentingnya+rotasi+kepe
mimpinan+dalam+pemerintahan&btnG=

http://bukittinggikota.go.id/berita/pentingnya-rotasi-dalam-mengatasi-kejenuhan-
pegawai

14
15

Anda mungkin juga menyukai