Anda di halaman 1dari 67

Nama : Aditia Purnomo

Nim : A1E119050
Mata Kuliah : Pengelolaan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Siti Amanah, S.pd. M.Pd

MATERI PERTAMA

KONSEP PENGELOLAAN PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Pengelolaan Pendidikan

Kata pengelolaan berasal dari kata manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama

artinya dengan administrasi (Sutisna, 1983). Oleh sebab itu, pengelolaan pendidikan dapat

diartikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah administrasi dalam bidang

pendidikan. Sementara itu Siagian (1983) mendefisinikan pengertian administrasi adalah

sebagai keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan

atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukansebelumnnya.

Berdasarkan pengertian administrasi yang telah dijelaskan di atas pengertian

administrasi mengandung makna adanya (1) tujuan yang mesti dapat direalisasikan guna

kepentingan lembaga, individu atau pun kelompok, (2) keterlibatan personil, material dan juga

finansial dalam posisinya yang saling mendukung dan satu sama lain saling memerlukan dan

juga saling melengkapi, (3) proses yang terus menerus dan berkesinambungan yang dimulai

dari hal yang kecil dan sederhana sampai kepada hal yang besar dan rumit, (4) pengawasan

atau kontrol guna keteraturan, keseimbangan dan keselarasan, (5) tepat guna dan berhasil

guna supaya tidak terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga, biaya dan juga fasilitas agar

dapat mencapai keberhasilan dan produktivitas yang cukup memadai, (6) hubungan manusiawi
yang menempatkan manusia sebagai unsur utama dan terhormat serta memiliki kepentingan di

dalamnya.

B. Prinsip dan Fungsi Pengelolaan Pendidikan

1. Pengambilan Keputusan

Membuat putusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik, secara

individu atau pun secara kelompok dalam suatuorganisasi. Sutisna (1983: 149)

mengemukakan bahwa “suatu putusan sesungguhnyanya proses memilih tindakan tertentu

antara sejumlah tindakan alternatif yang mungkin”. Pembuatan putusan merupakan salah satu

fungsi administrasi yang mesti dilakukan oleh para administrator yang akan membawa dampak

terhadap seluruh organisasi, prilakunya dan hasil-hasil dari putusan itu. Sebab proses

pembuatan putusan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan dari unit yang

menjadi tanggung jawabnya. Urutan langkah-langkah pembuatan putusan adalah:

• menentukan masalah

• menganalisa situasi yang ada;

• mengembangkan alternatif-alternatif kemungkinan;

• menganalisa alternatif-alternatif kemungkinan; dan

• memilih altenatif yang paling mungkin.

2. Perencanaan

Merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk mengantisipasi tindakan-tindakan apa

yang akan dilaksanakan. Perencanaan adalah juga dapat merumuskan tujuan-tujuan dan

teknik-teknik untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.


3. Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu gerak langkah menuju ke arah pelaksanaan

rencana yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian ini harus dapat

menghasilkan suatu organisasi yang dapat bergerak dengan suatu kesatuan yang bulat.

Pengorganisasian juga merupakan suatu fungsi administrasi kedua setelah fungsi

perencanaan. Dalam suatu organisasi yang baik semua bagiannya semestinya dapat bekerja

dalam suatu keselarasan dari bagian-bagian yang terpisah menuju kepada suatu kesatuan

yang tak terpisahkan disebabkan adanya unsur-unsur yang mempersatukan.

4. Komunikasi

Mengkomunikasikan berarti menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan,

pertanyaan dari orang yang satu kepada orang yang lain atau dari kelompok yang satu kepada

kelompok yang lain. Mengkomunikasikan dalam suatu organisasi adalah dimaksudkan

untuk dapat mempengaruhi sikap dan perilaku para anggota organisasi secara sendiri-sendiri

atau secara berkelompok.

5. Koordinasi

Mengkoordinasikan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersatukan sumbangan

dan saran dari para anggota organisasi, bahan dan sumber- sumber lain yang terdapat dalam

organisasi itu ke arah pencapaian tujuan- tujuan yang telah disepakati bersama. Dengan kata

lain tanpa koordinasi yang baik dalam organisasi akan sulit untuk dapat mengharapkan tercapai

keteraturan kegiatan dengan tertib dalam upaya untuk mengejar tujuan yang hendak dicapai

oleh organisasi tersebut. Dengan koordinasi unit-unit yang terpisah dalam organisasi

diupayakan untuk saling dihubungkan dengan unit-unit yang lainnya itu sehingga unit-unit

yang terpisah tadi saling mempengaruhi unit-unit lain menjadi satu kesatuan yang terintegrasi
dan harmonis. Fungsi koordinasi adalah mempersatukan unit-unit dan menciptakan setiap unit

itu untuk saling melengkapi dan mendukung unit yang lainnya.

6. Pengawasan

Pengertian pengawasan adalah sebagai suatu proses fungsi dan prinsip administrasi

untuk melihat apa yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya terjadi. Apabila

tidak sesuai dengan semestinya maka perlu adanya penyesuaian yang mesti dilakukan.

Dengan kata lain pengawasan adalah fungsi administratif untuk memastikan bahwa apa yang

dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.

7. Evaluasi

Penilaian sebagai seperangkat kegiatan yang dapat menentukan baik tidaknya program-

program atau kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang dijalankan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditentukan. Dengan menerapkan proses penilaian terhadap suatu program

atau kegiatan yang sedang dijalankan organisasi kekuatan dan kelemahan dari program atau

kegiatan tersebut dapat diketahui untuk dapat terus dipertahankan kekuatannya dan sedikit

demi sedikit dikurangi untuk dihilangkan kelemahannya dalam menjalankan program

atau kegiatan organisasi berikutnya.

C. Pendekatan dalam Pengelolaan Pendidikan

1. Pendekatan Organisasi Klasik

Pendekatan organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan manajemen

ilmiah yang dipelopori Frederick Taylor, seorang yang memiliki latar belakang dan pengalaman

sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman sebagai kepala teknik (1856-

1915). Gerakan ini mencari upaya untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam

organisasi industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya sebagai
mesin. Frederick Taylor dan teman-temannya berkeyakinan bahwa para pekerja yang didorong

motivasi ekonomi dan keinginan psikologis yang terbatas yang memerlukan arahan-arahan

tetap.

2. Pendekatan Hubungan Manusia

Pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang sebagai

reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik. Pendekatan hubungan manusia ini dipelopori

oleh Mary Parker Follett (1868-1933) orang yang pertama kali mengenal pentingnya faktor-

faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet juga banyak menulis yang berkenaan dengan

sisi manusia dalam administrasi. Mary Follet percaya bahwa masalah yang mendasar dalam

semua organisasi adalah mengembangkan dan mempertahankan hubungan dinamis dan

harmonis. Walaupun terjadi konflik, menurut pemikiran Mary Follet, konflik tersebut merupakan

suatu proses yang normal bagi pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik itu.

3. Pendekatan Perilaku

Pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan antara hubungan

sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang diambil dari

psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh Chester I. Barnard

(1886-1961). Barnard adalah seorang kepala eksekutif pada perusahaan Bell Telepone di New

Jersey yang menulis buku dengan judul "Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini

Barnard mengulas secara lengkap teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal.

Barnard menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur

dan dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem kerja

sama, organisasi formal, organisasi formal yang komplek, dan juga organisasi informal.

Konsep- konsep dinamis yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan, kerjasama,

komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.


KESIMPULAN

Kata pengelolaan berasal dari kata manajemen. Pengertian administrasi adalah sebagai

keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas

rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnnya.

Prinsip-prinsip wawasan pengelolaan pendidikan :

• Pengambilan Keputusan

• Perencanaan

• Pengorganisasian

• Komunikasi

• Koordinasi

• Pengawasan

• Evaluasi

Pendekatan dalam pengelolaan pendidikan :

1. Pendekatan Organisasi Klasik, gerakan ini mencari upaya untuk dapat menggunakan

orang secara efektif dalam organisasi industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga

bekerja layaknya sebagai mesin.

2. Pendekatan Hubungan Manusia, pendekatan hubungan manusia adalah gerakan yang lahir

dan berkembang sebagai reaksi terhadap pendekatan organisasi klasik.

3. Pendekatan Perilaku, pendekatan perilaku dalam administrasi adalah menggabungkan

antara hubungan sosial dengan struktur formal dan menambahkannya dengan proposisi yang

diambil dari psikologi, sosiologi, ilmu politik dan ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

Cahayani,Ati, (2005),Strategi dan Kebijakan Manajemen Sumber Daya Manusia,Gramedia,

JakartaHusnan Suad, (1992) Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan, BPFE,

YogyakartaSukmadinata, Nana Syaodih. (1997).

Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek

Bandung:PT. Remaja Rosdakary.


MATERI KEDUA

PENGELOLAAN SATUAN UNIT PENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Satuan pendidikan memiliki sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai

tujuan-tujuan pendidikan. Sumber daya pendidikan di sekolah dapat dikelompokkan menjadi (a)

sumber daya bukan manusia, yang meliputi program sekolah, kurikulum, (b) sumber daya

manusia (SDM) yang meliputi kepala sekolah, guru, staf, tenaga pendidikan lainnya, siswa, orang

tua siswa, dan masyarakat yang memiliki keperdulian kepada sekolah, (c) sumber daya fisik

(SDF) yang meliputi bangunan, ruangan, peralatan, alat peraga pendidikan, waktu belajar, dan

penampilan fisik sekolah, dan sumber daya keuangan (SDK) yang meliputi keseluruhan dana

pengelolaan sekolah baik yang diterima dari pemerintah maupun masyarakat. Diperlukan bentuk

pengelolaan untuk setiap sumber daya tersebut agar dapat mewujudkan tujuan yang telah

ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan.

Pengelolaan satuan pendidikan dalam hal ini adalah penerapan manajemen berbasis

sekolah selain mensyaratkan adanya pedoman, pengelolaan pendidikan harus berdasarkan

prinsip rencana pengembangan, rencana tersebut kemudian diimplementasikan dalam bentuk

rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana jangka menengah

satuan pendidikan yang meliputi masa 4 (empat) tahun.

(1) Rencana kerja tahunan meliputi kalender pendidikan atau akademik,

(2) jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun berikutnya,

(3) mata pelajaran yang diajarkan,

(4) tugas mengajar bagi pendidik,

(5) buku teks pelajaran yang digunakan,


(6) jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana prasarana,

(7) pengadaan penggunaan dan persediaan bahan habis pakai,

(8) program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan,

(9) jadwal rapat dewan guru,

(10) komite sekolah,

(11) jadwal penyusunan RAPBS dan laporan sejenisnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam

rencana tersebut harus mendapat persetujuan dari rapat dewan guru dengan memperhatikan

pertimbangan rapat komite sekolah.

A. Konsep Dasar Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan.

Standar Pengelolaan Pendidikan pada bagian kesatu tentang standar pengelolaan oleh

satuan pendidikan dijelaskan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan

kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pada setiap satuan

pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah dan dibantu minimal oleh satu orang wakil

kepala sekolah. Pada aspek pengambilan keputusan dibagi menjadi keputusan akademik dan

non akademik. Untuk pengambilan keputusan secara akademik melalui rapat Dewan Pendidik

dipimpin oleh Kepala Satuan Pendidikan, sedangkan keputusan non akademik dilakukan oleh

komite sekolah dihadiri kepala satuan pendidikan.


Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,

partisipasi, keterebukaan, dan akuntabilitas.

1. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi

perguruan tinggi yang dalam batas-batas yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan

yang berlaku memberikan kebebasan dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan

akademik, operasional, personalia, keuangan, dan area fungsional pengelolaan lainnya yang

diatur oleh masing-masing perguruan tinggi.

2. Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang mengatur tentang:

• Kurikulum tiap satuan pendidikan dan silabus

• Kalender pendidikan/akademik yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas satuan

pendidikan selama satu tahun, dan dirinci secara semesteran, bulanan, dan mingguan.

• Struktur organisasi satuan pendidikan

• Pembagian tugas diantara pendidik

• Pembagian tugas diantara tenaga kependidikan

• Peraturan akademik

• Tata tertib satuan pendidikayang minimal meliputi tata tertib pendidik, tenaga

kependidikan dan peserta didik serta penggunaan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana

• Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan pendidikan

dengan masyarakat

• Biaya operasional satuan pendidikan.


3. Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan

penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa

4(empat) tahun.

4. Untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah, rencana kerja tahunan harus disetujui rapat

dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah/madrasah

5. Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel.

6. Pengawasan satuan pendidikan meliputi pemantauan supervisi, evaluasi, pelaporan, dan

tindak lanjut hasil pengawasan.

7. Pemantuan dilakukan, oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah atau

bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan

berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan.

8. Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur dan

berkesinambungan oleh pengawas atau pemilik satuan pendidikan dan kepala satuan

pendidikan.

9. Pelaporan hasil pengawasan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan.

10. Setiap pihak yang menerima laporan hasil pengawasan wajib menindaklanjuti laporan

tersebut untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk memberikan sangsi atas

pelanggaran yang ditentukannya.

11. Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan

memprioritaskan program:

• Wajib belajar

• Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah


• Penuntasan pemberantasan buta aksara

• Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Daerah maupun masyarakat

• Peningkatan status guru sebagai profesi

• Akreditasi pendidikan

• Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat h) Pemenuhan

Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan.

12. Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memperioritaskan

program:

• Wajib belajar

• Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan

tinggi

• Penuntasan buta aksara

• Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat

• Peningkatan status guru sebagai profesi

• Peningkatan mutu dosen

• Standarisasi pendidikan

• Akreditasi pendidikan

• Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan global

• Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan

• Penjamin mutu pendidikan nasional.


13. Pemerintah bersama-sama Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya

satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah untuk dikembangkan

menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

14. Menteri menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan tinggi untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

B. Komponen Standar Pengelolaan Pendidikan

1. Perencanaan Program

Perencanaan Program Menurut Didin Kurniadin & Imam Machali perencanaan adalah

proses kegiatan yang menyiapkan secara sistematis kegiatan–kegiatan yang akan dilakukan dan

untuk mencapai tujuan. Keperluan merencankan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia

dapat mengubah masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada

keadaan dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu sesuai dengan

Permendiknas No19 Tahun 2007, perencanaan program terdapat penyusunan visi, misi, tujuan

sekolah, serta rencana kerja sekolah/madrasah

a. Visi, sekolah/Madrasah Sekolah merumuskan, menetapkan visi serta

mengembangkannya. Visi dijadikan sebagai cita –cita bersama warga sekolah/madrasah. Visi

dirumuskan berdasar saran/masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak

yang berkepentingan selarasa dengan visi pendidikan nasional. Visi diputuskan oleh rapat

dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan

komite sekolah/madrasah lalu visi disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan

segenap pihak yang berkepentingan.

b. Misi, sekolah Sekolah merumuskan, menetapkan misi serta mengembangkannya.Misi

sekolah memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional. Misi menjadi dasar program pokok sekolah. Misi dirumuskan berdasar saran/masukan
dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat

dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Misi disosialisasikan kepada warga

sekolah.

c. Tujuan Sekolah, tujuan sekolah menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam

jangka menengah (empat tahunan). Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan sekolah mengacu pada standar kompetensi lulusanc. Tujuan Sekolah Tujuan sekolah

menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan).

Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan sekolah mengacu pada

standar kompetensi lulusan.

d. Rencana Kerja Sekolah Rencana kerja dilaksanakan berdasarkan rencana jangka

menengah. dinyatakan dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah/madrasah. Rencana

kerja jangka menengah yaitu rencana kerja empat tahun dan tahunan. Rencana kerja empat

tahun dan tahunan disesuaikan dengan persetujuan rapat dewan pendidik dan pertimbangan

komite sekolah/madrasah. Rencana kerja tersebut dijadikan sebagai dasar pengelolaan

sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan,

dan akuntabilitas. Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai,

• Kesiswaan,

• Kurikulum dan kegiatan pembelajaran,

• c)Pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya,

• Sarana dan prasarana,

• Keuangan dan pembiayaan,

• Budaya dan lingkungan sekolah,

• Peranserta masyarakat dan kemitraan,


• Rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan

pengembangan mutu

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Pelaksanaan program merupakan salah satu fungsi manajemen yang merupakan sarana

untuk merealisasikan perencanaan sekolah. Pada pelaksanaan program sekolah berdasarkan

Peraturan Mendiknas Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dibagi menjadi tiga aspek, yaitu penyusunan pedoman

sekolah, struktur organisasi, dan pelaksanaan kegiatan Kepala Sekolah/Madrasah bertanggung

jawab atas pelaksanaan pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan pendidik dan bidang

nonakademik pada rapat komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun

ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.

3. Pengawasan dan Evaluasi

Menurut Didin Kurniadin & Imam Machali pengawasan adalah suatu kegiatan untuk

mendapatkan kepastian tentang pelaksanaan program atau kegiatan agar sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi menurut Didin Kurniadin & Imam Machal adalah aktivitas

secara metodologi yang terdiri dari pencarian dan pengkombinasian data dengan

menitikberatkan pada tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh

informasi numerik dan komparatif. Penjelasan para ahli di atas dapat dipahami pengawasan dan

evaluasi adalah aktivitas untuk mendapatkan kepastian serta pengkombinasian data tentang

pelaksanaan program dengan tujuan dan rencana yang telah ditetapkan. Data pengkombinasian

dari pelaksanaan program dengan tujuan akan diperoleh informasi numeric dan komparatif.

Pegawasan dan evaluasi dalam bentuk program pengawasan dan akreditasi dilakukan pada

sekolah/madrasah.
4. Kepemimpinan Sekolah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar

Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan komponen kepemimpinan sekolah

terdiri dari tanggung jawab pengelolaan dan tugas kepala sekolah. Tanggung jawab pengelolaan

sekolah pada hakikatnya dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin. Pada pelaksanaan

tanggung jawab, kepala sekolah dapat dibantu oleh minimal satu orang wakil kepala sekolah.

Wakil kepala sekolah dipilih oleh dewan pendidik, dan proses pengangkatan serta keputusannya,

dilaporkan secara tertulis oleh kepala sekolah kepada institusi diatasnya. Kepala dan wakil kepala

sekolah memiliki kemampuan memimpin, yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkannya dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan sesuai dengan Standar Pengelolaan Satuan Pendidikan. Kepala sekolah

sebagai pemimpin diharapkan dapat menjalankan fungsinya sebagai komponen yang mampu

mengelola warga sekolah dalam pencapaian mutu layanan pendidik secara optimal.
KESIMPULAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mendukung pembangunan

nasional, sesuai dengan tujuan dan cita cita mencerdaskan kehidupan bangsa yang tercantum

pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Pendidikan juga merupakan hak dan kewajiban dari

setiap warga negara Indonesia. Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan pokok masyarakat

selain bertujuan mendukung pembangunan tetapi juga dengan tujuan meningkatkan mutu

sumberdaya manusia, sehingga pendidikan tidak dapat diabaikan begitu saja. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Pasal 2 Standar

Nasional Pendidikan pada Pasal 2 ayat 3 menyebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan

disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional dan global. Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi Standar Isi,

Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Proses, dan Standar

Penilaian, serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan.

Di dalam pengelolaan pendidikan harus memperhatikan dan menempatkan mutu sebagai

alat untuk memperbaiki serta untuk menyempurnakan pendidikan yang ada pada saat ini.

Problematika pendidikan Indonesia diterjemahkan pada pembangunan lima pilar pendidikan,

yaitu meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, meningkatkan keterjangkauan layanan

pendidikan, meningkatkan kualitas atau mutu dan relevansi layanan pendidikan, meningkatkan

kesetaraan dalam memperoleh layanan pendidikan dan meningkatkan kepastian atau

keterjaminan memperoleh layanan pendidikan.

Pada hakikatnya kelima pilar tersebut saling terkait satu sama lain, akan tetapi aspek

penjaminan mutu pendidikan menjadi faktor atau pilar yang cukup dominan dalam kegiatan
manajemen pendidikan. Manajemen Pendidikan pada era reformasi saat ini merupakan salah

satu bentuk implementasi dari UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang memberikan arahan untuk dilakukan pengelolaan pada sistem pendidikan di Indonesia,

khususnya untuk pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan menengah

menggunakan prinsip standar pelayanan minimal serta didukung dengan manajemen berbasis

sekolah.
MATERI KETIGA

PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu

sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata

pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris,

yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen

atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah

pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

Ahmad (2004) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan

untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat

memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan”. Pengelolaan kelas

merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis.

Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga,

pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan,

waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat

tercapai.

Made Pidarta (2007) “Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-

alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas”. Guru bertugas menciptakan, memperbaiki,

dan memelihara sistem atau organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan

kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugastugas individual. Sudirman (dalam Djamarah

2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas”. Kelas

mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi
edukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas

harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

Menurut Wilford A Weber. Pengelolaan kelas merupakan kumpulan perilaku kompleks

yang digunakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga peserta didik

dapat mencapat tujuan pembelajaran secara efisien.

Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai

tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan

pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya

pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya

kedalam dunia pendidikan.

Dari beberapa defisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah upaya

mendayagunakan potensi kelas. kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan

sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa

pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-

kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan

secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan

perkembangan murid.

B. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.

Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan

belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang

demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang

memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta

apresiasi pada siswa.


Suharsimi Arikunto (1988: 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar

setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara

efektif dan efisien.

Usman mengemukakan dua macam tujuan pengelolaan kelas yaitu:

• Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakanan fasilitas

belajar untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang

baik.

• Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan

alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan

belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Sedangkan menurut Mudasir (2011:20), tujuan pengelolaan adalah sebagai berikut:

• Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai

kelompok belajar.

• Menghilangkan berbagai hambatan belajar yang dapat menghalangi terwujudnya

kegiatan belajar.

• Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan

intelektual siswa di kelas.

• Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya

serta sifat individual.

Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau dari segi

interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun

yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah

yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat
berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas

guru atau wali kelas.

C. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Kelas

Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan

kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai

prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut ini:

1. Hangat dan antusias, hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. guru

yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau

pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas

2. Tantangan, penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang

akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan

munculnya tingkah laku yang menyimpang

3. Bervariasi, penggunaan alat atau media atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksi

antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan

apa yang disebut di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.

4. Keluwesan, keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar

mengajar yang efektif.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif, pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru

harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik

pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan

yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu

jalannya proses belajar mengajar


6. Penanaman disiplin diri, tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu mendorong anak didik

untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai

pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal

bila ingin anak didiknya ikut disiplin berdisiplin dalam segala hal.

D. Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan

berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk

meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan

lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil

belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003)

mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru

sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan

fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.

1. Guru Sebagai Demonstrator, guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan

apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa

tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru

adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya

sebagian besar akan ditiru oleh siswanya.

2. Guru Sebagai Pengelola Kelas, evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian

pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik

kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi.

Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain:


• Mengetahui

• Mengerti

• Mengaplikasikan

• Analisis

• Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)

• Evaluasi

3. Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator, manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini

maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau

tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan

motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai

pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber

pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.

4. Guru Sebagai Evaluator, seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan

diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai

sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa

kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam

merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.

E. Pendekatan-pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai

faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah

untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1. Pendekatan kekuasaan, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol

tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi
disiplin dalam kelas. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati

anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.

2. Pendekatan ancaman, dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas

adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam

mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya

melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

3. Pendekatan kebebasan, pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak

didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan

guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan resep, pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar

yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru

dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas.

5. Pendekatan pengajaran, pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu

perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik,

dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah

laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang

kurang baik.

6. Pendekatan sosio-emosional, pendekatan sosio-emosional akan tercapai secara maksimal

apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut

meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antarsiswa. Di dalam hal ini guru

merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru

mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.

Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi

atau sikap melindungi.


7. Pendekatan kerja kelompok, dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong

perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok

memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan

kelompok menjadi kelompok yang produktif dan selain itu guru harus pula dapat menjaga

kondisi itu agar tetap baik.

8. Pendekatan elektis atau pluralistic, pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan

pada potensialitas, kreatifitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai

pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam

suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus

mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga

pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam

pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu

kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

F. Penataan Ruang Kelas

Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan perlu memperhatikan

peraturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan belajar hendaknya

memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan anak didik bergerak secara

leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah:

• Ukuran dan bentuk kelas

• Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik

• Jumlah anak didik dalam kelas

• Jumlah anak didik dalam setiap kelompok

• Jumlah kelompok dalam kelas


Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang

pandai, pria dengan wanita).

G. Masalah yang Timbul dalam Pengelolaan Kelas

Keanekaragaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan

kelas. Menurut Made Pidarta masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan

perilaku siswa adalah:

• Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis

kelamin.

• Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap,

pergi kesana-kemari, dan sebagainya

• Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan,

merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya

• Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong

perilaku siswa yang keliru.

• Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim

yang berubah dan sebagainya

• Moral rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat

belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya

• Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas

tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.


KESIMPULAN

Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna

mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan

kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.

Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam

kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas.

Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas adalah: guru sebagai demostrator, guru

sebagai evaluator guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai fasilitator.

Prinsip-prinsip pengelolaan kelas adalah: hangat dan antusias, tantangan, bervariasi,

keluwesan, penekanan pada hal-hal yang positif, penanaman disiplin diri.

Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas terdiri dari Pendekatan kekuasan,

pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaran,

pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan sosio emosional, pendekatan kerja kelompok,

pendekatan elektis atau pluralistik.

Masalah dalam pengelolaan kelas adalah: kurang kesatuan, tidak ada standar perilaku

dalam bekerja kelompok, reaksi negatif terhadap anggota kelompok, kelas mentolerasi

kekeliruan-kekeliruan temannya, mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi

monitor, moral rendah, permusuhan, tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang

berubah.

SARAN
Seharusnya, para pendidik harus bisa mengelola kelas secara efektif, karena dapat

mempermudah pembelajaran dikelas dan seharusnya, para pelajar harus mematuhi tata tertib

dikelas, agar pembelajaran dikelas dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Kadir, St. F. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas dan Implementasinya dalam Proses

Pembelajaran. Jurnal Al-Ta’dib. 7(2):19-20

Nusi, E. 2012.eprints.ung.ac.id/1094/5/2012-2-86204-131408030-bab2-

05022013030545.pdf diposting februari 2014

Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-Malang Press, 2009), 1-2.

Karwati, Euis dan Donny Juni Priansa. Manajemen Kelas: Guru Profesional yang Inspiratif,

Kreatif, Menyenangkan dan Berprestasi. Bandung: Alfabeta, 2014.

Mulyadi, Classroom Management. Malang: UIN-Malang Press, 2009.

Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta, 2014.
MATERI KEEMPAT

PENGELOLAAN KURIKULUM

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara

sempit atau tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah

mata pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang

secara modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta

didik dibawah bimbingan guru. Administrasi kurikulum adalah administrasi yang

ditunjukkan untuk keberhasilan kegiatan belajar –mengajar secra maksimal, dengan titik

berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar.

Pengertian kurikulum menurut Taylor dalam Nanang Fatah dan Aceng Muhtaram

(1991) yaitu :

a) Perangkat bahan ajar

b) Rumusan hasil belajar yang dikehendaki

c) Penyediaan kesempatan belajar

d) Kewajiban peserta didik

Berdasarkan pengertian diatas maka ada 2 aspek penting yang harus dipahami

yaitu:

1. Isi kurikulum
2. Proses kurikulum

Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam kurikulum meliputi tujuan, materi,

strategi kegiatan pembelajaran, dan sistem evaluasi.Kurikulum dimaksudkan untuk

dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam

kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

B. Pengertian Pengelolaan Kurikulum

Pengelolaan kurikulum merupakan suatu pola pemberdayaan tenaga pendidikan

dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum itu

sendiri hal yang sangat menetutukan kebehasilan kegiatan belajar mengajar secara

maksimal, sehingga perlu adanya pengelolaan yang meliputi:

a) kegiatan perencaan;

b) kegiatan pelaksanaan dan;

c) kegiatan penilaian.

Sesuai dengan kegiatan pengelolaan kurikulum tersebut, penyajiaanya akan

diurutkan mulai dari perencaan. Namun terlebih dahulu akan dijelaskan dan dibatasi oleh

pengertian kurikulum.

Pengelolaan kurikulum berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang

membutuhkan stretegi tertentu sehingga menghasilkan produktifitas belajar bagi

siswa.Dengan demikian, pengelolaan kurikulum adalah upaya mengoktimalkan

pengalaman-pengalaman belajar siswa secara produktif.


C. Tujuan Pengelolaan Kurikulum

Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa tujuan dasar kurikulum dapat

ditinjau dalam empat dimensi, yaitu :

1) Kurikulum sebagai suatu ide,adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori

dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.

2) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, adalah sebagai perwujudan dari

kurikulum sebagai suatu ide yang diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di

dalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.

3) Kurikulum sebagai suatu kegiatan, merupakan pelaksanaan dari kurikulum

sebagai suatu rencana tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek

pembelajaran.

4) Kurikulum sebagai suatu hasil, merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai

suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya

perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, manajemen kurikulum dan pembelajaran bertujuan untuk :

• Pencapaian pengajaran dengan menitik beratkan pada peningkatan kualitas

interaksi belajar mengajar.

• Mengembangkan sumber daya manusia dengaan mengacu pada

pendayagunaan seoptimal mungkin.

• Pencapaian visi dan misi pendidikan nasional.

• Meningkatkan kualitas belajar mengajar disuatu pendidikan tertentu.


D. Peran dan Fungsi Kurikulum

Sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan, kurikulum memiliki 3

peran, yaitu :

1. Peran Konsevatif

Peran Konservatif Kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai

warisan masa lalu. Dokaotkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing

menggerogoti budaya local, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti ynag

sangat penting.

2. Peran Kreatif

Dalam peran kreatif, kurikulum harus mengandung hal – hal baru sehingga dapat

membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar

dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak

maju secara dinamis.

3. Peran Kritis dan Evaluatif

Kurikum berperan untuk menyeleksi nilai dan budaya mana yang perlu

dipertahankan, dan nilai atau budaya baru yang mana yang harus dimiliki anak didik.

Daam rangka ini peran peran kritis dan evaluatif kurikulum diperlukan. Kurikulum harus

berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap

bermanfaat untuk kehidupan anak didik.


Menurut McNeil (1990) isi kurikulum memiliki empat fungsi, yaitu :

1. Fungsi Pendidikan Umum

Fungsi Pendidikan Umum yaitu fungsi kurikulum untuk mempersiapkan peserta didik

agar mereka menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab sebagai warga

negara yang baik.

2. Suplementasi

Setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik perbedaan minat, perbedaan

kemampuan, maupun perbedaan bakat. Dengan demikian setiap anak memiliki

kesempatan untuk menambah kemampuan dan wawasan yang lebih baik sesuai

dangan minat dan bakatnya.

3. Eksplorasi

Fungsi Eksplorasi memiliki makna bahwa kurikulum harus dapat menemukan dan

mengembangkan bakat minat masing – masing siswa. Namun proses eksplorasi minat

dan bakat siswa harus ada pemaksaan dari pihak luar, misalnya para orangtua yang

sebenarnya anak tidak memiliki bakat dan minat terhadap bidang tertentu mereka

dipaksa untuk memilihnya hanya karena alasan – alasan tertentu yang sebenarnya

tidak rasional.

4. Keahlian

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai ddengan

keahlian yang didasrkan atas minat dan bakat siswa. Dengan demikian, kurikulum
harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian misalnya perdagangan, pertanian,

industri atau disiplin akademik.

Alexander Inglis (dalam Hamalik, 1990) mengemukakan enam fungsi kurikulum

untuk siswa:

• Fungsi integrasi, yaitu kurikulum harus dapat mengembangkan pribadi siswa

secara utuh.

• Fungsi diferensiasi, yaitu kurikulum harus dapat melayani siswa dengan segala

keunikannya.

• Fungsi persiapan, yaitu kurikulum harus dapat memberikan pengalaman belajar

bagi anak, baik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

maupun untuk kehidupan di masyarakat.

• Fungsi pemilihan, yaitu kurikulum yang dapat memberikan kesempatan kepada

setiap siswa untuk belajar sesuai bakat dan minatnya.

• Fungsi Diagnostik, yaitu fungsi untuk mengenal berbagai kelemahan dan

kekuatan siswa

• Fungsi penyesuaian, yaitu kurikulum harus dapat mengantarkan siswa agar

mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial masyarakat.

E. Penilaian Kurikulum

Penilaian kurikulum adalah proses pembuatan pertimbangan berdasarkan

seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan untuk membuat

keputusan mengenai suatu kurikulum.


Prinsip-prinsip penilaian kurikulum :

• Tujuan tertentu, artinya setiap program penilaian kurikulum terarah dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas.

• Bersifat objektif, berpijak pada keadaan yang sebenarnya, bersuber dari data

yang nyata dan akurat.

• Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat

dalam ruang lingkup kurikulum.

• Kooperatif, dan bertanggung jawab dalam perencanaan.

• Efesien dalam penggunaaan waktu, biaya, tenaga dan peralatan yuang menjadi

sarana penunjang.

• Berksinambungan.

Penilaian kurikulum memiliki tujuan sebagai berikut :

Secara umum penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai

pelaksanaan kurikulum di sekolah, dimana informasi ini akan bermanfaat sebagai dasar

pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah.

Secara khusus penilaian kurikulum bertujuan untuk memperoleh jawaban dari

kelengkapan komponen kurikulum di sekolah, efektivitas pelaksanaan kurikulum,

efektivitas pelaksanaan sarana penunjang, tingkat pencapaian hasil belajar ditinjau dari

kesesuaian dengan tujuan, dan dampak pelaksanaan kurikulum baik positif atau

negatif.

Ruang lingkup yang dikaji dalam penilaian kurikulum adalah :


• Tersedianya dan kelengkapan komponen kurikulum.

• Pemahaman buku kurikulum.

• Pelaksanaan kurikulum sekolah.

• Pemanfaatan sarana penunjang.


KESIMPULAN

Kuriulum merupakan program yang terencan dan menyeluruh yang menggambarkan

kualitas pendidikan suatu bangsa, sehingga kurikulum memegang peran strategis dalam

kemajuan bangsa tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya pengolaan kurikulum yang

berupa dinamis dan intergratif, dengan melaui langkah-langkah yang sistematis

profesional, dan melibatkan seluruh aspek yang terkait dalam tercapainya tujuan

pendidikan nasional.

Kurikulum pun bisa berjalan dengan baik perlu adanya pengelolaan agar pendidikan

berjalan sesuai dengan tugas dan bidangnya masing-masing. Dalam pengelolaan

kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan atau implementasi dan penilaian atau

evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Affifudin,Sobry Sutikno.2008.Pengelolaan Pendidikan.Bandung:Prospect .

Sanjaya Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Sukmadinata,nana syaodih.2010.Pengembangan Kurikulum.Bandung:PT Remaja

Rosdakarya.

https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-pengelolaan-kurikulum-pdf-free.html

http://www.dedeyahya.com/2011/10/pengelolaan-kurikulum.html

http://aridlowi.blogspot.com/2011/10/pengelolaan-kurikulum.html
MATERI KELIMA

PENGELOLAAN PESERTA DIDIK

A. Definisi peserta didik

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional),

dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah “anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu”

B. Definisi pengelolaan peserta didik

Menurut Kenezevich (Rusdiana, 2015:181) mengartikan bahwa pengelolaan peserta didik

adalah suatu layanan yang memusatkan perhatian, pengaturan, pengawasan dan layanan siswa

dikelas di luar kelas, seperti pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan

keseluruhan kemampuan minat, kebutuhan sampai matang disekolah.Dalam hal ini pengelolaan

peserta didik merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan

peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik

tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu

bukanlah dalam bentuk pencatatan/ pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi

aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran

upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.

Jadi, menurut Rusdiana (2015: 181) pengelolaan peserta didik juga diartikan sebagai usaha

pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik masuk sekolah hingga lulus sekolah.

Hal yang diatur secara langsung adalah segi-segi yang berkenaan dengan psesrta didik secara

tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain pesrrta didik dimaksudkan untuk

memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada pesrta didik.


C. Dasar Pengelolaan Peserta Didik

Dasar Hukum pengelolaan peserta didik diantaranya :

• Pertumbuhan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang mengamanatkan

mencerdaskan kehidupan bangsa.

• Batang tubuh undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 sampai ayat 5.

• Undang-undang nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang

menyatakan :

• Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu (pasal 5 ayat 1).

• Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti

pendidikan dasar (pasal 6 ayat 1).

• Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi

program pendidikan (pasal 8).

• Warga egara yang belainan pisik atau mental berhak memperoleh pendidikan luar

biasa (pasal 8 ayat 1).

• Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan

pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (pasal 12 ayat 16).

D. Tujuan dan Fungsi

Menurut Rusdiana (2015: 182) tujuan umum pengelolaan peserta didik adalah mengatur

kegiatan peserta didik agarkegiatan–kegiatan tersebut menunjang proses belajar mengajar

disekolah, lebih lanjut proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan

teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan

pendidikan secara keseluruhan. Tujuan khusus pengelolaan peserta didik adalah sebagai

berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan psikomoto peserta didik.

2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum ( kecerdasan ), bakat dan

minat peserta didik.

3. Menyalurkan aspirasi harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik.

Dengan terpenuhinya 1,2 dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai kebahagiaan

dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat berjalan dengan baik dan tercapai cita-cita

mereka. Sedangkan fungsi pengelolaan kelas peserta didik adalah sebagai wahana bagi

peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi

individualnya, sosial, segi aspirasi, kebutuhan dan potensi peserta didik.

Fungsi pengelolaan peserta didik secara khusus :

• Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, ialah agar

mereka dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak

hambatan. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi, kemampuan umum (kecerdasan),

kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.

• Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi sosial peserta didik ialah agar

peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orang tua, dan

keluarganya, dengan lingkungan sosial sekolahnya dan lingkungan sosial

masyarakatnya. Fungsi ini berkaitanj dengan hakikat peserta didik sebagai mahluk

sosial.

• Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik ialah

agar peserta didik tersalur hobi, kesenangan dan minatnya.

• Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik

ialah agar peserta didik sejahtera dalam kehidupannya.

E. Prinsip Pengelolaan Peserta Didik


Yang dimaksudkan dengan perinsip ialah sesuatu yang harus dipedomani dalam

melaksanakan tugas. Jika sesuatu tersebut sudah tidak dipedomani lagi, maka akan tanggal

sebagai suatu perinsip. Perinsip pengelolaan peserta didik mengandung arti bahwa dalam

rangka mengelola peserta didik, prinsip-prinsip yang disebutkan dibawah ini haruslah selalu

dipegang dan dipedomani. Adapun prinsip-prinsip pengelolaan peserta didik menurut Rusdiana

(2015:182) tersebut adalah sebagai berikut :

• Pengelolaan peserta didik dipandang sebagai bagian dari keseluruhan pengelolaan

sekolah. Oleh karena itu ia harus mempunyai tujuan yang sama atau mendukung

terhadap tujuan pengelolaan secara keseluruhan. Ambisi sektoral pengelolaan peserta

didik tetap di tempatkan dalam kerangka pengelolaan sekolah. Ia tidak boleh di

tempatkan di luar sistem pengelolaan sekolah.

• Segala bentuk kegiatan pengelolaan peserta didik harus lah mengemban misi

pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik. Segala bentuk kegiatan baik yang

ringan atau yang berat maupun yang di sukai atau yang tidak disukai oleh pesertaa didik

harus diarahkan untuk mendidik peserta didik dan bukan untuk yang lainnya.

• Kegiatan-kegiatan pengelolaan peserta didik haruslah diupayakan untuk

mempersatukan peserta didik yang mempunyai aneka ragam latar belakang dan

perbedaan. Perbedaan pada peserta didik tidak diarahkan bagi munculnya konflik di

antara mereka melainkan mempersatukan serta saling memahami dan menghargai.

• Kegiatan pengelolaan peserta didik harus dipandang sebagai upaya pengaturan

terhadap pembimbingan peserta didik. Membimbing memerlukan kesediaan dari pihak

yang di bombing yaitu pesrta didik.

• Kegiatan pengelolaan pengolahan peserta didik haruslah mendorong dan memacu

kemandirian peserta didik. Prinsip kemandirian akan bermanfaat bagi peserta didik tidak

hanya di sekolah, tetapi juga ketika sudah terjun ke masyarakat. Hal ini mengandung
arti bahwa keberuntungan peserta didik harus sedikit demi sedikit dihilangkan melalui

kegiatan pengelolaan peserta didik.

• Apa yang diberikan kepada peserta didik dan yang selalu diupayakan oleh kegiatan

pengelolaan peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, bak

disekolah maunpun untuk masa depan.

• Aktivitas peserta didik hendaknya mempertimbangkan hal berikut:

a) Atas dasar penelusuran minat dan kemampuan, serta pola jenis karir

dalam masyarakat.

b) Aktivitas pengelolaan dilaksanakan secara demokrastis.

c) Peserta didik dipandang sebagai orang orang yang memiliki potensi.

d) pembinaan dilakukan secara berkesinambungan.

e) Tidak menambah beban biaya bagi orang tua.

f) Pengelolaan dilaksanakan secara terpadu.

• Kegiatan dilaksanakan atas azas kerja sama.

• Perlu adanya deskripsi, pembagian tugas yang jelas.

• Setiap saat dievaluasi secara komprehensif.

F. Rekrutmen Peserta Didik

Setiap tahun ajaran baru, sekolah disibukkan oleh penerimaan peserta didik yang baru.

Sebelum kegiatan ini dimulai, Kepala Sekolah terlebih dahulu membentuk panitia yang

berdasarkan pedoman dari Kanwil untuk tingkat SLTP/SLTA yang terdiri dari :

• Ketua : Kepala Sekolah

• Sekertaris : Salah seorang guru

• Bendahara : Bendaharawan UUDP Sekolah yang bersangkutan

• Seksi Pendaftaran : Maksimum 3 (tiga) orang guru


Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar biasanya lebih sederhana, hanya beberapa

orang saja yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. Adapun tugas dari panitia ini adalah mengadakan

pendaftaran calon peserta didik, seleksi, pendaftaran kembali peserta didik yang diterima dan

melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan penerimaan calon peserta didik kepada Kepala

Sekolah yang selanjutnya dilaporkan ke Kantor Wilayah. Untuk lebih jelasnya dapat

dideskripsikan sebagai berikut :

1. Pendaftaran

Jadwal penerimaan peserta didik tersebut disebarluaskan kepada masyarakat melalui

sekolah dan media masa, termasuk semua persyaratan yang diperlukan, daya tampung, waktu

tempat, petugas dan lain-lain. Pendaftaran dilakukan secara tertulis menggunakan format

khusus yang sudah disediakan, dengan melampirkan “Danem” (Daftar NEM = Nilai Ebtanas

Murni). Panitia penerimaan calon peserta didik melakukan rekapitulasi pendaftaran, yang

selanjutnya melaporkannya kepada panitia di tingkat Kanwil.

2. Syarat-syarat Pendaftaran

Sesuai dengan Pedoman penerimaan peserta didik yang baru dari Kanwil, bahwa :

a. Usia. Untuk kelas 1 SD wajib diterima anak-anak yang berumur 7-12 tahun. Apabila jumlah

calon peserta didik kelas I (satu) Sekolah Dasar yang berumur 7 sampai 12 tahun masih kurang

dari 40 (empat puluh) orang dapat diterima anak yang pada bulan juli tahun ajaran baru minimal

berusia 5,5 tahun. Untuk kelas I SMP dapat diterima peserta didik yang pada bulan juli telah

berusia telah berusia maksimal 18 tahun. Sedangkan untuk kelas I SLTA dapat diterima peserta

didik pada bulan Juli telah berusia maksimal 21 tahun.

b. STTB dan Nilai Ebtanas yang dimiliki oleh calon peserta didik.
c. Calon peserta didik yang diterima, wajib mengisi surat pernyataan yang telah disediakan pihak

sekolah dengan lengkap, yang ditandatangani oleh calon peserta didik dan diketahui oleh orang

tua atau walinya.

d. Calon peserta didik yang akan memasuki SLTA harus berkelakuan baik dan tidak terlibat

kenakalan remaja/penyalahgunaan narkotika, yang dinyatakan dalam kartupribadi dari sekolah

yang bersangkutan. Hal ini dibuktikan dengan Surat Keterangan Kelakuan Baik dari sekolah asal

calon yang bersangkutan dan ditandatangani oleh Kepala Sekolah.

3. Seleksi

Seleksi diadakan apabila sekolah-sekolah yang jumlah pendaftarnya melebihi daya

tampung yang tersedia. Adapun yang dipergunakan dasar penyelesaian dalam Danem

Asli.Panitia penerimaan calon peserta didik menyusun Nilai Ebtanas Murni (NEM). Semua calon

peserta didik yang mendaftarkan pada sekolah yang bersangkutan, berdasarkan jumlah

keseluruhan nilai bidang studi yang tercantum dalam daftar NEM.

4. Pengumuman dan Daftar Ulang

Pengumuman hasil seleksi harus dilakukan sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah

ditentukan, supaya tidak menimbulkan keresahan bagi calon peserta didik yang akan diterima

dan yang tidak diterima. Biasanya pengumuman ini diambil oleh petugas pendaftaran sekolah

sebelumnya.

Bagi calon peserta didik yang diterima diharuskan mendaftar ulang pada sekolah yang

menerimanya dalam batas waktu yang telah ditentukan. Sedangkan mereka yang dinyatakan

diterima tetapi tidak daftar ulang dalam batas yang ditetapkan, dinyatakan mengundurkan diri.

Dalam pedoman bahwa daya tampung setiap kelas pada tingkat Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas sebanyak 40 orang peserta didik.
Pada waktu pendaftaran ulang biasanya calon peserta didik harus melengkapi

persyaratan administrasi sebagai berikut :

• Mengisi formulir daftar ulang yang telah disediakan,

• Salinan STTB yang telah dilegalisir oleh Kepala Sekolah,

• Salinan raport kelas tertinggi,

• Salinan akte kelahiran/keterangan kelahiran,

• Surat keterangan kesehatan dari dokter,

• Surat keterangan kelakuan baik dari Kepala Sekolah asal,

• Kartu pribadi dari BP di Sekolah asal,

• Pas Photo ukuran 3x4 atau 4x6 sebanyak yang diperlukan,

• Menandatangani surat perjanjian tidak melanggar tata tertib sekolah yang bersangkutan

(diketahui oleh orang tua),

• Mengisi formulir dari BP (Bimbingan dan Penyuluhan),

• Membayar uang administrasi, misalnya membayar SPP/BP3 bulan pertama tahun

ajaran, uang seragam dan lain-lain.

5. Orientasi Calon Peserta Didik

Sebelum peserta didik mengikuti pelajaran pada sekolah yang baru diadakan masa

orientasi. Adapun tujuan diadakannya orientasi bagi calon peserta didik antara lain adalah :

1) Peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah.

2) Peserta didik dapat aktif dalam kegiatan sekolah,

3) Agar calon peserta didik merasa betah di sekolah, semua warga sekolah yang lama

harus bersikap ramah kepada calon peserta didik dan selalu siap membantu apabila
diperlukan.Kepala sekolah hendaknya memanfaatkan kesempatan ini untuk

menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

1). Memperkenalkan semua tenaga guru dan bukan guru,

2). Memperkenalkan semua pengurus OSIS,

3). Menjelaskan mengenai program sekolah,

4). Menjelaskan tentang tata tertib sekolah,

5). Menjelaskan fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh sekolah,

6). Menjelaskan tentang struktur organisasi selain-lai

C. Penempatan Peserta Didik

Sebelum peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu

perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Menurut William A. Jeager

yang diperhatikan dalam pengelompokkan belajar yaitu :

• Fungsi integrasi yaitu dalam pengelompokkan peserta didik menurut umur, jenis

kelamin, dan sebagainya.

• Fungsi perbedaan, yaitu dalam pengelompokkan peserta didik berdasarkan pada

perbedaan individu, misalnya: bakat, kemampuan, minat dan sebagainya.

Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :

• Friendship Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan kesukaan di

dalam memilih teman diantaranya peserta didik itu sendiri.

• Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini adalah campuran

antara peserta didik yang berprestasi tinggi dan peserta didik yang berprestasi

rendah.

• Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas kemampuan

dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri.
• Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas

perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.

• Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test

intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.

D. Pembinaan Peserta Didik

Keberhasilan kemajuan belajar peserta didik serta prestasi yang ditempuh peserta didik,

memerlukan data otentik yang dapat dipercaya serta memiliki keabsahan. Karena kemajuan

peserta didik merupakan faktor yang sangat vital bagi kebutuhan perkembangan berlangsungnya

proses pendidikan.

Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan para lulusan yang berkualitas. Tinggi

rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pengaruh itu

adalah penilaian yang dilakukan oleh para guru atau lembaga kependidikan. Berarti pula bahwa

penilaian-penilaian menurut keobjektifan dari penilai. Nilai kemajuan peserta didik dilakukan

dengan cara mengisi buku laporan pendidikan atau raport. Isi dari raport tersebut adalah nilai-

nilai bidang studi yang dipelajari peserta didik sesuai dengan petunjuk kurikulum yang sudah

diprogramkan bagi tujuan masing-masing lembaga pendidikan. Raport yang berisikan kemajuan

peserta didik mempunyai arti yang sangat penting bagi kontrol kemajuan prestasi belajar peserta

didik selama berada di sekolah tersebut, sampai peserta didik itu tamat dan melanjutkan ke

sekolah/jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

1. Pencatatan dan Pelaporan Kemajuan Peserta Didik

Pencatatan dan pelaporan tentang di sekolah sangat diperlukan sejak diterima di sekolah

itu sampai mereka tamat atau meninggalkan sekolah tersebut.


Untuk itu diperlukan beberapa peralatan dan perlengkapan yang dapat dipergunakan

sebagai alat bantu dalam pencatatan dan pelaporan tersebut.Peralatan dan perlengkapan yang

diperlukan itu berupa :

a. Buku induk, buku ini disebut juga buku pokok atau stambuk. Buku ini berisi catatan tentang

peserta didik yang masuk pada sekolah tersebut. Setiap pencatatan peserta didik disertai

dengan nomor pokok/stambuk, dan dilengkapi pula dengan data-data lain setiap peserta didik.

b. Buku klapper, pencatatan buku ini dapat diambil dari buku induk, tetapi penulisannya

disusun berdasarkan abjad. Hal ini untuk memudahkan pencarian data peserta didik kembali

jika sewaktu-waktu diperlukan.

c. Daftar presensi, daftar hadir peserta didik sangat penting sebab frekuensi kehadiran setiap

peserta didik dapat diketahui/dikontrol. Untuk memeriksa kehadiran peserta didik pada

keseluruhan kegiatan di sekolah, setiap hari biasanya daftar kehadiran itu dipegang oleh

petugas khusus. Sedangkan untuk memeriksa kehadiran peserta didik di kelas pada jam-jam

pelajaran, daftar hadir itu dipegang oleh guru.

d. Daftar mutasi peserta didik, untuk mengetahui keadaan jumlah pesrta didik dengan persis,

sekolah harus mempunyai buku/daftar mutasi peserta didik. Daftar mutasi itu digunakan untuk

mencatat ke luar masuk peserta didik dalam setiap bulan, semester atau setahun. Hal ini

karena keadaan jumlah peserta didik tidak tetap, ada peserta didik pindahan dan ada pula

peserta didik yang keluar.

e. Buku catatan pribadi peserta didik, buku catatan peserta didik ini lebih lengkap lagi

tentang data setiap peserta didik. Buku ini antara lain berisi : identitas peserta didik, keterangan

mengenai keadaan keluarga, keadaan jasmani dan kesehatan, riwayat pendidikan serta hasil
belajar, data psikologis (sikap, minat, dan cita-cita) dan juga kegiatan di luar sekolah. Buku ini

biasanya disimpan di ruang BP dan dikerjakan pula oleh petugas BP.

f. Daftar nilai, daftar nilai ini dimiliki oleh setiap guru bidang studi, khusus untuk mencatat hasil

tes setiap peserta didik pada bidang studi/mata pelajaran tertentu. Dalam daftar nilai ini dapat

diketahui kemajuan belajar peserta didik, karena setiap nilai hasil tes dicatat di dalamnya. Nilai-

nilai tersebut sebagai bahan olahan nilai raport.

g. Legger, legger merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang studi untuk setiap peserta

didik. Pengisian/pencatatan nilai-nilai dalam legger ini dikerjakan oleh wali kelas sebagai bahan

pengisian rapor. Pencatatan nilai-nilai dalam legger untuk tingkat SD satu tahun tiga kali dan

untuk tingkat SLTP/SLTA satu tahun dua kali.

h. Buku Rapor, buku rapor merupakan alat untuk melaporkan prestasi belajar perta didik

kepada orang tua/ wali atau kepada peserta didik itu sendiri. Selain prestasi belajar, dilaporkan

pula tentang kehadiran, tingkah laku peserta didik dan sebagainya. Buku ini diberikan tiga kali

dalam satu tahun untuk tingkat SD dan dua kali untuk tingkat SLTP/SLTA.

2. Organisasi Peserta Didik Intra Sekolah ( OSIS )

OSIS merupakan wadah untuk menampung dan menyalurkan serta mengembangkann

kreativitas peserta didik, baik melalui kegiatan kulikuler mauun ekstra kulikuler. Dengan adanya

organisasi ini diharapkan sekolah akan merupakan suatu wiatamandala ( lingkungan pendidikan

), yaitu lingkungan dengan suasana belajar mengajar yang efektif dan efisien, yang tergamabar

dalam hubungan yang harmonis antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta

didik, demikian pula guru dengan guru, dan antara peserta didik dengan orang tua.

Adapun ada persyaratan yang harus ditempuh pengurus OSIS yaitu sebagai berikut:

• Mempunyai tujuan OSIS


• Melakukan pembinaan OSIS

• Melskukan Stukturisasi OSIS

• Mempunyai syarat pengurus OSIS

• Melakukan perincian tugas perangkat OSIS.

3. Layanan-layanan Khusus yang Menjunjung Kelancaran Peserta Didik

A. Bimbingan di Sekolah

Pelaksanaan pendidikan sekolah perlu melibatkan tiga komponen pokok yaitu program

instruksional yang baik, administrasi yang lancar dan bimbingan yang terarah serta adnya

saran/prasarana yang memadai fungsi bimbingan di sekolah ada 3 yaitu

Fungsi penyaluran, yaitu membantu peserta didik dalam memilih jenis sekolah lanjutannya,

memilih program,memilih lapangan pekerjaan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan cita-

citanya.

• Fungsi mengadaptasikan, yaitu membantu guru/tenaga edukatif lainnya untuk

menyesuaikan program pengajaran dengan minat, kemampuan, dan cita-cita peserta

didik.

• Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan

bakat, minat, dan kemampuannya, untuk mencapai perkembangan yang optimal.

Tujuan umum bimbingan di sekolah :

• Mengemangkan pengertian dan pemahaman diri.

• Mengembangkan pengetahuan tentang jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan serta

persyaratannya.

• Mengembangkan pengetahuan tentang berbagai nilai dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat.
• Mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah.

• Mengembangkan kemampuan merencanakan masa depan dengan bertolak pada bakat,

minat, dan kemampuannya.

Tujuan khusus bimbingan di sekolah :

• Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

• Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya.

• Mengatasi kesulitan dalam memahami berbagai nilai.

• Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasikan kesulitan dan masalah pemecahannya.

• Mengatasi kesulitan dalam menyalurkan minat dan bakatnya dalam perencanaan masa

denpan, baik yang menyangkut pendidikan maupun pekerjaan yang tepat.

• Mengatasi kesulitan dalam belajar dan hubungan sosial.

B. Perpustakaan Sekolah

Perpustakaan sekolah merupakan perangkat kelengkapan pendidikan dalam mencapai

tujuan umum pendidikan nasional. Perpustakaan sekolah diselenggarakan disetiap sekolah.

Penyelenggaraannya adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah, baik sebagai ahli

perpustakaan maupun guru yang ditugaskan diperpustakaan dan telah mendapatka

khusus/latihan sebelumnya. Layanan perpustakaan bertujuan untuk menyajikan informasi untuk

meningkatkan proses belajar mengajar serta rekreasi bagi semua warga sekolah dengan

menggunakan bahan pustaka. Secara oprasional layanan perpustakaan terdiri dari layanan

sirkulasi, referensi, dan bimbingan membaca.


C. Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS )

Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di

sekolah. Sasaran utama UKS adalah untuk meningkatkan atau membina kesehatan murid dan

lingkungan hidupnya. Program UKS :

• Mencapai lingkungan hidup yang sehat.

• Pendidikan kesehatan.

• Pemeliharaan kesehatan di sekolah.

D. Kantin Sekolah

Kantin atau warung sekolah perlu adanya di setiap sekolah supaya makanan yang di beli

peserta didik terjamin keberhasilannya dan cukup mengandung gizi.

E. Transfortasi Sekolah

Sarana angkutan bagi peserta didik merupakan salah satu menunjang untuk kelancaran

belajar mengajar. peserta didik akan merasa aman dan dapat masuk/pulang sekolah dengan

waktu yang tepat.

f. Asrama bagi peserta didik

Bagi peserta didik khususnya jenjang pendidikan menengah dan pendidikan, terutama

bagi mereka yang jauh orang tuanya diperlukan adanya asrama.

G. Guru Dalam Pelayanan Peserta Didik

Guru merupakan sumber daya manusia yang potensial bagi pengembangan kreatifitas

peserta didik dalam berbagai aspek. Partisipasi guru dalam penyelenggaraan peserta didik

menduduki teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi pelayanan terhadap peserta didik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pelayanan peserta didik di sekolah sebagai

berikut :

• Kehadiran peserta didik dan masalah-masalahnya.

• Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan petunjuk bagi peserta didik baru tentang kelas

dan program study

• Evaluasi dan pelaporan kemajuan peserta didik.

• Program bagi peserta didik yang mempunyai kelainan seperti pengajaran perbaikan dan

pengajar luar biasa.

• Pengendalian disiplin peserta didik.

• Program bimbingan penyuluhan.

• Program kesehatan dan pengamanan.

• Penyesuaian pribadi, dan emosional peserta didik.

Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan

tanggung jawab secara formal. Pelayanan peserta didik perlu penanganan secara serius karena

peserta didik adalah warga sekolah yang menjadi tujuan akhir sebagai “output” atau keluaran

yang perlu diperhatikan kualitasnya/lulusannya. Proses belajar mengajar berhasil dengan baik

apabila seluruh komponen yang terlibat dalam proses tersebut dapat dijadikan salah satu sumber

informasi yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menilai proses belajar mengajar secara

nyata.

H. Disiplin Kelas

Di dalam pembicaraan disiplin, dikenal dua istilah yang pengertiannya hampir sama tetapi

terbentuknya satu sama lain merupakan urutan. Kedua istilah itu adlah disiplin dan ketertiban.

Diantara kedua istilah tersebut terleih dahulu terbentuk pengertian ketertiban, baru kemudian

pengertian disiplin (Suharsimi, 1993:114)


Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib

karena didorong oleh sesuatu yang datangdari luar. Sedangkan disiplin menunjuk pada

kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya

kesadaran yang ada pada kata hatinya. Dengan demikian, disiplin kelas (dirjen PUOD dan Dirjen

Dikdasmen, 1996:10) adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang di dalamnya tergabung guru

dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Dengan disiplin para siswa bersedia untuk tunduk dan mengikuti peraturan tertentu dan

menjauhi larangan tertentu. Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sabar

diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran

tugastugas sekolah.Satu keuntungan lain dari adanya displin adalah siswa belajar hidup dengan

pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya.Menegakkan

disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi kebebasan dan kemerdekaan siswa akan tetapi

sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada siswa dalam batas-batas

kemampuannya. Akan tetapi juga kalau kebebasan siswa terlampau dikurangi atau dikekang

dengan peraturan maka siswa akan berontak dan mengalami frustasi dan kecemasan. Di

sekolah, disiplin banyak digunakan untuk mengontrol tingkah laku siswa yang dikehendaki agar

tugas-tugas sekolah dapat berjalan dengan optimal.

I. Penanggulangan Pelanggaran disiplin

Penanggulangan pelanggaran disiplin kelas perlu dilaksanakan secara penuh

kehatihatian, demokratis dan edukatif. Cara-cara penanggulangan dilaksanakan secara bertahap

dengan tetap memperhatikan jenis gangguan yang ada dan siapa pelakunya, apakah dilakukan

oleh individu atau kelompok. Langkah tersebut mulai dari tahapan pencegahan sampai pada

tahapan penyembuhan, dengan tetap bertumpu penekanan substansinya bukan pada pribadi

peserta didik. Disamping itu juga harus tetap menjaga perasaan kecintaan terhadap peserta didik

bukan karena rasa benci atau emosional. Namun demikian perlu disadari benar bahwa disiplin di
kelas sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor lingkungan siswa seperti

lingkunga rumah. Oleh karena itu, guru juga perlu menjalin kerja sama dengan orang tua siswa,

agar kebiasaan disiplin di sekolah yang hendak dipelihara itu semakin tumbuh

subur.Di bawah ini dikemukakan tiga jenis teknik pembinaan disiplin kelas :

• Teknik “Inner Control”

Teknik ini sangat disarankan untuk digunakan guru-guru dalam membina disiplin peserta

didiknya. Teknik ini menumbuhkan kepekaan/penyadaran akan tata tertib dan pada akhirnya

disiplin harus tumbuh dan berkembang dari dalam peserta didik itu sendiri (self dicipline) Dengan

kata lain peserta didik diharapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri.

• 2. Teknik “External control”

Teknik external control yaitu mengendalikan diri dari luar berupa bimbingan dan penyuluhan.

Teknik ini dalam menumbuhkan disiplin cenderung melakukan “pengawasan” (yang kadang perlu

diperketat dan kalau perlu menjatuhkan hukuman terhadap setiap pelanggaran).

• . Teknik “Cooperative control”

Dengan teknik ini, pembinaan disiplin kelas dilakukan dengan bekerja sama guru dengan

peserta didik dalam mengendalikan situasi kelas ke arah terwujudnya tujuankelas yang

bersangkutan. Dimana guru dan peserta didik saling mengontrol satu sama lain terhadap

pelanggaran tata tertib.Yang perlu diperhatikan oleh guru dalam proses pembinaan disiplin kelas

adalah perbedaan-perbedaan individual peserta didik dalam kesanggupan mengadakan mawas

diri (instropeksi) dan pengendalian dirinya (self control). Karena itu teknik cooperative control

sangat dianjurkan untuk menetralisir teknik inner control (yang menuntut kedewasaan) dan

ekternal control (yang menganggap peserta didik belum dewasa).

J. Problematik Hukuman
Pemberian hukuman dalam upaya penegakan disiplin memang perlu, kendatipun kadang-

kadang hukuman kurang efektif dari ganjaran yang perlu diambil.Karena itu hukuman yang

diberikan kepada peserta didik yang melanggar peraturan hendaknya memperhatikan prinsip -

prinsip (Ornstein dan Eggen yang dikutip oleh Maman Rahman :1998) sebagai berikut :

1) Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan.

2) Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan.

3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional.

4) Hukuman hendaknya diberikan pada awal kejadian dari pada akhir kejadian.

5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah/fisik.

6) Jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang.

7) Jangan memberi tugas tambahan sebgai hukuman.

8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan.

9) Pelajari tipe hukuman yang diijinkan sekolah.

10) Jangan menggunakan stndar hukuman ganda.

11) Jangan mendendam.

12) Konsisten dengan pemberian hukuman.

13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan.

14) Jangan memberi hukuman berdasar selera


KESIMPULAN

Pengelolaan peserta didik adalah suatu layanan yang memusatkan perhatian,

pengaturan, pengawasan dan layanan siswa dikelas di luar kelas, seperti pengenalan,

pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseluruhan kemampuan

minat, kebutuhan sampai matang disekolah.Dalam hal ini pengelolaan peserta didik merupakan

suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari

mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah

atau suatu lembaga.

Tujuan manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar

kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di

lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran dilembaga tersebut (sekolah)

dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat meberikan kontribusi bagi pencapaian

tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Fungsi manajemen peseta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk

mengembangkan diri se-optimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi

individualitasnya, segi sosial, aspirasi kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya. Agar

tujuan dari fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaannya.

Langkah-langkah pengelolaan peserta didik antara lain:

• Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru

• Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru

• Analisis kebutuhan peserta didik

• Rekruitmen peserta didik

• Seleksi peserta didik

• Orientasi
• Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)

• Pembinaan dan pengembangan peserta didik

• Pencatatan dan pelaporan

• Kelulusan dan alumni

DAFTAR PUSTAKA

Ariska, Ria Sita. 2015. Manajemen Kesiswaan. Jurnal Manajer Pendidikan. Vol.9. No.6.

Dian, Ana Kameloh. 2017. Manajemen Layanan Peserta Didik Inklusif di Kota Palangka Raya.

Jurnal Studi Agama dan Masyarakat. ISSN: 1829-8257. Vol.13 No.2.

https://www.academia.edu/36071711/PENGELOLAAN_PESERTA_DIDIK

http://teananecpp.blogspot.com/2018/12/makalah-pengelolaan-peserta-didik.html
MATERU KEENAM

PENGELOLAAN TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

A. Definisi Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan proses pengelolaan sumber

daya manusia yang potensial serta berperan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Diantara tenaga pendidik dan kependidikan ini meliputi guru, dosen, kepala sekolah, rector, staf

tata usaha dan staf-staf lainnya. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah

mekanisme pengelolaan yang harus dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan

mulai dari tenaga pendidik dan kependidkan melalui proses perencanaan sumber daya

manusia, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi, penghargaan, pembinaan

dan latihan/pengembangan, dan pemberhentian.Semua itu dilakukan untuk membentuk dan

menghasilkan tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

Suatu organisasi pendidikan seperti sekolah berhak memilih dan melakukan seleksi

untuk menerima tenaga pendidik daan kependidikannya. Hal ini dimaksudkan agar sekolah bias

lebih baik dan berkualitas sehinga siswa sebagai inputnya bisa berkualitas pula.

Tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

Tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan berbeda dengan sistem

manajerial sumber daya manusia pada konteks bisnis. Di dunia pendidikan tujuan pengelolaan

SDM lebih mengarah kepada pembangunan pendidikan yang bermutu, membentuk SDMyang

hamdal, produktif, kreatif, berprestasi. Tujuan dari pengelolaan tenaga pendidik dan

kependidikan adalah agar mereka memiliki kemampuan, motivasi, dan kretivitas untuk :
• Mewujudkan sistem sekolah yang mampu mengatasi kelemahan-kelemahannya sendiri

• Secara berkesinambungan menyesuaikan program pendidikan sekolah tehadap

kebutuhan kehidupan peserta didik dan persaingan terhadap kehidupan masyarakat

secara sehat dan dinamis.

• Menyediakan bentuk kepemimpinan yang mampu mewujudkan human

organization yang pengertiannya lebih dari relationship pada setiap jenjang manajemen

orgaanisasi pendidikan nasional.

B. Peranan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Peranan Tenaga Pendidik Menurut Djamarah dalam Sutirna (2018, P. 147-148),

peranan pendidik itu adalah sebagai : 1) Korektor; 2) Inspirator; 3) Informator; 4) Organisator; 5)

Motivator; 6) Inisiator; 7) Fasilitator; 8) Pembimbing; 9) Demonstrator; 10) Pengelola kelas; 11)

Mediator; 12) Supervisor; 13) Evaluator

Peranan Tenaga Kependidika

Menurut WahjosumijodalamPurwanti (2013: 214), kepalasekolahmerupakan salah satu

komponen pendidikan yang paling berperanpentingdalammeningkatkankualitaspendidikan.

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru, yang diberitugas untuk memimpin

suatu sekolah dimana diselenggarakannya proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi

interaksi guru dalam memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran.

Menurut MulyasadalamPurwanti (2013:214), perspektife depan mengisyaratkan bahwa

kepalasekolah juga harus mampu berperan sebagai figure dan mediator. Beberapa peran

kepalasekolah dalam paradigm baru manajemen pendidika nyaitusebagaiberikut :

• Kepalasekolah sebagai pemimpin.

• Kepalasekolah sebagai manajer.

• Kepala sekolah sebagai pendidik.


• Kepala sekolah sebagai administrator.

• Kepalasekolahsebagai motivator.

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut Aliyyah (2018, P. 23), ruang lingkup kegiatan pengelolaan pendidik dan tenaga

kependidikan meliputi kegiatan :

• Rekrutmen , Rekrutmen pendidik dan tenaga kependidikan terdiri dari seleksi, orientasi

dan penempatan.Untuk mendapatkan tenaga kependidikan dan pendidik yang

berkualitas serta memenuhi prinsip the right man on the right place maka dilakukan

kegiatan perekrutan yang diawali dengan kegiatan seleksi, dilanjutkan dengan kegiatan

orientasi dan penempatan.

• Pembinaan , Pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi, penggajian, pemberian

kesejahteraan, kenaikan pangkat, penilaian pendidik dan tenaga kependidikan serta cuti

pegawai.Pembinaan dilakukan dalam upaya mengelola dan mengendalikan pegawai

selama melaksanakan kerja di lembaga/sekolah.

• Pemberhentian dan Pemensiunan, Pemberhentian atau pemesiunan pegawai negeri

sipil diatur dalam peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1979.Pemensiunan PNS

maksudnya adalah berakhirnya status seseorang dari status PNS karena alasan-alasan

tertentu. Pemberhentian PNS dapat terjadi karena permintaan sendiri, mencapai batas

usia pension, adanya penyederhaan organisasi, tidak cakap jasmani/rohani,

meninggalkan tugas, meninggal dunia atau hilang dan lain-lain. Hak pensiun PNS diatur

dalam undang-undang nomor 11 tahun 1969.Pensiun dimaksud adalah berhentinya

seseorang yang telah selesai menjalankan tugasnya sebagai PNS karena telah

mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas pensiunnya.
KESIMPULAN

Tenaga atau personalia pendidik adalah orang yang terlibat dalam tugas-tugas

pendidikan, yaitu guru/dosen sebagai pemegang peran utama, manajer/ administrator,

supervisior, dan pegawai. Personalia pendidikan perlu dibina agar bekerja sama secara lebih

baik dengan masyarakat. Adapun jenistenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,

pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peniliti dan pengembangan di bidang

pendidikan, pustakawan, laboran, teknisi sumber belajar dan penguji. Tenaga pendidik terdiri

atas pembimbingan,pengajar dan pelatih. Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala

sekolah, direktur, ketua, rektor, dan pimpinan satuan pendidikan luar sekolah. Tenaga

kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,

sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Adapun tujuan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah

memungkinkan organisasi mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat

dipercaya, dan memiliki motivasi tinggi, meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki

oleh tenaga kependididkan, mengembangkan sistem kerja dengan kinerja tinggi,

mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi, serta menciptakan iklim kerja

yang harmonis. Sebagai seorang tenaga kependidikan, pendidik memiliki peran atau tugas yaitu

sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing,

demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator yang mana ke semua itu

harus dilakukan sesuai dengan kompetensi dan ketentuan yang telah ditetapkan. Aspek kerja

guru dan manajemen sekolah terdiri dari kepercayaan dasar alamiah guru dalam mengajar dan

mendidik, dan memiliki kemampuan mengontrol kelas, mampu bekerja sama dan mengelola

proses belajar dan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Aliyyah, R.R.2018. Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Polimedia

Publising.

Bachtiar, M.Y. 2016. Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Malang: Jurnal Publikasi

Pendidikan.Vol.VI, No.3.

Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan.Yogyakarta: Deepublish.

Fry, Heather, et al. 2009. A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education. UK:

Routledge.

Anda mungkin juga menyukai