Anda di halaman 1dari 205

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA

DI DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH


KABUPATEN LEBAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :
Yunita
NIM. 666111063

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Oktober 2015
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Yunita
NIM : 6661110637
Tempat tanggal lahir : Tangerang, 5 Juni 1993
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan


Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila
dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsur plagiat, maka
gelar kesarjanaan saya bisa dicabut.

Serang, Oktober 2015

Yunita
NIM. 6661110637
Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
(QS. Al Baqarah: 286)

Katakanlah kamu bisa dan itu sudah setengah jalan


keberhasilan
(Theodore Rosevelt)

Ku persembahkan hasil karya kecilku

Perjuanganku dan jawaban atas doaku selama

ini

Untuk Ayah dan Ibu tercinta

Kakakku dan Adikku tersayang

Serta teman-temanku yang selalu setia

menemaniku dikala suka maupun duka


ABSTRAK

Yunita. NIM. 6661110637. Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa


Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr. Ayuning Budiati, MPPM;
Dosen Pembimbing II, Dr. Dirlanudin, M.Si

Desa Sawarna memiliki daya tarik yang khas berupa keunikan fisik lingkungan
alam pedesaan, kekayaan alam pesona wisata maupun kehidupan sosial
masyarakatnya yang dikemas secara alami dan menarik sehingga daya tarik
perdesaan dapat menggerakkan kunjungan wisatawan. Dalam mengembangkan
pariwisata di Desa Sawarna terdapat masalah yang menghambat pelaksanaan
pengembangan wisata diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan
sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi antara
Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya
pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, kurangnya
kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil
kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Pariwisata di Desa
Sawarna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada
analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam penentuan
alternatif strategi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang tepat untuk
diterapkan dalam pengembangan Pariwisata Desa Sawarna adalah Strategi
menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk meningkatkan daya
tarik wisata, Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari
pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan, strategi
meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun pariwisata di
Desa Sawarna, dan strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata di Desa Sawarna.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Parwisata, Sawarna


ABSTRACT

Yunita. NIM. 6661110637. Tourism Development Strategy in the Sawarna


Village, Bayah Subdistrict, Lebak. Public Administration Department. Social
and Politic Faculty. Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor, Dr.
Ayuning Budiati, S.IP. MPPM.; Second Advisor, Dr. Dirlanudin, M.Si.
Sawarna Tourism Village has a peculiar fascination such as the physical
uniqueness of the natural environment of rural, and the social life of rural
community which is packaged in natural and attractive so that attraction can
increase the tourist visit. There are problems hindering the implementation of the
tourism development in Sawarna Village, among which are not optimal provision
of facilities and infrastructure at tourist sites, lack of coordination between
manager of Sawarna Village and Local Government, the empowerment of
community-based tourism operators are still not optimal, and lack of
opportunities for Sawarnas local communities to market handicraft and culinary
in the tourism site. The goal of this research is to analyze the appropriate strategy
in the tourism development in Sawarna Village. The method used in this research
is qualitative with descriptive approach. This research use a theory base on the
SWOT analysis presented by Hunger and Wheelen in determining strategic
alternatives. The result of this research showed that the appropriate strategy to be
applied in the Tourism Development in Sawarma Village is to explore the
potential of natural and artificial tourism original made from Sawarna Village to
increase the attractiveness of tourism, enhance the capacity and role of the
community in the tourism development, draw up regional modeling of Sawarna
Village which is based to tourism development sustainable/environmentally
friendly, increase the capacity and role of the community in developing tourism in
the Sawarna Village, and strengthening the awareness of local communities in
tourism development in the Sawarna Village.

Keyword : Strategy, Tourism Development, Sawarna


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat

dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat

Iman, Islam dan sehat walafiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul

penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu Strategi Pengembangan Pariwisata Di

Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Penyusunan skripsi ini tidak

akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang

selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka

pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan

terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Ir. Soleh Hidayat, M.Sc sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

4. Mia Dwiana, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

i
5. Gandung Ismanto, S.Sos, MM sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Rahmawati, S.Sos, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

7. Ipah Ema Jumiati, S.IP, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak

sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat

membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini

selesai dengan sebaik-baiknya.

9. Dr. Dirlanudin, M.Si sebagai Pembimbing II yang membantu dan

memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari

awal hingga akhir.

10. Listyaningsih, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang

memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan.

11. Hasuri, M.Si sebagai penguji I siding skripsi penelitian yang telah

memberikan masukkan demi kesempurnaan penelitian yang dilakukan

peneliti,

12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali

penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

ii
13. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil

serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak-anaknya di masa

depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang

terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.

14. Kakakku (Kurnia Sepyanti) dan Adikku (Anita Fridayanti) yang selalu

sabar, baik, dan memberikan semangat selama ini.

15. Sahabat seperjuangan Diana Pusvita dan Lilla Mujiani yang selalu setia

menemani sejak awal masuk di Kelas C Program Studi Ilmu Administrasi

Negara 2011 hingga penyelesaian skripsi.

16. Teman-teman khusunya kelas C Program Studi Ilmu Administrasi Negara

2011 Firstyana, Nita, Desy Hartining, Seli, Dhani, Roy, Dedi, Gema, Ari,

Risda, dan lainnya yang tidak sempat disebutkan satu persatu. Terimakasih

untuk dukungan dan doanya selama ini.

17. Inge, Mia, Sughron Jazila, dan Nindi yang sudah membantu untuk

menemani selama penelitian skripsi ini.

18. Keluarga BEM FISIP UNTIRTA 2014 yang sudah memberikan warna dan

dukungan selama berada di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

19. Keluarga HIMANE 2012 dan HIMANE 2013 yang sudah memeberikan

warna dan pendewasaan selama berorganisasi di Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

20. Reifky Syahmi Kusuma, Genta Noer Kahar, dan Alfin Nugroho sebagai

sahabat setia yang selalu ada dan membantu selama ini meskipun berbeda

kampus dan berjalan jauh untuk menemani penelitian skripsi.

iii
21. Keluarga Bams Kost Renita, Siska, Anggi, Kekey, Lape, dan Lia yang selalu

setia menemani selama di Serang dan memberi dukungan serta doa untuk

penyelesaian skripsi.

22. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluru

informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan

skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan

skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang

membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti

sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, 26 Oktober 2015

Yunita

NIM. 6661110637

iv
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 17

1.3 Batasan Masalah....................................................................................... 17

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 17

1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 18

1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 18

1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................. 19

v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI

DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 24

2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik ................................................... 24

2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi ............................................... 26

2.1.1.2 Pengertian Strategi ............................................................ 30

2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi .............................................. 32

2.1.2 Konsep Pariwisata ......................................................................... 33

2.1.2.1 Pengertian Pariwisata ........................................................ 33

2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata ................................................. 36

2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata ...................................................... 37

2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan ......................................................... 39

2.1.2.5 Desa Wisata ....................................................................... 40

2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata ............................................. 45

2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Desa Wisata ...................................... 48

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata 49

2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis

Masyarakat ......................................................................... 51

2.1.4 Analisis SWOT .............................................................................. 53

2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 56

2.3 Kerangka Pemeikiran Penelitian ............................................................. 61

2.4 Asumsi Dasar .......................................................................................... 64

vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................................... 65

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ............................................................ 66

3.3 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 66

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 66

3.5 Instrumen Penelitian ................................................................................ 70

3.6 Informan Penelitian ................................................................................. 72

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 73

3.8 Uji Kreadibilitas Data ............................................................................. 75

3.9 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 78

4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ............. 78

4.1.2 Visi dan Misi Desa Sawarna .......................................................... 79

4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna ................................................. 80

4.1.4 Potensi Wisata Sawarna ................................................................. 82

4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna .................... 86

4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna dibidang

Pariwisata ....................................................................................... 89

4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten ............. 89

4.2 Deskripsi Data ......................................................................................... 91

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ............................................................... 91

4.2.2 Data Informan Peneliti ................................................................... 94

vii
4.3 Pembahasan ............................................................................................. 96

4.3.1 Strengths ......................................................................................... 96

4.3.1 Weaknesses ................................................................................... 105

4.3.2 Opportunities ............................................................................... 114

4.3.3 Threats ......................................................................................... 123

4.3.5 Analisis Faktor Internal ................................................................ 128

4.3.6 Analisis Faktor Eksternal ............................................................. 130

4.3.7 Matriks Analisis SWOT ............................................................... 135

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 141

5.2 Saran ...................................................................................................... 143

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014 ................... 2

1.2 Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013 ........................................... 6

1.3 Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di

Kecamatan Bayah tahun 2013 ................................................................... 8

1.4 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung

ke Desa Sawarna Tahun 2014 ................................................................... 9

1.5 Daya Tarik Sawarna Lebak ..................................................................... 10

1.6 Penetapan Kawasan Strategis di Kawasan Kabupaten Lebak ................. 14

1.7 Sarana dan Prasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna ........................... 15

2.1 Matriks TOWS ........................................................................................ 56

3.1 Informan Penelitian ................................................................................. 72

3.2 Jadwal Penelitian ..................................................................................... 77

4.1 Data Penduduk Desa Sawarna Kec. Bayah Kab. Lebak ......................... 80

4.2 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna ............. 81

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian ......................................... 82

4.4 Potensi Desa Wisata Sawarna ................................................................. 87

4.5 Informan Penelitian ................................................................................. 95

4.6 Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna ............................ 98

4.7 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Des) Desa

Sawarna Kecamatan Bayah Tahun 2013-2016 ..................................... 103

4.8 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal ............................................ 134

4.9 Matriks SWOT ..................................................................................... 135

ix
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Model Manajemen Komperehensif .......................................................... 29

2.2 Alur Kerangka Berpikir ............................................................................ 63

3.1 Analisis Data Model Interaktir ................................................................. 73

4.1 Analisis SWOT ....................................................................................... 136

x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN III Pedoman Wawancara

LAMPIRAN IV Membercheck

LAMPIRAN V Matriks Wawancara

LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN VII Data Pendukung Penelitian

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia terutama dalam kegiatan sosial dan ekonomi, dalam menghadapi

tantangan dan peluang telah dilakukan perubahan peran pemerintah dibidang

kebudayaan dan pariwisata yang pada masa lalu berperan sebagai pelaksana

pembangunan, saat ini lebih difokuskan hanya kepada tugas-tugas pemerintahan

terutama sebagai fasilitator agar kegiatan pariwisata yang dilkukan dapat

berkembang dengan pesat. Permasalahan yang cukup kompleks membutuhkan

intervensi dari semua pihak secara bersama, namun pada pelaksanannya selama

ini cenderung parsial dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan pada

masyarakat umumnya juga belum optimal. Partisipasi masyarakat yang menjadi

sumber penting dalam pembangunan juga sudah mulai luntur. Untuk itu

diperlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyuluruh dalam upaya

penanggulangan kemiskinan.

Indonesia memiliki kekayaan budaya dan alam yang indah. Indonesia juga

menyediakan tempat-tempat yang sangat menarik untuk di kunjungi, sekedar

berekreasi atau untuk mempelajari tempat yang indah dan penuh budaya.

Tempat-tempat yang menarik di Indonesia mampu menarik semua wisatawan

baik dalam negeri maupun luar negeri untuk datang dan berwisata. Kontribusi

pariwisata dalam perolehan devisa Negara menagalami kenaikan setiap

1
2

tahunnya dengan kedatangan tamu mancanegara, seperti yang terlihat pada

tabel perkembangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia

pada tahun 2010-2014.

Tabel 1.1

Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2010-2014

Tahun Wisatawan Rata- Rata-rata Penerimaan Devisa


Mancanegara rata Pengeluaran Per
Lama Orang (USD)
Jumlah Pertumbuhan Tinggal Per Per Jumlah Pertumbuhan
(%) (hari) Hari Kunjungan (juta (%)
USD)
2010 7,002,944 10.74 8.04 135.01 1,085.75 7,603.45 20.73

2011 7,649,731 9.24 7.84 142.69 1,118.26 8,554.39 12.51

2012 8,004,462 5.16 7.70 147.22 1,133.81 9,120.85 6.62

2013 8,802,129 9.42 7.65 149.31 1,142.24 10,054.15 10.23

2014 9,435,411 7.19 7.66 154.42 1,183.43 11,166.13 11.06

(Sumber : Pusdatin Kemenprekraf & BPS Tahun 2014)

Berdasarkan di atas bahwa terdapat jutaan wisatawan mancanegara yang

berwisata ke Indonesia dan semakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini

menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi di sektor pariwisata. Menurut

data dalam Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Tahun 2010-2025

dari Kementrian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif, Indonesia

memiliki 222 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di 50

Destinasi Pariwisata Nasional, dan 88 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak usaha yang dilakukan pemerintah

untuk mengembangkan pariwisata untuk menyumbang devisa Negara.


3

Pembangunan kawasan wisata atau destinasi wisata menurut Undang-

undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan meliputi Industri Pariwisata,

Destinasi Pariwisata, Pemasaran, Kelembagaan Pariwisata. Pembangunan dan

pengembangan destinasi wisata kini menjadi prioritas pembangunan guna

mendatangkan kembali wisatawan yang telah berkunjung, dan semakin menarik

minat wisatawan yang belum berkunjung. Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembangan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 mengatakan bahwa visi

pembangunan kepariwisatan adalah terwujudnya pariwisata berkelas dunia,

berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan

kesejahteraan rakyat, jadi dalam pembangunan kepariwisataan bertjuan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat.

Indonesia memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang

cukup besar sebagai pengembangan modal dasar pembangunan dan

perkembangan kepariwisataan. Modal dasar tersebut, apabila dikelola dan

direncanakan dengan baik dan terarah akan mempunyai peranan yang besar dalam

menunjang pencapaian nasional, yakni meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat, memperluas, dan meratakan kesempatan berusaha dan

lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan

mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata. Usaha pemberdayaan masyarakat,

terutama dalam kaitannya dengan kepariwisataan adalah dengan

diimplementasikannya konsep pariwisata kerakyatan secara nyata di masyarakat.


4

Masyarakat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dunia

pariwisata. Berbagai program dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk meningkatkan daya saing

pariwisata di Indonesia. Kemajuan pariwisata harus diimbangi dengan kemajuan

perekonomian masyarakat. Pemberdayaan menjadi tolak ukur keberhasilan

pariwisata Indonesia, jadi perlunya peningkatan pariwisata dengan berbasis

masyarakat. Strategi untuk mengembangkan pariwisata dengan meningkatkan

partisipasi masyarakat adalah dengan cara meningkatkan kemajuan Desa Wisata.

Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009, menyerahkan sebagaian urusan di

bidang penyelenggaraan pariwisata kepada pemerintah daerah. Penyerahan

sebagian urusan pariwisata kepada pemerintah daerah tersebut diperluas dengan

keberadaan UU No. 32 tahun 2004 mengenai Otonomi Daerah. Bergulirnya

otonomi daerah, memungkinkan setiap daerah untuk memilih sektor yang menjadi

andalan sesuai dengan potensi yang dimilikidan kebutuhan masyarakat, jika

pariwisata menjadi pilihan sektor andalan dalam pembangunan suatu wilayah,

maka wilayah tersebut harus memiliki berbagai keunikan karakteristik untuk

pengembangan perekonomian, sekaligus mampu meberdayakan masyarakat luas,

baik pelaku maupun penikmat dari pengembangan pariwisata.

Provinsi Banten memiliki potensi objek pariwisata yang besar. Pola

pengembangan pariwisata Provinsi Banten berdasarkan Peraturan Daerah Nomor

9 Tahun 2005 membagi tiga kawasan pariwisata yaitu: (1) Wilayah

Pengembangan Pariwisata (WPP) A terdiri dari Kab/Kota Tangerang, Pantai

Utara, dan Kota Serang; (2) Wilayah Pengembangan Pariwisata (WPP) B terdiri
5

dari Kota Cilegon, Pantai barat, dan Ujung Kulon; (3) Wilayah Pengembangan

Pariwisata (WPP) C terdiri dari Banten Tengah, dan Pantai Selatan.

Awal mula adanya Desa Wisata di Provinsi Banten karena adanya

program PNPM Mandiri Pariwisata yang memberikan stimulun untuk desa yang

memiliki potensi wisata di daerahnya untuk di kembangkan dengan sentuhan

langsung masyarakat sekitar melalui desa wisata, oleh sebab itu dinamakanlah

Desa Wisata untuk desa-desa yang memiliki potensi wisata. Sejak tahun 2009,

Pemerintah Provinsi Banten telah mendapat alokasi dana untuk kegiatan PNPM

Mandiri Bidang Pariwisata, sampai dengan tahun anggaran 2014 jumlah desa

yang telah mendapat alokasi anggaran dari PNPM Mandiri Bidang Pariwisata

adalah sebanyak 21 desa. Desa Wisata yang ada di Provinsi Banten dari tahun

2009 sampai dengan 2013 berbeda mendapat jumlah anggaran dana bantuannya,

ada yang sudah mendapat tiga kali, dua kali, dan satu kali sesuai dengan potensi

sumber daya manusianya di desa dalam kemandirian mengembangkan desa

wisata. Desa wisata tersebut memiliki potensi daerah wisata yang berbeda-beda

ada yang termasuk desa wisata berkarakteristik alam, sejarah, ataupun budaya.

Seperti pada pesebaran desa wisata yanga ada di Provinsi Banten dapat dilihat dari

tabel berikut :
6

Tabel 1.2

Desa Wisata di Provinsi Banten Tahun 2013

Kota/Kabupaten Kecamatan Kelurahan/Desa


Kabupaten Lebak Kec.
Leuwidamar s
Kec. Bayah
Kec.
Wanasalam
Kec. Cibeber
Kec.
Malimping
Kota Serang Kec. Kasemen
Kec. Walantaka
Kabupaten Serang Kec. Cinangka

Kec.
Padarincang
Kec.
Keramatwatu
Kec. Bandung
Kabupaten Kec. Jiput
Pandeglang
Kec. Labuan
Kec.
Panimbang
Kec. Kadu Hejo
Kec. Cipeucang
Kec.
Mandalawangi
Kec. Pulo Sari
(Sumber : Database Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten 2013)

Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata dan kebudayaan yang banyak

dan indah. Potensi wisata di Provinsi Banten yang menarik minat wisatawan

diantaranya adalah pada wisata bahari (Pantai Anyer, Tanjung Lesung, Pantai

Carita, Pulau Umang, Pantai Sawarna, Pulau Peucang, Pulau Burung), ekowisata

(Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung dan Pulau Krakatau), dan wisata religi

(Masjid Agung Banten, Batu Al Quran, dan Makam-makam Kesultanan Banten).


7

Selain itu, Provinsi Banten juga memiliki tempat wisata sejarah yang sangat

terkenal di seluruh Indonesia yaitu Cagar Budaya Banten Lama. potensi

pariwisata dan kebudayaan yang banyak menjadikan kesempatan bagi Provinsi

Banten untuk mengembangkan desa wisata dengan meningkatkan kemandirian

masyarakat lokal dalam membantu mengembangakan pariwisata di wilayahnya.

Pada tahun 2014, Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak

Provinsi Banten masuk menjadi nominasi penghargaan Desa Wisata Nasional

Terbaik dari 10 besar Desa Wisata yang ada di Indonesia, Desa Sawarna

mendapat peringkat ke-7 terbaik se-Nasional. Desa wisata yang masuk dalam 10

besar adalah dari Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi

Banten, Desa Gampong Punge Balang Kecamatan Jaya Baru Cut Kota Banda

Aceh, Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Provinsi

Jawa Timur, Desa Kalibiru Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo DIY, Desa

Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah,

Desa Kaligono Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo Provinis jawa

Tengah, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul DIY, Desa

Panglipurna Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali, Desa bagak Sahwa

Kecamatan Singkawang Timur Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat, dan

Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Jawa Timur.

Penghargaan tersebut diberikan pada desa-desa penerima bantuan PNPM Mandiri

Pariwisata dan unsur penilaiannya mencakup tranasparansi keuangan dan

seberapa besar pemanfaatan dana serta monitoring langsung ke Desa Wisata

tersebut. Pada tahun 27 September bertepatan dengan hari Pariwisata Dunia maka
8

dinyatakan Desa Wisata Terbaik diraih oleh 1) Desa Dieng Kulon Banjarnegara,

Jawa Tengah yang pada tahun 2012 meraih penghargaan harapan desa wisata. 2)

Desa Panglipurna Kabupaten Bangli, Bali. Dan pada posisi 3) Desa Gubug

Klakah, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kecamatan Bayah memiliki potensi ekonomi dari masing-masing desa

sesuai dengan potensi yang ada di daerahnya yang dapat dikembangkan dan

diberdayakan, seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.3

Potensi Ekonomi yang Paling Menonjol dan Sudah diberdayakan di

Kecamatan Bayah tahun 2013

Potensi Ekonomi
No Desa 1 2 3
1 Bayah Barat Perdagangan Jasa Perikanan Laut
2 Damarsari Perkebunan Pariwisata Perikanan Laut
3 Sawarna Pariwisata Perikanan Laut Industri Kerajinan
4 Cidikit Pertanian Industri Gula Aren Peternakan
5 Bayah Timur Pertanian Perdagangan Pertambangan
6 Cimancak Pertanian Pengolahan Biji Perdagangan
Emas
7 Sukawan Pertanian Pertambangan Perdagangan
8 Pasirgombong Pertanian Pertambangan Penggalian Ziolit
Emas
9 Cisuren Pertanian Pengolahan Biji Peternakan
Emas
10 Pamubulan Pertanian Galian Batu Kapur Perkebunan Karet
11 Sawarna timur Pertanian Industri Sale Pisang Industri Mabel
(Sumber: Kecamatan Bayah Dalam Angka tahun 2014 BPS Provinsi Banten)

Potensi ekonomi utama Desa Sawarna ialah pariwisata, berbeda dengan

desa lainnya yang menjadi potensi ekonomi utama di daerahnya. Hal tersebut
9

memberikan dampak kepada masyarakat lokal dengan menambah

perekonomiannya melalui pariwisata.

Tabel 1.4

Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara yang berkunjung ke Desa

Sawarna Tahun 2014

No Bulan Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara


1 Januari 824 10
2 Februari 828 6
3 Maret 816 10
4 April 823 10
5 Mei 821 6
6 Juni 811 10
7 Juli 2.819 20
8 Agustus 802 32
9 September 405 25
10 Oktober 1.033 30
11 November 525 9
12 Desember 471 3
Jumlah 10.978 171
(Sumber : Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak,

2014)

Desa Sawarna memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan sehingga

Sawarna merupakan kunjungan wisata terbanyak yang di datangkan wisatwan

Nusantara maupun Mancanegara. Desa Sawarna mempunyai kesempatan yang

besar sebagai salah satu Desa Wisata yang terpilih menjadi Desa Wisata terbaik di

tahun 2014, hal tersebut menjadi alasan peneliti untuk meneliti pengembangan

Desa Wisata Sawarna dengan menganalisis strategi Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kabupaten Lebak dalam pengembangannya sehingga dapat menjadi

salah satu desa wisata terbaik se-Nasional yang mendapat peringkat ke-7 terbaik
10

se-Nasional dan mendorong pengelola untuk meningkatkan kualitas pelayanan

desa wisata sebagai daya tarik wisata dengan masyarakat sebagai subjek yang

dapat memberdayakan diri sendiri dan mengentaskan kemiskinan di desa.

Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak untuk mengembangkan pariwisata

sebagai salah satu sumber pendapatan telah dimulai sejak awal pembangunan

jangka panjang tahap kesatu, tetapi baru dikembangkan pada awal tahun 1990-an.

Tabel 1.5
Daya Tarik Sawarna Lebak
No Daya Tarik Alam Obyek Wisata Keterangan
1 Daya Tarik Utama a. Surfing
b. Pantai Sawarna
c. Pulau Tanjung
layar
d. Pantai Pasir
Putih Ciantir
e. Gua Lalay
2 Daya Tarik a. Gua Pangir
Pendukung b. Pemancingan
c. Pantai Muara
Sawarna
d. Pantai Lagon
Pari
e. Karang taraje
f. Karang Bokor
(Sumber : Profil Desa Wisata tahun 2014)

Desa Sawarna merupakan salah satu desa di Kecamatan bayah, Kabupaten

Lebak yang memiliki panorama alam yang masih asli, sehingga dapat

memanjakan mata dan memuaskan hati bagi para wisatawan yang datang. Obyek

wisata pantai yang ada di Desa Sawarna yaitu Pantai Ciantir Sawarna dan Pantai

Pulo Manuk, di sisi timur juga terdapat Pantai Legon Pari. Pantai yang ada di

Desa Sawarna secara karakteristik sama dengan pantai lainnya, namun yang

membedakan pantai yang ada di Desa Sawarna adalah memiliki pantai yang
11

panjang dengan pasir putih yang landai, karang-karang yang indah dan gelombang

ombak yang cukup tinggi. Di pantai ini pun terdapat sebuah karang kembar yang

menjulang berbentuk kerucut karena ratusan tahun lalu yaitu tanjung layar yang

merupakan ciri khas dari wisata Desa Sawarna. Area wisata pantai ini masih

terbilang sangat minim dalam fasilitas yang diantaranya, hanya ada satu pos yang

berjaga di pantai, dan belum ada tempat penyewaan seperti alat untuk wisata

airnya, meskipun ada itu hanya satu tempat yang menyewakan alat tersebut,

kemudian akses jalan yang menuju wisata pantai ini masih terbilang cukup jauh

dan jalan yang masih rusak, untuk melalui pantai ini harus melewati sebuah

jembatan bambu yang keamanannya sangat tidak mendukung.

Desa Sawarna juga memiliki keindahan alam yang tidak kalah indahnya

dari pantai. Di Desa Sawarna terdapat beberapa goa yang terkenal diantaranya

adalah Goa Lalay dan Goa Kalelawar yang dihuni oleh ratusan bahkan ribuan

kalelawar, dan didalam goa pun dapat disaksikan berbagai kehidupan satwa dan

jernihnya air yang mengalir menyusuri goa. Selanjutnya yaitu terdapat juga Goa

Langir, yang menurut cerita goa ini adalah menjadi salah satu tempat

peristirahatan Jepang, dan ada juga Goa Lawuk yaitu goa yang memiliki berbagai

macam stalaktit dan stalagmit yang beraneka ragam bentuk, serta ada juga Goa

Harta Karun, menurut cerita Goa ini tempat penyimpanan harta yang dimiliki oleh

tentara Jepang.

Desa Sawarna memiliki Wisata Budaya yang berlimpah. Kesenian yang

ada di Desa Sawarna yaitu Pencak Silat, Seni Tari, dan sejumlah budaya yang ada

di Banten seperti halnya kesenian Dongdang juga terdapat di desa ini. Desa
12

Sawarna juga memiliki Kerajinan Tangan yang dikukir dengan kayu mahoni,

sudah dikenal dan banyak menerima pesanan dari berbagai wisatawan lokal dan

Mancanegara. Kerajinan tangan masyarakat Desa Sawarna yang berupa Gitar,

menjadi daya tarik lain para wisatawan yang berkunjung ke desa ini karena

keindahan ornamen ukirannya dan memiliki kualitas suara yang baik.

Situs sejarah yang dimiliki oleh Desa Sawarna adalah Tapak Sikabayan

dan makam orang Belanda yang bernama Jhon Louis Van Goh. Ia adalah orang

pertama yang membuka lahan perkebunan kelapa di Sawarna saat pemerintahan

Hindia Belanda pada tahun 1907. Tapak Sikabayan adalah sebuah karang yang

mirip dengan kaki manusia berusia besar. Karang ini menarik karena cerita rakyat

yang mengiringnya. Dalam cerita, Si Kabayan adalah salah satu tokoh yang

memiliki karakteristik dalam masyarakat Sunda, yang pernah bertapa di karang

tersebut. Desa Sawarna juga memiliki wisata religius salah satunya yaitu Makam

Mbah Tumengguk Sawarna, beliau adalah salah seorang leluhur yang

mengabdikan hidupnya untuk Desa Sawarna.

Desa Sawarna memiliki wisata kuliner, yaitu dengan terdapat industri

rumah tangga pengolahan gula merah yang terdapat dari kelapa sawit yang

dicampur dengan buah cokelat. Kemudian minuman dari buah mahoni dan juga

terdapat Sale Pisang yang dikelola secara tradisi tanpa bahan pengawet yang bisa

bertahan lama.

Desa Sawarna juga terdapat potensi pendukung yaitu juga menyediakan

fasilitas homestay yang terdapat disekeliling pantai yang berada dalam

pemukiman masyarakat. Di Desa Sawarna tidak terdapat penginapan berupa hotel


13

karena mengambil konsep wisatawan berbaur dengan masyarakat lokal secara

langsung dengan masyarakat menyewakan rumahnya untuk penginapan. Semua

inilah yang menjadikan Desa Sawarna sebagai salah satu Desa Wisata di Lebak.

Untuk Memberi lapangan pekerjaan pada masyarakat lokal dan dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan desa wisata maka

membutuhkan strategi yang tepat. Strategi merupakan penentuan cara yang harus

dilakukan agar memungkinkan memperoleh hasil yang optimal, efektif, dan dalam

jangka waktu yang relatif singkat serta tepat menuju tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan dan pengelolaan objek pariwisata di Kabupaten Lebak masih

mengandalkan pada instansi pemerintah dan swasta, yang tentunya manfaat

ekonomi lebih banyak dinikmati oleh pemerintah pusat danswasta, sedangkan

kondisi masyarakat sekitar objek wisata sendiri yang masih minus dari segi

ekonominya dan perlu ditingkatkan kesejahteraan hidupnya. Hal ini terjadi karena

pemerintah masih menganggap kesiapan sumber daya manusia masyarakat lokal

belum mampu mengelola wisata alam secara mandiri dan professional, sehingga

pemberdayaan masyarakat lokal terkesan masih bersifat kurang tercukupi.

Kecamatan Bayah merupakan kawasan strategis pariwisata dan

berwirausaha di Kabupaten Lebak, sehingga Desa Sawarna sebagai salah satu

Desa di Kabupaten Lebak menjadi salah satu desa yang dikembangkan menjadi

Desa Wisata oleh Kementrian Pariwisata. Seperti yang terlihat pada tabel dibawah

ini:
14

Tabel 1.6
Penetapan Kawasan Strategis di Kabupaten Lebak

Kawasan Fungsi
No. Kriteria Kawasan Arah Penanganan
Strategis Pengembangan

Berpotensi
sebagai kawasan
ekonomi untuk
persaingan tingkat
kabupaten
Perdagangan Meningkatkan
Kawasan Kawasan yang
dan jasa skala aksesibikitas dan
1. Bayah dan didorong
kabupaten sarana penunjang
Sekitarnya perkembangannya
Pariwisata perekonomian,
wisata dan kegiatan
tambang
Mengembangkan
potensi wisata yang
ada di desa
Menjaga
kelestarian sosial
Kawasan Kawasan yang dan budaya
Sosial Budaya
2. Masyarakat dikendalikan masyarakat adat
Pariwisata
Adat Baduy perkembangannya baduy
Pengembangan
pariwisata lokal
Menjaga
kelestarian sosial
Kawasan
Kawasan yang dan budaya
Kaolotan Sosial Budaya
3. dikendalikan masyarakat adat
Banten Pariwsata
perkembangannya baduy
Kidul
Pengembangan
pariwisata lokal
(Sumber : RTRW Kab. Lebak 2013-2033)

Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal pada lokasi

penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna, diantaranya adalah :

Pertama, belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di

lokasi obyek wisata. Desa Sawarna hanya memiliki satu pos penjaga pantai yang

berada di Pantai Ciantir atau Pasir Putih, pos penjaga pantai tersebut hanya dijaga

oleh penjaga pantai pada saat musim liburan saja. Di sekitar lokasi obyek wisata
15

juga tidak terdapat toilet umum, yang ada hanya toilet yang disewakan oleh

pemilik warung disekitar pantai dan juga kurangnya tempat pembuangan sampah.

Tabel 1.7
Sarana Dan Parasarana di Lokasi Wisata Desa Sawarna
SARANA DAN PRASARANA DI LOKASI WISATA DESA SAWARNA
1 Penginapan/homestay Ada 59 Penginapan (Homestay)
2 Warung Makan 20 Warung Makan
3 Kamar Mandi dan WC 20 MCK (tidak umum)
4 Air Bersih Tersedia
5 Listrik Tersedia
6 Tempat Sampah Minim
7 Toko Cinderamata Belum Tersedia
8 Jaringan Telepon Tersedia (telkomsel, Indosat, dan
Xl Indo)
9 Bank dan Money Changer Tidak ada
10 Kantor Pos Tidak Ada
11 Panggung Hiburan Belum Ada
12 Fasilitas Pendukung yang Sarana alat Surfing
Lain
13 Pos Penjaga Pantai 1 di Pantai Ciantir

(Sumber : Peneliti, 2015)

Kedua, kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan

Pemerintah Daerah dalam pertemuan baik secara formal maupun informal dalam

pengembangan Desa Wisata Sawarna, sehingga pelaksanaan kegiatan kurang

efektif. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Suhanda S.IP sebagai Kepala Desa

Sawarna yang menyatakan bahwa masih kurang komunikasi dan koordinasi

dengan Disporapar Kab. Lebak terkait pembangunan pariwisata (wawancara, 20


16

Agustus 2015). Pengembangan Desa Sawarna lebih banyak dibantu dari APBD

Provinsi. Desa Sawarna merupakan icon pariwisata di Provinsi Banten saat ini

karena potensi wisatanya yang besar, tetapi kurang respon dari Pemerintah Daerah

khususnya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak sebagai

pemegang kewenangan pengembangan pariwisata di wilayahnya.

Ketiga, belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata

berbasis masyarakat. Pembinaan yang didapatkan masyarakat sebagai pengelola

pariwisata langsung di daerahnya adalah hanya satu kali dalam setahun. Seperti

yang di sampaikan oleh bapak Zaenal Mustofa S.Pd yaitu sebagai Ketua Lembaga

Pemberdayaan masyarakat (LPM) Desa Sawarna yang menyatakan bahwa

pembinaan yang didapatkan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak hanya

sekali saja, melainkan yang sering mengadakan pembinaan atau pelatihan-

pelatihan adalah dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten

(wawancara, 20 Agustus 2015).

Keempat, kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna

untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata. Salah

satu kemajuan dari pariwisata kerakyatan adalah masyarakat lokal mampu

memberdayakan dirinya sendiri melalui kemampuannya dengan memanfaatkan

peluang obyek wisata yang ada disekitarnya. Seperti observasi yang ditemukan

oleh peneliti bahwa tidak ada hasil karya masyarakat lokal Desa Sawarna yang di

pasarkan di lokasi utama obyek wisata Desa Sawarna, yang hanya ada penjual

pakaian yang bertuliskan Sawarna yang berasal dari luar Desa Sawarna bahkan

tidak berdomisili di Provinsi Banten dan bukan hasil karya masyarakat lokal Desa
17

Sawarna. Desa Sawarna memiliki daya ketrampilan masyarakat yang tinggi, tetapi

belum dapat dikembangkan oleh Pemerintah Daerah.

1.2 Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah yang berkaitan dengan latar belakang di atas yang terdiri:

1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi

obyek wisata.

2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan

Pemerintah Daerah.

3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis

masyarakat.

4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk

memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.

1.3 Batasan Masalah

Batasan Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian yang diteliti yaitu

pada Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah

Kabupaten Lebak.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian yang diuraikan

sebelumnya, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan,

Bagaimanakah strategi yang tepat dalam pengembangan pariwisata di Desa

Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak?


18

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1. Tujuan Operasional

Untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai

strategi yang sebaiknya dilakukakan untuk mengembangkan pariwisata di Desa

Sawarna.

1.5.2 Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan, baik bagi Pemerintah Daerah Kab. Lebak, Pemerintah Desa

Sawarna, Masyarakat Desa Sawarna, dan Wisatawan.

1.5.3 Tujuan Individual

Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak

yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis maupun

secara teoritis.

1.6.1 Manfaat Praktis

Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan mengenai cara pengembangan pariwisata yang ada di Desa

Sawarna.
19

b. Bagi pembaca, Penelitian ini dapat menjadi promosi Pariwisata di

Desa Sawarna yang memilikiki obyek wisata yang berlimpah untuk dijadikan

lokasi wisata unggulan di Provinsi Banten .

1.6.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

pengembangan Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam Pembangunan

Daerah, Pembangunan Masyarakat, dan Pemberdayaan Masyarakat melalui

Pariwisata Pedesaan.

1.7 Sistematika Tulisan

Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah

dipahami maka penelitian ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan

sesuai petunjuk penulisian penelitian dari perguruan tinggi tempat penulis belajar,

dengan ketentuan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah menggambarkan ruang lingkup dan kedudukan

yang akan diteliti dalam bentuk uraian secara deduktif, dari lingkup yang paling

umum hingga menukik ke arah yang paling spesifik dan relevan dengan judul.

Materi dari uraian ini dapat bersumber pada hasil penelitian dari yang sudah ada

sebelumnya, hasil pengamatan dan wawancara terkait. Latar belakang masalah

perlu diuraikan secara aktual dan logis.


20

1.2 Identifikasi Masalah

Menjelaskan identifikasi peneliti terhadap permasalahan yang muncul dari

uraian pada latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah dapat diajukan

dalam bentuk pernyataan.

1.3 Batasan Masalah

Menjelaskan keterbatasan kemapuan dan kemapuan berfikir peneliti

terhadap permasalahan dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah.

1.4 Rumusan Masalah

Dari sejumlah masalah hasil identifikasi peneliti di atas, ditetapkan

masalah yang paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian. Pembatasan

masalah mencakup fokus dan lokus penelitian, termasuk di dalamnya membuat

batasan definisi konsep dan operasional yang digunakan dalam penelitian.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai

dengan dilaksanakannya penelitian terhadap masalah yang telah dirumuskan. Isi

dan tujuan penelitian sejalan dengan isi dari tujuan penelitian.

1.6 Manfaat penelitian

Menguraikan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis pada

pengembangan ilmu pengetahuan dari hasil penelitian.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah

dipahami maka tugas Metode Penelitian Administrasi ini disusun berdasarkan

ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana
21

penulis belajar.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Asumsi Dasar

2.1 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang

relevan dengan permasalahan yang variabel penelitian sehingga akan memperoleh

konsep penelitian yang jelas.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan tentang referensi penelitian yang sudah

ada sebelumnya untuk memberi gambaran pada peneliti tentang penelitiannya.

2.3 Kerangka Pemikiran penelitian

Kerangka pemikiran penelitian menggambarkan alur pikiran peneliti

sebagai kelanjutan dari deskripsi teori untuk memberikan penjelasan kepada

pembaca dapat dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran

peneliti serta kaitan antar teori yang diteliti.

2.4 Asumsi Dasar

Asumsi dasar menjelaskan tentang perkiraan awal peneliti terhadap suatu

masalah atau kajian yang diteliti. Biasanya untuk memperjelas maksud peneliti,

peneliti menggunakan presentase dalam asumsi dasar.

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Menjelaskan metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus penelitian

Menjelaskan tentang fokus yang diteliti oleh peneliti.


22

3.3 Lokasi Penelitian

Tempat penelitian dilakukan sesuai dengan fokus yang telah ditetapkan.

3.4 Teknik Pengumulan Data

Menjelaskan tentang teknik dalam mendapatkan atau mengumpulkan data.

Disini teknik yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi kepustakaan,

dan dokumentasi

3.5. Instrumen Penelitian

Menjelaskan tentang instrumen penelitian yang dipakai oleh peneliti dalam

melakukan penelitian. Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang dipakai

adalah peneliti itu sendiri.

3.6 Informan Penelitian

Informan penelitian menjelaskan informan penelitian yang mana yang

memberikan berbagai macam informasi yang dibutuhkan.

3.7 teknik Pengolahan dan Analisa Data

Menjelaskan teknik analisa beserta rasionalisasinya yang sesuai dengan

sifat data yang diteliti.

3.8 Uji Keabsahan Data

Menjelaskan pernyataan tentang pengujian keabsahan data. Pada

penelitian ini lebih menekankan pada aspek realibilitas yang berkenaan dengan

derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.

3.9 Jadwal penelitian

Menjelaskan tentang waktu penelitian dari pelaksanaan penelitian sampai

penelitian tersebut berakhir.


23

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

` penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi alokasi penelitian

secara jelas, struktur organisasi dari populasi atau sampel (dalam penelitian ini

menggunakan istilah informan) yang telah ditentukan serta hal lain yang

berhubungungan dengan obyek penelitian.

4.2 Deskripsi Data

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

mempergunakan teknik analisa data yang relevan.

4.3 Temuan Lapangan

Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan

menggunakan teknik analisa data kualitatif.

4.4 Pembahasan

Merupakan pembahasan lebih lanjut dari lebih rinci terhadap hasil

penelitian.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan

juga mudah dipahami. Kesimpulan juga harus sejalan dengan permasalahan serta

asumsi dasar penelitian.

5.2 Saran

Memiliki isi berupa tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap

bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung

masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi

panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata

di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, yang akan dikaji dengan

beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Negara untuk mendukung

masalah penelitian diantaranya yaitu: Manajemen Strategi, Analisis SWOT,

Pengembangan Pariwisata, dan Pembangunan Masyarakat dibidang Pariwisata,

serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan

kajian dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Manajemen Stratejik

Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik karena

berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu

memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan.

Salah satu alasan utamanya ialah karena kondisi yang dihadapi oleh satu

organisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal selalu berubah-ubah.

Dengan kata lain strategi manajemen dimaksudkan agar organisasi menjadi satuan

yang mampu menampilkan kinerja tinggi karena organisasi yang berhasil adalah

24
25

organisasi yang tingkat efektifitas dan produktivitasnya semakin lama semakin

tinggi.

Manajemen stratejik berhubungan dengan proses memilih strategi dan

kebijakan dalam rangka upaya memaksimali sasaran-sasaran organisasi yang

bersangkutan. Manajemen stratejik meliputi semua aktivitas yang menyebabkan

timbulnya perumusan sasaran organisasi, strategi-strategi dan pengembangan

rencana-rencana, tindakan-tindakan dan kebijakan untuk mencapai sasaran-

sasaran strategitersebut untuk organisasi yang bersangkutan secara total.

Manajemen strategis (strategic management) didefinisikan sebagai suatu

set keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi

rencana yang dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan (Pearce and

Robbins, 2011:5). Selanjutnya pendapat yang tidak jauh berbeda dari Hunger dan

Wheelen yang memeberikan definisi Manajemen strategi adalah serangkaian

keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam

jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan,

perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),

implementasi strategis, dan evaluasi serta pengendalian (Hunger, David. J &

Thomas L. Wheelen, 2003 : 4). Ditambah lagi pendapat dari Hadari Nawawi

(2000:148) yang memberikan definisi manajemen strategik sebagai proses atau

rangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang bersifat mendasar dan

menyeluruh, disertai penetapan cara melaksanakannya, yang dibuat oleh

manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran didalam suatu

organisasi, untuk mencapai tujuannya.


26

Pendapat lain yaitu Menurut Fred R. David (2010:5)

Manajemen strategis adalah seni dan pengetahuan dalam merumuskan,

mengimplemenatsikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas-fungsional

yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya.

Bernard Marr (2006) mengajukan 10 prinsip penerapan manajemen strategis

yang baik yaitu :

1. Kejelasan strategi

2. Pengumpulan indikator kinerja yang tepat

3. Pelaksanaan analisis manajemen kinerja

4. Penciptaan budaya belajar yang positif

5. Perolehan kepercayaan internal

6. Penjajaran/pengarahan organisasi

7. Perbaruan system terus-menerus

8. Komunikasi dan pelaporan yang baik

9. Implementasi software pendukung

10. Dedikasi sumber daya dan waktu

2.1.1.1 Proses Manajemen Strategi

Pada proses manajemen strategis organisasi dituntut untuk terus-menerus

memonitori peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga

organisasi dapat melakukan perubahan tepat waktu. Agar organisasi dapat terus

bertahan dan berkembang semua organisasi harus mampu mengenali dan

menyesuaikan diri dengan perubahan. Proses manajemen strategi bertujuan


27

memungkinkan organisasi menyesuaikan diri secaraefektif untuk berubah dalam

jangka panjang.

Hunger dan Wheelen (2003:9) menyebutkan bahwa dalam proses

manajemen strategis meliputi empat elemen dasar yaitu:

1. Pengamatan lingkungan

2. Perumusan strategi

3. Implementasi strategi

4. Evaluasi dan pengendalian.

Sementara itu proses manajemen strategi menurut Pearce dan Robinson

(2011:20), mengandung Sembilan tugas penting, yaitu:

1. Merumuskan misi perusahaan, meliputi rumusan umum tentang

maksud keberadaan (purpose), filosofi (phylosophy), dan tujuan (goal).

2. Mengembangkan profil perusahaan yang mencerminkan kondisi intern

dan kapabilitasnya.

3. Menilai lingkungan ekstern perusahaan, meliputi baik pesaing maupun

faktor-faktor konstektual umum.

4. Menganalisis opsi perusahaan dengan mencocokkan sumberdayanya

dengan lingkungan ekstern.

5. Mengidentifikasi opsi yang paling dikehendaki dengan mengevaluasi

setiap opsi yang ada berdasarkan misi perusahaan.

6. Memilih seperangkat sasaran jangka panjang dan strategi umum

(grand strategy) yang akan mencapai pilihan yang paling dikehendaki.


28

7. Mengembangkan sasaran tahunan dan strategi jangka pendek yang

sesuai dengan sasaran jangka panjang dan strategi umum yang dipilih.

8. Mengimplementasikan pilihan strategic dengan mengalokasikan

sumber daya anggaran yang menekankan pada kesesuaian antara tugas,

SDM, struktur, teknologi, dan system imbalan.

9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategi sebagai masukan bagi

pengambilan keputusan yang akan datang.

Proses manajemen strategis dapat dengan cukup mudah dipelajari dan

diaplikasikan dengan menggunakan sebuah model. Fred R. David (2010:21)

mempresentasikan sebuah pendekatan yang jelas dan praktis untuk merumuskan,

menerapkan, dan menilai strategis. Mengidentifiksi visi, misi, tujuan, dan strategi

yang dimiliki suatu organisasi saat ini merupakan titik mula yang logis untuk

manajemen strategis sebab situasi dan kondisi perusahaan saat ini mungkin

menghalangi strategi tertentu dan bahkan mendikte langkah aksi khusus (David,

R. Fred. 2010:21). Menurut Fred R. David Proses manajemen strategis terdiri dari

tiga tahap yaitu :

1. Perumusan strategi

a. Pengembangan Pernyataan Visi dan Misi

b. Penilaian Eksternal (kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan

Lingkungan)

c. Penilaian Internal (Pandangan Berbasis Sumber Daya)

d. Analisa dan Pilihan Strategi

2. Penerapan Strategi
29

a. Penetapan tujuan tahunan

b. Pembuatan kebijakan

c. Memotivasi karyawan

d. Alokasi sumber daya

e. Struktur organisasional yang efektif

f. Pemasaran

g. Penyiapan anggaran

h. Pengembangan serta pemanfaatan sistem informasi

3. Pengevaluasian Strategis

a. Pengkajian Ulang

b. Pengevaluasian

c. Pengendalian Strategis

Gambar 2.1
Model Manajemen Komprehensif

Menjalankan
Audit Ekternal

Mengembang Menetapkan Menciptakan, Mengimple Mengimplem Mengukur


kan tujuan mengevaluasi mentasikan entasikan dan
pernyataan jangka , dan memilih Strategi strategi Mengevaluasi
visi dan misi panjang strategi Isu-isu Pemasaran, Kinerja
Manajemen Keuangan,
Akuntansi,
Menjalankan Litbang, dan
Audit Internal isu SIM

Perumusan Penerapan Penilaian


Strategi Strategi Strategi
Sumber: David, R. Fred. (2010:21)
30

Penerapan proses manajemen strategis umumnya lebih formal di

organisasi-organisasi yang lebih besar dan mapan. Formalitas disini merujuk pada

partisipan, tanggung jawab, otoritas, tugas, dan pendekatan yang ditetapkan.

Bisnis yang lebih kecil cenderung lebih tidak formal. Organisasi organisasi

yang bersaing dalam lingkungan yang kompleks dan senantiasa berubah dengan

cepat, seperti organisasi yang bergerak pada bidang teknologi, cenderung lebih

formal dalam perencanaan strategis mereka. Organisasi yang memiliki banyak

divisi, produk, pasar, dan teknologi juga cenderung lebih formal dalam

mengaplikasikan konsep manajemen strategis. Formalitas yang lebih besar dalam

menerapkan proses manajemen strategis umumnya secara positif terkait dengan

biaya, cakupan, akurasi, dan keberhasilan rencana di semua jenis dan ukuran

organisasi.

2.1.1.2 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategia (stratos : militer, dan

ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral,

dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar

dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang

dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah

suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam

mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebuut dapat dicapai. Sedangkan
31

secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan

terus-menerus.

Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007: 2) mendefinisikan

strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut

tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar

dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan

untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan

kendala lingkungan yang pasti dihadapi.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen

untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut,

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja

tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.

Fred R. David (2010) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk

mencapai tujuan jangka panjang. Strategi adalah tindakan potensial yang

membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan

dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan

multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal

yang dihadapi perusahaan.

Dengan demikian strategi merupakan pola umum yang terdiri dari

tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan langkah

sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi dalam segala hal

digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan tidak akan mudah

dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan untuk pembuatan
32

tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua perencanaan dari suatu kegiatan

tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai dengan strategi yangtelah tersusun

dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai

suatu tujuan yaitu:

a. Strategi pemberdayaan masyarakat

b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya

c. Strategi perlindungan sosial

d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan

2.1.1.3 Metode Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan

suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi

dilakukan berdasarkan :

a. Pengembangan strategi (strategic development)

b. Penyempurnaan (refinement)

c. Evaluasi

Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka

pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan elaborasi

strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan untuk

mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi

dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih,

dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling

sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang

ditentukan.
33

Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT

(strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana

dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga

disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan

tertungkap.

Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data

strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan.

Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan

(ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan

dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan

dan tantangan).

2.1.2 Konsep Pariwisata

2.1.2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan

lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu

yang terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi,

akomodasi, dan objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata

merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang

mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).

Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata


adalah ... a composite of activities, services and industries that delivers
a travel experience: transportation, accommodation, eating and
dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other
hospitality service available for individuals or group that are away from
home.
WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai
34

the activities of persons travelling to and staying in places outside their


usual environment for not more than one concecutive year for leisure,
business and other purposes.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah

keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi

serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama

wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No.

10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1).

Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta,

2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung

beberapa unsur pokok yaitu :

1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu

tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur tinggal sementara ditempat yang bukan merupakan

tempat tinggal yang biasanya; dan

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari

penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju.

Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa

pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan

sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung


35

atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi

diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola

secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.

Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari

kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka

ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka

ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa

hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan dan lain-lain.

2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor sektor ekonomi

yang lain saling ketergantungan dengan gambaran yang jelas seperti

beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut.

1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan

dampak produksi di segala sektor?

2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada

peningkatan jumlah impor?

3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada

kesempatan lapangan kerja?

4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara

tidak langsung terhadap pajak?

3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi

berpengaruh secara signifikan, sebab:

1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan


36

yaitu :

a. Transportasi;

b. Akomodasi, makan, dan minum

c. Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah

devisa Negara. (Muljadi, 2012:119-120)

Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yangdijabarkan Muljadi bahwa

pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik

pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang

terpenting adalah menambah devisa Negara.

2.1.2.2 Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3)

sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai

tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta

prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19) :

Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik


bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan
kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan
ekonomi yang didapat dari tujuan wisata. Dalam perkembangan
infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan
dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui
penyediaan tempat tujuan wisata.

Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf

perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan

untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik daritempat

wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam

perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan


37

pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah

yang ada.

2.1.2.3 Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu

management. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80)

pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan

oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi

yang melekat pada peran tersebut.

Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama

mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut

George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan),

Organizing (pengorganisasian) Actuating (penggerakkan), Controlling

(pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal

dengan singkatan POCCC, yaitu planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian),

Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi

manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,

Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting).

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam,


38

komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan

wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox

dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan

prinsip-prinsip berikut :

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada

kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan

peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi

basis pengembangan kawasan pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah

budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan

lingkungan lokal.

e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan

pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi

sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata

tersebut jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan

alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan

pendapatan masayarakat.

Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip-

prinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode

pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.


39

Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta

(2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut :

a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan

b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata

c. Penyusunan kebijakan

d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus

e. Penyediaan fasilitas dan operasi

f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif

g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat

2.1.2.4 Pariwisata Perdesaan

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 2009 tentang

Kepariwisataan yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat

tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Berdasarkan

pada definisi tersebut maka dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penyusunan

definisi atau konsep tentang pariwisata perdesaan.

Banyak konsep atau definisi tentang Pariwisata Perdesaan. Pengertian atau

definisi tersebut dapat berdasarkan pada ketersediaan fasilitas, kegiatan yang

dilakukan ataupun berdasarkan pada budaya dan tradisi yang ada di desa tersebut

(Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:67). Apabila berdasarkan pada fasilitas yang

disediakan, pariwisata perdesaan dapat dilihat sebagai suatu pemukiman dengan


40

fasilitas lingkungan yang sesuai dengan tuntunan wisatawan dalam menikmati,

mengenal dan menghayati kekhasan desa dengan segala daya tariknya dan

tuntutan kegiatan hidup bermasyarakat. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan

perspektif masyarakatnya, pariwisata perdesaan merupakan suatu bentuk

pariwisata dengan tujuan kepada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa

yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya, alam dan budayanya

sehingga mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan asing

khususnya.

Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus

juga sebagai subyek dari kepariwisataan. Sebagai suatu obyek maksudnya adalah

bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan bagi kegiatan wisata, sedangkan

sebagai subyek adalah bahwa desa dengan segala aktivitas sosial budayanya

merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas kepariwisataan, dan apa

yang dihasilkan oleh kegiatan tersebut akan dinikmati oleh masyarakatnya secara

langsung. Menurut Soebagyo (1991) dalam Suryo Sakti Hadwijoyo, (2012:67)

Peran aktif dari masyarakat sangat menentukan dalam kelangsungan kegiatan

pariwisata perdesaan.

2.1.2.5 Desa Wisata

Desa Wisata pada dasarnya merupakan bagian dari suistainable tourism.

Model pariwisata ini memiliki pemanfaatan lingkungan sosial, pelestarian

kebudayaan masyarakat serta memiliki semangat pemberdayaan komunitas lokal.

Secara sosiologis, bentuk desa wisata lebih meletakkan masyarakat sebagai

subyek itu sendiri. Hal ini popular dengan model community based tourism.
41

Terdapat banyak konsep mengenai desa wisata, pada pengertian tersebut

mengacu fasilitas yang disediakan pada kegiatan yang dilakukan atau pada budaya

dan kehidupan masyarakat setempat.

Menurut Demartoto (2009: 124)

Bila dilihat dari fasilitas yang disediakan, desa wisata bisa dilihat
sebagai suatu pemukiman dengan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan
: (a) tuntutan wisatawan untuk menikmati, mengenal dan
menghayati/mempelajari kekhasan desa dengan segala daya tariknya, (b)
tuntutan kegiatan hidup kemasyarakatan (kegiatan hunian, interaksi
sosial, kegaiatan adat setempat dan sebagainya), sehingga dapat terwujud
suatu lingkungan yang harmonis yaitu rekreatif dan terpadu dengan
lingkungannya.
Dilihat dari perspektif lingkungan masyarakat, pariwisata pedesaan
merupakan bentuk pariwisata dengan obyek dan daya tarik berupa
kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya,
panorama alamnya, dan budayanya sehingga mempunyai peluang untuk
dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa sebagai tujuan
wisata adalah sebagai obyek sekaligus sebagai subyek. Sebagai suatu
obyek maksudnya adalah bahwa kehidupan pedesaan merupakan tujuan
bagi kegiatan wisata, sedangkan sebagai subyek adalah bahwa kehidupan
pedesaan merupakan penyelenggara sendiri dari berbagai aktifitas
kepariwisataan, dan apa yang dihasilkan oleh kegiatan terebut akan
dinikmati oleh masyarakatnya secara langsung.

Dari pernyataan diatas desa wisata merupakan pedesaan yang memiliki

karakteristik pariwisata dengan obyek daya tarik berupa kehidupan desa yang

membawa wisatawan merasakan kembali ke alam (back to nature). Masyarakat

lokal dalam pengembangan desa wisata merupakan peran utama karena

masyarakatlah sebagai penyelenggara dan pengelola kepariwisataan di

wilayahnya dan membangun pendapatan perekonomian dari kunjungan

wisatawan.

Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodisi,

dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan


42

masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Suatu desa

wisata memiliki daya tarik yang khas (dapat berupa keunikan fisik lingkungan

alam pedesaan, maupun kehidupan sosial masyarakatnya) yang dikemas secara

alami dan menarik sehingga daya tarik perdesaan dapat menggerakkan kunjungan

wisatawan ke desa tersebut (Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011 : 1).

Pengertian diatas hampir sama dengan 2 (dua) konsep penting dalam

komponen desa wista menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:69), yaitu :

(1) Akomodasi : sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau

unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk.

(2) Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting

fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegarasinya wisatawan sebagai

partisipasi aktif seperti kursus tari, bahasa, membatik dan lain sebagainya

yang lebih spesifik.

Pengembangan strategi pariwisata yang berdasar pada keunikan dan ciri

khas suatu daerah merupakan elemen yang dapat menjamin keunggulan bersaing

suatu proyek pariwisata pedesaan. Dalam hal ini pembinaan yang berkelanjutan

sangat diperlukan sehingga membawa pada isu mengenai keikut sertaan

masyarakat dalam memberdayakan potensi sosial budaya yang ada akan lebih

efektif karena pembangunan desa wisata yang berkelanjutan tidak akan

berkembang dalam situasi dimana penduduk setempat merasa dieksploitasi dan

terancam oleh kegiatan pariwisata tersebut.

Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:67) Pembangunan desa wisata

bertujuan untuk :
43

1) Mendukung program pemerintah dalam pembangunan kepariwisataan

dengan menyediakan obyek wisata alternatif.

2) Menggali potensi desa untuk pembangunan masyarakat sekitar desa

wisata.

3) Memperluas lapangan kerja dan lapangan berusaha bagi penduduk

desa, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat desa. Dengan demikian akan terjadi pemerataan

pembangunan ekonomi desa.

4) Mendorong orang-orang kota yang secara ekonomi relatif lebih baik,

agar senang pergi ke desa untuk berekreasi (Ruralisasi).

5) Menimbulkan rasa bangga bagi penduduk desa untuk tetap tinggal di

desanya, sehingga mengurangi urbanisasi.

6) Mempercepat pembauran antara orang-orang non pribumi dengan

penduduk pribumi.

7) Memperkokoh persatuan bangsa, sehingga bisa mengatasi disintegrasi.

Prinsip pengembangan desa wisata adalah sebagai salah satu produk

wisata alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan

yang berkelanjutan serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain, ialah:

(1) Memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat, (2) Menguntungkan

masyarakat setempat, (3) Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan

timbal balik dengan masyarakat setempat, (4) Melibatkan masyarakat setempat,

(5) Menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria

yang mendasarinya seperti antara lain :


44

1. Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal

yang biasanya mendorong peran serta masyarakat dan menjamin

adanya akses ke sumber fisik merupakan batu loncatan untuk

berkembangnya desa wisata.

2. Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan

ekonomi tradisional lainnya.

3. Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses

pembuatan keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan

kawasan lingkungan dan penduduk setempat memperoleh pembagian

pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.

4. Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

Selanjutnya, prinsip dasar dari pengembangan desa wisata menurut Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten (2014), yaitu :

1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta

pelayanan didalam atau dekat dengan desa

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh

penduduk desa, salah satu bisa bekerjasama atau individu yang

memiliki

3. Pengmbangan desa wisata didasarkan pada salah satu sifat budaya

tradisional yang lekat pada suatu desa atau sifat atraksi yang dekat

dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi

wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.


45

2.1.2.6 Pengembangan Desa Wisata

Menurut Julisetiono (2007), Konsep Desa Wisata, meliputi: (a) berawal

dari masyarakat, (b) memiliki muatan lokal, (c) memiliki komitmen bersama

masyarakat, (d) memiliki kelembagaan, (e) adanya keterlibatan anggota

masyarakat, (f) adanya pendampingan dan pembinaan, (g) adanya motivasi, (h)

adanya kemitraan, (i) adanya forum komunikasi, dan (j) adanya studi orientasi.

Mengacu pada konsep-konsep pengembangan desa wisata dari

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2001), maka pola pengembangan desa

wisata diharapkan memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :

a) Tidak bertentangan dengan adat istiadat atau budaya masyarakat

Suatu desa yang tata cara dan adat istiadatnya masih mendominasi pola

kehidupan masyarakatnya, dalam pengembangannya sebagai atraksi wisata

harus disesuaikan dengan tata cara yang berlaku di desanya.

b) Pembangunan fisik untuk meningkatkan kualitas lingkungan desa

Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak merubah

apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah

apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa

sehingga menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang

dilakukan dalam rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana

jalan setapak, penyediaan MCK, penyediaan sarana dan prasarana air

bersih dan senitasi lebih ditujukan untuk meningkatkan kualitas

lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat dikunjungi dan

dinikmati wisatawan.
46

c) Memperhatikan unsur kelokalan dan keaslian

Arsitektur bangunan, pola landscape serta material yang digunakan dalam

pembangunan haruslah menonjolkan ciri khas desa, mencerminkan

kelokalan dan keaslian wilayah setempat.

d) Memberdayakan masyarakat desa wisata

Unsur penting dalam pengembangan desa wisata adalah keterlibatan

masyarakat desa dalam setiap aspek wisata yang ada di desa tersebut.

Pengembangan desa wisata sebagai pengejawantahan dari konsep

Pariwisata Inti Rakyat mengandung arti bahwa masyarakat desa

memperoleh manfaat sebesar-besarnya dalam pengembangan pariwisata.

Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata dalam bentuk

pemberian jasa dan pelayanan yang hasilnya dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat diluar aktifitas sehari-hari.

e) Memperhatikan daya dukung dan berwawasan lingkungan

Prinsip-prinsip pariwisata yang berkelanjutan harus mendasari

pengembangan desa wisata. Pengembangan yang melampaui daya dukung

akan menimbulkan dampak yang besar tidak hanya pada lingkungan alam

tetapi juga pada kehidupan sosial budaya masyarakat yang pada akhirnya

akan mengurangi daya tarik desa tersebut. Beberapa bentuk keterlibatan

masyarakat tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-

rumah penduduk (homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan,

penyediaan transportasi lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.


47

Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan

pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan

kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu

pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah

seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait dengan

pengembangan desa wisata dan usulan penetapan forum komunikasi desa wisata

sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan antara masyarakat,

lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia usaha/swasta. Instansi terkait

khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu lebih mengintensifkan

pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan memfasilitasi pertemuan bagi

forum komunikasi desa wisata agar benar-benar dapat memeberikan manfaat

dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi pengalaman dari masing-

masiang desa wisatanya. Pada level Dunia Usaha/Swasta, keterlibatan masyarakat

khususnya generasi muda dalam kegiatan yang ebrsifat teknis, seperti menjadi

instruktur atau pemandu kegiatan outbound perlu mendapat perhatian yang serius.

Investor sebaiknya tidak hanya bergerak sebatas menanamkan modal dalam

pengembangan infrastruktur pariwisata tapi perlu bekerjasama dengan masyarakat

dalam rangka penguatan modal usaha mereka guna mendukung kegiatan investasi

pariwisata. Pada level masyarakat, partisipasi elemen penting dalam perumusan

rencana pembangunan agar mampu meningkatkan rasa percaya diri dan

menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap hasil pembangunan

pariwisata berbasis masyarakat.


48

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, pengembangan desa wisata sebagai

produk wisata baru sangat diengaruhi oleh aspek kelembagaan, obyek dan daya

tarik wisata, serta sarana dan prasarana wisata. Hal ini disebabkan ketiga aspek

pengembangan desa wisata tersebut memiliki peranan penting dalam

meningkatkan pelayanan dan kualitas produk wisata. Penentuan strategi dalam

pengembangan desa wisata sangatlah penting dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan model pengembangan desa wisata sebagai rekomendasi tindak

lanjut dari perencanaan wilayah pengembangan desa wisata.

2.1.2.7 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Desa Wisata

Tujuan

Tujuan pengembangan kawasan desa wisata adalah:

1. Mengenali jenis wisata yang sesuai dan melengkapi gaya hidup yang

disukai penduduk setempat.

2. Memberdayakan masyarakat setempat agar bertanggung jawab terhadap

perencanaan dan pengelolaan lingkungannya.

3. Mengupayakan agar masyarakat setempat dapat berperan aktif dalam

pembuatan keputusan tentang bentuk peristiwa yang memanfaatkan

kawasan lingkungannya, dan agar mereka mendapat jaminan memperoleh

bagian pendapatan yang pantas dari kegiatan pariwisata.

4. Mendorong kewirausahaan masyarakat setempat.

5. Mengembangkan produk wisata desa.


49

Sasaran

Sasaran pengembangan kawasan desa wisata adalah:

1. Tersusunnya pemodelan kawasan desa wisata yang didasari pembangunan

kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan.

2. Memudahkan pembangunan dengan mengidentifikasi dan menganalisis

potensi yang ada, menentukan pola penataan lanskap kawasan tapak, serta

membuat kemungkinan alternatif pengembangannya.

3. Terwujudnya penataan desa wisata yang berdasarkan kepada penerapan

sistem zonasi yang berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan

menjaga keselamatan pengunjung.

4. Terwujudnya kawasan desa wisata yang berlandaskan pola kampung dan

arsitektur bangunan rumah tradisional.

5. Terwujudnya kemampuan masyarakat setempat untuk memelihara,

menggali, mengembangkan keanekaragaman seni budaya, masyarakat,

yang berguna bagi kelengkapan atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh

pengunjung dan tersedianya makanan khas daerah dari bahan bahan

mentah yang ada di desa.

2.1.3 Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Pengembangan Pariwisata

Paradigma baru dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah

paradigma pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat menjadi pusat atau titik

tekan pembangunan (people centered development). Pendekatan ini menyadari

pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemampuan dan

kemandirian dalam mengelola sumber daya serta memenuhi kebutuhannya.


50

pemberdayaan merupakan istilah dari empowerment atau penguatan yang berarti

pemberian kekuatan pada masyarakat untuk mengatur kehidupannya sendiri.

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Loekman Soetisno adalah

sebagai berikut :

Pemberdayaan masyarakat (empowement) yang dimaksud bahwa


pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat diberi
hak mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dan
menggunakannya untuk pembangunan masyarakat. (Anggito Abimanyu,
2000:136)

Usaha memberdayakan masyarakat desa serta menanggulangi kemiskinan

dan kesenjangan menjadi fenomena yang semakin kompleks, pembangunan

pedesaan dalam perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan

produksi pertanian. Pembangunan pedesaan juga tidak hanya mencakup

implementasi program peningkatan kesejahteraan sosial melalui distribusi uang

dan jasa untuk mencakupi kebutuhan dasar. Lebih dari itu adalah sebuah upaya

dengan spektrum kegaiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam

kebutuhan sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri,

tidak bergantung dan dapat lepas dari belenggu struktural yang membuat hidup

sengsara. Karena itu, ruang lingkup pembangunan pedesaan sebenernya sangat

luas, implikasi sosial dan politiknya juga tidak sederhana.

Secara teoritis, interaksi antar instansi di tingkat lokal dalam kaitannya

dengan perencanaan dan implementasi program-program pengembangan industri

pariwisata dapat digambarkan dalam dua macam struktur, yaitu: (1) rangkaian

antarorganisasi (inter-organizational set), dan (2) jaringan antarorganiasasi (inter-


51

organizational network). (Dr.Sunyoto Usman, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat, 2013. hlm 56).

2.1.3.1 Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat

Konep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat untuk pertama

kalinya dipopulerkan oleh Murphy (Hadwijoyo, Suryo Sakti, 2012:83). Menurut

Murphy dalam Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:83), produk pariwisata secara lokal

diartikulasikan dan dikonsumsi, produk wisata dan konsumennya harus visible

bagi penduduk lokal yang seringkali sangat sadar terhadap dampak turisme.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pariwisata harus melibatkan masyarakat

lokal, sebagai bagian dari produk turisme, selain itu, dari pihak industri juga harus

melibatkan masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan. Sebab, masyarakat

lokal-lah yang harus menanggung dampak kumulatif dari perembangan wisata dan

mereka butuh untuk memiliki input yang lebih besar, sebagaimana masyarakat

dikemas dan dijual sebagi produk pariwisata.

Namun demikian, sebagaimana lazimnya sebuah kajian akademis, Getz

dan Jamal (1994) mengkritik model Murphy, menurut Getz dan Jamal (1994),

model yang dikemukakakan oleh Murphy tersebut tidak menawarkan blueprint

untuk mengimplementasikannya dalam bentuk konkret, sehingga dalam

implementasinya masih mendapatkan masalah (Hadwijoyo, Suryo Sakti,

2012:87).

DAmore dalam buku Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) memberikan

guidelines model bagi pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, yakni :

1) Mengidentifikasi prioritas pembangunan yang dilakukan penduduk lokal


52

2) Mempromosikan dan mendorong penduduk lokal

3) Pelibatan penduduk lokal dalam industri

4) Investasi modal lokal atau wirausaha sangat dibutuhkan

5) Partisipasi penduduk dalam event-event dan kegiatan yang luas

6) Produk wisata untuk menggambarkan indentitas lokal

7) Mengatasi problem-problem yang muncul sebelum pengembangan yang

lebih jauh

Poin-poin diatas merupakan ringkasan dari community approach.

Masyarakat lokal harus dilibatkan, sehingga mereka tidak hanya dapat

menikmati keuntungan pariwisata dan selanjutnya mendukung pengembangan

pariwisata yang mana masyarakat dapat memberikan pelajaran dan menjelaskan

secara lebih rinci mengenai sejarah dan keunikan yang dimiliki.

Menurut Suryo Sakti Hadwijoyo (2012:88) agar pelaksanaan Community

Based Tourism dapat berhasil dengan baik, terdapat elemen-elemen yang harus

diperhatikan, yaitu:

1) Sumberdaya alam dan budaya

2) Organisasi-organisasi masyarakat

3) Manajemen

4) Pembelajaran (Learning)

Pariwisata perdesaan meruapakan suatu bentuk pariwisata yang bertumpu

pada obyek dan daya tarik berupa kehidupan desa yang memiliki cirri-ciri khusus

dalam masyarakatnya, panorama alamnya, maupun budayanya, sehingga

mempunyai peluang untuk dijadikan komoditi bagi wisatawan. Kehidupan desa


53

sebagai tujuan desa wisata adalah desa sebagai obyek sekaligus subyek dari

kepariwisataan.

2.1.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para

pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis

organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif

diturunkan dari kesesuaian yang baik antara sumber daya internal organisasi

(kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).

Kesesuaian yang baika akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi

serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat,

asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain

dari strategi yang berhasil (Pearce and Robinson, 2011:200). Dari bahasan analisis

SWOT, maka peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari hasil analisis

eksternal, bersama dengan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan

organisasi dari hasil analisis internal akan menjadi masukan dalam menyusun

analisis SWOT.

(Strengths) kekuatan merupakan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki

oleh suatu organisasi yang meliputi ketrampilan, produk , atau sebagainya dalam

mencapai tujuan organisasi. (Weaknesses) kelemahan yang terdapat dalam tubuh

suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber, ketrampilan dan

kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi

yang memuaskan. (Threats) ancaman merupakan faktor-faktor lingkungan yang


54

tidak menguntungkan, sedangkan (Opportunities) peluang merupakan sebagian

situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi.

Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan

eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan

bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi

yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus

mengejar semua peluang yang ada, tetapi perusahaan dapat membangun suatu

keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa

depan yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang

mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.

TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT)

mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal

dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil

yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi (Wheelen

and Hunger, 2012:230).

Matriks Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman (Strenght-

Weaknesses-Opportunities-Threats SWOT ) adalah alat pencocokan yang

penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi:

Strategi SO (Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST

(Kekuatan-Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan

faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam

mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik dan

tidak ada satu pun paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327)
55

Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi

untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya

menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal

dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian

eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT

untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika

sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang

untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah

organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha

untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,

peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal

yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.

Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi

untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan

berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara

langsung didalam lingkungan eksternal.

Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan

untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan

internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya,


56

perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup,

melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.

Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat:

Tabel 2.1
Matriks TOWS

Faktor-faktor Kekuatan (S) Kelemahan (W)


Internal
Daftarkan 5-10 Daftarkan 5-10 kekuatan
kekuatan Internal disini Internal disini
Faktor-faktor
Eksternal
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
Daftarkan 5-10 Buat strategi disini Buat strategi disini yang
kekuatan Eksternal yang menggunakan memanfaatkan peluang
disini kekuatan untuk untuk mengatasi
memanfaatkan peluang kelemahan
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
Daftarkan 5-10 Buat strategi disini Buat strategi disini yang
kekuatan Eksternal yang menggunakan meminimalkan
disini kekuatan untuk kelemahan dan
menghindari ancaman menghindari ancaman
Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)

1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan

peluang

2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi

kelemahan

3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk

mengatasi/mengurangi dampak dari ancaman

4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar

tidak rentan terhadap ancaman.


57

Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi

yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani memilih beberapa

strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan organisasi.

Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai dengan nilai-

nilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi terhadap lingkungan sekitar

(social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka akan

diperoleh strategi yang diterima oleh anggota masyarakat.

2.2 Penelitian Terdahulu

Pertama, daalam melakukan penelitian Strategi Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna. Peneliti

melakukan peninjauan terhadap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, baik

berupa skripsi maupun tesis, yang terkait dengan tema yang diambil dalam

penelitian ini. Peneliti mengambil dua penelitian terdahulu sebagai pembanding

dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian pertama yaitu diambil dari skripsi

yang berjudul Pengembangan Desa Wisata Bejihjo, Kecamatan Karangmojo,

Kabupaten Gunungkidul yang dilakukan oleh Ian Puji Priyono pada Tahun 2014,

Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik, Universitas Gajah Mada (UGM).

Penelitian ini disajikan dengan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung

dan peran dari tiap-tiap aktor yang terlibat sehingga membuat Desa Bejiharjo

dapat berkembang seperti sekarang ini, dan menyajikan dalam bentuk tulisan yang

bersifat kulitatif deskriptif.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Goa Pindul daripada Desa Wisata

Bejiharjo itu sendiri. Dengan memanfaatan kondisi tersebut pihak pengelolapun


58

memanfaatkannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pengembangan fasilitas dan

kegiatan wisata yang masih berpusat di Goa Pindul. Untuk mengatasi hal tersebut

sebaiknya pihak pengelola memiliki cara bagaimana mengembalikan konsep desa

wisata pada Desa Bejiharjo. Salah satunya yaitu dengan merevitaslisasi daya tarik

lainnya sebagai alternatif jika wisatawan bosan dengan atraksi yang ditawarkan

oleh Goa Pindul. Terutama daya tarik budaya yang merupakan jalan hidup

masyarakat Desa Bejiharjo.

Persamaan dengan penelitian ini yaitu penulis melakukan penelitian

dengan obyek pengembangan desa wisata. Dengan melihat obyek yang sama

maka dapat menjadi kajian bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana cara

pengembangan desa wisata yang baik. Perbedaan penelitian ini yaitu lokus dan

fokus. Pada fokusnya peneliti lebih melihat pengembangan desa wisata berbasis

masyarakat, bagaimana strategi desa wisata memberdayakan masyarakat lokal

bukan hanya mempromosikan obyek wisata yang ada di wilayahnya saja. Pada

lokusnya peneliti mangambil di Desa Banten, Kota Serang yang menjadi salah

satu destinasi pariwisata di Provinsi Banten.

Kedua, pada penelitian skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan

Desa Wisata Pancoh Sebagai Desa Ekowisata Di Kabupaten Sleman oleh Dea

Eka Marshita Tahun 2014 Universitas gadjah Mada (UGM).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) potensi wisata di Desa

Wisata Pancoh dan (2) strategi pengembangan Desa Wisata Pancoh sebagai desa

ekowisata di Kabupaten Sleman. Penelitian ini menentukan potensi wisata yang

layak dikembangkan di Desa Wisata Pancoh dan strategi pengembangannya


59

dengan menyeseuaikan konseo ekowisata. Penelitian ini merupakan penelitian

kualitataif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui analisis SWOT yang sebelumnya masing-masisng faktornya telah

dievaluasi IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor

Analysis Summary).

Hasil dari penelitian ini adalah : (1) Desa Wisata Pancoh memeiliki

potensi berbasis alam yang hasrus dikembangkan dengan konsep ekowisata

karena memiliki kondisi alam khas lereng Gunung Merapi, yang harus dijaga dan

dilestarikan. Selain potensi alam, Desa WIsata Pancoh juga memiliki potensi

budaya dan sejarah yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. (2) Faktor-

faktor internal dan faktor eksternal memiliki pengaruh besar untuk

mengembangkan Desa Wisata Pancoh. (3) Evaluasi melalui IFAS dan EFAS

membuktikan bahwa Desa Wisata Pancoh memiliki kesempatan untuk

berkembang.

Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu obyek yang sama

mendeskripsikan strategi pengembangan desa wisata, sehingga dapat

memeberikan gambaran kepada penulis dalam mengembangkan penelitiannya.

Perbedaan penelitian ini dengan penulis yaitu penulis membuat fokus

penelitiannya yaitu pada pengembangan desa wisata berbasis masyarakat

(community based tourism), jadi mendeskripsikan peran masyarkat lokal dalam

mengembangkan desa wisata.


60

Ketiga, pada penelitian skripsi yang berjudul Strategi Pengelolaan Pantai

Lontar Indah di Kabupaten Serang yang dilakukan oleh Mita Fitriani pada tahun

2011 di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi Dinas Pemuda

Olahraga Kebudayaan dan pariwisata dalam mengelola Pariwisata pantai Lontar

Indah di Kabupaten Serang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori

yang didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi analisis SWOT menurut

teori Hunger. Faktor-faktor tersebut adalah Strengths, Weaknesses, Opportunities,

Threats. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi

dan studi dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan teknik analisa interaktif

Miles and Huberman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Dinas Pemuda Olahraga

Kebudayaan dan Pariwisata dalam Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di

Kabupaten Serang Cukup baik tetapi masih belum maksimal. Pelaksanaan strategi

yang belum maksimal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain adalah disebabkan

karena pengelolaan pariwisata Pantai Lontar Indah di Kabupaten Serang sampai

dengan penelitia ini masih pasif, belum dilakukan dengan cara menjalin kerjasama

dengan pihak lain, dimana pihak lain dimaksud tersebut tidak berbentuk badan

hokum melainkan diserahkan kepada individu (perseorangan) dan pihak swasta.

Faktor-faktor internal yang mempengaruhinya antara lain: satu tidak adanya

program dalam upaya perkembangan pariwisata berkelanjutan. Kedua kurangnya


61

pegawai baik dalam kualitas maupun kuantitas yang berbasis kepariwisataan.

Ketiga tidak adanya sarana Informasi seperti website untuk mempromosikan

obyek wisata. keempat hubungan kerja Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Serang dengan masyarakat sadar pariwisata (DARWIS)

masih belum terjalin dengan baik karena tidak diadakannya pertemuan baik yang

bersifat formal maupun informal.

Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis SWOT

dalam menjabarkan pilihan strateginya. Sehingga membantu peneliti dalam

memaparkan pengamatannya dengan dipaparkan menggunakan analisis SWOT.

Perbedaan penelitian ini adalah ruanglingkup penelitian ini adalah pada

masyarakat lokal sebagi pelaksana langsung desa wisata dalam mengembangkan

masyarakat dan fokusnya ialah desa wisata bukan obyek wisata.

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

Suriasumantri, 1986 dalam (Sugiyono, 2009:92) mengemukakan bahwa

seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Kerangka berfikir dari penelitian ini adalah tentang strategi pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna. Latar belakang dari penelitian ini yaitu besarnya

permasalahan pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, dan kemiskinan

pada masyarakat yang tinggal disekitar obyek wisata. Masyarakat banyak yang
62

tidak merasakan manfaat dari obyek wisata yang ada diwilayahnya oleh sebab itu

dibentuklah desa wisata yaitu pengembangan pariwisata pedesaan dengan

memberikan pemberdayaan kepada masyarakat lokal.

Identifikasi masalahnya antara lain yaitu belum optimalnya dalam

pengadaan sarana dan prasarana di lokasi obyek wisata, kurangnya koordinasi

antara Pengelola Desa Sawarna dengan Pemerintah Daerah, belum optimalnya

pemberdayaan bagi pengelola pariwisata berbasis masyarakat, dan kurangnya

kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna untuk memasarkan hasil

kerajinan dan kulinernya di lokasi obyek wisata.

Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan untuk pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna maka peneliti menggunakan teknik Analisis SWOT.

Adapun Teknik Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor

internal dan eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam mengoptimalkan

usaha yang lebih menguntungkan. Dalam analisis faktor internal akan menentukan

aspek-aspek yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness),

sedangkan faktor eksternal akan menentukan aspek-aspek yang menjadi peluang

(opportunities) dan ancaman (threaths) dengan begitu akan dapat ditentukan

berbagai kemungkinan alternatif strategi yang dapat dijalankan dalam

pengembangan desa wisata berbasis masyarakat. Untuk lebih jelasnya, kerangka

berfikir penulis dalam penelitian ini dapat dilihat gambar dibawah ini :
63

Gambar 2.2

Alur Kerangka Berpikir

Input :
1. Belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di
lokasi obyek wisata.
2. Kurangnya koordinasi antara Pengelola Desa Sawarna dengan
Pemerintah Daerah.
3. Belum optimalnya pemberdayaan bagi pengelola pariwisata
berbasis masyarakat.
4. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal Desa Sawarna
untuk memasarkan hasil kerajinan dan kulinernya di lokasi
obyek wisata.

Proses :
Analisis SWOT
Feedback :
1) Strengths
Memberi lapangan pekerjaan
2) Weaknesses
pada masyarakat lokal dan dapat
3) Opportunities
meningkatkan kesejahteraan
4) Threats
masyarakat melalui
(Wheleen dan Hunger, 2003 : 195)
pengembangan pariwisata
perdesaan

Output :
Diperoleh Gambaran
Umum dan pilihan strategi
yang tepat dalam
pengembangan Pariwisata
di Desa Sawarna
64

2.4 Asumsi Dasar Penelitian

Berdasarkan asumsi dasar pemikiran yang dipaparkan serta observasi awal

yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi bahwa

penelitian mengenai strategi pengembangan desa wisata di Desa Sawarna masih

belum efektif dan belum memiliki pemilihan strategi yang tepat dalam mencapai

keberhasilannya. Hal ini dilihat berdasarkan dengan masaih adanya permasalahan

permasalahan yang timbul dalam strategi pengembangan pariwisata di Desa

Sawarna.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitan adalah seperangkat asumsi yang saling berkolerasi

satu dengan yang lain mengenai fenomena alam semesta. Metode penelitian adalah

kerangka kerja dalam suatu studi tertentu, guna mengukur dan melakukan analisis

data sehingga dapat menjawab masalah-masalah dalam penelitian. Metode

penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-

kualitatif yaitu penelitian tentang data yang ditentukan dan dinyatakan dalam

bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat

wawancara antara peneliti dan informan.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dalam kondisi

yang alamiah atau natural setting, peneliti mengumpulkan data berdasarkan

observasi yang wajar. Dalam melakukan penelitiannya, peneliti merupakan alat

utama dalam pengumpulan data karena penelitilah yang langsung terjun

kelapangan mencari data dengan wawancara secara mendalam. Subjek yang

diteliti berkedudukan sama dengan peneliti. Orang yang diteliti dipandang sebagai

partisipan, konsultan atau kolega peneliti dalam menangani kegiatan penelitiannya.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, yaitu

berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai Strategi

Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna. Informasi yang digali lewat

wawancara mendalam terhadap informan (Pemerintah Daerah, Kepala Desa, dan

65
66

Pengelola Desa Wisata/Masyarakat Lokal). Teknik kualitatif dipakai sebagai

pendekatan dalam penelitian ini, karena teknik ini untuk memahami realitas

rasional sebagai realitas subjektif kesejahteraan masyarakat Desa Sawarna dengan

pengembangan desa wisata dalam pemberdayaan masyarakat. Proses observasi dan

wawancara bersifat sangat utama dalam pengumpulan data. Dari observasi dan

wawancara diharapkan mampu menggali permasalahan yang ada di dalam

Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, guna mengetahui strategi apa yang

dapat dilakukan untuk mengembangkan Pariwisata Sawarna di mata Nasional

bahkan Internasional serta dalam menyejahterahkan masyarakat lokal melalui

bantuan pemberdayaan masyarakat.

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Ruang lingkup atau fokus penelitian ini adalah pada Strategi

Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak

dengan memberdayakan masyarakat lokal Desa Sawarna.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sawarna. Penentuan lokasi penelitian di

Desa Sawarna karena Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang mendapat

peringkat terbaik ke-7 se-Nasional dan Sawarna sudah menjadi pariwisata berskala

Nasional..

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
67

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2012:63).

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai

berikut.

3.4.1 Sumber data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya

dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui:

1. Observasi

Sedangkan observasi menurut Moloeng (2007) adalah kegiatan

yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi

motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Menurutnya, observasi diklasifikasikan menjadi dua cara yaitu cara

berperan serta dan cara yang tidak berperan serta. Observasi berperan

serta, pengamat melakukan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai

pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang

diamatinya. Namun observasi tanpa berperan serta, pengamat hanya

melakukan satu fungsi yaitu mengadakan pengamatan.

Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai ialah

observasi tanpa berperan serta atau di sebut observasi tidak berstruktur

dengan mengamati dari jauh. Peneliti hanya sebagai pengamat saja

tanpa menjadi anggota resmi organisasi yang diteliti.


68

2. Wawancara

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara

pewancara dan informan. Adapun teknik pengumpulan data dengan

cara wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (indepth interview) adalah data yang diperoleh

terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang pengalaman,

pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan

penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan

selama proses penelitian.

Dalam penelitian ini wawancara dipergunakan untuk

mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait penelitian, dalam

rangka memperoleh informasi tentang hal-hal yang belum tercantum

dalam observasi. Dalam melakukan wawancara peneliti menggunakan

metode wawancara semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya

lebih bebas. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan

permasalahan lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara

diminta pendapat dan memberi informasi mengenai startegi

pengembangan desa wisata. Sebagaimana yang disarankan oleh

(Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73) peneliti akan

mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang akan dikemukakan

oleh informan (Esterberg: 2002) dalam Sugiyono (2008:73)


69

Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih

dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan

kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih

dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara

peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian.

b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai.

c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara.

d. Mempersiapkan pencatat data wawancara.

Peneliti menyusun pedoman wawancara mengenai hal-hal yang

nantinya menjadi acuan dalam wawancara kepada informan untuk

mendapatkan informasi yang akurat. Secara garis besar pedoman

wawancara yang digunakan untuk memperoleh informasi.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.

1. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan

dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books

maupun jurnal ilmiah.

2. Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincolin (1981) dalam Moleong (2007:161)

dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dari record yang
70

tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari seorang penyelidik.

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber

dari arsip dan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-

karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan-catatan, peraturan, kebijakan, laporan-laporan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa

dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,

2012:82).

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dari informan

penelitian yaitu melalui observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang diambil secara tidak langsung dari informan yaitu melalui

data-data dan dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri (human instrument) karena peneliti adalah manusia dan

hanya manusia yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya,

serta mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Oleh karena itu,

peneliti juga berperan serta dalam pengamatan atau participant observation

(Moleong, 2007:9). Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui

evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan


71

teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal

memasuki lapangan (Sugiyono, 2012:59). Jadi, peneliti mempunyai peran yang

sangat penting dalam penentuan sukses atau tidaknya suatu penelitian dengan

kesiapan peneliti dalam terjun langsung ke lapangan.

Dalam penelitian ini data yang diteliti adalah data lisan dan tulisan, oleh

sebab itu untuk mendapatkan data dibutuhkan alat bantu berupa daftar pertanyaan

untuk mewawancarai informan dan handphone. Handphone digunakan untuk

merekam wawancara dengan informan. Hasil rekaman kemudian ditranskripsikan

melalui peralatan sehingga memudahkan untuk mengelompokkan data.

Dalam mencari sumber data, peneliti menggunakan teknik wawancara

mendalam terhadap narasumber (informan) yang bersangkutan dengan fokus

penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara mendalam (indepth interview)

adalah data yang diperoleh terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang tentang

pengalaman, pendapat perasaan dan pengetahuan informan penelitian. Informan

penelitian adalah orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama

proses penelitian. Selain wawancara mendalam, sumber data dalam penelitian ini

juga di dapat dari hasil observasi, dimana sumber data dari hasil wawancara dan

observasi merupakan sumber data primer. Selain itu, sumber data yang lainnya

juga didapat dari hasil dokumentasi dan studi literatur/pustaka sebagai sumber data

sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai Strategi

Pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna.


72

3.6 Informan Penelitian

Penentuan informan peneliti dilakukan dengan menggunakan tehnik

snowball. Peneliti pada mulanya menelusuri informan dari berbagai status yang

terlibat dalam Strategi Pengembangan Desa Wisata di Desa Sawarna, informan

yang memiliki kaya informasi dipilih dan sub-subunit dipilih untuk mengkasi

kajian yang lebih dalam. Penentuan informan ini dengan memilih narasumber yang

terjun langsung dalam Pengelolaan Desa Wisata dan diberi kode dalam tabel

berikut :

Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Kategori Informan Kode Informan
Informan (I)
1 Pengelola a. Kepala Desa Sawarna
Desa Wisata b. Sekretaris Desa Sawarna
Sawarna c. Ketua POKDARWIS Desa
Sawarna
a. Ketua Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM) Desa Sawarna
2 Instansi a. Kepala Bidang Pariwisata Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Lebak
b. Seksi Promosi dan Pengembangan
Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga
dan Pariwisata Kabupaten Lebak
c. Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata
Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak
d. Kepala Bidang Destinasi
Pariwisata Dinas Provinsi
Pariwisata dan Kebudayaan Banten
3 Masyarakat a. Masyarakat Lokal
b. Wisatawan
(Sumber: Peneliti, 2015)
73

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bodgan dan Biklen adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja data, mengorganisasikan data, memilih-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa

yang dapat diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2012:88).

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian

dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian

dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi,

mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta

menyimpulkan data. Teknis analisis data dalam penelitian ini menggunakan model

analisis interaktif dari Miles & Huberman, seperti pada gambar dibawah ini:

Gambar 3.1

Analisis Data Model Interaktif

Pengumpulan
Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan
Kesimpulan

(Sumber : Sugiyono, 2012:88)


74

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian

dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal

yang harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh

informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan.

2. Reduksi Data

Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian

laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian di

reduksi, di rangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, di fokuskan

untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya (melalui

proses penyuntingan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data

dilakukan terus menerus selama proses penelitian berlangsung. Pada

tahapan ini setelah data dipilah kemudian disederhanakan, data yang tidak

diperlukan disortir agar diberi kemudahan dalam penampilan, penyajian,

serta untuk menarik kesimpulan sementara.

3. Penyajian Data

Penyajian data (display data) dimaksudkan agar lebih

mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara

keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Hal ini

merupakan pengorganisasian data kedalam suatu bentuk tertentu sehingga

kelihatan jelas sosoknya lebih utuh. Data-data tersebut kemudian dipilih-

pilih dan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun

sesusai dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras


75

dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan

sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan

mencatat keteraturan pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan

kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan

terus berubah selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung

dan tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan tersebut

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistensi peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.8 Uji Kreadibilitas Data

Uji kreadibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis

kasus negatif, dan member check (Sugiyono, 2009:121).

Pada penelitian ini, dalam menguji kreadibilitas data peneliti melakukan

triangulasi dan member check untuk member kepercayaan terhadap penelitiannya.


76

1. Triangulasi

Menurut Moloeng (2007:330), triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar

data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan

melalui sumber lainnya. Terdapat 3 macam teknik triangulasi, yaitu

triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Pada

penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Triangulasi sumber berarti untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa sumber

melalui hasil wawancara atau disebut juga dengan mewawancarai lebih

dari satu informan yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Triangulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, observasi

tidak langsung, dan dokumentasi. Pada observasi tidak langsung ini

dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kejadian yang

kemudian dari hasil pengamatan tersebut di ambil benang merah yang

menghubungkan diantara keduanya.

2. Member Check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk


77

mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data (Sugiyono, 2009:129).

3.9 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk meneliti Strategi Pengembangan

Pariwisata di Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak.

Tabel 3.2

Jadwal Penelitian
No Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
2014 2015
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt
1 Pengumuman
Judul
2 Observasi Awal
3 Penyusunan
Proposal
4 Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
5 Seminar Proposal
6 Perbaikan proposal
7 Proses Pencarian
Data di Lapangan
8 Pengolahan Data di
Lapangan
9 Penyusunan
Laporan Penelitian
dan Bimbingan
10 Sidang Skripsi
(Sumber, Peneliti 2015)
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian

yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum

Desa Sawarna. Hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

4.1.1 Keadaan Wilayah Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten

Lebak

Luas wilayah Desa Sawarna adalah 1.700 ha yang terdiri dari 10 (sepuluh)

RW dan 30 (Tiga Puluh) RT. Letak ketinggiannya adalah 2 s/d 90 M diatas

Permukaan Laut (Mdpl) dan mempunyai curah hujan rata-rata 1200 MM / tahun.

Desa Sawarna terdiri dari dataran rendah seluas 800 Ha dan perbukitan /

pegunungan seluas 700 Ha. Desa Sawarna dapat ditempuh melalui jalan darat dari

Ibukota Banten yaitu Serang sekitar 6 jam. Batas wilayah Desa Sawarna adalah

sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan : Desa Lebak Tipar

- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Lautan Indonesia

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Darmasari

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sawarna Timur

Desa Sawarna memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.331 jiwa yang

terdiri dari penduduk laki-laki : 2.210 dan penduduk perempuan sebanyak 2.121

jiwa, jumlah kepala keluarga (KK) 1.207 KK dan kepadatan penduduk 10 orang

78
79

/ . Keadaan alam dan pola pengguanaan tanah di Desa Sawarna adalah

sebagai berikut :

a. Pemukiman : 102 Ha

b. Sawah : 234 Ha

c. Ladang / Tegalan : 520 Ha

d. Perkebunan PTPN VIII : 54 Ha

e. Perkebunan Rakyat : 100 Ha

f. Kehutanan : 300 Ha

g. Kuburan : 5 Ha

h. Lapangan Olah Raga : 2.5 Ha

i. Perikanan : 4 Ha

j. Lain-lain : 179 Ha

4.1.2 Visi dan Misi Desa Wisata Sawarna

Visi Desa Sawarna

Menjadikan Desa Sawarna sebagai Desa Wisata yang mandiri, maju serta

didukung dengan kelestarian budaya dan alam guna meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dengan tidak merubah adat istiadat serta budaya

setempat.

Misi Desa Sawarna

1. Membangun Desa Sawarna guna menyongsong pengembangan Desa

Wisata yang lebih maju, terarah serta tidak merubah tatanan budaya

serta kearifan lokal


80

2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mengembangkan

ekonomi kreatif di segala bidang kegiatan dengan membentuk

lembaga-lembaga masyarakat

3. Membuka peluang investasi seluas-luasnya demi kemajuan pariwisata

Desa Sawarna

4. Melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Desa

Sawarna

5. Meningkatkan budi pekerti masyarakat dengan berbasis keagamaan

4.1.3 Keadaan Penduduk Desa Sawarna

Desa Sawarna memiliki Jumlah Penduduk : 4028 Jiwa yang terdiri dari

Penduduk Laki-laki : 2043 dan Penduduk Perempuan :1985 Jiwa, dengan Jumlah

Kepala Keluarga (KK) 1058 KK dan Kepadatan kependuduk-+ 10 orang / KM 2.

Tabel 4.1
Data Penduduk Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak

No Golongan Umur Jumlah


1 1-5 Tahun 733 Orang
2 6- 10 Tahun 650 Orang
3 11-15 Tahun 569 Orang
4 16-20 Tahun 680 Orang
5 21-25 Tahun 652 Orang
6 26-30 Tahun 746 Orang
7 31-35 Tahun 449 Orang
8 36-40 Tahun 472 Orang
9 41-45 Tahun 281 Orang
10 46-50 Tahun 245 Orang
11 51-55 Tahun 237 Orang
12 56-59 Tahun 200 Orang
Sumber : Profil Desa Sawarna 2014

Tingkat Pendidikan sangat berpengaruh bagi kebutuhan hidup masyarakat,

dengan pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat memajukan perekonomian


81

keluarganya. Berikut dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di Desa Sawarna.

Tabel 4.2

Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sawarna

No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan


1 Belum Sekolah 763 Orang
2 Usia 7 45 tahun tidak pernah sekolah 5 Orang
3 Tidak Tamat SD 10 Orang
4 Tamat SD/Sederajat 1058 Orang
5 SLTP/Sederajat 2890 Orang
6 SLTA/Sederajat 876 Orang
7 D-1 28 Orang
8 D-2 39 Orang
9 D-3 11 Orang
10 S-1 37 Orang
11 S-2 4 Orang
12 S-3 -
Sumber: Profil Desa Sawarna 2014

Dari data diatas dapat dilihat masih banyak masyarakat yang belum

sekolah bahkan putus sekolah. Di Desa Sawarna tingkat pendidikan terbanyak

adalah yang tamat SLTP. Hal tersebut menjelaskan perlu adanya pemberdayaan

masyarakat Desa Sawarna untuk memajukan perekonomian keluarga dan dapat

memenuhi keberlangsungan hidupnya. Dari data yang ditemukan banyak yang

memilihi untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan karena tidak ada biaya,

dan untuk masyarakat yang tidak mempunyai usaha sendiri dan ketrampilan

memilih bekerja sebagai buruh atau petani.


82

Tabel 4.3

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencharian

No Mata Pencharian Jumlah


1 Petani 790 Orang
2 Buruh Tani 479 Orang
3 Buruh/Swasta 563 Orang
4 Pegawai Negeri 64 Orang
5 Pengrajin 215 Orang
6 Pedagang 206 Orang
7 Peternak 15 Orang
8 Nelayan 179 Orang
9 Montir 5 Orang
10 Dokter -
Sumber: Profil Desa Sawarna 2014

Penduduk Desa Sawarna memiliki mata pencharian yang beranekaragam, karena

Desa Sawarna masih terapat lahan pertanian yang luas maka domisili penduduk Desa

Sawarna bermata pencharian Petani dan Buruh Tani. Potensi pariwisata kini sudah

berkembang dan masuk ke Desa Sawarna oleh sebab itu menjadi sebuah peluang untuk

penduduk Desa Sawarna dalam meningkatkan perekonomian dan kehidupan mereka

dengan memanfaatkan pariwisata yang ada.

4.1.4. Potensi Wisata di Desa Sawarna

Desa Sawarna adalah sebuah desa wisata yang berlokasi di kabupaten

Lebak, Banten. Desa Sawarna mulai menjadi bahan pembicaraan pada tahun

2000an ketika mulai ramai diekspos melalui media eletronik. Desa Sawarna juga

memiliki keistimewaan yang lain, yaitu memiliki banyak tempat wisata dengan

jarak yang berdekatan sehingga dalam satu kali jalan akan dapat menikmati obyek

wisata yang lain sekaligus. Desa Sawarna terletak di wilayah Kecamatan Bayah

Kabupaten Lebak dan merupakan Desa disekitar Hutan dan Desa Pesisir Pantai
83

yang merupakan Desa Wisata Binaan dengan memiliki beberapa Potensi Sumber

Daya Alam yang sangat potensial. Jenis wisata yang dapat dinikmati wisatawan di

Desa Sawarna dalah wisata alam dan juga kerajinan karena memang alam

disekitar lokasi ini masih jarang tersentuh gangguan manusia sehingga masih

sangat indah dan menarik untuk dilihat. Daya tarik wisata di Desa Sawarna antara

lain adalah sebagai berikut :

A. Daya Tarik Wisata Alam

1. Potensi Obyek Wisata Bahari

a. Pantai Ciantir

b. Pantai Pulo Manuk

c. Pantai Legon Pari

d. Karang Tanjung Layar

e. Pantai Karang Bokor

f. Pantai Karang Taraje

2. Potensi Obyek Wisata Goa / Goa Wisata

a. Goa Langir (Pinggir Pantai)

b. Goa Lalay

c. Goa Sikadir

d. Goa Camaul

e. Goa Harta Karun

f. Seribu Candi

3. Potensi Obyek Wisata Ziarah

a. Obyek Wisata Ziarah Jhon Louis Van Goh.


84

b. Obyek Wisata Ziarah Tumenggung

4. Potensi Obyek Wisata Hutan Lindung dan Hutan Produksi

5. Potensi Sumber Daya Alam lainnya, diantaranya : Kandungan Batu

Bara, Pasir Kuarsa, Batu Kapur, Batu Kaca, dll.

B. Daya tarik Wisata Budaya dan Kerajinan

1. Seni Budaya

a. Dongdang

b. Pencak silat

c. Upacara Adat

d. Kesenian Sunda lainnya

2. Seni Kerajinan

a. Kerajinan Seni Ukir

b. Kerajinan Membuat Gitar

c. Kerajinan Makanan Ringan

d. Kerajinan Pisang Sale

3. Seni Kerajinan

Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih adalah sebuah pantai yang terdapat

di Desa Sawarna yang menjadi daya tarik Desa Sawarna, Pantai Ciantir adalah

sebuah pantai yang menghadap ke Samudera Hindia, sehingga mempunyai ombak

yang khas pantai selatan yaitu berombak besar dan kuat, menjadikannya sebagai

salah satu tempat selancar (surfing) terfavorit bagi wisatawan mancanegara.

Pantai Ciantir atau Pantai Pasir Putih atau biasa dikenal dengan wisatawan

Pantai Sawarna ini memiliki panjang sekitar 65 KM, dengan air laut yang jernih,
85

pasir yang putih, berbukit hijau, dihiasi karang, dan tidak terlalu ramai

pengunjung adalah pantai yang paling indah di Banten. Desa Sawarna yang

berjarak sekitar 150KM dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam dari Kota

Rangkasbitung banyak didatangi wisatawan yang berasal dari Bandung, Jakarta,

dan sekitarnya.

Desa Sawarna dapat dicapai dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan

umum. Jika menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta, maka rute yang akan

ditempuh yaitu:

1. Jalur Timur : Tol Jagorawi, Ciawi, Cibadak, Pelabuhan Ratu,

Sawarna

2. Jalur Barat : Tol Merak, Serang Timur, Pandeglang, Malimping,

Bayah, Sawarna

Perjalanan menuju Desa Sawarna juga dapat melalui jalur Rangkasbitung

yang melewati Pandeglang Gunung Kencana, dari Jakarta menuju Desa Sawarna

dapat melalui jalur Rangkasbitung dengan melewati Gunung Kencana, kondisi

jalan Gunung Kencana lumayan hancur sehingga dapat menghabiskan waktu

sekitar 7-8 jam menuju Desa Sawarna dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Perjalanan menuju Desa Sawarna cukup lama jika ditempuh melalui kendaraan

bermotor dari Kota Serang dapat menghabiskan waktu sekitar 5 jam dikarenakan

jalan di Kecamatan Bayah menuju Desa Sawarna sedang dalam perbaikan

sehingga berdebu dan hancur. Jika ingin menggunakan kendaraan umum dapat

menaiki bus jurusan Pelabuhan Ratu dari terminal bus setempat, kemudian dari
86

Pelabuhan Ratu dapat melanjutkan kea rah Sawarna dengan menggunakan elef.

Kendaraan umum menuju Desa Sawarna hanya sampai jam 5 sore saja.

Efek dari adanya wisata di Desa Sawarna memberikan tambahan serta

meningkatkan penghasilan bagi masyarakat terutama yang berada di Desa

tetangga sebagai desa yang paling dekat dengan Desa Sawarna. Perkembangan

kepariwisataan desa yang signifikan akan mendukung pariwisata yang ada,

menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan produktifitas home industry

meupun kerajinan sehingga secara otomatis akan mengurangi kemiskinan.

4.1.5 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Desa Sawarna

Sarana prasarana yang ada di Desa Sawarna adalah :

1. Tersedianya homestay (penginapan) serta rumah-rumah penduduk

yang disewakan untuk menginap.

2. Sarana jembatan gantung akses penyebrangan menuju kawasan

wisata Pantai Tanjung Layar dan Pantai Legon pari.

3. Sarana akses jalan tonblok menuju kawasan wisata.

4. Sarana transportasi ojek wisata.

5. MCK dan ruangan ganti di lokasi obyek wisata yang disewakan

warga.

6. Warung-warung wisata untuk jajanan.

7. Guide (pemandu) Wisata jika dibutuhkan.


87

Tabel 4.4
Potensi Desa Wisata Sawarna
INFORMASI UMUM DESKRIPSI
Nama Desa/Kelurahan/Kampung Sawarna
Kecamatan/Distrik Bayah
Kabupaten/Kota Lebak
Provinsi Banten
Kategori Desa Desa Wisata
Desa di sekitar Daya Tarik Wisata /
Berbasis Industri Kreatif
Desa Pendukung Usaha Pariwisata /
Kemitraan dengan Usaha Pariwisata
A. DAYA TARIK ALAM
Daya Tarik Utama Obyek Wisata Pantai Tanjung Layar
dan Pasir Putih
Daya Tarik Pendukung Obyek Wisata Goa Lalay dan Pantai
Legon Pari
B. DAYA TARIK BUDAYA
Daya Tarik Utama Kesenian Upacara Adat dan Kesenian
Dondang
Daya Tarik Pendukung Upacara Ruat Laut
C. DAYA TARIK BUATAN
Daya Tarik Utama Seni Kerajinan Cinderamata
Daya Tarik Pendukung Makanan Khas Sawarna
D. AKSESIBILITAS
Cara pencapaian menuju Dengan Kendaraan Umum (mobil PS)
desa/kelurahan/kampung dari dan Ojek
kota/pusat pelayanan terdekat
Kualitas jalan menuju Jalan beraspal
desa/kelurahan/kampung
Kualitas jalan di dalam Layak untuk dilewati
desa/kelurahan/kampung
Ketersediaan model transportasi Tersedia Ojek Wisata untuk menuju
kawasan wisata
Waktu tempuh 7-8 Jam dari Jakarta
Ketersediaan rambu-rambu/ petunjuk Tersedia
arah
Ketersediaan BPW (Biro Perjalanan Belum Tersedia
Wisata) yang telah menjual paket
88

wisata ke desa/kelurahan/kampung
tersebut
E. SARANA DAN PRASARANA
Penginapan/homestay Ada 59 Penginapan (Homestay)
Warung Makan 20 Warung Makan
Kamar Mandi dan WC 20 MCK
Air Bersih Tersedia
Listrik Tersedia
Tempat Parkir Belum Tersedia dengan Rapi
Tempat Sampah Minim
Toko Cinderamata Belum Tesedia
Jaringan Telepon Tersedia (telkomsel, Indosat, dan
XlIndo)
Bank dan Money Changer Tidak Ada
Kantor Pos Tidak Ada
Panggung Hiburan Belum Ada
Fasilitas Pendukung yang Lain Sarana Alat Surfing
F. ASPEK PASAR
Besarnya jumlah wisatawan yang 20.000/Tahun
berkunjung: Lokal/Nusantara dan
Mancanegara
G. INVESTASI
Investasi/partisipasi masyarakat yang Swadaya masyarakat untuk perbaikan
telah ada jalan wisata
Para pihak yang berperan dalam Pemerintah Desa
investasi
Para pihak yang berkaitan dengan PAD Kepada Pemerintah Kabupaten
struktur bagi hasil dalam pengelolaan Lebak
H. KELEMBAGAAN DAN SDM
BIDANG PARIWISATA
Pengelolaan Desa Wisata Pemerintah Desa Sawarna
Ketersediaan Struktur Lembaga TPK Pariwisata
Pengelola
Ketersediaan Pemandu Wisata Tersedia (guide Sawarna) terbatas
Pelibatan Masyarakat Sekitar Tersedia
PERMASALAHAN
Permasalahan mendasar yang perlu Penataan lingkungan sekitar objek
diperhatikan dan perlu segera wisata perlu ditingkatkan agar
ditangani menambah daya tarik keasrian sebuah
89

desa, sehingga Desa Sawarna sebagai


Desa Wisata benar-benar menjadi
tujuan wisata unggulan.
Permasalahan jangka panjang yang Pengelolaan sampah, baik dari
mungkin muncul masyarakat ataupun dari tempat lokasi
wisata itu sendiri.
(Sumber : Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014)

4.1.6 Kegiatan Perekonomian Masyarakat Desa Sawarna di Bidang

Pariwisata

Penduduk Desa Sawarna umumnya beraktifitas dalam bidang pariwisata

sebagai pelaku wisata diantaranya :

a. Pemilik penginapan 56 orang

b. Pemilik warung makan 20 orang

c. Pemilik warung jajanan di pantai 120 orang

d. Pengrajin cinderamata 10 orang

e. Pengrajin makanan khas 10 orang

f. Pemandu wisata / guide 5 orang

g. Ojek Wisata 100 orang

4.1.7 Program Pengembangan Desa Wisata di Provinsi Banten

1. Mengembangkan strategi pasar, promosi dan branding

a. Menggalakan promosi desa wisata melalui media eletronik maupun media

online, secara berkesinambungan;

b. Promosi melalui pameran-pameran pembangunan secara berskala baik di

tingkat Regional, Nasional maupun Internasional;

c. Ditawarkan ke media-media eletronik yang memperkenalkan daya tarik

wisata suatu wilayah/desa dan memperkenalkan khazanah budaya-budaya

masyarakat Indonesia.
90

2. Mengembangkan moda transportasi

a. Mengadakan moda transportasi umum yang menuju lokasi desa wisata;

b. Membangun shelter-shelter moda transportasi umum di Ibukota

Provinsi, Kabupaten/Kota.

3. Pembangunan PSD Perkim desa wisata yang padu serasi

a. Meningkatkan jalan lingkungan dan jalan poros desa;

b. Membangun sarana dan prasarana persampahan (bak-bak sampah

terpilah, sarana 3R);

c. Membangun sarana air bersih;

d. Membangun saluran-saluran guna mengantisipasi daerah genangan air;

e. Meningkatkan fungsi irigasi perdesaan;

f. Membangun rumah-rumah warga, melalui fasilitas KPR perumahan

swadaya bagi masyarakat desa yang mampu , dan program bedah

rumah bagi masyarakat desa Pra KS.

4. Pembentukan koperasi desa wisata

a. Mendorong pertumbuhan usaha masyarakat;

b. Memasarkan komuditas dan produk-produk olahan masyarakat;

c. Mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan.

5. Penyusunan pembangunan Investasi Desa Wisata Ramah Lingkungan

a. Menyusun dokumen pengpembangunan desa yang berkesinambungan

dan berkelanjutan berdasarkan hasil Musrenbangdes;

b. Mengusulkan program-program pembangunan masyarakat secara

berskala dan sesuai dengan aspirasi masyarakat;


91

c. Mengusulkan program pembangunan yang tetap memperhatikan

kearifan lokal.

6. Pengembangan kapasitas SDM lokal menjadi SDM terampil

a. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemandu wisata;

b. Mengadakan pelatihan-pelatihan peningkatan kualitas hasil kerajinan

masyarakat;

c. Mengadakan pelatihan-pelatihan pemasaran produk-produk kreatif

yang dihasilkan oleh masyarakat.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah

didapatkan dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan

menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian ini, penelitian mengenai

strategi pengembangan pariwisata Desa Sawarna, peneliti menggunakan analisis

SWOT. Teori tersebut memberikan gambaran yang berguna atas komponen-

komponen penting yang harus dipertimbangkan oleh pimpinan organisasi untuk

menjamin dapat berjalan dalam kehidupan organisasi. Strategi yang efektif

mencakup hubungan yang konsisten yang terdiri dari faktor-faktor strategis yaitu

strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah organisasi. Langkah

penentuan strategi ini yaitu; pertama, peneliti menentukan faktor-faktor yang

termasuk dalam strengths, weaknesses, opportunities, threats dari sebuah

organisasi pengelola Desa Sawarna. Kedua, peneliti mencocokan peluang-peluang

dan ancaman-ancaman eksternal yang dihadapi suatu organisasi tertentu dengan


92

kekuatan dan kelemahan internalnya dalam Matriks SWOT (dikenal juga dengan

TOWS), untuk menghasilkan empat rangkaian alternatif strategis. Analisis

internal diperlukan dalam menyusun strategi untuk memaksimalkan kekuatan dan

meminimalkan kelemahan.

Jenis dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata

dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan serta data atau hasil

dokumentasi lainnya. Kata-kata dan tindakan informan merupakan sumber utama

penelitian. Sumber data dari informan dicatat dengan menggunakan alat tulis dan

direkam melalui handphone yang peneliti gunakan dalam penelitian. Sumber data

sekunder yang didapatkan peneliti berupa dokumentasi seperti dokumen-dokumen

Profil Desa Sawarna, pengembangan pariwisata Desa Sawarna, dan PNPM

Mandiri Pariwisata sebagai bantuan Desa Wisata Sawarna yang merupakan data

mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-

foto terebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan desa

wisata.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi dilakukan reduksi data untuk mendapatkan tema dan

polanya serta diberi kode-kode pada aspek tertentu berdasarkan jawaban-jawaban

yang sama dan berkaitan dengan pembahasan permasalahan penelitian serta

dilakukan kategorisasi. Dalam menyusun jawaban penelitian, untuk


93

mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan kode

pada aspek tertentu, yaitu :

a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan.

b. Kode , , , , dan seterusnya menunjukkan daftar urutan pertanyaan.

c. Kode I menunjukkan informan.

d. Kode , , , menunjukkan daftar urutan informan dari kategori

Pengelola Desa Sawarna

e. Kode , , , , menunjukkan daftar urutan informan dari kategori

Instansi yang terdiri dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak dan Pemerintah

Provinsi di bidang kepariwisataan

f. Kode , menunjukkan daftar urutan informan kategori masyarakat

yaitu dari masyarakat lokal dan wisatawan.

g. Kode P menunjukkan Peneliti

Setelah pembuatan koding pada tahap reduksi data, langkah selanjutnya

adalah penyajian data, dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk

dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data

penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilih-pilih dan disisikan untuk disortir

menurut kelompoknya dan disusun sesusai dengan kategori yang sejenis untuk

ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk

kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu data direduksi.

Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck antara sumber data

dengan sumber data lainnya. Setelah semua proses analisis data telah dilakukan
94

peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil

ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh.

4.2.2 Data Informan Penelitian

Pada penelitian ini, mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di Desa

Sawarna Adapun informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-

orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholders (semua pihak) baik

pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan dan fasilitator, pelaksana langsung

pariwisata di sawarna, serta pihak lainnya yang terlibat dalam pengembangan

wisata sawarna. Pelaksana langsung desa wisata yang dijadikan informan dalam

penelitian ini adalah Kepala Desa Sawarna, Sekertaris Desa Wisata Sawarna

(Fasilitator Desa Sawarna), Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sawarna, dan

Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM). Pemerintah Daerah yang

terkait dalam penelitian ini sebagai informan adalah Kepala Bidang Destinasi

Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten, Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak Bidang Pariwisata yaitu terdiri dari

Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata,

Kepala Seksi Jasa dan Usaha Pariwisata. Masyarakat lokal yang menjadi informan

adalah masyarakat yang mendukung kegiatan pariwisata yaitu kelompok kegiatan

kerajinan dan kelompok kuliner, kelompok homestay, dan masyarakat sekitar

yang tinggal di sekitar obyek wisata, serta wisatawan yang berkunjung ke Desa
95

Sawarna. Adapun informan-informan pada penelitian ini dapat dilihat pada tebel

berikut ini.

Tabel 4.5
Informan Penelitian
Kode
Jenis
No Informan Status Informan (SI) Usia Informan
Kelamin
(I)
1 Suhanda, S.IP Kepala Desa Sawarna Laki-laki 45
2 Lili Suheli Sekretaris Desa Sawarna Laki-laki 40
3 Ndan Nuradi Ketua Kelompok Sadar Laki-laki 40
Wisata (POKDARWIS)
Desa Sawarna
4 Zaenal Mustofa, Ketua Lembaga Laki-laki 38
S.Pd Pemberdayaan Masyarakat
(LPM) Desa Sawarna
5 Drs. Oman Kepala Bidang Pariwisata Laki-laki 48
Nurohman, Disporapar Kab. Lebak
M.Si
6 Sri Wahyuni Kepala Seksi Promosi Perempuan 52
Pariwisata Disporapar
Kab.Lebak
7 Muslimah Kepala Seksi Usaha dan Jasa Perempuan 54
Disporapar Kab. Lebak
8 A. Sapta Kepala Bidang Laki-laki 56
Gumelar, S.Sos, Pengembangan Destinasi
MM Pariwisata Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Banten
9 Danu Miharja Pembuat Kuliner Khas Desa Laki-laki 63
Sawarna yaitu Pisang Sale
10 H. Abad. S Pengrajin Ukiran Kayu Laki-laki 54

11 Iqbal Taufiq Pengrajin Ukiran Kayu Laki-laki 26

12 Ade Pengrajin Gitar Laki-laki 40

13 Nina Mulyati Pengelola Homestay Perempuan 32

14 Reifky Syahmi Wisatawan Laki-laki 22

(Sumber, Peneliti 2015)


96

4.3 Pembahasan

Pembahasan dan analisa dalam penelitian ini merupakan data dan fakta

yang peneliti dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang

peneliti gunkaan yaitu analisis SWOT. Dimana dalam analisis SWOT dapat

menentukan strategi apa yang sebaiknya dilakukan dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna Analisis SWOT membantu memilih strategi alternatif

untuk mengembangkan Pariwisata di Sawarna.

4.3.1 Strengths (kekuatan)

Stengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,

proyek, atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor

yang terdapat dalam tubuh organisasi yaitu hal-hal positif yang menjadi kekuatan

dalam mencapai tujuan. Strengths bersifat internal bukan hal-hal yang datang dari

luar, strengths biasanya berisi manfaat organisasi, anggaran organisasi, Sumber

Daya Manusia (SDM), kemampuan teknologi. Tujuan dari penilaian kekuatan

dalam organisasi ialah untuk melihat keunggulan dari suatu organisasi agar dapat

mengurangi kelemahan dan menutupi ancaman agar dapat mencapai tujuan

organisasi tersebut.

Struktur Perekonomian Kabupaten Lebak, sektor usaha jasa pariwisata dari

perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2008 mencapai angka sebesar Rp.

856.074.000.000.-. PDRB Kabupaten Lebak hingga saat ini masih didominasi

Sektor Pertanian. Kontribusi retribusi dari sektor objek wisata pada tahun 2008

hanya memberikan kontribusi sebesar Rp. 50.000.000.- , dan pada tahun 2013

sebesar Rp 160.000.000,- antara lain dari Pantai Karang Taraje, pemandian Tirta
97

Buana Lebak, Gor Ona, Pantai Bagedur, Pantai Binuangeun, Pantai Cibobos dan

Pantai Pulau Manuk. Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam

upaya meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik

domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek objek wisata, alam, pantai

dan wisata budaya di Kabupaten Lebak.

Pariwisata Kabupaten Lebak secara terus menerus melaksanakan

pengembangan dan menggali potensi wisata dengan pengembangan destinasi

objek wisata merupakan langkahlangkah yang ditempuh, agar dapat memberikan

kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga kelangsungan pembangunan dibidang

kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah dalam

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat

dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan.

Suasana nyaman dan nmasih nuansa pedesaan membuat daya tarik tersendiri

untuk wisatawan kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda

dari perkotaan. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :

Sawarna punya potensi alam yang sangat indah yang sekarang


kita manfaatkan jadi daya tarik pariwisata buat ningkatin ekonomi
masyarakat yang ada disini. Potensi wisata alam jadi andalan kita
sekarang kaya banyak wisatawan yang dateng berkunjung ke
pantai pasir putih karena ngerasa masih asri dan nyaman banget
belum terlalu ramai. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna,
tanggal 20 Agustus pukul 12.35)

Potensi alam yang indah di Desa Sawarna menjadi daya tarik utama

wisatawan untuk datang berkunjung dan meningkatkan perekonomian masyarakat


98

sekitar yang berpenghasilan di bidang jasa atau usaha di sekitar lokasi wisata di

Desa Sawarna.

Tabel 4.6

Potensi Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) Sawarna

No Jenis ODTW Nama ODTW Karakteristik


1 Pantai Ciantir/Pasir Putih Pasir Putih, sebagian kecil karang,
landai, ombak sedang besar
Pulo Manuk Pasir Putih, Ombak Besar
Sedang
Tanjung Layar Pasir Putih, karang-karang, dua
karang besar, icon Sawarna
Karang Taraje Karang-karang, pepohonan perdu
Legon pari Pasir putih, sebagian kecil karang,
ombak sedang besar, sunrise
yang indah
Karang Bokor Ombak yang besar sedang,
karang besar
2 Goa Langir Dipinggir pantai
Lalay Stalakmit, goa horizontal, kondisi
yang lembap
Sikadir Goa horizontal
Camaul Goa horizontal
Harta Karun Goa horizontal, mulut goa yang
lebar, kondisi yang lembap,
terdapat aliran air
Seribu Candi Bentuk stalakmit, goa horizontal,
mulut goa yang lebar, panjang goa
30 m.
(Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, 2014)
99

Program pengembangan pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata kabupaten Lebak yaitu :

1. Pembinaan Kesenian Daerah (sebagai penunjang pemasaran Pariwisata).

2. Promosi Pariwisata tingkat Propinsi dan Nasional

3. Pembangunan WC, Ruang mandi dan Pagar ODTW Air Panas Cipanas

4. Pengadaan Sarana Penyelamat Pantai berupa 2 set Perahu Karet berikut

kelengkapannya peruntukan ODTW Sawarna dan Bagedur

5. Diklat Resque Beach yang diikuti oleh ODTW Sawarna dan Bagedur.

6. Pengadaan homestay di Sawarna

7. Pemilihan Saija dan Adinda

Pengembangan Wisata Sawarna yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga

dan pariwisata Kabupaten Lebak, seperti yang disampaikan adalah sebagai

berikut :

Buat ngembangin Desa Wisata Sawarna kita bangun sarana dan


prasarana yang ada di sekitar obyek wisata utama kaya homestay
dan tempat kuliner, tempat kontrol penjaga pantai, perbaikan jalan
menuju tempat wisata, dan pelatihan-pelatihan penjaga pantai,
kuliner, cinderamata. Buat ngembangin wisata Sawarna kita juga
engga sendiri kita juga di bantu Provinsi dan Desa. (wawancara
di Ruang Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kab. Lebak, tanggal 3 September 2015 pukul 11.10
WIB)

Peran Pemerintah Daerah membantu untuk mengembangkan wisata

Sawarna dengan membantu pengadaan sarana dan prasarana untuk menggali

potensi wisata alam di Sawarna.

Lingkungan di Desa Sawarna yang asri dan nyaman menjadi kekuatan

bagi pariwisata yang ada di Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan


100

wisatawan. Pemerintah Daerah membantu mengembangkan wisata Sawarna guna

memberikan dampak kenyamanan bagi wisatawan dengan memanfaatkan keasrian

lokal dan tidak merusaknya. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :

Sawarna sekarang menjadi pariwisata andalan di Lebak bahkan


di Indonesia saat ini. Potensi alam yang sangat eksotis dan
susasana desa yang masih asri dan nyaman menjadi salah satu
alasan Sawarna banyak dinikmati wisatawan. Kita meningkatkan
sarana dan prasarana di lokasi wisata yang tersebar di Sawarna
untuk menggali potensi wisata Sawarna. (wawancara di ruangan
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul
11.10 WIB)

Seperti yang disampaikan yang menyatakan bahwa Desa Sawarna

memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi kekuatan desa untuk

menarik minat wisatawan yang berkunjung. Pembangunan dan pengembangan

pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang

merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna sangat menjaga keaslian dan keunikan

lingkungannya, sehingga pembangunan pariwisata tidak merusak kebudayaan dan

keaslian lingkungan di Sawarna.

Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan.

Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang ramah

karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan yang datang

berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman datang untuk berwisata.

Salah satu implementasi konsep desa wisata di Desa Sawarna ini adalah dengan

adanya homestay yang berasal dari rumah warga, wisatawan dapat menginap di

rumah warga yang disewakan sehingga dapat tinggal bersama warga desa dan
101

dapat memberi pengetahuan yang luas mengenai kebiasaan dan kehidupan

masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan oleh sebagai berikut :

Warga sini sudah terbiasa dengan kedatangan wisatawan


sekarang dan mereka juga nyambut wisatawan yang dateng kesini
dengan ramah, karena mereka tau dengan datengnya wisatwan itu
dapat memberikan penghasilan buat mereka. (Wawancara di pos
retribusi menuju pasir putih, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30
WIB)

Berdasarkan pernyataan oleh bahwa masyarakat Desa Sawarna sudah

bisa menerima kehadiran wisatawan dengan baik dan ramah karena dengan

meningkatnya wisatawan yang berkunjung maka dapat meningkatkan

perekonomian mereka.

Pemilik Homestay atau penginapan yang ada di Desa Sawarna adalah

masyarakat lokal sendiri. Masyarakat lokal memanfaatkan pariwisata yang ada

dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek wisata untuk

meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi masyarakat yang tinggi membuat

pengembangan wisata Sawarna semakin maju karena salah satu prinsip

pengembangan pariwisata pedesaan adalah melibatkan masyarakat lokal dalam

pembangunan pariwisata di wilayahnya.

Partisipasi masyarakat lokal menjadikan sasaran utama dari

pengembangan desa wisata, dengan adanya partisipasi yang tinggi dari

masyarakat lokal maka desa wisata akan berjalan sesuai dengan kearifan lokal dan

budaya tanpa harus merubah struktur desa atau daya tarik utama desa. Tingkat

parstisipasi yang tinggi dari masyarakat lokal Desa Sawarna menjadi sebuah

peluang yang besar dalam pengembangan Desa Wisata, seperti yang disampaikan

, yang menyatakan sebagai berikut :


102

Pariwisata di Desa Sawarna ini sangat memberikan dampak


positif untuk warga desa, apalagi setelah ditetapkan sebagai desa
wisata.Warga sini sangat memberikan respon positif, banyak
warga sini yang mencari nafkah dari pariwisata. Kaya warga sini
yang rumahnya deket pantai gitu dia bikin homestay atau rumah
mereka dijadiin penginapan, juga banyak warung-warung yang
ada di pinggir pantai, terus juga ada yang bekerja lewat
pemberian jasa kaya jadi tukang ojek atau guide. Sekarang mah
banyak warga sini yang terlibat di bidang pariwisata dan malahan
bisa jadi penghasilan pokok mereka ya dari situ (wawancara, di
Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna mendapat respon positif dari masyarakat desa.

Partisipasi masyarakat Desa Sawarna yang tinggi menjadikan peluang yang besar

dalam pengembangan Desa Sawarna. Karena salah satu sasaran dari

pengembangan desa wisata adalah terlibatnya masyarakat dalam pengelolaan

maupun pengembangan desa wisata. Seperti yang disampaikan yang

menyatakan sebagai berikut :

Kita senang sekarang Sawarna sudah ngembangin pariwisata


soalnya emang disini kan potensi wisatanya emang tinggi banget
bukan cuman dari pantai tapi juga ada goa terus juga ada wisata
sejarahnya malahan. Saya setuju banget dengan Sawarna dijadiin
Desa Wisata beratikan desa ini udah jadiin pariwisata sebagai
prioritas buat nambak penghasilan kita warga sini. Saya disini
sekarang mencari nafkah ya lewat homestay, saya sengaja bangun
homestay di deket pantai sini soalnya saya tau sekarang udah
banyak banget orang yang tau tentang Sawarna dan pengen
dateng kesini, banyak wisatawan yang dateng kesini setiap hari
liburan bukan dari wisatawan yang dari Jakarta aja tapi juga
banyak yang dari luar negeri. Kalau kata orang bule mah disini
ombaknya bagus jadi mereka tertarik buat surfing. (Wawancara
di homestay yang terletak di dekat Pantai Pasir Putih, tanggal 30
Agustus 2015 pukul 14.15 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa pariwisata di Desa

Sawarna sudah menjadi penghasilan utama mereka, sehingga masyarakat Desa


103

Sawarna pun memberikan partisipasi yang tinggi dalam pengembangan desa

wisata. Pengembangan desa wisata merupakan bagian dari penyelenggaraan

pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan. Masyarakat Desa Wisata

Sawarna memberikan usaha taupun jasa pelayanan kepada wisatawan yang

berkunjung untuk merasakan kenyamanan berwisata ke Sawarna.

Tabel 4.7
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH
TAHUN 2013 - 2016

Bidang / Jenis
Biaya dan sumber biaya
Kegiatan Sasaran/ Waktu
No Mamfaat pelaksanaan
Sarana dan
Kp. Jml (Rp) sumber
Prasarana
1 3 6 13 14 15 16
1 Pengerasan Sangko Masy Petani 2013 20.000.000 APBD dan
Jl.Lingkungan Cisujen Swadaya
2 Rehab Jembatan Cikaung- APBD dan
Masy Desa 2013 50.000.000
Semi Permanen Cibeas Swadaya
3 Pembangunan Mata air Masy Petani 2013 250.000.000 PNPM
sarana air bersih ciwedus
4 Pemansangan Leles Masy Desa 2014 265.000.000 PNPM
Bronjong
5 Pemasangan Cikaung Masy Desa 2014 350.000.000 APBD dan
Bronjong Swadaya
6 Rabat beton Jl. Tari Kolot Masy 2013 10.000.000 APBD san
Lingkungan Lingkungan APBDES
7 Rabat beton Cihaseum Masy 2013 10.000.000 APBD dan
Jl.Lingkungan Lingkungan Swadaya
8 Irigasi Cipanas Masy petani 2014 87.000.000 APBD dan
Swadaya
9 Irigasi Cibarengkok Masy Petani 2014 189.000.000 PNPM
10 Rehab Jembatan Leles Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan
Gantung Swadya
11 Rehab Jembatan Cikaung Masy Desa 2013 120.000.000 APBD dan
Gantung Swadaya
12 Paving Blok Cikaung Masy Desa 2013 450.000.000 APBD dan
Jln.Wisata Swadaya
13 Telford Jl. Poros Tari Kolot Masy Desa 2013 20.000.000 APBD dan
Dusun Swadaya
14 Telford Jl. Poros Cihaseum Masy Petani 2013 10.000.000 APBD
Dusun
104

15 Telford Jl. Ke Leles Masy Petani 2013 25.000.000 APBD dan


Legon Pari Swadaya
16 Rehab Gorong- Cibarengkok Masy.Lingku 2013 12.500.000 APBD dan
gorong ngan APBDES
17 Telford Jl. Kp.Baru Masy.Lindku 2014 10.000.000 APBD dan
Lingkungan ngan Swadaya
18 Rabat Beton Jl. Cibeas- Masy.Lingku 2014 35.000.000 APBD dan
Lingkungan cisujen ngan Swadaya
19 Telford Jl. Sangko- APBD dan
May.Petani 2014 25.000.000
Lingkungan cibarengkok Swadaya
20 Pembangunan
Pewlayanan APBDEs dan
sekretariat Menyebar 2013-2016 60.000.000
Masyarakat Swadaya
RT/RW
21 Penataan Objek Wisatawan
APBD dan
Wisata Goa Cihaeum dan Masy 2014 75.000.000
Swadaya
Langir Desa
22 Penataan Objek
Petani dan APBD dan
Wisata Goa Cipanas 2013 25.000.000
Wisatawan Swadaya
Lalay
23 Penataan Objek Cihaseum Masy.Desa 2015 36.000.000 APBD
Wisata Ziarah
24 Penataan Wisata Masy. Desa
Ciantir-Tj. Cikaung dan 2013 95.000.000 APBD
Layar Wisatawan
25 Pembangunan Masy. Desa
Pantai
jembatan dan 2013 960.000.000 APBD I
Ciantir
Permanen Wisatawan
26 Penataan Gempol dan
APBD dan
Lapangan Olah Cibeas Masy Desa 2013 30.000.000
swadaya
Raga
27 Pembangunan
APBD dan
Gedung serba Gempol Msy. Desa 2015 97.000.000
APBDES
guna
(Sumber : RPJMDes Desa Sawarna Tahun 2013-2016)
Pengelolaan pariwisata Desa Sawarna seutuhnya dipegang langusng oleh

Pengelola Desa Sawarna yaitu Kepala Desa dan aparaturnya dengan dibantu oleh

Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pariwisata Desa Sawarna. Tidak ada

pihak swasta yang ikut terlibat dalam pembangunan dan pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna. Hal terebut menjadi kekuatan bagi Desa Sawarna

karena dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan pariwisata dengan

baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak swasta.


105

Dana pembangunan Desa Sawarna berasal dari dana APBD Provinsi,

APBD Kabupaten, APBD Desa dan swadaya masyarakat dengan tujuan

membangun Desa Sawarna baik dalam bidang Sarana dan Prasarana, Pendidikan,

Kesehatan, maupun Sosial dan Budaya. Pembangunan desa dilakukan dengan

melihat prioritas yang dibutuhkan untuk masyarakat desa dan pengembangan

pariwisata dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.

4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)

Kelemahan merupakan kondisi kekurangan yang terdapat didalam

organisasi. Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam

tubuh organisasi. Kelemahan Desa Sawarna dilihat dari kekurangan yang ada

dalam Pengelolaan dan Pengembangan Desa Sawarna yang dapat menghambat

pengembangan pariwisata.

Pengadaan sarana dan prasarana di obyek wisata merupakan kegiatan

Dinas pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak yang tertuang dalam

Rencana Strategi (Renstra) tahun 2014-2018. Dalam pelaksanaannya belum

optimal yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak

dalam pengadaan sarana dan parasarana di obyek tujuan daerah wisata. Seperti

yang disampaikan oleh sebagai berikut :

Bantuan pengadaan sarana dan prasarana yang didapat disini


dari Dinas Lebak belum maksimal kalau kata saya. Wc umum
gratis belum ada, tempat sampah juga cuman ada di beberapa titik
doang. Bantuan yang ada baru ada homestay yang katanya lagi
masa pembangunan terus juga tempat pemantau penjaga pantai
yang bisa ade liat di pinggir pantai. Kalau bantuan sarana dan
prasarana disini juga didapat dari Provinsi terus juga ada dari
swadaya masyarakat sekalian masyarakat juga berjualan disana.
Kalau kondisi jalan menuju tempat wisata Alhamdulillah udah rapi
106

dan bagus jalannya. (wawancara di rumah pribadi pak Sekertaris


Desa, tanggal 15 September 2015 pukul 22.30 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa kurangnya pengadaan

sarana dan prasarana penunjang wisata Sawarna. Sarana dan prasarana

pengunjang wisata Sawarna yang kurang diantaranya adalah tidak adanya WC

umum gratis untuk pengunjung, lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah,

dan tempat sampah yang minim disekitar lokasi wisata. Selanjutnya pendapat

yang disampaikan dari adalah sebagai berikut :

Untuk pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan rencana


Strategi tahun 2014-2018 kita adain pemberian homestay untuk
kawasan wisata sawarna, pos pengawas pantai bagedur dan
sawarna, ada juga pengadaan tempat sampah. Kita si belom bisa
ngasih pembangunan sarana di obyek wisata yang ada di Lebak
dengan maksimal balik lagi dana anggaran yang dikit yang kita
punya. (wawancara di Ruangan Bidang Pariwisata Dinas
Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1
September 2015 pukul 11.20 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan , Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kabupaten Lebak belum maksimal dalam pengadaan sarana dan

parasarana untuk daerah obyek wisata ataupun desa wisata dikarenakan anggaran

dana yang terbatas. Pengembangan pariwisata di suatu desa pada hakekatnya tidak

merubah apa yang sudah ada di desa tersebut, tetapi lebih kepada upaya merubah

apa yang ada di desa dan kemudian mengemasnya sedemikian rupa sehingga

menarik untuk dijadikan atraksi wisata. Pembangunan fisik yang dilakukan dalam

rangka pengembangan desa seperti penambahan sarana jalan setapak, penyediaan

MCK, penyediaan sarana dan prasarana air bersih dan senitasi lebih ditujukan

untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang ada sehingga desa tersebut dapat

dikunjungi dan dinikmati wisatawan.


107

Promosi pariwisata menjadi langkah utama keberhasilan suatu obyek

wisata yang ada di suatu daerah. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak menjadi program prioritas yang saat

ini dilakukan dalam pengembangan pariwisata di Lebak. Seperti yang

disampaikan oleh yang menyatakan sebagai berikut :

Sekarang kita lagi gentar untuk melakukan promosi pariwisata


Lebak soalnya salah satu cara pariwisata tetap berkembanga ya
dengan terus melakukan promosi. Promosi yang dilakukan kita itu
dengan melakukan pameran di tingkat Provinsi atau Nasional kaya
acara MTQ di tingkat Provinsi tanggal 13 maret 2015, pameran di
JCC tingkat Nasional tanggal 14-17 maret 2015, dan pameran di
ITEC Bandung tanggal 20-23 September 2015. Kita juga ada
pemilihan Seja Adinda buat mewakili Lebak untuk promosiin
pariwisata atau kebudayaan disini. Ohiya kita juga promosi lewat
website buat yang pengen tau tentang apa aja si yang ada di
Lebak, obyek apa aja yang bisa didatengin nah tinggal online juga
bisa, tapi yang ngelola website parwisata di Lebak bukan kita
soalnya kita masih kurang orang yang berkemampuan mengelola
IT. Kalau buat kawasan wisata Sawarna itu juga kita terus
promosiin apalagi sekarang emang lagi buming yah banyak
wisatwan yang pada pengen berkunjung kesana. Ya kita promosiin
sawarna juga sama kaya tempat wisata lainnya. (wawancara di
Ruangan Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 1 September 2015 pukul
11.20 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan , promosi yang

dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata di Kabupaten Lebak yaitu

dengan cara mengikuti pameran di tingkat Provinsi atau Nasional, Pemilihan Seja

Adinda yang mempromosikan kekayaan kebudayaan dan pariwisata Kabupaten

Lebak keliling Nusantara.

Promosi yang dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

Kabupaten Lebak dalam fokus mengembangkan pariwisata Sawarna masih

kurang. Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi
108

yang dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi

kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi.

Promosi Desa Wisata Sawarna melalui media eletronik dikelola langsung

oleh pengelola Desa Sawarna, tetapi ketidakmampuan Pengelola Desa menjadikan

promosi tidak berjalan dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh yang

menyaakan sebagai berikut :

Untuk promosi pariwisata di Sawarna ya kita lewat acara-acara


yang biasanya di undang oleh Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Pusat, terus juga ada lewat website walaupun masih
standar soalnya dikita belum banyak ngerti gimana cara
menggunakan media eletronik. Ohiya tapi ade juga bisa lihat
sendiri kalo buka di internet klikaja kata Sawarna pasti banyak
yang muncul soalnya kaya wisatawan yang datang berkunjung
mereka suka banyak bikin tulisan gitu di internet tentang
perjalanannya ke Sawarna dan ada apa aja tempat wisata di
Sawarna yang wajib di kunjungin. (wawancara di Kantor Desa
Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).

Berdasarakan hasil wawancara dengan , bahwa promosi yang

dilakukan pengelola Desa Sawarna terkait pengembangan pariwisata

diwilayahnya yaitu dengan cara mengikuti undangan acara kepariwisataan yang

daiadakan Pemerintah Daerah ataupun Pemerintah Pusat, tetapi masih terdapat

kendala pada promosi melalui media eletronik karena keterbatasan kemampuan

sumber daya manusianya.

Pengelola pariwisata langsung adalah masyarakat yang tinggal di obyek

wisata yang bertugas sebagai pelaksana perkembangan pariwisata yang ada

didaerahnya dengan berpedoman pada kebijakan yang dibuat pemerintah daerah.

Koordinasi antar/lintas instansi yang optimal membuat pelaksanaan kegiatan

dapat berjalan dengan efektif. Permasalahan yang dihadapi adalah belum


109

optimalnya koordinasi antar Pemerintah Daerah dengan pengelola pariwisata.

Seperti yang disampaikan oleh sebagai Kepala Desa Sawarna adalah sebagai

berikut :

Dinas Pariwisata Lebak sih jarang kesini, yang sering biasanya


dari provinsi. Buat pembangunan Desa Wisata Sawarna ini kita
masih kurang koordinasi sama Dinas Pariwisata Lebak. Kaya buat
program pembangunan jalan yg ke pasir putih gitu aja Dinas
Pariwisata Lebak engga banyak terlibat.Tapi kita setiap tiga bulan
sekali melaporin kunjungan wisatawan yang datang dan mengasih
retribusi pengunjung yang dateng ke obyek wisata yang ada disini
setiap bulannya. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal
20 Agustus pukul 12.35).

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa koordinasi yang

dilakukan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dengan

pengelola Desa Wisata Sawarna belum optimal. Hal ini yang menjadi kelemahan

bagi pelaksanakan pengembangan pariwisata. Pada level birokrasi yang selama ini

dilakukan pemerintah daerah seharusnya menindaklanjuti dengan adanya

kejelasan regulasi terkait dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan

forum komunikasi obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani

hubungan antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia

usaha/swasta. Instansi terkait khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata perlu

lebih mengintensifkan pembinaan secara berskala setiap bulan sekali dan

memfasilitasi pertemuan bagi forum komunikasi desa wisata agar benar-benar

dapat memberikan manfaat dalam rangka koordinasi bersama dan ajang berbagi

pengalaman dari masing-masiang desa wisatanya.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari orang-orang yang terlibat

sebagai pengelola wisata baik yang berasal dari masyarakat lokal atau aparatur
110

daerah. Salah satu mengembangkan pariwisata yang ada di daerah ialah dengan

memberikan pembinaan langsung dan pelatihan ketrampilan bagi masyarakat

lokal yang terlibat kedalam pengembangan pariwisata. Pada Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak belum melaksanakan pembinaan dan

pelatihan bagi pegawainya ataupun pengelola wisata dengan baik. Seperti yang

disampaikan oleh , adalah sebagai berikut :

Kalau pembinaan kita pernah ada dari Dinas Pariwisata Lebak,


tapi cuman sekali dalam setahun itu juga bahkan setahun kita
engga ada kegiatan dari Dinas Pariwisata Lebak. Nah malahan
kita lebih sering pembinaannya dapat dari Provinsi, kaya
pembinaan pengelolaan pariwisata gitu terus juga yang ini bisa
jadi desa wisata terbaik sebenernya lebih diurus sama Provinsi,
kalau dari Dinas Lebak mah cuman sesekali aja gitu. Dinas
Pariwisata Lebak pernah ngadain pelatihan kuliner lagi itu di
rangkas dan ada perwakilan kita yang ikut terus juga kemarin
baru-baru ini ada pelatihan keamanan pantai.Tapi kalo menurut
saya masih kurang pembinaan dan pelatihan yang diberikan Dinas
Pariwisata Lebak, jadi kita disini mencoba memaksimalkan
masyarakat yang pernah ikut pembinaan gitu buat ngebantu
masyarakat lain yang kurang paham tentang pariwisata. Menurut
saya perlu banget adain pelatihan ketrampilan gitu di masyarakat
sini soalnya kan kalo di lihat konep desa wisata itu masyarakat
lokal bisa ngejual keunikan dari desanya, langkahnya itu
ngebangun ketrampilan masyarakat sini supaya bisa bikin
kerajinan atau kuliner Sawarna supaya bisa jadi daya tarik sendiri
buat wisatawan yang datang. (wawancara, di Kantor Desa
Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35).

Berdasarkan hasil wawancara dengan menyatakan bahwa kurangnya

pembinaan dan pelatihan yang didapatkan pengelola Wisata Sawarna dari Dinas

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak. Pembinaan dan pelatihan

lebih banyak didapatkan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Banten.

Perlunya pembinaan yang didapatkan pengelola pariwisata agar pengelola

pariwisata di lapangan dapat membantu mengembangkan desa wisata dengan


111

baik, selanjutnya pelatihan ketrampilan untuk masyarakat lokal diharapkan

masyarakat lokal dapat merasakan dampak positif dari pembangunan pariwisata

di daerahnya sehingga bisa merasakan manfaatnya bersama dan

menyejahterahkan kehidupan mereka.

Pembinaan dan pelatihan yang belum optimal dilakukan Dinas Pemuda

Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak disebabkan minimnya anggaran.

Seperti yang disampaikan oleh yang menyatakan sebagai berikut :

Cara kita ngembangin desa wisata di Sawarna dengan ngasih


pembinaan buat orang desanya yang terlibat dalam mengelola
desa wisata, terus juga ngadain pelatihan kaya pelatihan kuliner
yang beberapa bulan lalu yang kita adain disini di rangkas buat
perwakilan pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata
tersebut. Kendala kita sekarang kita engga bisa ngadain pelatihan
secara berskala soalnya dana kita yang hanya sedikit. Jadi
palingan yang ngadain pelatihan gitu ya dibantu dari Provinsi.
Kalo pelatihan buat pegawai yang ada disini biasanya kita ikut
pelatihan yang diadain provinsi, jarang kita ngadain pelatihan
sendiri buat pegawai yang ada disini ya itu tadi karena
terbenturnya dana. (wawancara di ruangan Kepala Bidang
Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten
Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul 11.10 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan , bahwa Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata belum optimal dalam pemberian pembinaan dan pelatihan bagi

pengelola pariwisata yang ada di obyek wisata ataupun pengelola wisata Sawarna

dan juga belum optimal dalam pemberian pelatihan ketrampilan bagi masyarakat

lokal yang berada di sekitar obyek wisata. Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata

juga belum mampu memberikan pelatihan untuk pengembangan kemampuan

pegawai dikarenakan minimnya anggaran. Pelatihan yang didapatkan pegawai

hanya berasal dari Pusat ataupun Provinsi.


112

Desa Sawarna memiliki kerajinan dan kuliner asli dari masyarakat

setempat yang dapat dikembangkan dan dapat dijadikan buah tangan untuk

wisatawan yang berkunjung, tetapi sayangnya di Desa Sawarna ini belum ada

tempat untuk masayarakat lokal memasarkan hasil karya kerajinan dan kuliner asli

mereka. Seperti yang disampaikan sebagai berikut :

Kita disini memproduksi pisang sale doang, pisang sale ini


makanan khas sini, kita udah pernah pamerkan di tingkat provinsi.
Kita engga ngejual di deket pantai soalnya belum ada tempat,
kalau ada kita pengen banget malahan, biar wisatawan yang
datang ke Sawarna tahu kalau ada makanan khas sini dan bisa
jadi oleh-oleh buat mereka. Kita memproduksi kalau ada
pemesanan dan pengiriman barang aja ke kota. Saya sih kurang
tahu kenapa belum ada tempat yang dijadiin sebagai pusat oleh-
oleh disini. Padahal kalau ada tempat pusat oleh-oleh disini kan
bisa nambah perekonomian warga sini kaya yang tadinya diem aja
di rumah bisa ikut kerja buat ngebantuin memproduksi soalnya
kan pasti dibutuhin pisang yang banyak, apalagi kalau liburan
panjang rame pengunjung wisata yang datang. (Wawancara
dirumah produksi pisang sale di Kp. Cibeas, tanggal 16 September
2015 pukul 08.40 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa masyarakat lokal belum

mendapatkan kesempatan untuk menjualkan hasil produksinya sebagai kuliner

khas Desa Sawarna ke wisatawan yang berkunjung ke Sawarna. Masyarakat

sangat berharap untuk adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa

Sawarna sebagai oleh-oleh untuk wisatawan.

Belum tersedianya fasilitas pemasaran hasil karya Desa Sawarna yang

berupa kerajinan dan kuliner menjadi suatu ancaman dalam mengembangkan

Desa Wisata Sawarna untuk memberdayakan masyarakat lokal. Tanggapan yang

disampaikan adalah sebagai berikut :

Untuk saat ini kita memang belum ada tempat untuk berjualan
kerajinan dan kuliner Khas Sawarna kaya ukiran kayu, gitar,
113

pisang sale, dan lainnya. Tapi kalo ade ke pantai juga udah bisa
beli oleh-oleh ada yang jual pakaian yang tulisan Sawarna disana.
Bener sih emang harus ada kaya oleh-oleh yang berasal dari
warga sini juga biar bisa nambah penghasilan mereka, soalnya
kalo yang jual pakaian di pantai itu bukan produksi dari kita tapi
dari Bandung.(Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20
Agustus pukul 12.35)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa untuk saat ini belum ada fasilitas

penunjang hasil karya masyarakat asli Desa Sawarna dalam memasarkan hasil

karya mereka, yang saat ini dapat dilihat di lokasi obyek wisata adalah berasal

dari pihak swasta atau bukan produksi masyarakat Desa Sawarna.

Pendapat yang sama disampaikan adalah sebagai berikut :

Rencana kita akan buka galeri di depan sini, karena ini kan
didepan jalan ya semoga saja ramai pembeli. Sebetulnya saya juga
sangat sayangin engga ada tempat buat orang kita memasarkan
hasil karya tangan sendiri, padahalkan punya nilai jual sendiri
pastinya di mata wisatawan.Disini itu ada tempat pembuatan gitar
yang udah terkenal kemana-mana, tapi sayangnya emang disini itu
SDM nya belum pada siap untuk ngembangin usahanya di bidang
pariwisata, jadi butuh kerja sama dan pembangunan ketrampilan
masyarakat sini agar sadar wisata. (wawancara di Rumah Ketua
LPM Desa Sawarna Kp. Cibeas RT01/RW01, tanggal 20 Agustus
2015 pukul 13.40)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM) Desa Sawarna berencana untuk membangun fasilitas

pemasaran produk asli masyarakat Desa Sawarna, dengan begitu diharapkan dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat dan masyarakat dapat terberdaya melalui

pengembangan pariwisata secara bersama.


114

4.3.3 Opportunities

Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa yang akan

datang. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi itu sendiri.

Misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, adalah SKPD yang baru dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah nomor 10 tahun 2007, yang dikepalai seorang

Kepala Dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati dan pelaksana kebijakan

pemerintah Kabupaten Lebak dibidang Kepemudaan Keolahragaan Kebudayaan

dan Kepariwisataan. Sebagai Lembaga teknis yang mengemban tugas dalam

meningkatkan kualitas kepemudaan keolahragaan kebudayaan dan kepariwisataan

serta kehidupan masyarakat yang beriman, bertaqwa dan berbudaya untuk

mewujudkan daya saing investasi berbasis sumber daya menuju keunggulan yang

kompetitif dengan memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan

wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem

produksi, industri dan pelayanan masyarakat.

Melalui penataan dan pengembangan pariwisata di dalam upaya

meningkatkan sekaligus menciptakan rasa aman bagi para wisatawan baik

domestik maupun mancanegara berkunjung ke objek objek wisata, alam, pantai

dan wisata budaya di Kabupaten Lebak.Pariwisata Kabupaten Lebak secara

terus menerus melaksanakan pengembangan dan menggalian potensi wisata

dengan pengembangan destinasi objek wisata merupakan langkahlangkah yang

ditempuh, agar dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah sehingga

kelangsungan pembangunan dibidang kepariwisataan terus berjalan sesuai dengan


115

tuntutan pembangunan daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Potensi obyek wisata di Kabupaten Lebak terdiri dari obyek wisata bahari,

obyek wisata budaya, obyek wisata air panas, obyek wisata air terjun, obyek

wisata sejarah, obyek wisata minat khusus, dan obyek wisata buatan, selain itu

juga ada potensi Obyek Wisata Batu Nasional. Potensi obyek wisata Kabupaten

Lebak antara lain sebagai berikut :

1. Potensi Obyek Wisata Pantai, meliputi:

a. Karang Nengah Binuangeun Wanasalam

b. Tanjung Panto Binuangeun Wanasalam

c. Bagedur Sukamanah Malimping

d. Talanca Cilangkahan Malimping

e. Cihara Panggarangan

f. Cimandiri Panggarangan

g. Cibobos Karang Songsong

h. Pelabuhan lelang Bayah Panggarangan

i. Karang Taraje Bayah

j. Pulo Manuk Bayah

k. Ciantir Sawarna Bayah

2. Potensi Obyek Wisata Budaya, meliputi:

a. Budaya Baduy Leuwidamar

b. Budaya Kaolotan Cisungsang Cibeber

c. Budaya Kaolotan Citorek Cibeber


116

d. Budaya Kaolotan Cibedug Cibeber

e. Budaya Kaolotan Ciherang Cibeber

f. Budaya Kaolotan Ciusul Cibeber

g. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber

h. Budaya Kaolotan Cisitu Cibeber

i. Budaya Kaolotan Guradog Sajira

3. Potensi Obyek Wisata Air Panas, meliputi :

a. Air Panas Cipanas

b. Air Panas Citando Senang Hati Malimping

c. Air Panas Cikawah Sobang

4. Potensi Obyek Wisata Curug/Air Terjun, meliputi :

a. Kanteh Cikatomas Cilograng

b. Sata Cimanyangray Gunung Kencana

c. Sukadaya Cikulur

d. Parigi Bojong Manik

e. Kebo Boalang Malimping

f. Indihiyang Warung Gunung

g. Ciarnisah Citorek Cibeber

h. Ciarnisah Citorek Cibeber

i. Cibangkit Sobang

j. Cikeris Cipanas

5. Potensi Obyek Wisata Sejarah, meliputi :

a. Situs Sibedug Cibeber

b. Situs Kosala Cipanas


117

c. Musium Multatuli Rangkasbitung

6. Potensi Obyek Wisata Minat Khusus, meliputi :

a. Goa-goa alam 20 buah tersebar

b. Ekowisata/Geologi bekas Aneka Tambang Cikotok Cibeber

c. Arung Jeram Ciberang Desa Banjar Irigasi kec. Lebak Gedong

d. Berburu babi di Gunung Gede dan sekitarnya Panggarangan

7. Potensi Obyek Wisata Buatan, meliputi :

a. Ranca Lentah Indah Rangkasbitung

b. Situ Palayangan Cimarga

c. Kolam Renang Jujuluk Rangkasbitung

d. Kolam Renang Tirta Sari Komplek Pendidikan Rangkasbitung

e. Kolam Renang Bay Pas Rangkasbitung

f. Bendungan Cijoro Rangkasbitung

Banyaknya potensi obyek wisata yang ada di Kabupaten lebak menjadi

sebuah peluang yang besar untuk Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dalam

mengembangkan pariwisata di daerahnya. Desa wisata menjadi sebuah peluang

besar bagi masyarakat lokal yang ada di sekitar obyek wisata untuk merasakan

manfaatnya melalui pemberdayaan masyarakat sekitar dibidang usaha pariwisata.

Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu

bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan keindahahan dan

potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna adalah memiliki wisata

bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah dengan Bali, wisata bahari

Sawarna terdiri dari keindahan pantai pasir putih yang masih asri dan memberikan
118

suasana yang sangat tenang dan nyaman karena tidak teralalu banyak wisatawan

yang berkunjung kesini, selanjutnya keindahan wisata baharinya dapat dilihat dari

karang-karang besar yang ada di pinggir pantai yang terbentuk sangat indah dan

disambut dengan ombak besar, serta ombak besar yang ada di Sawarna juga biasa

dimanfaatkan oleh wisatawan mancanegara untuk berolahraga air yaitu selancar

(surfing).

Desa Sawarna merupakan Desa Wisata yang ada di Kabupaten Lebak,

Desa Sawarna disebut sebagai Desa Wisata dikarenakan Desa Sawarna menjadi

salah satu penerima bantuan PNPM Mandiri Pariwisata pada tahun 2014 dari

Kementrian Pariwisisata. Desa Sawarna mendapatkan penghargaan Desa Wisata

terbaik ke-7 se-Nasional, Desa Sawarna mampu bersaing dengan desa wisata

lainnya di Indonesia yang lebih dulu maju dan berkembang. Hal tersebut menjadi

peluang yang sangat besar bagi pengembangan Desa Wisata Sawarna. Seperti

yang disampaikan oleh sebagai Kepala Desa Sawarna dan juga Pengelola

Wisata Desa Sawarna, menyatakan sebagai berikut :

Alhamdulillah Desa Sawarna dapat peringkat ke-7 Desa Wisata


terbaik se-Nasional, bisa dilihat penghargaannya ada di ruangan
staff desa kita pajang disana.Penilaian yang dilalui kita itu cukup
panjang sampe bisa dapat peringkat Ke-7 se-Nasional.
Penilaiannya itu dari peninjauan langsung tim juri yang berasal
dari Bali Jogja, Uji kelayakan desa, system pengelolaan desa
wisata, kebijakan desa wisata, potensi wisata desa, kebersihan dan
kemanan. Kita ngelaporin Desa Wisata Sawarna pure apa adanya
dengan kondisi yang ada mungkin itu yang jadi nilai positif dewan
juri. Kita kan disini juga ada kelompok masyarakat yang jadi
penunjang desa wisata kaya ada kelompok kesenian, kerajinan,
kuliner, dan homestay yang semua berasal dari warga asli sini
semua. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20
Agustus pukul 12.35).
119

Berdasarkan hasil wawancara dengan , Desa Sawarna dapat menjadi

Desa Wisata terbaik se-Nasional dengan peringkat ke-7 karena laporan pengelola

desa yang apa adanya sesuai dengan kondisi desa yang ada. Desa Sawarna

merupakan Desa yang baru mengembangkan pariwisata sebagai potensi utama

mereka pada tahun 2011.

Obyek wisata yang berlimpah di Desa Sawarna menjadi peluang Desa

Sawarna untuk menggali pariwisata yang ada disana. Seperti yang disampaikan

oleh sebagai berikut :

Sekarang Desa Sawarna lagi berkembang di bidang


pariwisatanya, bukan cuman dari wisata baharinya tapi juga dari
wisata alamnya yang ada banyak goa, terus juga ada wisata
sejarahnya, dan ada juga kerajinan dan kuliner khas Desa
Sawarna sebagai daya tarik wisata. Kita sangat mendukung
dengan kemajuan Sawarna saat ini, apalagi kemarin baru aja
Sawarna dinilai jadi Desa Wisata Terbaik se-Nasional, yang pasti
itu jadi nilai positif banget buat kami untuk terus mempromosikan
pariwisata yang ada di Lebak ini. (wawancara di ruangan
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul
11.10 WIB)

Bedasarkan hasil wawancara dengan , Perkembangan pariwisata Desa

Sawarna saat ini sangat baik dan menghasilkan kemajuan. Kemajuan Desa Wisata

Sawarna ini sangat memberikan dampak positif bagi Kabupaten Lebak yaitu

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Setiap sebulan sekali Desa

Sawarna melaporakan kunjungan wisatawan yang datang dan memberikan

retribusi parkir di lokasi obyek wisata. Seperti yang disampaikan oleh , yang

menyatakan sebagai berikut :

Setiap sebulan sekali kita melaporkan jumlah wisatawan lokal


dan mancanegara yang berkunjung ke lokasi wisata di Desa
Sawarna.Kita juga menarik uang retribusi untuk pengunjung yang
120

datang sebesar Rp 5.000.Uang retribusi nanti yang kami tarik dari


wisatawan itu buat Pemerintah Daerah sebesar Rp2.500 dan
sisanya buat pembangunan kesejahteraan warga Sawarna.Uang
yang kita kasih ke Pemerintah Daerah itu untuk peningkatan PAD
yang nantinya juga kembali lagi untuk masyarakat. (wawancara di
rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015
pukul 22.30 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Desa Sawarna memiliki

kesempatan untuk meningkatkan PAD di Kabupaten Lebak melalui potensi

pariwisata yang nantinya untuk pembangunan daerah. Berdasrkan wawancara

yang dilakukan dengan adalah sebagai berikut :

Laporan kunjungan wisatawan yang datang ke Sawarna setiap


bulannya itu untuk meningkatkan PAD yang nantinya buat
pembangunan daerah juga.Dinas hanya mengambil Rp 2.500 saja
dari harga tiket masukyang dijual di kawasan Sawarna, karena itu
udah ada kebijakan dalam Perda. (wawancara di ruangan
Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber 2015 pukul
11.10 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa laporan kunjungan wisatawan

yang datang ke obyek wisata di Desa Sawarna setiap bulannya itu untuk

peningkatan PAD Kabupaten lebak. Seperti yang tertera pada Perdfa No 8 taun

2010 yang menyatakan hanya menarik retribusi sebesar Rp 2.500 untuk

diserahkan ke Pemerintah Daerah. Peraturan harga tiket kunjungan wisata

sepenuhnya diatur oleh pengelola wisata di Desa Sawarna.

Pengembangan wisata Sawarna merupakan bagian dari penyelenggaraan

pariwisata yang terkait langsung dengan jasa pelayanan, yang membutuhkan

kerjasama dengan berbagai komponen penyelenggaraan pariwisata yaitu

pemerintah, swasta, dan masyarakat. Beberapa bentuk keterlibatan masyarakat

tersebut adalah penyediaan fasilitas akomodasi berupa rumah-rumah penduduk


121

(homestay), penyediaan kebutuhan konsumsi wisatawan, penyediaan transportasi

lokal, pertunjukan kesenian, dan lain-lain.

Desa Sawarna selain memberikan potensi wisata alamnya yang sangat

mempesona, juga memberikan karya dari masyarakat lokalnya seperti adanya

kesenian, kerajinan, dan kuliner. Desa Sawarna juga mengembangkan budaya dan

kesenian yang ada untuk menarik minat wisatawan agar Sawarna mampu

berdaya saing dengan pariwisata lainnya. Seperti yang disampaikan adalah

sebagai berikut :

Pariwisata Desa Sawarna bukan cuman dari obyek wisata


alamya aja disini, tapi juga ada wisata budayanya, kerajinan asli
orang sini itu ada ukiran kayu buat pajangan terus juga pembuat
gitar yang udah terkenal dimana-mana, kuliner asli sini juga ada
kaya pisang sale ada itu yang bikin orang sini, terus juga ada
wisata sejarahnya makam mbah Sawarna. Kemarin 17 Agustus
kalo ade kesini kita ada acara kesenian dan budaya disini kaya
ada dongdang dari setiap kampung, ada juga tari langseran, terus
juga ada kreasi baju adat. Banyak banget warga sini yang ikut
terlibat, saya harapkan juga kesenian disini semakin berkembang
buat narik minat wisatawan. (wawancara di Rumah Ketua
Pokdarwis Kp. Cibeas, tanggal 20 Agustus 2015 pukul 14.30)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa Desa Sawarna juga

memiliki kekayaan budaya, sejarah, kerajinan, dan kuliner yang didalamnya

banyak masyarakat yang terlibat untuk mengembangkan dan melestarikannya.

Masyarakat Desa Sawarna kini terberdaya dengan adanya pengembangan

pariwisata. Masyarakat yang memiliki usaha pendukung pariwisata mendapatkan

bantuan berupa pelatihan-pelatihan ketrampilan dan pengadaan fasilitas

pendukung kegiatannya. Dengan adanya bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat

ataupun Pemerintah Daerah diharapkan kesejahteraan masyarakat meningkat dan

adanya pemeratan ekonomi.


122

Pengembangan Wisata Sawarna sangat memberikan manfaat untuk

masyarakat Desa Sawarna, seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :

Perkembangan pariwisata di Sawarna tentu memberikan banyak


manfaat buat warga sini kaya warung nasi jadi laku, homestay
penuh, rumah penduduk jadi penginapan, banyak yang nyari
nafkah jadi tukang ojek, jadi guide, terus juga manfaat lainnya
adanya pendapatan yang rata untuk masyarakat, memberikan
motivasi pendidikan, juga ningkatin budaya sendiri seni budaya
daerah kaya pencak silat, debus, angklung, qasidah. Ya dampak
positifnya itu banyak kaya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan dan keamanan jadi tinggi, terus juga ningkatin
kesejahteraan masyarakat kaya pembangunan rumah, mereka
pada punya WC sendiri, terus juga angka putus sekolah
berkurang, tapi ya namanya pembangunan mah pasti ada positif
dan negatifnya. Dampak negatifnya itu budaya luar jadi
mempengaruhi budaya sini, tapi untungnya wisatawan rata-rata
masih bisa hormati budaya sini, terus juga anak-anak karena udah
kenal uang mereka jadi males buat sekolah. (wawancara, di
Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul 12.35)

Pernyataan selanjutnya juga disampaikan , sebagai berikut :

Banyak warga sini yang nyari nafkah lewat pariwisata yang


berkembang sekarang kaya banyak yang buka warung makan,
buka penginapan di sekitar obyek wisata, terus juga banyak yang
jadi ojek buat nganterin wisatawan ke tempat wisata yang ingin
dikunjungin. Sekrang mah masyarkat udah pada pinter buat nyari
uangnya lewat wisatawan yang berkunjung. (Wawancara di
rumah pribadi pak Sekertaris Desa, tanggal 15 September 2015
pukul 22.30 WIB)

Manfaat pengembangan pariwisata di Desa Sawarna bagi masyarakat desa

adalah usaha kegiatan pariwisata masyarakat lokal meningkat seperti warung nasi

yang ada di sekitar obyek wisata meningkat pendapatannya, homestay jadi penuh

karena banyaknya wisatawan yang berkunjung bahkan wargapun banyak yang

menjadikan rumahnya sebagai tempat penginapan wisatawan seperti konsep desa

wisata yaitu masyarakat lokal sebagai subyek bagi wisata dengan memberikan

pelayanan bagi wisatawan, manfaat selanjutnya adanya pemerataan yang rata


123

untuk masyarakat jadi masyarakat miskin yang ada disini yang tidak memiliki

usaha di bidang pariwisata juga merasakan manfaatnya lewat dana retribusi wisata

yang nantinya di kelola oleh desa untuk diberikan kepada masyarakat Desa

Sawarna, serta manfaat selanjutnya ialah memberikan motivasi yang tinggi bagi

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai pariwisata.

4.3.4 Threats

Threats Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi itu sendiri.Kondisi yang terjadi merupakan ancaman dari

luar organisasi itu sendiri, misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi

lingkungan sekitar.

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak dalam

pengembangan pariwisata juga memiliki hambatan dari eksternal atau luar

organisasi, akibatnya banyak kegiatan yang tidak berjalan efektif dikarenakan

faktor eksternal. Seperti yang disampaikan yang menyatakan sebagai berikut

Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan disini itu


karena kebijakan yang berubah-ubah jadi pelaksanaan kegiatan
engga bisa berjalan baik gitu. Jadinya suka ada program kerja
yang engga berkelanjutan gitu, kalo kaya misalnya ada program
pelatihan setiap tahunnya karena minimnya anggaran makanya
kebijakannya diubah terus jadinya engga setiap tahun pelatihan
diadain, padahal kan pelatihan itu penting buat ningkatin kinerja
pegawai disini. Terus juga ada beberapa program pengembangan
pariwisata yang engga berkelanjutan, kaya ditahun sekarang kita
belum bisa nambah desa menjadi desa wisata yang ada di Lebak..
(Wawancara di ruangan Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, tanggal 3 Septermber
2015 pukul 11.10 WIB)
124

Berdasarkan hasil wawancara bahwa kebijakan yang berubah-ubah

menjadi suatu ancaman untuk pelaksanaan kegiatan, sehingga pelaksanaan

kegiatan tidak berjalan dengan efektif. Program kegiatan yang tidak berkelanjutan

juga menjadi suatu ancaman bagi pengembangan pariwisata sehingga pengelola

harus memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun

sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah. Seperti

yang disampaikan adalah sebagai berikut :

Ancaman yang sekarang kita hadapin adalah daya dukung


program pemerintah yang tidak berkelanjutan, kaya dana PNPM
Mandiri Pariwisata kan yang dikhususinbuat pembangunan desa
wisata sekarang udah engga dapat lagi jadi desa sendiri yang
perlu kerja keras buat mempertahanin pariwisata dan
mengembanginnya, tapi buat ngembanginnya kita juga masih
didukung sama pemerintah daerah ko. Pemerintah daerah tidak
melepas tangan saja. (wawancara, di Kantor Desa Sawarna,
tanggal 20 Agustus pukul 12.35)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa ancaman dalam

pengembangan Desa Sawarna saat ini adalah daya dukung program pemerintah

yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut membuat pengelola Desa Sawarna bersikap

mandiri dan bekerja keras untuk mengembangkan pariwisata di Desa

Sawarna.Daya dukung program pemerintah yang sudah tidak berkelanjutan lagi

seperti bantuan dari Kementrian Pariwisata melalui PNPM Mandiri Pariwisata.

Pengembangan pariwisata di Desa sawarna sekarang jadi tanggung jawab bersama

yaitu masyarakat Desa Sawarna, Kepala Desa Sawarna, dan Pemerintah Daerah.

Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah

masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan pariwisata.

Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan pariwisata Desa


125

Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah Daerah atau Pengelola

Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat Desa Sawarna, dari sekian

banyak masyarakat yang memanfaatkan pariwisata Desa Sawarna sebagai

peningkatan perekonomian mereka juga banyak yang belum merasakan

manfaatnya karena mereka yang belum memiliki kemampuan dan kesiapan dalam

pembangunan Desa Wisata Sawarna.

Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :

Masyarakat sini sagat mendukung dengan pembangunan


pariwisata, tapi masih ada beberapa orang yang belum siap dalam
pembangunan pariwisata. Ini disebabkan mereka yang tidak
memiliki kemampuan di bidang pariwisata dan lebih memilih
bekerja sebagai petani dari pada di bidang pariwisata. Kaya
pengrajin gitar disini mereka hanya menjual gitarnya keluar kota
saja, engga manfaatin wisatawan yang datang kesini, mereka juga
berproduksi kalau ada pesanan aja karena terbatasnya modal.
(Wawancara di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus 2015
pukul 12.48 WIB)

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa masyarakat Desa

Sawarna masih ada yang belum siap dalam pembangunan pariwisata, karena

keterbatasannya kemampuan mereka dan mereka lebih memilih mencari

penghasilan di bidanglain yang lebih menjanjikan untuk peningkatan

perekonomiannya.

Pengembangan pariwisata di Desa Sawarna selain memberikan dampak

positif dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat sekitar juga terdapat

dampak negatif yaitu dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung baik dari

wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara dapat membawa budaya buruk

yang dapat mempengaruhi masyarakat Desa Sawarna. Seperti yang disampaikan

adalah sebagai berikut :


126

Dampak negatif buat warga sini si itu budaya dari luar yang bisa
mempengaruhi orang sini, apalagi buat para remaja-remaja kita.
Engga sedikit wisatawan yang dateng kesini membawa perilaku
buruk kaya minum-miuman, terus yang bule juga ada yang
memakai bikini. Mungkin kalau di Bali atau di tempat wisata
lainnya tidak ada yang melarang, tapi kalau disinikan warga kita
tidak banyak yang terbiasa berkelakuan gitu jadi ya buat perhatian
banget dan aneh, jadi kalo bisa saya harapkan wisatawan yang
datang apat menghormati budaya kami disini dan jangan
membawa dampak negatif, makanya kita kan adain satuan
keamatan dan ketertiban di setiap titik lokasi wisata.
(Wawancara, di Kantor Desa Sawarna, tanggal 20 Agustus pukul
12.35)

Seperti hasil wawancara dengan bahwa budaya asing dari wisatawan

dapat mempengaruhi budaya masyarakat Desa Sawarna. Untuk meminimalisir

dampak negatif tersebut pengelola desa membuat pos ketertiban dan keamanan di

setiap lokasi obyek wisata, dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga

dapat memberikan kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung.

Salah satu kriteria pengembangan wilayah dalam pengembangan desa

wisata adalah kemudahan aksesibilitas. Aksesibilitas menuju Desa Sawarna cukup

sulit karena kontruksi jalan yang hancur dan sedang dalam perbaikan, serta

angkutan umum yang jarang hingga lokasi obyek wisata yang ada di Desa Wisata.

Seperti yang disampaikan adalah sebagai berikut :

saya kesini naek motor dari tangerang, kesan saya selama


perjalanan menuju ke Sawarna cukup melelahkan ternyata, bukan
cuman jaraknya saja yang jauh tapi juga kondisi jalan yang lagi
ada perbaikan jadi debu dimana-mana dan kalo naek angkutan
umum ke Sawarna juga kayanya sulit soalnya jarang angkutan
umum yang lewat kesini, palingan juga ada angkutan umum yang
banyak sampai bayah doang. Kalau udah jalan ke Sawarnanya
mah sepi cuman ada kendaraan pribadi kalau ga kendaraan
proyek yang saya banyak temuin.Buat jalan di sekitar obyek wisata
sudah cukup rapi cuman saja perlu kemudahan akses untuk
menuju kesana. (wawancara di pantai pasir putih, tanggal 30
Agustus 2015 pukul 15.10 WIB)
127

Berdasarkan hasil wawancara dengan bahwa kemudahan akses

angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan dibutuhkan

keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena kondisi desa yang

relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk terus

melakukan perbaikan jalan menuju Desa Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata

Desa Sawarna, masyarakat juga dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun

akses jalan menuju lokasi obyek wisata.

Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari

pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang rusak

dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrik-pabrik dan

juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi pengganggu bagi

wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna. Jalan menuju Sawarna kini

semakin berubah, semakin banyak pihak swasta yang memanfaatkan lahan dan

kekayaan di Bayah dengan merusak lingkungan sekitar lokasi tujuan wisata

Sawarna. Meskipun kini Sawarna masih mampu bertahan dengan menahan pihak

swasta untuk ikut terlibat dalam pembangunan pariwisata di Desa Sawarna. Tetapi

akses jalan menuju Desa Sawarna kini sudah tercemari oleh polusi pabrik dari

pihak swasta sehingga menjadi ancaman dalam pengembangan pariwisata

Sawarna.
128

4.3.5 Analisis Faktor Internal

Strengths (Kekuatan)

1. Potensi Alam yang Indah

Desa Sawarna memiliki potensi alam yang sangat indah yaitu dapat dilihat

dari wisata alamnya yang berupa pantai, goa, perbukitan, dan persawahan.

Potensi alam yang indah menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan

kota yang berkunjung untuk menikmati suasana yang berbeda dari

perkotaan.

2. Lingkungan yang asri dan nyaman

Desa Sawarna memiliki suasana yang asri dan nyaman sehingga menjadi

kekuatan desa untuk menarik minat wisatawan yang berkunjung.

Pembangunan dan pengembangan pariwisata didasarkan pada kearifan

lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan

budaya dan keunikan lingkungan.

3. Sikap masyarakat disekitar lokasi wisata yang ramah

Masyarakat Desa Sawarna memiliki sikap yang ramah dengan wisatawan.

Salah satu karakteristik pariwisata ialah memiliki sikap masyarakat yang

ramah karena masyarakat lokal yang menerima dan melayani wisatawan

yang datang berkunjung sehingga dapat membuat wisatawan nyaman

datang untuk berwisata.

4. Partisipasi masyarakat yang tinggi

Warga Desa Sawarna memanfaatkan pembangunan wisata yang ada

disekitarnya dengan membangun usaha dan jasa disekitar lokasi obyek

wisata Sawarna untuk meningkatkan perekonomian mereka. Partisipasi


129

masyarakat yang tinggi membuat pengembangan wisata Sawarna semakin

maju karena salah satu prinsip pengembangan pariwisata pedesaan adalah

melibatkan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata di

wilayahnya.

5. Mampu memanajemen pengembangan wisata Sawarna dengan baik

Desa Sawarna dapat mengelola dan memanfaatkan pengembangan

pariwisata dengan baik dan leluasa tanpa adanya campur tangan pihak

swasta, karena tidak adanya pihak swasta yang terlibat dalam

pembangunan pariwisata sehingga pengelolaan seutuhnya dipegang oleh

pengelola Desa Sawarna dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat.

Weaknesses (Kelemahan)

1. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana wisata Sawarna

Sarana dan prasarana pengunjang wisata Sawarna yang kurang

diantaranya adalah tidak adanya WC umum gratis untuk pengunjung,

lahan parkir yang kurang, tidak adanya Musolah, dan tempat sampah yang

minim disekitar lokasi wisata.

2. Sistem promosi yang masih kurang

Tidak adanya promosi pada media elteronik seperti via website resmi yang

dikelola Pemerintah Daerah dan juga pengelola Desa Sawarna menjadi

kelemahan Desa Sawarna pada sistem pemasaran melalui promosi.

3. Kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Daerah

Pada level birokrasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah

seharusnya menindaklanjuti dengan adanya kejelasan regulasi terkait


130

dengan pengembangan pariwisata dan usulan penetapan forum komunikasi

obyek wisata sebagai wadah koordinasi dan menjembatani hubungan

antara masyarakat, lembaga desa wisata, perguruan tinggi, dan dunia

usaha/swasta

4. Belum optimalnya pemberdayaan bagi masyarakat

Masyarakat Desa Sawarna kurang mendapatkan pemberdayaan berupa

pembinaan dan pelatihandalam pengembangan pariwisata. Pemberdayaan

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat lokal dalam

membantu pengembangan wisata Sawarna melalui ketrampilan.

5. Kurangnya kesempatan bagi masyarakat lokal dalam memasarkan hasil

karyanya

Belum adanya tempat penjualan hasil karya masyarakat Desa Sawarna

sebagai oleh-oleh untuk wisatawan. Belum tersedianya fasilitas pemasaran

hasil karya Desa Sawarna yang berupa kerajinan dan kuliner membuat

masyarakat lokal memproduksi karyanya ke kota tanpa harus memasarkan

di tempat obyek wisata utama Sawarna.

4.3.6 Analisis Faktor Eksternal

Opprtunities (peluang)

1. Tempat Pariwisata berskala Nasional

Sawarna merupakan obyek wisata berskala Nasional, Sawarna mampu

bersaing dengan obyek wisata di Indonesia dengan menampilkan

keindahahan dan potensi alamnya yang baik. Keunggulan dari Sawarna


131

adalah memiliki wisata bahari yang sangat eksotis yang tidak kalah indah

dengan Bali.

2. Icon Pariwisata Provinsi Banten

Sawarna kini menjadi icon wisata di Provinsi Banten, pantai di Banten

bukan hanya ada Pantai anyer saja tetapi juga ada Pantai di Desa Sawarna

yang memiliki ombak besar dan masih asri. Sawarna terkenal dengan dua

karang besarnya yang ada di pantai Tanjung Layar.

3. Desa Sawarna menjadi desa wisata terbaik peringkat ke-7 se-Nasional

Desa Sawarna mendapat penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik

peringkat ke-7 se-Nasional di tahun 2014. Desa Sawarna menjadi Desa

Wisata terbaik menjadi sebuah peluang promosi yang besar terhadap

pengembangan pariwisata, karena saat ini Sawarna menjadiicon pariwisata

di Banten.

4. Meningkatkan PAD Kabupaten Lebak

Potensi pariwisata di Kabupaten Lebak menjadi peningkatan PAD di

Kabupaten Labak. Perkembangan pariwisata yang ada memberikan

dampak positif pada Kabupaten Lebak dengan meningkatnya PAD

Kabupaten Lebak.Kemajuan pariwisata Sawarna sangat mempengaruhi

peningkatan PAD Kabupaten Lebak.

5. Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat lokal

Dengan adanya pariwisata di Desa Sawarna sanat memberikan dampak

positif untuk masyarakat lokal yaitu usaha kegiatan pariwisata masyarakat

lokal meningkat dan pemerataan yang rata untuk masyarakat.


132

Threats (Ancaman)

1. Daya dukung program pengembangan tidak berkelanjutan

Program kegiatan yang tidak berkelanjutan juga menjadi suatu hambatan

bagi pengembangan pariwisata sehingga pengelola wisata harus

memanfaatkan dana yang ada kemarin untuk pengembangannya ditahun

sekarang ini agar terus maju dan tidak mengandalkan pemerintah daerah.

2. Ketidaksiapan sebagian masayarakat Desa Sawarna terhadap

pembangunan pariwisata

Kendala yang dihadapin dalam pengembangan pariwisata juga ialah

masayarakat Desa Sawarna yang belum siap dalam pembangunan

pariwisata. Kemampuan masyarakat yang terbatas tentang pengelolaan

pariwisata Desa Sawarna mejadikan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah

Daerah atau Pengelola Desa Sawarna dalam memberdayakan masyarakat

Desa Sawarna, dari sekian banyak masyarakat yang memanfaatkan

pariwisata Desa Sawarna sebagai peningkatan perekonomian mereka juga

banyak yang belum merasakan manfaatnya karena mereka yang belum

memiliki kemampuan dan kesiapan dalam pembangunan Desa Wisata

Sawarna.

3. Budaya asing mempengaruhi budaya masyarakat lokal

Budaya asing dari wisatawan dapat mempengaruhi budaya masyarakat

Desa Sawarna. Untuk meminimalisir dampak negatif tersebut pengelola

desa membuat pos ketertiban dan keamanan di setiap lokasi obyek wisata,
133

dengan adanya pos ketertiban dan keamanan juga dapat memberikan

kenyamanan untuk wisatawan yang berkunjung.

4. Pembangunan Pabrik-pabrik di sekitar Desa Sawarna

Pembangunan pabrik-pabrik besar menambahkan suatu ancaman dari

pengembangan wisata di Sawarna seperti jalan menuju Desa Sawarna yang

rusak dan berdebu. Hal tersebut dikarenakan adanya pembangunan pabrik-

pabrik dan juga adanya pembangunan pelabuhan yang sekarang menjadi

pengganggu bagi wisatawan dalam perjalanan menuju Desa Sawarna.

5. Aksesibilitas Desa Sawarna yang belum optimal

Akses angkutan umum menuju Desa Sawarna perlu di optimalkan lagi dan

dibutuhkan keamanan di sekitar jalanan menuju Desa Sawarna karena

kondisi desa yang relatif sepi. Desa Sawarna bekerja sama dengan

pemerintah daerah untuk terus melakukan perbaikan jalan menuju Desa

Sawarna dan menuju lokasi obyek wisata Desa Sawarna, masyarakat juga

dilibatkan untuk ikut kerja sama membangun akses jalan menuju lokasi

obyek wisata.
134

Tabel 4.8
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
NO. FAKTOR INTERNAL
STRENGTHS WEAKNESSES
S1 Potensi Alam yang Indah W1 Kurangnya fasilitas sarana dan
prasarana wisata Sawarna
S2 Lingkungan yang asri dan W2 Sistem promosi yang masih
nyaman kurang
S3 Sikap masyarakat disekitar W3 Kurangnya koordinasi dengan
lokasi wisata yang ramah Pemerintah Daerah
S4 Partisipasi masyarakat yang W4 Belum optimalnya
tinggi pemberdayaan bagi masyarakat
S5 Mampu memanajemen W5 Kurangnya kesempatan bagi
pengembangan wisata masyarakat lokal dalam
Sawarna dengan baik memasarkan hasil karyanya
NO. FAKTOR EKSTERNAL
OPPORTUNITIES THREATS
O1 Tempat Pariwisata berskala T1 Daya dukung program
Nasional pengembangan tidak
berkelanjutan
O2 Icon Pariwisata Provinsi T2 Ketidaksiapan sebagian
Banten masayarakat Desa Sawarna
terhadap pembangunan
pariwisata
O3 Desa Sawarna menjadi desa T3 Budaya asing mempengaruhi
wisata terbaik peringkat ke-7 budaya masyarakat lokal
se-Nasional
O4 Meningkatkan PAD T4 Pembangunan Pabrik-pabrik di
Kabupaten Lebak sekitar Desa Sawarna
O5 Meningkatkan kesejahteraan T5 Aksesibilitas Desa Sawarna
Masyarakat lokal yang belum optimal
135

4.3.7 Matriks Analisis SWOT

Tabel 4.9

Matriks SWOT

Faktor Internal Strengths (S) Weaknesses (W)


a. Potensi Alam yang a. Kurangnya fasilitas sarana
Indah dan prasarana wisata
b. Lingkungan yang asri Sawarna
dan nyaman b. Sistem promosi yang masih
c. Sikap masyarakat kurang
disekitar lokasi wisata c. Kurangnya koordinasi
yang ramah dengan Pemerintah Daerah
d. Partisipasi masyarakat d. Belum optimalnya
yang tinggi pemberdayaan bagi
e. Mampu memanajemen masyarakat
pengembangan wisata e. Kurangnya kesempatan
Sawarna dengan baik bagi masyarakat lokal
dalam memasarkan hasil
Faktor Eksternal karyanya
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
a. Tempat Pariwisata a. Menggali potensi wisata a. Membangun koordinasi dan
berskala Nasional alam dan buatan Desa komunikasi yang baik antar
b. Icon Pariwisata Sawarna untuk pengelola Desa Sawarna
Provinsi Banten meningkatkan daya tarik dengan Pemerintah Daerah
c. Desa Sawarna wisata b. Menguatkan kelembagaan
menjadi desa wisata b. Melakukan promosi masyarakat dalam
terbaik peringkat ke-7 pariwisata Sawarna pengembangan Desa
se-Nasional melalui media Sawarna
d. Meningkatkan PAD eletronik/pameran c. Mendorong pertumbuhan
Kabupaten Lebak c. Meningkatkan ekonomi masyarakat
e. Meningkatkan dukungan masyarakat berbasis kerakyatan
kesejahteraan dalam membantu d. Memasarkan produk olahan
Masyarakat lokal penataan obyek wisata masyarakat di lokal di
d. Meningkatkan kualitas lokasi wisata
manajemen
pengembangan
pariwisata Sawarna
e. Memaksimalkan
pengembangan Desa
Sawarna dalam
mengingkatkan PAD
Kabupaten Lebak
136

Threats (Ancaman) Strategi ST Strategi WT


a. Daya dukung program a. Memotivasi kelompok a. Meningkatkan pengadaan
pengembangan tidak kegiatan usaha fasilitas usaha masayarat
berkelanjutan pariwisata masyarakat Desa Sawarna
b. Ketidaksiapan sebagai pendukung b. Meningkatkan pemahaman,
sebagian masayarakat wisata Sawarna dukungan, dan prioritas
Desa Sawarna b. Mengadakan moda masyarakat lokal
terhadap transportasi umum yang c. Mengadakan sosialisasi
pembangunan menuju lokasi Desa secara berskala kepada
pariwisata Sawarna masyarakat lokal untuk
c. Budaya asing c. Mengoptimalkan membangun pola pikir dan
mempengaruhi aksesibilitas menuju kesadaran masyarakat
budaya masyarakat Desa Sawarna dan d. Mengoptimalkan pembinaan
lokal lokasi obyek wisata dan pelatihan ketrampilan
d. Pembangunan Pabrik- d. Meredam pembangunan pada masyarakat lokal Desa
pabrik di sekitar Desa pabrik-pabrik disekitar Sawarna
Sawarna Sawarna e. Memaksimalkan sarana dan
e. Aksesibilitas Desa prasarana pendukung wisata
Sawarna yang belum di Desa Sawarna
optimal

Gambar 4.1
Analisis SWOT

Berbagai Peluang

3. Mendukung strategi turnaround 1. Mendukung strategi agresif

Kelemahan Internal Kekuatan Internal

4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

Berbagai Ancaman

(Sumber : Rangkuti, 2005:20)


137

Penjelasan Diagram Silang Analisis SWOT :

1. Kuadran I : Mendukung Strategi SO

Merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena organisasi

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang

yang ada. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). Berdasarkan hasil

penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa

strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna berdasarkan strategi

SO (Strengths Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya :

Menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk

meningkatkan daya tarik wisata, menggali potensi wisata dengan

membangun potensi wisata alam dan buatan dengan cara penataan obyek

wisata dan pemberdayaan masyakat dalam mengembangkan wisata buatan

seperti mengembangkan kegiatan usaha kerajinan, kuliner, dan kesenian.

Melakukan promosi pariwisata Sawarna melalui media eletronik/pameran,

melakukan promosi Wisata Sawarna melalui media eletronik dan pameran

tingkat Provinsi dan Nasional dan secara berkesinambungan dengan

memperkenalkan daya tarik wisata, dengan adanya promosi yang kuat

dapat meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung dan memberikan

informasi mengenai pengembangan Desa Sawarna. Meningkatkan

dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek wisata, dukungan

masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam pembangunan

pariwisata Desa Sawarna. Meningkatkan kualitas manajemen

pengembangan pariwisata Sawarna. Memaksimalkan pengembangan Desa

Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten Lebak, memberikan


138

kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan

meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek wisata di Desa

Sawarna.

2. Kuadran II : Mendukung Strategi ST

Meskipun menghadapi ancaman, organisasi ini masih memiliki kekuatan

dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan

kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara

strategi diverifikasi (produk/pasar). Berdasarkan hasil penelitian lapangan

dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa strategi pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna, strategi ST (Strengths Thretas) yang dapat

dilakukan diantaranya : Memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata

masyarakat sebagai pendukung wisata Sawarna, dengan cara memberikan

modal atau kebutuhan perlengkapan dalam penunjang usaha pariwisata

masyarakat. Mengadakan moda tranportasi umum yang menuju lokasi

desa wisata, kemudahan aksesibilitas menuju Desa Sawarna menjadikan

peluang bagi peningkatan kunjungan wisatawan. Mengoptimalkan

aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata. Meredam

pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna, dengan membuat

kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan

wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik

diluar Desa Sawarna.

3. Kuadran III : Mendukung Strategi WO

Organisasi menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak

organisasi menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Berdasarkan


139

hasil penelitian lapangan dengan menggunakan teknik wawancara, bahwa

strategi pengembangan pariwisata di Desa Sawarna, strategi WO

(Weakneses Opportunities) yang dapat dilakukan diantaranya :

Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Desa

Sawarna dengan Pemerintah Daerah, Koordinasi dan komunikasi

dilakukan secara berskala terkait perkembangan Wisata Sawarna,

melakukan pertemuan baik secara formal maupun non formal.

Menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Wisata

Sawarna, Menguatkan kelembagaan masyarakat dengan yang berperan

dalam pengembangan Desa Wisata yaitu Kelompok Sadar Wisata

(POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok

usaha kerajinan, dan kelompok usaha kuliner. Mendorong pertumbuhan

ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, masyarakat menjadi subjek

dalam pembangunan ekonomi dengan memberdayakan dirinya sendiri

melalui pemberian jasa dan usaha untuk meningkatkan pertumbuhan

ekonomi mereka. Memasarkan produk olahan masyarakat di lokal di

lokasi wisata, dengan cara memberikan fasilitas produksi dan penjualan

produk olahan masyarakat lokal agar tidak kalah bersaing dengan pesaing

dari luar.

4. Kuadran IV : Mendukung Strategi WT

Organisasi berada dalam kondisi yang sangat tidak menguntungkan,

menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Organisasi harus

melakukan strategi bertahan (defensive) agar organisasi tetap eksis, dengan


140

melakukan berbagai pembenahan internal guna mengahadapi ancaman

yang akan datang. Contoh strategi defensive : manager mengurangi hutang

dengan menjual salah satu divisi mengurangi biaya operasi dengan

mengurangi pegawai (rasionalisasi). Berdasarkan hasil penelitian lapangan

dengan menggunakan teknik wawancara bahwa strategi pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna, strategi WT (Weaknesses Threats) yang

harus dilakukan diantaranya : Meningkatkan pengadaan fasilitas usaha

masayarat Desa Sawarna, pengadaan fasilitas berupa pengadaan

perlengkapan keperluan penunjang kegiatan usaha pariwisata dan fasilitas

produksinya seperti pengadaan kios-kios. Meningkatkan pemahaman,

dukungan, dan prioritas masyarakat lokal, dengan melakukan pertemuan

secara berskala dengan masyarakat guna memberikan informasi kepada

masyarakat lokal Desa Sawarna. Mengadakan sosialisasi secara berskala

kepada masyarakat lokal untuk membangun pola pikir dan kesadaran

masyarakat. Mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada

masyarakat lokal Desa Sawarna, pelatihan ketrampilan yang diberikan

berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga pantai, pelatihan

kerajinan, pelatihan kuliner, dan pelatihan pengelolaan desa.

Memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Desa Sawarna,

dengan memberikan sarana dan prasarana berupa toilet umum, homestay

layak pakai, kios-kios souvenir atau pusat oleh-oleh, tempat sampah,

perbaikan jalan dan jembatan.


BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai strategi pengembangan pariwisata di Desa

Sawarna yang di dalamnya menggunakan teknik analisis SWOT yang menyatakan

adanya faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi guna mencapai

tujuannya. Berdasarkan hasil analisa dan perumusan strategi yang telah dilakukan,

maka alternatif yang dapat dijadikan rumusan strategi dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna adalah sebagai berikut :

a. Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Desa Sawarna untuk

meningkatkan daya tarik wisata. Program yang yang dapat dikembangkan

pada wisata Sawarna adalah melakukan promosi melalui media online

atau pameran di tingkat Provinsi, Nasional, dan Internasional.

Meningkatkan dukungan masyarakat dalam membantu penataan obyek

wisata, dukungan masyarakat berupa kerja sama dan gotong royong dalam

pembangunan pariwisata Desa Sawarna. Meningkatkan kualitas

manajemen pengembangan pariwisata Sawarna. Memaksimalkan

pengembangan Desa Sawarna dalam mengingkatkan PAD Kabupaten

Lebak, memberikan kenyamanan agar dapat meningkatkan kunjungan

wisatawan dan meningkatkan PAD melalui retribusi tiket masuk obyek

wisata di Desa Sawarna.

141
142

b. Strategi menyusun pemodelan kawasan desa Sawarna yang didasari

pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan/ramah lingkungan.

Program yang dapat dikembangkan adalah Memotivasi kelompok kegiatan

usaha pariwisata lokal dengan memberikan permodalan dan fasilitas untuk

membangun wisata Sawarna yang mendasari kearifan lokal, mengadakan

moda transportasi umum seperti pengadaan angkutan umum menuju Desa

Sawarna dan ojek sebagai alat transportasi wisatawan. Mengoptimalkan

aksesibilitas menuju Desa Sawarna dan lokasi obyek wisata Sawarna

dengan memperbaiki akses jalan menuju Desa Sawarna dan memberikan

keamanan dan ketertiban kepada wisatawan untuk memberikan

kenyamanan dan kemudahan menuju lokasi wisata, meredam

pembangunan pabrik-pabrik disekitar Sawarna dengan membuat

kesepakatan dengan pihak swasta untuk tidak mengganggu pengembangan

wisata di sekitar Sawarna dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik

diluar Desa Sawarna.

c. Strategi meningkatkan kapasitas dan peran masyarakat dalam membangun

pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangkan adalah

komunikasi secara berskala dengan pengelola Desa Wisata Sawarna dan

masyarakat lokal baik secara formal maupun informal, meningkatkan

hubungan kelembagaan masyarakat yaitu Kelompok Sadar Wisata

(POKDARWIS), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok

kerajinan, kelomopok kuliner, dan pengelola homestay, mendorong

pertumbuhan ekonomi masyarakat berbasis kerakyatan, memasarkan


143

produk olahan masyarakat lokal melalui pameran atau membuka galeri di

sekitar obyek wisata Desa Sawarna.

d. Strategi penguatan kesadaran masyarakat lokal dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna. Program yang dapat dikembangakan adalah

meningkatkan pemahaman masyarakat melalui sosialisasi secara berskala,

mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan ketrampilan pada masyarakat

lokal Desa Sawarna berupa pelatihan pemandu wisata, pelatihan penjaga

pantai, pelatihan kerajinan, pelatihan kuliner, dan pelatihan pengelolaan

Pariwisata. Meningkatkan pengadaan sarana dan prasarana pariwisata

berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan tempat

pembuangan sampah, serta fasilitas usaha masyarakat desa yaitu dengan

pembangunan kios-kios dan rumah produksi untuk kegiatan usaha

masyarakat lokal.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Strategi Pengembangan Pariwisata di

Desa Sawarna Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, maka peneliti mencoba

memberikan saran dari hasil penelitiannya agar dapat membantu dalam melaksanakan

pengembangan Pariwisata di Desa Sawarna, adalah sebagai berikut :

1. Pemeliharaan lingkungan disekitar lokasi wisata di Sawarna sebaiknya

dilakukan secara rutin, sehingga pantai akan terlihat lebih bersih, asri, dan

nyaman.
144

2. Perlunya pengoptimalan pengadaan sarana dan prasarana di lokasi wisata

Desa Sawarna berupa toilet umum, lahan parkir, tempat peribadatan, dan

tempat pembuangan sampah.

3. Memaksimalkan aksesibilitas dan akomodasi di sekitar Desa Sawarna

maupun di Desa Sawarna untuk menarik perhatian kunjungan wisatawan

dan wisatawan dapat berkunjung dengan nyaman dan memberikan kesan

baik.

4. Perlunya Pemberdayaan masyaraakat di Desa Sawarna guna

mengembangkan sama-sama pariwisata Desa Sawarana, pemberdayaan

yang dapat dilakukan yaitu melibatkan masyarakat lokal dalam

pembangunan pariwisata seperti meningkatkan kemampuan masyarakat

lokal dengan cara mengadakan pelatihan ketrampilan usaha dan jasa serta

menyediakan sarana dan prasarana untuk penunjang kegiatan usaha

masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abimanyu, A. 2000. Pembangunan Ekonomi dan Pemberdayaan Rakyat.


Yogyakarta: PAU-SE UGM

David, R. F. 2010. Strategic Management. Jakarta: Selemba Empat

Demartoto, A. 2009. Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Sebelas


Maret University Press, Surakarta

Hadiwijoyo, S.S. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis


Masyarakat. Yogyakarta: Graha Ilmu

Handoko, T. H. 2001. Manajemen. Yogyakarta: PT BPFC

Hunger, J. D & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategi. Yogyakarta:


Andi.

Irawan, P. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.


DIA FISIP UI. Depok

J.A. Muljadi. 2012. Pariwisata dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Marr, B (2006). Strategic Performance Management: Laveraging an Measuring


Your Intangible Value Drivers. Berlington USA: Elsevier

Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nawawi, H. 2000. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit di Bidang


Pemerintah dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Pearch, A. J and Robinson, B. Richard. 2011. Manajemen Strategi Formulasi,


Implementasi, dan Pengendalian Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat

Pitana, I. G dan I Ketut S. Dinarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.


Yogyakarta: Andi

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Bumi Aksara
: Jakarta

xii
Robbins, S. P. & Coulter, M. 2009. Manajemen Eight Edition. Jakarta: PT.
Indeks

Sammeng, A. M. 2001. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka

Siagian, P. S. 2007. Manajemen Stratejik. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Simatupang, V. 2009. Pengantar Hukum Kepariwisataan Indonesia. Bandung :


PT. Alumni
Soedjadi. 1995, O&M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Gunung
Agung : Jakarta

Soeharto, E. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung :


PT. Refika Adifana

Soetomo. 2012, Pembangunan Masyrakat, Pustaka Pelajar : Yogyakarta

Sugiyono. 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta:


Bandung

_______. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

_______. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Tripomo, T dan Udin. 2005. Manajemen Strategis. Bandung: Rekayasa Sains

Oliver, S. 2007. Strategic Public Relations. Jakarta : Erlangga

Usman, S. 2012, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar :


Yogyakarta

Yoeti, O. A. 2000. Ilmu Pariwisata: Sejarah, Perkembangan, dan Prospeknyaa.


Jakarta: PT. Pertja

Yohanes, Y. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta : Graaha Ilmu

Dokumen :

Desa Sawarna. 2014. Proposal Bantuan Desa Wisata Sawarna Tahun 2014.
Kabupaten Lebak

Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata. 2014. Rencana Strategi Dinas Pemuda
Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak tahun 2014-2018. Kabupaten
Lebak

xiii
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Database Kebudayaan
dan Pariwisata. Serang

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2014. Profil Desa Wisata.
Banten

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten. 2013. Rencana Strategi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten Tahun 2014-2018. Banten

Dirjen Pengembangan Destinasi pariwisata. 2011. Petunjuk Teknis Operasional


(PTO) Pelaksanaan PNPM Mandiri Pariwisata. Jakarta: Dirjen
Pengembangan Destinasi pariwisata

Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :


KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang PEDOMAN PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI
PARIWISATA. 2011

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Sumber Lain :
Darmawan, D. R. 2015. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa
Wisata Berbasis Ekowisata Sidoakur di Kabupaten Sleman. Yogyakarta:
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY

Dzakwan, M. 2013. Prinsip dan Langkah Manajemen Strategik.


Melalui,<yayasanyamka.blogspot.com/2013/05/prinsip-dan-langkah-
manajemen-strategik.html?m=1>. Tanggal akses 13/01/2015

Fitriani, M. 2011. Strtategi Pengelolaan Pariwisata Pantai Lontar Indah di


Kabupaten Serang. Serang : Ilmu Administrasi Negara FISIP - UNTIRTA

Kurniawati, S. 2013. Manajemen Strategi Sektor Publik : Rumusan Teori dan


Model. Melalui,
<https://universityofmanagers.wordpress.com/2013/11/17/manajemen-
strategi-sektor-publik-rumusan-teori-dan-model/>. Tanggal akses
[16/01/2015]

Priyono, I. P. 2014. Pengembangan Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan


Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Yogyakarta : Jurusan Kebijakan
Publik dan Manajemen Publik FISIP UGM

xiv
Rorah, D. N. P. 2012. Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Community Based
Tourism) di Desa Wisata Kebonagung. Yogyakarta : Jurusan Ilmu
administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY

Saktiawan, F. Y. 2010. Pentingnya Membangun Partisipasi Masyarakat Dalam


Pengembangan Desa Wisata. Melalui,
<https://buletinbetungkerihun.wordpress.com/2010/11/12/pentingnya-
membangun-partisipasi-masyarakat-dalam-pengembangan-desa-wisata/>.
Tanggal akses [24/04/2015]

Yanto, A. 2013. Manajemen Strategi Bagi Organisasi Non Profit. Melalui,


<ariyantoyanto93.blogspot.com/2013/02/manajemen-strategi-bagi-
organisasi-non.html?m=1>. Tanggal askes [16/01/2015]

xv
PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA SAWARNA


KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK

Analisis Faktor Internal


No Faktor Indikator Pernyataan Kode
Informan
1 Kekuatan Sumber Daya a. Bagaimana tingkat , ,
Manusia pendidikan pegawai
Disporapar Kab.
Lebak?
b. Bagaimana , ,
pemahaman tugas
pokok dan fungsi
pegawai Disporapar
Kab. Lebak?
c. Adakah pelatihan yang , ,
didapatkan pegawai , ,
dan pengelola , ,
pariwisata? , ,
, ,

d. Pelatihan apa saja , ,


yang didapatkan , ,
pegawai dan pengelola , ,
pariwisata? , ,
, ,

Anggaran Bagaimana anggaran untuk , ,


pengembangan pariwisata?

Pemasaran a. Bagaimana pemasaran , ,


yang dilakukan dalam
mengembangkan Desa
Wisata Sawarna?
b. Promosi apa yang , ,
dilakukan? ,

Bagaimana potensi , ,
alam dan buatan yang , ,
dimiliki Desa Wisata , ,
Sawarna? ,

2 Weaknesses Kelemahan Bagaimana dengan , ,


Sumber Daya ketidakpahaman SDM
Manusia Disporapar tentang
Desa Wisata?
Kelemahan Bagaimana , ,
anggaran kekurangan anggaran
pariwisata?
Kelemahan Promosi apa yang belum , ,
pemasaran dapat dikembangkan? ,

Kelemahan Bagaimana pengadaan , ,


sarana dan sarana dan prasarana di , ,
prasarana Desa Wisata Sawarna?
Analisis Faktor Eksternal
3 Opportunities Lingkungan

Manfaat apa yang , ,


didapatkan masyarakat , ,
lokal dari pengembangan , ,
pariwisata di Desa ,
Sawarna?
Sosial a. Bagaimana hubungan , ,
dengan masyarakat ,
dalam pengembangan
Desa Wisata Sawarna?

b. Sejauhmana tingkat , ,
partisipasi/dukungan , ,
masyarakat? ,
, ,

Kebijakan Dukungan apa yang , ,


Pemerintah diberikan Pemerintah Pusat ,
dan Daerah dalam
pengembangan Desa
Wisata?
Prestasi a. Prestasi apa yang di , ,
dapatkan Desa Wisata , ,
Sawarna?
b. Keunggulan apa yang , ,
dimiliki Desa Wisata , ,
Sawarna dibandingkan , ,
dengan yang lain? , ,
, ,
, ,

4 Threats Kebijakan Bagaimana dengan , ,


Pemerintah kebijakan pemerintah yang ,
tidak berkelanjutan?
Masalah Sosial Dampak apa yang , ,
ditimbulkan dari , ,
pengembangan pariwisata , ,
di Desa Sawarna? , ,
,

Pasar Bagaimana dengan


kurangnya fasilitas , ,
pemasaran hasil karya , ,
masyarakat lokal? , ,
, ,

(Sumber : peneliti, 2015)


PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI

STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun

pedoman wawancara seperti dibawah ini.

Informan :

1. Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten

Lebak

2. Kepala Seksi Promosi dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga

dan Pariwisata Kabupaten Lebak

3. Kepala Seksi Usaha dan Jasa Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kabupaten Lebak

4. Seksi Sarana dan Bimbingan Masyarakat Wisata Dinas Pemuda Olahraga dan

Pariwisata Kabupaten Lebak

Pedoman Wawancara
1. Strengths

a. Bagaimana kemampuan SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab.

Lebak dalam pengembangan pariwisata?

b. Bagaimana pemahaman SDM bidang Pariwisata di Disporapar Kab.

Lebak tentang desa wisata?

c. Bagaimana anggaran dalam program pengembangan pariwisata?

d. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di

Desa Wisata Sawarna?

e. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan

pariwisata Desa Wisata Sawarna?

f. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata

Sawarna?

g. Program apa yang dikembangkan Dinas dalam pengembangan pariwisata

di Desa Wisata Sawarna?

h. Kekuatan apa yang dimiliki dinas dalam pengembangan pariwisata?

2. Weaknesses

a. Kelemahan apa yang dimiliki Dinas dalam pengembangan Desa Wisata

Sawarna?

b. Pelatihan apa yang diadakan Dinas untuk meningkatkan kemampuan

pengelola pariwisata?

c. Bagaimana pengelolaan anggaran pengembangan pariwisata di Desa

Wisata Sawarna?
d. Kendala apa yang dimiliki Dinas dalam mempromosikan pariwisata

khususnya Desa Wisata Sawarna?

e. Bagaimana dengan fasilitas pendukung pariwisata di Desa Wisata

Sawarna?

3. Opportunities

a. Bagaimana potensi alam yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?

b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?

c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan

pariwisata di Desa Wisata Sawarna?

d. Bagaimana hubungan dengan masyarakat dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna?

e. Sejauhmana tingkat partisipasi/dukungan dari masyarakat?

f. Kebijakan apa yang diberikan Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk

pengembangan Desa Wisata Sawarna?

g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna?

4. Threats

a. Bagaimana dukungan Pemerintah yang tidak berkelanjutan?

b. Ancaman apa yang didapatkan terkait pengembangan DesaWisata

Sawarna?

c. Bagaimana dengan persaingan dalam mempromosikan Desa Wisata

Sawarna?
d. Bagaimana dengan daya dukung masyarakat yang kurang?

e. Bagaimana cara mengatasi ancaman dalam pengambangan Desa Wisata

Sawarna?

f. Strategi apa yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang dan meredam

ancaman?
PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI

STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun

pedoman wawancara seperti dibawah ini.

Informan :

a. Kepala Desa Sawarna

b. Ketua PORDAKWIS (Kelompok Sadar Wisata) Desa Sawarna

c. Ketua LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat) Desa Sawarna

Pedoman Wawancara

1. Strengths

a. Bagaimana peran Disporapar Kab. Lebak dalam pengembangan Desa

Wisata Sawarna?

b. Program apa saja yang didapatkan dari Disporapar Kab. Lebak dalam

pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?


c. Bagaimana evaluasi/monitoring anggaran pengembangan pariwisata di

Desa Wisata Sawarna?

d. Bagaimana promosi yang dilakuakan Dinas dalam pengembangan

pariwisata Desa Wisata Sawarna?

e. Bagaimana Sarana dan Prasarana pendukung pariwisata di Desa Wisata

Sawarna?

2. Weaknesses

a. Pelatihan atau pembinaan apa saja yang didapatkan pengelola Desa

Sawarna terkait pengembangan Desa Wisata Sawarna dari Disporapar

Kab. Lebak?

b. Fasilitas apa saja yang didapatkan Desa Sawarna dalam pengembangan

desa wisata dari Disporapar Kab. lebak? bagaimana kondisinya?

c. Bagaimana koordinasi dari Disporapar dalam pengembangan Desa Wisata

Sawarna?

3. Opportunities

a. Potensi alam apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?

b. Bagaimana keunikan/atraksi yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?

c. Bagaimana dukungan kelompok masyarakat dalam pengembangan

pariwisata di Desa Wisata Sawarna?

d. Bagaimana partisipasi masyarakat lokal Desa Sawarna terkait

pengembangan Desanya sebagai Desa Wisata?


e. Dukungan apa yang didapat dari Pemerintah Daerah maupun Pusat untuk

pengembangan Desa Wisata Sawarna?

f. Program apa yang dilakukan Pemerintah Desa dalam pengembangan

pariwisata di Desa Sawarna?

g. Manfaat apa yang didapatkan masyarakat lokal dari pariwisata di Desa

Sawarna?

h. Prestasi apa yang didapatkan Desa Sawarna terkait pengembangan

pariwisata?

4. Threats

a. Bagaimana dengan kebijakan Pemerintah yang tidak berlanjutan?

b. Ancaman apa yang didapatkan terkait menghambat pengembangan Desa

Wisata Sawarna?

c. Cara apa yang dilakukan untuk meminimalisir ancaman yang datang

dalam pengembangan Desa Wisata Sawarna?


PETUNJUK UMUM WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI

STRATEGI DINAS PEMUDA OLAHRAGA DAN PARIWISATA DALAM

PENGEMBANGAN DESA WISATA SAWARNA

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi dan sebagai sayarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka disusun

pedoman wawancara seperti dibawah ini.

Informan :

a. Masyarakat Desa Sawarna

b. Wisatawan

Pedoman Wawancara

1. Strengths

a. Program bantuan Disporapar apa yang didapatkan masyarakat dalam

pengembangan Desa Wisata Sawarna?

b. Sarana dan Prasarana apa saja yang sudah ada di Desa Sawarna sebagai

pendukung pariwisata?

2. Weaknesses
a. Apakah pernah mendapatkan pembinaan atau pelatihan dari Disporapar

kab. Lebak?

b. Fasilitas pariwisata apa yang tidak ada atau kondisi tidak baik di Desa

Wisata Sawarna?

c. Bagaimanakah pengelolaan pariwisata yang didapatkan di Desa Wisata

Sawarna?

3. Opportunities

a. Dukungan apa yang diberikan untuk pengembangan Desa Wisata

Sawarna?

b. Potensi pariwisata apa yang diunggulkan oleh masyarakat Desa Sawarna?

c. Manfaat apa yang didapatkan dari pengembangan Desa Wisata Sawarna?

d. Dapat informasi dari mana tentang Desa Wisata Sawarna?

e. Daya tarik apa yang dimiliki Desa Wisata Sawarna?

f. Bagaimana sikap masyarakat Desa Sawarna dalam menyambut

wisatawan?

4. Threats

a. Dampak negatif apa yang didapatkan masyarakat lokal dari

pengembangan pariwisata di Desa Sawarna?

b. Ancaman apa yang didapatkan Desa Wisata Sawarna dalam

pengembangannya?
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA
(RPJM-Des) DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH
TAHUN 2013 - 2016
Desa : Sawarna
Kecamatan : Bayah
Kabupaten : Lebak

Sasaran/ Waktu
N Bidang / Jenis Kegiatan Lokasi Sifat volume Biaya dan sumber biaya ket
mamfaat pelaksanaan
o
Bidang Jenis Kp. RT RW B R L Jml (Rp) sumber
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Sarana dan Prasarana
Pengerasan Jl.Lingkungan Sangko Cisujen 03 2 x 2000 m Masy Petani 2013 20.000.000 APBD dan Swadaya
Rehab Jembatan Semi
Cikaung-Cibeas 04 v 1.5x40 m Masy Desa 2013 50.000.000 APBD dan Swadaya
Permanen
Pembangunan sarana air bersih Mata air ciwedus 02 v 300 m Masy Petani 2013 250.000.000 PNPM
Pemansangan Bronjong Leles 05 v 100 m Masy Desa 2014 265.000.000 PNPM
Pemasangan Bronjong Cikaung 04 v 150 m Masy Desa 2014 350.000.000 APBD dan Swadaya
Rabat beton Jl. Lingkungan Tari Kolot 02 v 2 x 1000 m Masy Lingkungan 2013 10.000.000 APBD san APBDES
Rabat beton Jl.Lingkungan Cihaseum 03 v 2 x 1000 m Masy Lingkungan 2013 10.000.000 APBD dan Swadaya
Irigasi Cipanas 10 v 800 m Masy petani 2014 87.000.000 APBD dan Swadaya
Irigasi Cibarengkok 08 v 3000 m Masy Petani 2014 189.000.000 PNPM
Rehab Jembatan Gantung Leles 05 v 60 m Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan Swadya
Rehab Jembatan Gantung Cikaung 04 v 60 m Masy Desa 2013 120.000.000 APBD dan Swadaya
Paving Blok Jln.Wisata Cikaung 04 v 2 x 3000 m Masy Desa 2013 450.000.000 APBD dan Swadaya
Telford Jl. Poros Dusun Tari Kolot 02 v 2 x 3000 m Masy Desa 2013 20.000.000 APBD dan Swadaya
Telford Jl. Poros Dusun Cihaseum 03 v 2 x 1000 m Masy Petani 2013 10.000.000 APBD
Telford Jl. Ke Legon Pari Leles 05 v 2 x 2000 m Masy Petani 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Rehab Gorong-gorong Cibarengkok 08 v 6 unit Masy.Lingkungan 2013 12.500.000 APBD dan APBDES
Telford Jl. Lingkungan Kp.Baru 06 v 2 x 500 m Masy.Lindkungan 2014 10.000.000 APBD dan Swadaya
Rabat Beton Jl. Lingkungan Cibeas-cisujen 01 v 2. x 1500 m Masy.Lingkungan 2014 35.000.000 APBD dan Swadaya
Sangko-
Telford Jl. Lingkungan 08 v 2 x 2500 m May.Petani 2014 25.000.000 APBD dan Swadaya
cibarengkok
Pembangunan sekretariat Pewlayanan
Menyebar v 10 Unit 2013-2016 60.000.000 APBDEs dan Swadaya
RT/RW Masyarakat
Penataan Objek Wisata Goa Wisatawan dan
Cihaeum 03 v 1000 m 2014 75.000.000 APBD dan Swadaya
Langir Masy Desa
Penataan Objek Wisata Goa Petani dan
Cipanas 10 v 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Lalay Wisatawan
Penataan Objek Wisata Ziarah Cihaseum 03 v 200x150m Masy.Desa 2015 36.000.000 APBD
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Penataan Wisata Ciantir-Tj. Masy. Desa dan
Cikaung 04 v 2000m 2013 95.000.000 APBD
Layar Wisatawan
Pembangunan jembatan Masy. Desa dan
Pantai Ciantir 02 04 2.5x 60 m 2013 960.000.000 APBD I
Permanen Wisatawan
Gempol dan
Penataan Lapangan Olah Raga 01 01 v 75x120m Masy Desa 2013 30.000.000 APBD dan swadaya
Cibeas
Pembangunan Gedung serba
Gempol 01 06 v 15x20m Msy. Desa 2015 97.000.000 APBD dan APBDES
guna

2 KESEHATAN
Pembangunan MCk Cikaung 01 04 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2014 30.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan MCK Cihaseum 01 03 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Penbangunan MCK Cihaseum 02 03 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembangunan MCK Mulyasari 03 03 v 3 Unit Masy.LIngkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembangunan MCK Sangko 04 02 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 PNPM
Pembanguan MCK Cicayur 03 02 v 3 Unit Masy.Lingkungan 2013 30.000.000 ABPD dan APBDES
Pembangunan MCK Cisujen 03 01 v 1 unit Masy.Lingkungan 2013 10.000.000 APBD
Pembangunan MCK Cisujen 04 01 v 2 unit Masy.Lingkungan 2013 25.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan MCK Kp.Baru 03 06 v 2 unit Masy.Petani 2013 25.000.000 APBD dan Swadaa
Pem.Pembuangan ampah Cihaseum 01 03 v 1 unit Kesehatan.Ling 2014 5.000.000 APBD dan Swadaya
Pembangunan Pem. Sampah Cihaseum 02 03 v 1 unit Kesehatan.Ling 2013 5.000.000 ASPBD dan APBDES
Pem.Pembuangan sampah tarikolot 01 02 v 1 unit Kes.Lingkungan 2014 5.000.000 APBD dansaawadaya
Pem.Pembuangan sampah Cibeas 01 01 v 1 unit Kes.Lingkungan 2014 5.000.000 APBD
Pelyanan
Pembangunan Pos Yandu Menyebar 10 RW v 10 unit Kesehatan 2016 100.000.000 APBD dan Swadaya
Masyarakat
Pembenahan Sanitasi/saluran Kesehatan
Meyebar 10 RW v 1000m 2015 120.000.000 APBD
air Lingkunagan

3 PENDIDIKAN
Pembangunan PAUD Kp.Baru 03 06 v 3 unit Peningkatan SDM 2015 146.000.000 PNPM
Peningkatan
Pembangunan PAUD Gempol I 01 6 v 3 unit 2013 146.000.000 PNPM
ADM
Peningkatan Budi
Pembangunan MDA Kp.Baru 03 06 v 3 unit 2015 165.000.000 PNPM
Pekrti/Akhlak
Pembangunan SMA Kp. Mulyasari 03 03 v 6 unit Peningkatan SDM 2014 450.000.000 APBD
Pembangunan PAUD Tarikolot 01 02 v 3 unit Peningkatan SDM 2015 175.000.000 PNPM

EKONOMI
4
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pembangunan pasar Desa Gempol 02 08 V 15 unit Mempermudah 2015 195.000.000 APBD dan swadaya
consume dan
produsen
Pembangunan kios Wisata Ciantir 01 04 v 20 unit Peningkatan 2015 267.000.000 APBD dan Swadaya
ekonomi masy
Bantuan Modal usaha Menyebar 10 RW V 10 kelompok Meningkatkan 2015 150.000.000 APBD
Pengrajin mebeler kwuwalitas dan
produksi
Pelatihan Ukiran Cendra mata Karang Tauna v 12 orang Peningkatan 2015 85.000.000 APBD
Desa Keahlian
Bantuan Peralatan Pemantau Epektipitas 2014 60.000.000 APBD
Pantai / GUIDE Ciantir 01 04 v 10 orang penanggulanagn/
penyelamatan
Simpan Pinjam Perempuan Menyebar 10 RW
v 10 Kelompok UKM 2013 100.000.000 PNPM
(SPP)

5 S0SIAL DAN BUDAYA


Pembangunan Gedung gempol 01 06 v 12x16 m Pengembangan 2015 185.000.000 APBD dan Swadaya
Kesenian Seni Budaya
Penyediaan seperangkat Desa Sawarna v Pelestarian
1 unit 2015 25.000.000 APBD dan APBDES
alat Degung Budaya
Seperangkat sound system Karang taruns v 1 unit Pemberedayaan 2015 15.000.000 APBD
Generasi Muda
Pembangunan Runah Menyebar 10 RW v Masyarakat
Kumuh 100 Unit 2015 250.000.000 APBD
Miskin
Karang Taruna
Pembangunan Sekretariat Gempol 01 06 v I unit lebih 2015 15.000.000 APBD dan APBDES
Karang Taruna
terakomodir
Rehab Lapang Volly Kp.Baru 03 06 v Motivasi olah 2013 5.000.000 APBDES dan swadaya
ragawan
Penyediaan seperangkat v 1 unit Pelestarian 2013 25.000.000 APBD dan APBDes
alat musik calung Budaya

6 KEAGAMAAN APBD I
Pembangunan Ponpes cikaung 01 04 v 15x16m Pendidikan 2015 125.000.000 APBD dan swadaya
Salafi Aklakul Karimah
Pembangunan Majes talim Cisujen 03 01 v 1 unit Pengajian ibu-ibu 2015 20.000.000 APBD dan APBDES
1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Bantuan peralatan Peningkatan
Meyebar 10 RW v 200 unit 2015 10.000.000 APBD dan APBDES
sholat/sajadah ibadah
Kegiatan
Rehab Majelis talim Leles 01 05 v 12x10m 2012 15.000.000 Swadaya
Keagamaan
Pembangunan Majelis Cihaseum 03 03 v 10x12m Kegiatan 2015 26.000.000 Swadaya dan APBDES
talim Keagamaan
Pembangunan Gedung Gempol II 03 09 v 4 unit Pengembangan 2015 125.000.000 APBD
Tsanawiyah keagamaan

7 PERTANIAN
Modal Usaha Tani Desa Sawarna V 2 Kelompok Peningkatan
kesejahteaan 20013-2014 100.000.000 APBN
petani
Pembangunan jalan Usaha leles 01 05 V 7 KM Kelancaran 2013 250.000.000 APBN & Swadaya
Tani Transportasi
Pertanian
Pembangunan Bendungan Ciwedus V 1 Unit Peningkatan 2014 200.000.000 APBD Prov & Swadaya
irigasi Pertanian Produksi
pertanian
Peremajaan pohon Kelapa DEsa Sawarna V 50 Ha Pemanpaatan 2013 30.000.000 APBD Kab & Swadaya
Lahan Kosong
Bantyuan Hand Traktor Desa Sawarna V 2 Unit Kelancaran 2013 30.000.000 APBD Prov.
Pengolahan lahan
Pertanian
Pembangunan bendungan Cibeas-cihaseum 01 01- V I unit Peningkatan 2014 70.000.000 APBD Kab & Swadaya
irigasi 03 Produksi
Perluasan lahan Pesawahan Blok. Cibarengkok 01- 05 V 2 Ha Peningkatan 2015 20.000.000 APBD & Swadaya
02 kesejahteraan
petani
Semenisasi/ rehab jalan Gempol II 09 V 400 M Kelancaran 2013 10.000.000 APBD &APB-Des &
Lingkungan transportasi Swadaya

Sawarna 17 Januari 2013


Kepala Desa Sawarna

SUHANDA, S.IP.
I. REKAPITULASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA (RKP-DESA) BERDASARKAN RKP-DESA
TAHUN 2015
DESA : SAWANA
KECAMATAN : BAYAH
KABUPATEN : LEBAK
PROVINSI : BANTEN

Lokasi (RW/RT, Sifat Waktu Biaya Penanggung


No Jenis Kegiatan Tujuan Kegiatan Kampung, Dusun, Sasaran Target Pelaksanaa
Jawab Ket
dll.) B L R P n Rp Sumber
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 12 13 14
0
I APBD Provinsi :
Jalur Akses Menuju Jembatan Kp. Cibeas
Masyarakat dan Penyempurnaan jalan
1 Pembangunan Jembatan Gantung Lokasi Wisata dan RW. 001 menuju Kp. V 2015 1.000.000.000 APBD Prop Timlak
Wisman akses wisata
Perkampungan Cikaung RW. 04

II APBD Kabupaten :
Pemeliharaan Berkala
Sebagai akses jalan Penyempurnaan jalan
1 Pemeliharaan berkalajalan dan Peningkatan Ds. Sawarna V 2015 1.500.000.000 APBD Kab. Timlak
umum umum
Sawarna - Ciawi Jalan kabupaten
Jalur Akses Menuju
Pembangunan Jembatan Ciroyom Wilayah RW. Masy.Desa dan Mempermudah tempat
2 Lokasi Wisata dan V 2015 1.150.000.000 APBD Kab Timlak
Permanen 02 Wisatawan kegiatan
Perkampungan
Menyempurnakan Menstabilkan jaringan
3 Pemeliharaan rutin jaringan irigasi Penguatan sarana Ciburial Ds. Sawarna V 2015 9.000.000 APBD Kab. Timlak
saluran air irigasi
Cibarengkok Ds. Menyempurnakan Menstabilkan jaringan Pebruari
4 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana V 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
Sawarna saluran air irigasi 2015
LebakJati Ds. Menyempurnakan Menstabilkan jaringan Pebruari
5 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana V 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
Sawarna saluran air irigasi 2015
Cihaseum Ds. Menyempurnakan Menstabilkan jaringan Pebruari
6 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana V 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
Sawarna saluran air irigasi 2015
Menyempurnakan Menstabilkan jaringan Pebruari
7 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Penguatan sarana Cikaung Ds. Sawarna V 40.000.000 APBD Kab. Kel. P3A
saluran air irigasi 2015
Memperbaiki Jalan
8 Padat Karya Penguatan sarana Ds. Sawarna lingkungan yang sdh V 2015 114.131.000 APBD Kab Timlak
rusak.
Penyempurnaan Melengkapi bangunan
9 Lanjutan Rehabilitasi Pustu Penguatan sarana Ds. Sawarna V 2015 7.692.900 APBD Kab. Timlak
fasilitas yang belum selesai

Mengetahui, Sawarna, 01 Januari 2015


Kepala Desa Sawarna Ketua LPM

SUHANDA, S.IP. ZAENAL MUSTHOFA, S.Pd.


PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK
KECAMATAN BAYAH

DESA SAWARNA
Jalan Raya sawarna Nomor : 28 Sawarna 42393

KEPUTUSAN KEPALA DESA SAWARNA


Nomor :141/Kep.01/D.2012/VI/2013

Tentang
PEMBERHENTIAN DAN PENGANGKATAN PERANGKAT DESA
DIWILAYAH PEMERINTAH DESA SAWARNA

KEPALA DESA SAWARNA


Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dibidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan serta dalam rangka penertiban Perangkat
Desa perlu diadakan perubahan / penggantian perangkat Desa.
b. Bahwa untuk dimaksud diatas hurup (a) perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Kepala Desa Sawarna.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Desa;


2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Propinsi Banten;
3. Peraturan Daerah Kab. LebakNomor 29 Tahun 2000 Tentang Pemerintah Desa
(Lembaran Daerah Kab. Lebak Nomor 24 Seri D).

Memperhatikan : Hasil Keputusan Rapat Kepala Desa Sawarna bersama seluruh aparatur
pemerintahan Desa pada tanggal 12 Juni 2013

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Memberhentikan dengan hormat perangkat desa yang nama-namanya tersebut pada
lajur (2) lampiran surat keputusan ini dari jabatannya sebagaimana tersebut pada
lajur (30) disertai ucapan terima kasih dan penghargaan atas bantuan pemikiran dan
tenaga yang telah disumbangkan kepada Negara, daerah dan desa selama
pengabdiannya.

KEDUA : Mengangkat perangkat desa yang nama-namanya tercantum pada lajur (5) dan
dalam jabatan sebagaimana tercantum pada lajur (6) lampiran surat keputusan ini.

KETIGA : Petikan surat keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diketahui
dan diindahkan.

KEEMPAT : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan akan
diadakan perubahan dan atau perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan.

Ditetapkan di : Sawarna
Pada tanggal : 12 Juni 2013
Menyetujui,
Ketua BPD Desa Sawarna KEPALA DESA SAWARNA

KUKUN KURNIA SUHANDA, S.IP.


LAMPIRAN : Surat Keputusan Kepala Desa Sawarna
Nomor : 141/Kep.01/D.2012/VI/2013
Tanggal : 12 Juni 2013
Perihal Pemberhentian dan Pengangkatan Perangkat
Desa Di Wilayah Pemerintah Desa Sawarna

MEMBERHENTIKAN MENGANGKAT
NO NAMA JABATAN NO NAMA JABATAN
1 2 3 4 5 6
1. LILI SUHELI KAUR PEMERINTAHAN 1. LILI SUHELI SEKRETARIS DESA SAWARNA
2. IDA YUNINGSIH, S.Pd.I KAUR KESRA 2. YUDI HERMAWAN KAUR PEMERINTAHAN & TRANTIB
3. YUDI HERMAWAN KAUR TRANTIB 3. HASBULOH KAUR KESRA & EKBANG
4. HOLISOH KAUR KEUANGAN 4. HOLISOH KAUR UMUM & KEUANGAN
5. YAYAT SUPRIATNA KAUR EKBANG 5. YAYAT SUPRIATNA STAF EKBANG DAN KESRA
6. HASBULLOH KAUR UMUM 6. PENTUS STAF UMUM
7. FITRI ANDRIANI STAF KAUR PEMERINTAHAN 7. RUHEDIN, S.KOM STAF KEUANGAN
8. INTAN SRI MUSTIKA STAF KAUR PEMERINTAHAN 8. INTAN SRI MUSTIKA STAF PEMERINTAHAN
9. YADI NURYADIN STAF KAUR UMUM 9. MISPALUDIN STAF TRANTIB
10. DASEP STAF KAUR TRANTIB 10. KHOLID STAF TRANTIB
12. 11. YADI NURYADIN STAF UMUM

Sawarna, 12 Juni 2013


Kepala Desa Sawarna

SUHANDA, S.IP.
DENAH OBYEK WISATA
DESA SAWARNA KECAMATAN BAYAH

U
GOA LANGIR KABUPATEN LEBAK
BEACH

GINA RICKI
CARIANG
1
CIHASEUM KAMPUNG
TUMENGGUN
G
HULA-HULA

TUMENGGUNG

MUARA CISAWARNA
KAMPUNG
CIHASEUM

LAPANGAN KAMPUNG TARI


SEPAK BOLA KOLOT

CIANTIR
BEACH

KAMPUNG
CIBEAS
Akses Menuju
Pantai Ciantir

CLARA
KAMPUNG WISATA
BATARA
CIKAUNG
KANTOR
DESA
CLARA II
SAWARN
JAVA BEACH
A
KANG HENDI
ANDREW

KETERANGAN : GOA NIKEN


ANGSANA LALAY MILLANG
ANDRA BATARA II
AURA WIDI I
Daftar Riwayat Hidup

DATA DIRI
Nama : Yunita
Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Juni 1993
Alamat : Jalan Makmur V, Blok N6 No 9 RT/RW 09/008,
Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota
Tangerang-Banten (15148)
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Hobby : Travelling

KONTAK
No. Kontak/HP : 083813722983
E-mail : suryadiyunita@gmail.com
Perguruan Tinggi : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Administrasi Negara
NIM : 6661110637
Riwayat Pendidikan
Tahun Jenjang Pendidikan Nama Institusi Pendidikan
Sedang di tempuh Strata 1 (S1) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2008 2011 Sekolah Menengah Atas SMAN 9 Kota Tangerang
2005 2008 Sekolah Menengah Pertama SMPN 18 Kota Tangerang
1999 2005 Sekolah Dasar SDN 3 Cipondoh
1998 1999 Taman Kanak-Kanak TK Assalam

Organisasi
Tahun Jenis / Nama Organisasi

2012 HIMANE
2012 Administrator Muda Indonesia (ADMI)
2013 HIMANE
2014 BEM FISIP UNTIRTA

Anda mungkin juga menyukai