PEMBELAJARAN
Chanifudin1, Tuti Nuriyati2
1
Progam Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Bengkalis, Indonesia
2
Progam Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Bengkalis Indonesia
Abstrak
Dalam proses pembelajaran, kualitas atau mutu menjadi suatu hal yang mutlak harus ada.
Oleh karenanya, dalam perkembambangan banyak model yang ditawarkan oleh beberapa pakar
pendidikan, salah satunya adalah integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran pendidikan agama Islam harus mampu mengubah sesuatu yang masih bersifat
kognitif menjadi makna dan nilai serta harus di internalisasikan dalam diri perserta didik. Sains
dan agama dalam perspektif Islam yaitu memiliki dasar metafisik yang sama, dengan tujuan
pengetahuan yang diwahyukan maupun diupayakan adalah mengungkapkan ayat-ayat Tuhan,
motivasi dibalik pencarian kealaman matematis-upaya mengetahui ayat-ayat Tuhan di alam
semesta.
Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan
pembelajaran yangdilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al- Quran dan Al- Hadits, melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
Abstract
In a learning process, quality is an absolute goal that must be achieved. Therefore, in the
development of many models offered by several education experts, one of them is the integration
of science and religion in the learning process. Islamic religious education learning must be able
to change something that is still cognitive into something meaningful and valueable that must be
internalized in students. Science and religion in the perspective of Islam have the same
metaphysical basis, with the aim of revealed and attempted knowledge is to reveal the verses of
God, the motivation behind the search for mathematical experience in an effort to know the verses
of God in the universe.
In the integration of Islamic religious education with science and technology, it is expected that
the learning process conducted will be more meaningful and easily understood, so that the
purpose of Islamic education in directing students to know, to understand, to appreciate, to
believe, to be pious and noble in practicing the teachings of Islam from its main source, the holy
book Al-Quran and Al-Hadith, through activities of teaching guidance, training, and the use of
experience can be accomplished.
1
Novan Ardy Wiyani, Manajemen implementasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Insan
Pendidikan Karakter Konsep dan Madani, 2012), h.1
tentang suatu wacana yang dibahas dari meneliti alam semesta agar menjadikan
berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu kehidupan yang ber- manfaat bagi
saling berkaitan. Untuk meningkat kan manusia.
pendidikan maka dilakukan pembelajaran Secara yuridis, dalam UUD 1945
interaktif karena de- ngan adanya pasal 28 ayat 1 UUD 1945, pasal 31 UUD
pembelajaran interaktif peserta didik juga 1945 dan pasal 3 Undang-Undang Sistem
mendapat penga- laman dalam Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
melakukannya sehing- ga peserta didik dinyatakan dengan tegas bahwa
dapat menambah kekuatan untuk pelaksanaan pendidikan berorientasi pada
menerima, menyimpan, dan menerapkan tujuan pembentukan manusia Indonesia
konsep yang telah dipelajari. yang seutuhnya, manusia yang beriman
Realita pendidikan Islam tidak dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
semua sekolah yang mengutama kan Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
agama akan tetapi di sekolah sudah cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
tercampur oleh pendidikan barat karena warga negara yang demokratis serta
pendidikan barat berkembang pesat untuk tanggung jawab.3 Dalam pendidikan yang
mempengaruhi dunia pendidikan di mengarahkan kegiatan harus adanya
Indonesia. Pendidikan Agama Islam kurikulum yang mendukung semua
merupa kan salah satu materi pelajaran aktivitas lembaga sekolah. Desain
yang dapat dijadikan dasar kurikulum harus mengintegrasikan nilai
pengembangan nilai, pencegah an dan kauni- yah dan qauliyah dalam bangunan
sekaligus sebagai pembentuk an moral kurikulum yang terimplemantasi bukan
siswa khususnya. Agar pendidikan semata mempelajari materi-materi Islam
memiliki kualitas secara baik maka mata dalam konteksnya sebagai ulum syariyah
pelajaran PAI merupakan salah satu mata melainkan diporsikan sebagai pelajaran
pelajaran yang dapat dijadikan pondasi agama Islam yang mampu memberikan
pendidikan untuk mendasari serta kerangka pengetahuan, sikap, dan
membentengi dari hal-hal moral bagi perilaku yang dibutuhkan dalam konteks
peserta didik yang masih menempu dunia kehidupan masa kini dan masak akan
pendidikan. Dengan demikian PAI datang. Dalam sistem pendidikan yang
diharapkan memberik an kontribusi bagi terintegrasi, tidak ada pengelompokan-
terbentuknya manusia beriman, pengelompok an ilmu di wilayah umum
bertaqwa, cerdas dan terampil agar dapat dan agama, walau klasifikasi ilmu ke
hidup di masyarakat, bangsa dan dalam ilmu eksakta, ilmu sosial, dan ilmu
Negara.2 Dalam Islam, Al-Quran dan humaniora, namun peng klasifikasian
Hadist Nabi memerintahkan dilakukan terhadap objek ilmu-ilmu itu
mengembang kan ilmu pengetahuan
dengan cara memikirkan ciptaan langit
dan bumi, agar berpikir, mengamati, dan
2 3
Sunhaji, Pembelajaran Tematik Integratif Undang-Undang Dasar 1945
Pendidikan Agama Islam dengan Sains,
(Yogyakarta: Pustaka Senja, 2016) h. 4
4
Muhammad Bisri, Menuju Sistem
Pendidikan Integralistik. (tp: Gema Clipping
Service, 1995), h. 26
5 7
Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Ibid, h. 5
8
Praktek Pendidikan dalam Renungan, (Jakarta: Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan
IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1992) h. 12 Praktek Pendidikan., h.13
6 9
Harun Nasution, Islam dan Pendidikan Sunhaji, Pembelajaran Tematik-Integratif
Nasional, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Pendidikan Agama., h. 13
Jakarta, 1995) h. 15
10 11
Ibid, h. 7 Fogarty, F. How to Integrative the
Curricula. (Palatine, illionis: Skygh Publishing,
Inc.,1991),
12
Muhammad In’am Esha, Institutional Nasr and Fazlur Rahman” (dalam Hamdard
Transformation, (Malang: UIN Maliki Press, Islamicus, vol XVIII, no.3, 1995), h.70
14
2009), h. 76 John M. echols dan hasan sadilli, kamus
13
M. Safiq, “Islamizations of Knowledge. inggris–Indonesia (Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Philosophy and Methodology and Analysis of the Utama,2006), h. 18
Views and Ideals of Ismail Raji Al-Faruqi, Hosein
ketundukan hamba kepada wahyu Allah Islami. Berkaiatan dengan sains maka
yang diturunkan kepada para Nabi dan teknologi juga memiliki peran yang
Rasul Khususnya Rasulullah yakni Nabi paling utama dalam menjalankan nya, Al-
Muhammad Saw sebagai pedoman hidup Qur’an memerintahkan manusia supaya
dan sebagai hukum/aturan Allah Swt terus berupaya meningkatkan
yang dapat membimbing umat manusia kemampuan ilmiah untuk terus
kejalan yang benar yang diridhoi olehNya mengembangkan teknologi dengan
menuju ke bahagiaan dunia dan akhirat. memanfaatkan sesuatu yang ada yang
Ilmu KeIslaman menunjukkan kesatuan Allah telah berikan dan limpahkan
dan keterkaitan semua yang ada, memilki kepadanya. Berbicara tentang alam dan
keseimbangan dalam merenungkan materi serta fenomena yang ada supaya
kosmos bahwa manusia mampu manusia mengetahui dan memanfaatkan
mencapai prinsip keTuhanan serta ilmu alam ini dengan sebaik-baiknya.17
pengetahuan yang rasional empiris akan Pandangan Islam ilmu pengetahuan
mengantarkan pada penegasan kesatuan dan alam adalah keseimbangan dengan
keTuhanan Integralisasi kekayaan agama, hubungan ini menyiratkan aspek
keilmuan manusia dengan wahyu yang suci untuk mengejar pengetahuan
(petunjuk Allah beserta pelaksanaannya ilmiah oleh umat Islam, karena alam
dalam Sunnah Nabi).15 Ilmu integralistik sendiri dilihat dalam Al-qur’an sebagai
yaitu ilmu yang menyatukan wahyu Allah kumpulan tanda-tanda menunjukan
dengan temuan pikiran manusia. Dengan kepada Tuhan. Media pembuktian atas
adanya integralisme akan sekaligus keesaan dan kekuasaan Allah yaitu
menyelesaikan konflik antara dengan teknologi yang telah ada. Karena
sekularisme ekstrem dan agama dalam kepercayaan umat modern dengan jika
banyak sektor.16 Usaha membimbing telah ada pembuktiannya dan terdapat
umat manusia ke jalan yang diridhoi hasil yang akurat.
Allah sebagai tujuan dari Integritas Islam 2. Pentingnya Integrasi Islam dan
dan sains yang mana dapat mewujudkan Sains
melalui pembelajaran dalam pendidikan Dikotomi Ilmu Agama dan Sains
formal. pada dasarnya bukan merupakan hal yang
Integrasi Sains dan Islam adalah baru dalam Islam hal tersebut telah
mengemban misi yang luar biasa dalam dikenal dalam karya-karya klasik seperti
membekali siswa memperoleh suatu yang ditulis al-Ghazali 18 (w 1111) dan
keilmuan yang utuh antara pengetahuan Ibn Khaldun (w 1406). Kedua tokoh
intelektual dan pengetahuan religiusitas tersebut tidak mengingkari adanya
dalam mengembangkan kepribadian yang perbedaan antara keduanya, akan tetapi
15
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: 18
Klasifikasi ilmu berdasarkan “asas-asas
Epistemologi, Metodologi, dan Etika, h. 49. dikotomi keilmuan” dengan maksud membahas
16
Ibid ilmu fardhu kifayah (ilmu umum) dan ilmu fardhu
17
Samsul Nizar dan Muhammad Syarifudin, ‘ain (ilmu agama).
Isu-Isu Kontemporer entangPendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 121
19 20
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu Ibid, h. 20-21
Sebuah Rekontruksi Holistik, (Jakarta: Arasy,
2005), h. 19-20
21 23
Mulyadhi Kartanegara, Mengislamkan Imam Suprayogo, Paradigma
Nalar Sebuah Respons terhadap Modernitas Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN
(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 4- Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), h.
6. 65
22
Abuddin Nata, dkk., Integrasi Ilmu Agama
dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2005), h. 11.
24 26
Ibid Abd. Rachman. Assegaf, Integrasi Sains-
25
Muhammad Fathurrohman dan Sosial dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Islam. pada Seminar Nasional tanggal 15-16
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesaui Oktober 2014 oleh PPs UIN Sunan Kalijaga
Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), h..6 Yogyakarta Prodi PI.
27
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dalam Era Pluralitas Budaya dan Agama”,
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., Makalah disampaikan dalam Forum Seminar dan
1993), h. 3 Lokakarya Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas
28
M.Amin Abdullah, “Epistemologi Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, (21 Februari
Pendidikan Islam: Mempertegas Arah Pendidikan 2000), h. 1.
Nilai dalam Visi dan Misi Pendidikan Islam
Akan tetapi juga keberadaan makna atau apabila fenomena degradasi moral yang
finalitas ilmu pengetahuan yang bersifat terjadi di dunia pendidikan Barat
transenden, yakni sesuatu yang berada akhirnya juga terjadi di dunia pendidikan
diluar (beyond) sains yang merupakan Islam. Hal tersebut diperparah oleh
signifikansi dan arah sesuatu dalam minimnya durasi pemelajaran keagamaan
pengertian “teleologisnya”.29 khususnya di sekolah-sekolah umum,
Dengan adanya paradigma integratif sehingga basis moral-etik tidak lagi
dalam konteks keilmuan antara dibangun di atas nilai-nilai ketuhanan.
transmitted knosvledges dan acquired Kegelisahan teologis yang
knosvledges diharapkan tercipta atmosfir berkembang menjadi kegelisahan
akademik yang holistik dan tidak parsial. akademik pada proyeksi pemelajaran
Akan tetapi juga keberadaan makna atau keimanan, akhirnya membuat muncul
finansial ilmu pengetahuan yang bersifat nya satu teori tentang pentingnya
transenden, yakni sesuatu yang berada mengintegrasikan aspek-aspek keimanan
diluar sains yang merupakan signifikansi kepada Tuhan dalam proses pemelajaran
dan arah dalam teleologisnya.30 di ruang kelas, atau yang diistilahkan
Implikasinya dalam pembelajaran dengan integration faith and learning
tentang keimanan, agama dan sains (IFL). Paradigma ini berkembang pesat di
memiliki pembahsan yang sangat luas dunia pendidikan Kristen sebagai respons
sehingga pendidikan Islam terjebak pada atas ketidakmampuan dunia pendidikan
problem-problem prakmatisteknikalistik, untuk menanggulangi efek-efek negatif
mengakibatkan aspek-aspek yang dari dikotomi sains dan agama,
substantif dan esensial dari pendidikan modernitas dan kemajuan teknologi
Islam terabaikan. Pendidikan Islam lebih informasi. Secara filosofis paradigma ini
berorientasi pada wawasan teoritik juga merupakan jawaban atas gagalnya
tentang Islam dan bukan bagaimana agar narasi-narasi besar filsafat untuk
subjek menjadi yang lebih baik. memecahkan problematika kemanusiaan
Dunia kependidikan Islam seperti demoralisasi yang merupakan
menghadapi problematika yang cukup akibat langsung dari modernitas.
pelik, yaitu ketika kemajuan teknologi Dalam konteks pendidikan Islam
informasi yang pada titik tertentu paradigma integration faith and learning
membawa efek negatif secara moral semestinya bukan suatu hal yang baru,
(moral hazard) kepada pembentukan karena segala aspek yang berkaitan
kepribadian Muslim. Pada saat yang sama dengan Islam diikat oleh sebuah diktum
materi pemelajaran tentang keimanan idiologi tauhid. Dari konsep ini prinsip
sudah tidak mampu lagi membekali integrasi dibangun, di mana secara
subyek didik agar memiliki immunitas epistemologis tidak ada dikotomi antara
keimanan dan mampu memproteksi diri domain rasio dan wilayah empirik.
dari efek negatif tersebut. Maka wajar Implikasi dalam hal kurikulum, bisa
29
Penjelasan mengenai Finalitas Imanen dan Mencari Makna, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.
Transenden, lihat Louis Leahy, Jika Sains 37.
30
Ibid.
31 32
Uraian lebih lanjut lihat, Osman Bakar, Ian G. Barbour, Isu dalam Sains...,h. 197.
Tauhid dan Sains..., h. 259.
dan agama identik dan menyatu cukup luas agar peserta didik
dalam Wujud Mutlaq Tuhan. dapat melakukan investigasi
2. Integratif - Komplementer, yaitu berbagai konsep yang berkait-
hubungan ilmu dan agama secara an.
epistemologis, di mana seluruh b. Menentukan konsep - konsep
metode yang diterapkan dalam yang akan dikembangkan
ilmu maupun agama saling kemudian dibuat daftarnya.
melengkapi satu sama lain. Metode Konsep-konsep ini sekaligus
ilmu pengetahuan tidak hanya juga merupakan titik tolak
menerima kebenaran ilmu secara dalam menentukan kegiatan
empiris dan rasional, tapi juga pembelajaran. Konsep-konsep
menerima kebenaran ilmu secara yang ditentukan harus secara
intuitif atau kasyf. Kebenar an langsung berkaitan dengan
ilmu tidak hanya yang bersifat tema.
korespodensi dan representasi, c. Menentukan kegiatan yang
melainkan juga mengakui kebenar akan dilaksanakan dalam
an langsung dari Tuhan yang rangka menginvestigasi
bersifat huduri. konsep-konsep yang telah
3. Integratif - Kualifikatif, yaitu didaftar. Pastikan bahwa setiap
hubungan ilmu dan agama secara konsep yang dikaji memerlukan
aksiologis, di mana seluruh nilai satu atau lebih kegiatan yang
ilmu dan agama saling mengkuali- berkaitan dengan tema.
fkasikan satu sama lain. Artinya, d. Tentukan bidang studi atau
nilai kebenaran ilmu pengetahuan mata pelajaran apa saja yang
dijustifkasi oleh agama, sehingga terkait dengan suatu konsep
ilmu tidak bebas nilai, melainkan tertentu. Dengan cara seperti ini
harus disinari nilai-nilai keilahian berarti telah terjadi keterpaduan
(agama). Implikasinya pengem- berbagai bidang studi atau
bangan ilmu pengetahuan selalu bidang ilmu dalam menyoroti
konsisten dengan nilai-nilai moral suatu konsep.
agama. Sebaliknya, kebenaran nila- e. Me-review kegiatan - kegiatan
nilai moral agama di justifkasi oleh dan bidang studi-bidang studi
bukti-bukti ilmiah baik secara yang terkait dengan pembelajar
empiris-rasional, logis maupun an terpadu. Review dimaksud
intuitif-mistis. Adapun langkah- untuk menilai keefektifan peng
langkah yang digunakan utuk gunaan bidang studi atau mata
mengintegrasikan pendidikan sains pelajaran tertentu yang dipilih
dan teknolgi dengan keislaman f. Menata materi untuk memudah
adalah dalam pembelajaran adalah kan dalam pendistribusian atau
sebagai berikut: pemanfaatannya dalam kegiat
a. Memilih tema atau topik yang an yang akan dilaksanakan baik
akan dipelajari. Tema harus