Anda di halaman 1dari 18

INTEGRASI SAINS DAN ISLAM DALAM

PEMBELAJARAN
Chanifudin1, Tuti Nuriyati2
1
Progam Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Bengkalis, Indonesia
2
Progam Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Bengkalis Indonesia

Abstrak
Dalam proses pembelajaran, kualitas atau mutu menjadi suatu hal yang mutlak harus ada.
Oleh karenanya, dalam perkembambangan banyak model yang ditawarkan oleh beberapa pakar
pendidikan, salah satunya adalah integrasi sains dan agama dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran pendidikan agama Islam harus mampu mengubah sesuatu yang masih bersifat
kognitif menjadi makna dan nilai serta harus di internalisasikan dalam diri perserta didik. Sains
dan agama dalam perspektif Islam yaitu memiliki dasar metafisik yang sama, dengan tujuan
pengetahuan yang diwahyukan maupun diupayakan adalah mengungkapkan ayat-ayat Tuhan,
motivasi dibalik pencarian kealaman matematis-upaya mengetahui ayat-ayat Tuhan di alam
semesta.

Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan
pembelajaran yangdilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al- Quran dan Al- Hadits, melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.

Kata Kunci: Integrasi; sains; Pembelajaran

Abstract
In a learning process, quality is an absolute goal that must be achieved. Therefore, in the
development of many models offered by several education experts, one of them is the integration
of science and religion in the learning process. Islamic religious education learning must be able
to change something that is still cognitive into something meaningful and valueable that must be
internalized in students. Science and religion in the perspective of Islam have the same
metaphysical basis, with the aim of revealed and attempted knowledge is to reveal the verses of
God, the motivation behind the search for mathematical experience in an effort to know the verses
of God in the universe.

In the integration of Islamic religious education with science and technology, it is expected that
the learning process conducted will be more meaningful and easily understood, so that the
purpose of Islamic education in directing students to know, to understand, to appreciate, to

Asatiza, Vol 1, No2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


212
213

believe, to be pious and noble in practicing the teachings of Islam from its main source, the holy
book Al-Quran and Al-Hadith, through activities of teaching guidance, training, and the use of
experience can be accomplished.

Keywords: Integration; Science; learning

A. PENDAHULUAN sebagian besar umat Islam untuk


Sains dan agama merupakan satu memperbaiaki dan meningkat kan mutu
keilmuan yang utuh dan saling pendidikan Islam yang selama ini masih
berkaitan, pengetahuan tidak akan lepas tertinggal. Sampai saat ini masih ada
dari ilmu Al-Quran dan Hadis yang kesenjangan antara keadaan yang
tidak ada keraguan di dalam nya. Tetapi seharusnya dan yang senyatanya.
ada sebagian ilmuan mengatakan Munculnya ambi- valensi dan
memandang bahwa sains dan agama disintegrasi ilmu yang menyebabkan
berdiri pada posisinya masing-masing, dikotomi keilmuan dengan segala
karena bidang ilmu pengetahuan aspeknya. Seperti yang telah beredar di
mengandal kan data yang didukung media masa, televisi, radio, maupun
secara empiris untuk memastikan internet memberikan tentang kenakalan
kebenar an ilmu tersebut. Sedang kan anak dari kasus narkoba, minuman
agama sebaliknya siap menerima yang keras dampai tindakan asusila. Hal ini
abstrak dan tidak pasti hanya didasarkan menandakan betaoa rendahnya moral
pada variabel berwujud dari anak bangsa.1
kepercayaan. Agama dan Sains harus
hidup berdampingan indepen- den satu Pendidikan di Indonesia saat ini
dengan yang lain., karena antara masih menuai permasalahan dalam
keduanya memiliki kesamaan dalam proses perkembangannya masih belum
misi keilmuannya, perbedaan mendasar luas serta bersifat abstrak dan bahkan
antara keduanya menyaji kan sebuah jauh dari kehidupan nyata, sehingga
konflik yang akan beresonansi pada inti peserta didik mengalami kesulitan dalam
masing- masing. Sehingga integrasi memahami tentang nilai-nilai yang ada
antara sains dan agama hampir tidak dalam pembelajar an. Pendidikan di
sesuai sebagai kriteria ilmiah untuk Indonesia mengalami urutan yang rendah
mengidentifikasi asumsi tersebut dikarenakan tidak melihat proses
menjadi nyata karena dipastikan ada pembelajarannya akan tetapi melihat
proses kanibalisasi antara kedua nya, output sehingga ketika peserta didik
agama sangat penting bagi kesejah- mengaplikasikannya maka menga- lami
teraan individu dan bertujuan ketidak sesuain antara teori dan dunia
menciptakan harmoni bagi ke- hidupan. kerja. Proses kontektual dalam
pembelajaran dapat dilakukan dengan
Persoalan seputar integrasi ilmu pembelajaran interaktif. Pembelajaran
sekarang ini sering dijadikan keinginan interaktif dapat dikemas dengan topik

1
Novan Ardy Wiyani, Manajemen implementasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Insan
Pendidikan Karakter Konsep dan Madani, 2012), h.1

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


214

tentang suatu wacana yang dibahas dari meneliti alam semesta agar menjadikan
berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu kehidupan yang ber- manfaat bagi
saling berkaitan. Untuk meningkat kan manusia.
pendidikan maka dilakukan pembelajaran Secara yuridis, dalam UUD 1945
interaktif karena de- ngan adanya pasal 28 ayat 1 UUD 1945, pasal 31 UUD
pembelajaran interaktif peserta didik juga 1945 dan pasal 3 Undang-Undang Sistem
mendapat penga- laman dalam Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
melakukannya sehing- ga peserta didik dinyatakan dengan tegas bahwa
dapat menambah kekuatan untuk pelaksanaan pendidikan berorientasi pada
menerima, menyimpan, dan menerapkan tujuan pembentukan manusia Indonesia
konsep yang telah dipelajari. yang seutuhnya, manusia yang beriman
Realita pendidikan Islam tidak dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
semua sekolah yang mengutama kan Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
agama akan tetapi di sekolah sudah cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
tercampur oleh pendidikan barat karena warga negara yang demokratis serta
pendidikan barat berkembang pesat untuk tanggung jawab.3 Dalam pendidikan yang
mempengaruhi dunia pendidikan di mengarahkan kegiatan harus adanya
Indonesia. Pendidikan Agama Islam kurikulum yang mendukung semua
merupa kan salah satu materi pelajaran aktivitas lembaga sekolah. Desain
yang dapat dijadikan dasar kurikulum harus mengintegrasikan nilai
pengembangan nilai, pencegah an dan kauni- yah dan qauliyah dalam bangunan
sekaligus sebagai pembentuk an moral kurikulum yang terimplemantasi bukan
siswa khususnya. Agar pendidikan semata mempelajari materi-materi Islam
memiliki kualitas secara baik maka mata dalam konteksnya sebagai ulum syariyah
pelajaran PAI merupakan salah satu mata melainkan diporsikan sebagai pelajaran
pelajaran yang dapat dijadikan pondasi agama Islam yang mampu memberikan
pendidikan untuk mendasari serta kerangka pengetahuan, sikap, dan
membentengi dari hal-hal moral bagi perilaku yang dibutuhkan dalam konteks
peserta didik yang masih menempu dunia kehidupan masa kini dan masak akan
pendidikan. Dengan demikian PAI datang. Dalam sistem pendidikan yang
diharapkan memberik an kontribusi bagi terintegrasi, tidak ada pengelompokan-
terbentuknya manusia beriman, pengelompok an ilmu di wilayah umum
bertaqwa, cerdas dan terampil agar dapat dan agama, walau klasifikasi ilmu ke
hidup di masyarakat, bangsa dan dalam ilmu eksakta, ilmu sosial, dan ilmu
Negara.2 Dalam Islam, Al-Quran dan humaniora, namun peng klasifikasian
Hadist Nabi memerintahkan dilakukan terhadap objek ilmu-ilmu itu
mengembang kan ilmu pengetahuan
dengan cara memikirkan ciptaan langit
dan bumi, agar berpikir, mengamati, dan

2 3
Sunhaji, Pembelajaran Tematik Integratif Undang-Undang Dasar 1945
Pendidikan Agama Islam dengan Sains,
(Yogyakarta: Pustaka Senja, 2016) h. 4

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


215

sendiri, bukan pengklasifikasian dari segi (kebahagiaan) negeri akhirat dan


peran dan fungsinya.4 janganlah kamu melupakan kebahagiaan
Ilmu sains dan Islam seharusnya dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
memiliki kesimbangan dalam baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
mempelajari dan mengaplikasikan nya Allah telah berbuat baik kepadamu dan
karena kedua ilmu tersebut saling janganlah kamu berbuat kerusakan di
membutuhkan dna saling bermanfaat (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
untuk menghadapi kehidupan sekarang menyukai orang-orang yang berbuat
ini. Jika berbicara sains maka yang kerusakan.”
terlintas hanya pengetahuan secara Rasulullah SAW dalam hadistnya
holistik. Sains dan Agama memiliki bersabda: “barang siapa ingin merengkuh
kerangka materi yang berbeda namun (mencapai kepentingan) dunia, maka
saling keterikatan dan keterkaitan dengan dengan ilmu. Barang siapa ingin
nilai-nilai agama. Sebab, realitas merengkuh akhirat, maka dengan ilmu
menunjukkan bahwa para ahli ilmu dan dan barang siapa yang ingin merengkuh
teknologi (saintis) tidak membekali dua-duanya maka dengan ilmu.”
dirinya dengan ilmu-ilmu agama Dari hadist tersebut dijelaskan
sehingga justru ilmu pengatahuan yang secara tegas Nabi menyatakan bahwa
diperoleh menghancurkan dirinya sendiri. umat Islam dapat meraih kebahagiaan di
Sains semakin dicari atau dipelajari maka dunia maupun di akhirat maka wajib
tidak akan ada habisnya karena sains mempelajari ilmu pengetahuan baik ilmu
adalah ilmu yang selalu berubah pengetahuan sains maupun ilmu
mengikuti pola kehidupan dan mengikuti pengetahuan agama. Karena dalam
perkembanagan teknologi. mempelajari kedua ilmu tersebut maka
Ilmu Pengetahuan agar memiliki manusia akan selamat dunia ada akhirat
jiwa dalam pendidikan maka jangan dan bagi siapa yang mempelajari ilmu
meninggalkan sains dan agama, praktik dan mengamalkan nya akan medapat
pendidikan Islam harus mengembangkan keanugraan yang berlipat ganda.
intergarsi ilmu yang menjadikan Gagasan intergrasi (nilai-nilai
pendidikan lebih menyeluruh, katena Islam dan sains) suatu konsep yang
pada hakikatnya, Islam tidak pernah “usang” untuk dibahas ulang, mengingat
mengenalkan istilah dualisme- dikotomik dikotomi sudah mengakar sejak abad
keilmuan. Ilmu sains dan agama pertengah an yang lalu. Namun,
ditempatkan pada posisi dan porsi yang perkembanga nya gagasan-gagasan untuk
berimbang sebagaimana firman Allah mengkaji lebih dalam mampu memberi
SWT dalam Qs. Al-Qashash: 77 yang spektrum yang sangat luas, bahkan
artinya: menjadi sesuatu yang menarik untuk
“Dan carilah pada apa yang telah dikaji dan dicermati secara kritis.
dianugrakan Allah kepadamu Sehingga masalah dikotomi ilmu

4
Muhammad Bisri, Menuju Sistem
Pendidikan Integralistik. (tp: Gema Clipping
Service, 1995), h. 26

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


216

diharapkan tidak berimplikasi lebih luas memfokuskan pengajaran terhadap


dalam pelaksanaan pendidikan Islam persoalan cara mengubah yang kognitif
terutama di tengah upaya umat Islam menjadi makna dan nilai yang perlu di
untuk melakukan pembaharuan guna internalisasikan dalam diri peserta didik
memperbaiki mutu pendidikan Islam lewat berbagai cara, media forum7 PAI
yang masih tertinggal dan yang berlangsung pada saat ini lebih
termarginalkan. Dalam praktik berlangsung selama ini lebih banyak
pendidikan Agama Islam masih menuai bersikap menyendiri dan kurang
kegagalan. Kegagalan ini disebabkan berinteraksi dengan kegiatan-kegiat an
karena praktik pendidi- kan yang harus pendidikan lainnya. Cara kerja semacam
memperhatikan aspek kognitif semata ini kurang efektif untuk keperluan
mengabaikan Pembinaan aspek afektif penanaman suatu perangkat yang
dan konatif-volitif5 yakni tekad untuk komplek.8 Seharusnya para guru/pendidik
mengamal kan nilai-nilai ajaran agama. PAI lebih kreatif dalam mengajarkan
Akibatnya terjadi kesenjangan antara mata pelajaran PAI. Pelaksanan
pengetahuan dan pengalaman dalam pendidikan PAI pada saat ini masih
kehidupan beragama. menimbulkan perma- salahan karena
Dalam perkembangnya PAI pembelajaran PAI masih berkutat pada
berubah menjadi pengajaran agama hal-hal yang abstrak dan bahkan sangat
sehingga tidak mampun membentuk jauh dari kehidupan dunia nyata9
pribadi-pribadi bermoral6 Jika dilihat Sehingga Peserta didik mengalami
pendidikan PAI adalah pendidikan moral kesulitan dalam memahami tentang nilai-
yang paling utama ditanamkan dalam diri nilai yang ada pada pembelajaran PAI.
manusia kerana manusis ketika sudah Permasalahan di atas merupakan
memiliki ilmu dasar agama maka sudah salah satu indikator bahwa pendidikan
memiliki petunjuk yang dalam menjalani agama yang diberikan di sekolah belum
kehidupan. berhasil. Untuk mengantisipasi hal
PAI saat ini lebih berorientasi pada tersebut maka penting untuk meningkat
belajar tentang agama Islam sehingga kan kualitas pendidikan agama islam di
hasilnya banyak orang yang mengetahui lingkungan keluarga, sekolah, dan
nilai-nilai ajaran agama, tetapi prilakunya masyarakat. Pendidikan agama islam
tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran tidak mungkin akan berhasil apabila tidak
agama yang diketahuinya. Menurut Amin ada kerjasama yang baik antara orang tua
Abdullah, Pendidikan Agama belakangan di rumah, pendidik di sekolah dan
ini lebih banyak terkosentrasi pada lingkungan masyarakat. Ketiga
persoalan-persoalan teoritis ke- agamaan komponen inilah yang akan mewarnai
yang bersifat kognitif, dan kurang watak dan perilaku setiap individu.

5 7
Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Ibid, h. 5
8
Praktek Pendidikan dalam Renungan, (Jakarta: Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan
IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1992) h. 12 Praktek Pendidikan., h.13
6 9
Harun Nasution, Islam dan Pendidikan Sunhaji, Pembelajaran Tematik-Integratif
Nasional, (Jakarta: Lembaga Penelitian IAIN Pendidikan Agama., h. 13
Jakarta, 1995) h. 15

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


217

Menurut Thowaf dan Siti Malikhah Proses kontektualisasi dalam


yang mengamati adanya kelemahan- pembelajaran PAI dapat dilakukan mulai
kelamahan PAI di sekolah antara lain: 1) dari rancangan pembelajaran,
pendekatan masih cenderung normatif, pelaksanaan pembelajaran hingga
dalam arti pendidikan agama menyajikan evaluasi pembelajaran. Untuk mengatasi
norma-norma yang sering kali tanpa kelemahan dan kekurangan tersebut,
ilustrasi konteks sosial budaya sehingga dalam pemebelajan PAI diperlukan
peserta didik kurang menghayati nilai- pendekatan yang sekiranya dapat
nilai agama sebagai nilai yang hidup membantu peserta didik dalam
dalam keseharian 2) kurikulum PAI yang mempelajari PAI secara utuh yaitu tidak
dirancang di sekolah sebenarnya lebih sekedar memahamai dan hafalan saja.
menawarkan minimum kompetensi, Salah satu pendekatan pembelajaran
tetapi guru masih banyak yang belum adalah pendekatan integratif. Model
memahami sehingga semangat untuk pembelajaran integratif menggunakan
memperkaya kuikulum dengan antar mata pelajaran model ini
pengalaman belajar yang bervariasi menggunakan beberapa mata pelajaran
kurang tumbuh. 3) sebagai dampak yang prioritas dari kurikulum dan menemukan
menyertai situasi tersebut, maka guru PAI keterampilan, sikap dan konsep yang
kurang berupaya menggali berbagai saling tumpang tindih di dalam beberapa
metode lain yang mungkin bias dipakai pelajaran11.
untuk pendidikan agama sehingga Pemahaman yang ditimbul di dunia
pelaksanaan pembelajaran PAI cen- pendidikan skerang ini yaitu pembe-
derung monoton keterbatasan sarana dan lajaran PAI integratif akan membawa
prasarana sehingga pengelolaan cen- peserta didik pada belajar secara totalitas,
derung seadanya. Pendidikan agama yang dan menjadikan PAI sebagai bagian dari
diklaim sebagai aspek yang penting kehidupan nyata (reallife) yang
sering kali kurang diberi prioritas dalam dibutuhkan oleh mereka. Hal ini tidak
urusan fasilitas10. akan terjadi jika pemahaman terhadap
Merespon dari hal tentang mata PAI secara isolatif atau terpisah dengan
pelajaran PAI tersebut maka dapat keilmuan lain, kondisi ini jelas
disimpulkan bahwa rendahnya kualitas menimbulkan kesan bahwa agama hanya
PAI di sekolah karena beberapa faktor berurusan dengan ke- Tuhanan dan
diantara lain: metode pembelajaran PAI akhirat sedangkan ilmu-ilmu sains
cenderung didominasi ceramah dan berkaiatan dengan manusia dan
hafalan, keterbatasan sarana dan kehidupan di dunia. Kekhwatiran
prasarana pembelajaran PAI, dan PAI terhadap dampak pemisahan ilmu
merupakan salah satu materi pelajaran tersebut dapat dan perlu dihindari melalui
yang lebih dekat dengan kehidupan di proses pembelajaran integratif.
keluarga dan masyarakat.

10 11
Ibid, h. 7 Fogarty, F. How to Integrative the
Curricula. (Palatine, illionis: Skygh Publishing,
Inc.,1991),

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


218

B. METODOLOGI paradigma keilmuan baru yang utuh dan


Penelitian ini berbentuk library madern.
research dengan mengumpulkan data- Sains digunakan dalam bidang ilmu
data dari buku-buku, jurnal dan kamus- pengetahauan sebagai ilmu yang merujuk
kamus, arsip terkait dengan kepada objek-objek yang berada di alam
permasalahan yang penulis teliti. yang bersifatumum dan menggunakan
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif hukum-hukum pasti yang berlaku
untuk mendapatkan data dalam proses kapanpn dan dimanapun. Sains
penelitian dari berbagai teori di literatur merupakan merupakan kumpulan
terkait penelitian ini yaitu tentang pengetahuan dan cara untuk mendapat
Integrasi Sains dan Islam Dalam kan dan mempergunakan pengetahuan
Pembela-jaran. Karena penelitian ini tersebut. Sains merupakan produk dan
bersifat diskriptif kualitatif, maka berisi proses yang tidak dapat dpisahkan “Real
penggambaran peristiwa atau feno- Science is both product and process,
mena berkaitan dengan penelitian yang inseparably joint”.14
penulis lakukan. Ilmu sains berasal dari ayat-ayat
kauniyah yang berarti ucapan atau
C. PEMBAHASAN perkataan yang dipaparkan melalui
1. Integrasi Sains dan Islam Konsep pembuktian, ilmu sains merespon 3
Integrasi Sains dan Islam kemajuan yaitu Restorasionis berusaha
Integrasi merupakan combine (parts) mencari pembaharuan masa lalu
into a whole, join wits other group or kemudian meletakkan kegagalan/
race(s) yaitu menggabungkan bagian- kemunduran orang Islam karena
bagian yang terpisah dalam satu penyimpangan dari jalan yang benar serta
kesatuan.12 Dalam kata lain Integrasi kelompok Islam menentang pondasi dan
berarti utuh atau menyeluruh. Integrasi kemunculan metode dan sains ilmiah
bukan sekedar menggabungkan sekuler modern. Rekontruksi dan
pengetahuan sains dan agama atau Prakmatis merupakan berpandangan
memberikan bekal norma keagamaan tidak sama dengan restrosinis karena
yang sangat dominan. Lebih dari itu, posisi penganut rekontruksionis dan
integrasi adalah upaya mempertemukan pramatis mengintegrasikan kembalai
cara pandang, cara bepikir dan cara ajaran-ajaran Islam tertentu untuk
bertindak antara sains dan Islam.13 memperbaiki hubungan peradaban
Integrasi juga memiliki pemikiran modern dengan Islam.
ekslusif Islam dengan pemikiran sekuler Islam merupakan ilmu Al-Quraniyah
Barat, sehingga dihasilkan pola dan yaitu semua perbuatan atau petunjuk
kehidupan ada dalam Al-Quran, atau

12
Muhammad In’am Esha, Institutional Nasr and Fazlur Rahman” (dalam Hamdard
Transformation, (Malang: UIN Maliki Press, Islamicus, vol XVIII, no.3, 1995), h.70
14
2009), h. 76 John M. echols dan hasan sadilli, kamus
13
M. Safiq, “Islamizations of Knowledge. inggris–Indonesia (Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Philosophy and Methodology and Analysis of the Utama,2006), h. 18
Views and Ideals of Ismail Raji Al-Faruqi, Hosein

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


219

ketundukan hamba kepada wahyu Allah Islami. Berkaiatan dengan sains maka
yang diturunkan kepada para Nabi dan teknologi juga memiliki peran yang
Rasul Khususnya Rasulullah yakni Nabi paling utama dalam menjalankan nya, Al-
Muhammad Saw sebagai pedoman hidup Qur’an memerintahkan manusia supaya
dan sebagai hukum/aturan Allah Swt terus berupaya meningkatkan
yang dapat membimbing umat manusia kemampuan ilmiah untuk terus
kejalan yang benar yang diridhoi olehNya mengembangkan teknologi dengan
menuju ke bahagiaan dunia dan akhirat. memanfaatkan sesuatu yang ada yang
Ilmu KeIslaman menunjukkan kesatuan Allah telah berikan dan limpahkan
dan keterkaitan semua yang ada, memilki kepadanya. Berbicara tentang alam dan
keseimbangan dalam merenungkan materi serta fenomena yang ada supaya
kosmos bahwa manusia mampu manusia mengetahui dan memanfaatkan
mencapai prinsip keTuhanan serta ilmu alam ini dengan sebaik-baiknya.17
pengetahuan yang rasional empiris akan Pandangan Islam ilmu pengetahuan
mengantarkan pada penegasan kesatuan dan alam adalah keseimbangan dengan
keTuhanan Integralisasi kekayaan agama, hubungan ini menyiratkan aspek
keilmuan manusia dengan wahyu yang suci untuk mengejar pengetahuan
(petunjuk Allah beserta pelaksanaannya ilmiah oleh umat Islam, karena alam
dalam Sunnah Nabi).15 Ilmu integralistik sendiri dilihat dalam Al-qur’an sebagai
yaitu ilmu yang menyatukan wahyu Allah kumpulan tanda-tanda menunjukan
dengan temuan pikiran manusia. Dengan kepada Tuhan. Media pembuktian atas
adanya integralisme akan sekaligus keesaan dan kekuasaan Allah yaitu
menyelesaikan konflik antara dengan teknologi yang telah ada. Karena
sekularisme ekstrem dan agama dalam kepercayaan umat modern dengan jika
banyak sektor.16 Usaha membimbing telah ada pembuktiannya dan terdapat
umat manusia ke jalan yang diridhoi hasil yang akurat.
Allah sebagai tujuan dari Integritas Islam 2. Pentingnya Integrasi Islam dan
dan sains yang mana dapat mewujudkan Sains
melalui pembelajaran dalam pendidikan Dikotomi Ilmu Agama dan Sains
formal. pada dasarnya bukan merupakan hal yang
Integrasi Sains dan Islam adalah baru dalam Islam hal tersebut telah
mengemban misi yang luar biasa dalam dikenal dalam karya-karya klasik seperti
membekali siswa memperoleh suatu yang ditulis al-Ghazali 18 (w 1111) dan
keilmuan yang utuh antara pengetahuan Ibn Khaldun (w 1406). Kedua tokoh
intelektual dan pengetahuan religiusitas tersebut tidak mengingkari adanya
dalam mengembangkan kepribadian yang perbedaan antara keduanya, akan tetapi

15
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu: 18
Klasifikasi ilmu berdasarkan “asas-asas
Epistemologi, Metodologi, dan Etika, h. 49. dikotomi keilmuan” dengan maksud membahas
16
Ibid ilmu fardhu kifayah (ilmu umum) dan ilmu fardhu
17
Samsul Nizar dan Muhammad Syarifudin, ‘ain (ilmu agama).
Isu-Isu Kontemporer entangPendidikan Islam,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 121

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


220

mereka mengakui validitas dan status mempelajari alam akan berarti


ilmiah masing-masing keilmuan tersebut. mempelajari dan mengenal dari dekat
Berbeda dengan dikotomi yang cara kerja Tuhan, di alam semesta.
dikenal dalam dunia Islam, sains modern Dengan demikian, penelitian tentang
barat sering menganggap rendah status alam semesta dapat mendorong kita
keilmuan ilmu-ilmu keagamaan, hal ini untuk mengenal Tuhan dan menambah
ditunjukkan ketika ilmu agama berbicara keyakinan terhadap-Nya bukan
tentang hal-hal ghaib, ilmu agama tidak sebaliknya, seperti yang terjadi di
dapat dikatakan ilmiah karena menurut Barat.20
pandangan sains modern barat sebuah b. Kesenjangan sumber ilmu antara ilmu
ilmu dikatakan ilmiah apabila objeknya agama dan ilmu umum. Kesenjangan
bersifat empiris. Padaal ilmu agama tentu antara keduanya didasarkan atas fakta
saja tidak dapat menghindar dari bahwa para pendukung ilmu agama
membahas hal-hal ghaib seperti tuhan, hanya menganggap valid sumber ilahi
malaikat, dll. Sebagai pokok pembahasan dengan kitabnya yang diwahyukan
di dalamnya.19 Terdapat beberapa kepada Rasulullah dan tradisi
problem yang ditimbulkan dari dikotomi kenabian dan menolak sumber non
tersebut, diantaranya adalah: skriptual sebagai sumber otoritatif
a. Dikotomi yang sangat ketat dalam untuk menjelaskan kebenaran yang
sistem pendidikan. Perbedaan ini ada. Sebaliknya Ilmuan-ilmuan
terjadi ketika ilmu sekuler positivistik sekuler hanya menganggap valid
diperkenalkan kedalam dunia Islam informasi yang diperoleh pengamatan
lewat imperialisme barat dan indrawi karena mereke mempercayai
menimbulkan dampak dengan adanya pengetahuan empiris.
berbagai problem dalam sistem c. Pembatasan Objek-objek Ilmu. Sains
pendidikan. Pemisahan terjadi anatara modern membatasi lingkup hanya
ilmu yang umum dengan ilmu agama. pada hal-hal yang bersifat indrawi
ilmu umum dianggap netral semua ditambah dengan proses logika untuk
kehidupan diteleiti dan memilih, memutuskan dan
dipermasalahkan. Berbeda dengan memberikan penalaran. Berbeda
pandangan barat, keilmuan islam dengan ilmuan muslim terutama
memandang bahwa fenomena alam ilmuan klasik tidak hanya dengan
tidaklah berdiri tanpa ada relasi dan tanda-tanda indrawi tetapi juga dengan
relevansinya dengan kuasa ilahi, substansi spiritual. Dengan demikian
sebagaimana yang dikatakan ilmu pengetahuan dapat diketahui
Muhammad Iqbal dalam The bukan hanya dalam alam fisik saja
Reconstruction of Religious Thougt in tetapi juga metafisik, seperti Tuhan,
Islam, fenomena alam merupakan malaikat, alam kubur, dan alam akhirat
medan kreatif tuhan sehingga tanpa mengesampingkan bidang-

19 20
Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu Ibid, h. 20-21
Sebuah Rekontruksi Holistik, (Jakarta: Arasy,
2005), h. 19-20

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


221

bidang yang menjadi perhatian faktual tentang alam adalah basis,


ilmuwan-ilmuwan Barat, yakni ilmu- kemudian pengetahuan teoritik adalah
ilmu alam.21 struktur dan peradigma adalah
Berdasarkan uraian diatas supranatural di atas atau di luar sains,
memperlihatkan bahwa gerakan integrasi sudut pandang ini materialisme
Islam dan sains benar-benar harus menganggap matrei sebagai satu-satunya
diupayakan dengan sungguh-sungguh. realitas. Sedangkan cara berpikir agama
Hal ini didasarkan pada beberapa tidak hanya bersifat emperis dan objektif
pertimbangan diantaranya: dan bersifat intuitif religius.
a. Umat islam butuh suatu sistem sains 3. Langkah-langkah Pengintegrasian
untuk memenuhi kebutuhan- Islam dan Sains dalam
kebutuhannya, material dan spiritual. Pembelajaran
Sistem sains yang ada kini tidak Integrasi Ilmu merupakan satu dari
mampu memenuhi kebutuhan- usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam
kebutuhan tersebut. Ini disebabkan, mewujudkan integrasi Islam dan Sains di
karena sains modern mengandung lingkungan pendidikan terutama dalam
nilai-nilai khas barat yang melekat pendidikan Islam dengan melakukan
padanya; nilai-nilai ini banyak langkah-langkah sebagai berikut:23
bertentangan dengan nilai-nilai Islam. a. Menjadikan kitab suci sebagai basis
b. Secara sosiologis, umat Islam yang atau sumber utama Ilmu Al-Qur’an
tinggal di wilayah geografis dan dalam pengintegrasian ilmu ini
memiliki kebudayaan yang berbeda diposisikan sebagai sumber utama
dari barat, tempat sains modern atau landasan dasar bagi pencapaian
dikembangkan, jelas butuh sistem ilmu umum yang diperoleh dari hasil
sains yang berbeda pula, karena sains observasi, eksperimen, dan penalaran
barat diciptakan untuk memenuhi logis yang kedudukannya sebagai
kebutuhan masyarakatnya sendiri. sumber pendukung dalam rangka
c. Umat Islam pernah memiliki menambah keyakinan terhadap Allah
peradaban Islami di masa sains melalui sumber utama yakni Al-
berkembang sesuai dengan nilai dan Qur’an.
kebutuhan-kebutuhan umat Islam22 b. Memperluas batas materi kajian Islam
Model Integrasi sains dan Islam dan Menghindari dikotomi ilmu
memiliki perbedaab antaranya sains Ajaran Islam bersifar universal oleh
membicarakan fakta alamiah sedangkan karena itu tidak ada dikotomi dalam
agama membicarakan nilai-nilai ilahiah. Islam karena semua llmu itu penting
Cara berpikir sains bahwa pengetahuan

21 23
Mulyadhi Kartanegara, Mengislamkan Imam Suprayogo, Paradigma
Nalar Sebuah Respons terhadap Modernitas Pengembangan Keilmuan Islam Perspektif UIN
(Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 2007), h. 4- Malang, (Malang: UIN-Malang Press, 2006), h.
6. 65
22
Abuddin Nata, dkk., Integrasi Ilmu Agama
dan Ilmu Umum, (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2005), h. 11.

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


222

untuk dipelajari agar menjalankan masalah yang menggejala tidak bisa


kehidupan dengan baik. disalahkan kepada guru tertentu.
c. Menumbuhkan pribadi yang 4. Pembelajaran Integratif
berkarakter Ulil Albab. Ulil Albab Pendidikan Agama Islam dan Sains
adalah orang yang benar-benar mampu Pembelajaran merupaan sebuah
menggunakan akal dan pikirannya usaha yang mempengaruhi emosi,
untuk memahami fenomena alam intelektual, dan spritual seseorang agar
sehingga dapat memahami sampai belajar dengan kehendak sendiri. Melalui
pada bukti-bukti keesaan dan pembelajaran akan terjadi proses
kekuasaan sang Maha pencipta yakni pengembangan moral keagamaan,
Allah swt.24 aktivitas, dan kreativitas peserta didik
d. Menelusuri ayat-ayat dalam Al- melalui berbagai interaksi dan
Qur’an yang berbicara tentang sains. pengalaman belajar. 25

Menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an Pembelajaran sebagai sebuah proses


merupakan bentuk langkah yang yang kompleks yang berjalan secara
sangat vital untuk terintegrasinya sains bertahap meliputi pendahuluan, inti
dan Islam. Seterusnya bahwa penutup atau singkatan dari apersepsi
kebenaran Al-Qur’an itu merupakan menuju evaluasi. Proses pembelajaran
sumber yang relevan dengan ilmu perlu dilakukan secara gradual sehingga
pengetahuan (sains) yang saat ini pembelajaran sistematis. Abdur Rahman
sangat pesat berkembang. Assegaf26 dalam papernya merinci
e. Mengembangkan kurikulum integrasi keilmuan alam pembelajaran
pendidikan di lembaga pendidikan. sebagai berikut:
Berdasarkan hasil kajian beberapa a. Integrasi Tingkat Filosofi. Tingkat
ilmu dan pendekatan, tampaknya ada filosofi dalam integrasi sains dalam
kesamaan pandangan bahwa segala pembelajaran dimaksudkan bahwa
macam krisis itu berpangkal dari krisis setpa kajian memiliki nilai
akhlak dan moral, krisis spiritual. fundamental dalam kaitannya dengan
Untuk mewujudkan insan yang disiplin keilmuan dan hubungannya
mempunyai kedalaman spiritual, dengan ilmu humanistik.
keagungan akhlaq, keluasan b. Integrasi Tingkat Metode dan
intelektual dan kematangan Pendekatan Riset. Metode yang
professional, akan dapat dicapai secara dimaksud dalam integrasi yaitu
utuh jika terpadu/terintegrasi nya ilmu metode yang digunakan dalam
sains dan Islam dalam proses mengembangkan ilmu yang
pembelajaran. Melalui pembelajaran dibutuhkan engan menggunakan
terpadu dan integrative tersebut, suatu pedekatan (approach).

24 26
Ibid Abd. Rachman. Assegaf, Integrasi Sains-
25
Muhammad Fathurrohman dan Sosial dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran: Islam. pada Seminar Nasional tanggal 15-16
Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesaui Oktober 2014 oleh PPs UIN Sunan Kalijaga
Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), h..6 Yogyakarta Prodi PI.

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


223

c. Integrasi Tingkat Materi. Tingkat pembelajaran universal. Sehingga pada


materi merupakan suatu proses akhirnya dikotomi keilmuan yang
mengintegrasikan nilai-nilai kebenar cenderung dapat merusak keseimbangan
an universal umumnya dengan kajian peradaban. Integrasi kelimuan harus
keislaman khususnya ke dalam sains dilandasri sebuah dasar yang akurat dan
sosial, dapat dipercaya sehingga dalam
d. Integrasi Tingkat strategi. Tingkat memamahi dan menyampaikan kembali
materi menunjukkan pada bahan yang tidak ada kejanggalan yang dapat
disediakan akan disampaikan dalam merusak keilmuan itu sendiri.
proses pembelajaran, maka tingkat 5. Implikasinya Integrasi Sains dan
strategi merupakan tahapan pelaksana Agama Trehadap Pendidikan Islam
an pembelajaran dengan menerapkan Hubungan antara pendidikan Islam
berbagai model dan metode hanya ada baik. dalam ranah hadharat an-
pembelajaran. nash, hadharat al-ilm, maupun hadharat
e. Integrasi Tingkat Evaluasi. Tingkat al-falsafah, perlu dilihat dari perspektif
evaluasi dilakukan setelah seluruh dialog atau bahkan integrasi. Oleh karena
proses pembelajaran selesai, agar itu, pendidikan Islam harus memiliki
diketahui berapa besar keberhasialan kaitan erat dengan dimensi praktis sosial
dan kegagalan, keunggulan dan karena senantiasa memiliki dampak
kelemahan, serta bagian mana yang sosial dan dituntut untuk responsif
perlu remedial. Tingkat evaluasi tidak terhadap realitas sosial sehingga tidak
bisa diabaikan kerena proses terbatas pada ruang lingkup pemikiran
pembelajaran tidak dapat diketahui teoritis-konseptual.28
hasilnya tanpa evaluasi. Evaluasi Paradigma integratif dalam konteks
pendidikan secara singkat dimaknai keilmuan antara transmitted knosvledges
sebagai kegiatan menilai yang terjadi dan acquired knosvledges diharapkan
dalam proses pendidikan27 tercipta atmosfir akademik yang holistik
pembelajaran pada akhirnya perlu dan tidak parsial. Sehingga sekat-sekat
dievaluasi untuk mengukur spesialisasi bidang pengetahuan tertentu
ketercapaian tujuan dari pembelajaran tidak mengakibatkan terbentuknya
itu sendiri. wawasan miopik-narsistik, dan
Tingkat integrasi harus dilakukan jangkauan pengetahuan juga tidak
secara simultan dan sinergis agar tiap membatasi diri pada fakta atau
tingkatan mengalami keterpaduan. Pada pengenalan finalitas yang bersifat
prinsipnya integrasi kelimuan dapat dan imanen, yang segala sesuatunya hanya
harus dilakukan pada semua dilihat pada makna “pragmatisnya”.

27
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar dalam Era Pluralitas Budaya dan Agama”,
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara., Makalah disampaikan dalam Forum Seminar dan
1993), h. 3 Lokakarya Ilmu Pendidikan Islam, Fakultas
28
M.Amin Abdullah, “Epistemologi Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, (21 Februari
Pendidikan Islam: Mempertegas Arah Pendidikan 2000), h. 1.
Nilai dalam Visi dan Misi Pendidikan Islam

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


224

Akan tetapi juga keberadaan makna atau apabila fenomena degradasi moral yang
finalitas ilmu pengetahuan yang bersifat terjadi di dunia pendidikan Barat
transenden, yakni sesuatu yang berada akhirnya juga terjadi di dunia pendidikan
diluar (beyond) sains yang merupakan Islam. Hal tersebut diperparah oleh
signifikansi dan arah sesuatu dalam minimnya durasi pemelajaran keagamaan
pengertian “teleologisnya”.29 khususnya di sekolah-sekolah umum,
Dengan adanya paradigma integratif sehingga basis moral-etik tidak lagi
dalam konteks keilmuan antara dibangun di atas nilai-nilai ketuhanan.
transmitted knosvledges dan acquired Kegelisahan teologis yang
knosvledges diharapkan tercipta atmosfir berkembang menjadi kegelisahan
akademik yang holistik dan tidak parsial. akademik pada proyeksi pemelajaran
Akan tetapi juga keberadaan makna atau keimanan, akhirnya membuat muncul
finansial ilmu pengetahuan yang bersifat nya satu teori tentang pentingnya
transenden, yakni sesuatu yang berada mengintegrasikan aspek-aspek keimanan
diluar sains yang merupakan signifikansi kepada Tuhan dalam proses pemelajaran
dan arah dalam teleologisnya.30 di ruang kelas, atau yang diistilahkan
Implikasinya dalam pembelajaran dengan integration faith and learning
tentang keimanan, agama dan sains (IFL). Paradigma ini berkembang pesat di
memiliki pembahsan yang sangat luas dunia pendidikan Kristen sebagai respons
sehingga pendidikan Islam terjebak pada atas ketidakmampuan dunia pendidikan
problem-problem prakmatisteknikalistik, untuk menanggulangi efek-efek negatif
mengakibatkan aspek-aspek yang dari dikotomi sains dan agama,
substantif dan esensial dari pendidikan modernitas dan kemajuan teknologi
Islam terabaikan. Pendidikan Islam lebih informasi. Secara filosofis paradigma ini
berorientasi pada wawasan teoritik juga merupakan jawaban atas gagalnya
tentang Islam dan bukan bagaimana agar narasi-narasi besar filsafat untuk
subjek menjadi yang lebih baik. memecahkan problematika kemanusiaan
Dunia kependidikan Islam seperti demoralisasi yang merupakan
menghadapi problematika yang cukup akibat langsung dari modernitas.
pelik, yaitu ketika kemajuan teknologi Dalam konteks pendidikan Islam
informasi yang pada titik tertentu paradigma integration faith and learning
membawa efek negatif secara moral semestinya bukan suatu hal yang baru,
(moral hazard) kepada pembentukan karena segala aspek yang berkaitan
kepribadian Muslim. Pada saat yang sama dengan Islam diikat oleh sebuah diktum
materi pemelajaran tentang keimanan idiologi tauhid. Dari konsep ini prinsip
sudah tidak mampu lagi membekali integrasi dibangun, di mana secara
subyek didik agar memiliki immunitas epistemologis tidak ada dikotomi antara
keimanan dan mampu memproteksi diri domain rasio dan wilayah empirik.
dari efek negatif tersebut. Maka wajar Implikasi dalam hal kurikulum, bisa

29
Penjelasan mengenai Finalitas Imanen dan Mencari Makna, (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h.
Transenden, lihat Louis Leahy, Jika Sains 37.
30
Ibid.

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


225

dalam bentuk penyusunan silabus di kreatifitas seorang guru agar proses


sekitar dua isu fundamental, yakni (1) belajar mengajar menjadi lebih efektif.
epistemologi, dan (2) etika. Topik-topik Implikasinya dalam aspek pendidik
yang termasuk ke dalam epistemologi an sosial keagamaan dengan paradigma
terutama berbicara tentang status integratif peserta didik diajak untuk
epistemologis sains-sains terapan dan berpikir holistik dan tidak parsial dalam
rekayasa, hubungan konseptualnya menghayati majemuk keyakinan dan
dengan prinsip-prinsip tauhid (yaitu, keagamaan. Proses pendidikan memain
pengetahuan metafisika dan kosmologi) kan peran yang menentukan dalam proses
yang mengatur dunia fisik (natural), integrasi ilmu dan agama, sesuatu yang
dengan metodologi ilmiah dan pemikiran akan mengapresiasi hasil-hasil teoritis
kreatif (termasuk inspirasi matematika) pengetahuan dan pengalaman praktis
dan dengan implikasi-implikasi epis- bersifar ilahi yang di gali dari
temologis aspek-aspek tertentu dari pengalaman pribadi masing-masing.
kreativitas manusia dalam sains terapan Sains dan Islam merupakan bagian
dan rekayasa kontemporer, khususnya penting dalam kehidupan sejarah umat
dalam rekayasa genetika.31 manusia karena mempertemuakan ide-ide
Sedangkan implikasi di dalam proses spritualitas (agama) dan emikiran
belajar mengajar, dimana salah satu rasional emperis. Ketika terjadi
gagasan menarik dari Ian G. Barbour, keguanaan yang seimbang maka tidak
mengenai peranan penting imajinasi perlu adanya dikotomi. Dalam
kreatif sebagai metode alternatif selain mengintegrasikan sains dan agama maka
metode deduktif dan induktif, karena melakukan beberapa pendekatan yaitu
dalam perumusan teori, imajinasi kreatif pendekatan konflik bahwa sains dan
melampaui proses penalaran yang sangat agama tidak dapat dirujukann karena
logis.32 Yakni sudah banyak fenomena memiliki posisi yang berbeda.
yang muncul tentang peranan guru-guru Pendekatan kontra bahwa agama dan
tertentu dengan kekuatan imajinasi sains memberikan tanggapan pada
kreatif yang dimilikinya mampu masalah yang berbeda tidak dapat
menciptakan metode-metode tertentu pertentangan antara keduanya karena
agar siswanya bisa menyerap pelajaran sangat berbada tidak mungkin ada
secara cepat dan lengkap. Demikian pula konflik, tidak boleh menilai agama
peranan seorang guru di dalam dengan tolok ukur sains dan begitu juga
menciptakan desain pembelajaran yang sains tidak bisa menilai dengan tolo ukur
aplikatif, misalnya dengan mengubah tata agama serta adanya dialog interaksi dan
ruang dan penambahan tampilan adanya penyesuaian dengan mengupaya
(display) ruang kelas sehingga mampu kan cara-cara begaimana sains ikut
menstimulasi gairah belajar peserta didik mempengaruhi pemahaman religius dan
Kesemuanya itu membutuhkan daya teologis. Pendekatan konfirmasi bahwa

31 32
Uraian lebih lanjut lihat, Osman Bakar, Ian G. Barbour, Isu dalam Sains...,h. 197.
Tauhid dan Sains..., h. 259.

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


226

agama dan sains agar saling mengukuh mengembangkan ilmu pengetahuan.


kan dengan temuan sains memperkaya Dengan integrasi pendidikan agama
dan mempengaruhi pemahaman teologi Islam dengan sains dan teknologi
karena posisi agama memperkuat diharapkan pembelajaran yang
dorongan yang dapat memunculkan dilaksanakan menjadi lebih bermakna
sains, pendekatan ini lebih pada upaya dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
memperkuta atau mendukung. pendidik an agama Islam dalam
Hubungan sains dan agama dalam mengarahkan peserta didik untuk
perspektif Islam yaitu memiliki dasar mengenal, memahami, menghayati,
metafisik yang sama, dengan tujuan hingga mengimani, bertaqwa, dan
pengetahuan yang diwahyukan maupun berakhlak mulia dalam mengamalkan
diupayakan adalah mengungkapkan ayat- ajaran agama Islam dari sumber
ayat Tuhan, motivasi dibalik pencarian utamanya yaitu kitab suci Al- Quran dan
kealaman matematis-uapaya mengetahui Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan
ayat-ayat Tuhan di alam semesta. pengajaran, latihan, serta pengguna an
Memandang agama dan sains sebagai pengalaman dapat terlaksana.
penjelajahan alam semesta sebagai Respon cendekiawan muslim
bagian dari pengalaman religius. berkaitan hubungan antara ilmu
menempatakan ilmu agama dan sains pengetahuan Islam dan umum ada 3
pada tepatnya merupakan suatu tipologi, yaitu: Restorasionis, Rekon-
pembelajaran yang seimbangan karena struksionis, dan Reintegrasi. Penyatuan
dengan adanya perbedaan maka antara ilmu-ilmu keislam an dengan ilmu-
pengetahuan semakin bertambah dan ilmu umum lebih condong kepada
berkembang dalam mempelajarinya. integrasi-inter koneksitas dan mengacu
Dengan mempelajari agama dan sains kepada perspektif ontologis,
maka ilmuan akan membawa dirinya epistemologis dan aksiologis.
kedalam perubahan yang yang lebih baik
Integrasi-interkoneksitas antara ilmu
dan dapat menginterprestasikan suatu
pengetahuan yang seharusnya di tujukan dan agama ada tiga ranah, yaitu:
kepada semua yang akan mempelajari 1. Integratif - Interdependentif, yaitu
nya. Kedamaian suatu kehidupan atau hubungan ilmu dan agama secara
wilayah karena banyak orang-rang bijak ontologis, di mana keberadaan ilmu
yang memiliki bekal keilmuan yang dan agama saling bergantung satu
mendalam dengan di dasari keimanan sama lain. Agama tanpa ilmu tak
yang utuh. akan dapat dipahami, dan ilmu
tanpa agama tak akan mencapai
D. KESIMPULAN kebenaran hakiki, karena kedua nya
Al-Quran diturunkan kepada secara primordial berasal dari satu
manusia di samping sebagai pembeda sumber ilmu, yaitu Tuhan. Al-Alim
antara yang hak dan yang batil, juga adalah salah satu nama dan sifat
menuntun manusia untuk menuntut dan Tuhan, sehingga eksistensi ilmu

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


227

dan agama identik dan menyatu cukup luas agar peserta didik
dalam Wujud Mutlaq Tuhan. dapat melakukan investigasi
2. Integratif - Komplementer, yaitu berbagai konsep yang berkait-
hubungan ilmu dan agama secara an.
epistemologis, di mana seluruh b. Menentukan konsep - konsep
metode yang diterapkan dalam yang akan dikembangkan
ilmu maupun agama saling kemudian dibuat daftarnya.
melengkapi satu sama lain. Metode Konsep-konsep ini sekaligus
ilmu pengetahuan tidak hanya juga merupakan titik tolak
menerima kebenaran ilmu secara dalam menentukan kegiatan
empiris dan rasional, tapi juga pembelajaran. Konsep-konsep
menerima kebenaran ilmu secara yang ditentukan harus secara
intuitif atau kasyf. Kebenar an langsung berkaitan dengan
ilmu tidak hanya yang bersifat tema.
korespodensi dan representasi, c. Menentukan kegiatan yang
melainkan juga mengakui kebenar akan dilaksanakan dalam
an langsung dari Tuhan yang rangka menginvestigasi
bersifat huduri. konsep-konsep yang telah
3. Integratif - Kualifikatif, yaitu didaftar. Pastikan bahwa setiap
hubungan ilmu dan agama secara konsep yang dikaji memerlukan
aksiologis, di mana seluruh nilai satu atau lebih kegiatan yang
ilmu dan agama saling mengkuali- berkaitan dengan tema.
fkasikan satu sama lain. Artinya, d. Tentukan bidang studi atau
nilai kebenaran ilmu pengetahuan mata pelajaran apa saja yang
dijustifkasi oleh agama, sehingga terkait dengan suatu konsep
ilmu tidak bebas nilai, melainkan tertentu. Dengan cara seperti ini
harus disinari nilai-nilai keilahian berarti telah terjadi keterpaduan
(agama). Implikasinya pengem- berbagai bidang studi atau
bangan ilmu pengetahuan selalu bidang ilmu dalam menyoroti
konsisten dengan nilai-nilai moral suatu konsep.
agama. Sebaliknya, kebenaran nila- e. Me-review kegiatan - kegiatan
nilai moral agama di justifkasi oleh dan bidang studi-bidang studi
bukti-bukti ilmiah baik secara yang terkait dengan pembelajar
empiris-rasional, logis maupun an terpadu. Review dimaksud
intuitif-mistis. Adapun langkah- untuk menilai keefektifan peng
langkah yang digunakan utuk gunaan bidang studi atau mata
mengintegrasikan pendidikan sains pelajaran tertentu yang dipilih
dan teknolgi dengan keislaman f. Menata materi untuk memudah
adalah dalam pembelajaran adalah kan dalam pendistribusian atau
sebagai berikut: pemanfaatannya dalam kegiat
a. Memilih tema atau topik yang an yang akan dilaksanakan baik
akan dipelajari. Tema harus

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


228

secara individual maupun pengintegrasian ma- teri keagamaan


kelompok. terhadap mata pelajaran rumpun sains
g. Menentukan urutan kegiatan termasuk kedalam correlated model
dalam pelaksanaan di kelas, (model keterhubungan).
sebaiknya dimulai dari urutan
yang paling mudah atau paling REFERENSI
sederhana atau sudah terbiasa Abuddin Nata, dkk., (2005), Integrasi
dilakukan oleh peserta didik. Ilmu Agama dan Ilmu Umum,
Jakarta: PT. Grafindo Persada.
h. Menyelenggarakan diskusi
tindak lanjut. Hal ini dilakukan Abd. Rachman Assegaf, Integrasi Sains-
untuk meningkatkan kemampu Sosialnte dalam Pembe- lajaran
Pendidikan Agama Islam. pada
an peserta didik dalam
Seminar Nasional tanggal 15-16
mendeskripsikan apa yang telah Oktober 2014 oleh PPs UIN Sunan
mereka lakukan dan membuat Kalijaga Yogyakarta Prodi PI.
kesimpulan dari kegiatan ter- Ahmad Barizi, (2011), Pendidikan
sebut. Integratif akar Tradisi dan Integrasi
Berdasarkan langkah tersebut diatas, Keilmuan Pendidikan Islam,
bahwa apa yang dipersiapkan oleh guru Malang: UIN Maliki Press.
mata pelajaran rumpun materi keagamaan Azhar Arsyad, (2002), Media
(Quran hadits, fiqih, akidah akhlak) Pembelajaran, Jakarta: PT Raja
dalam peren- canaan proses pembelajaran Grafindo Persada.
yang mengintegrasikan materi sains Fogarty, (1991), F. How to Integrative the
adalah penyusun an RPP, bahan/ materi Curricula. Palatine, illionis: Skygh
ajar, dan media pembelajaran. RPP Publishing, Inc.
disusun belum merupakan RPP yang Harun Nasution, (1995), Islam dan
terintegrasi dengan materi sains. Untuk Pendidikan Nasional, Jakarta:
mempersiapkan RPP terintegrasi, perlu Lembaga Penelitian IAIN Jakarta.
ditentukan tema pada mata ppelajaran Imam Suprayogo, (2006), Paradigma
rumpun sains yang akan di integrasikan. Pengembangan Keilmuan Islam
Dengan materi keagamaan (Quran hadits, Perspektif UIN Malang, Malang:
fiqih, akidah akhlak), kemudian UIN-Malang Press.
menentukan indikator dan tujuan yang John M. Echols dan hasan sadilli, (2006),
akan dicapai. Modul pembe- lajaran yang Kamus Inggris — Indonesia, Jakarta.
digunakan untuk keagamaan sudah PT Gramedia Pustaka Utama.
mengintegrasikan materi Sains. Kuntowijoyo, (2008), Islam Sebagai
Pembelajaran dalam prosesnya Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan
sudah terintegrasi antara materi rumpun Etika,
keagamaan dengan materi Sains. M Arifin, (1995), Kapita Selekta
Pengintegrasiann umumnya dilakukan Pendidikan (Islam dan Umum),
secara insidental, serta sifat mata Jakarta: Bumi Aksara.
pelajaran pokok tetap dipertahankan.
Sehingga dapat diklasifikasikan

Asatiza, Vol 1, No2, Mei -Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati


229

Mulyadhi Kartanegara, (2005), Integrasi Sunhaji, (2016), Pembelajaran Tematik


Ilmu Sebuah Rekontruksi Holistik, Integratif Pendidikan Agama Islam
Jakarta: Arasy. dengan Sains, Yogyakarta: Pustaka
Senja.
Mulyadhi Kartanegara, (2007),
Mengislamkan Nalar Sebuah Suyono dan Hariyanto, (2011), Belajar
Respons terhadap Modernitas, dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Dasar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
M. Safiq, (1995), “Islamizations of
Knowledge. Philosophy and Suharsimi Arikunto, (1993), Dasar-Dasar
Methodology and Analysis of the Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi
View sand Ideals of Ismail Raji Al- Aksara.
Faruqi, Hosein Nasr and Fazlur
Rahman” dalam Hamdard Islamicus,
vol XVIII, no.3.
Muhammad Bisri, (1995), Menuju Sistem
Pendidikan Integralistik. tp: Gema
Clipping Service.
Mochtar Buchori, (1992), Ilmu
Pendidikan dan Praktek Pendidikan
dalam Renungan, Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press.
Moh. Roqib dan Nurfuadi, (2011),
Kepribadian Guru Upaya
Mengembangkan Kepribadian Guru
yang Sehat diMasa Depan,
Purwokerto: STAIN Purwokerto
Press.
Muhammad Fathurrohman dan
Sulistyorini, (2012), Belajar dan
Pembelajaran: Meningkatkan Mutu
Pembelajaran Sesaui Standar
Nasional, Yogyakarta: Teras.
Novan Ardy Wiyani, (2012), Manajemen
Pendidikan Karakter Konsep dan
implementasinya di Sekolah,
Yogyakarta: Insan Madani.
Oemar Hamalik, (2010), Kurikulum dan
Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Samsul Nizar dan Muhammad
Syarifudin, (2010), Isu-Isu
Kontemporer tentang Pendidikan
Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Asatiza, Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2020 Chanifudin; Tuti Nuriyati

Anda mungkin juga menyukai