Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI TEORI BEHAVIORISTIK DALAM TEORITEORI PEMBELAJARAN TERKINI

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Matakuliah Transformasi Pendidikan
Dosen Pembimbing :
Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. ARIF AGUNG PRASETYO (S861508007)
2. ALFIAN FAHMI AWALUDIN (S861508003)
3. RADITYA SETYA JATI (S861508022)
4. THOMAS HELIODOR TONDA (S861508027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
1

KATA PENGANTAR

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Transformasi
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Seiring berkembangnya jaman, tentunya terdapat perubahan-perubahan dalam
segala bidang yang mengakibatkan adanya tuntutan kepada seluruh manusia untuk dapat
menyesuaikan dirinya terhadap perubahan tersebut. Dalam usaha menyesuaikan diri
terhadap perubahan, pendidikan memegang peran yang essensial yakni menyiapkan
seseorang sejak dini dengan bekal ilmu pengetahuan untuk dapat beradaptasi. Dengan
peranan tersebut maka pendidikan pun harus dapat menyesuaikan dirinya dengan
melakukan perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan tuntutan jaman.
Salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan adalah tentang belajar dan
mengajar. Adanya perubahan paradigma tentang belajar yang dimulai dari teori
behavior, kogntif hingga yang sekarang yakni kontruktivisme merupakan bukti bahwa
dunia pendidikan selalu bertransformasi sesuai tuntutan jaman. Namun dalam setiap
perubahan tentunya ada komponen yang ditinggalkan dan ada komponen yang diadopsi,
karena dasarnya perubahan paradigma belajar bersifat saling melengkapi dan
menyempurnakan.
. Latarbelakang itulah yang melandasi pengambilan tema dalam penelitian ini.
Selama penyusunan makalah ini penulis merasa banyak mendapat bimbingan, arahan
dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Akhmad Arif Musadad, M.Pd. selaku

dosen pembina matakuliah Transformasi Pendidikan yang telah memberikan bimbingan


dan arahan dalam menyusun makalah ini. Kepada teman-teman sejawat, penulis
berterimaksih atas diskusi yang membangun dalam rangka penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.

DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. 1
Kata pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 5
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 5
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 8
A. Landasan Pemikiran Teori Behivioristik...................................... 7
B. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Teori Pembelajaran Terkini
...................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP......................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................... 14
B. Penutup......................................................................................... 14
Daftar Pustaka .................................................................................................. 15

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Belajar dan Mengajar merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan,

khususnya pada ilmu paedagogik teori tetang belajar merupakan landasan dasar dan
merupakan acuan lahirnya pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran, hingga model pembelajaran. Berangkat dari hal tersebut tentunya kita
harus mengetahui teori-teori belajar baik itu dari segi pengertian maupun dasar
pemikiran.
Hingga saat ini muncul tiga teori belajar yakni behaviorisme, kognitifisme
hingga yang terbaru kontruktivisme. Dimana behaviorisme dilandasi oleh pemikiran
John Locke tentang hakikat manusia yakni teori tabularasanya, sedangkan kognitif
dilandasai oleh pemikiran Leibnitz dimana manusia merupakan organisme yang aktif
dan kontruktivisme yang dilandasi oleh pemikiran piaget (Wina Sanjaya, 2011:113-124)
Khusus untuk kontruktivisme, teori ini pada era sekarang banyak dipakai sebagai
landasan lahirnya berbagai strategi, metode hingga model pembelajaran. Muncul
persepsi bahwa paradigma belajar yang terlebih dahulu lahir yakni behaviorime tidak
relevan lagi untuk diterapkan dalam kaitannya merumuskan strategi, metode dan model
pembelajaran, padahal pada prakteknya teori behaviour yang melahirkan pendekatan
yang berpusat pada guru ini tetap dipakai dalam pengajaran. Sebagai contoh nyata
adalah penggunaan strategi pembelajaran ekspositori dengan metode ceramah yang jika
kita analisis jelas pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru.
Jika kita kaitkan kembali antara teori belajar dan strategi pembelajaran, hal
substansial yang kita lupakan sebenarnya adalah bahwa guru atau pendidik dituntut
cerdas dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan dipakai dimana strategi
memiliki ke khas an sendiri-sendiri seperti yang dikemukanan oleh ( Killen 1998 dalam
Wina Sanjaya, 2011:131 )
No teaching strategy is better than others in all circumtances, so you have to be
able to use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about
when each of the teaching strategies is likely to most affective
Lebih lanjut hal yang patut dicermati adalah jika kita coba analisis antara strategi
dan model pembelajaran pembelajaran yang diturunkan oleh teori behaviourisme
dengan strategi pembelajaran serta model pembelajaran yang diturunkan dari teori
kontruktivisme. Apakah terdapat komponen dari teori behaviorisme yang ter
implementasi dalam strategi dan model pembelajaran yang diadopsi oleh teori
kontruktivismedan ter implementasi dalam strategi dan model pembelajaran. Dengan

analisis itu kita bisa mengetahui apakah teori belajar yang lahir dan mengalami
perubahan ini bersifat melengkapi atau ber transformasi total.
B.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah landasan pemikiran lahirnya teori behavioristik?
2. Bagaimanakan aplikasi teori behavioristik dalam teori pembelajaran terkini?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui landasan pemikiran lahirnya teori behavioristik.
2. Mengetahui aplikasi teori behavioristik dalam teori pembelajaran terkini.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Landasan Pemikiran Teori Behivioristik


Untuk mengetahui landasan pemikiran teori belajar behavioristik seyogyanya

perlu diketahui terlebih dahulu pengertian dan hakikat belajar. Belajar merupakan
komponen penting dalam pendidikan, belajar bukan hanya dimaknai sebuah aktifitas
membaca buku atau mengumpulkan pengetahuan. Belajar memiliki makna yang lebih
luas dimana belajar merupakan proses perubahan perilaku. Sebagai contohnya bila
seorang peserta didik ketika dalam proses pembelajaran menganggukkan kepalanya
namun ketika diberikan pertanyaan siswa tersebut tidak bisa menjawab maka peserta
didik tersebut tidak mengalami proses belajar. Banyak ahli mendefinisikan pengertian
belajar, dimana belajar dimaknai suatu proses dimana suatu organisme berubah

perilakunya sebagai akibat dari pengalaman(Gage dalam Syaiful Sagala, 2003:13).


Belajar juga dimaknai sebagai Process by wich an activity originates or changed
through training procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from change by factors not atributable to training(Hilgard dalam Wina
Sanjaya, 2011:112)
Dari dua pengertian tersebut terlihat bahwa kata kunci dari pengertian belajar
adalah perubahan. Sedangkan cara untuk mencapai perubahan tersebut menurut Gage
akibat dari pengalaman sedangkan Hilgard berpendapat bahawa perubahan tersebut
didapat melalaui Training Procedurs. Jika dimaknai apa yang dimaksud dua tokoh
tersebut memiliki kesinambungan dimana proses memiliki Pengalaman tersebut
tentunya diperoleh melalui latihan/Training.Perubahan tingkah laku ini lebih detail
menurut Bloom dapat dibagai menjadi tiga ranah yakni Kognitif, Afektif,
Psikomotorik(Purwa Atmaja Prawira, 2012:242)
Bertolak pada pengertian belajar yakni perubahan tingkah laku, tentunya hal
tersebut erat kaitannya dengan hakikat manusia. Terdapat dua pandangan tenang hakikat
manusia, yang pertama adalah pandangan John Locke yang lebih dikenal sebagai teori
Tabularasa. Dalam pandangan John Locke manusia merupakan organisme yang pasif
dimana bisa diartikan bahwa akan terbentuk seperti apa tingkah laku manusia
tergantung faktor pembentuknya pandangan John Locke Inilah yang melahirkan teori
belajar behavioristik. Kontradiktif dengan John Lock adalah gagasan yang diungkapkan
oleh Leibnitz dimana manusia merupakan organisme yang aktif dan secara bebas bisa
untuk memilih pilihan dalam setiap situasi dan titik pusat dari kebebasan ini adalah
kesadarannya sendiri. Pandangan Leibnitz inilah yang kemudian melahirkan teori
belajar kognitif.
No

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Kognitif

Mementingkan Pengaruh
Lingkungan

Mementingkan apa yang ada dalam diri

Mementingkan bagian-bagian

Mementingkan keseluruhan

Mengutamakan peranan reaksi

Mengutamakan fungsi kognitif

Hasil belajar terbentuk secara


mekanis

Terjadi keseimbangan dalam diri

Dipengaruhi pengalaman masa


lalu

Tergantung kondisi saat ini

Mementingkan pembentukan
kebiasaan

Mementingkan terbentuknya struktur


kogntif

Memecahkan masalah dilakukan


dengan cara Trial and Error

Memecahkan masalah didasarkan


kepada insight

Tabel Perbedaan Aliran Behavioristik dan kognitif ( Wina Sanjaya, 2011:114)

Teori behavioristik sering disebut sebagai teori Stimulus dan Respon ( S-R),
dimana dalam behavioristik belajar pada hakikatnya merupakan hasil dari hubungan
antara stimulus dan respon. Terdapat teori-teori belajar yang termasuk ke dalam
kelompok behavioristik, namun dalam pembahasan ini hanya dibahas teori yang
dianggap paling berpengaruh dalm teori behavioristik.
Pertama Adalah teori belajar koneksionisme yang dikembangkan oleh Thorndike
tahun 1913. Menurut Thorndike dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respons(Wina Sanjaya, 2011:115) atau disebut sebagai
S-R bond teory (Purwa Atmaja Prawira, 2012:266). Perubahan tingkah laku
sebagaimana arti dari belajar dalam teori ini boleh berwujud sesuatu yang konkret
(dapat diamati) ataupun non konkret (tidak dapat diamati)(Hamzah B. Uno, 2011:7).
Uji Coba teori ini dilakukan pada hewan yakni kucing yang ditempatkan pada
sebuah kurungan kerangkeng yang terdapat tombol pembuka, dan terdapat daging diluar
kerangkeng. Pengamatan dilakukan terhadap kucing dilakukan dimana terdapat
kemajuan untuk durasi waktu yang dibutuhkan kucing untuk keluar dari kurungan
semakin sedikit. Jika dicermati percobaan tersebut kucing membutuhkan percobaan
berkali-kali untuk dapat keluar dan mengalami kegagalan sebelum akhirnya berhasil.
Proses kegagaln hingga berhasil tersebut merupakan sebuah proses belajar yang disebut
sebagai Trial And Error Learning.
Dalam teorinya ini Thorndike juga mengemukakan hukum-hukum belajar yang
diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : 1. Hukum Kesiapan (law of readiness) dimana
hubungan stimulus akan mudh terbentuk jika ada kesiapan dalam diri individu, 2.

Hukum Latihan (law of exercise) dimana hubungan antara stimulus dan respon akan
lebih kuat karena latihan begitupun sebaliknya, 3. Hukum Akibat (law of effect) dimana
kuat lemahanya hubungan tergantung kepada akibat yang ditimbulkannya. Selain
hukum belajar gagasan yang cukup menarik dari Thorndike adalah dimana dikenal
istilah Transfer Of

Trainingyakni apa yang dipelajari sekarang harus bisa

diaplikasikan dalam masa mendatang, seperti contohnya kemampuan membaca(Wina


Sanjaya 2011:116).
Teori kedua yang termasuk teori behavior adalah teori belajar classical
conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Teori ini berkesimpulan bahwa untuk
membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan
melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan
semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu.
Kesimpulan ini didapat setelah melakukan pengujian pada anjing dengan instrumen
daging dan lonceng. Percobaan ini terbagi menjadi tiga tahap, tahap awal yakni daging
yang diletakkan di dekat mulut anjing yang menyebabkan keluarnya air liur anjing.
Tehap kedua yakni pemberian daging dibarengi dengan pembunyian lonceng. Tahap
ketiga hanya dengan pembunyian loceng air liur anjing keluar. Untuk lebih jelasnya bisa
dicermati pada gambar berikut

Skema uji coba teori pengkondisian klasik ( Robert E. Slavin, 2011:177 )

Teori ketiga adalah teori operant conditioning, teori ini adalah teori yang
dianggap paling berpengaruh dalam teori behavioristik. Digagas oleh Skinner dimana
teori ini merupakan pengembangan dari stimulus dan respons. Skinner membagi
respons yakni respondent respons dan operant respons ( Wina Sanjaya. 2011:118).
Respondent respont adalah respon yang dhasilkan melalui rangsangan tertentu dan
bersifat relatif tetap, sedangkan operant respons adalah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Robert E. Slavin dalam
bukunya Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik 2011:178 mendeskripsikan operant
conditioning sebagai berikut. Jika perilaku seseorang langsung diikuti oleh konsekuensi
yang menyenangkan, orang itu lebih sering terlibat ke dalam perilaku tersebut.
Penggunaan konsekuensi yang menyenagkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah
perilaku inilah yang disebut operant conditioning.
Hal penting yang dihasilkan oleh Skinner adalah operant respons yang lebih
dikenal sebagai reinforcer (penguatan). Reinfrorcer ini bisa dimaknai sebagai motivasi
dimana Skinner berpendapat tentang pentingnya penguatan bahwa untuk membentuk
tingkah laku yang spesifik yang telah direspons, perlu diberikan hadiah atau penguat
agar tingkah laku itu terus menerus diulang dan pada akhirnya sampai pada
pembentukan tingkah laku puncak yang diharapkan. Reinforcer ini oleh Robert E.
Slavin dalam bukunya Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik (2011:182-185) dapat
diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis. Yang pertama berdasarkan luasnya penguatan
terbagi menjadi dua yakni primer dan sekunder. Penguatan primer adalah penguataan
untuk memuaskan kebutuhan manusia contohnya makanan sedangkan penguatan
sekunder merupakan

penguatan yang memperoleh nilainya jika dikaitkan dengan

penguatan primer contohnya nilai sekolah.


Berdasarkan sifatnya terbagi menjadi positif dan negatif. Positif berarti
penguatan dengan bentuk hal-hal yang menyenangkan semacam pujian, sedangkan
negatif berarti pelarian dari sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai contohnya adalah

10

ketika sebuah pekerjaan yang tidak disukai boleh tidak dikerjakan namun digantikan
dengan pekerjaan lain. Penguatan negatif ini menurut Robert E. Slavin sering disalah
tafsirkan sebagai hukuman padahal hal tersebut merupakan hal yang berbeda. Dimana
penguatan positif dan negatif digunakan untuk memperkuat perilaku, sedangkan
hukuman untuk memperlemah perilaku. Pengklasifikasian penguatan yang terakhir
adalah berdasarkan asal, yakni intrinsik dan ekstrinsik. Intriksik adalah penguatan yang
timbul alamiah disebabkan karena kesukaan atau kenikmatan yang melekat pada
perilakun yang dijalani. Sedangkan ekstrinsik adalah penguatan yang dilakukan dimana
apabila penguatan itu tidak dilakukan seseorang tidak akan terlibat dalam sebuah
perilaku tersebut dan bentuknya dapat berupa pujian.
B. Aplikasi Teori Behavioristik dalam Teori Pembelajaran Terkini
Seperti yang sudah diuraikan diatas, dalam era sekarang paradigma
pembelajaran yang sedang dikembangkan dan menjadi acuan adalah pembelajaran
kontruktivisme, dimana pembelajaran kontruktivisme ini tidak hanya menilai hasil
sebagai indikator keberhasilan pembelajaran, namun mementingkan dengan apa yang
dinamakan sebuah penilaian proses. Teori kontruktivisme dianggap bisa mengakomodir
kelemahan dari teori-teori pembelajaran sebelumnya, sehingga memunculkan sebuah
asumsi bahwa teori sebelumnya sebagai contohnya teori behavioristik sudah tidak
relevan untuk diterapakan pada pembelajaran di era sekarang ini. Padahal asumsi ini
boleh jadi bisa ditinjau ulang kebenarannya dengan jalan menganalisis model
pembelajaran yang dikembangkan dari paradigma kontruktivisme serta mengidentifikasi
apakah terdapat unsur-unsur dari behavioristiik atau tidak.
Untuk menganilisis model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari
landasan teori kontruktivisme, disini akan diambil dua contoh model pembelajaran
kooperatif yang diuraikan oleh Robert E. Slavin dalam bukunya Cooperatitive Learning:
Teori, Riset dan Praktik yakni model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams-Achievement Divisions) dan TGT (Turnament Game Tim).
Slavin menguraikan terdapat lima komponen utama

dalam

STAD,

Pertamaadalah presentasi kelas, dimana dalam kegiatan ini pada intinya memberikan
atau mengenalkan materi dalam kelas. Kedua adalah Tim yang terdiri dari 4-5 orang
siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dimana fungsi utama dari tim ini adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. Ketiga adalah kuis dimana
kegiatan ini dilaksanakan sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan

11

presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, dimana para siswa akan
mengerjakan kuis individual. Keempat adalah skor kemajuan individual, dimana
kegiatan ini untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan jinerja yang akan dapat dicapai
bila mereka bekerja lebih giat dan memebrikan kinerja lebih baik dari sebelumnya.
Kelima adalah Rekognisi Tim. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk
penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu (Robert
E. Slavin, 2005: 143-146).
Sedangkan dalam model TGT, secara prinsip komponen TGT hampir sama
dengan STAD dimana terdiri dari lima komponen namun ada penambahan komponen
yakni game dan turnamen, Pertama adalah presentasi kelas, Kedua pembentukan tim,
Ketiga adalah game yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh dari presentasi dan kerja tim,
Keempat Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlagsung yang dilaksanakan
setelah presentasi dan kerja kelompok. Kelima Rekognisi Tim, Tim akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor tim meraih skor tertinggi.
(Robert E. Slavin, 2005: 163-174).
Dari uraian diatas bisa dicermati khususnya point lima yakni Rekognisi, dalam
point tersebut dapat diuraikan secara singkat bahwa pemberian penghargaan atau
reward atas raihan skor tertinggi tim. Pemberian penghargaan ini menurut Slavin
dilakukan dengan untuk tujuan menyenangkan para siswa dan sekaligus memotivasi
siswa. Penghargaan untuk memotivasi siswa inilah yang dalam teori behavioristik
tepatnya oleh Skinner disebut sebagai Penguatan (Reinforcer) yang menurut sifatnya
terbagi menjadi dua yakni positif dan negatif (Robert E. Slavin, 2011:182-183). Dalam
konteks STAD dan TGI, rekognisi ini tergolong penguatan positif karena dikemas dalam
bentuk sertifikat, pujian dan lainnya. Dari temuan diatas dapat dipastikan bahwa
sebenarnya model pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme
sebenarnya masih mengadopsi unsur dari teori behaviorisme.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan komponen penting dalam pendidikan, sehubungan dengan itu
mulai bermunculan teori tentang belajar yang salah satunya adalah teori behavioristik,
dimana teori yang bersumber dari dari gagasan John Locke tentang hakekat manusia
yakni tabularasa. Pada perkembangannya teori ini lebih dikenal sebagai teori SR atau
stimulus respon yang menganggap belajar pada hakikatnya merupakan hasil dari
hubungan antara stimulus dan respon. Skinner menjadi tokoh paling dikenal dalam teori
behaviorisme dengan hasil pemikirannya yakni Operant Conditioning.
Seiring berkembangan zaman paradigma pembelajaran tidak lagi dikembangkan
dariteori behaviorisme namun berubah ke Kontruktivisme, sehingga memunculkan
asumsi bahwa behavirisme benar-benar ditinggalkan dan tidak relevan dengan
perubahan paradigma pembelajaran. Padahal jika kita melihat model pembelajaran
STAD dan TGI yang notebene dikembangkan dari teori kontruktivisme dapt dilihat
bahwa terdapat unsur rekognisi (pemberian penghargaan) atau dalam konsep Skinner
dikenal sebagai Reinforcer (penguatan). Itulah bukti bahwa walaupun teori-teori ini
terus bertransformasi tetap ada unsur dari teori terdahulu yang diadopsi.
B. Penutup
Sekian ulasan yang dapat penulis berikan, mohon maaf jika ada kekurangan
dalam hal isi baik itu secara kedalaman analisis maupun keragaman literatur. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan terhadap ulasan tema
ini.

13

DAFTAR PUSTAKA
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, PT Bumi Aksara,
Jakarta 2010
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Kencana Prenada Media, Jakarta 2011
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Baru, Ar-Ruzz Media,
Jogjakarta 2011
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung 2012
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori Dan Praktik, PT Indeks, Jakarta 2011
Robert E. Slavin, Cooperatitive Learning: Teori, Riset dan Praktik, Nusa Media,
Bandung 2005

14

Anda mungkin juga menyukai