Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN TAUHID dan NAMMA-NAMA LAINNYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NABILAH DWI SUNANDA (1908076019)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2019
KATA PENGATAR

 Assalamualaikum warrahmatullahiwabarakatuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Tauhid. Dan harapan saya semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya
dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik
lagi.

Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini
adalah Allah SWT, bukan sekedar mengetahui bukti bukti rasional tentang kebenaran
wujud keberadaannya, dan wahdaniyah keesaannya, dan bukan pula sekedar mengenal
asma’ dan sifatnya.Apa yang diharapkan oleh saya bukanlah sekedar mengerti dan
memahami, tapi lebih dari itu, yaitu : sikap dan pandangan hidup tauhid yang tercermin
dalam keyakinan, tutur kata dan amalan.

  Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya. Saya menyadari di


dalam makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenaitu saya mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Akhir kata saya mengharapkan makalah yang berjudul Pengertian
Tauhid dan Nama-Nama lainnya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, 22 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................2

Daftar isi ....................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................4

1.2 Rumusan masalah .................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tauhid..................................................................6

2.2 Nama-nama dalam Tauhid.....................................................8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................15

3.2 Saran....................................................................................15

Daftar pustaka .........................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

Mengesakan Allah (Tauhid) dan menolak penyekutuan (Syirik) terhadapNya


merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman-pemahaman dan ajaran
samawi. Hal itu juga merupakan asas segala macam ilmu dan ajaran Ilahiyyah yang dibawa
oleh para Nabi dan Rasul, sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan
kepada mereka. Selain itu, tauhid dan syirik termasuk diantara masalah yang disepakati
oleh seluruh kaum Muslimin. Mereka semua, tak terkecuali, mengesakan (mentauhidkan)
Allah SWT dari segi zat-Nya, perbuatan-Nya, serta ibadah kepada-Nya.

Allah SWT adalah Esa, tak ada yang menyamai-Nya dan tidak ada padanan baginya,
sebagaimana Ia adalah satu-satunya Yang Berkuasa Penuh dan merupakan Pusat sumber
segala pengaruh, Pelaku hakiki serta Pencipta sebenarnya dari segala yang kita sebut
sebagai pelaku atau pencipata.

Allah SWT adalah satu-satunya Ma’bud (yang ditujukan ibadah kepada-Nya). Tak
ada ma’bud selain-Nya, dan sama sekali tidak dibolehkan adanya ibadah kepada sesuatu
selain-Nya. Maka dari itu kita sebagai umat Islam, kita harus memahami betul definisi
tentang ilmu tauhid.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1. Apa penegrtian dari Tauhid ?

2. Apa saja nama-nama lain dalam Tauhid ?

4
1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa defenisi dari Tauhid

2. Untuk mengetahui nama-nama lain dalam Tauhid

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tauhid

Tauhid dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab dari akar kata wahida – yuhidu –
tauhidan. Kata wahida itu sendiri dalam bahasa Arab artinya esa (Khunaifi, 2015). Secara
istilah, Tauhid adalah suatu konsep aqidah dalam Islam yang menyatakan keesaan Allah
SWT. Urgensi Tauhid yaitu seorang hamba meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT
semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya, sesungguhnya hanya Dia yang maha
pencipta, maha pengatur alam semesta, hanya Dialah yang berhak disembah, tiada sekutu
baginya dan setiap yang disembah selainNya adalah batil. Sesungguhnya Allah SWT
bersifat dengan segala sifat kesempurnaan, maha suci dari segala aib dan kekurangan.
Allah SWT mempunyai nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang tinggi (Tuaijry, 2007).
Makna kata Tauhid dalam kajian ilmu Tauhid dibedakan menjadi dua yakni umum dan
khusus. Tauhid dalam makna umum dipahami sebagai bentuk kepercayaan terhadap Tuhan
tang maha Esa. Sedangkan Tauhid dalam makna khusus adalah tidak hanya menjelaskan
kepercayaan saja melainkan juga penegasan terhadap makna keesaan Tuhan dalam konsep
maupun praktis (Khinaifi, 2015).

Tauhid artinya mengesakan  Allah. Esa berarti tidak berbilang.  Allah tidak boleh
dihitung dengan satu, dua atau seterusnya, karena kepada-Nya tidak layak dikaitkan
dengan bilangan. Beberapa ayat al-Qur’an telah dengan jelas mengatakan keesaan  Allah.
Di antaranya surah al-Ikhlas ayat 1-4 sebagai berikut:

  

Katakanlah: "Dia-lah  Allah, yang Maha Esa.  Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

6
Dari ayat di atas dapat ditangkap penjelasan bahwa  Allah itu Maha Esa. Keesaan
Allah Swt. itu menurut M. Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan Sifat, keesaan
Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

Keesaan Zat mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah
Swt. tidak terdiri dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa
itu terdiri dari dua unsur atau lebih—betapapun kecilnya unsur atau bagian itu—maka ini
berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian
ini merupakan syarat bagi wujud-Nya.

Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa  Allah memiliki


sifat yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun
dari segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat tersebut sama. Sebagai contoh,
kata rahim merupakan sifat bagi  Allah, tetapi juga digunakan untuk untuk menunjuk
rahmat atau kasih sayang makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih
sayang  Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.  Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga
tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas tersebut.

Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di


alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya adalah hasil
Perbuatan  Allah semata.

Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan perwujudan dari ketiga keesaan di


atas.

Katakanlah: ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku,   


semuanya karena  Allah, Pemelihara seluruh alam.” (QS. al An’am/6:162)

Dari sini dapat disimpulkan bahwa segala bentuk peribadatan harus ditujukan hanya
kepada  Allah semata. Hanya  Allah yang wajib disembah. Tidak boleh peribadatan itu
ditujukan kepada selain Allah Swt.

Keempat keesaan Allah Swt. tersebut di atas sangat penting ditanamkan dalam hati
setiap orang yang mengimani adanya-Nya. Oleh karena itu, untuk mendukung ketercapaian
keimanan tersebut harus didukung dengan pemahaman mengenai llmu tauhid dan nama-

7
nama lain dari ilmu tauhid. Dengan pemahaman yang utuh seperti ini, diharapkan bisa
memudahkan seseorang untuk bertauhid yang benar.

Kemudian untuk melengkapi pemahaman tentang pengertian tauhid tersebut, berikut


ini dijelaskan tentang hal-hal lain yang terkait dengan penjelasan di atas. Ilmu tauhid
adalah ilmu yang membahas tentang Allah Swt. sifat-sifat yang wajib pada-Nya, sifat-sifat
yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang sama sekali harus ditiadakan
daripada-Nya, serta tentang rasul-rasul Allah Swt. untuk menetapkan kerasulan mereka,
hal-hal yang wajib ada pada diri mereka, hal-hal yang boleh (dinisbahkan) kepada mereka,
dan hal-hal terlarang mengaitkannya kepada mereka.

Ilmu ini dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya yang paling penting
adalah menetapkan keesaan (wahdah) Allah Swt. dalam zat-Nya, dalam menerima
peribadatan dari makhluk-Nya, dan meyakini bahwa Dia-lah tempat kembali, satu-satunya
tujuan. Keyakinan tauhid inilah yang menjadi tujuan utama bagi kebangkitan Nabi
Muhammad saw.

Tauhid bisa dikatakan sebagai identitas umat Islam atau modal utama seseorang
dikatakan muslim. Dengan bertauhid artinya kita mengakui bahwa tiada tuhan atau
sesembahan selain dari Allah SWT. Jika seseorang menghambakan dirinya kepada selain
Allah, maka status kemanusiaannya akan jatuh di bawah apa saja yang disembahnya,
karena manusia merupakan ciptaan yang paling mulia di antara ciptaan ciptaanNya yang
lain (Siradj, 2010). apabila seseorang mempercayai sesembahan selain Allah maka bisa
dinyatakan dia telah melakukan syirik. Dosa syirik merupakan dosa paling besar di sisi
Allah SWT dan hanya bisa diampuni dengan taubat yang sebenar benarnya taubat.

2.2. Nama - Nama Dalam Tauhid

Tauhid merupakan suatu paham aqidah yang mempercayai bahwa satu satunya
Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah SWT. Adapun nama lain dari ilmu Tauhid
adalah:

8
a. Ilmu Ushuludin

Ushuluddin berasal dari dua kata, ushul dan ad-din. Ushul merupakan bentuk plural
dari kata ashl yang berarti: asal, pokok, dasar, fundamen. Sedangkan ad-din berarti agama.
Jadi, perkataan Ushuluddin menurut bahasa berarti pokok-pokok atau dasar-dasar agama.

Secara istilah dapat diartikan: Ilmu Ushuluddin ialah ilmu yang membahas tentang
prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil naqli (al-Qur'an dan as-Sunnah) dan
dalil-dalil 'aqli (akal).

Dinamakan demikian karena Ilmu Ushuluddin pembahasannya adalah dasar-dasar


agama yang merupakan masalah esensial dalam ajaran agama islam.

b. Ilmu 'Aqoid/'Aqoidul-Iman

Kata 'Aqoid berasal dari bahasa Arab, bentuk plural dari kata 'aqidah, berasal dari
kata al-'aqdu yang berarti mengikat sesuatu. Namun, yang dimaksud dengan 'aqidah disini
adalah sesuatu yang diimani oleh seseorang (‫)مايدين به االنسان‬.

Secara istilah diterangkan dalam kitab Bajuri dan Jam'u al-Jawami' sebagai:

"pengetahuan yang terikat dalam masalah kejakinan keagamaan yang diambil dari
dalil-dalil syara".

Adapun guna mempelajari ilmu Aqo'id adalah untuk membetulkan dan meneguhkan
iman manusia kepada Tuhan Allah SWT. Iman yang benar akan mengesahkan segala amal
ibadah seperti, sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Dan surga menjadi pahala balasan di
akhirat nanti. Namun jika iman seseorang tidak dalam posisi yang benar, maka semua amal
itu akan sia-sia. Dan di akhirat nanti neraka sebagai ganjarannya.

Ilmu Aqo'id dinamakan demikian karena pengetahuan ini berisi satu ikatan mengenai
sahnya iman dan islam yang jumlahnya 50, yang terkenal dengan aqo'id seket. Dengan
perincian 20 sifat wajib bagi Allah, 20 sifat mustahil bagi Allah, satu sifat jaiz bagi Allah,
4 sifat wajib bagi Rasul, 4 sifat mustahil bagi Rasul dan satu sifat mustahil bagi Rasul.
Semuanya itu tercantum di dalam kalimat "la ilaha illa allah".

9
c. Ilmu Kalam

Kata Kalam berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk mashdar dari kata (‫)كلم – يكلم‬
yang berarti perkataan atau kata-kata. Secara bahasa dapat berarti ilmu tentang kata-kata.

Sedangkan menurut istilah, al-Farabi mendefinisikan:

‫د‬WW‫الم و القي‬WW‫الكالم علم يبحث فيه عن ذاته تعالى و صفاته و احواله الممكنات من المبداء و المعادعلى قانون االس‬
‫االخيراءخراج العلم االلهي للفالسفة‬

"ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat Allah SWT beserta
eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai
masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islma. Stressing akhirnya adalah
memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis".

Ibnu Khodun mendefinisikan:

‫هو علم يتضمن الحجاج عن العقائد االبمانية باألدلة العقلية‬

"ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang
aqidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional".

Syekh Muhammad Abduh mendefinisikan:

"ilmu yang membahas tentang wujud Allah SWT, tentang sifat-sifat yang wajib tetap
bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang wajib
ditiadakan daripada-Nya. Juga membahas tentang Rasulullah untuk menetapkan kebenaran
risalahnya, apa yang wajib ada padanya, hal-hal yang jaiz dihubungkan pada diri mereka
dan hal-hal yang terlarang menghubungkan pada diri mereka".

Mushtofa Abdul Raziq memberikan definisi:

"ilma kalam adalah yang berkaitan dengan aqidah imani ini sesungguhnya dibangun
di atas argumentasi –argumentasi rasional. Atau ilmu yang berkaitan dengan aqidah Islami
ini bertolak atas bantuan nalar".

10
Apabila kita perhatikan dengan seksama definisi-definisi yang dikemukakan oleh
para ahli tersebut tentang Ilmu Kalam, ternyata pendapat mereka tidak jauh beda. Maka
penyusun dapat menarik kesimpulan bahwa Ilmu Kalam itu adalah sebuah disiplin ilmu
yang membahas segala macam masalah ketuhanan dengan menggunakan logika.

Sedangkan mengenai kenapa dinamakan dengan Ilmu Kalam, yaitu dikarenakan:

- Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak lepas daripada dalil-dalil


akal yang sesuai dengan logika, dimana penampilannya melalui perkataan (kalam) yang
jitu dan tepat. Ahli-ahli Ilmu Kalam adalah orang-orang yang ahli dalam berbicara, ahli
dalam mengemukakan argumentasi dalam persoalan yang dibahasnya.

- Persoalan yang terpenting dan ramai dibicarakan serta diperbincangkan pada


masa-masa pertama Islam, terutama di awal pertumbuhan Ilmu Kalam ialah firman Allah
SWT (kalam Allah SWT) yaitu al-Qur'an. Apakah kalam Allah SWT itu qodim atau hadis.

Alasan ilmu ini disebut ilmu kalam karena problema yang diperselisihka oleh para
ulama' dalam ilmu ini yang menyebabkan umat islam terpecah kedalam beberapa golongan
adalah masalah kalam Allah atau al-Quran, apakah ia diciptakan (makhluk) atau tidak
(qodim) (Prof. Dr. T. M. Hasbi ash-Shiddiqy )

d. Fiqh Akbar

Penamaan ini datang dari Abu Hanifah, menurut pendapatnya, hukum Islam yang
dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian, pertama fiqh al-akbar yang membahas
masalah keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid. Kedua fiqh al-ashghor yang
membahas masalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah muamalah, bukan pokok-pokok
agama, tetapi hanya cabangnya saja.

e. Ilmu Teologi Islam

Kata Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "theos" yang berarti Tuhan dan
"logos" yang berarti ilmu. Oleh karena itu teologi bermakna ilmu tentang tuhan atau ilmu

11
tentang ketuhanan. Kata Teologi Islam digunakan oleh penulis-penulis ataupun orientalis
barat untuk menyebut Ilmu Tauhid.

Menurut istilah, William L. Reese mendefinisikan dengan "discourse or reason


concerning God" (diskursus atau pemikiran tentang Tuhan). Dengan mengutip kata-kata
William Ochaman, Reese lebih jauh mengatakan: "Theology to be discripline resting of on
revealed truth and independent of both philosophy and science". (teologi merupakan
disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan).

Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi adalah penjelasan tentang keimanan,
perbuatan dan pengalaman agama secara rasional.

Dalam encyclopedia everyman's disebutkan: "science of religion, dealing therefore


with God, and man in his relation to God" (pengetahuan tentang agama yang hanya
membicarakan Tuhan dan manusia dalam pertaliannya dengan Tuhan.

Sebenarnya Ilmu Teologi Islam ini pengertiannya sama dengan Ilmu Tauhid. Hanya
saja, kata inilah yang sering digunakan oleh penulis ataupun para orientalis barat.

f. Ilmu Hakekat dan Ilmu Ma'rifat

Penyusun sengaja menggabungkan pembahasan dua ilmu ini kerana selain untuk
lebih ringkas juga pada pembahasannya, dua ilmu ini saling terikat.

Ilmu Hakekat bisa diartikan secara etimologis sebagai ilmu sejati. Karena dengan
ilmu ini, dapat mengetahui benar-benar akan Tuhan Allah SWT denga segala sifat-sifat-
Nya, dan dengan keyakinan yang teguh.

Ilmu Ma'rifat diartikan sebagai ilmu sejati. Karena ilmu ini menjelaskan hakekat
(kesejatian) segala sesuatu, sehingga dapat meyakini akan kepercayaan yang benar
(hakiki).

Ilmu Hakikat itu bidang kajiannya ialah tentang alam rohani atau hati nurani manusia
atau mengkaji tentang sifat-safat nafsu. Sifat-sifat nafsu yang terdiri daripada nafsu

12
amarah, nafsu lawwamah, nafsu malhamah, nafsu muthmainnah, nafsu radhiyah, nafsu
mardhiyah dan nafsu kamilah. Termasuk juga dalamnya perihal sifat-sifat gerakan serta
dorongan hati. Defisini ilmu hakikat ialah rasa-rasa hati atau zauq (syu'ur) yang ada di
dalam hati atau jiwa manusia yang sifatnya berubah-ubah dari satu bentuk rasa kepada rasa
yang lain. Bergantung kepada bentuk-bentuk rangsangan-rangsangan lahir yang artinya
kita mulakan dengan bersyari'at, kemudian bertharikat, seterusnya berhakikat dan akhirnya
berma'rifat.

Semuanya saling berhubungan. Hubungan antara satu dengan yang lain seolah-olah
anak tangga pertama dengan berikutnya, hinggalah selesai di anak tangga tertinggi sekali.
Maksudnya, mula-mula kita memahami syari'at yaitu peraturannya, yakni mengetahui
hukum-hukum. Mana yang halal, mana yang haram, yang sunah, makruh dan mubah. Juga
sah dan batal sama ada yang mengenai sembahyang, puasa, jihad, dakwah, ekonomi,
pendidikan dan lain-lain. Kemudian apabila kita mengamalkannya bersungguh-sungguh
dan istiqomah. Artinya, jika telah menempuh jalannya yaitu yang dikatakan ilmu tharikat.
Yakni mengamalkan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang secara
serius. Jadi tidaklah salah kalau syari'at itu disebut jalan. Hanya jalan itu belum ditempuh.
Hanya sekedar mengetahuinya terlebih dahulu. Bila jalan tadi telah ditempuh atau
dijalankan, maka dinamakan tharikat.

Orang yang mendapat ahwal (perubahan jiwa) secara istikomah (tetap, tidak turun
naik), inilah yang dikatakan telah mendapat maqom. Ini ia mendapat derajat mengikut sifat
mahmudah yang diperolehnya. Biasanya ia berlaku bertahap-tahap. Umpamanya maqom
sabar, maqom tawakal, maqom ridho, sehingga kesemua sifat-sifat mahmudah itu
diperoleh secara tetap atau istiqomah. Boleh jadi ada yang mendapat secara serentak sifat-
sifat mahmudah itu. Inilah yang dikatakan ia telah mendapat hakikat.

Arti lain maksud hakikat itu ialah batin islam atau intipati islam (lubbun). Bilamana
hal-hal hakikat tadi dapat dialami secara kekal (istiqomah) berterus, bahkan makin
menebal dan subur, maka akan terbukalah nanti rahasia-rahasia ghaib atau rahasia Allah
SWT. Ini sangat sulit untuk digambarkan kecuali dirasai oleh orang-orang yang mengalami
dan merasainya.

13
Hasil berhakikat pula, kita akan mendapatkan ma'rifat. Yaitu sampai ke peringkat
hal-hal hakikat dapat dialami secara istiqomah. Allah SWT akan karuniakan satu peringkat
puncak yang mana dapat mencapai satu tahap keyakinan yang tertinggi. Di waktu itu, dia
telah sampai ke peringkat ma'rifat, yakni dapat benar-benar mengenal Allah SWT dan
rahasia-rahasia-Nya. Gelaran untuk mereka ini lebih dikenali sebagai al-'arif billah.

Perumpamaannya adalah seperti berikut. Mula-mula kita semai sebiji benih.


Kemudian ia tumbuh menjadi sebatang pokok. Pokok itu akhirnya berbuah dan buah itu
bila masak memberikan kesedapan rasanya yang tidak dapat kita ceritakan pada orang
yang tidak memakannya. Maka:

- Biji benih itu umpama syari'at

- Menanam pokok itu umpama thariqot

- Buah itu umpama hakikat

- Rasa buah itu umpama ma'rifat.

Sebab itu dikatakan syari'at menghasilkan thariqot. Tarekat membuahkan hakikat.


Hakikat buahnya adalah ma'rifat. Semuanya saling melengkapi, perlu-memerlukan, sandar-
menyandarkan dan mesti berjalan seiring. Yang lahir menggambarkan batin. Maka kalau
dipisah-pisahkan, akan cacat dan rusaklah keislaman seseorang itu.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tauhid mempunyai makna yang sangat kompleks, namun secara garis besar tauhid
lebih mengarah ke keyakinan yang mempercayai bahwa tiada sembahan selain Allah SWT.
Setiap muslim harus mengakui hsl tersebut, jika tidak maka ia telah melakukan syirik atau
menyekutukan Allah SWT.

Dalam tata kebahasaan bahasa Arab, jika suatu hal mempunyai banyak nama maka
hal tersebut tergolong dalam kategori mulia. Dalam konteks Tauhid ini pastilah hal yang
mulia karena tauhid merupakan landasan utama kita berdiri di atas agama Allah ini.

a. Ilmu Kalam, mengungkapkan bagaimana cara menetapkan kepercayaan-


kepercayaan keagamaan (Islam) dengan bukti-bukti yang meyakinkan, ia lebih menyerupai
filsafat.
b. Ilmu Usluhuddin, menguraikan pokok-pokok kepercayaan dalam agama dan juga
karena membahas prinsip-prinsip agama Islam.
c. Ilmu Aqidah, hal hal yang meneguhkan kepercayaan atau keyakinan.
d. Ilmu Ma’rifah, hal mengenal Allah SWT dengan keyakinan yang teguh dan tetap
dalam satu prinsip.
e. Fiqh Akbar, membahas keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu Tauhid.
f. Ilmu Hakikat, menjelaskan hakikat segala sesuatu, sehingga dapat meyakini akan
kepercayaan yang benar.

3.2. Saran

Diharapkan kepada teman-teman dan diri saya sendiri, dengan apa yang kami
paparkan di atas bisa menambah pemahaman dasar kita tentang tauhid, mampu menjadi
ilmu yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain. Dan semoga bisa menjadi amal jari’ah
bagi kita semua kelak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Banna,H.A dalam BAB II Pengajaran Ilmu Tauhid; 21-79.

Khunaifi,A. 2015. ILMU TAUHID sebuah pengantar menuju muslim moderat.

CV Karya Abadi Jaya, Jrakah.

Mahlil,A.M. 2016. Pengertian Ilmu Tauhid, Nama-Nama Objek Pembahasan


Ilmu Tauhid, Peranan Akal dan Wahyu Dalam Ilmu Tauhid, Hukum dan Hikmah, Makna
Kalimat Tauhid dan Implikasinya Dalam Kehidupan,

http://mas-santrier.blogspot.com/2013/11/nama-lain-ilmu-tauhid-dan-penjelasannya.html

(http://www.mahlil.com/2016/03/pengertian-ilmu-tauhid-nama-nama-lain.html?
m=1).

Quran Surah al An’am/6:162

Quran Surah Al-Ikhlas ayat1-4.

Siradj,S.A. (2010). Tauhid Dalam Perspektif Tasawuf. Islamica 5 (1); 152-160.

Tuaijry,M.A. (2007). Tauhid, Keutamaan dan Macam Macamnya. Team

16

Anda mungkin juga menyukai