Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Hadist tentang Usia Belajar dan Hukuman,


Ragam Kesuksesan Tugas Belajar

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Hadits Tarbawi
Dosen Pengampu : Muh. Amiruddin, S. Th. I., M. A

Disusun oleh:
1. Baiti Rizki (1810810040)
2. Maitsa Luqiana Yusriyyah (1810810063)
3. Nur Rohmatul Rofiqoh (1810810059)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI TADRIS BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji syukur hanyalah teruntuk Allah SWT., atas segala
nikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan usaha
maksimal. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberi manfaat
bagi pembaca. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Baginda Rsulullah
Muhammad SAW., yang telah berjasa bagi peradaban keilmuan umat manusia,
serta kepada keluarga, sahabat dan para pengikut beliau yang senantiasa
mengamalkan sunah-sunahnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bapak dosen Muh.
Amiruddin, S. Th. I., M.A. sebagai pengampu mata kulian Hadits Tarbawi yang
telah membimbing kami dan memberikan tugas makalah ini, sehingga dapat
memicu motivasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih
dalam khususnya mengenai Hadits tentang usia belajar dan hukuman, ragam
kesuksesan tugas belajar.
Semoga apa yang telah dipaparkan dalam makalah ini mampu
memotivasi serta menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembacanya, Aamiin.

Kudus, 19 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. Latar Belakang ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2


A. Usia Belajar dan Hukuman ........................................................................2
B. Ragam Kesuksesan Tugas Belajar ..............................................................9

BAB III PENUTUP ..........................................................................................21


A. Simpulan ....................................................................................................21
B. Saran ..........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia belajar adalah usia dimana anak sudah mampu untuk menerima
pembelajaran dengan baik. Pada suatu hadist Rasulullah menjelaskan peran
Orang tua untuk memerintahkan anaknya sholat ketika berusia 7 tahun. Karena
pada saat itu anak sudah paham tentang melaksanakan perintah dengan baik serta
mengetahui yang benar dan yang salah (Tamyiz) dan akan menerima
konsekuensi jika meninggalkannya.

Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi
semua orang. Orang yang belum tahu ilmu, tugasnya adalah wajib mencari ilmu
atau belajar dari orang yang berilmu, sedangkan tugas orang yang berilmu adalah
mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Dalam hal ini kita perlu
memahami tentang usia berapa kita bisa mengajarkan hal tersebut serta hukuman
apa yang berlaku kepada anak dalam kesuksesan tugas belajar. Hal tersebut akan
kita bahas dalam makalah ini, serta hadist-hadist nabi yang berkenaan dengan
hal tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadist tentang usia belajar dan hukuman?
2. Bagaimana hadist tentang tugas belajar dan ragam kesuksesan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan hadist tentang usia belajar dan hukuman
yang berlaku
2. Untuk memahami serta mengetahui hadist tentang tugas belajar dan
ragam kesuksesan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadist tentang Usia Belajar dan Hukuman


‫ مروا اوالدكم‬: ‫ قال رسول هللا صل هللا عليه وسلم‬: ‫عن عمرو بن شعيب عن ابيه عن جدّه قال قال‬
‫بالصالة وهم ابناء سبع سنين واضربواهم عليها وهم ابناء عشر سنين وفرقوا بينهم في المضاجع‬
(‫(احرجه ابو داود‬
Terjemahan :
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah SAW
bersabda: “Perintahkan anak-anakmu melaksanakan shalat sedang mereka
berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka
berusia 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya” (HR. Abu
Dawud(.

Penjelasan :
Hadits tersebut menjelaskan bagaimana mendidik agama pada anak-
anak. Pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia
dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan.
Diantara perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah yaitu
perintah melaksanakan shalat, perintah memberikan hukuman, dan perintah
mendidik pendidikan seks.1
Apabila pendidikan agama itu tidak diberikan kepada anak sejak kecil,
maka akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa,
karena dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu, tidak terdapat
unsur-unsur agama. Hal itu berarti, jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai-
nilai agama, akan mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan
dan keinginan jiwanya tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia
selalu didesak oleh keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan yang pada
dasarnya tidak mengenal batas-batas, hukum-hukum, dan norma-norma. Tujan

1
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group, 2012) hlm 263

2
pendidikan agama adalah agar jiwa seseorang dapat menunaikan kewajiban-
kewajibannya karena Allah. Dapat berusaha untuk kepentingan keluarganya,
kepentingan masyarakatnya, serta dapat berkata jujur dan berpihak kepada yang
benar, serta mau menyebarkan benih-benih kebaikan kepada manusia.
Pendidikan agama yang baik, tidak hanya memberi manfaat bagi yang
bersangkutan saja, akan tetapi akan membawa keuntungan dan manfaat
terhadap masyarakat lingkungan bahkan masyarakat ramai dan umat manusia
seluruhnya.2
1. Perintah Sholat
Sholat menurut bahasa berarti doa, dinamakan sholat (yang berarti
doa) adalah karena ia mengandung doa. Sedangkan menurut fiqih, sholat
adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan)
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya
kita beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh agama. 3
Orang tua memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pendidkan anak-anaknya untuk beribadah kepada Allah, khususnya
perintah untuk melaksanakan sholat. Seperti yang diperintahkan
Rasulullah, beliau bersabda
‫مروا اوالدكم بالصالة وهم ابناء سبع سنين‬
“Perintah anak-anakmu melaksanakan sholat sedangkan mereka
berusia tujuh tahun”
Perintah disini maknanya dilakukan secara tegas, sebab pada umumnya
perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang ua sejak sebelum usia
tersebut. Anak sejak usia empat atau lima tahun sudah diajak orang

2
Mardiyah, Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak, (Jurnal Kependidikan, Vol. III No. 2 November 2015) hlm : 111
https://media.neliti.com/media/publications/103961-ID-peran-orang-tua-dalam-pendidikan-agama-
t.pdf diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 08:46 WIB
3
Risdianto Hermawan, Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadist Nabi
Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018) hlm : 285
https://www.researchgate.net/publication/332883059_PENGAJARAN_SHOLAT_PADA_ANAK
_USIA_DINI_PERSPEKTIF_HADIS_NABI_MUHAMMAD_SAW/link/5cd0dec8299bf14d957c
d00d/download diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 10:27 WIB

3
tuanya melaksanakan sholat bersama-sama. Anak-anak melakukannya
walaupun dengan cara ikut-ikutan atau menirukan gerakan-gerakan
sholat.
Perintah sholat berarti perintah untuk mengajarkan cara sholat, karena
tidak mungkin anak hanya diperintah sementara ia belum bisa
melakukannya. Dalam riwayat at-Turmudzi Rasulullah bersabda :
‫ي الصالة ابن سبع سنين‬ ّ ‫علّموا ال‬
ّ ‫صب‬
“Ajarkan anak akan sholat sedangkan ia belum berumur tujuh
tahun”.
Hadist ini berupa perintah mengajarkan sholat pada anak-anak
tentang syarat-syarat, rukum-rukun, dan beberapa sunnah dalam
sholat.
Dalam Ilmu Pendidikan, perintah adalah salah satu alat
pendidikan. Jadi dalam ppendidikan ada perintah dan ada larangan.
Hal ini dimaksudkan agar anak mengerti mana yang diperintahkan
mana yang terlarang. Perintah adalah alat pendorong anak untuk
melakukan sesuatu, sedangkan larangan adalah alat untuk
menghentikan suatu pekerjaan.
Usia tujuh tahun dalam perkembangan anak disebut usia
kritis atau mumayyiz dan usia pendidikan. Pada usia ini seorang
anak sudah dapat membedakan antara kebenaran dan kesalahan,
antara yang haq dan yang batil serta pada masa inilah anak sudah
mulai berpikiran cerdas menangkap pengetahuan serta dapat
berkomunikasi seara sempurna. Oleh karena itulah, perintah shalat
secara tegas dmulai pada usia ini dan [da usia ini pula kemudian
dijadikan pedoman dalam penerimaan sekolah di tingkat dasar sepeti
SD/MI.
Merujuk pada hadits shalat di atas, maka pembelajaran shalat
dapat diurutkan ke dalam tiga fase yaitu fase ( 0-7 tahun, fase 7-10
tahun, dan fase 10 – anak dewasa)4

4
Risdianto Hermawan, Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadist Nabi
Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018) hlm : 285
https://www.researchgate.net/publication/332883059_PENGAJARAN_SHOLAT_PADA_ANAK

4
1. Fase 0-7 Tahun (Fase Pendidikan Anak Usia Dini)
Fase anak usia dini (0-7 Tahun) merupakan fase yang
sangat menentukan pada fase-fase perkembangan anak di
usia berikutnya terutama dalam pembelajaran sholat.
Pada fase ini pengenalan solat kepada anak haruslah
dikenalkan dan lakukan pembiasaan kepada anak. Pada
fase ini disebut sebagai fase anak usia dini. Pada fase ini
juga pendidikan sangatlah penting untuk dikembangkan.
Dengan demikian, perkembangan anak-anak
berlangsung secara optimal. Hal-hal yang perlu
dikenalkan mengenai shalat kepada anak dimulai dari
adanya ibadah shalat dalam Islam, nama-nama shalat,
waktu shalat, bilangan rakaat shalat, tempat shalat, dan
tata cara shalat. Pengenalan ini adalah upaya membentuk
kesiapan anak sehingga ketika dia mencapai usia 7 tahun
dan mulai diperintah shalat, anak sudah memiliki
kesiapan secara mental dan emosional.
2. Fase 7-10 Tahun
Usia 7-10 tahun, anak berada dalam masa transisi dan
menunjukkan sebagian ciriciri dari tahap pertama
perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua
yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa
peraturan dan hukum dibuat oleh manusia, dan ketika
menilai sebuah perbuatan, anak akan
mempertimbangkan niat dan konsekuensinya.
3. Fase 10 Tahun Keatas Fase ini seringkali dinamakan
sebagai fase pasca konvensional, dimana pada fase ini
anak mulai mengenal tindakan-tindakan moral alternatif,
menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian anak
memutuskan satu kode moral pribadi. Dalam hal ini,

_USIA_DINI_PERSPEKTIF_HADIS_NABI_MUHAMMAD_SAW/link/5cd0dec8299bf14d957c
d00d/download diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 10:27 WIB

5
anak diharapkan sudah membentuk keyakinan sendiri,
bisa menerima orang lain memiliki keyakinan yang
berbeda dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.

2. Memberikan Hukuman bagi Pembangkangnya


Perintah sholat secara tegas dimulai usia tujuh tahun dan berlanjut
sampai dengan usia 9 dan 10 tahun. Jika pada usia 10 tahun seorang
anak tidak mau melaksanakan perintah sholat, maka orang tua berhak
untuk memukul. Sebagaimana lanjutan hadist diatas :
‫واضربوهم عليها وهم ابناء عشر‬
“Pukullah mereka karena tinggal shalat sedang mereka berusia 10
tahun”
Anak laki-laki yang sudah bermimpi basah atau anak perempuan
yang sudah haid atau genap berusia 15 tahun, maka mereka ini sudah
harus mengerjakan sholat. Hadist tersebut memberikan hukuman bagi
anak ynag membangkang aau melanggar aturan. Pukulan disini
maknanya adalah hukuman yan sesuai dengan kondisi, bisa jadi yan
dipukul adalah batinnya dengan cara diisolasi atau sikap tak suka, sikap
marah dan lain-lain. Pukulan merupakan salah satu cara mendidik,
khususnya jika pukulan itu mendatangkan manfaat atau mencegah yang
tidak baik yang dilakukan setelah diberi nasehat dan bimbingan. Tetapi
pukulan itu harus mendidik dan tidak boleh melukai, dan hendaknya
hindari pukulan di wajah. 5 Al-‘Alaqi dalam Syarah al-Jam’ al-Shaghir
berkata :
‫ والمراد بالضرب ضربا غير مبرح‬،‫انّما امر باضرب لعشر النه حد يتحمل فيه الضرب غالبا‬
‫وان يتقي الوجه في الضرب انتهى‬
Yang dimaksud pukulan atau tamparan disini pukulan yang tidak
membahayakan, tetapi pukulan mendidik yang berfungsi agar anak
mengakui kesalahannya dan mau memperbaikinya. Dan pukulan

5
Risdianto Hermawan, Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadist Nabi
Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018) hlm : 285
https://www.researchgate.net/publication/332883059_PENGAJARAN_SHOLAT_PADA_ANAK
_USIA_DINI_PERSPEKTIF_HADIS_NABI_MUHAMMAD_SAW/link/5cd0dec8299bf14d957c
d00d/download diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 10:27 WIB

6
hendaknya jangan diarahkan pada wajah anak, karena wajah itu identik
dengan kehormatan seseorang. Jangan sesekali menjatuhkan mental dan
kehormatan seorang anak, nantinya anak menjadi penakut, rendah diri,
dan lain sebagainya. 6

3. Pendidikan Seks
Hadist berikutnya yaitu menerangakan tentang pendidikan seks yang
diberikan ketika berusia 10 tahun. Sebagaimana sabda beliau :
‫وفرقوا بينهم في المضاجع‬
“Pisahkan antara mereka di tempat tidurnya”
Perintah memisahkan tempat tidur antara mereka, dimaksudkan
menghindari fitnah seks di tempat tidur, karena usia 10 tahun adalah usia
menjelang baligh atau masa remaja. Perkembangan seksnya mengalami
perkembangan sebagaimana perkembangan jasmani, rohani, dan
nafsaninya.
Pendidikan seks merupakan upaya transfer pengetahuan dan nilai
(knowledge and values) tentang fisik-genetik dan fungsinya khususnya
yang terkait dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai
kelanjutan dari kecenderungan primitif makhluk hewan dan manusia
yang tertarik dan mencintai lain jenisnya. Pendidikan seks adalah upaya
pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalahmasalah
seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga anak terbebas
dari kebiasaan yang tidak Islami serta menutup segala kemungkinan ke
arah hubungan seksual terlarang.
Secara garis besar, pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan
pada usia remaja) dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti
pertumbuhan, masa puber, dan kehamilan
b. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan

6
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group, 2012) hlm : 266

7
c. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat
tindakan seksual
d. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari
kehamilan
e. Mendorong hubungan yang baik
f. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan
seksual (sexual intercourse)
g. Mengurangi kasus infeksi melalui seks
h. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-
laki dan perempuan di masyarakat.7
Al-Abrasyiy dalam Abdul Majid Khon menyebutkan beberapa
tahapan pada usia anak dalam pendidikan, sebagai berikut :
a. Usia balita atau sampai lima tahun, usia pendidikan
jasmani, akhlaq dan pembiasaan ucapan yang baik seperti
terima kasih, maaf, dan lain-lain.
b. Usia enam tahun usia sekolah diberi pendidikan jasmani,
rohani, akli, akhlaq, dan sosial
c. Usia tujuh tahun dipisahkan tempat tidurnya, diajarkan
berwudlu dan dibiasakan sholat
d. Usia 13 tahun dipukul sebagai hukuman jika meninggalkan
sholat
e. Umur 16 tahun di nikahkan.

Usia pendidikan hendaknya dimulai sejak kecil dan


kontinuitas dari tahapan ke tahapan perkembangan usianya
sehigga tumbuh dewasa. Belajar dimulai sejak kecil akan
lebih mudah dan lebih baik daripada dimulai ketika usia
dewasa.sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh

7
Mahrus Surur, Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini, (ResearchGate : Desember 2018) hlm 5
https://www.researchgate.net/publication/329482385_PENDIDIKAN_SEKS_PADA_ANAK_USI
A_DINI/link/5c0a78bba6fdcc494fe0b876/download diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul
11:52 WIB

8
al-Bayhaaqiy dan al-Thabraniy dari Abi al Darda dalam
Kitab al-Aswath :
‫مثل الذي يتعلم العلم في صغره كالنقش على الحجر ومثل الذي يتعلم العلم في‬
)‫كبره كالذي يكتب على الماء (اخرجه الطبراني عن ابي الدرداء‬
“Perumpamaan orang yang belajar ilmu pada usia kecil
bagaikan mengukir diatas batu dan perumpamaan orang
yang belajar ilmu pada usia dewasa bagaikan menulis diatas
air” (HR. Al-Thabaraniy dari Abi al-Darda).
Hal ini kian mempertegas bahwa Islam memperhatikan pendidikan
anak sejak kecil dalam segala aspek pendidikan dalam segala
perkembangan anak. Baik pendidikan jasmani, pendidikan rohani,
pendidikan nafsani, dan pendidikan perkembangan seksual. 8
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadist tersebut antara lain :
1. Kewajiban orang tua untuk memerintahkan sholat pada anaknya
dan kewajiban mengajarkan ilmu-ilmu berkaitan dengan
kewajiban shalat
2. Pendidikan secara tegas dalam masalah kewajiban dan perlunya
hukuman dan hadiah dalam mendidk anak untuk memberikan
motivasi belajar
3. Menjaga perkembangan anak dari hal-hal yang menimbulkan
fitnah, terutama pada saat peralihan remaja atau masa pubertas
4. Usia kritis (tamyiz) dan usia sekolah tujuh tahun dan usia
pubertas awal menjelang baligh berusia sepuluh tahun

B. Ragam Kesuksesan Tugas Belajar

‫سلَّ َم يَقُو ُل ثَالَثَة ا َ ْق ِس ُم َعلَ ْي ِه َّن َوا ُ َح ِدّث ُ ُك ْم َح ِد ْيثًا‬


َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ‫سو َل هللا‬ ُّ ‫شةَ ْاالَنَّ َماِر‬
َ ُ‫ي اَنَّه‬
ُ ‫س ِم َع َر‬ َ ‫َع ْن ا َ ِبي َك ْب‬
َ َ‫ظلُ َمةً ف‬
‫ص َب َر َعلَ ْي َها ا َِال زَ ادَهُ هللاُ ِع َّزا َو َال فَت َ َح‬ ْ ‫ض ِل َم َع ْبد ٌ َم‬
ُ ‫صدَقَ ٍة َو َال‬ َ ‫ص َما ُل َع ْب ٍد ِم ْن‬ َ َ‫فَاحْ فَضُوهُ قَا َل َما نَق‬
ُ َ‫اب فَ ْق ٍر ا َ ْو َك ِل َمةً نَحْ َو هَا َوا ُ َح ِدّث ُ ُك ْم َح ِد ْيثًا فَاحْ ف‬
‫ضوهُ قَا َل اِنَّ َما الدُّ ْنيَا ِالَ ْربَعَ ِة‬ َ َ‫اب َم ْساَلَ ٍة ا َِال فَت َ َح هللاُ َعلَ ْي ِه ب‬
َ َ‫َع ْبد ٌ ب‬
ِ َ‫ض ِل ْال َمن‬
‫از‬ ِ َ‫نَفَ ٍر َع ْب ٍد َرزَ قَهُ هللاُ َم ًاال َو ِع ْل ًما فَ ُه َو يَتَّ ِقي فِ ْي ِه َربَّهُ َوي‬
َ ‫ص ُل فِ ْي ِه َر ِح َمهُ َويَ ْعلَ ُم ِلِلِ فِ ْي ِه َحقَّا فَ َهذَا بِا َ ْف‬

8
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana Prenadamedia
Group, 2012) hlm 268

9
‫ِق النَّيَّ ِة يَقُو ُل لَ ْو ا َ َّن تِي َم ًاال لَعَ ِم ْلتُ بِعَ َم ِل فُ َال ٍن فَ ُه َو‬ ُ ‫صا د‬ َ ‫ َو َع ْب ٍد َرزَ قَهُ هللاُ ِع ْل ًما َولَ ْم يَ ْر ُز ْقهُ َم َاال فَ ُه َو‬,
ُ ‫ط فِي َما ِل ِه بِغَي ِْر ِع ْل ٍم َال يَتَّ ِقي فِ ْي ِه َربَّه‬
ُ ِ‫ َو َع ْب ٍد َرزَ قَهُ هللاُ َما َل َولَ ْم يَ ْر ُز ْقهُ ِع ْل ًما فَ ُه َو يَ ْخب‬,‫س َوا ٌء‬
َ ‫بِنِ َّيتِ ِه فَاَجْ ُر ُه َما‬
‫ع ْب ٍد لَ ْم يَ ْر ُز ْقهُ هللاُ َم ًاال َو َال ِع ْل ًما فَ ُه َو‬ ِ ‫ث ْال َمن‬
َ ‫ َو‬،‫َاز ِل‬ ِ َ‫ص ُل فِ ْي ِه َر ِح َمهُ َو َال يَ ْعلَ ُم ِلِلِ فِ ْي ِه َحقًّا فَ َهذَا بِأ َ ْخب‬
ِ َ‫َو َال ي‬
‫يَقُ ْو ُل لَ ْو أ َ َّن ِلي َم ًاال لَ َع ِم ْلتُ فِ ْي ِه بِ َع َم ِل فُ َال ٍن فَ ُه َو بِنِ َّيتِ ِه فَ ِو ْز ُر ُه َما َس َوا ٌء (أخرجه الترمذي) قَا َل أَبُو ِعي َسى‬
َ ‫س ٌن‬
.‫ص ِح ْي ٌح‬ ٌ ‫َهذَا َحد‬
َ ‫ِيث َح‬
Terjemahan :
Abu Kabsyah (Amru) bin Sa’ad al-Anmariy r.a, bahwa ia telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ada tiga perkara saya bersumpah
padanya dan aku beritakan kepadamu suatu Hadis maka hapalkanlah 1)
Tidak berkurang harta seseorang karena bersedekah. 2) Dan tiada seseorang
yang di aniaya kemudian ia tetap sabar, melainkan ditambah kemuliannya
oleh Allah SWT. 3) Dan tiada seseorang yang membuka pintu meminta-
minta melainkan Allah membukakan baginya pintu kemiskinan –atau
kalimat yang sama-. Kini saya beritakan kepadamu suatu Hadis, maka
hafalkanlah: Sesungguhnya (keadaan penghuni) dunia ini ada empat
macam: 1) Seorang hamba yang diberi rezeki harta dan ilmu maka ia
gunakan untuk bertakwa dan menghubungi sanak keluarganya (shilat al-
rahim) dan ia mengenal hak Allah di dalamnya (seperti dibayarkan zakatnya
dan digunakan untuk kebaikan). Orang ini diangkat yang tinggi. 2) Seorang
hamba yang diberi ilmu tetapi tidak diberi harta, ia mempunyai niat yang
sungguh-sumgguh berkata: Andai kata saya diberi harta, pasti saya akan
beramal sebagaimana si Fulan, ia mendapat pahala niatnya, dan pahala
kedua orang tersebut sama. 3) Seorang hamba yang diberi kekayaan harta
tetapi tidak diberi rezeki ilmu, pahala amal hartanya batal karena tidak
didasari ilmu, tidak takwa kepada Tuhannya dan tidak digunakan untuk
silaturahmi juga untuk mengenal hak Allah di dalamnya, maka orang ini
adalah pada kedudukanyang paling buruk. 4) Seorang hamba yang tidak
diberi rezeki harta dan tidak ilmu, lalu ia berkata andaikan saya mempunyai
harta, niscaya saya akan berbuat sebagaimana apa yang dilakukan si Fulan,
ia pada niatnya, dosa keduanya sama.” (HR. Al-Turmudzi dan ia berkata
Hadis ini Hasan Shahih).

10
Penjelasan (Syarah Hadis)
Rasulullah SAW menyampaikan suatu berita yang amat penting
pada Hadis di atas. Tidak seperti Hadis lain pada Hadis ini sebelum Beliau
menyampaikannya suatu pesan terlebih dahulu minta diperhatikan dan
dipelihara Hadisnya bahkan diperkuat dengan sumpah beliau. Beliau
bersabda :
‫ثالثة اقسام عليهن واحدّثكم حديثا فاحفظوا‬
“Ada tiga perkara saya bersumpah padanya dan aku beritakan kepadamu
suatu Hadis maka hafalkanlah.”
Angka tiga disabdakan terlebih dahulu oleh Nabi agar yang
mendengar menantikan apa tiga hal itu? Dalam ilmu al-Balaghah disebut
faedahnya li al-isytiyaq (merindukan). Kemudian diperkuat lagi dengan
bersumpah dan pemberitaan. Rasul bersumpah sebelum menyampaikan
suatu pesan menunjukkan betapa pentingnya berita yang akan disampaikan
dan kemudian diperkuat lagi dengan penyampaian suatu berita Hadis. Kata
“Hadis” timbul berdasarkan petunjuk dari beliau sendiri sebagaimana dalam
ungkapan Hadis tersebut. Dua kalimat di atas (kalimat bersumpah dan
penyampaian bemberitaan suatu hadis) sebagai pemisah (jumlah
mu’taridhah) antara kata “Tiga perkata” dan isi pesan tiga perkara tersebut.

Ada tiga konsep kesuksesan yang dipesankan Rasul. Tiga konsep itu
adalah bersedekah, bersabar, dan memelihara kehormatan diri tidak minta-
minta kepada orang lain.

1. Banyak Bersedekah
‫ما نقص مال عبد من صدقة‬
“Tidak berkurang harta seseorang karena bersedekah”
Harta yang dikeluarkan sedekahnya tidak berkurang hakikatnya
sekalipun lahirnya berkurang. Ia sesungguhnya bertambah karena
diberkahi oleh Allah SWT. Keberkahannya di dunia dan di akhirat. Di
dunia hartanya berkembang diganti Allah dengan dimurahkan rezekinya

11
dan dimudahkan segala urusannyaa dan di akhirat dilipatgandakan
pahalanya, Allah berfirman dalam QS. Saba’9(34): 39:
‫وما انفقتم من شيئ فهو يخلفه وهو خير الرازقين‬
Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
2. Sabar Atas Penganiayaan
ّ ‫وال ظلم عبد مظلمة فصبر عليها اال زاده هللا‬
‫عزا‬
“Dan tiada seseorang di aniaya kemudian ia tetap sabar, melainkan
ditambah kemuliannya oleh Allah SWT.”
Orang yang sabar atas penganiayaan tidak tambah rendah status
sosialnya dan tidak mengurangi gengsinya, akan tetapi bertambah naik
derajat dan kemuliannya. Kata zhulima tidak menyebutkan subjeknya
(fa’il) ia mabni majhul (bentuk pasif) bermakna umum mencakup orang
kuat terhadap yang lemah atau sebaliknya. Demikian juga kata
mazhlamatan bentuk isim nakirah (umum) meliputi penganiayaan harta
benda, jiwa raga, dan kehormatan. Sabar artinya menahan kesakitan
akibat penganiayaan dan tidak ada dendam untuk membalas. Orang
yang sabar atas kejahatan orang lain dinaikkan derajatnya oelh Allah
SWT. Allah berfirman dalam QS. Fushshilat10 (41): 34:
‫ادفع بالتي هي احسن‬
Tidaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.
Balas kemarahan dengan kesabaran dan balas pengampunan
terhadap kesalahan.
3. Tidak Minta-minta
‫وال فتح عبد باب مسألة اال فتح هللا عليه باب فقر او كلمة نحوها‬
“Dan tiada seseorang yang membuka pintu meminta-minta melainkan
Allah membukakan baginya ointu kemiskinan – atau kalimat yang
sama-.”

9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya special for women (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009) hlm: 432
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya special for women (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009) hlm : 480

12
Islam perintah bekerja dan melarang minta-minta. Minta-minta
adalah pekerjaan yang rendah dan hina, tidak diperkenankan dalam
Islam kecuali bagi orang yang terpaksa keadaannya, misalnya karena
fisik seseorang yang cacat sehingga tidak bisa bekerja. Bagi orang yang
pekerjaannya minta-minta yang tidak diperkenankan dalam Islam tidak
menambah kekayaan dan tidak menambah kesejahteraan dalam
hidupnya, tetapi akan menambah kemiskinan, Allah menciptakan
banyak kebutuhan dan banyak permasalahan serta mencabut nikmat
yang telah diberikan.
Tiga modal yang dipesankan Rasul sebagi konsep kesuksesan
seseorang yakni banyak bersedekah akan memperbanyak harta, sabar
atas penganiayaan akan menaikkan derajat kemuliaan dan memelihara
diri tidak minta-minta akan memperkaya diri.
Tiga modal yang dipesankan Rasul sebagi konsep kesuksesan seseorang
yakni banyak bersedekah akan memperbanyak harta, sabar atas
penganiayaan akan menaikkan derajat kemuliaan dan memelihara diri
tidak minta-minta akan memperkaya diri.
Kemudian Rasulullah SAW melanjutkan pesannya dan
mengingatkan agar menjaga pesan-pesan itu, bahwa kesuksesan
manusia di dunia ini ada empat macam:
a. Sukses Harta dan Ilmu
Pada Hadis di atas Rasulullah SAW bersabda:
... ‫عبد رزقه هللا ماال و علما‬
“Seseorang hamba yang diberi rezeki harta dan ilmu oleh Allah
SWT .”
Hadis ini menunjukkan bahwa rezeki itu bukan harta saja,
tetapi ilmu juga rezeki, bahkan dalam kamus al-Mu’jam al-Wajiz
dijelaskan bahwa segala sesuatu yang bermanfaat diberikan
kepadamu itu adalah rezeki.
Harta dan ilmu digunakan untuk takwa kepada Allah, untuk
bersilaturahmi dan mengenal hak-hak Allah. Dalam Hadis
penggunaan harta dan ilmu sebagai orang yang bersyukur yaitu:

13
1) Takwa dengan harta yakni dibelanjakan di jalan Allah atau jalan
kebaikan yang bermanfaat di dunia atau akhirat. Hartanya tidak
digunakan untuk maksiat kepada Allah dan tidak dihambur-
hamburkan ke jalan kemungkaran. Takwa dengan ilmu yakni
ilmunya diamalkan dan didermakan ke jalan Allah .
2) Harta dan ilmunya dipergunakan untuk silaturahmi, seperti
berderma harta dan nasihat, amar makruf nahi mungkar dengan
ilmunya, dan lain-lain.
3) Harta dan ilmu juga digunakan untuk mengenal dan memenuhi
hak-hak Allah SWT seperti mewakafkan harta karena Allah,
megajar, dan memberi fatwa hukum yang diperlukan. Baik hak
Allah itu wajib ain seperti zakat atau kaffarah maupun wwajib
kifayah seperti manampung anak-anak jalanan atau terlantar,
membantu orang-orang yang terkena bencana dan musibah, dan
lain-lain. Atau hak Allah berstatus sunah seperti sedekah biasa.

Tingkat kesuksesan ini tingkat yang paling tinggi dan paling


utama, bahagia dunia dan akhirat. Masalah harta melimpah
disertai kesalehannya dan keilmuannya, ini suatu kenikmatan
yang melimpah yakni surga yang tinggi dari Allah SWT.
Sebagaiman sabda Nabi kepada Amr bin al’Ash:
)‫يا عمر و نعم المال الصالح مع الرجل الصالح (أخرجه ابن حبان في صحيحيه‬
“Hai Amr seindah harta yang baik adalah di tangan orang saleh.”
(HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Harta di orang orang saleh akan selalu dibelanjakan ke jalan


yang bermanfaat dan yang baik-baik, tidak akan dihambur-
hamburkan jalan yang tidak ada manfaatnya, karena karena orang
saleh mengetahui bahwa harta adalah amanat dari Allah demikian
juga ilmu amanat Allah. Keduanya dibelanjakan ke jalan yang benar
dan mendapat rida-Nya.

Tingkat kesuksesan inilah yang menjadi cita-cita dan tujuan


setiap lembaga pendidikan Islam, setiap pendidik dan orang tua

14
terhadap anaknya, bahkan merupakan cita-cita setiap orang, agar
menjadi manusia yang sukses harta dan ilmu sukses dunia dan
akhirat. Kunci kesuksesan manusia ilmu yang diamalkan dan harta
yang didermakan ke jalan kebaikan.

b. Sukses ilmu saja tidak harta


Kesuksesan manusia yang kedua adalah sukses dalam
bidang ilmu saja tetapi sukses dalam bidang materi atau harta.
Sebagaimana sabda Beliau:
....‫و عبد رزقه هللا علما ولم يرزقه ماال‬
“Seorang hamba yang diberi ilmu tetapi tidak diberi harta.”
Kata “ilmu” di sini bersifat umum (nakirah) baik ilmu hukum yang
berkaitan dengan harta maupun yang lain atau diartikan ilmu yang
berkaitan dengan harta bagaimana memperolehnya dan bagaimana
membelanjakannya. Tingkat kedua ini seseorang hanya sukses
dalam bidang ilmu, ia diberi rezeki ilmu yang banyak oleh Allah
SWT tetapi tidak diberi harta kekayaan yang melimpah, hartanya
cukup sederhana saja. Kelompok kedua ini dinilai masih baik,
karena bagaimanapun keadaannya seorang berilmu akan selalu
berbuat kebajikan dan yang bermanfaat serta menghindari perbuatan
yang mudarat. Kalau tidak mampu melakukan kebaikan karena
keterbatasan dana harta benda yang memadai seorang alim
mempunyai azam atau cita-cita yang kuat. Sebagaimana yang
digambarkan dalam Hadis di atas, bahwa “andai kata saya diberi
harta, pasti saya akan beramal sebagaimana si Fulan” . Ungkapan
ini timbul dari orang berilmu yang diungkap di hadapan Allah bukan
sekedar di hadapan manusia, tentunya sungguh dikerjakan andai
kata menjadi orang berharta. Kesungguhan azam inilah yang
memiliki nilai yang tinggi dan dinilai sama pahalanya dengan yang
melakukan.11
c. Sukses harta saja tidak ilmu

11
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2012) hlm 286

15
Tingkatan ketiga adalah seorang yang diberi kesuksesan
dalam harta saja, tetapi tidak sukses dalam ilmu sebagaimana sabda
Nabi SAW:
... ‫و عبد رزقه هللا ماال ولم يرزقه علما‬
“Seorang hamba yang diberi kekayaan harta tetapi tidak diberi
rezeki ilmu.”
Tingkat ketiga ini lahirnya nikmat dan enak karena diberi
rezeki harta yang melimpah, harta dapat digunakan apa saja dan
kemana saja kehendaknya dapat tercapai. Tetapi harta saja tidak
menjamin kebahagiaan seseorang jika tidak disertai ilmu. Hanya
dengan ilmu inilah yang menyebabkan harta itu bermanfaat dan
dengan ilmu inilah sesungguhnya harta itu menenangkan hati. Orang
yang memiliki kekayaan harta saja dan tidak memiliki ilmu sikapnya
amat pelit, terlalu mencintai dunia, gelap hatinya, buta matanya dan
tuli telinganya, yang dipikirkan hanyalah uang dan harta bagaimana
menumpuk harta. Andai kata orang kaya yang tak berilmu itu
berderma atau bersedekah amalnya ria bukan karena rida Allah,
batal amalnya tidak diterima oleh Allah dan tidak ada pahala di sisi-
Nya. Hartanya tidak dibelanjakan untuk takwa kepada Allah, tidak
untuk silaturahmi dan tidak untuk mengenal hak Allah sebagaimana
orang berilmu. Tetapi hartanya digunakan untuk durhaka kepada
Allah, mengembangkan atau membantu kemaksiatan dan
kemungkaran.
Kelompok ketiga ini menurut sabda Nabi dalam Hadis di
atas, “Bahwa tingkatan ini yang paling buruk diantara segala yang
buruk.” Hal ini disebabkan, karena harta saja tanpa ilmu akan bisa
menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan. Apalagi kalau sudah
mempunyai tekad bahwa harta berkuasa segalanya.
d. Tidak sukses keduanya
Tingkat terakhir ini adalah seseorang tidak sukses keduanya yakni
tidak sukses harta dan tidak sukses ilmu. Sebagaimana sabda Nabi
SAW:

16
.... ‫و عبد لم يرزقه هللا ماال وال علما‬
“Seorang hamba yang tidak diberi rezeki harta dan tidak ilmu.”

Tingkat keempat seseorang tidak diberi sukses harta dan tidak diberi
sukses ilmu. Karena tak berilmu dan tak berharta cita-citanya atau
azamnya juga tidak baik pula. Cita-citanya mengatakan: “andaikan
saya mempunyai harta, niscaya saya akan berbuat sebagaimana
apa yang dikatakan si Fulan”. Ia dinilai pada niatnya itu, karena
memiliki niat yang tidak baik maka dosanya sama dengan yang
melakukannya. Tingkatan terakhir ini tidak seberapa parah
bahayanya dibandingkan dengan tingkat ketiga di atas, sekalipun
tidak ada ilmu tetapi juga tidak memiliki sarana prasarana untuk
melakukan kejahatan, oleh karena itu masih terkendali dengan
sendirinya. Tidak blong ibarat rem yang terjadi pada tingkat ketiga
di atas.
Pelajaran yang dapat dipetik dari Hadis yaitu sebagai
berikut:
1. Pemaaf dan pelapang dada sangat terpuji dan tinggi
derajatnya baik di dunia maupun akhirat.
2. Kesuksesan orang kaya bukan dengan usahanya sendiri,
akan tetapi melibatkan orang lain, sebagai syukurnya
kepada Allah sedekah kepada orang-orang yang tidak
mampu.
3. Ancaman Allah kepada orang yang pekerjaannya minta-
minta padahal bukan karena terpaksa adalah akan dibuat
miskin sungguhan oleh Allah.
4. Anjuran menjadi ilmuwan dan sekaligus hartawan atau
minimal ilmuwan agar menjadi manusia yang sukses dan
bahagia dunia akhirat.

17
5. Mencela sukses dalam bidang harta saja yang tidak
disertai ilmu, karena akan menimbulkan fitnah yang
berbahaya.12
6. Pendidikan Islam sangat mengidolakan tercapainya anak
didik yang sukses ilmu dan harta merupakan cerminan
kesuksesan dunia akhirat.
Untuk mencapai suatu keberhasilan tugas belajar juga diperlukan
metode pembelajaran yang tepat, sebagaimana yang telah tercantum dalam
QS.An-Nahl : 125
‫أدع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن؛ ان ربك هو اعلم‬
‫بمن ض ّل عن سبيله وهو اعلم با لمهتدين‬
Artinya “ Serulah (manusia) kepadajalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik,
sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk. (QS. An-Nahl :125) 13
Secara tersirat, dalam ayat diats terkandung tiga metode
pembelajaran yaitu hhikmah (kebijaksanaan), mau’idah hasanah (nasehat
yang baik), dan mujadalah (dialog dan debat).

Selain dalam hadist nabi yang lain juga disebutkan beragam metode
pembelajaran yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW, salah satunya
yaitu

‫شروا وال تن ّفروا‬


ّ ‫يسّروا وال تعسّروا ب‬

“Mudahkanlah dan janganlah kamu mempersulit, Gembirakanlah dan


jangan membuat mereka lari” (HR. Bukhari, Kitab al-Ilm, No. 67)

12
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2012) hlm 288
13
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya special for women (Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2009) hlm 281

18
Dalam hadist diatas secara tersirat Rasulullah SAW memerntahkan kepada
kita untuk menyelenggarakan suatu kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan, memudahkan dan tidak menyulitkan. Inilah sebenarnya
salah satu metode yang cukup ideal dan bisa memberikan hasil yang
optimal. Selain metode diatas juga tedapat metode-metode lain dalam
pembelajaran dalam rangka memperoleh keberhasilan dalam tugas belajar
yaitu metode keteladanan dan akhalq mulia, metode pembelajaran secara
bertahap, metode pembelajaran dengan memperhatikan situasi dan kondisi
peserta didik, metode tamsil, metode isyarat, metode diskusi, metode
partisipatoris, dan metode tanya jawab. 14

Selain itu sedikitnya ada 3 faktor yang turut mempengaruhi


kesuksesan dalam belajar yaitu lingkungan sekitar, sarana belajar dan cara
belajar.

a. Pengaruh lingkungan sekitar


Lingkungan mempengaruhi kemampuan dalam berkonsentrasi
untuk belajar. Seseorang dapat memaksimalkan kemampuan
konsentrasi, jika mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap konsentrasi. Jika dapat memaksimalkan konsentrasi,
seseorang mampu menggunakan kemampuan pada saat dan suasana
yang tepat.
b. Sarana belajar
Sarana dalam dunia pendidikan berarti segala sesuatu yang bersifat
fisik maupun material, yang dapat memudahkan terselenggaranya
proses belajar, misalnya dengan tersedianya tempat perlengkapan
belajar di kelas, alat-alat belajar, buku pelajaran dan segala sesuatu
yang menunjang terlaksananya belajar. Adapun yang dimaksud
dengan sarana belajar adalah semua kebutuhan yang dipelukan oleh
mahasiswa dalam rangka untuk memudahkan, melancarkan dan

14
Salafudin, Metode Pembelajaran Aktif Ala Rasulullah, Pembelajaran yang membangkitkan
motivasi (Suatu Kajian Metode Pembelajaran dari Hadist), FORUM TARBIYAH Vol. 9, No. 2,
Desember 2011. https://media.neliti.com/media/publications/70252-ID-metode-pembelajaran-
aktif-ala-rasulullah.pdf diakses pada Sabtu, 21 September 2019 pukul 21: 08 WIB

19
menunjang dalam kegiatan belajar di rumah maupun di sekolah.
Sarana belajar yang menunjang sukses belajar antara lain
tersedianya buku yang berkualitas, suasana tempat belajar dan alat
bantu komputer dan koneksi internet.
c. Setiap orang belajar dengan mempergunakan tangan untuk
melakukan, hati untuk merasakan, otak untuk berpikir, melalui
berbagai cara, seperti; mengingat, visualisasi, bertanya,
menggunakan kata, mendengarkan, mencatat, berdiskusi, melihat
atau melakukan sesuatu. Cara Belajar adalah pada dasarnya
merupakan satu cara atau strategi yang diterapkan seseorang.
Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang
diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya
belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan
kurang berhasil atau gagalnya belajar.15

15
Etty Nurbayani, Kiat Sukses Belajar di Perguruan Tinggi, https://journal.iain-
samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/52/51 diakses pada Sabtu, 21 September
2019 pukul 21:20 WIB

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Hadits yang di riwayatkan oleh Imam Abu Dawud menjelaskan
bagaimana mendidik agama pada anak-anak. Pendidikan agama
diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa perintah-
perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara
perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah yaitu
perintah melaksanakan shalat, perintah memberikan hukuman, dan
perintah mendidik pendidikan seks.
2. Ragam kesuksesan tugas belajar dijelaskan secara gamblang dalam
Hadist riwayat at-Turmudzi. Rasulullah SAW menyampaikan suatu
berita yang amat penting pada Hadis tersebut. Ada tiga konsep
kesuksesan yang dipesankan Rasul. Tiga konsep itu adalah bersedekah,
bersabar, dan memelihara kehormatan diri tidak minta-minta kepada
orang lain. Rasulullah SAW melanjutkan pesannya dan mengingatkan
agar menjaga pesan-pesan itu, bahwa kesuksesan manusia di dunia ini
ada empat macam :
a. Sukses Harta dan Ilmu
b. Sukses Ilmu saja tidak Harta
c. Sukses Harta saja, tidak Ilmu
d. Tidak sukses keduanya
B. Saran
Penulis menyadari bahwa apa yang telah dipaparkan dalam makalah
ini jauh dari kata sempurna. kami berharap pembaca dapat mengambil
pelajaran dari hadist-hadist nabi khususnya mengenai hadist tentang usia
belajar dan hukuman serta hadist ragam kesuksesan tugas belajar. Semoga
pemaparan ini mampu menumbuhkan moivasi dalam diri pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Khon, Abdul Majid .Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan, Jakarta : Kencana


Prenadamedia Group, 2012

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya special for women, Bandung:
PT Sygma Examedia Arkanleema, 2009

Hermawan, Risdianto , Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadist
Nabi Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018)
https://www.researchgate.net/publication/332883059_PENGAJARAN_SH
OLAT_PADA_ANAK_USIA_DINI_PERSPEKTIF_HADIS_NABI_MU
HAMMAD_SAW/link/5cd0dec8299bf14d957cd00d/download

Mardiyah, Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan


Kepribadian Anak, (Jurnal Kependidikan, Vol. III No. 2 November 2015)
https://media.neliti.com/media/publications/103961-ID-peran-orang-tua-
dalam-pendidikan-agama-t.pdf

Nurbayani, Etty. Kiat Sukses Belajar di Perguruan Tinggi, https://journal.iain-


samarinda.ac.id/index.php/dinamika_ilmu/article/view/52/51

Salafudin, Metode Pembelajaran Aktif Ala Rasulullah, Pembelajaran yang


membangkitkan motivasi (Suatu Kajian Metode Pembelajaran dari
Hadist), FORUM TARBIYAH Vol. 9, No. 2, Desember 2011.
https://media.neliti.com/media/publications/70252-ID-metode-
pembelajaran-aktif-ala-rasulullah.pdf

Surur, Mahrus. Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini, (ResearchGate : Desember
2018)https://www.researchgate.net/publication/329482385_PENDIDIKA
N_SEKS_PADA_ANAK_USIA_DINI/link/5c0a78bba6fdcc494fe0b876/d
ownload

22

Anda mungkin juga menyukai