Anda di halaman 1dari 180

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM

MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI (AKHLAK MAHMUDAH)


DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SUSIYANTI
NPM: 1011010223

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438H/2016 M
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DALAM
MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI (AKHLAK MAHMUDAH)
DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat-Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

SUSIYANTI
NPM: 1011010223

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Prof.Dr.H. Syaiful Anwar, M.Pd


Pembimbing II : Drs. Mukti, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438H/2016 M
ABSTRAK
Oleh
Susiyanti
Pendidikan Agama Islam bukan hanya sebagai sarana transformasi
pengetahuan dalam aspek keagamaan (kognitif), tetapi pendidikan agama Islam (PAI)
juga sebagai sarana internalisasi norma dan nilai moral untuk membentuk sikap
(afektif) serta berperan sebagai pengendali prilaku (psikomotorik) sehingga tercipta
kepribadian manusia yang utuh. Maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
merupakan pilar utama dalam membentuk karakter Islami peserta didik.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan mengambil
latar di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah
analisis model interaktif Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, display
data (penyajian data), dan verifikasi (menarik kesimpulan).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan


Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar
Lampung dengan tiga tahap yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian (evaluasi) hasil pembelajaran. Pada tahap perencanaan
ditemukan belum semua guru PAI menyusun perencanaan pembelajaran dengan
lengkap sesuai tuntutan kurikulum yang diterapkan. Pada tahap pelaksanaan
ditemukan penggunaan berbagai macam metode, model, dan media pembelajaran
yang sesuai dengan materi ajar, serta keharusan adanya peran guru secara maksimal
untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Nilai-nilai
karakter yang ditanamkan didalamnya antaralain: relegius, aktif, kritis, kreaktif,
inovatif, produktif, mandiri, bertanggung jawab, disiplin, amanah, percaya diri, jujur,
berani, kerja keras, bersemangat, rela berkorban, ikhlas, sabar, saling kerjasama,
saling menghargai, dan peduli lingkungan. Pada tahap penilaian ditemukan bahwa
penilaian yang dilakukan oleh ketiga guru PAI masih lebih menekankan aspek
pengetahuan (kognitif) daripada sikap (afektif), sehingga penilaiannya belum
dilakukan secara berimbang (proposional) antara aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).

Dengan demikian dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk


membentuk karakter mulia peserta didik memerlukan adanya perencanaan
pembelajaran yang baik, pelaksanaan pembelajaran dengan berbagai metode, model
dan media pembelajaran yang beraneka ragam serta peran guru yang maksimal,
sedangkan evaluasi pembelajarannya mengharuskan mencakup aspek pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) secara proposional.
Kata Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Karakter Islami
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Let. Kol. H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung (0721) 703260

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


DALAM MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI (AKHLAK
MAHMUDAH) DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Nama : Susiyanti
NPM : 1011010223
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

MENYETUJUI
Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd Drs. Mukti Sy, M.Ag


NIP. 19611109 199003 1 003 NIP. 19570525 198003 1 005

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Dr. Imam Syafei, M.Ag


NIP. 19650219 199803 1 003

iii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Let. Kol. H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung (0721) 703260

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul : PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


DALAM MEMBENTUK KARAKTER ISLAMI (AKHLAK MAHMUDAH) DI
SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG. Disusun oleh: Susiyanti. NPM:
1011010223. Jurusan: Pendidikan Agama Islam. Telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada Hari/Tanggal: Rabu, 25
Oktober 2017.

TIM DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Imam Syafei, M.Ag (………………….)

Sekretaris : Waluyo Erry Wahyudi, M.Pd.I (………………….)

Penguji Utama : Dr.Hj. Rifda Elfiah, M.Pd (..………………..)

Pendamping II : Drs. H. Mukti, M.Ag (..………………..)

Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Chairul Anwar, M.P.d


NIP. 195608101987031001

iii
MOTTO

              

           

             

           

           

   

Artinya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)


orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna, dan orang yang menunaikan
zakat, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri
mereka atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak
tercela. Maka barangsiapa mencari yang di balik itu (zina dan sebagainya), maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan (sungguh beruntung) orang
yang memelihara amanat-amanat dan janjinya, dan orang yang memelihara
shalatnya. Mereka itulah orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi
syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 1-11)1

1
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bogor: Syaamil Qur’an, 2007), h.342

v
PERSEMBAHAN

AlhamduliLlaahi rabbil‘aalamiin, segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan

Pencipta alam semesta beserta segala isinya. Dengan segala kerendahan hati, ku

persembahkan karya sederhana ini kepada:

1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Prayitno dan Ibu Supriyatin. Terima kasih

atas segala pengorbanan dan doa yang telah ayah/ibu berikan demi semua

impian dan harapan yang aku cita-citakan. Dukungan untuk terus menuntut

ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan, telah menjadikan hidup lebih

bermakna. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan

yang ayah/ibu berikan dengan sebaik-baiknya balasan. Aamiin.

2. Kakakku Puji Nurhayani, Adikku Syamsiyah dan Sri Rahayu, terima kasih

atas dukungan dan doa kalian, akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Serta

untuk ponakan-ponakanku tercinta Ahmad Nurkhalis Akbar, M. Mahmud

Abdillah, M. Khairudin Habibi, M. Asroful Gibran, dan M. Arfan Raffasya

semoga kalian semua menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua,

dan generasi pemimpin umat pembangun peradaban dunia Islam. Aamiin.

3. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.

vi
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Susiyanti, dilahirkan pada tanggal 26 April 1984 di

Desa Sinar Baru, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Penulis adalah anak

kedua dari empat bersaudara, lahir dari pasangan Bapak Prayitno dan Ibu Supriyatin.

Jenjang pendidikan yang dilalui penulis lalui antaralain: Sekolah Dasar Negeri

3 Sinar Baru, Kec. Sukoharjo, Kab. Pringsewu, lulus pada tahun 1997. Pada jenjang

Sekolah Dasar ini penulis lulus dengan mendapat peringkat ke-3. Kemudian

dilanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Sukoharjo dan

lulus pada tahun 2000. Dalam jenjang SMP ini penulis ditahun ke dua mendapat

peringkat kedua, dan tahun ketiga mendapat peringkat pertama. Lalu penulis

melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pringsewu dan

lulus pada tahun 2003.

Setelah lulus dari SMA penulis tidak langsung melanjutkan ke Perguruan

Tinggi karena terhalang oleh biaya. Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 2010 penulis

tercatat sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan

Lampung di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Agama

Islam. Selama menjadi Mahasiswa di IAIN Raden Intan Lampung, penulis juga aktif

di organisasi sebagai anggota BEM Fakultas Tarbiyah selama satu tahun. Selain itu

penulis juga aktif di organisasi Islam yaitu Hizbut Tahrir Indonesia sejak tahun 2003.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW

Karenalah beliaulah umat manusia mengenal satu-satunya jalan menuju surganya

Allah, maka tidak ada jalan menuju surga Allah selain dari apapun yang beliau

contokan. Perkataan beiau sumber kebaikan, perbuatan beliau setiapnya adalah

kebaikan, bahkan diamnya beliau pun adalah bagian dari kebaikan itu sendiri, maka

menetapi jalan yang telah ditempuh oleh beliau itu satu-satunya cara untuk

mendapatkan Ridho Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini yang berjudul: “PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER

ISLAMI DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG”, penulis menyadari bahwa

skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden

Intan Lampung yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Dr. Imam Syafe’i, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

viii
3. Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dengan pengetahuan dan pengalaman yang banyak,

memotivasi serta memberikan dukungan yang besar hingga terselesaikanya

skripsi ini.

4. Drs. Mukti SY, M.Ag. selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan

bimbingan, arahan, dan motivasi serta memberi banyak pengetahuan dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

IAIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan

kepada penulis selama di bangku kuliah.

6. Pimpinan Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

dan pimpinan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah beserta Karyawan yang telah

memberikan bantuan berupa peminjaman buku-buku dalam rangka

penyusunan skripsi ini.

7. Drs. Hendro Suyono selaku Kepala Sekolah yang telah memberi kesempatan

penelitian di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

8. Sabikhis, S.Pd.I., Titin Widyawati, M.Pd.I dan Susi Apriyani, M.Pd.I sebagai

guru PAI di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan

waktu dan kesempatan bagi penulis untuk mengadakan penelitian terhadap

proses pembelajaran PAI di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

9. Ade-ade RUBIN (Rumah Binaan) tercinta di Perumahan Permata Biru Blok

C.5 No.1, Jemi Sasmita, Nadiya Maher, Eka Putri Nur Apriani (Puput), Tya

ix
Rani Rahayu, Radin Ayu Putri, Lisma Yunita, Siti Partiyah, Susiana (Ucy),

Muji Anggun Pertiwi, Nila Umayla, Fauziyatun, Eka Haryani, Karyati, Yunita

Anggraini, serta saudaraku Fatimah Azzahra, Novri Yani, dan Riskha Budiarti

yang telah memberikan bantuan, masukan, motivasi dan semangat dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Penulis hanya bisa mendoakan semoga segala bimbingan, arahan, bantuan,

dukungan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan disisi Allah SWT dan

mendapat balasan sebaik-baiknya balasan. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu kepada para pembaca kiranya dapat memberikan kritik dan saran yang

sifatnya membangun. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Mei 2017

Penulis

Susiyanti
NPM. 1011010223

x
DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I. PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................................. 1
B. Alasan Memilih Judul ........................................................................ 3
C. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 17
E. Tujuan Dan Kegunaan ...................................................................... 17

BAB II. LANDASAN TEORI


A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ........................................... 19
1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam .................... 19
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam .................... 20
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................................. 22
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................................ 23
5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam ....................................... 23
6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ................................... 25
B. Karakter Islami (Akhlaq Al-Mahmudah) .......................................... 26
1. Pengertian Karakter Islami (Akhlaq Al-Mahmudah) ................... 26
2. Sumber dan Ruang Lingkup Karakter Islam ............................... 31
3. Metode Pembentukan Karakter Islam ......................................... 33
4. Nilai dan Indikator Karakter Islam .............................................. 38
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................................. 45

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Metode Penelitian ............................................................................. 48
1. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................. 49
2. Populasi dan Sampel .................................................................... 50
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 51
C. Analisis Data.................................................................................... 54

BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... 57


A. Laporan Hasil Penelitian ................................................................... 57
1. Gambaran Umum SMA Negeri 9 Bandar Lampung ................... 57
2. Deskripsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA
Negeri 9 Bandar Lampung .......................................................... 70
B. PEMBAHASAN ............................................................................... 100

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 124


A. Kesimpulan ....................................................................................... 124
B. Saran ................................................................................................. 124

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Daftar Presentase Hasil Angket Karakter Islami Peserta Didik

Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 9 Bandar Lampung ................................... 15

2. Tabel 2.1 Nilai dan Indikator Karakter Islam .......................................... 38

3. Tabel 3.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran2015/2016 .................................................................................. 61

4. Tabel 3.2 Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNS

SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Maret 2016 ......................................... 62

5. Tabel 3.3 Keadaan Tenaga Pendidik Honorer di SMA Negeri 9 Bandar

Lampung, Maret 2016 ............................................................................. 65

6. Tabel 3.4 Keadaan Tenaga Kependidikan PNS di SMA Negeri 9

Bandar Lampung, Maret 2016 ................................................................ 66

7. Tabel 3.4 Keadaan Tenaga Kependidikan Honorer di SMA Negeri 9

Bandar Lampung, Maret 2016 ................................................................ 66

8. Tabel 3.4 Keadaan Siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Tahun

Pelajaran 2015/2016 ................................................................................ 66


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Angket Peserta Didik ........................................................ 127

2. Lampiran 2 Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 9

Bnadar Lampung .................................................................................. 129

3. Lampiran 3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran........................... 131

4. Lampiran 4 Pedoman Pengumpulan Data ............................................ 135

5. Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................. 137

6. Lampiran Pelaksnaan Pembelajaran .................................................... 145


BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul dari suatu karya ilmiah adalah merupakan inti atau materi pokok dari

suatu masalah yang akan dibahas, dikaji dan diuraikan secara sestematis. Adapun

penegasan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan

ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat

mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.1

Jadi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah proses kegiatan yang

dilakukan seseorang dalam membelajarkan seorang atau sekelompok peserta didik

untuk dapat memahami dan mengembangkan ajaran-ajaran Islam dan nilai-nilainya

hingga dijadikan sebagai pandangan hidup dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membentuk Karakter Islami

Menurut Imam Ghozali bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu

spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu

dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.2

1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. ke-6), h. 130
2
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012,
Cet. ke-2), h. 3
2

Menurut Abudin Nata secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa Arab,

yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan. Sesuai

dengan bentuk tsulasi majid wajan af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti al-sajiyah

(perangai), at-tabi‟ah (kelakuan, tabiat, atau watak dasar), al-„adat (kebiasaan,

kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik) dan al-din (agama).3

Karakter Islami didasarkan pada sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an

dan Sunnah Nabi. Standar ukuran baik dan buruk dalam karakter Islam yaitu baik

dan buruk menurut Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, bukan baik-buruk menurut

ukuran atau pemikiran manusia pada umumnya.4

Islam menjadikan takwa sebagai karakter tertinggi yang harus dimiliki setiap

muslim. Bahkan Allah menjadikan takwa sebagai satu-satunya ukuran baik atau

tidaknya seorang manusia dihadapan-Nya. Allah SWT berfirman,

       


Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)5
Jadi, yang dimaksud membentuk karakter Islami adalah usaha seorang pendidik

untuk menjadikan peserta didik berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan

berwatak Islam dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan melalui proses

pembelajaran, pemberian pembinaan dan keteladanan serta membangun pembiasaan-

pembiasaan baik didalam kelas maupun diluar kelas.

3
Ibid., h. 4
4
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 30.
5
Ibid., h. 18-19.
3

3. SMA Negeri 9 Bandar Lampung

SMA Negeri 9 Bandar Lampung adalah salah satu lembaga pendidikan formal

tingkat menengah atas yang mendapat predikat unggul dan yang menerapkan

Kurikulum 2013 yang berorientasi kepada pembentukan karakter peserta didik

dengan mengajarkan nilai-nilai Islam dan juga nilai-nilai pengetahuan umum. Maka

penulis menjadikan SMA Negeri 9 Bandar Lampung sebagai tempat untuk

melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dalam skripsi

ini adalah suatu penelitian untuk mengungkap dan membahas lebih dalam mengenai

pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di

SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

Alasan penulis untuk memilih judul ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam di sekolah pada dasarnya berusaha untuk membina sikap

dan perilaku keberagaman peserta didik itu sendiri, bukan pada aspek pemahaman

tentang agama. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam tidak sebatas

mengajarkan aspek knowing (mengetahui tentang ajaran dan nilai-nilai agama)

ataupun doing (bisa mempraktikan apa yang diketahui), tetapi justru lebih

mengutamakan being-nya (beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan

nilai-nilai agama).6 Maka pendidikan agama Islam lebih diorientasikan pada

6
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2011), h.264.
4

tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran

kompeten (competence), tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan

(habit) dalam mewujudkan dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai agama

tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menurut Amin Abdullah, pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi pada

persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang

concern terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang

kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta

didik lewat berbagai cara, media, dan forum.7 Padahal pendidikan agama Islam

(PAI) memiliki peranan penting dalam membentuk karakter peserta didik. Maka

dengan menerapkan kurikulum 2013 yang berorientasi dalam membentuk

kompetensi dan karakter peserta didik, pembelajaran pendidikan agama Islam

(PAI) tidak lagi berorientasi pada kognitif saja, \tetapi mampu mengubah

pengetahuan agama menjadi makna dan nilai, sehingga tujuan pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami dapat terwujud

secara maksimal.

3. Penulis merasa tertarik untuk meneliti pembelajaran pendidikan agama Islam

(PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

Sekaligus kajian skripsi ini memiliki relevansi dengan disiplin ilmu yang penulis

geluti pada jurusan Pendidikan Agama Islam.

7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), h. 24.
5

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagaimana

kebutuhan manusia terhadap makan, minum, pakaian, rumah, dan kesehatan yang

harus terpenuhi. Hal ini karena manusia saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu

apapun sebagaimana firman Allah didalam al-Qur’an. Firman Allah SWT:

            

   


Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sersuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl [16]: 78)8

Kemudian Allah SWT memberikan potensi hidup berupa daya pikir dan fitrah

pada diri manusia yang dapat dikembangkan sampai batas maksimal.9

Firman Allah SWT:

                 

       


Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-Ruum [30]: 30)10

8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Cet. ke-9), h. 28.
9
Ismail Yusanto dkk, Menggagas Pendidikan Islami, (Bogor: Al-Azhar Press, 2011), h.21.
10
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009), h. 407
6

Menurut Ibn Abdil Bar dan Ibn Athiyah bahwa:

“Fitrah Allah itu adalah ciptaan dan bentuk atau karakter yang Allah ciptakan dalam

diri manusia, yang telah disediakan dan disiapkan sehingga dengannya manusia bisa

mengidentifikasi dan membedakan berbagai ciptaan Allah, yang kemudian ia jadikan

sebagai dalil untuk mengetahui eksistensi dan mengimani Allah serta mengetahui

syariat-Nya.”11

Dalam pandangan Islam pendidikan sangat penting bagi manusia, bahkan Allah

SWT pun memuliakan kedudukan bagi orang-orang yang berilmu.

Firman Allah SWT:

         

Artinya: ”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S.
Mujaadilah [58]: 11)12

Dengan demikian pendidikan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup dan

kehidu pan manusia, bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai pilar penentu maju

mundurnya suatu bangsa. Maka, pendidikan yang dibutuhkan manusia bukan hanya

pendidikan yang bertujuan menguasai ilmu dan teknologi saja, melainkan juga

berkaitan dengan pembentukan karakter manusia.

Dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

11
Yayha Abdurrahman, “Kembali ke Fitrah, Kembali ke Syariah”. Al-wa‟ie, No. 63, (Jakarta:
2005), h. 10.
12
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, Op.Cit., h. 543
7

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.”13 Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut, pendidikan yang diselenggarakan

pemerintah adalah pendidikan yang diharapkan mampu melahirkan generasi yang

berkualitas, yaitu generasi yang bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi, melainkan juga generasi yang memiliki kepribadian yang kuat, sehingga

mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan

masyarakat ideal.

Hanya saja, sederet potret buram kehidupan para pelajar saat ini, mulai dari

tawuran antar pelajar, geng motor, tindak kriminal, narkoba, seks bebas, hamil di luar

nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual dan peredaran VCD porno, dan

HIV/AIDS, menunjukkan bahwa pencapaian pendidikan nasional masih jauh dari

harapan, bukan hanya belum berhasil meningkatan kecerdasan dan keterampilan anak

didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation

and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.14

Diakui atau tidak, dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan

yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan

seimbang. Dunia pendidikan telah memberikan porsi yang sangat besar untuk

pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap/nilai dan perilaku dalam

13
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2013), h. 7.
14
Dede Tisna, “Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja”. Al-wa‟ie, No. 147, (Jakarta:
2012), h.13.
8

pembelajarannya.15 Padahal seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih (330

H/940 M-421/1030 M), bahwa setiap ilmu atau mata pelajaran yang diajarkan oleh

guru/pendidik harus memperjuangkan terciptanya akhlak yang mulia. 16

Maka untuk menjawab tantangan zaman, pemerintah melalui Kemendikbud

melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya

memberlakukan kurikulum 2013. Pemberlakuan Kurikulum 2013 ini ditujukan untuk

menghasilkan lulusan yang kompetitif, inovatif, kreaktif, kolaboratif serta

berkarakter.17

Pengembangan Kurikulum 2013 diorientasikan terjadinya peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan

pengetahuan (knowledge).18 Pengembangan kurikulum 2013 difokuskan pada

pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud

pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara kontekstual.19

Hal ini sesuai dengan visi pendidikan agama Islam (PAI) yaitu membentuk

sosok anak didik yang memiliki karakter, watak, dan kepribadian dengan landasan

iman dan ketakwaan serta nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kukuh, yang

15
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.17.
16
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Op.Cit., h.19-20.
17
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014, Cet. ke-2), h.11-12.
18
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, Cet. ke-2),
h.37.
19
Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015, Cet. ke-6), h. 65.
9

tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari, untuk selanjutnya

memberi corak bagi pembentukkan watak bangsa. 20 Dengan demikian antara

Kurikulum 2013 dengan mata pelajaran PAI (pendidikan Agama Islam) memiliki

orientasi tujuan yang sama, yaitu sama-sama membentuk karakter peserta didik.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah ”bawaan, hati, jiwa,

kepribadian, karakter dan akhlak mulia, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,

temperamen, watak”. Berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,


21
bertabiat, dan berwatak. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia baik berhubungan dengan Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat.22

Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter

bangsa yang diidentifikasikan, sebagai berikut:

1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreaktif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu

20
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. ke-2), h. 18.
21
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, dan Feni Fatriani , Pengembangan Pendidikan
Karakter, (Bandung : PT Refika Aditama, 2013), h. 17.
22
Marzuki, Op.Cit., h. 21.
10

10. Semangat Kebangsaan


11. Cinta Tanah Air
12. Menghargai Prestasi
13. Bersahabat/Komunikatif
14. Cinta Damai
15. Gemar Membaca
16. Peduli Lingkungan
17. Peduli Sosial
18. Tanggungjawab23

Nilai-nilai karakter tersebut, tidaklah terlalu banyak jika dibandingkan dengan

nilai-nilai karakter yang ada dalam Islam. Secara umum ruang lingkup karakter Islam

meliputi karakter kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitar.

Karakter dalam Islam tersebut antaralain: Taat kepada Allah SWT; Syukur;
Ikhlas; Sabar; Tawakal; Qanaah; Percaya diri; Rasional; Kritis; Kreaktif; Inovatif;
Mandiri; Bertanggung jawab; Cinta ilmu; Hidup sehat; Berhati-hati; Rela berkorban;
Pemberani; Dapat di percaya; Jujur; Tepat janji; Adil; Rendah hati; Malu berbuat
salah; Pemaaf; Berhati lembut; Setia; Bekerja keras; Tekun; Ulet; Gigih; Teliti;
Berpikir positif; Disiplin; Antisipasif; Visioner; Bersahaja; Beersemangat; Dinamis;
Hemat; Menghargai waktu; Produktif; Ramah; Sportif; Tabah; Terbuka; Tertib; Taat
peraturan; Toleran; Peduli; Kebersamaan; Santun; Berbakti kepada orang tua;
Menghormati orang lain; Menyayangi orang lain; Pemurah; Mengajak berbuat baik;
Berbuat sangka; Empati; Berwawasan kebangsaan; Peduli lingkungan sekitar;
Menyayangi hewan; dan menyayangi tumbuhan.24

Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang

dihasilkan dari proses penerapan ajaran agama yang meliputi keyakinan (akidah)

serta sistem aturan dan hukum (syariah). Akidah yang lurus dan kuat akan

mendorong seorang Muslim melaksanakan Syariah yang ditujukan kepada Allah

23
Marzuki, ibid, h. 19-20.
24
Marzuki, ibid., h. 98-101.
11

SWT sehingga tergambar akhlak (karakter) mulia dalam dirinya. 25 Islam menjadikan

takwa sebagai karakter tertinggi yang harus dimiliki setiap Muslim. Bahkan Allah

SWT menjadikan takwa sebagai satu-satunya ukuran baik atau tidaknya seorang

manusia dihadapanNya. Allah SWT berfirman:

          
Artinya; ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)26

Dalam hal ini pendidikan agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran yang

sarat dengan nilai-nilai karakter menjadi basis utama dalam pembentukan karakter

peserta didik. Bahkan kegiatan-kegiatan agama Islam di sekolah merupakan sarana

untuk membiasakan peserta didik memiliki karakter mulia. Meskipun pembentukan

karakter dapat dilakukan pada pelajaran-pelajaran yang lain selain PAI.

Oleh karena itu pendidikan agama Islam (PAI) memiliki kedudukan yang

sangat penting untuk mewujudkan orientasi tema pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreaktif, inovatif, dan efektif melalui

penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan

(tahu apa) yang terintegrasi.27 Dengan demikian pembelajaran pendidikan agama

Islam bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan

(kognitif), tetapi pendidikan agama Islam (PAI) juga harus menjadi sarana

25
Marzuki, ibid., h. 15.
26
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, Op.Cit., h. 517
27
Yunus Abidin, Op.Cit., h.17
12

internalisasi norma dan nilai moral untuk membentuk sikap (afektif) serta berperan

sebagai pengendali prilaku (psikomotorik) sehingga tercipta kepribadian manusia

yang utuh.28

Pembelajaran adalah suatu proses aktivitas interaksi antara siswa dengan

lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu perubahan

perilaku (pengetahuan, sikap, maupun keterampilan).29 Maka pembentukan karakter

melalui pembelajaran dapat dilakukan secara eksplisit dan implisit. Secara eksplisit

artinya pembentukan karakter dilakukan secara langsung dengan sistem penyampaian

kalimat secara verbal oleh pendidik, sedangkan secara implisit pembentukan karakter

dilakukan dengan suatu teknik penanaman karakter melalui setting kelas dengan

menggunakan metode-metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik.

Oleh karena itu dalam membentuk karakter peserta didik, guru dituntut untuk

secara profesional merancang pembelajaran efektif dan bermakna (menyenangkan),

mengorganisasikan pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat,

menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif,

serta menetapkan kriteria keberhasilan.

Guru/pendidik PAI yang profesional adalah orang yang menguasai ilmu

pengetahuan (agama Islam) sekaligus mampu melakukan transfer ilmu/pengetahuan

(agama Islam), internalisasi, serta amaliah (implementasi); mampu menyiapkan

28
Nur Ainiyah, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-Ulum,
Vol. 13 No. 1 (Universitas Negeri Semarang, Juni 2013), h. 26
29
Zaenal Arifin, “Prinsip-prinsip Pembelajaran”, Kurikulum dan Pembelajaran, ed. Toto
Ruhimat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, Cet. ke-2), h. 181
13

peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya

untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral

identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik, memiliki kepekaan informasi,

intelektual dan moral-spiritual serta mampu mengembangkan bakat, minat dan

kemampuan peserta didik; dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung

jawab dalam membangun peradaban yang diridhai oleh Allah SWT. 30

Adapun gambaran pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA

Negeri 9 Bandar Lampung, melalui wawancara Bapak Sabikis sebagai salah satu

guru PAI menjelaskan bahwa:

”Pembelajaran PAI dilaksanakan berdasarkan Kurikulum 2013 yang


berorientasi untuk membentuk kompetensi dan karakter peserta didik dengan jumlah
tiga guru utama PAI yaitu Titin Widyawati, M.Pd.I, Susi Apriyani, M.Pd.I, dan
Sabikhis, S.Pd.I,. Dalam membentuk karakter peserta didik pembelajaran PAI
diperkuat dengan kegiatan-kegiatan Islami baik yang diadakan guru PAI maupun
pihak sekolah, misal membaca doa dan Al-Qur‟an selama 15 menit sebelum KBM,
shalat dhuha, shalat Jumat seminggu sekali dbergilir setiap 5 kelas, ekskul
ROHIS,baksos (bakti sosial), dan pemberlakuan buku saku Tatib dan jenis
pelanggaran dan sanksi-sanksinya.”31

Adapun gambaran karakter peserta didik yang diperoleh dari penyebaran angket

di kelas XI IPA 3 didapat bahwa karakter taat kepada Allah dengan indikator shalat

lima waktu belum mayoritas secara penuh dilakukan oleh peserta didik, kejujuran dan

tanggung jawab belum menjadi karakter mayoritas peserta didik, namun disisi lain

mereka telah memiliki tingkat kedisiplinan dan berbakti kepada orang tua yang cukup

30
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2012), h. 51
31
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 16 Februari
2015
14

baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter peserta didik yang

tercakup pada KI-1 dan KI-2 belum terbentuk secara berimbang dan maksimal

meskipun kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013 yang berorientasi

kepada pembentukkan kompetensi dan karakter secara bersamaan.

Dalam hal ini proses pembentukan karakter perlu dilihat kembali apakah telah

dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan Kurikulum 2013 atau belum terlaksana

dengan maksimal salah satunya dilihat dari proses pembelajaran PAI dalam

membentuk karakter mulia peserta didik. itu sendiri. Hal ini karena pembelajaran

merupakan salah satu tahap awal proses pembentukan karakter yang tidak kalah

pentingnya dengan tahap pembiasaan. kalinya. Dari sini akan ditemukan faktor apa

saja yang menyebabkan keberhasilan pembentukan karakter peserta didik belum

tercapai secara maksimal, sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Namun jika

pembelajarannya sudah berjalan sesuai dengan Kurikulum 2013, sedangkan hasil

belum tercapai maksimal, berarti memungkinkan ada faktor lain yang menyebabkan

pembentukan karakter peserta didik belum mencapai hasil yang maksimal, sehingga

perlu segera diselesaikan.

Adapun gambaran karakter mulia peserta didik kelas XI IPA 3 SMA Negeri 9

Bandar Lampung, berikut data hasil penyebaran angket pra survey :


Tabel 1.1
Daftar Presentase Hasil Angket Karakter Islami peserta didik kelas XI IPA 3
SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016
Skor
No Karakter Indikator Kadang- Tidak
Selalu Sering
kadang Pernah
1 Taat kepada 1) Memahami dan mempercayai rukun iman 78,4% 18,9% 2,7% -
Allah SWT 2) Melaksanakan shalat 5 waktu secara penuh 18,9% 64,9% 16,2% -
3) Melaksanakan shalat Jumat (laki-laki) 92,9% 7,1% - -
4) Mejalankan puasa Ramadhan 91,9% 8,1% - -
5) Membayar zakat fitrah bulan Ramadhan 83,8% 13,5% 2,7%
6) Menutup aurat/berhijab (perempuan) 61,0% 13,0% 13,0% 13,0%
7) Mengajak orang lain untuk beribadah 18,9% 62,2% 18,9% -
8) Rutin membaca al-Qur’an setiap hari 16,2% 32,4% 51,4% -
9) Memahami adab pergaulan antara perempuan 27,0% 46,0% 24,3% 2,7%
dan laki-laki (tidak berkhalwat, tidak ikhtilat,
tidak pacaran)
10) Menjaga diri dari hal yang merusak (rokok, 91,9% 2,7% - 5,4%
minum-minuman keras, napza, free sex dll)
11) Menjaga diri dari tindak kriminal (tawuran, 91,9% 8,1% - -
mencuri dll)
61,16% 25,17% 11,75% 1,92%
2 Jujur 12) Tidak berkata bohong 8,1% 51,4% 40,5% -
13) Tidak menyontek dalam ulangan/ujian 5,4% 32,4% 62,2% -
14) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang 24,3% 46,0% 27,0% 2,7%
suatu pokok diskusi
15) Mengemukakan rasa senang atau tidak 16,2% 46,0% 37,8% -
senang terhadap pembelajaran
16

16) Menyatakan sikap terhadap suatu materi 27% 48,7% 24,3% -


diskusi kelas
17) Membayar barang yang di beli di toko 94,6% 2,7% 2,7% -
sekolah dengan jujur
18) Mengembalikan barang yang di pinjam atau 48,7% 45,9% 5,4% -
ditemukan di tempat umum
32,04% 39,01% 28,56% 0,39%
3 Bertanggung 19) Menyelesaikan semua kewajiban 32,4% 51,4% 13,5% -
jawab 20) Tidak suka menyalahkan orang lain 24,3% 46,0% 29,7% -
21) Tidak lari dari tugas yang harus diselesaikan 32,4% 48,7% 18,9% -
22) Berani mengambil resiko 40,5% 35,1% 21,6% 2,7%
32,43% 45,30% 20,92 0,68%
4 Disiplin 23) Selalu datang tepat waktu 32,4% 40,5% 24,3% 2,7%
24) Jika berhalangan hadir memberi tahu 62,2% 18,9% 18,9% -
25) Taat pada aturan sekolah 54,1% 35,1% 10,8% -
26) Taat pada aturan lalu lintas 48,7% 45,9% 5,4% -
49,35% 35,10% 14,85% 0,68%
5 Demokratis 27) Menghargai pendapat orang lain 64,87% 24,32% 10,81% -
28) Berlapang dada untuk saling memaafkan 54,05% 35,14% 10,81%
29) Menerima keputusan bersama hasil dari 54,05% 37,84% 8,11%
musyawarah dengan lapang dada
30) Senantiasa bermusyawarah tentang hal yang 54,05% 35,14% 8,11% 2,7%
menyangkut kepentingan bersama
Jumlah Skor 56,76% 33,11% 9,46% 0,68%
Sumber: Data diperoleh dari penyebaran angket karakter Islami peserta didik kelas XI IPA 3 SMA Negeri 9 Bandar
Lampung
Berdasarkan latar belakang dan data hasil pra penelitian yang telah dilakukan,

peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dalam Membentuk Karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan hasil interview pra survey di SMA Negeri 9

Bandar Lampung, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

”Bagaimanakah pembelajaran Pedidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk

karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?”.

E. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran PAI dalam membentuk karakter Islami

peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

b. Untuk mengetahui kesulitan/hambatan pada pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter Islami peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

c. Untuk mengetahui hasil pembelajaran PAI dalam membentuk karakter Islami

peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung sesuai dengan standar

kompetensi lulusan kurikulum 2013.

2. Kegunaan Penelitian

a. Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian ini dapat dijadikan referensi ataupun bahan diskusi

menambah wacana dan wawasan para mahasiswa fakultas tarbiyah, akademis


18

pendidikan maupun masyarakat serta berguna bagi perkembangan dan kemajuan

dibidang pendidikan.

2. Praktis

Kegunaan secara praktis penelitian ini antara lain:

1) Sekolah

Kegunaan bagi sekolah yaitu dapat dijadikan referensi atau bahan

pertimbangan untuk meningkatkan kualitas program-program sekolah dalam

mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013.

2) Guru

Kegunaan praktis bagi guru dapat membantu dan mempermudah dalam

memecahkan permasalahan pada pembelajaran PAI (Pendidikan Agama

Islam) dalam membentuk karakter Islam peserta didik di SMA Negeri 9

Bandar Lampung.

3) Peserta Didik

Kegunaan praktis bagi peserta didik yaitu untuk mendorong para peserta didik

SMA Negeri 9 Bandar Lampung memiliki karakter Islami dalam kehidupan

sehari-hari.

4) Peneliti

Kegunaan bagi peneliti yaitu sebagai implementasi penerapan dari ilmu yang

peneliti peroleh dalam bentuk teoritis ke dalam ilmu praktis.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pembelajaran dalam bahasa Inggris adalah “instruction”, terdiri dari dua

kegiatan utama, yaitu belajar (Learning) dan mengajar (Teaching), kemudian

disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar-mengajar yang dikenal dengan

istilah pembelajaran (instruction).1 Pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi

antara siswa dengan lingkungan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran,

yaitu perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, maupun keterampilan).2

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa

dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya

kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,

serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntutan untuk menghormati penganut

agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam

masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI). 3

1
Zaenal Abidin, “Prinsip-prinsip Pembelajaran”, Kurikulum dan Pembelajaran, ed. Toto
Ruhimat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, Cet. ke-2), h. 180
2
Ibid., 188
3
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. ke-2), h. 11-12
29

Pendidikan agama Islam (PAI) adalah upaya mendidikkan agama Islam atau

ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup)

seseorang.4

Jadi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar yang

dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami,

dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Menurut Zuhairini dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam (PAI)

disekolah dapat di tinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam.
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila , sila pertama: Ketuhanan
Yang Maha Esa
2) Dasar struktual/konstitusional, yaitu UUD‟45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2, yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa;
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973/ yang
kemudian di kukuhkan dalam Tap MPR No. IV/MPR1978 jo. Ketetapan MPR

4
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2011), h. 164
30

Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam
kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
b. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran
Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan
perintah tersebut, antara lain:
1) Q.S Al-Nahl ayat 125: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik…”
2) Q.S Ali-Imran ayat 104: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar…”
3) Al-Hadits: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.”
c. Aspek Psikologis
Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyaraka/t dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan
tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini bahwa: semua manusia di dunia ini selalu
membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha
Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan.5

5
Abdul Majid, Op.Cit., h. 13-14
31

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan, yaitu meningkatan keimanan dan ketakwaan peserta ddik kepada

Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi

untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan,

pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat

berkembang optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya

sesuai dengan ajaran agama Islam.

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-

kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,

pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, system dan

fungsionalnya.
32

g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di

bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal

sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.6

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam

sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.7

Tujuan pendidikan agama Islam tersebut merupakan turunan dari tujuan

pendidikan nasional dalam UUSPN (UU No. 20 tahun 2003), berbunyi: “Pendidikan

nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggungjawab.8

5. Karakteristik Pendidikan Agama Islam

Sebagaimana mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, PAI
memiliki ciri-ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata
pelajaran lain. Karakteristik mata pelajaran PAI dapat dijelaskan sebagai berikut:

6
Abdul Majid, ibid., h. 15-16
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. ke-6),, h. 135
8
Abdul Majid, Op.Cit., h. 16-17
33

a. PAI merupakan rumpun mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran


pokok (dasar) yang terdapat dalam agama Islam dan merupakan mata pelajaran
pokok yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam dengan tujuan
mengembangkan moral dan kepribadian peserta didik.
b. Tujuan PAI adalah terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan
tentang ajaran pokok Agama Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam
sehingga memadai baik untuk kehidupan bermasyarakat maupun untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tunggi.
c. Pendidikan Agama Islam, sebagai sebuah program pembelajaran, diarahkan pada:
(1) Menjaga aqidah dan ketaqwaan peserta didik, (2) Menjadi landasan untuk
lebih rajin mempelajari ilmu-ilmu lain yang diajarkan dimadrasah, (3) Mendorong
peserta didik untuk kritis, kreatif dan inovarif (4) Menjadi landasan prilaku dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan
tentang Agama Islam, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
(membangun etika sosial).
d. Pembelajaran PAI tidak hanya menekankan aspek kognitif saja, tetapi juga afektif
dan psikomotoriknya.
e. Isi mata pelajaran PAI didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan
yang ada dalam dua sumber pokok ajaran agama islam, yaitu Al-Qur‟an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW (dalil naqli) dan juga diperkaya dengan hasil-
hasil istinbath atau ijtihad (dalil aqli) para ulama sehingga lebih rinci dan
mendetail.
f. Materi PAI dikembangkan dari tiga kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah,
syari’ah dan akhlak. Aqidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari‟ah
dari konsep Islam, dan akhlak dari konsep ihsan. Dari ketiga konsep dasar itulah
berkembang berbagai kajian keislaman, termasuk kajian-kajian yang terkait
dengan ilmu, teknologi, seni dan budaya.
34

g. Out put program pembelajaran PAI di sekolahan adalah terbentuknya peserta


didik yang memiliki akhlak mulia (budi pekerti yang luhur) yang merupakan misi
utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di dunia ini. Pendidikan akhlak (budi
pekerti) adalah jiwa pendidikan dalam Islam, sehingga pencapaian akhlak mulia
(karimah) adalah tujuan Pendidikan yang sesungguhnya. 9

Demikian karakteristik Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru perlu

mengembangkannya lebih lanjut sesuai dengan rambu-rambu ini, sehingga

implementasi kurikulum PAI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik,

madrasah dan masyarakat.

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam (PAI) disekolah/madrasah terdiri atas beberapa

aspek, yaitu: Al-Qur‟an dan Al-Hadits, keimanan/akidah, akhlak, fiqih (hukum

Islam), dan aspek tarikh (sejarah) dan kebudayaan Islam. Karakterikstik masing-

masing aspek mata pelajaran PAI yaitu sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an dan hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan

benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan

kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Akidah, menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan

keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai

al-asma’ al-husna.

9
Aulia Fitria Ningrum.”Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 1 Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08
Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/2012”,( Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN), Salatiga, 2012), tidak diterbitkan, h. 41-43
35

c. Akhlak, menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan

menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.

d. Fiqih, menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah

yang benar dan baik.

e. Tarikh dan kebudayaan Islam, menekankan pada kemampuan mengambil ibrah

(contoh/pelajaran) dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-

tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena social, budaya, politik,

ekonomi, ipteks, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban

Islam.10

B. Karakter Islami (Akhlaq Al-Mahmudah)

1. Pengertian Karakter Islami (Akhlaq Al-Mahmudah)

Dalam perspektif Islam, karakter identik dengan akhlak. Kata akhlak berasal

dari bahasa Arab, yaitu al-akhlak yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq.

Menurut Ibnu Manzhur, al-khuluq adalah ath-thabi‟ah yang artinya tabiat, watak,

pembawaan; atau as-sajiyyah yang artinya tabiat, pembawaan, karakter.11 Imam Abu

Hamadi al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam (terpatri) dalam jiwa yang

darinya menimbulkan perbuatan-perbuatan yang gampang dan mudah tanpa

memerlukan pemikiran dan pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu.12

10
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013, Cet.
ke-2), h. 187-188
11
Marzuki, Op.Cit., h. 22
12
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012,
Cet. ke-2), h. 5
36

Bangkitnya peradaban suatu bangsa atau umat, kemajuannya, kemundurannya,

dan kehancurannya tergantung kepada pemahaman anak bangsa atau umat itu

terhadap bermacam-macam nilai yang ada dalam kehidupan. Jika semakin kuat suatu

bangsa atau umat memegang teguh berbagai tata nilai kehidupan, maka akan semakin

kuat karakter yang dimilikinya. Hal ini karena berbagai macam tata nilai kehidupan

merupakan pembentuk karakter suatu bangsa atau umat dengan ciri tertentu yang

khas. Jadi maju dan mundurnya peradaban suatu bangsa atau umat ditentukan oleh

kuat lemahnya karakter bangsa atau umat tersebut.

Bangsa Arab pada zaman Jahiliyah telah memiliki nilai moral yang dijunjung

tinggi antaralain: kedermawanan (al-karam), memenuhi janji (al-wafa bil wa’di) dan

keberanian (al-syaja’ah). Ketiganya karakteristik pribadi orang Arab yang tetap

terpelihara meskipun mereka telah tinggal di pedesaan atau perkotaan.13

Kedermawanan adalah kemuliaan bagi orang Arab, yang diwujudkan dalam

tradisi mereka untuk mengundang makan para tetangga, baik sifatnya terbatas

(intiqar) maupun yang umum atau besar-besaran (jafala). Wujud kedermawan

lainnya adalah kecenderungan mereka untuk memanjakan para tamu. Kehadiran tamu

mereka pandang sebagai sebuah amanah suci, baik tamu itu telah dikenal atau tidak,

saudara dekat atau jauh, karib kerabat atau saudara sesuku. Mereka menajamu para

tamu dengan menyembelih kambing bahkan onta, untuk memenuhi keperluan mereka

13
Ahmad Fuad Effendy, Sejarah Peradaban Arab dan Islam, (Malang: Misykat, 2012), h. 79
37

selama tiga hari penuh. Batasan tiga hari ini sudah menjadi tata krama umum

dikalangan mereka.14

Memenuhi janji juga merupakan akhlak yang dipegang teguh oleh orang akan

Arab, meskipun untuk itu mereka harus menghadapi mara bahaya. Memenuhi janji

merupakan salah satu wujud dari sikap kesatria yng dijunjung tinggi oleh bangsa

Arab. Keberanian merupakan tuntutan yang sangat wajar dari system kesukuan dan

pola kehidupan yang berpindah-pindah, karena setiap saat mereka harus siap

berperang. Maka syarat pertama untuk dipiih sebagai kepala suku adalah

keberanian.15

Pada saat itu juga, bangsa Arab mempunyai ahli-ahli hikmah dan ahli syair yang

didalam kata-kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yang

memerintahkan agar berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong pada

perbuatan yang utama dan menjauhi dari perbuatan yang tercela dan hina. Seperti

kata-kata hikmah yang dikemukakan oleh Lukmanul Hakim, Aktsam bn Shaifi, dan

pada syair yang dikarang oleh Zuhair bin Abi Sulma dan Hakim al-Thai.16

Uraian sejarah diatas menggambarkan bahwa bangsa Arab zaman Jahiliyah

telah memiliki nilai-nilai moral yang dijadikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini karena karakter telah melekat dalam diri manusia secara fitrah. Dengan fitrah

14
Ibid.
15
Ibid.
16
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013, Cet. ke-13), h. 57
38

inilah manusia mempunyai kecenderungan baik dan buruk. Allah SWT menegaskan

dalam firman-Nya:

   


Artinya: “Maka, Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya.” (Q.S. Asy-Syam [91]: 8)17

Kecenderungan manusia pada kebaikan terbukti pada kesamaan konsep pokok

karakter pada setiap peradaban dan zaman. Tidak ada peradaban yang menganggap

baik seperti tindakan terror, kebohongan, penindasan, keangkuhan, dan kekerasan.

Sebaliknya, tidak ada peradaban yang menolak keharusan menghormati kedua orang

tua, keadilan, kejujuran, dan pemaaf sebagai hal yang baik. 18 Dalam hal ini, Islam

tidak mengabaikan adanya standar atau ukuran lain selain Al-Qur‟an dan sunnah Nabi

untuk menentukan nilai-nilai karakter manusia. Standar tersebut yaitu akal, nurani,

serta pandangan umum (tradisi) yang disepakati nilainya oleh masyarakat. 19

Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan manusia

sesamanya. Hubungan manusia dengan Allah tercakup dalam perkara akidah dan

ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya tercakup dalam perkara akhlak, makanan,

dan pakaian. Hubungan manusia dengan sesamanya tercakup dalam perkara

mu’amalah dan uqubat (sanksi).20

17
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 28
18
Ibid., h. 29.
19
Ibid., h. 30 .
20
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor : Al Azhar Press, 2012,
Cet. ke-4), h. 1
39

Ini artinya, Islam adalah agama sempurna yang memiliki ajaran yang paling

lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh Allah SWT kepada

umat manusia. Hal ini dapat dilihat dari sumber utamanya, yaitu Al-Qur‟an yang

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek akidah (keyakinan),

syariah (ibadah dan muamalah), dan akhlak (karakter mulia), hingga aspek-aspek

yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. 21

Jadi, Islam merupakan penyempurna dari konsep pendidikan karakter yang telah

dikemukakan para nabi, filosof dan pemikir sebelumnya. Sebagaimana sabda

Rasullah SAW bahwa: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Pernyataan ini mengandung arti, bahwa Rasulullah SAW mengakui adanya akhlak

atau karakter mulia yang diwarisi para nabi, para filosof, dan pujangga dimasa lalu.

Jika, konsep pendidikan karakter diumpamakan seperti sebuah bangunan rumah yang

terdiri dari berbagai bagian dan komponen, maka para nabi, filosof terdahulu

membawa dinding, genteng atau lantainya saja, maka Islam sebagaimana dibawa

Nabi Muhammad SAW membawa kekurangannya dan mengkontruksinya menjadi

sebuah bangunan yang sempurna.22

Peran Islam sebagai penyempurna tersebut, dapat dipahami sebagaimana firman

Allah SWT berikut:

             

21
Marzuki, Op.Cit., h. 8-9
22
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 297
40

Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Q.S. Al-Maidah [5]:3)23

Adapun kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga bagian, yaitu akidah

(keyakinan), syariah (aturan-aturan hukum tentang ibadah dan muamalah), dan

akhlak (karakter). Akidah bertujuan menghantarkan manusia untuk beriman, syariah

bertujuan manusia untuk bertakwa kepada Allah, dan akhlak bertujuan

menghantarkan manusia untuk berakhlak atau berkarakter mulia.24

Jadi, akhlak (karakter) dalam Islam adalah hasil atau akibat dari penerapan

syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi akidah yang kokoh.

Tanpa akidah dan syariah, mustahil akan terwujud akhlak (karakter) yang sebenarnya.

2. Sumber dan Ruang Lingkup Karakter Islam

Karakter dalam Islam atau akhlak Islami didasarkan pada dua sumber pokok

ajaran Islam, yaitu Al-Qur‟an dan sunnah Nabi.25 Dalam hal ini standar atau ukuran

baik dan buruknya karakter seseorang dalam Islam adalah berdasarkan Al-Qur‟an dan

sunnah Nabi, bukan baik dan buruk berdasarkan ukuran atau pemikiran manusia pada

umumnya. Sebab jika ukuran baik dan buruk itu berdasarkan manusia, maka hasilnya

akan berbeda-beda.

Karakter Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu karakter terhadap Allah SWT

dan karakter terhadap makhluk-Nya.

23
Al-Qur‟an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009), h. 107
24
Marzuki, Op.Cit., h. 9
25
Marzuki, ibid., h. 30
41

Karakter terhadap Allah SWT, seperti bertauhid (QS. Al-Ikhlas [112]: 1-4 dan

QS. Adz-Dzariyat [51]: 56), menaati perintah Allah atau bertakwa (QS. Ali-Imran

[3]: 132), ikhlas dalam semua amal (QS. Al-Bayyinah [98]: 5), cinta kepada Allah

(QS. Al-Baqarah [2]: 165), takut kepada Allah (QS. Fathir [35]: 28); berdoa dan

penuh harapan (raja’) kepada Allah (QS. Az-Zumar [39]: 53), bertawakal setelah

memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali-Imran [3]: 159 dan QS. Hud [11]:

123), bersyukur (QS. Ibrahim (14): 7), bertobat jika berbuat kesalahan (QS. An-Nur

[24]: 31 dan QS. At-Tahrim [66]: 8), ridha atas semua ketetapan Allah (QS. Al-

Bayyinah (98): 8), dan berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah (QS. Ali-Imran

[3]: 154. Selanjutnya setiap muslim juga dituntut untuk menjauhkan diri dari karakter

tercela terhadap Allah SWT, seperti syirik (QS. Al-Maidah [5]: 72-73) dan QS. Al-

Bayyinah [98]: 6), kufur (QS. An-Nisa (4): 136), dan lain-lain.

Karakter terhadap sesama manusia, berkarakter mulia kepada Rasulullah SAW,

seperti mencintai Allah dan Rasulullah SAW (QS. At-Taubah [9]: 24), menaati dan

mengikuti sunnahnya (QS. An-Nisa [4]: 59 dan Al-Ahzab [33]: 21) serta

mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasul SAW (QS. Al-Ahzab [33]: 56).

Karakter mulia terhadap dirinya sendiri, seperti memelihara kerapian (QS. Al-A‟raf

[7]: 31), memakai pakaian yang menutup aurat (QS. An-Nur [24]: 31), menambah

pengetahuan sebagai modal amal (QS. Az-Zumar [39]: 9), serta tidak bermegah-

megahan (QS. At-Takatsur (102): 1-3). Sebaliknya Islam melarang seseorang berbuat

aniaya terhadap diri sendiri (QS. Al-Baqarah [2]: 195), bunuh diri (Qs. An-Nisa (4):

29-30), serta mengkonsumsi khamer dan suka berjudi (QS. Al-Maidah [5]: 90-91).
42

Karakter mulia terhadap keluarga, seperti berbakti kepada kedua orang tua dan

berkata lemah lembut kepada mereka (QS. Al-Isra‟ [17]: 23), bergaul dengan

keduanya secara makruf (QS. An-Nisa [4]: 19), memberi nafkah dengan sebaik

mungkin (QS. Ath-Thalaq [65]: 7, serta saling mendoakan (QS. Al-Isra‟ [17]: 24 dan

QS. Al-Furqan [25]: 74). Karakter mulia terhadap sesama manusia, berbuat baik

dengan tetangga (QS. An-Nisa [4]: 36) dan berlemah lembut dengan sesama dan

mudah memaafkan (QS. Ali-Imran [3]: 159). Karakter mulia terhadap lingkungannya,

seperti tidak melakukan kerusakan didarat dan dilaut (QS. Ar-Rum [30]: 41) dan

tidak melakukan pengrusakan pada tumbuhan kecuali sesuai dengan tujuan dan

fungsi penciptaan (QS. Al-Hasyr [59]: 5).26

3. Metode Pembentukan Karakter Islam

Karakter peserta didik dapat dibentuk dengan dua pendekatan yaitu pendekatan

intervensi dan habituasi. Intervensi dilakukan dengan pembelajaran dan habituasi

dilakukan dengan pembinaan secara terus menerus. 27 Menurut Mochtar Buchori,

pengembangan karakter seharusnya membawa anak kepengenalan nilai secara

kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya kepengamalan nilai secara nyata

dalam aktifitas keseharian.28

Maka pembentukan karakter peserta didik di sekolah tidak cukup jika hanya

menggunakan metode pembelajaran didalam kelas saja, melainkan harus ada metode-

26
Marzuki, ibid., h. 32-35
27
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Feni Fatriani, Pengembangan Pendidikan Karakter
(Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 82
28
Ibid., h. 148
43

metode lain yang dapat merealisasikan pengetahuan yang telah didapat dari kegiatan

proses pembelajaran di kelas.

Menurut Lickona, karakter tersusun ke dalam tiga bagian yang saling terkait,

yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan bermoral (moral feeling)

dan perilaku bermoral (moral action).29 Sedangkan moral action merupakan

perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk

kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).30

Pendidikan agama Islam harus menyentuh tiga aspek, yaitu (1) knowing,

yakni agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran agama; (2) doing,

yakni agar peserta didik dapat mempraktikkan ajaran agama; dan (3) being, yakni

agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.31

Dengan demikian pengembangan karakter dilakukan melalui tiga tahap yaitu

pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Maka untuk

mewujudkan tiga tahap tersebut berikut berbagai metode yang bisa diterapkan dalam

pembentukan karakter Islami di sekolah, antaralain:

a. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran


Integrasi pendidikan karakter didalam proses pembelajaran di sekolah
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi
pembelajaran.
1) Perencanaan

29
Marzuki, Op.Cit., h. 21
30
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 5
31
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.
305-306
44

Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD untuk mengidentifikasi


nilai-nilai karakter yang dapat diintegrasikan pada SK/KD tersebut,
pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakter, dan
penyiapan bahan ajar berkarakter. Adapun langkah-langkah penyusunan RPP
yang mengintegrasikan karakter dalam pembelajaran sebagai berikut:
a) Rumusan tujuan pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan
kognitif dan psikomotorik, tetapi juga afektif (karakter).
b) Langkah-langkah pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup)
dirancang agar setiap tahapan memfasilitasi peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan dan
mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran
kontekstual (Contextual Teaching and Learning), pembelajaran kooperatif
(Cooperatif Learning), dan pembelajaran aktif (misal: PAIKEM/
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreaktif, Efektif, dan Menyenangkan) cukup
efektif untuk mengembangkan karakter peserta didik.
c) Teknik penilaian dirumuskan untuk mengukur pencapaian peserta didik
dalam kompetensi dan karakter. Untuk mengetahui perkembangan
perkembangan karakter adalah dengan observasi, penilaian kenerja,
penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri.
2) Pelaksanaan
Dalam kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, serta
penutup dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai
karakter yang ditargetkan. Guru dituntut menguasai berbagai metode, model,
atau strategi pembelajaran aktif. Sekaligus melakukan pengamatan dan
evaluasi (penilaian) terhadap karakter peserta didik. Selain itu, perilaku guru
sepanjang proses pembelajaran harus menjadi model dalam pelaksanaan nilai-
nilai karakter bagi peserta didik.
3) Evaluasi/penilaian
45

Evaluasi atau penilaian dilakukan sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan


yang ditetapkan pemerintah yaitu Permendiknas RI Nomor 2007. Secara
khusus, penilaian karakter berbasis pendidikan agama menuntut guru agama
melakukan penilaian secara komprehensif yang mencakup pencapaian
kognitif, afektif (sikap) dan psikomotorik (perilaku). Penilaian afektif bisa
dilakukan dengan observasi melalui rubrik penilaian pengamatan (lembar
pengamatan) dan instrumen penilaian skala sikap (misalnya Skala Likert).
Sementara, penilaian psikomotorik bias dilakukan dengan observasi yang
dibantu lembar observasi, penilaian kinerja, penilaian produk, atau penilaian
portofolio yang dirancang dan dilaksanakan secara benar.
b. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan
pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Berikut
program-program yang dapat dikembangkan oleh sekolah dalam rangka
pengembangan kultur karakter mulia, antaralain:
1) Program pembiasaan bercorak keagamaan adalah sebagai berikut:
a) Selalu membuka pembelajaran dikelas dengan salam yang disusul dengan
doa bersama. Begitupun juga ketika menutup pembelajaran.
b) Membaca ayat-ayat Al-Qur‟an sebelum memulai pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
c) Setiap hari melaksanakan shalat dzuhur berjamaah mulai dari sampai
selesai.
d) Melaksanakan shalat dhuha setiap hari dengan jadwal setiap kelas
bergantian atau ketika sedang istirahat.
e) Membaca ayat-ayat Al-Qur‟an juz „amma (surah-surah pendek) sebelum
shalat dzuhur berjamaah atau one day one ayat. Pelaksanaannya sebelum
dzuhur berjamaah dengan dipantau oleh salah satu petugas.
46

f) Membaca shalawat Nabi, istighfar, Asmaul Husna, atau kutum tentang


agama dilakukan dari pukul 06.30-07.30.
g) Melaksanakan Peringatan Hari Besar Keagamaan di sekolah dengan
melibatkan semua siswa.
h) Memotivasi siswa agar selalu melaksanakan kewajiban agama dirumah (di
luar sekolah), baik yang terkait dengan ibadah madhah (khusus) maupun
ibadah ghairu mahdhah (umum). Dalam hal ini, untuk melakukan
pemantauan atau membekali siswa dengan buku catatan harian kegiatan
keagamaan di luar sekolah.
i) Memberikan motivasi kepada siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas
keagamaan maupun hasil-hasil ide, karya, dan seni yang mendukung
semangat beragama di kalangan siswa.
j) Melakukan mabit (malam binaan dan takwa) untuk menambah kegiatan-
kegiatan keagamaan siswa di luar kelas, terutama pada hari-hari libur.
2) Program pembiasaan bercorak umum
Program-program umum dapat melalui pelaksanaan janji siswa dan tata tertib
yang diterapkan sekolah. Program-program ini merupakan cara sekolah dalam
mendukung terwujudnya pribadi yang religius, agamis, dan berkarakter mulia.
c. Keteladanan
Metode keteladanan adalah metode yang sangat efektif dalam membentuk
karakter di sekolah. Keteladanan di sekolah diperankan oleh kepala sekolah, guru,
dan karyawan sekolah. Keteladanan di rumah diperankan oleh kedua orang tua
peserta didik dan anggota keluarga yang lain. Sementara, keteladanan
dimasyarakat diperankan oleh para pemimpin masyarakat dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi.
d. Pemberian nasehat dan perhatian
Para guru dan orang tua harus selalu memberikan nasehat-nasehat dan perhatian
khusus kepada para peserta didik dalam pembentukan karakter. Cara ini dapat
47

membantu peserta didik untuk memiliki komitmen dengan aturan-aturan atau


nilai-nilai akhlak mulia yang harus diterapkan.
e. Metode reward dan punishment
Metode reward adalah pemberian hadiah kepada peserta didik agar termotivasi
berbuat baik atau berakhlak mulia, sedangkan metode punishment adalah
pemberian sanksi sebagai efek jera bagi peserta didik agar tidak berani berbuat
jahat (berakhlak buruk) atau mlanggar peraturan yang berlaku.32

4. Nilai dan Indikator Karakter Islam

Tabel 2.1
Nilai dan Indikator Karakter Mulia
No Nilai dan deskripsinya Indikator
1 Taat kepada Allah SWT: 1) Melaksanakan perintah Allah SWT secara
Tunduk dan patuh kepada ikhlas, seperti mendirikan shalat,puasa
Allah dengan berusaha atau bentuk-bentuk ibadah yang lain.
menjalankan perinta- 2) Meninggalkan semua larangan Allah,
perintah-Nya dan menjauhi seperti berbuat syirik, membunuh,
larangan-larangan-Nya mencuri, berzina, minum-minuman keras,
dan larangan-larangan lainnya.
2 Syukur : 1) Selalu berterimakasih kepada Allah
Berterima kasih atau memuji dengan mamuji-Nya.
kepada yang telah memberi 2) Selalu berterimakasih kepada siapa pun
kenikmatan atas kebaikan yang telah memberi atau menolongnya.
yang telah dilakukannya, 3) Menggunakan segala yang dimiliki
seperti bersyukur kepada dengan penuh manfaat.
Allah atau berterima kasih
kepada orang lain
3 Ikhlas: 1) Melakukan perbuatan secara tulus tanpa
Melakukan perbuatan tanpa pamrih.
pamrih apapun, selain hanya 2) Menolong siapa pun yang layak ditolong.
berharap kepada Ridha Allah 3) Memberi sesuatu tanpa berharap imbalan
SWT apa-apa,
4) Melaksanakan perbuatan hanya
mengharap ridha Allah

32
Marzuki, Op.Cit., h. 110-113
48

4 Sabar: 1) Melaksanakan perintah Allah dengan


Menahan diri dari segala penuh ketundukan.
sesuatu yang tidak disukai 2) Menerima semua takdir Allah dengan
karena mengharap ridha tabah.
Allah SWT 3) Menghadap ujian(kesulitan) dengan
lapang dada.
4) Selalu menghindari sikap marah kepada
siapa pun.
5 Tawakal: 1) Menyerahkan semua urusan kepada Allah.
Berserah diri kepada 2) Selalu berharap agar Allah memberikan
kehendak Allah SWT dan keputusan yang terbaik.
percaya dengan sepenuh hati 3) Siap menerima apa pun keputusuan yang
atas keputusan-Nya akan diputuskan Allah.
6 Qana‟ah: 1) Menerima semua ketentuan Allah dengan
Rela atau suka menerima pa rela dan apa adanya.
saja yang diberikan 2) Merasa cukup dengan apa yang dimiliki.
kepadanya 3) Menerima semua keputusan dengan rela
dan sabar serta tidak berputus asa
7 Percaya diri: 1) Berani melakukan sesuatu karena merasa
Merasa yakin dengan mampu.
kemampuan yang 2) Tidak ragu untuk berbuat sesuatu yang di
dimilikinya yakini mampu dilakukan.
3) Tidak selalu menggantungkan pada
bantuan orang lain.
8 Rasional: 1) Melakukan sesuatu didasari pemikiran
Berpikir dengan penuh yang logis.
pertimbangan dan alasan 2) Selalu berpikir argumentative.
yang logis 3) Tidak asal bicara.
4) Tidak berpikir yang aneh-aneh.
9 Kritis: 1) Tidak mudah percaya orang lain.
Tidak mudah percaya, tetapi 2) Tidak mudah menerima pendapat orang
berusaha menemukan lain.
kesalahan atau kekurangan 3) Menganalisis permasalahan yang dihadapi
yang ada
10 Kreatif: 1) Terampil mengerjakan sesuatu.
Memiliki kemampuan untuk 2) Menemukan cara praktis dalam
menciptakan sesuatu yang menyelesaikan sesuatu.
baik (daya cipta) 3) Tidak selalu tergantung pada cara dan
karya orang lain

11 Inovatif: 1) Menemukan penemuan baru dalam hal


Berusaha menemukan atau tertentu.
49

memperkenalkan sesuatu 2) Tidak puas hanya meniru orang lain.


yang baru.
12 Mandiri: 1) Bekerja keras dalam belajar.
Mampu berdiri sendiri dan 2) Melakukan pekerjaan atau tugas secara
tidak tergantung kepada mandiri.
orang lain. 3) Tidak mau bergantung kepada orang lain.
13 Bertanggung jawab: 1) Menyelesaikan semua kewajiban.
Melaksanakan tugas secara 2) Tidak suka menyalahkan orang lain.
bersungguh-sungguh serta 3) Tidak lari dari tugas yang harus
berani menanggung diselesaikan
konsekuensi dari sikap, 4) Berani mengambil resiko
perkataan, dan perilakunya
14 Cinta ilmu: 1) Suka membaca buku atau sumber ilmu
Memiliki kegemaran untuk yang lain.
menambah dan 2) Suka berdiskusi dengan teman-temannya
memperdalam ilmu tentang ilmu.
3) Suka melakukan penelitian.
15 Hidup sehat: 1) Mengkonsumsi makanan dan minuman
Berusaha untuk dapat hidup sehat.
sehat dan terhindar dari 2) Berolahraga secara rutin.
berbagai penyakit 3) Suka pada kebersihan.
4) Menjauhi makanan dan minuman yang
merusak kesehatan.
5) Tidak merokok.

16 Berhati-hati: 1) Selalu waspada dalam melakukan sesuatu.


Melakukan segala perbuatan 2) Mengendarai motor tidak ugal-ugalan.
dengan teliti, cermat, serta 3) Tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas.
penuh pertimbangan dan
perhitungan
17 Rela berkorban: 1) Berani mengeluarkan tenaga dan harta
Mau melakukan atau demi orang lain.
memberikan sesuatu sebagai 2) Membantu orang lain yang membutuhkan.
pernyataan kebaktian dan 3) Memberikan sebagian yang dimiliki
kesetiaan kepada Allah SWT kepada orang lain
atau kepada manusia
18 Pemberani: 1) Berani berbuat baik dan benar.
Memiliki keberanian dalam 2) Berani mengajak orang lain kepada
melakukan perbuatan- kebaikan dan menjauhi kejahatan
perbuatan yang mulia 3) Berani menghadapi musuh.
19 Amanah: 1) Melaksanakan kewajibannya dengan baik.
Melakukan sesuatu dengan 2) Tidak menyia-nyiakan kewajibannya.
50

penuh kejujuran dan 3) Tidak lari dari tanggungjawab.


kepercayaan
20 Jujur: 1) Berkata dan berbuat apa adanya.
Menyampaikan sesuatu 2) Mengatakan yang benar itu benar.
dengan terbuka, apa adanya, 3) Mengatakan yang salah itu salah.
dan sesuai dengan hati nurani
21 Menepati janji: 1) Selalu memenuhi janjinya.
Selalu melaksanakan apa 2) Melaksanakan apa yang sudah dijanjikan.
yang telah menjadi janjinya 3) Tidak berkhianat.
22 Adil: 1) Bersikap sama kepada semua teman.
Menempatkan sesuatu pada 2) Membagi sesuatu secara sama dan
tempat yang semestinya seimbang.
3) Tidak pilih kasih.
4) Tidak berbuat aniaya.
23 Rendah hati: 1) Berpenampilan sederhana.
Berperilaku yang 2) Selalu merasa tidak bisa meskipun
mencerminkan sifat yang sebenarnya bisa.
berlawanan dengan sifat 3) Tidak menganggap remeh orang lain.
sombong
24 Malu berbuat salah: 1) Tidak melakukan perbuatan tercela.
Merasa malu untuk 2) Tidak membolos.
melakukan perbuatan- 3) Tidak curang.
perbuatan salah dan dosa 4) Tidak menyontek
25 Pemaaf: 1) Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Suka memberi maaf pada 2) Tidak pendendam
oranglain
26 Berhati lembut: 1) Sayang kepada orang lain.
Memiliki sifat dan sikap 2) Tidak menyakiti orang lain.
yang penuh dengan 3) Berkata dan berbuat dengan penuh
kelembutan dan kasih saying kelembutan
27 Setia: 1) Merasakan perasaan orang lain.
Berpegang teguh dengan 2) Memenuhi janjinya.
janji dan pendiriannya 3) Rela berkorban demi cinta dan
kepercayaan.
28 Bekerja keras: 1) Semangat dalam bekerja.
Berusaha menyelesaikan 2) Semangat dalam belajar.
pekerjaan secara optimal 3) Tidak bermalas-malasan.
29 Tekun: 1) Rajin sekolah.
Rajin, keras hati, dan 2) Rajin bekerja
bersungguh-sungguh dalam 3) Rajin belajar
menyelesaikan suatu
perbuatan
51

30 Ulet: 1) Bekerja keras, tidak malas, dan tidak


Berusaha terus dengan giat bosan.
dan tanpa putus asa 2) Tidak mudah menyerah.
31 Gigih: 1) Terus berusaha tanpa putus asa.
Teguh pada pendirian dan 2) Mempertahankan pendapatnya yang
pikiran benar.
32 Teliti: 1) Cermat dalam mengerjakan sesuatu.
Melaksanakan sesuatu 2) Tidak sembarangan.
dengan cermat dan seksama 3) Mengerjakan sesuatu secara tepat dan
tidak terburu-buru.
33 Berpikir positif: 1) Tidak mudah berprasangka buruk.
Melihat sisi baik dari setiap 2) Tidak mudah menyalahkan orang lain.
hal yang diperhatikannya 3) Pandai mengambil pelajaran dari setiap
kejadian.
4) Melihat sesuatu didasari kebaikan.
34 Disiplin: 1) Selalu datang tepat waktu.
Taat pada peraturan atau tata 2) Jika berhalangan hadir memberi tahu.
tertib yang berlaku 3) Taat pada aturan sekolah.
4) Taat pada aturan lalu lintas
35 Antisipatif: 1) Bisa menyelesaikan masalah.
Mengantisipasi atau 2) Selalu belajar setiap ada kesempatan
menyelesaikan setiap terutama menghadapi ujian.
permasalahan yang dihadapi 3) Sedia payung sebelum hujan.
36 Visioner: 1) Menatap masa depan dengan optimis.
Berwawasan jauh ke depan 2) Selalu berpikir jauh kedepan.
3) Tidak terbelenggu dengan masa lalu.
37 Bersahaja: 1) Berpakaian sederhana.
Bersikap sederhana dan tidak 2) Berpenampilan apa adanya.
berlebihan 3) Tidak silau dengan kemewahan duniawi
38 Bersemangat: 1) Mengerjakan tugas dengan senang.
Memiliki semangat yang 2) Mengisi hidup dengan banyak bekerja.
tinggi untuk melakukan 3) Selalu ingin menang.
perbuatan yang baik
39 Dinamis: 1) Tidak puas dengan yang ada.
Memiliki kemampuan untuk 2) Berusaha melakukan perubahan.
menyesuaikan diri dengan 3) Selalu mencari tahu informasi-informasi
keadaan baru.
40 Hemat: 1) Berbuat yang secukupnya.
Memanfaatkan sumber daya 2) Tidak berlebihan dalam memanfaatkan
yang dimiliki secara efisien sesuatu.
3) Tidak berbuat foya-foya (mubazir)
41 Menghargai waktu: 1) Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
52

Memanfaatkan waktu dengan 2) Tidak pernah menganggur.


sebaik-baiknya dan tidak 3) Selalu beraktivitas
menyia-nyiakannya
42 Produktif: 1) Selalu bekerja dan mengahasilkan sesuatu
Berusaha untuk 2) Memanfaatkan waktu dengan berbuat
menghasilkan karya-karya sesuatu yang menghasilkan.
yang baik 3) Tidak berhenti bekerja.
43 Ramah: 1) Suka tersenyum kepada orang lain.
Suka bergaul dan 2) Pandai menyenangkan orang lain.
menyenangkan dalam 3) Tidak menyakiti orang lain.
pergaulan
44 Sportif: 1) Mengakui kesalahannya.
Bersifat kesatria dan jujur 2) Mengakui kekurangannya.
3) Tidak curang dalam bermain.
45 Tabah: 1) Menghadapi musibah dengan sabar.
Tetap dan kuat hati dalam 2) Tidak pernah putus asa.
mengahadapi kesulitan dan 3) Berusaha untuk terhindar dari kesulitan
yang semisalnya yang dihadapi.
46 Terbuka: 1) Berbagi rasa dengan orang lain.
Tidak menutup-nutupi apa 2) Berbagi pengalaman dengan orang lain.
yang semestinya 3) Tidak menutup-nutupinya kekurangannya.
disampaikan kepada orang
lain
47 Tertib: 1) Antre dengan teratur.
Teratur menurut peraturan 2) Melakukan sesuatu dengan teratur.
yang berlaku 3) Mengerjakan sesuatu sesuai dengan urutan
atau tahapannya.
48 Taat peraturan: 1) Menaati peraturan yang berlaku.
Menaati peraturan yang 2) Tidak melanggar peraturan.
berlaku 3) Melakukan sesuatu sesuai dengan aturan
49 Toleran: 1) Tidak memaksakan kehendak kepada
Menghargai dan membiarkan orang lain.
pendirian yang berbeda atau 2) Menghormati orang lain yang berbeda
bertentangan dengan pendapat dengannya.
pendirian nya sendiri 3) Mengakui perbedaan dengan mengambil
sikap positif.
50 Peduli: 1) Perhatian pada orang lain.
Selalu acuh dan 2) Menolong orang yang membutuhkan.
menghiraukan orang lain 3) Memberi makan orang yang kelaparan.
51 Kebersamaan: 1) Senang bekerjasama.
Mementingkan kerja sama 2) Suka belajar bersama.
dan tidak mementingkan diri 3) Suka berdiskusi tentang berbagai masalah.
53

sendiri
52 Santun: 1) Berkata-kata dengan halus.
Halus dan baik budi bahasa 2) Berperilaku sopan.
dan tingkah lakunya 3) Berpakaian sopan.
53 Berbakti kepada kedua 1) Menghormati kedua orang tua.
orangtua: 2) Suka membantu kedua orang tua.
Selalu menghormati dan 3) Patuh kepada orang tua.
patuh kepada kedua aorang 4) Tidak menyakiti kedua orang tua.
tua serta tidak durhaka
kepada mereka
54 Menghormati orang lain: 1) Mendahulukan orang lain daripada dirinya
Selalu menghormati orang sendiri
lain dengan cara yang 2) Tidak menghina orang lain
selayaknya 3) Mengucapkan salam terlebih dahulu
kepada orang lain dan menjawabnya
ketika diberi salam
55 Menyayangi orang lain: 1) Suka menolong atau membantu orang
Selalu menyayangi orang yang kekurangan
lain dengan cara yang 2) Tidak membiarkan orang lain menderita
selayaknya 3) Selalu berdoa demi kebaikan orang lain

56 Pemurah: 1) Suka memberi sebagian hartanya untuk


Suka memberi orang lain dan orang lain
tidak pelit 2) Tidak pelit
3) Suka bersedekah untuk kepentingan
umum
57 Mengajak berbuat baik: 1) Mengajak orang lain untuk beribadah
Mengajak orang lain untuk 2) Mengajak orang lain bekerja keras
berbuat baik 3) Mengajak temannya untuk belajar dengan
giat
58 Berbaik sangka: 1) Memandang orang lain dari sisi kebaikan
Melihat orang lain dari sisi 2) Tidak berprasangka buruk kepada orang
positif lain
3) Pandai mengambil pelajaran dari peristiwa
yang dihadapi
59 Empati: 1) Suka menolong orang lain
Mampu menghadapi 2) Tidak membiarkan orang lain menderita
perasaan dan pikiran orang 3) Suka memberi bantuan orang lain yang
lain membutuhkan
60 Berwawasan kebangsaan: 1) Mencintai bangsa dan negara
Memiliki kebann sebagai 2) Menjunjung tinggi nama baik negaranya
anggota atau warga suatu 3) Berpikir dan bekerja untuk negaranya
54

bangsa
61 Peduli lingkungan sekitar: 1) Memelihara lingkungan sekitar sehingga
selalu memelihara dan selalu bersih dan rapi
menjaga lingkungan sekitar 2) Tidak merusak lingkungan
dan tidak merusaknya 3) Memanfaatkan lahan kosong dengan
ditanami tumbuh-tumbuhan
62 Menyayangi hewan: 1) Suka memberi makan hewan
Tidak menganiaya hewan 2) Tidak membiarkan hewan mati kelaparan
3) Tidak membunuh hewan secara berlebihan
63 Menyayangi tumbuhan: 1) Suka menanam tanaman dan merawatnya
Tidak menganiaya tumbuhan 2) Tidak merusak tanaman
3) Tidak menyia-nyiakan tanaman
Sumber: Pendidikan Karakter Islam, Amzah, 2015

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian yang terdahulu, di temukan

beberapa karya ilmiah (skripsi) terdahulu yang hampir sealur dengan tema kajian

penelitian ini. Berikut beberapa hasil usaha penelusuran tentang skripsi yang

berkaitan dengan tema penelitian ini:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Eka Hariyani mahasiswa Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2017 dengan

Judul “Implementasi Budaya Sekolah Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di

SDIT Insantama Bandar Lampung”. Skripsi ini menunjukkan hasil penelitian bahwa

budaya sekolah yang ada di SDIT Insantama Bandar Lampung yakni: Berpegang

teguh pada nilai-nilai Tauhid, Ketaatan yang tinggi, Ukhuwah Islamiyah, Kerja keras,

Kemandirian, Keteladanan, Kebersihan, Kerapihan, dan Keindahan, Kedisplinan, dan

Inovatif dan Kreaktif. Yang kemudian budaya sekolah tersebut dikembangkan


55

melalui 4 hal yakni: 1) kegiatan rutin, 2) kegiatan spontan, 3) peneladanan, dan 4)

pengkondisian.33

Dari skripsi diatas yang membedakan dengan skripsi penulis dengan skripsi

tersebut adalah fokus penelitiannya, jika penulis fokus terhadap pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) dalam pembentukan karakter, sedangkan pada skripsi

diatas fokus dengan implementasi budaya sekolah dalam membentuk karakter.

Kedua, skripsi yang ditulis Rahmawati Rodhiyatun mahasiswa Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2012 dengan Judul “Penanaman Karakter Siswa

Melalui Pembelajaran PAI Di SDIT Ibnu Mas‟ud Wates Kulon Progo”. Skripsi ini

menunjukkan hasil penelitian bahwa (1) Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang

dikembangkan dalam penanaman karakter siswa di SDIT Ibnu Mas‟ud Wates Kulon

Progo yakni: religius, jujur, kedisiplinan, semangat kebangsaan, kerja keras, cinta

tanah air, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, santun, cinta damai,

gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab, kesehatan, tolong

menolong, sopan, demokratis, tertib aturan, kesederhanaan, kepemimpinan. (2)

Pelaksanaan penanaman karakter siswa di SDIT di lakukan dengan cara: Kegiatan

Pembelajaran, Pengembangan Diri, Keteladanan, Pendidikan Kecakapan Hidup,

Poster atau Hiasan Dinding Sekolah, Menjalin Komunikasi yang baik dengan

Orangtua Siswa. (3) Faktor penghambat dan pendukung dalam penanaman karakter

33
Eka Hariyani, “Implementasi Budaya Sekolah Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Di SDIT Insantama Bandar Lampung”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2016.
56

siswa melalui pembelajaran PAI di SDIT Ibnu Mas‟ud sebagai berikut: Faktor

Pendukung (Peran Orangtua, Partisipasi Semua Pihak Sekolah, Motivas dan

Komitmen Guru, Komunikasi yang Terjalin antara Orangtua dan Guru), Faktor

Penghambat (Kurikulum Diknas Padat, Latar Belakang Keluarga Siswa berbeda). 34

Dari skripsi diatas yang membedakan dengan skripsi penulis dengan skripsi

tersebut adalah fokus penelitiannya, jika penulis fokus terhadap proses pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter, sedangkan pada skripsi

diatas fokus dengan metode penanaman karakter dan faktor mendukung dan

penghambat dalam penanaman karakter .

34
Rahmawati Rodhiyatun. “Penanaman Karakter Siswa Melalui Pembelajaran PAI Di SDIT
Ibnu Mas‟ud Wates Kulon Progo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2012.
45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah ilmu yang membicarakan tatacara atau jalan

sehubungan dengan adanya penelitian.1 Sedangkan menurut Sugiyono metode

penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.2

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang

dilaksanakan melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum,

konseptualisasi, kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar masalah yang

terjadi di lapangan. Maka dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dapat

terlaksana secara simultan dengan analisis data selama pebelitian berlangsung.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigm

naturalistik atau fenomenologi.Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan

sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan

lapangan (empiris). Penelitian kualitatif dilaksanakan membangun pengetahuan

melalui pemahaman dan penemuan (meaning and discovery). Penalaran induktif dan

dialitik sangat dominan dalam menjalankan sebuah penelitian kualitatif.3

1
M. Iqbal Hasan, Metodologi penelitian dan aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2002), h. 20.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 2.
3
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013, Cet. ke-
5), h. 192
46

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Ditinjau dari tempat penelitian, jenis penelitian dibedakan menjadi :

1) Penelitian lapangan (field research)


Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan dilapangan atau
kepada responden.
2) Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dlaksanakan dengan menggunakan
literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil
penelitian dari peneliti terdahulu.
3) Penelitian laboratorium (laboratory research)
Penelitian laboratorium adalah penelitian yang dilaksanakan pada tempat tertentu
(laboratorium) dan biasanya bersifat eksperimen atau percobaan. 4
Berdasarkan teori tersebut, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan

(field research), maka peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data

yang dibutuhkan dan objek yang dibahas. Peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri

9 Bandar Lampung.

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang

berusaha menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya,

dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang

diteliti secara tepat.5

4
Etta Mamang Sangadj dan Sopiah, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2010), h.28
5
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.157
47

Data yang diperoleh peneliti seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil

pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti tidak dituangkan

dalam bentuk dan angka-angka. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai

situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Pada penelitian ini

penulis akan meneliti dan menganalisis proses pembelajaran PAI dalam membentuk

karakter Islami pada peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 6 Sampel adalah sebagian dari

populasi yang diambil secara representative atau mewakili populasi yang

bersangkutan atau bagian kecil yang diamati. 7

Dalam penelitian kualitatif, istilah sampel sebagai subyek penelitian disebut

dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang

diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Maka

jumlah subyek penelitian yang menjadi informan relative lebih sedikit dibandingkan

dengan penelitian kuantitatif. 8

Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dan

snow ball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

6
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D,
(Bandung: ALFABETA, 2010), h. -118
7
Iskandar, Op.Cit., h. 70
8
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 91-92
48

pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sedangkan snow ball sampling adalah teknik

pengambilan sampel sumber data dari jumlah yang sedikit, semakin lama

berkembang menjadi banyak. 9

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel/subyek penelitian adalah guru

pendidikan agama Islam (PAI) di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, namun karena

teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan snow ball

sampling, maka sampel/subyek dalam penelitian ini dapat berkembang bukan hanya

guru PAI namun bisa guru-guru lain yang terkait seperti wali kelas, guru BK, waka

kurikulum, TU, atau bahkan peserta didik dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan data

yang ingin diperoleh.

B. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dari sumber data, maka penulis menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan dan pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek

sasaran.10 Menurut cara pelaksanaan kegiatan observasi dan tujuannya, observasi

dibedakan ke dalam dua bentuk:

9
Sugiono, Op.Cit., h. 300
10
Abdurrahmat Fathoni, \etodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 104
49

a. Observasi partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh

observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan

diobservasi.

b. Observasi non partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh

observer dengan tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara

terpisah berkedudukan selaku pengamat.11

Dalam penelitian ini jenis observasi yang penulis lakukan adalah observasi non

partisipan yaitu penulis tidak tinggal ditempat penelitian, akan tetapi sekali-kali

datang ke wilayah penelitian dan mencatat gejala-gejala yang ada hubunganya

dengan permasalahan yang akan diteliti yang tidak diperoleh melalui metode pokok

untuk mendapatkan data skunder guna mendukung data primer. Peneliti seperti

penonton ia melakukan pendekatan obyektif, ia merasa seperti orang luar.

Metode ini digunakan untuk mengobservasi tentang pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami Siswa di SMA Negeri 9

Bandar Lampung.

2. Wawancara/interview

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengontruksi

mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya

yang dilakukan dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan kepada orang lain yang diwawancarai (interviewee).12

11
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.161-162
12
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011),h.155
50

Adapun model wawancara yang dapat digunakan oleh peneliti kualitatif dalam

melakukan penelitian, sebagai berikut:

a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah
menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah
yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus
masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan
biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.13
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur, yaitu

wawancara yang masalah dan pertanyaannya sudah diformat terlebih dahulu sesuai

dengan masalah yang akan diteliti. Metode wawancara ini dilakukan langsung dengan

guru pendidikan agama Islam (PAI) untuk mendapatkan data tentang pembelajaran

pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9

Bandar Lampung.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),

ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya

foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbetuk lisan, misalnya

13
Iskandar, Op.Cit., h. 219-220
51

rekaman gaya bicara/dialek dalam berbahasa suku tertentu. Dokumen yang berbentuk

karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.14

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data berupa arsip-arsip atau

dokumentasi yang dimiliki dari pihak sekolah yang berkenaan dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis karakter maupun keterangan yang

berhubungan dengan gambaran umum lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 9 Bandar

Lampung, seperti sejarah berdirinya, jumlah guru, peserta didik, sarana, prasarana,

dan lain-lain.

4. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik

berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi

partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama

secara serempak. Triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data yang berbeda-

beda dengan teknik yang sama.15 Metode ini peneliti gunakan untuk memperkuat

data-data yang diperoleh.

C. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara

14
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 148
15
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 83
52

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang

akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri

maupun orang lain.16

Dalam penelitian ini, analisis yang dilakukan menggunakan analisis data

model interaktif Miles dan Huberman. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama,

yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan tertulis dari lapangan. Dalam tahapan ini, peneliti menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang bagian data yang tidak diperlukan, serta

mengorganisasikan data sehingga memudahkan untuk dilakukan penarikan

kesimpulan yang kemudian akan dilanjutkan dengan proses verifikasi.

2. Display Data

Display data/penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan memcermati penyajian data ini, peneliti akan dapat memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, apakah peneliti akan

meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan

memperdalam temuan tersebut.


16
Ibid, h. 89
53

3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Verifikasi atau menarik kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna atau arti, ketentuan, pola-pola, penjelasan, atau sebab akibat, atau penarikan

kesimpulan, sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konpigurasi yang

utuh.17

Dalam menarik kesimpulan akhir, pernulis mengunakan metode berpikir

induktif. Berpikir induktif:” berangkat dari fakta-fakta yang khusus, pristiwa- pristiwa

yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta dan pristiwa-pristiwa yang khusus itu

ditarik generalisasi- generalisasi yang bersifat umum.18

17
Muhammad Idrus, Op. Cit., h. 147-148
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
43
BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Laporan Hasil Penelitian


1. Gambaran Umum SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Biodata SMA Negeri 9 Bandar Lampung
1) Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Nomor Statistik Sekolah : 301126004031

NDS : 201126001002

NIS : 300310

Status Sekolah : Negeri

2) Identitas Kepala Sekolah

Nama Kepala Sekolah : Drs. Hendro Suyono


NIP/Golongan : 19611114 198803 1 011/Pembina/IV/a
Jabatan : Kepala Sekolah
TMT Jabatan : 27 Januari 2010
Masa Kerja Keseluruhan : 23 Tahun 8 Bulan
Masa Kerja Golongan : 23 Tahun 8 Bulan
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 14 Nopember 1961
Alamat : Perumahan Bukit Sukabumi Indah
Jl. Permata IIE I/No. 8 Bandar Lampung
Telpon Rumah/ Hp : 0721 789353 / 0815 40 347781

1
Dokumen SMA Negeri 9 Bandar Lampung, di minta pada 11 Mei 2016
3) Alamat Sekolah

Jalan : Panglima Polem No. 18 Bandar


Lampung
Kelurahan : Segala Mider
Kecamatan : Tanjung Karang Barat
Kota : Bandar Lampung
Propinsi : Lampung
Telepon / Faxsimil : 0721 (772924) / 0721 (701387)
Alamat WEB : www.smalan.sch.id
Alamat email : sman9bdl@yahoo.co.id
Waktu Penyelenggara : Pagi
Status Gedung : Milik Sendiri
Status Akreditasi :A
Tahun Berdiri : 1975
Nomor SK Pendirian Sekolah : 035/0/1997
Nomor Akte/Sertifikat Tanah : AC 858499 08.01.01.04.4.00024
Luas Tanah : 44.725 M²
Luas Bangunan : Total Seluruhnya 5.314 M²
Luas Tanah sebelum : 39.411 M².2
b. Letak Geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung

SMA Negeri 9 Bandarlampung terletak di jalan Panglima Polem No. 18

Bandarlampung, di Propinsi Lampung, Kota Bandarlampung, Kecamatan

Tanjungkarang Barat, Kelurahan Segalamider. Jalan Panglima Polem membujur arah

Utara–Selatan, batas jalan sebelah selatan jalan SAM Ratulangi, sedangkan batas

sebelah utaranya jalan Pagar Alam.

2
Dokumen SMA Negeri 9 Bandar Lampung, di minta pada 11 Mei 2016
Letak SMA Negeri 9 Bandarlampung diapit beberapa sekolah, disebelah selatan

SMP Negeri 10 Bandarlampung dan SLTP Swasta Wiyatama, sedangkan disebelah

utaranya terdapat SMK Swasta Bhakti Utama. Kendaraan umum yang melewati SMA

Negeri 9 Bandarlampung adalah mikrolet jururan SAM Ratulangi – Tanjungkarang,

sedangkan akses dari jalan Teuku Umar lewat jalan Tupai atau jalan Pagar Alam

mengunakan becak.

Jarak SMA Negeri 9 dari ibukota Propinsi/Kota kurang lebih 4 km, jalan yang

bisa ditempuh dari 0 Km ( depan Kantor Telkom) adalah melewati jalan Teuku Umar

– SAM Ratulangi – Panglima Polem rute lainnya jalan Imam Bonjol – SAM

Ratulangi – Panglima Polem, jalan Teuku Umar – Pagar Alam – Panglima Polem,

jalan Teuku Umar – jalan Tupai – Panglima Polem.3

c. Sejarah Berdiri SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Nomor Statistik SMA Negeri 9 Bandar Lampung 30.1.12.60.01.09, tahun 1993,

nomor buku AC 858499, dan buku sertifikat asli tersimpan pada bagian Perlengkapan

Dinas Pendidikan dan Perpustakaan. Bahwa awal pendirian SMA Negeri 9 Bandar

Lampung bernama SMPP 51 (Sekolah Menengah Perintis Pembangunan ), mulai

melaksanakan aktifitas belajar mengajar sejak tanggal 2 januari 1996, sesuai dengan

surat Keputusan Mendikbud RI, nomor 0265/O/1995, tanggal 20 November 1975,

tahun 1984 berubah nama menjadi SMA Negeri 5 Tanjung Karang, dan tanggal 7

Maret 1997 berubah menjadi SMU Negeri 9 Bandar Lampung sesuai dengan Surat

Keputusan Mendikbud RI, nomer 035/O/1997.


3
Ibid.
d. Sejarah Kepemimpinan Sekolah
1) Drs. Hi. A. Sani Djuned tahun 1975 s.d tahun 1980
2) Drs. Hi. Syamsuddin Kadan tahun 1980 s.d tahun 1990
3) Drs. Hi. M. Nasir Husin tahun 1990 s.d tahun 1997
4) Drs. Robby Suharlan Suarsa tahun 1997 s.d tahun 2000
5) Drs. Hi. Suyitno tahun 2000 s.d tahun 2002
6) Drs. Sobirin, M.pd tahun 2002 s.d 2010
7) Drs. Hendro Suyono tahun 2010 s.d sekarang4
e. Visi dan Misi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
1) Visi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
“SMA Negeri 9 Bandar Lampung terdepan IMTAQ dan IPTEK,
lingkungan asri dan berwawasan global.”
Indikator :
a) Terwujudnya suasana sekolah yang kondusif, taqwa, harmonis dan
indah.
b) Terwujudnya sekolah yang berbudaya mutu dan berakhlak mulia.
c) Terwujudnya kemandirian, kompeten dan berdaya saing iptek.
d) Mampu bersaing dan berkompetisi dalam pendidikan bertaraf
Internasional dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
e) Mampu memanfaatkan fasilitas ICT dalam pembelajaran melaui E-
Learning.5
2) Misi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a) Menjadikan masyarakat sekolah beriman, bertaqwa dan berbudaya
mutu serta lingkungan yang sehat.
b) Meningkatkan profesionalisme ketenagaan.
c) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mutu lulusan yang
berwawasan lingkungan.

4
Ibid.
5
Ibid.
d) Memanfaatkan dan mengembangkan sarana prasarana sumber
belajar.
e) Meningkatkan peran serta orang tua, masyarakat, dunia usaha dan
industri dalam pendidikan serta pengelolaan lingkungan.
f) Menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan tuntutan
kualitas sumberdaya manusia yang dapat diterima oleh dunia
Internasional.
g) Menumbuhkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan stake holder sekolah.6
f. Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016

Tabel 3.1
Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016

No Nama Jabatan
1 Dr. Ayi Ahadiat, SE, MBA Ketua Komite
2 Drs. Hendro Suyono Kepala Sekolah
3 Dra. Sri Purwiyatni Waka Kurikulum
u4 Indra Suciani, S.Pd Waka Kesiswaan
5 Drs. Bambang Suprapto Waka Humas
6 Murni Sabdo Lestari, S.Pd Waka Sarana dan Prasarana
7 Suharyati Kepala Tata Usaha
8 Dra. Endang Setiowati Pustakawan
Dra. Rotua P. Siagian Kepala Perpustakaan
9 Salmiati Nurdin, S.Pd Kepala Lab. Kimia
10 Nirwanto, S.Pd Kepala Lab. Biologi

6
Ibid.
11 Drs. Wayan Suwatra Kepala Lab. Fisika
12 Lisma Pertiwi, S.Pd UKS
13 Kristianto, S.Ag Bengkel Lingkungan
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
g. Guru, Karyawan, dan Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung

1) Guru SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Tabel 3.2
Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNS
SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Maret 2016
No NAMA L/ PANGKAT/G KET.
P OL
1 Drs. Hendro Suyono L Pem. IV a K. Sekolah
2 Dra. Sri Purwiyatni L Pem. IV a W. Kurikulum
3 Indra Suciani, S.Pd P Pem. IV a W. Kesiswaan
4 Drs. Bambang Suprapto L Pen. Tk.I III d W. Humas
5 Imam Santoso,S.pd, M.Pd L Pem. IV a W. Manj. Mutu
6 Murni Sabdo Lestari, S.Pd P Pem. IV a W. Sapras
7 Drs. Abdul Gani, M.Pd L Pem. IV a G. PPKN
8 Dra. Rotua P. Siagian P Pem. IV a G. PPKN
9 Dra. Habibina, MM P Pem. IV a G. B. Indonesia
10 Dra. Sujiati P Pem. IV a G. B. Indonesia
11 Dra. Sularni, M.Pd P Pem. IV a G. B. Indonesia
12 Dra. Laila Umar P Pem. IV a G. Matematika
13 Dra. Nelva Nora P Pem. IV a G. Matematika
14 Dra. Umi Khoiriah P Pem. IV a G. Matematika
15 Hj. Lisma Pertiwi, S.Pd P Pem. IV a G. Matematika
16 Dra. Bekti Suprantini P Pem. IV a G. B. Inggris
17 Yayah Suratiyah, S.Pd, MM. P Pem. IV a G. B. Inggris
18 Dra. Maisaroh P Pem. IV a G. B. Inggris
19 Eli Herlina, S.Pd P Pem. IV a G. B. Inggris
20 Tiur Kencanawati, S.Pd P Pem. IV a G. B. Inggris
21 Nirwanto, S.Pd L Pem. IV a G. Biologi
22 Erzi Fauzi, S.Pd, M.Pd P Pem. IV a G. Biologi
23 Drs. Suharman, M.Pd L Pem. IV a G. Fisika
24 Lusiana Amilus, S.Pd P Pem. IV a G. Fisika
25 Elfarida, S.Pd P Pem. IV a G. Fisika
26 Drs. Wayan Suwatra L Pem. IV a G. Fisika
27 Dra. Salmiati Nurdin P Pem. IV a G. Kimia
28 Dra. Raya Dewi P Pem. IV a G. Kimia
29 Dra. Elizarwati,MM P Pem. IV a G. Kimia
30 Berliana Naibaho, S.Pd, MM. P Pem. IV a G. Kimia
31 Dra. Rina Isneli P Pem. IV a G. Geografi
32 Dra. Fatma P Pem. IV a G. Geografi
33 Sunardi, S.Pd L Pem. IV a G. Geografi
34 Dra. Sri Subekti P Pem. IV a G. Ekonomi
35 Dra. Barida Hirnanti P Pem. IV a G. Ekonomi
36 Drs. Sayuti L Pem. IV a G. Ekonomi
37 Dra. Sumarti P Pem. IV a G. Sejarah
38 Dra. Salamah Thohir P Pem. IV a BK
39 Dra. Apridawati P Pem. IV a BK
40 Dra. Artila P Pem. IV a BK
41 Dra. Sri Puji Triani P Pem. IV a BK
42 Dra. Sasiti Nugroho P Pem. Tk.I IV b Guru Sejarah
43 Yuliana, S.Pd P Pem. IV a Guru PPKN
44 Kristianto, S.Ag L Pen. Tk.I III d Guru Mulok
45 Nike Helgawati, S.S P Pen. Tk.I III d G. Sastra German

46 Pipiyanti, S.Pd P Pen. Tk.I III d G. B. Indonesia


47 Any Widyaningsih, S.Pd P Pen. III c G. Biologi
48 Vira Murti Adhi, S.Pd P P. Md Tk.I III b G. Fisika
49 Titin Widyawati, M.Pd.I P P. Md Tk.I III b G. PAI
50 Satwika Citra Dewi, S.Pd, M.Pd P P. Md Tk.I III b G. Sosiologi
51 Anggraini D.P. Ayogo. S.Pd P P. Md Tk.I III b G. Jasmani
52 Susi Apriyani, S.Pd.I, M.Pd.I P P. Md Tk.I III b G. PAI
53 Yuliana, S.Pd (*Pkn) P Pen. Muda III a G. PPKN
54 Asmuri Riduan, S.Pd L Pen. Muda III a G. Matematika
55 Raheni Purwanti, S.Si P Pen. Muda III a G. Biologi
56 Supeno, S.Pd., M.Pd L Pen. Muda III a G. Jasmani
57 Zainudin, S.Kom L Pen. Muda III a G. Infokom
58 Margareta S. S.Pd P Pen. Muda III a Guru SBK
59 Dewi Herliah, S. Kom P Pen. Muda III a Guru Mulok
L 14
P 45
Jumlah 59
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
Tabel 3.3
Keadaan Tenaga Pendidik Honorer di SMA 9 Bandar Lampung
Maret 2016
NO NAMA L/P JABATAN KET.
1 Boby Martinus L Honorer G. K. Protestan
2 Budi Karso Usodo, S.Th L Honorer G. K. Protestan
3 Dr. Daneil Fut Phin, Bth, MA L Honorer G. K. Protestan
4 Sabikis, S.Pd.I L Honorer G. PAI
5 Maria Ulfa, S.Pd P Honorer G. Seni Budaya
6 Maryana, S.Pd P Honorer Seni Budaya
7 Siti Mauliyani Amelia, S.Pd P Honorer G. Jasmani
8 Nazhief Muttaqien, S.Pd L Honorer G. Jasmani
9 Ni Wayan Titi Rahayu, S.Ag P Honorer Prakarya Fisika
10 Megawati, S.Pd P Honorer G. B. Indonesia
11 Rosihan Agung Saputra, S.Pd L Honorer Guru Penjas
12 Novianti, M.Pd P Honorer Guru Sejarah
13 Ayu Tamiyah, S.Pd P Honorer Guru MTK
14 I Made Mahartika, S.Pd P Honorer Guru MTK
L 7
P 7
Jumlah 14
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
2) Karyawan SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Tabel 3.4
Keadaan Tenaga Kependidikan PNS di SMA 9 Bandar Lampung
Maret, 2016
NO NAMA L/P PANGKAT/GOL KET.
1 Dra. Endang Setiowati P Pembina Tk.I IV b Pustakawan
2 Suharyati P Pen. Md. Tk.I III b Kepala TU
3 Lulus Suprianti, S.Pd P Pen. Md. Tk.I III b Staf TU
4 Rehulina P Pen. Md. Tk.I III b Staf TU
5 Herman L Penata Muda III a Staf TU
6 Hermanto L Pengatur Tk.I II d Staf TU
7 Ichsan Tito, S.Kom L Pengatur II c Staf TU
8 Safrudin L Pengatur Muda II a Staf TU
9 Wagiman L Pengatur Muda II a Staf TU
L 5
P 4
Jumlah 9
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016

Tabel 3.5
Tenaga Kependidikan Honorer di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Maret, 2016
NO NAMA L/P JABATAN KETERANGAN
1 Arif Isnaini, S.Pd.I L Honorer Pustakawan
2 Gatot Nugroho, A.Md L Honorer Pustakawan
3 Alfian Saputra, S.Kom L Honorer Administrasi Staf TU
4 Suryo Dwiyono, S.Kom L Honorer Administrasi Staf TU
5 Rahma Beti, S.Kom P Honorer Administrasi Staf TU
6 Dewi Yuliana, S.Kom P Honorer UKS
7 Widi Santoso L Honorer Kebersihan
8 Eko Saryono L Honorer Kebersihan
9 Tuti P Honorer Kebersihan
10 Deviana P Honorer Kebersihan
11 Rudi Hartono L Honorer Kebersihan
12 Amat L Honorer Kebersihan
13 Tri Wahyudi L Honorer Kebersihan
14 Sumirah P Honorer Kebersihan
15 Hariri L Honorer Kebersihan
16 Harun L Honorer Keamanan
17 Suhairi L Honorer Satpam
18 M. Hamid L Honorer Satpam
L 13
P 5
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016

3) Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Tabel 3.6
Keadaan Siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016

Jumlah Agama Jumlah



Biling ∑
No Kelas Sisw
Islam Non Biling
L P a L P
L P Islam
1 X IPA 1 14 26 40 14 23 3 9 5 14
2 X IPA 2 18 22 40 17 22 1 6 9 15
3 X IPA 3 19 20 39 19 19 1 2 1 3
4 X IPA 4 18 22 40 16 22 2 5 4 9
5 X IPA 5 17 22 39 15 22 2 1 4 5
6 X IPA 6 18 20 38 17 19 2 4 7 11
7 X IPA 7 6 13 19 5 13 1 - - 0
Jumlah IPA 110 145 255 103 140 12 27 30 57
8 X IPS 1 14 26 40 13 24 3 8 14 22
9 X IPS 2 16 24 40 16 23 1 10 18 28
10 X IPS 3 16 24 40 16 23 1 10 12 22
Jumlah IPS 46 74 120 45 70 5 28 44 72
Jumlah IPA-IPS 156 219 375 148 210 17 55 74 129
11 XI IPA 1 15 23 38 13 22 3 3 3 6
12 XI IPA 2 14 24 38 14 23 1 1 3 4
13 XI IPA 3 14 24 38 14 23 1 1 3 4
14 XI IPA 4 12 26 38 11 25 2 3 7 10
15 XI IPA 5 16 22 38 16 20 2 1 4 5
16 XI IPA 6 12 26 38 12 23 3 2 - 2
Jumlah IPA 83 145 228 80 136 12 11 20 31
17 XI IPS 1 10 20 30 10 20 - 7 17 24
18 XI IPS 2 10 22 32 10 21 1 5 15 20
19 XI IPS 3 8 22 30 7 22 1 7 19 26
20 XI IPS 4 11 19 30 11 17 2 6 16 22
Jumlah IPS 39 83 122 38 80 4 25 67 92
Jumlah IPA-IPS 122 228 350 118 216 16 36 87 123
21 XII IPA 1 10 17 27 10 17 -
22 XII IPA 2 10 17 27 9 17 1 2 3 5
23 XII IPA 3 9 18 27 7 17 3 1 1
23 XII IPA 4 9 19 28 8 18 2 1 2 3
24 XII IPA 5 10 16 26 7 16 3 1 5 6
25 XII IPA 6 8 18 26 8 18 - 1 3 4
26 XII IPA 7 9 18 27 9 16 2 5 5
27 XII IPA 8 9 17 26 8 16 2 3 3
Jumlah IPA 74 140 214 66 135 13 10 17 27
28 X IPS 1 8 24 32 8 23 1 4 11 15
29 X IPS 2 10 20 30 8 19 3 5 12 17
30 X IPS 3 8 22 30 6 22 2 6 11 17
Jumlah IPS 26 66 92 22 64 6 15 34 49
Jumlah IPA-IPS 100 206 306 88 199 19 25 51 76
Total Jumlah 378 653 1031 354 625 52 116 212 328
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016

h. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Di SMA Negeri 9 Bandarlampung menyediakan berbagai fasilitas yang

lengkap guna mempermudah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Berikut

sarana dan prasarana yang disediakan, antaralain:

1) Ruang Kelas.
2) Ruang Laboratoirum IPA. (Kimia, Fisika, Biologi)
3) Ruang Laboratorium Bahasa. (Inggris/Asing)
4) Ruang Laboratorium berisi masing-masing 40 PC terhubungan LAN dan
Internet.
5) Ruang Laboratorium Seni.
6) Ruang Perpustakaan dengan koleksi lebih dari 5.000 judul buku dan
Sistem Administrasi Perpustakaan (e-Library).
7) Ruang Pelayanan Kesehatan dengan Perawat dan Dokter jaga setiap hari
Senin s.d. Sabtu.
8) Ruang Kegiatan OSIS dan MPK.
9) Ruang Konseling BK.
10)Koneksi Internet untuk Lab. Komputer dan Multimedia serta seluruh
Ruangan dengan kecepatan 2 mbps.
11)Aula dengan kapasitas 500 kursi.
12)Mushola dengan kapasitas 300 jama’ah.
13)Ruang Kepala Sekolah.
14)Ruang Wakil Kepala Sekolah.
15)Ruang Guru.
16)Ruang pelayanan bagi siswa. (Administrasi dan Keuangan)
17)Kantin Terpadu yang menyediakan aneka menu makanan dan minuman.
18)Koperasi Siswa dan Guru-Karyawan
19)Area Parkir Sepeda Motor untuk siswa yang mampu menampung 500
motor siswa.
20)Lapangan Basket dan Lapangan Bola Volly.
21)Studio Musik dan Alat Band yang lengkap.7

i. Kurikulum SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Sejak berlakunya Permendikbud No 64 Tahun 2013 SMA Negeri 9 Bandar

Lampung menggunakan kurikulum 2013 sebagai pengganti kurikulum KTSP. Dalam

penerapannya di SMA Negeri 9 Bandar Lampung menggunakan SKS (Sistem Kredit

Semester) yakni sistem penyelenggaraan program pendidikan yang siswanya

menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester

pada satuan pendidikan. Program SKS ini dilakukan secara diskontinu (on/off), dalam

satu semester tidak semua mata pelajaran diambil. Namun, program SKS ini terakhir

digunakan tahun ajaran 2014/2015, sedangkan untuk tahun ajaran 2015/2016 khusus

kelas X tidak menggunakan program SKS lagi, melainkan kurikulum 2013 diterapkan

dengan program belajar kontinu, semua mata pelajaran dalam setiap semester diambil

tanpa adanya program on/off .8

2. Deskripsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 9

Bandar Lampung

7
Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung, diambil pada tanggal 19 Mei 2016
8
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2017.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Bandar Lampung

diselenggarakan berdasarkan Kurikulum 2013. Pembelajaran diatur dalam

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses yang mencakup

perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil

pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran PAI

diimplementasikan oleh tiga guru PAI yang bersifat tetap, yaitu Titin Widyawati,

M.Pd.I sebagai guru PAI untuk kelas X; Susi Apriyani, M.Pd.I sebagai guru PAI

untuk kelas XI; dan Sabikhis, S.Pd.I sebagai guru PAI untuk kelas XII. 9

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, pembelajaran dalam konteks

Kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif,

kreaktif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan

(tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. 10 Dalam

mewujudkan orientasi ini terdapat elemen perubahan kurikulum pada empat

komponen, yaitu a) standar kompetensi lulusan; b) standarisi; c) standar proses; dan

d) standar penilaian.11 Dengan demikian pembelajaran pada Kurikulum 2013 lebih

membentuk karakter mulia peserta didik dari pada kurikulum sebelumnya (KTSP

2006), sebagaimana ungkapan Bapak Drs. Hendro Suyono (Kepala Sekolah) yang

mengatakan bahwa:

9
Sabikis, Guru PAI, , wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 3 Oktober
2015.
10
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2103, (Bandung:
Refika Aditama, Cet. Ke-2 2014), hal. 17
11
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, cet. ke-2), h.
41
“Ya, karena pada kurikulum 2013 lebih ditekankan penanaman nilai-nilai
sikap, sedangkan pada kurikulum KTSP lebih cenderung pengetahuannya saja.
Maka, pendidikan pada kurikulum 2013 pendidikan yang komplit yang mencakup
tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan penekanan yang sama.
Hal ini dikarenakan dalam membentuk karakter peserta didik.”12

Ini artinya, implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum

dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Maka

mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) sebagai mata pelajaran utama dalam

menanamkan nilai-nilai memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk karakter

Islami peserta didik. Hal ini masih dengan pendapat Kepala Sekolah yang

mengatakan bahwa:

“Ya, sangat besar. Tugas utama PAI dan PKN dalam rangka membentuk
karakater. Dalam perubahan kurikulum 2013 yang diperbaharui, K1 dan K2 wajib
ada dipelajaran PAI dan PKN, sedangkan dimata pelajaran yang lain tidak wajib,
dia bisa masuk langsung pada K3 dan K4. Jadi, perubahan kurikulum 2013 sekarang
tugas utama pembentukan karakter ada dimata pelajaran PAI dan PKN.”13

Dengan demikian pembelajaran PAI dalam membentuk karakter Islami di SMA

Negeri 9 Bandar Lampung telah ditopang oleh Kurikulum 2013 yang lebih

menekankan nilai-nilai sikap. Maka proses pembelajaran PAI yang dilaksanakan

lebih menekankan kegiatan internalisasi atau penghayatan dan pembentukan tingkah

laku (khas karakter) yang bersumber dari nilai-nilai agama yang terdapat pada setiap

materi ajar. Melalui proses pembelajaran ini guru dapat mengintegrasikan karakter

dalam setiap proses pembelajaran yang dirancang (skenario pembelajaran) dengan

12
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
13
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
memilih metode, model, teknik, dan strategi yang cocok untuk mengembangkan

karakter peserta didik.

Dalam hal ini kegiatan pembelajaran PAI dirancang bukan hanya untuk

menjadikan peserta didik menguasai kompetensi yang ditargetkan, tetapi juga untuk

menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, peduli dan menginternalisasi nilai-

nilai karakter dan menjadikannya perilaku. Maka dalam merancang kegiatan

pembelajaran yang menginternalisasi nilai-nilai karakter yang terdapat pada

pendidikan agama Islam harus dimulai dari pembuatan perencanaan pembelajaran

(RPP), pelaksanaan pembelajaran di kelas sampai evaluasi pembelajaran. Misal,

pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik mengerjakan sesuatu,

berlatih secara fisik, menulis penjelasan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan,

dan sebagainya. Dari pola pembelajaran yang demikian diharapkan dalam diri peserta

didik akan tertanam nilai karakter mandiri, kreatif, bersahabat/komunikatif,

menghargai prestasi, kerja keras, rasa ingin tahu.

Adapun gambaran implementasi kegiatan pembelajaran PAI yang

menginternalisasi nilai-nilai karakter Islami yang mencakup rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), pelaksanaan pembelajaran di kelas sampai evaluasi

pembelajaran di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Berdasarkan observasi wawancara

dan dokumentasi di kelas X, XI, dan XII diperoleh gambaran sebagai berikut:

a. Pembelajaran PAI Kelas X oleh Titin Widyawati, S.Hum, M.Pd.I

Proses pembelajaran PAI kelas X baik jurusan IPA maupun IPS semua

dipegang oleh Ibu Titin Widyawati, S.Hum, M.Pd.I. Jumlah total seluruh kelas X
terdiri dari 10 rombel yang terbagi menjadi jurusan IPA terdiri dari 7 kelas dengan

jumlah 255 peserta didik dan IPS terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 120 peserta

didik. Rata-rata dalam satu kelas ada 40 peserta didik kecuali kelas X IPA 7 hanya

terdiri 19 siswa sebagai kelas ekscelarasi. Jadi, jumlah total peserta didik kelas X IPA

dan IPS yang harus didik dan dibina oleh Bu Titin dalam pembelajaran PAI

mencapai 375 peserta didik tentu ini bukan perkara yang mudah. Terlebih terdapat

perbedaan karakteristik antara peserta didik jurusan IPA dan jurusan IPS, maka

menghadapi peserta didik jurusan IPA berbeda dengan menghadapi peserta didik

jurusan IPS. Berikut gambaran proses pembelajaran PAI di kelas IPA dan IPS, yaitu:

1) Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan pengamatan, dalam setiap masuk kelas Bu Titin tidak selalu

membawa RPP meskipun RPP itu ada, terkadang ditinggal di kantor ruang guru.

Silabus dan RPP yang digunakan adalah silabus dan RPP yang direvisi berdasarkan

Kurikulum 2013 yang terbaru. Namun, RPP ini ada yang kurang yaitu tidak adanya

tujuan pembelajaran baik tujuan dari aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotorik) maupun sikap/karakter (afektif). Ketiga aspek tersebut hanya

tercantum pada Kompetensi Inti yaitu KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

a) Pendahuluan

Dalam tahap pendahuluan ini, Bu Titin Widyawati, S.Hum, M.Pd.I membangun

kebiasaan-kebiasaan yang baik serta memberikan teladan kepada peserta didik

dengan baik. Senyum, salam dan sapa setiap masuk ke ruang kelas menjadi
kebiasaan Bu Titin dalam memberi keteladanan yang baik kepada peserta didik.

Sebagai seorang Muslim, Bu Titin juga membiasakan kepada peserta didik untuk

memulai belajar dengan membaca doa dam membaca surat-surat pendek, baik belajar

di jam pertama maupun di jam-jam yan lain.

Selain itu dalam rangka membangun kedisiplinan, Bu Titin tidak lupa mengecek

kehadiran peserta didik satu persatu yang bertujuan untuk mengetahui keadaan para

peserta didik masuk sekolah atau tidak, sakit, izin atau alpa,. Kemudian Bu Titin

memberikan motivasi atau brain storming kepada peserta didik guna mendorong

mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari minat,

kreaktif, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. Adapun berkaitan

dengan penjelasan tujuan pembelajaran sebelum kegiatan inti dimulai, Bu Titin hanya

menjelaskan tujuan dari aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotorik) saja, sedangkan yang berkaitan dengan sikap atau karakter (afektif)

tidak dijelaskan. Sebagaimana pernyataan dari 52% peserta didik yang diwawancara

menyatakan bahwa pada tahap pendahuluan ini Bu Titin tidak menjelaskan tujuan

pembelajaran dalam aspek sikap/karakter (afektif) yang akan dicapai, sedangkan yang

menyatakan aspek sikap/karakter (afektif) dijelaskan sebelum proses pembelajaran

dimulai itu hanya 32% peserta didik, selebinnya tidak menjawab pertanyaan.

b) Inti

Pada tahap ini Bu Titin menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran

yang bermacam-macam. Berdasarkan pengamatan metode pembelajaran yang

digunakan antaralain, ceramah, diskusi, dan tanya jawab, sedangkan model


pembelajarannya bermain peran (role playing) untuk pembahasan materi tentang

wakaf dan diskusi kelompok untuk sejarah dakwah fase Madinah.

Semua peserta didik dilibatkan untuk berperan aktif, namun masih banyak yang

kurang antusias terhadap kegiatan pembelajaarn yang berlangsung, bahkan yang

terjadi peserta didik di kelas X IPS banyak yang sibuk ngobrol sendiri-sendiri dan

kebanyakan mereka pasif, sedikit sekali yang aktif seperti mengajukan pertanyaan

dan menjawab pertanyaan. Padahal berbagai metode dan model pembelajaran yang

digunakan Bu Titin dapat memfasilitasi peserta didik agar berpartisipasi aktif dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran yang berlangsung, bahkan media pembelajaran dan

sumber belajar pun beragam seperti LCD, Laptop, Power Point, Buku (Nasikin. 2013.

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas X, Jakarta: Erlangga)

Al-Qur’an terjemahan, dan Kitab Hadits Bukhari Muslim.

Selain itu Bu Titin juga memberikan tugas kelompok kepada peserta didik

untuk membuat laporan hasil eksplorasi, kemudian setiap kelompok tersebut

mempresentasikan hasil eksplorasi didepan kelompok yang lain, sedangkan, anggota

peserta didik yang lain, diberi kesempatan oleh guru untuk berperan aktif dalam

mengajukan pertanyaan maupun memberikan gagasan/pendapat baik secara lisan

maupun tulisan. Hanya saja respon peserta didik tetap sama dengan respon

sebelumnya yakni kurang antusias, baik di kelas X IPA maupun IPS. Jika di kelas X

IPA peserta didik mayoritas mereka pasif (diam), tetapi mereka masih bersedia

memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik, sedangkan di kelas

IPS peserta didiknya bukan hanya kurang antusias, tetapi mereka juga kurang
memperhatikan presentasi hasil eksplorasi peserta didik yang lain. Guru sebagai

pengelola kelas sudah berusaha mengkondisikan agar peserta didik memperhatikan

dan mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, namun peserta didik

tetap sulit dikendalikan. Ini menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan dan

menghargai guru dan teman kelompok lain yang sedang presentasi.

Setelah kegiatan inti selesai, Bu Titin memberikan umpan balik positif dan

penguatan berupa konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik

melalui berbagai sumber. Mulai dari menjelaskan materi yang belum jelas dan

menjawab pertanyaan peserta didik yang belum terjawab. Selain itu Bu Titin juga

menyampaikan tentang materi ajar yang akan dibah`as pada pertemuan mendatang,

atau memberikan tugas baik individu maupun kelompok, bahkan adakalanya

pemberian remedial terhadap hasil belajar.

c) Penutup

Pada tahap ini Bu Titin bersama peserta didik menyimpulkan isi materi

pelajaran dan memberi motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum

berpartisipasi aktif untuk lebih berperan aktif, menghargai, dan memperhatikan teman

atau kelompok yang sedang presentasi tidak ribut sendiri-sendiri. Selain itu Bu Titin

memberikan pengumuman nilai hasil UTS PAI pada semester genap yang diadakan

pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016 dan mengumumkan peserta didik atas nama

Yoshi Milano dalam brita acara tercatat sebagai peserta ulangan yang menyontek

dengan menggunakan HP, maka nilai hasil ulangan tersebut tidak dapat diterima dan

harus diremedi dengan ketentuan berapapun hasil remedinya tetap hasilnya standar.
Kemudian Bu Titin, mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan membaca

hamdalah dan mengakhiri dengan doa bersama, serta mengucap salam kepada peserta

didik saat meninggalkan ruang kelas.

Demikianlah gambaran pelaksanaan pembelajaran di kelas X IPA dan X IPS.

Beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki didalamnya diperkuat dengan pendapat

beberapa peserta didik tentang mata pelajaran PAI, proses pembelajaran PAI dan

peran guru dalam proses pembelajaran. Berdasarkan wawancara kepada 25 peserta

didik dari kelas yang berbeda, menyatakan bahwa yang menyukai mata pelajaran PAI

mencapai 64%, sedangkan selebihnya menyukai tetapi bersyarat tergantung kondisi.

Adapun yang menyatakan pembelajaran PAI membosankan berjumlah 60%,

sedangkan yang menyatakan pembelajaran PAI menyenangkan hanya 36%, dan 4 %

menyatakan biasa-biasa saja, sehingga 64% peserta didik memberikan saran dan

kritik untuk Bu Titin. Saran dan kritik tersebut bermacam-macam antaralain: jangan

ceramah terus, buat anak-anak seru, jangan terlalu datar, jangan terlalu pendiem,

bersahabat dengan anak-anak, jangan ditempat duduk saja, metode ngajarnya jangan

monoton gitu-gitu saja, harus lebih tegas lagi, lebih baik lagi, suara lebih keras lagi,

lebih ke praktek jangan nulis melulu, hafalan kurang memperhatikan, jangan terlalu

diam, dan lebih serius.

Padahal pelaksanaan pembelajaran PAI telah menggunakan metode dan model

pembelajaran yang beraneka ragam sebagaimana fakta observasi yang dilihat dan

pendapat dari 68% peserta didik yang diwawancara mengatakan bahwa pelaksanaan

pembelajaran PAI menggunakan metode dan model pembelajaran yang bermacam-


macam (hetrogen). Yang mana keberagaman penggunaan metode dan model

pembelajaran ini seharusnya dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang

kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik.

3) Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan pengamatan penilaian pembelajaran dalam ranah sikap (afektif)

yang dilakukan Bu Titin merupakan penilaian secara langsung melalui pengamatan

yang dicatat dalam buku catatan khusus untuk menilai keaktifan peserta didik baik

secara individu maupun kelompok dan penilaian terhadap tugas kelompok serta

penilaian terhadap sikap peserta didik yang bermasalah.

Adapun keaktifan yang dinilai yakni keaktifan dalam bertanya keaktifan dalam

menjawab pertanyaan ataupun dalam menyanggah pendapat dari anggota peserta

didik yang lain. Sedangkan permasalahan sikap peserta didik yang masuk dalam buku

catatan, seperti peserta didik yang tidak sopan, ribut atau membuat kegaduhan di

kelas saat pembelajaran berlangsung, peserta didik yang melanggar peaturan sekolah,

dan peserta didik yang ketahuan menyontek saat ulangan. Dimana catatan

permasalahan-permasalahan tersebut akan mempengaruhi hasil penilaian aspek

pengetahuan (kognitif) yang akan datang.

Selain melalui penilaian secara langsung, penilaian sikap (afektif) juga dinilai

dengan menggunakan instrument. Hanya saja penggunaan instrument ini dalam satu

semester dilakukan baru satu kali penilaian, yakni penilaian antar teman. Hal ini

karena pemberian penilaian pada ranah sikap (afektif) baik sikap spiritual maupun
sikap sosial dirasa lebih sulit dilakukan oleh Bu Titin dengan kapasitas ia memegang

10 kelas yang setiap kelas rata-rata berjumlah hampir mencapai 40 peserta didik.

Sebagaimana penjelasan Bu Titin melalui wawancara yang mengatakan bahwa:

“Pemberian penilaian pada ranah sikap/karakter (afektif) peserta didik dilakukan


dengan dua cara yakni secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara
langsung, misal dilihat dari peran aktif peserta didik saat proses pembelajaran
berlangsung, jika anaknya ketahuan nyontek maka akan mengurangi nilai kognitif
bahkan anak tersebut mendapat tugas remidial, atau misal anak tersebut tidak sopan,
ribut atau bikin kegaduhan dalam kelas saat proses belajar, atau melanggar
peraturan sekolah maka akan mengurangi nilai kognitif. Sedangkan penilaian secara
tidak langsung adalah penilaian yang menggunakan instrumen penilaian. Namun,
penilaian dengan penggunaan instrumen dalam satu semester ini baru dilakukan
sekali. Hal ini karena penilaian sikap/karakter (afektif) dengan menggunakan
instrument sangat sulit dilakukan dengan kapasitas jumlah peserta didik yang begitu
banyak.”14

b. Pembelajaran PAI Kelas XI oleh Susi Apriyani, M.Pd.I

Berbeda dengan kelas X, untuk kelas XI pembelajarannya menggunakan SKS

(Sistem Kredit Semester) yaitu sistem penyelenggaraan program pendidikan yang

peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti

setiap semester pada satuan pendidikan. Dalam hal ini peserta didik kelas XI tidak

semua pada satu semester mengambil mata pelajaran PAI, dengan menggunakan

sistem on/off untuk kelas XI dari 10 kelas terbagi menjadi 6 kelas jurusan IPA dan 4

jurusan IPS hanya ada tiga kelas yang mengambil mata pelajaran PAI, jadi untuk Bu

Susi Apriyani, M.Pd.I mengajar kelas XI sebanyak tiga kelas, yakni jurusan XI IPA

1, XI IPA 2, dan XI IPA 3. Masing-masing kelas jumlah peserta didik sama yaitu 38

14
Titin Widyawati, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung,
19 April 2016
siswa, jumlah total 114 siswa. Berikut gambaran proses pembelajaran PAI kelas XI

jurusan IPA yang dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:

1) Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan pengamatan dalam pelaksanaan pembelajaran Bu Susi Apriyani,

M.Pd.I tidak membawa RPP dan berdasarkan wawancara RPP yang digunakan

disemester genap ini adalah RPP tahun lalu, karena Bu Susi diakhir semester genap

ini baru mulai aktif mengajar kembali setelah cuti dari melahirkan, dan pembelajaran

disemester ini melanjutkan pembelajaran dari guru pengganti sebelumnya.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

a) Pendahuluan

Pada tahap ini Bu Susi Apriyani, M.Pd.I membangun kebiasaan-kebiasaan dan

memberikan teladan yang baik kepada peserta didik. Senyum, salam dan sapa setiap

masuk ke ruang kelas menjadi kebiasaan Bu Susi dalam memberi keteladanan yang

baik kepada peserta didik. Selanjutnya Bu Susi juga membiasakan peserta didik

berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai tanpa membiasakan peserta

didik membaca surat-surat pendek Al-Qur’an sebagaimana pembelajaran yang

dilakukan Bu Titin. Selain itu untuk membangun kedisiplinan peserta didik dan

sebagai wujud kepedulian seorang guru terhadap peserta didik, Bu Susi tidak lupa

memastikan kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar

dikelas. Kemudian Bu Susi memberikan motivasi atau brain storming agar peserta

didik semangat dalam mengikuti proses pembelajaran.


Adapun penjelasan tujuan pembelajaran sebelum kegiatan inti dimulai

berdasarkan pengamatan yaitu hanya mencakup kompetensi pengetahuan (kognitif)

dan keterampilan (psikomotorik), sedangkan aspek karakter (afektif) tidak dijelaskan.

Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara kepada peserta didik yang berjumlah

12 orang perwakilan dari ketiga kelas yang diajar Bu Susi, mereka semua (100%)

berpendapat sama bahwa tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan sikap atau

karakter (afektif) yang harus dicapai peserta didik tidak dijelaskankan pada awal

pembelajaran, karena nilai-nilai karakter yang terdapat pada mata pelajaran PAI telah

terinternalisasi secara otomatis didalam inti pembelajaran, sehingga tujuan

pembelajaran aspek sikap/karakter (afektif) tidak perlu dijelaskan.

b) Inti

Upaya awal pada tahap inti (eksplorasi) Bu Susi selalu menceritakan suatu kisah

tentang peristiwa nyata agar peserta didik mendapat pengalaman baru melalui

pengamatan suatu cerita yang mengandung nilai-nilai mulia yang dapat diambil

sebagai pelajaran hidup yang berharga. Adakalanya kisah yang diceritakan berkaitan

dengan materi ajar, namun adakalanya tidak berkaitan dengan materi ajar. Tujuan dari

pemberian cerita kisah tersebut sebagaimana penjelasan Bu Susi melalui wawancara,

sebagai berikut:

“Pemberian kisah atau ilustrasi melalui cerita tentang suatu peristiwa dalam
setiap pertemuan adalah salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai karakter
Islam kepada peserta didik. Dalam menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik
yang masih remaja, tidak cukup hanya diberi konsep, melainkan butuh pengalaman
baru. Sedangkan untuk mendapatkan pengalaman baru seseorang tidak harus
mengalaminya sendiri, tetapi dapat dengan mengamati suatu kisah pengalaman dari
orang lain. Pengamatan dapat dilakukan melalui sebuah cerita tanpa harus melalui
power point, misal pengamatan terhadap pohon melalui sebuahu cerita, sehingga
peserta didik dapat mengambil pelajaran dari kisah cerita tersebut.”15

Berdasarkan pengamatan dalam dua kali pertemuan, Bu Susi menceritakan

tentang seorang pemuda yang suka pacaran yang mengakibatkan keburukan dan

tentang bakti seorang anak yang diimpikan orang tua dan tentang kehidupan pribadi

Bu Susi yang selalu diberi kemudahan oleh Allah karena taat dan hormat dengan

orang tua terutama ibunya. Dalam cerita-cerita tersebut terdapat nilai-nilai baik dan

nilai-nilai buruk, mana yang harus diambil dan mana yang tidak, sehingga peserta

didik dapat menjadikannya sebagai pengalaman untuk mengambil sikap atau tindakan

yang tepat terutama sebagai seorang muslim, bahkan dapat mengambil pelajaran

bahwa kebahagiaan bukan terletak pada terpenuhinya materi, melainkan terletak pada

ketaatan diri kepada Allah SWT yang membawa ketenangan hidup.

Adapun dalam membahas materi, untuk mencapai tujuan pembelajaran

semaksimal mungkin baik pencapaian ranah kognitif, psikomotorik maupun ranah

afektif, maka Bu Susi menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada peserta didik (student centered approach) dengan metode dan model

pembelajaran pun bermacam-macam. Metode pembelajaran yang digunakan yaitu

ceramah, diskusi kelompok dan tanya jawab, sedangkan model pembelajarannya

adalah pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) yaitu tipe jigsaw dan STAD

(Student Teams Chievement Devisions). Selain itu, penggunaan media dan sumber

15
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 28
April 2016
belajarnya pun beraneka ragam seperti laptop, handout materi diskusi dari masing-

masing kelompok, spidol, papan tulis, alat tulis peserta didik, buku Pendidikan

Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI (Jakarta: Erlangga) dan internet.

Pada kegiatan eksplorasi ini peserta didik terlihat begitu antusias, setiap peserta

didik memberikan responnya mulai dari mengajukan pertanyaan sampai memberikan

tanggapan baik berupa sanggahan maupun gagasan/pendapat. Disisi lain interaksi

antar peserta didik dengan sesamanya, dengan guru, lingkungan dan sumber belajar

lainnya. Kemudian Bu Susi memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat

laporan hasil eksplorasi baik tugas individu maupun kelompok. Untuk laporan hasil

eksplorasi secara individu lansung diberikan kepada guru, sedangkan hasil eksplorasi

yang kelompok dipresentasikan untuk didiskusikan. Maka tampak suasana belajar

yang sangat menyenangkan dan aktif serta tampak peserta didik berkompetisi secara

sehat, bahkan setiap individu hampir semua berbicara mulai dari mengajukan atau

menjawab pertanyaan sampai memberikan sanggahan maupun gagasan/pendapat.

Setelah selesai kegiatan inti pembelajaran, Bu Susi memberikan umpan balik

positif dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan, memberikan konfirmasi

terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, dan

menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan. Dan untuk

membangun rasa percaya diri, berani, dan bersemangat pada peserta didik, Bu Susi

memberikan motivasi kepada peserta didik bagi untuk terus mempertahankan

keaktifannya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

c) Penutup
Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri, Bu Susi bersama peserta didik

menyimpulkan isi materi pelajaran dari yang bersifat umum menjadi yang lebih

khusus dengan tujuan peserta didik yang kurang jelas dapat menjadi lebih jelas lagi.

Selain itu, berdasarkan pengamatan Bu Susi merencanakan kegiatan tindak lanjut dan

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan yang akan datang. Rencana

kegiatan tindak lanjut tersebut berupa pembagian kelompok baru sekaligus bersama

tugas-tugasnya untuk materi pada pertemuan yang akan datang. Kemudian, Bu Susi

menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca hamdalah dan mengakhiri dengan

doa bersama, serta mengucap salam ketika keluar meninggalkan kelas.

Demikianlah gambaran pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPA yang tampak

begitu aktif dan menyenangkan dengan menggunakan berbagai macam metode dan

model pembelajaran serta memaksimalkan semua peran guru yang dimiliki. Hal ini

sebagaimana hasil wawancara beberapa peserta didik dari berbagai kelas, mereka

semua menyatakan bahwa mereka menyukai pembelajaran PAI karena

menyenangkan tidak membosankan dengan penggunaan metode dan model

pembelajaran yang beragam.

3) Evaluasi Pembelajaran

Bedasarkan pengamatan penilaian pembelajaran dalam ranah sikap (afektif)

yang dilakukan Bu Susi merupakan penilaian secara langsung melalui pengamatan

yang dicatat dalam buku catatan khusus. Aspek yang dinilai keaktifan peserta didik

baik secara individu maupun kelompok dalam merespon setiap kegiatan pembelajaran

yang belangsung, mulai dari keaktifan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan sampai peserta didik yang memberikan sanggahan atas

pendapat-pendapat peserta didik yang lain. Selain itu, Bu Susi juga memberikan

penilaian terhadap kekompakan tim dan produk yang dihasilkan setiap kelompok.

Adapun berdasarkan wawancara, penilaian sikap baik atau buruk peserta didik

dicukupkan dengan memberikan penilaian secara umum yakni semua peserta didik

dianggap baik, namun ketika dalam proses pembelajaran ada peseta didik yang ribut,

membuat gaduh, atau ada sikap lain yang kurang, maka akan ada perubahan penilaian

sikap terhadap peserta didik yang bersangkutan. Penilaian sikap yang dilakukan Bu

Susi tidak ada yang menggunakan instrument pada semester ini dengan alasan beliau

baru selesai cuti dan peserta didik berada dipenghujung waktu menjelang UAS, jadi

pembelajaran fokus dengan penyelesaian pembahasan ketuntasan materi.

Hal ini sebagaimana penjelasan Bu Susi yang mengatakan bahwa:


“Penilaian karakter (afektif) peserta didik, dinilai secara langsung yaitu
dilihat dari peran aktif setiap peserta didik dalam proses pembelajaran, sedangkan
terkait dengan penilaian sikap semua peserta didik diberi penilaian yang sama, yaitu
baik semua, hanya saja ketika ternyata dalam proses belajar ada anak-anak yang
kurang sikapnya, maka penilaian akan dirubah. Kalau untuk bentuk instrumentnya
ada tahun lalu, untuk semester ini tidak membuat sama sekali karena baru selesai
cuti, karena mendekati UAS maka hanya ngejar materi yang belum dibahas.”16
c. Pembelajaran PAI Kelas XII oleh Sabikis, S.Pd.I

Pembelajaran PAI kelas XII berdasarkan Kurikulum 2013 dengan menggunakan

sistem kredit semester (SKS) yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar

16
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 10
Mei 2016
dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Untuk kelas

XII memakai sistem on/off yaitu sistem tidak semua mata pelajaran diambil peserta

didik dalam setiap semester, salah satunya mata pelajaran PAI. Sehingga untuk kelas

XII tidak semua disemester genap ini terdapat mata pelajaran PAI, karena mata

pelajaran PAI telah diambil pada semester sebelumnya.

Kelas XII terdiri dari 11 rombel dengan 8 kelas jurusan IPA dan 3 kelas jurusan

IPS. Sedangkan kelas yang mengambil mata pelajaran PAI yakni kelas XII IPA 3,

XII IPA 4, XII IPA 5, XII IPA 6 dan XII IPA 7 dengan Bapak Sabikis, S.Pd.I sebagai

guru mata pelajaran PAI. Masing-masing jumlah peserta didik kelas tersebut yaitu 27

peserta didik (XII IPA 3), 28 peserta didik (XII IPA 4), 26 peserta didik (XII IPA 5),

26 peserta didik (XII IPA 6), dan 27 peserta didik (XII IPA 7). Jumlah total 134

peserta didik dengan 10 peserta didik yang beragama non Islam, jadi peserta didik

yang mengambil mata pelajaran PAI berjumlah 124 siswa. Berikut pembelajaran PAI

di kelas XII IPA 4 dan XII IPA 5 oleh Bapak Sabikis, S.Pd.I yang dilaksanakan

dengan tiga tahap yaitu:

1) Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan observasi Bapak Sabikis S.Pd.I selaku guru PAI kelas XII dalam

pembelajarannya menggunakan RPP Kurikulum 2013 yang menyertakan empat

kompetensi inti yaitu kompetensi spiritual (KI 1), kompetensi sosial (KI 2),

kompetensi pengetahuan (KI 3), kompetensi keterampilan (KI 4). Selain itu tujuan

pembelajaran mencakup ranah pengetahuan (memahami) dan keterampilan

(mempraktikan/mendeskripsikan), melainkan juga ranah sikap (mengembangkan


jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong,

kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- aktif.

Metode pembelajaran yang digunakan beraneka ragam yaitu saintifik,

kooperatif, rool play, diskusi, dan ceramah. Metode ini disesuaikan dengan materi

ajar yang direalisasikan dalam kegiatan inti yang meliputi observasi/mengamati,

menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Selain itu ranah

penilaian mencakup semua aspek sasaran pembelajaran baik pengetahuan (kognitif),

keterampilan (psikomotorik) maupun sikap (afektif). Dengan demikian peneliti

menyimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran yang disusun Bapak Sabikis cukup

baik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang memberikan penekanan yang sama antara

pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

a) Pendahuluan

Pada awal pembelajaran Bapak Sabikis S.Pd.I memberikan keteladanan

pembiasaan yang baik dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kepada para

peserta didik, dan memandu peserta didik doa bersama sebelum kegiatan

pembelajaran dimulai. Kemudian dalam membiasakan kedisiplinan, Pak Sabikis

memastikan kehadiran semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum

kegiatan inti pembelajaran dimulai Pak Sabikis memberikan motivasi atau brain

storming dan menjelaskan tujuan pembelajaran/kompetensi yang akan dicapai

dengan tujuan agar semangat belajar peserta didik tetap terbangun.


Berdasarkan pengamatan, Bapak Sabikis hanya mengawali kegiatan

pembelajaran dengan doa tanpa diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an,

meskipun melalui wawancara beliau menjelaskan setiap memulai pembelajaran selain

dengan doa juga dengan mebaca surat-surat pendek. Adapun penjelasan tujuan

pembelajaran hanya berkaitan dengan aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotorik) saja, sedangkan yang berkaitan dengan ranah sikap (afektif) tidak

dijelaskan. Hal ini diperkuat dengan pendapat para peserta didik yang mayoritas dari

mengatakan bahwa pada awal pembelajaran Bapak Sabikis tidak menjelaskan tujuan

pembelajaran yang berkaitan dengan sikap/karakter (afektif).

b) Inti

Berdasarkan dua kali pengamatan pada tahap awal (eksplorasi) Bapak Sabikis

S.Pd.I terlebih dahulu menggali pemahaman peserta didik baik terkait dengan materi

sebelumnya maupun materi yang baru akan dipelajari. Kemudian, masuk

kepembahasan inti materi dengan menggunakan berbagai macam metode dan model

pembelajaran. Metode pembelajarannya antaralain: ceramah, tanya jawab dan diskusi

kelompok; sedangkan model pembelajarannya menggunakan kooperatif dan CTL

(Contextual Teaching Learning).

Pembelajaran di kelas XII IPA 5 Bapak Sabikis membagi peserta didik menjadi

beberapa kelompok yang mendapat tugas merangkum sub-sub materi kedalam bentuk

power point. Dengan menggunakan berbagai sumber dan media pembelajaran yang

memadai, seperti buku PAI kelas XII Kemendikbud, internet, laptop, dan LCD,

Bapak Sabikis memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali informasi
seluas-luasnya berkaitan dengan materi pembahasan. Selain itu Bapak Sabikis juga

mengintruksikan kepada setiap peserta didik untuk berperan aktif selama proses

pembelajaran berlangsung, mulai dari aktif memberi gagasan atau pendapat atau

mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami.

Adapun pembelajaran di kelas XII IPA 4 karena pembahasan materi telah habis,

maka untuk meninjau kembali nilai-nilai karakter pada pembelajaran PAI, Bapak

Sabikis memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat film yang

beranggotakan 8 orang dengan tema karakter seorang Muslim meraih cita-cita. Setiap

kelompok diberi kebebasan untuk mengatur kinerja masing-masing, mulai dari

pembuatan alur cerita, waktu dan tempat syuting, maupun penentuan para tokoh

pemerannya. Maka setiap peserta didik dituntut berperan aktif dalam kegiatan

eksplorasi ini agar terjadi kerjasama yang baik antar peserta didik.

Kemudian setiap kelompok mempresentasikan tugas hasil dari eksplorasi

dengan berkompetisi secara sehat, dan setiap peserta didik berperan aktif mulai dari

mengajukan pertanyaan maupun memberi sanggahan maupun pendapat. Meskipun

tidak semua peserta didik aktif , namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat

berbobot, begitupun jawaban atau pendapat yang diberikan. Dengan penggunaan

sumber belajar dari buku PAI dan internet membuat peserta didik dapat menggali

informasi seluas-luasnya berkaitan dengan pembahasan materi, sehingga peserta didik

dapat menganalisis permasalahan dengan baik.

Adapun kegiatan pada penyajian film, semua peserta didik dan guru tampak

begitu menikmati hasil karya yang sedang ditampilkan. Dalam film tersebut,
menggambarkan bagaimana sikap pelajar Muslim ketika menjelang menghadapi UN

dan tes masuk Universitas yaitu sikap yang bersungguh-sungguh dalam belajar baik

belajar sendiri maupun belajar bersama teman, taat beribadah baik shalat wajib

maupun shalat sunnah terutama sahalat tahajud dan shalat hajat serta banyak berdoa,

dan saling mendoakan dan mensuport sesama teman. Selain itu digambarkan juga

sikap seorang Muslim harus bersabar, ikhlas/ridho, bertawakal, berprasangka baik

(huznodzon) terhadap Allah dan orang-orang disekitar, serta terhadap segala

ketentuan yang Allah tetapkan terutama ketika kenyataan tidak sesuai dengan

harapan, misal tidak diterima dikampus impian.

Dalam film itu tampak suasana kehidupan yang silih berganti, seperti suka,

duka, sedih, bahagia, kecewa, tangis dan tawa. Namun, karena keimanan dijadikan

standar dalam kehidupan, maka apapun masalahnya serahkan kepada Allah,

InsyaAllah Allah akan memberikan solusi bagi semua permasalahan kehidupan yang

dihadapi. Sikap sabar terhadap segala proses hidup yang harus dijalani ketika

bersungguh-sungguh dalam belajar mulai dari bangun malam untuk belajar sampai

terkantuk-kantuk, dan memaksakan diri shalat malam serta berdoa. Sikap sabar,

ikhlas/ridho dan tetap berprsangka baik terhadap Allah apapun yang terjadi, tidak

berputus asa, tetap yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, tetap yakin

bahwa Allah memiliki rahasia kehidupan yang tersimpan untuk dihadiahkan kepada

orang-orang yang beriman, dan bersabar serta bertawakal kepadaNya.

Selain itu tampak juga sikap kepada sesama teman untuk saling terbuka,

bekerjasama, tolong-menolong, saling mendoakan, saling memotivasi berbagi


semangat dan saling menghibur ketika ada teman yang bersxedih atau kecewa.

Tampak juga sikap tidak iri, dengki kepada teman yang berhasil atau masuk di

Universitas yang dicita-citakan, sebaliknya tidak menyombongkan diri atau

berbangga hati ketika diterima di Universitas favorite yang ada haruslah rasa syukur

kepada Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikanNya .

Terus sebagai pelajar yang baik, tidak lupa untuk memiliki sifat simpati, empati

terhadap anggota masyarakat yang lain untuk saling tolong menolong. Adapun sikap

orang tua kepada anaknya, yaitu mendoakan, dan mensuport. Begitupun dengan sikap

seorang guru terhadap peserta didik mendoakan dan mensuport dengan memberi

semangat. Dan ketika semua telah berhasil menggapai segala apa yang dicita-citakan

dengan profesi masing-masing ada yang jadi guru, dokter, akuntan, pengacara, dosen

dan lain-lain mereka tidak menyombongkan diri, ketika reoni berkumpul bersama

berbagi cerita dan kebahagiaan antara yang satu dengan yang lain. Tidak berbangga

hati dan tidak merendahkan yang lain jika cita-cita tercapai, tetapi menghias diri

dengan sikap rendah hati dihadapan orang lain.

Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran yang digunakan baik kooperatif

maupun CTL, Bapak Sabikis S.Pd.I telah memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan nilai-nilai karakter semaksimal mungkin, terlebih model

pembelajaran CTL dengan bermain peran dalam suatu film, semua nilai-nilai karakter

mulia ha\mpir tercakup didalamnya dengan kata lain komplit, seperti aktif, kritis,

kreaktif, inovatif, produktif, visioner, mandiri, cinta ilmu, bertanggung jawab,

disiplin, amanah, rendah hati, percaya diri, jujur, berani, kerja keras, bersemangat,
bekerja keras, rela berkorban, ikhlas, sabar, peduli sosial, komunikatif, kerjasama,

sportif, toleran dan demokratis.

Kemudian setelah kegiatan inti selesai Bapak Sabikis S.Pd.I memberikan

umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, baik berupa motivasi kepada

peserta didik untuk mempertahankan keaktifan dalam proses pembelajaran dan

motivasi untuk menjadi pribadi-pribadi berkarakter mulia seperti yang telah mereka

perankan dalam film hasil karya mereka. Selain itu Bapak Sabikis juga

mengkonfirmasi hasil diskusi atau karya mereka, serta menjawab pertanyaan peserta

didik yang belum terjawab dengan jelas.

c) Penutup

Sebelum mengakhiri proses pembelajaran ini Bapak Sabikis bersama peserta

didik menyimpulkan isi materi dan menyampaikan rencana pembelajaran pada

pertemuan berikutnya. Kemudian Bapak Sabikis memandu peserta didik untuk

menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca hamdalah dan mengakhiri dengan

doa bersama, serta mengucap salam ketika keluar meninggalkan kelas.

Demikianlah gambaran kegiatan pembelajaran di kelas XII, berdasarkan

pengamatan peneliti berpendapat bahwa Bapak Sabikis S.Pd.I sudah cukup baik

dalam memfasilitasi peserta didik pada proses pembelajaran dengan menggunakan

berbagai metode dan model pembelajaran. Hal ini sebagaimana pendapat dari peserta

didik yang diwawancara semua menyatakan bahwa mereka merasa suka dan senang

dengan kegiatan pembelajaran PAI bersama Bapak Sabikis yang tidak membosankan.

3) Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan RPP yang disusun Bapak Sabikis terdapat format evaluasi

pembelajaran mencakup aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Namun dalam

pelaksanaannya, penilaian sikap yang dilakukan Bapak Sabikis tidak menggunakan

instrument penilaian sebagaimana format penilaian pada RPP. Melalui wawancara

Pak Sabikis menjelaskan bahwa penilaian sikap (afektif) masih bersifat umum yang

dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap partisipasi aktif peserta didik

dalam proses pembelajaran. Namun pemberian penilaian sikap (afektif) tidak hanya

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, tetapi penilaian sikap diluar kegiatan

pembelajaran PAI juga dilakukan seperti shalat dhuha, BBQ, dan shalat Jumat.

Demikianlah gambaran proses pembelajaran PAI dalam membentuk karakter

Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung mulai dari perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan pembelajaran, sampai evaluasi pembelajaran baik di kelas X, kelas XI

maupun kelas XII dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun,

pembelajaran bukanlah satu-satunya metode dalam membentuk karakter peserta

didik, sebagaimana penjelasan Pak Sabikis yang mengatakan bahwa:

“Pembentukan karakter Islami peserta didik tidak cukup hanya tergantung pada
proses pembelajaran PAI di kelas saja, tetapi harus didukung oleh program-program
atau kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat Islami. Hal ini karena pembelajaran itu
hanya memberikan konsep, sedangkan untuk membentuk pembiasaan dan
memberikan keteladanan kepada peserta didik, maka peserta didik harus dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang real.”17

17
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 14 Maret
2016
Dalam hal ini pembentukkan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan

(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habits) Karakter tidak terbatas pada

pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu

mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi

kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Maka untuk mendukung

pembelajaran PAI dikelas, guru PAI dan pihak sekolah memberikan pembinaan

berkelanjutan yang melatih peserta didik untuk membiasakan diri berkarakter mulia

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembinaan yang diberikan setiap guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai

karakter baik didalam pembelajaran kelas maupun diluar kelas berbeda-beda. Misal,

dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran, Bu Titin memberi sanksi kepada peserta

didik yang ketahuan menyontek ketika ulangan dengan kebijakan remedial dan

memberi nilai standar meskipun hasil remedial besar, dalam menanamkan

kedisiplinan peserta didik yang terlambat mengumpul tugas diberi sanksi untuk

membuat tugas dua kali lipat, peserta didik yang membuat keributan atau kegaduhan

saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas akan diberi sanksi berupa

pengurangan nilai pada kompetensi kognitif (pengetahuan), peserta didik setelah

olahraga diharuskan memakai baju seragam sekolah kembali, jika tidak, maka peserta

didik tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas, dalam

menanamkan karakter religus atau taat kepada Allah, peserta didik diharuskan

mengikuti program shalat Jumat bergilir.


Untuk pembinaan peserta didik yang dilakukan Bu Susi terlihat pada kegiatan

pembelajaran di kelas, sedangkan pembinaan di luar kelas belum terlihat karena Bu

Susi baru berapa hari aktif mengajar setelah tiga bulan cuti. Sedangkan pembinaan

yang dilakukan Pak Sabikis didalam maupun di luar kelas antaralain dalam

menanamkan ketaatan kepada Allah (relegius) peserta didik yang perempuan wajib

menutup aurat selama pembelajaran PAI berlangsung, peserta didik shalat Dhuha

dan membaca al-Qur’an pada jam ke 3 dan 4, membimbing peserta dtidik yang laki-

laki wajib shalat Jumat di sekolah dengan sistem bergilir, dan membina anak-anak

ROHIS dengan berbagai kegiatan.

Adapun pembinaan dari pihak sekolah dilakukan dengan pengadaan berbagai

program atau kegiatan yang bersifat keagamaan. Menurut Drs. Hendro Suyono

program atau kegiatan sekolah tersebut sebagaimana penjelasannya berikut:

“Program-program sekolah yang mendukung pembelajaran PAI banyak jumlahnya,


antaralain: pagi baca ayat2 pendek, doa, BBQ setiap Jumat perkelompok, shalat
Jumat giliran 4 sampai 5 kelas dibimbing guru PAI, kegiatan Rohis, praktek-praktek ,
marawis, sebulan 2 kali atau sebulan sekali mengadakan tablig akbar yang ngisi
ceramah siswa kelas XI IPS yang sekaligus melatih marawis, atau tablik akbar
mengundang Bapak Bukhari dari IAIN lulusan Al-Azhar. Bulan Ramadhan pesantren
kilt, buka bersama, siswa, guru-guru, komite, bakti sosial, jika hari raya kurban
motong sapi untuk warga sekitar SMA, biasanya 2 sapi yang dipotong.18

Selain itu, pihak sekolah juga memiliki peraturan tata tertib sekolah yang

mendukung pembiasaan peserta didik berkarakter mulia dalam kehidupan sehari-hari.

Pihak sekolah mengeluarkan Buku Saku Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan

18
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
Sosial Sekolah bagi Siswa yang mencakup ketentuan-ketentuan umum, pelanggaran

dan sanksi. Tatakrama dan tata tertib sekolah dimaksudkan sebagai rambu-rambu

bagi siswa dalam bersikap, berucap, bertindak, dan melaksanakan kegiatan di sekolah

dalam rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat menunjang

pembelajaran yang efektif. Tatakrama dan tata tertib dibuat berdasarkan nilai-nilai

yang dianut sekolah dan masyarakat sekitar, yang meliputi: nilai ketakwaan, sopan

santun pergaulan, kedisiplinan dan ketertiban, kebersihan, kesehatan, kerapihan,

keamanan, dan nilai-nilai yang mendukung kegiatan belajar yang efektif.

Adapun pemberian sanksi setiap pelanggaran tata tertib dan tatakrama

disesuaikan dengan jumlah kumulatif nilai bobot pelanggaran, yakni sebagai berikut:

a. Kurang dari 20 : Teguran langsung siswa dapat mengikuti KBM.


b. 21-30 : Teguran langsung, siswa dapat pembinaan sebelum
mengikuti KBM.
c. 31-40 : Teguran tertulis dan disampaikan kepada orang tua.
d. 41-50 : Peringatan pertama dan diketahui oleh orang tua.
e. 51-60 : Peringatan kedua dan diketahui oleh orang tua.
f. 61-70 : Peringatan ketiga dan diketahui oleh orang tua.
g. 71-80 : Peringatan terakhir dan dikenakan skorsing dan diketahui
oleh orang tua.
h. 81-90 : Dipertimbangkan dalam rapat dewan guru untuk
dikembalikan kepada orang tua.
i. > 95 : Dikeluarkan dari sekolah.19

Jenis pelanggaran-pelanggaran tersebut mencakup antaralain: terlambat,

kehadiran, kerapihan/cara berpakaian, kepribadian, ketertiban, merokok, narkoba,

minuman keras, bacaan porno VCD porno, berkelahi, tawuran, dan

19
Dokumentasi, Buku Saku Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Bagi
Siswa Disertai Nilai Bobot Pelanggaran SMA Negeri 9 Bandar Lampung, TP. 2015/2016, h. 2
intimidasi/ancaman. Maka, berikut larangan-larangan bagi peserta didik sehari-hari di

sekolah antaralain:

a. Merokok, meminum-minuman keras, mengedarkan dan mengkonsumsi narkoba,


serta berpacaran dilingkungan sekolah.
b. Berkelahi baik perorangan maupun kelompok, didalam sekolah maupun diluar
sekolah.
c. Membuang sampah tidak pada tempatnya.
d. Mencoret dinding sekolah, pagar sekolah, perabotan dan peralatan sekolah
lainnya.
e. Berbicara kotor, mengumpat, menggunjing, menghina atau menyapa antar sesama
siswa atau warga sekolah dengan kata atau sapaan atau panggilan yang tidak
senonoh.
f. Membawa barang yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan sekokah,
seperti senjata tajam dan alat-alat lain yang mengganggu, membahayakan
keselamatan orang lain.
g. Membawa, membaca, mengedarkan bacaan, gambar sketsa, audio dan video
pornografi.
h. Membawa kartu dan bermain judi di lingkungan sekolah.
i. Melangsungkan pernikahan atau hamil selama belajar.
j. Melakukan tindakan criminal seperti mencuri, merampok atau berlaku
pornografi.20

Adapun yang berkaitan dengan nilai ketakwaan, maka dalam BAB Ketentuan

Umum terdapat kegiatan keagamaan yang harus diikuti peserta didik antaralain:

a. Bagi siswa Muslim wajib dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.

b. Setiap siswa Muslim wajib menjalankan shalat wajib dengan berjamaah (shalat

dzuhur/shalat Jum’at).

c. Setiap siswa Muslim mengikuti pengajian yang diadakan oleh sekolah termasuk

pesantren kilat, kegiatan dibulan Ramadhan.21

20
Ibid., h. 9
21
Ibid., h. 8
Demikianlah kebijakan peraturan tata krama dan tata tertib peserta didik serta

jenis pelanggaran beserta sanksi yang diterapkan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

Dari pemaparan diatas tampak jelas bahwa peraturan tata krama dan tata tertib yang

diterapkan mengandung nilai-nilai karakter mulia. Namun adanya pembelajaran dan

pembinaan baik yang di lakukan pihak sekolah mauopun guru bukan berarti

pembinaan pengembangan karakter peserta didik tidak memiliki kendala atau

hambatan apapun.

Berdasarkan hasil wawancara, setiap guru PAI memiliki pandangan yang

berbeda tentang hal yang menghambat proses pembentukan karakter peserta didik.

Menurut Bu Titin selaku guru PAI kelas X berpendapat bahwa :

“Yang menjadi penghambat adalah banyaknya jumlah anak-anak Biling dan


banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas serta banyaknya jumlah kelas yang
dipegang oleh satu guru. Banyaknya jumlah anak-anak Biling menjadikan kualitas
sekolah menurun, ini disebabkan anak-anak Biling semangat belajarnya kurang dan
susah diatur dan diberi nasehat. Kalau toh ada anak Biling yang berprestasi itu
sangat jarang, jarang sekali. Antara tahun2 sebelumnya dengan tahun sekarang
lebih baik tahun-tahun kemaren. Prestasi tahun ajaran ini menurun dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya anak-anaknya mudah dinasehati,
diatur dan sopan santunnya tinggi serta prestasi yang membanggakan disamping
kapasitas setiap kelas kecil bukan kelas besar seperti saat ini.” 22
Adapun menurut Bu Susi selaku guru PAI kelas XI menjelaskan bahwa:

22
Titin Widyawati, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 19
April 2016
“Pembentukan karakter peserta didik melibatkan banyak pihak. Tidak cukup jika
pembentukan karakter peserta didik hanya diserahkan kepada sekolah saja, namun
adanya peran keluarga itu lebih utama dalam membentuk karakter peserta didik.”23

Sedangkan Pak Sabikis selaku guru PAI kelas XII berpendapat bahwa:
“Pembentukan karakter Islami peserta didik tidak cukup hanya bergantung pada
proses pembelajaran PAI dalam kelas saja, namun juga harus didukung oleh
program-program atau kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat Islami. Karena
pembelajaran itu hanya memberi konsep, sedangkan untuk memberikan peserta didik
pembiasaan dan keteladanan dari seluruh warga sekolah, maka peserta didik harus
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang real.”24

Drs. Hendro Suyono selaku Kepala Sekolah mengatakan bahwa:

“Faktor pendukung pembentukan karakter peserta didik yaitu adanya kerjasama


yang baik seluruh warga stackholder, tidak adanya kerjasama yang baik itulah yang
dapat menjadi penghambat.”25

B. Pembahasan

Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari

hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Maka, langkah selanjutnya peneliti

akan melakukan analisis data dengan menjelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian

yang telah dilakukan. Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu

deskriptif kualitatif (pemaparan), maka analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis kualitatif, dengan penggunaan penalaran induktif, yakni cara yang

23
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 28
April 2016
24
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 14 Maret
2016
25
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
berpikir yang berangkat dari fakta- fakta khusus, peristiwa- peristiwa yang konkrit

dan khusus itu ditarik generalisasi- generalisasi yang mempunyai sifat umum.

Dalam teori dijelaskan bahwa pengembangan karakter dilakukan melalui tiga

tahap yaitu pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit).

Dalam hal ini karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang

memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan

pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan

tersebut. Maka diperlukan tiga komponen karakter baik yaitu moral knowing

(pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi), dan

moral action atau perbuatan bermoral. Untuk memahami apa yang mendorong

seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain

dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Berdasarkan Kurikulum 2013 sasaran pembelajaran mencakup pengembangan

ranah pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif) secara

berimbang. Pengembangan pengetahuan (kognitif) pada pembelajaran PAI akan

menjadikan peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai

agama, sedangkan pengembangan keterampilan (psikomotorik) akan menjadikan

peserta didik dapat mempraktikkan ajaran agama, adapun pengembangan sikap

(afektif), maka peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-

nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian kegiatan pembelajaran

PAI yang dijalankan harus menyentuh aspek knowing, doing, dan being.
Maka kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk

karakter Islami peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung meliputi tiga proses

yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian (evaluasi)

hasil pembelajaran. Berikut pembahasannya :

1. Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses pada

lampirannya BAB III, yaitu perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar

Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian

pembelajaran, dan skenario pembelajaran.26

Pengembangan silabus mata pelajaran PAI di SMA Negeri 9 Bandar Lampung

dibuat oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), sedangkan RPP

dikembangkan dari silabus oleh setiap guru PAI sebagaimana Permendikbud Nomor

65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Hanya saja

berdasarkan pengamatan dan wawancara dari ketiga guru PAI ada salah satu yang

menggunakan RPP tahun sebelumnya dengan alasan karena baru selesai dari cuti

melahirkan dan melanjutkan pembelajaran dari guru pengganti sebelumnya.

Dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa bagaimanapun keadaannya setiap

guru hendaknya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baru untuk

26
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014, Cet. ke-2), h. 289
setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan, meskipun guru tersebut merupakan guru

senior yang sudah berpengalaman dalam melaksanakan pembelajaran. Setiap tahun

kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta perkembangan informasi selalu

berbeda, maka untuk mengimbangi semua kondisi yang berubah adakalanya

pelaksanaan pembelajaran membutuhkan inovasi baru, sehingga tercipta

pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013.

Hal ini sebagaimana beberapa fungsi yang dimiliki perencanaan pembelajaran

berikut, antaralain:

a. Perencanaan pembelajaran merupakan dokumen administratif yang berfungsi


sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembelajaran.
b. Perencanaan pembelajaran merupakan wahana bagi guru untuk merancang
pembelajaran secara sistematis, prosedural, dan apik.
c. Perencanaan pembelajaran merupakan alat awal yang dapat digunakan untuk
mengembangkan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat.
d. Perencanaan pembelajaran memberikan peluang bagi guru untuk menyesuaikan
proses pembelajaran dengan karakteristik siswa secara tepat.
e. Perencanaan pembelajaran mendorong guru untuk terus belajar dan memperdalam
konsep dan implementasi penilaian dan proses pembelajaran.
f. Perencanaan pembelajaran menjembatani guru untuk senantiasa belajar berbagai
pengetahuan baru yang belum dipelajarinya.
g. Perencanaan pembelajaran menjadi sarana guru dalam menguasai materi
pembelajaran.27

Adapun dua guru PAI yang lain telah menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berdasarkan Kurikulum 2013. Namun terdapat perbedaan dari

kedua RPP tersebut, ada yang lengkap sesuai dengan Standar Proses dan ada yang

kurang lengkap. Perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses yaitu

mencakup semua komponen RPP tanpa terkecuali mulai dari tujuan pembelajaran,

27
Yunus Abidin, Op.Cit., h. 288-289
materi atau bahan ajar, metode pembelajaran, sumber dan media pembalajaran,

langkah-langkah pembelajaran, sempai evaluasi (penilaian) hasil pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran yang kurang lengkap salah satunya ditemukannya RPP

yang tidak mencakup tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik baik

tujuan dari aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun

sikap/karakter (afektif). Tetapi ketiga aspek tersebut hanya dicukupkan tercantum

pada kompetensi inti KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4.

Padahal antara Kompetensi Inti dengan Tujuan Pembelajaran dua hal yang

berrbeda. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar

Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat kelas atau

program.28 Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik menggunakan

kata kerja operasional yang menunjukkan perubahan perilaku yang hendak dicapai

oleh peserta didik setelah melalui suatu kegiatan pembelajaran tertentu. 29

Maka untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah dicapai

oleh peserta didik dalam setiap pertemuan tidak dapat dilihat dari kompetensi inti

tetapi dilihat dari tujuan pembelajaran. Hal ini karena tujuan pembelajaran

merupakan kemampuan yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari bahasan

tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan, sehingga tujuan

pembelajaran tetap harus dirumuskan dalam RPP.

28
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 118
29
Ibid., h. 186
Selain itu perumusan tujuan pembelajaran juga memiliki beberapa urgensi bagi

guru, antaralain: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan materi, metode, media,

dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan

lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam

menjamin evaluasi yang benar.30

Dengan demikian tujuan pembelajaran merupakan salah satu komponen RPP

yang penting, karena komponen-komponen yang lain diupayakan dan diarahkan

semata-mata dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan seorang

guru tidak akan mengetahui apakah peserta didiknya telah mencapai tujuan yang

diinginkan, kecuali guru tersebut merumuskan tujuan apa saja yang dikehendaki.

2. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup tiga kegiatan,

yakni pendahuluan, inti dan penutup. Berikut pembahasan pelaksanaan pembelajaran

di SMA Negeri 9 Bandar Lampung :

a. Pendahuluan

Pada tahap ini ketiga guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung

menginternalisasikan nilai-nilai karakter peserta didik melalui pembiasaan-

pembiasaan dan keteladanan yang baik seperti guru datang tepat waktu, senyum,

salam, dan sapa ketika masuk kelas, doa bersama dan membaca ayat-ayat al-Qur’an

30
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, Cet. ke-2), h.
227
sebelum proses pembelajaran dimulai serta menanyakan kabar dan mengecek

kehadiran peserta didik. Melalui pembiasaan dan keteladanan tersebut, karakter

Islami seperti religius, santun, ramah, peduli, disiplin, dan rajin lebih mudah

ditanamkan.

Tetapi tidak semua guru PAI mengawali proses pembelajaran dengan membaca

ayat-ayat al-Qur’an. Maka, peneliti berpendapat bahwa PAI sebagai mata pelajaran

yang menanamkan nilai-nilai karakter yang mulia, maka sebelum proses

pembelajaran PAI dimulai akan lebih utama jika mengawalinya dengan membaca

ayat-ayat suci al-Qur’an terlebih dahulu. Hal ini dalam rangka membiasakan peserta

didik agar senantiasa dekat dengan ayat-ayat Allah SWT yang merupakan petunjuk

bagi seluruh umat manusia, dan merupakan aktivitas ibadah bagi para pembaca

maupun pendengar ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah SWT:

          

     


Artinya: “Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. al-Isra
[17]: 9).31

Kemudian ketiga guru PAI tersebut memberikan motivasi atau brain storming

kepada peserta didik dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

31
Marwah Al-Qur’an Tajwid, Terjemahan dan Tafsir Untuk Wanita, (Bandung: Marwah,
2009), h. 283
Motivasi atau brain storming diberikan untuk mendorong peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penjelasan tujuan pembelajaran untuk

menggambarkan kepada peserta didik aspek apa sajakah yang harus mereka kuasai

setelah proses pembelajaran tersebut. Namun penjelasan tujuan pembelajaran atau

kompetensi dasar yang dilakukan oleh ketiga guru PAI hanya mencakup aspek

pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) saja, sedangkan

sikap/karakter (afektif) tidak turut dijelaskan.

Sementara orientasi pendidikan agama Islam di sekolah terletak pada tataran

moral action bukan hanya pada tataran kompeten (competence), tetapi sampai

memiliki kemauan (will) dan kebiasaan (habit), sehingga penting bagi guru

menjelaskan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan aspek sikap/karakter

(afektif) agar orientasi peserta didik tidak hanya fokus dalam ranah kognitif dan

psikomotorik saja, tetapi aspek afektif juga menjadi orientasi yang diprioritaskan

untuk dicapai. Sebagaimana Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, pada tahap

kegiatan pendahuluan pelaksanaan pembelajaran terdapat point guru menjelaskan

tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang

dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk secara aktif mencari informasi, serta memberikan uang yang cukup bagi

prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti mencakup


penyampaian informasi, membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan

karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam

membahas materi atau memecahkan masalah yang dihadapi bersama.

Pada kegiatan inti semua guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung,

menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran, serta media dan sumber

belajar yang memadai sesuai dengan materi ajar. Namun peneliti melihat bahwa

penggunaan keberagaman metode dan model pembelajaran, serta media dan sumber

belajar ini, tidak senantiasa membuat peserta didik antusias merespon setiap kegiatan

pembelajaran yang berlangsung, meskipun keberagaman ini memungkinkan bagi

setiap peserta didik untuk melibatkan diri berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran. Fakta kurang antusiasnya peserta didik di kelas X baik jurusan IPA

maupun IPS, menurut pendapat peneliti bukan terkait dengan masalah penggunaan

keberagaman metode dan model pembelajaran, tetapi disebabkan oleh peranan faktor

guru yang juga menentukan.

Guru yang kurang interaktif/komunikatif terhadap peserta didik, guru lebih

banyak duduk di kursi, guru begitu pendiam, lembut, dan kurang tegas akan

membuat guru kurang disegani atau ditakuti dan kurang didengar oleh peserta didik.

Akibatnya suasana kegiatan proses pembelajaran membosankan dan kurang

menyenangkan bagi peserta didik karena . Maka wajar jika ditemukan peserta didik

kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan atau teman yang sedang

presentasi, enggan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, dan tidak

bersemangat dalam belajar bahkan membuat peserta didik ribut sendiri-sendiri.


Fakta inilah yang dirasakan oleh peserta didik kelas X baik IPA maupun IPS.

Berdasarkan hasil wawancara kepada 21 peserta didik dari kelas dan jurusan yang

berbeda (IPA dan IPS), diantaranya 11 peserta didik menyatakan pembelajaran PAI

membosankan, dan 13 peserta didik memberikan saran dan kritik untuk guru PAI

yang bersangkutan.

Saran dan kritik tersebut antaralain: jangan ceramah terus, buat anak-anak seru,

jangan terlalu datar, jangan terlalu pendiam, bersahabat dengan anak-anak, jangan

ditempat duduk saja, metode ngajarnya jangan monoton gitu-gitu saja, harus lebih

tegas lagi, lebih serius, suara lebih keras lagi, lebih baik, lebih komunikasi dengan

murid, lebih ke praktek jangan nulis melulu, dan hafalan kurang memperhatikan.

Maka dari uraian fakta diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada kegiatan inti

pembelajaran di kelas X peran guru sebagai implementator, fasilitator, pengelola

kelas maupun mediator belum terealisasi secara maksimal sehingga kegiatan

pembelajaran yang tercipta kurang efektif dan kurang menyenangkan. Akibatnya

mayoritas peserta didik belum melibatkan diri secara aktif baik mental, fisik maupun

sosialnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Sementara untuk membentuk

kompetensi dan karakter peserta didik dibutuhkan suasana pembelajaran yang tenang

dan menyenangkan. Maka disinilah peran seorang guru dituntut dari aktivitas dan

kreaktivitasnya untuk mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif,

kreaktif, inovatif dan kondusif.

Hal ini sebagaimana hasil penelitian Soedijarto yang menunjukkan bahwa: (1)

perbedaan peran guru dalam proses pembelajaran mempengaruhi perbedaan kualitas


proses belajar, (2) kualitas proses belajar merupakan variabel kehidupan sekolah yang

memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar.32

Berdasarkan teori yang ditemukan berikut peran guru yang menentukan proses

pembelajaran antaralain:

1) Guru sebagai designer, yang bertugas merancang dan merencanakan


pembelajaran , serta mempersiapkan berbagai hal yang terkait dengan
pembelajaran.
2) Guru sebagai implementator, yang bertugas melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan rencana. Dalam hal ini guru harus dapat berinteraksi dan berkomunikasi
secara efektif dengan peserta didik, agar terjadi peubahan perilaku pada diri
mereka sesuai dengan yang direncanakan.
3) Guru sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik agar dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan secara
optimal.
4) Guru sebagai pengelola kelas, yang bertanggung jawab memelihara lingkungan
fisik kelasnya, agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan
serta membimbing proses-roses intelektual, sosial, emosional, moral, dan spiritual
didalam kelas, serta mengembangkan kompetensi dan kebiasaan bekerja dan
belajar secara efektif di kalangan pseserta didik.
5) Guru sebagai demonstrator, yang senantiasa dituntut untuk menguasai materi
pembelajaran dan mengembangkan kemampuannya dalam bidang ilmu yang
dimiliki.
6) Guru sebagai mediator, yang bertugas tidak hanya sebagai penyampai informasi
dalam pembelajaran, tetapi sebagai perantara dalam hubungan antar manusia
dengan peserta didik.
7) Guru sebagai evaluator, yang harus menilai proses dan hasil belajar yang telah
dicapai, serta memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang
telah dilakukan.33

Kegiatan inti pembelajaran di kelas XI dan XII merupakan kegiatan

pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Seluruh peserta didik melibatkan diri

secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya dalam setiap kegiatan pembelajaran

32
Mulyasa, Op.Cit., h. 194
33
Mulyasa, Op.Cit., h. 193-194
baik eksplorasi, elaborasi maupun konfirmasi. Bahkan berdasarkan hasil wawancara

peserta didik baik dikelas XI maupun XII, mereka semua menyatakan bahwa

pembelajaran PAI dikelas mereka menyenangkan dan tidak ada satu pun dari mereka

yang memberikan saran dan kritik baik terkait dengan metode, model, sumber dan

media pembelajaran yang digunakan maupun peran guru dalam kegiatan proses

pembelajaran.

Pada kegiatan inti pembelajaran banyak sekali nilai-nilai karakter yang

ditanamkan antaralain: aktif, kritis, kreaktif, inovatif, produktif, mandiri, bertanggung

jawab, disiplin, amanah, percaya diri, jujur, berani, kerja keras, bersemangat, rela

berkorban, ikhlas, sabar, saling kerjasama, saling menghargai, dan peduli

lingkungan. Nilai-nilai karakter tersebut ditanamkan melalui penggunaan model

pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) dan kooperatif (Cooperatif

Learning). Hal ini karena kedua model pembelajaran tersebut merupakan model

pembelajaran yang memfasilitasi internalisasi nilai-nilai karakter.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning) merupakan konsep

belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga

dan masyarakat.34 Melalui model pembelajaran kontekstual, pembelajaran PAI

dikaitkan dengan konteks dan pengalaman-pengalaman hidup peserta didik yang

34
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013, Cet. ke-13), h. 189
beraneka ragam dan konteks masalah-masalah serta situasi-situasi riil kehidupannya,

sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi makna dan nilai-nilai Islam yang perlu

diinternalisasikan dalam dirinya. Hal ini seperti yang terdapat dalam film yang dibuat

peserta didik kelas XII yang sarat mengandung banyak nilai-nilai karakter Islami.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.35 Pembelajaran

kooperatif mampu membuat peserta didik berpartisipasi aktif dalam mengembangkan

nilai-nilai karakter seperti aktif, kreaktif, inovatif, rasa ingin tahu, percaya diri,

berani, bertanggung jawab, saling menghargai, dan peduli lingkungan. Hal ini seperti

yang terlihat pada jenis kooperatif tipe jigsaw dan STAD (Student Teams Chievement

Devisions) yang digunakan di kelas XI. Namun penerapan model pembelajaran ini

bukan satu-satunya faktor utama dalam yang memaksimalkan penanaman nilai-nilai

karakter dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di kelas XI dan XII. Tetapi

adanya faktor peran guru yang cukup baik di kelas tersebut juga sangat menentukan,

mulai dari peran guru sebagai implementator, fasilitator, pengelola kelas,

demonstrator, sampai peran guru sebagai mediator.

Adapun penggunaan media dan sumber belajar dalam kegiatan inti sudah cukup

memadai yang disesuaikan dengan jenis materi ajar, antaralain laptop, LCD, internet

free wifi, buku PAI dan lain-lain. Dalam hal ini sarana dan prasarana pembelajaran

yang digunakan oleh ketiga guru PAI sudah cukup baik sesuai dengan tuntutan

Kurikulum 2013.
35
Ibid., h. 203
c. Penutup

Pada tahap penutup semua ketiga guru PAI memberikan kesimpulan isi materi,

memberikan umpan balik, penilaian, dan merencanakan kegiatan tindak lanjut seperti

remedial dan pemberian tugas baik tugas individu maupun kelompok serta

menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemudian

memandu peserta didik untuk menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca

hamdalah dan mengakhiri dengan doa bersama, serta mengucap salam ketika keluar

meninggalkan kelas.

Tugas remidial diberikan kepada peserta didik yang nilainya belum mencapai

standar KKM dan peserta didik yang menyontek ketika ulangan. Sebagaimana tugas

remedial yang diberikan oleh guru PAI kelas X terhadap peserta didik yang

menyontek ketika UTS pada semester genap. Guru juga tidak lupa memberikan

nasehat bahwa nilai besar tidak memiliki arti jika diperoleh dengan menyontek, lebih

baik mendapat nilai kecil tetapi memperolehnya dengan jujur. Terlebih pelajaran

agama yang sangat mengajarkan dan menekankan nilai-nilai kejujuran dalam

kehidupan, maka sudah seharusnya sebagai Muslim untuk berperilaku jujur dalam

setiap aspek kehidupan.

Berdasarkan pengamatan peneliti berpendapat bahwa pada kegiatan penutup ini

ketiga guru PAI telah memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik kepada

peserta didik dalam rangka menanamkan nilai-nilai karakter mulia, seperti

kemandirian, kejujuran, tanggung jawab, sampai ketaatan kepada Allah SWT.


Terkait dengan ditemukannya peserta didik yang berani menyontek ketika

ulangan pada mata pelajaran PAI merupakan fakta yang menunjukkan bahwa nilai-

nilai karakter mulia yang dipelajari belum sepenuhnya melekat pada diri peserta

didik. Fakta ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru PAI untuk lebih

memperbaiki proses pembelajaran dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada

peserta didik, karena mungkin selama ini nilai-nilai karakter (afektif) belum menjadi

perioritas utama dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang penting dalam proses

pembelajaran. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis

dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan

sejauhmana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. 36 Dengan kata lain evaluasi

merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek yang bersifat

komprehensif melalui pengukuran dan penilaian.

Berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran evaluasi dibedakan menjadi tiga

jenis antaralain:

a. Evaluasi program pembelajaran, yaitu evaluasi yang mencakup terrhadap tujuan


pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, dan aspek-
aspek program pembelajaran yang lain.
b. Evaluasi proses pembelajaran, yaitu evaluasi yang mencakup kesesuaian antara
proses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang
ditetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan poses pembelajaran, dan
kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembalajaran.

36
Toto Fathoni, Cepi Riyana, “Komponen-komponen Pembelajaran”, Kurikulum dan
Pembelajaran, ed. Toto Ruhimat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2012, Cet. ke-2), h. 165
c. Evaluasi hasil pembelajaran, yaitu evaluasi hasil belajar mencakup tingkat
penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum
maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.37

Peran guru pada kegiatan evaluasi pembelajaran disebut evaluator yakni guru

yang harus menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai, serta memberikan

umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan. Melalui

kegiatan evaluasi seorang guru dapat mengetahui keberhasilan peserta didik dalam

mencapai kompetensi sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) maupun keterampilan

(psikomotorik).

Berdasarkan Standar Penilaian dalam Kurikulum 2013, penilaian hasil belajar

peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang

dilakukan secara berimbang. Sebagaimana Standar Kompetensi Lulusan Kurikulum

2013 yang memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang

harus dicapai yang mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Namun hasil pengamatan dilapangan dan wawancara, evaluasi

pembelajaran yang dilakukan ketiga guru PAI masih bersifat umum. Penilaian dalam

ranah sikap (afektif) hanya dinilai dari keaktifan peserta didik melalui pengamatan

secara langsung dalam kegiatan pembelajaran tanpa menggunakan instrument

penilaian. Sementara dalam kurikulum 2013 sikap (afektif) dibagi menjadi dua, yakni

sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi

37
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Cet. ke-9), h. 408
inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI 2)

untuk sikap sosial.

Dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh ketiga guru PAI belum

mencakup penilaian kompetensi sikap (afektif) secara keseluruhan baik sikap spiritual

maupun sikap sosial. Padahal perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada

saat melakukan penilaian ranah afektif. Maka untuk mengetahui perkembangan

karakter peserta didik secara utuh, penilaian kompetensi sikap dilakukan secara

keseluruhan baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Sebab nilai-nilai karakter yang

harus ditanamkan kepada peserta didik bukan hanya keaktifan peserta didik tetapi

mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari nilai karakter yang berhubungan

dengan Tuhan (Religius/taat), berhubungan dengan diri sendiri, berhubungan dengan

sesama, berhubungan dengan lingkungan, sampai berhubungan dengan kebangsaan.

Jadi perkembangan karakter peserta didik tidak dapat terukur hanya dengan

memberi penilaian terhadap salah satu jenis karakter saja. Apalagi penilaian yang

diberikan hanya pada keaktifan peserta didik yang dilakukan melalui observasi secara

langsung dengan jumlah peserta didik lebih dari 20 orang, maka hasil penilaian yang

dilakukan akan menjadi bias. Selain itu penilaian keaktifan peserta didik

memungkinkan bagi guru untuk lebih menanggapi peserta didik yang aktif daripada

peserta didik yang kurang aktif, sehingga peserta didik yang kurang aktif kurang

terpantau.

Berdasarkan Permendikbud No. 66 tahun 2013, pendidik dapat melakukan

penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman


sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik, dan jurnal.38 Ini artinya guru memiliki

banyak cara untuk mengukur kompetensi sikap (afektif) secara keseluruhan baik sikap

spiritual maupun sikap sosial yang didalamnya mencakup berbagai jenis karakter,

sehingga perkembangan karakter peserta didik dapat terukur secara akurat dan dapat

dilakukan pemantauan dengan baik serta berkelanjutan berdasarkan data empiris.

Namun penilaian pada kompetensi sikap (afektif) memang lebih sulit dilakukan

daripada penilaian pada kompetensi pengetahuan (kognitif) dan keterampilan

(psikomotorik). Sebagaimana penjelasan salah satu guru PAI yang mengatakan bahwa

penilaian pada ranah sikap (afektif) mengalami kesulitan ketika jumlah kelas yang

dipegang guru terlalu banyak dengan kapasitas setiap kelas lebih dari 20 peserta

didik. Sehingga pernilaian pada ranah sikap (afektif) dalam satu semester hanya dapat

dilakukan sebanyak satu kali yakni penilaian antar teman.

Selain itu semakin banyak cara yang digunakan untuk memberikan penilaian

pada ranah sikap (afektif), maka akan semakin banyak pula format penilaian yang

dibutuhkan, sehingga menuntut seorang guru untuk memberikan pengorbanan yang

lebih besar mulai dari waktu, tenaga sampai pemikiran. Hal ini dapat menjadi salah

satu alasan bagi guru PAI mengapa tidak menggunakan instrument penilaian dalam

melakukan penilaian kompetensi sikap (afektif) meskipun dalam Kurikulum 2013

sangat menekankan penilaian sikap (afektif) dengan berbagai macam cara.

Dari pemaparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan

oleh ketiga guru PAI di SMA Negei 9 Bandar Lampung belum menekankan aspek
38
Yunus Abidin, Op.Cit., h. 98
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) secara

proporsional (seimbang). Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara

menunjukkan bahwa penilaian yang dilakukan masih lebih menekankan aspek

pengetahuan daripada aspek sikap (afektif) karena adanya beberapa kendala yang

menyebabkan ketiga guru PAI mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian

kompetensi sikap.

Dalam hal ini agar penilaian pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang

antara pengetahuan, sikap dan keterampilan, maka hendaknya ada upaya yang

dilakukan oleh pihak sekolah maupun guru PAI untuk mengatasi kendala-kendala

yang ada. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan menurut pendapat peneliti

antaralain:

1) Pengurangan kapasitas jumlah peserta didik setiap kelas. Pengurangan ini bisa

dilakukan oleh pihak sekolah dengan kebijakan yang menetapkan jumlah setiap

kelas kurang dari 30 peserta didik sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Kebijakan ini khusus untuk kelas X yang terdiri dari 10 kelas dengan setiap kelas

mayoritas terdiri dari 40 peserta didik.

2) Penambahan jumlah guru PAI. Keterbatasan jumlah guru mata pelajaran akan

menentukan besar kecilnya beban yang menjadi tanggung jawab setiap guru.

Semakin besar beban seorang guru maka semakin sulit bagi seorang guru untuk

memberikan perhatian , bimbingan dan pembinaan kepada peserta didik secara

maksimal. Hal ini akan berdampak kepada sulitnya seorang guru melakukan

penilaian secaar seimbang antara pengetahuan, sikap dan keterampilan.


3) Mempersiapkan penilaian sikap dengan persiapan yang lengkap dan matang. Hal

ini karena kompetensi sikap yang akan diberi penilaian mencakup kompetensi

sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, sehingga penilaian pada ranah sikap

membutuhkan format atau instrument penilaian yang banyak tergantung dari jenis

kompetensi sikap yang akan dinilai dan teknik penilaian yang digunakan.

Selain melalui pembeljaran pembentukan karakter di SMA Negeri 9 Bandar

Lampung tidak hanya melalui pembelajaran PAI saja, tetapi juga melalui pembinaan

pembudayaan agama Islam di SMA Negeri 9 Bandar Lampung bukan hanya

melaksanakan shalat berjamaah, baca al-Qur’an, tetapi budaya 3 S (salam, senyum,

sapa), etos belajar, tertib, disiplin, jujur, adil, toleran, simpati, empati, buang sampah

pada tempatnya, kebersihan dan keindahan lingkungan sekolah, tanggung jawab

dalam pelaksanaan tugas, dan seterusnya, semuanya adalah budaya agama yang

diwujudkan melalui keteladanan, pembiasaan,dan internalisasi. Hal ini tampak dari

adanya program atau kegiatan keagamaan yang sering diadakan oleh pihak sekolah

serta peraturan tata krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah yang diterapkan

beserta jenis pelanggaran dan sanksi-sanksinya.

Pembudayaan ini membawa peserta didik ke pengenalan nilai-nilai agama

secara kognitif, penghayatan nilai-nilai agama secara nyata. Menurut istilah

pedagogik disebut “dari gnosis sampai ke praksis”. Untuk sampai ke praksis,ada satu

peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu

munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai-nilai agama.
Peristiwa ini disebut dengan conatio,dan langkah untuk membimbing anak

membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.39

Dengan demikian langkah-langkah pembudayaan agama Islam mencakup : (1)

pengenalan nilai-nilai agama secara kognitif; (2) memahami dan menghayati nilai-

nilai agama secara afektif; dan (3) pembentukan tekad secara konatif. Pendidikan

agama pada dasarnya adalah membimbing peserta didik untuk secara sukarela

mengikatkan diri pada ajaran dan nilai-nilai agama (voluntary personal commitment

to religious values).

Selain melalui pembudayaan, pembinaan juga dilakukan oleh guru PAI sebagai

pembinaan berkelanjutan diluar pembelajaran dikelas. Namun pembinaan ini belum

dilakukan secara maksimal sebab dari ketiga guru PAI hanya satu guru yang memiliki

program pembinaan diluar pembelajaran, selebihnya masih menyerahkan pembinaan

berkelanjutan kepada pihak sekolah sepenuhnya yakni kepada program atau kegiatan

keagamaan yang diadakan sekolah misal perayaan hari-hari besar agama, ekskul

ROHIS, serta peraturan tata krama dan tata tertib yang diterapkan sekolah. Padahal

guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu guru utama yang bertanggung

jawab terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan, ketakwaan, dan karakter

peserta didik di sekolah. Sehingga untuk menciptakan suasana lingkungan yang

kondusif dalam membudayakan karakter mulia dan luhur di lingkungan sekolah

sangat diperlukan peran guru PAI di luar kegiatan pembelajaran kelas.

39
Muhaimin, Op.Cit. h. 313
Berikut beberapa peran dan tugas guru Pendidikan Agama Islam di luar tugas

pokoknya antaralain:

a) Mengarahkan kegiatan yang bersifat pembiasaan terhadap peserta didik untuk


peserta didik menerapkan nilai, norma-norma yang ada seperti saling bertegur
sapa, mengucapkan salam, berdoa, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
b) Membimbing sikap berdisiplin dalam berbagai kegiatan sekolah yang
mengandung nilai karakter seperti ibadah agama, menghimpun bantuan untuk
menolong orang lain yang sangat memerlukan, dan mendengarkan ceramah.
c) Mengadakan lomba kesenian seperti sandiwara, lomba menulis, melukis,
deklamasi, dan lain-lain.
d) Memantau dan mengawasi sikap dan perilaku peserta didik dalam kegiatan
pergaulan sehari-hari.
e) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan peserta didik yang dapat
menciptakan rasa aman, tertib dan menyenangkannya di lingkungan sekolah. 40

Dengan demikian dalam membentuk karakter Islami di sekolah diperlukan

adanya kerjasama yang sinergi antar guru PAI dan dengan pihak sekolah untuk

menciptakan suasana lingkungan yang kondusif dengan mengembangkan Pendidikan

Agama Islam sebagai budaya sekolah. Sebab peserta didik tetap membutuhkan

arahan, bimbingan, dan pemantauan untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan

menerapkan tata krama serta tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran dan

kesungguhan bukan karena formalitas ataupun rutinitas semata.

Namun bukan hanya guru PAI dan sekolah saja yang harus bersinergi

melainkan seluruh warga sekolah tanpa terkecuali juga dituntut bersinergi mulai dari

kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, peserta didik, sarana prasarana, dan

lingkungan sekolah seperti kondisi dan pelayanan warung sekolah, penataan

keindahan, kebersihan dan kenyamanan sekolah. Sebagaimana penjelasan Kepala

40
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Feni Fatriani, Op.Cit., h. 128
Sekolah yang mengatakan bahwa pembentukan karakter peserta didik harus didukung

dengan adanya kerjasama yang baik seluruh warga (stackholder) sekolah.

Selain itu pembentukkan karakter mulia disekolah juga harus didukung oleh

adanya peran keluarga, salah satu guru PAI menjelaskan bahwa pembentukan

karakter peserta didik melibatkan banyak pihak dan peran keluarga itu lebih utama.

Kurangnya peran keluarga dapat menjadi salah satu faktor penghambat bagi

pembentukan karakter disekolah. Sesuai pendapat salah satu guru PAI yang

mengatakan bahwa banyaknya jumlah peserta didik dari Bina Lingkungan menjadi

salah satu faktor penghambat dalam membentuk karakter dengan alasan mereka

memiliki semangat belajar dan sopan santun yang kurang, serta susah diatur dan

diberi nasehat, bahkan jarang sekali peserta didik dari Biling yang berprestasi,

sehingga semenjak banyak jumlah peserta didik Biling yang diterima dari tahun-

tahun sebelumnya, semenjak itu pula prestasi sekolah menurun.

Peserta didik Bina Lingkungan (Biling) adalah peserta didik yang berasal dari

keluarga kurang mampu, sehingga mendapat keringanan biaya sekolah dari

pemerintah. Jika dengan latar belakang dari keluarga Bina Lingkungan dianggap

memiliki peran keluarga yang kurang dalam membentuk karakter peserta didik, hal

ini mungkin dapat disebabkan karena tingkat pendidikan orang tua yang rendah,

sehingga tingkat pemahaman orang tua terhadap arti penting pendidikan bagi peserta

didik pun kurang. Akibatnya orang tua tidak begitu perhatian dan peduli terhadap

pendidikan peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. Keadaan inilah yang

memberikan pengaruh terhadap sikap peserta didik manakala mereka belajar di


sekolah, mulai dari sulit diatur dan dinasehati, kurang sopan santun serta memiliki

semangat belajar yang rendah.

Maka jika keberadaan peserta didik dari Bina Lingkungan dengan jumlah yang

banyak dapat dianggap sebagai hambatan bagi pembentukkan karakter peserta didik

yang lain, pemberian solusinya mungkin dapat berupa pengurangan penerimaan

peserta didik dari Bina Lingkungan. Tetapi menurut peneliti solusi ini kurang tepat

karena bagaimanapun peserta didik Bina Lingkungan memiliki hak yang sama

dengan peserta didik yang lain dalam mengenyam pendidikan. Dalam hal ini peneliti

berpendapat bahwa pihak sekolah maupun guru hendaknya memiliki program

pembinaan dan bimbingan secara khusus untuk peserta didik Biling diluar

pembelajaran kelas, sehingga pembentukkan karakter dan kompetensi serta

membangun semangat belajar dapat dilakukan secara seimbang antara peserta didik

Biling dengan peserta didik yang lain, bahkan peserta didik Biling dapat bersaing

dengan peserta didik yang lain tanpa terjadi diskriminasi hanya karena status sosial

yang berbeda.

Setelah peneliti menganalisa teori serta membandingkan dengan data-data yang

diperoleh saat proses penelitian berlangsung dengan menggunakan beberapa metode

diantaranya wawancara, observasi dan dokumentasi. Langkah selanjutnya adalah

peneliti akan mengambil sebuah kesimpulan di Bab V.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk

karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung dilaksanakan berdasarkan

Kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan meliputi tiga proses

yaitu perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian

(evaluasi) hasil pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga

kegiatan, yakni pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pelaksanaan pembelajaran

nilai-nilai karakter ditanamkan melalui berbagai metode dan model pembelajaran.

Sedangkan evaluasi pembelajaran belum mencakup aspek pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) secara proporsional (seimbang).

Selain itu, pembentukan karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung

didukung pembudayaan agama Islam dalam komunitas sekolah melalui berbagai

kegiatan keagamaan dan penerapan peraturan tata krama dan tata tertib sekolah.

B. Saran

Setelah penulis mengadakan penelitian di SMA Negeri 9 Bandar Lampung dan

menganalisis hasilnya, penulis mempunyai saran, semoga dapat meningkatkan


kualitas pembelajaran PAI dalam membentuk karakter mulia peserta didik, maka

ada beberapa saran yang dapat peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada Kepala Sekolah

a. Selalu mencermati, meneliti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang di buat guru, apakah nilai-nilai karakter sudah diintegrasikan,

metode, media pembelajan, serta evaluasi yang digunakan sudah tepat,

tidak hanya tanda tangan.

b. Meningkatkan berbagai macam program atau kegiatan sekolah yang

bersifat Islami.

c. Meningkatkan peran serta semua pihak sekolah dalam menciptakan

suasana lingkungan yang kondusif bagi pengembangan karakter Islami

peserta didik melalui pembudayaan agama Islam di sekolah.

2. Kepada Guru PAI

a. Mempersiapkan pembelajaran dengan menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) sebaik mungkin yang mencakup semua komponen

pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No. 65 Tahun 2013.

b. Memperbaiki proses pembelajaran untuk lebih menekankan aspek

pembentukan karakter (afektif) dari sekedar membentuk pengetahuan dan

keterampilan dengan menciptakan pembelajaran yang lebih kreaktif,

inovatif, efektif dan menyenangkan bagi peserta didik.

c. Memperbaiki evaluasi pembelajaran dalam memberikan penilaian

terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan


(psikomotorik) secara lebih proporsional (seimbang) dengan menggunakan

berbagai macam instrument penilaian.

d. Memberikan bimbingan dan pembinaan, serta pengawasan berkelanjutan

diluar kegiatan pembelajaran kelas dalam membangun pembiasaan peserta

didik untuk senantiasa berkarakter mulia dimanapun mereka berada.

e. Memberikan keteladanan penerapan nilai-nilai karakter Islami dalam

kehidupan sehari-hari kepada peserta didik.

f. Membangun komunikasi yang baik antara guru dan orang tua untuk

mengontrol perkembangan dan perubahan tingkah laku peserta didik.

3. Kepada Siswa

a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan sekolah

b. Mengaplikasikan nilai-nilai karakter mulia dalam kehidupan sehari-hari

baik di lingkungan sekolah, rumah maupun di lingkungan masyarakat.

c. Berani memberi saran dan kritik yang membangun terhadap guru maupun

pihak sekolah jika ditemukan hal-hal yang kurang.

4. Kepada Orang Tua

a. Memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik ditengah keluarga.

b. Memberikan perhatian tehadap pentingnya menuntut ilmu bagi peserta

didik baik formal maupun nonformal.

c. Memberikan perhatian dan pengontrolan terhadap aktivitas peserta didik

disemua lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (cet.II). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2014.

_______. Implementasi Kurikulum 2013(cet.II). Bandung: Interes Media, 2014.

Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan implementasi Kurikulum 2004 (cet.VI). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.

Abdurrahmat Fathoni. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan skripsi. Jakarta:


Rineka Cipta, 2011.

Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (cet.XII). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2013.

Ahmad Fuad Effendy. Sejarah Peradaban Arab dan Islam. Malang: Misykat. 2012.

Al-Qur’an dan Terjemahan. Bogor: Syaamil Qur’an.2007.

Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009)

Andi Prastowo. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta: Prenadamedia
Group. 2015

Aulia Fitria Ningrum. Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada


Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 1 Pokok Bahasan
Akhlak di SDN Salatiga 08 Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/2012,
Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), Salatiga,
2012.

Buku Saku Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Bagi Siswa
Disertai Nilai Bobot Pelanggaran SMA Negeri 9 Bandar Lampung, TP.
2015/2016.

Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.

Dede Tisna. ”Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja”. Al-wa’ie. No.147. Jakarta.
2012.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. 2013.

Eka Hariyani, “Implementasi Budaya Sekolah Dalam Membentuk Karakter Peserta


Didik Di SDIT Insantama Bandar Lampung”.Skripsi. Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2016.

Etta Mamang Sangadj dan Sopiah. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi. 2010.

Hafidz Abdurrahman. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. (cet. IV). Bogor: Al
Azhar Press. 2012

Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (cet. II). Bandung:
Alfabeta, 2012,

Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Referensi. 2013.

Ismail Yusanto dkk. Menggagas Pendidikan Islami. Bogor: Al-Azhar Press. 2011.

Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.2007.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Marzuki. Pendidikan Karakter Islam. Jakarta: Amzah. 2015.

Masnur Muslich. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis


Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.

M. Iqbal Hasan. Metodologi penelitian dan aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.


2002

Muhaimin. Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam. Jakarta:


Raja Grafindo Persada. 2011.

_______. Rekonstruksi Pendidikan Islam (cet.II). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


2013.

_______. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada. 2012.

Muhammad Idrus. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. 2009.


Mulyasa. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013(cet. VI). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2015.
_______. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara. 2012.

Nur Ainiyah. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-
Ulum. Vol.13. No.1. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2013.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Raden Intan Lampung. 2016.

Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana dan Feni Fatriani , Pengembangan Pendidikan


Karakter. Bandung : PT Refika Aditama. 2013.

Rahmawati Rodhiyatun. “Penanaman Karakter Siswa Melalui Pembelajaran PAI Di


SDIT Ibnu Mas’ud Wates Kulon Progo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta Tahun 2012.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam (cet. IX). Jakarta: Kalam Mulia. 2012.

Rusman. Model-Model Pembelajaran (cet. XIII). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


2013.

Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R


&D. Bandung: Alfabeta. 2010.
_______. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2012)
_______. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2013.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Toto Fathoni, Cepi Riyana. “Komponen-komponenn Pembelajaran”. Kurikulum dan


Pembelajaran (cet. II). Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Sinar Grafika. 2013.

Yayha Abdurrahman. Kembali ke Fitrah, Kembali ke Syariah. Al-wa’ie. No. 63.


Jakarta. 2005.

Yunus Abidin. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013(cet. II),
Bandung: PT Refika Aditama. 2014.
Zaenal Abidin. “Prinsip-prinsip Pembelajaran”. Kurikulum dan Pembelajaran(cet.II).
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Pembelajaran PAI di kelas X IPS 3

Pembelajaran PAI di kelas X IPA 3

Pembelajaran PAI di kelas XI IPA 3


Pembelajaran PAI di kelas XI IPA 3

Wawancara peserta didik


Wawancara peserta didik
Nilai-nilai karakter
Sarana dan prasarana

Aula

Ruang Kelas Ruang Kelas

Ruang Guru Ruang TU


Mushola

Perpustakaan

Halaman
Buku Saku Tatakrama dan Tata Tertib Siswa
Lampiran 1

ANGKET PESERTA DIDIK


Nama :
Kelas/Jur :
Hari/Tgl :

Keterangan:
4 = Selalu
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1= Tidak pernah
Berikan penilaian berupa “angka” pada kolom skor yang telah tersedia.
Skor
No Karakter Indikator
1 2 3 4
1 Taat kepada 1) Memahami dan mempercayai rukun iman
Allah SWT 2) Melaksanakan shalat 5 waktu secara penuh
3) Melaksanakan shalat Jumat (laki-laki)
4) Mejalankan puasa Ramadhan
5) Membayar zakat fitrah bulan Ramadhan
6) Menutup aurat/berhijab (perempuan)
7) Mengajak orang lain untuk beribadah
8) Rutin membaca al-Qur’an setiap hari
9) Memahami adab pergaulan antara perempuan
dan laki-laki (tidak berkhalwat, tidak ikhtilat,
tidak pacaran)
10) Menjaga diri dari hal yang merusak (rokok,
minum-minuman keras, napza, free sex dll)
11) Menjaga diri dari tindak kriminal (tawuran,
mencuri dll)
2 Jujur 12) Tidak berkata bohong
13) Tidak menyontek dalam ulangan/ujian
14) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang
suatu pokok diskusi
15) Mengemukakan rasa senang atau tidak senang
terhadap pembelajaran
16) Menyatakan sikap terhadap suatu materi
2

diskusi kelas
17) Membayar barang yang di beli di toko sekolah
dengan jujur
18) Mengembalikan barang yang di pinjam atau
ditemukan di tempat umum
3 Bertanggung 19) Menyelesaikan semua kewajiban
jawab 20) Tidak suka menyalahkan orang lain
21) Tidak lari dari tugas yang harus diselesaikan
22) Berani mengambil resiko
4 Disiplin 23) Selalu datang tepat waktu
24) Jika berhalangan hadir memberi tahu
25) Taat pada aturan sekolah
26) Taat pada aturan lalu lintas
5 Demokratis 27) Menghargai pendapat orang lain
28) Berlapang dada untuk saling memaafkan
29) Menerima keputusan bersama hasil dari
musyawarah dengan lapang dada
30) Senantiasa bermusyawarah tentang hal yang
menyangkut kepentingan bersama
Jumlah Skor
Lampiran 2

HASIL ANGKET PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG
Karakter
Berbakti pada
No Responden Taat kepada Allah SWT Jujur Tanggung Jawab Disiplin
kedua orang tua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Achmad Aulia 4 3 4 4 3 - 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4
2 Afifa Nurul 3 2 - 4 3 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2
3 Ainun Mardiyah 4 3 - 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3
4 Alma 4 3 - 4 3 3 3 2 2 4 4 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3
5 Anggun Elfira S 3 2 - 4 4 1 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4
6 Anisa Nur S. 4 3 - 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4
7 Ari Setiawan 4 4 4 4 4 - 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
8 Bagoes Tyipta 4 3 4 4 4 - 4 4 2 4 4 2 3 2 2 2 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3
9 Beta Putri A. 4 3 - 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3
10 Chaswarina N. 3 3 - 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 Dandy Febriana 4 3 4 4 4 - 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4
12 Deby Diantyy 4 2 - 4 4 4 3 2 3 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 2
13 Defri Fahlepi A. 4 3 4 4 4 - 3 3 4 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 Devi Ariani P 3 3 - 4 4 2 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 Edo Kurnia A. 4 4 4 3 3 - 3 2 2 4 4 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
16 Errina Farasdati 3 3 - 4 4 1 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
17 Fadila Raisya 4 3 - 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3
18 Farah Fadhilah 4 4 - 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 4
19 Febriyola K. 4 3 - 4 4 4 3 3 3 4 4 2 2 3 2 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3
20 Fegy Seftia 4 3 - 4 4 2 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
21 Ikhza Ragenra 4 3 4 4 4 - 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4
22 Kartiko 4 3 4 4 4 - 4 4 3 4 4 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
23 M. Alkautsar M 4 3 4 4 4 - 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3
24 M. Hafidz S. 4 3 4 4 4 - 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3
25 M. Fadhil Thalib 4 3 4 4 4 - 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 4 4 4 4
26 M. Ridho Iwan 2 2 4 4 4 - 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 2 3 1 1 2 3 4 4 4 2 3
27 Muthya Ningsih 4 3 - 4 4 4 4 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4

28 Nadiya R. 4 4 - 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
29 Previana Pevita 4 4 - 4 4 4 3 2 2 4 4 2 2 1 2 3 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3
30 Rafi A. P 4 4 4 4 4 - 2 2 3 1 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3
31 Rico Ghifari P. 4 2 3 4 4 - 3 2 3 1 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3
32 Salsabila Q. 4 2 - 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
33 Sabrina Kirana 4 3 - 4 4 1 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4
34 Siti Maisarah 4 4 - 3 4 4 3 2 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2
35 Syeha Shafira A 4 3 - 4 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3
36 Tasa Qeida Putri 3 3 - 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
37 Triska 3 3 - 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3
Kesimpulan Selalu : 61,16%; Selalu : 32,04% Selalu :32,43% Selalu :49,35% Selalu :57,43%
Sering : 25,17% Sering : 39,01% Sering :45,30% Sering :35,10% Sering :38,53%
Kadang-kadang : 11,75% Kadang-kadang : 28,56% Kadang :20,92% Kadang :14,85% Kadang :4,05%
Tidak pernah : 1,92% Tidak pernah : 0,39% T.Pernah:0,68% T.Pernah:0,68% T.Pernah:-
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Nama observer :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Petunjuk :
1. Cara pengisian lembar observasi proses pembelajaran dengan memberikan
tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pengamatan.
2. Ketentuan skor 1 untuk “Ada” dan skor 0 untuk “Tidak”.
Hitunglah skor yang diperoleh dengan menjumlahkannya serta cari presentasenya.
Hasil
Deskripsi Nilai
No Aspek yang diamati Pengamatan
Karakter
Ada Tidak
1 Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam dan Religius, Ramah,
menanyakan kabar. Peduli, Empati
b. Guru dan peserta didik berdoa Religius
bersama sebelum memulai pelajaran
c. Peserta didik membaca Al-Qur’an Religius
bersama selama 5-10 menit
d. Guru mengecek kehadiran peserta Disiplin
didik
e. Guru memberikan motivasi atau Bersemangat
brain storming
f. Guru menjelaskan tujuan Kritis, Kreaktif,
pembelajaran/kompetensi (kognitif, Inovatif, Visioner,
afektif dan psikomotorik) yang akan Produktif
dicapai
2 Inti
a. Eksplorasi
1) Guru menggali pemahaman Kritis, Kreaktif,
peserta didik terkait dengan Inovatif, Visioner,
materi yang akan dipelajari Produktif
2) Guru menggunakan beragam Kritis, Kreaktif,
pendekatan pembelajaran (model, Inovatif, Visioner,
strategi, metode, dan teknik Produktif
pembelajaran) dalam
menyampaikan materi
3) Guru menggunakan berbagai Rasional, Kritis,
6

media pembelajaran dan sumber Inovatif, Produktif


belajar
4) Guru menfasilitasi terjadinya Aktif, Ramah,
interaksi antar peserta didik serta Dinamis, Terbuka,
antara peserta didik dengan guru, Toleran, Santun,
lingkungan, dan sumber belajar Menghormati orang
lainnya. lain, Kritis
5) Guru melibatkan peserta didik Aktif, Kritis,
secara aktif dalam setiap kegiatan Inovatif, Produktif
pembelajaran
b. Elaborasi
1) Guru membiasakan peserta didik Cinta ilmu/Rasa
membaca dan menulis beragam ingin tahu
2) Guru memfasilitasi peserta didik Aktif, Kritis,
dengan berbagai model Kreaktif, Inovatif,
pembelajaran, mulai dari Produktif, Mandiri,
kontekstual (Contextual Teaching Bertanggung jawab,
and Learning), kooperatif Disiplin, Amanah,
(Cooperatif Learning), dan Percaya diri, Jujur ,
pembelajaran aktif (PAIKEM/ Berani, Bekerja
Pembelajaran Aktif, Inovatif, keras, Bersemangat,
Kreaktif, Efektif, dan Bekerja Keras, Rela
Menyenangkan) berkorban, Iklas,
Sabar,
3) Guru memfasilitasi peserta didik Sportif, Toleran,
berkompetisi secara sehat Percaya diri, Berani,
4) Guru memberi kesempatan untuk Aktif, Kritis,
berpikir, menganalisis, Rasional, Kreaktif ,
menyelesaikan masalah, dan Inovatif, Produktif
bertindak tanpa rasa takut
5) Guru memfasilitasi peserta didik Aktif, Kritis,
mebuat laporan eksplorasi yang Kreaktif, Inovatif,
dilakukan baik lisan maupun Produktif,
tertulis, secara individual maupun Bertanggung jawab,
kelompok Amanah, Percaya
diri, Berani,
Bersemangat
6) Guru memfasilitasi peserta didik Aktif, Percaya diri,
untuk menyajikan hasil kerja Berani, Toleran,
individual maupun kelompok Menghormati orang
lain
c. Konfirmasi
1) Guru memberikan umpan balik Aktif, Kritis,
positif dan penguatan dalam Bersemangat,
bentuk lisan, tulisan, isyarat, Bertanggung jawab,
maupun hadiah terhadap
7

keberhasilan peserta didik


2) Guru memberikan konfirmasi Rasional, Aktif,
terhadap hasil eksplorasi dan Kritis, Teliti,
elaborasi peserta didik melalui Toleran
berbagai sumber
3) Guru sebagai narasumber dan Rasional, Kritis,
fasilitator dalam menjawab Bertanggung Jawab,
pertanyaan peserta didik yang Bersemangat
menghadapi kesulitan
4) Guru memberikan motivasi Bersemangat,
kepada peserta didik yang Percaya diri, Berani
kurang atau belum berpartisipasi
aktif
3 Penutup
a. Guru bersama peserta didik/sendiri Rasional, Kritis
menyimpulkan isi materi pelajaran
b. Guru merencanakan kegiatan tindak Bertanggung jawab,
lanjut dalam bentuk remedi, program Amanah, Disiplin,
pengayaan, layanan konseling, atau Tertib,Kerja Keras,
memberikan tugas baik tugas Rela Berkorban,
individu maupun kelompok Iklas, Bersyukur,
Mandiri, Aktif,
Kreaktif, Inovatif,
Produktif
c. Guru menyampaikan rencana Aktif, Kritis,
pembelajaran pada pertemuan Kreaktif, Inovatif,
berikutnya Produktif
d. Guru menutup dengan membaca Religius, Ramah,
hamdalah, doa, dan salam Santun, Tertib
8

Lampiran 4
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
A. Pedoman Observasi
1. Letak dan keadaan geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung
2. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Bandar Lampung
3. Proses pembelajaran PAI dalam membentuk karakter peserta didik di SMA
Negeri 9 Bandar Lampung dikelas maupun diluar kelas
4. Slogan/ poster tentang karakter di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
B. Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Apakah tujuan pendidikan dalam membentuk karakter mulia peserta didik
lebih ter-include/cover pada kurikulum 2013 dari pada kurikulum
sebelumnya (KTSP 2006)?
b. Bagaimana pengaruh pembelajaran PAI dalam membentuk karakter mulia
peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?
c. Apa saja program-progam sekolah yang mendukung pembelajaran PAI
dalam membentuk karakter mulia peserta didik?
d. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter
peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?
2. Guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Apakah dalam pembelajaran PAI menggunakan silabus dan RPP yang
berkarakter?
b. Apakah pada RPP terdapat rumusan tujuan pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan afektif (karakter)?
c. Bagaimanakah cara pembentukan karakter Islami pada peserta didik
dalam pembelajaran PAI?
d. Nilai-nilai PAI apa sajakah yang dikembangkan untuk membentuk
karakter Islami peserta didik?
9

e. Bagaimana cara memberikan penilaian terhadap karakter mulia peserta


didik pada pembelajaran PAI?
f. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
karakter peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?
3. Peserta didik SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Apakah mata pelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang disukai atau
tidak?
b. Bagaimana pembelajaran PAI selama ini menyenangkan atau
membosankan?
c. Apakah dalam proses pembelajaran PAI sering menggunakan berbagai
metode pembelajaran dan media pembelajaran?
d. Apakah pembelajaran PAI selama ini lebih membentuk karakter (afektif)
peserta didik atau lebih membentuk pengetahuan (kognitif) ?
e. Apakah kompetensi karakter yang harus dicapai peserta didik disebutkan
diawal proses pembelajaran?
f. Apa saja program guru PAI dalam membentuk pembiasaan peserta didik
berkarakter Islami?
g. Apa saran dan kritik untuk guru PAI?

C. Pedoman Dokumentasi
1. Letak Geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung
2. Sejarah Berdiri SMA Negeri 9 Bandar Lampung
3. Visi dan Misi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
5. Guru, Karyawan, dan Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung
6. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Bandar Lampung
7. Kurikulum SMA Negeri 9 Bandar Lampung
8. Data RPP karakter PAI kurikulum 2013
9. Data instrument penilaian karakter/afektif
10

Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :SMAN 9 BANDAR LAMPUNG
Mata Kuliah :Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Kelas/Semester :X/2
Alokasi Waktu :2 pertemuan x 3 jp

A. Kompetensi Inti:
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah, lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, terkait
fenomrna dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangandiri yang dipelajainya disekolah secara
mandiri, dan mampu mengguakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian:.
3.8 Memahami pengelolaan wakaf
Indikator:
a. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum wakaf.
b. Menyebutkan syarat dan rukun wakaf.
c. Mengkategorikan harta yang diwakafkan
d. Menjelaskan pelaksanaan dalam pengelolaan wakaf di Indonesia
C. Materi Pembelajaran:
1. Materi Fakta:
Mencermati artikel mengenai permasalahan wakaf.
2. Materi Konsep:
a. Pengertian wakaf.
b. Dasar hukum wakaf.
c. Syarat dan rukun wakaf.
d. Kategori harta yang diwakafkan.
e. Pelaksanaan dalam pengelolaan wakaf di Indonesia.
11

3. Materi Prinsip
Pengelolaan wakaf.
4. Materi Prosedur
a. Menjelaskan pengertian wakaf dengan benar.
b. Menjelaskan syarat dan rukun wakaf.
c. Menjelaskan ketentuan wakaf dengan benar.
d. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf dengan
benar
D. Metode Pembelajaran
a. Pengamatan/observasi/inkuiri, tanya jawab, studi pustaka, ceramah,
eksperimen
b. Diskusi, ceramah, kajian pustaka, demonstrasi.
E. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media
a. Internet
b. Perpustakaan
2. Alat/Bahan
a. LCD Proyektor
b. Leptop
c. Power point materi
d. Buku ( Nasikin, 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
SMA kelas X, Jakarta: Erlangga, halaman 1-23 )
3. Sumber Belajar
a. Nasikin, 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA
kelas X, Jakarta: Erlangga.
b. Al-Qura’an terjemahan
c. Kitab Hadits Bukhari Muslim

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


1. Pertemuan Kesatu (3JP X 45 menit):
a. Pendahuluan (20 menit):
1) Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi salam dan
berdoa.
2) Guru mengelola kelas (mengecek kesiapan, absensi, tempat duduk,
dan perlengkapan lainnya).
3) Guru mengajak peserta didik untuk tadarus 5-10 menit (membaca atau
hafalan Al-Qur’an atau surah pendek pilihan).
4) Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
5) Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, eksperimen/eksplorasi,
menyimpulkan, serta mengomunikasikan.
12

6) Guru melakukan appersepsi (sejauh mana peserta didik memahami


hubungan pelajaran yang lalu atau konsep yang miliki dengan materi
yang akan diajarkan.
7) Guru melaksanakan tes awal (pretest) untuk mengetahui pemahaman
peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.
8) Guru memberi motivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti (100 menit):
1) Mengamati (Observasi)
a) Mencermati bacaan teks tentang pengertian, dasar hukum, syarat,
dan rukun wakaf (halaman 186-187 buku facil Advance Learning
Islamic Education and Moral Values 1 for Grad X)
b) Menyimak penjelasan materi pengertian, dasar hukum, syarat, dan
rukun wakaf melalui tayangan video atau media (Unit 11::
powerpoint facil Advance Learning Islamic Education and Moral
Values 1 for Grad X)
2) Menanya (Questioning)
a) Apa yang anda pahami tentang wakaf ?
b) Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan hadits tentang hukum
wakaf?
c) Apa saja syarat dan rukun wakaf?
3) Pengumpulan Data (Experimenting)
a) Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan materi
pengertian, dasar hukum, syarat, dan rukun wakaf.
b) Mendiskusikan pengertian, dasar hukum, syarat, dan rukun wakaf secara
berkelompok.
4) Mengasosiasi (Associating)
a) Membuat kesimpulan diskusi dari materi tentang pengertian, dasar hukum,
syarat, dan rukun wakaf.
b) Menandai point-point penting yang berkaitan dengan materi pengertian, dasar
hukum, syarat, dan rukun wakaf.
5) Mengkomunikasikan (Communicating)
a) Mempresentasikan/menyampaikan hasil diskuasi tentang
pengertian, dasar hukum, syarat, dan rukun wakaf
b) Bertanya-jawab dengan siswa lainnya di kelas berkaitan dengan
materi pengertian, dasar hukum, syarat, dan rukun wakaf.
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
1) Membuat kesimpulan dan melaksanakan refleksi serta penguatan
terhadap hasil driskusi, sebagai bahan masukan untuk perbaikan
langkah selanjutnya.
2) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik
secara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai
materi.
13

3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan


berikutnya.
2. PERTEMUAN KEDUA (3 JP x 45 menit):
a. Pendahuluan ( 20 menit ):
1) Guru membuka proses pembelajaran dengan memberi salam dan
berdoa.
2) Guru mengelola kelas (mengecek kesiapan, absensi, tempat duduk,
dan perlengkapan lainnya).
3) Guru mengajak peserta didik untuk tadarus 5-10 menit (membaca atau
hafalan Al-Qur’an atau surah pendek pilihan).
4) Guru menyampaikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.
5) Guru memberikan penjelasan tentang tahapan kegiatan pembelajaran
yang meliputi mengamati, menanya, eksperimen/eksplorasi,
menyimpulkan, serta mengomunikasikan.
6) Guru melakukan appersepsi (sejauh mana peserta didik memahami
hubungan pelajaran yang lalu atau konsep yang miliki dengan materi
yang akan diajarkan.
7) Guru melaksanakan tes awal (pretest) untuk mengetahui pemahaman
peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.
8) Guru memberi motivasi peserta didik.
b. Kegiatan Inti (100 menit):
1) Mengamati (Observasi)
a) Mencermati bacaan teks tentang pelaksanaan dan lembaga
pengelola wakaf (halaman 190-195 buku facil Advance Learning
Islamic Education and Moral Values 1 for Grad X)
b) Menyimak penjelasan materi pelaksanaan dan lembaga pengelola
wakaf melalui tayangan video atau media (Unit 11:: powerpoint
facil Advance Learning Islamic Education and Moral Values 1 for
Grad X)
2) Menanya (Questioning)
a) Mengapa wakaf harus dikelola ?
b) Bagaimana cara mengelola wakaf?
3) Pengumpulan Data (Experimenting)
a) Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan
dengan materi tentang pelaksanaan dan lembaga pengelola wakaf.
c) Mendiskusikan tentang pelaksanaan dan lembaga pengelola wakaf
secara berkelompok.
4) Mengasosiasi (Associating)
a) Membuat kesimpulan diskusi dari materi tentang . pelaksanaan dan
lembaga pengelola wakaf.
14

b) Menandai point-point penting yang berkaitan dengan materi


tentang pelaksanaan dan lembaga pengelola wakaf.
5) Mengkomunikasikan (Communicating)
a) Mempresentasikan atau menyampaikan hasil diskusi tentang
pelaksanaan dan lembaga pengelola wakaf.
b) Bertanya-jawab dengan siswa lainnya di kelas berkaitan dengan
materi tentang pelaksanaan dan lembaga pengelola wakaf.
c) Kegiatan Penutup (15 menit)
1) Membuat kesimpulan dan melaksanakan refleksi serta penguatan
terhadap hasil driskusi, sebagai bahan masukan untuk perbaikan
langkah selanjutnya.
2) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik
secara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai
materi.
3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
G. Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Evaluasi Afektif
Observasi pengelolaan wakaf secara benar (mengamati menerapka n dan
menyampaikannya kepada sesama terhadap teman sejawat atau orang lain.
Lembar Pengamatan Kegiatan Diskusi (Penilaian Sikap Selama Diskusi):
No Nama Aspek Pengamatan Jml Nilai Ket.
Siswa Kerja Mengko Tole Kreak Menghar Skor
sama munikasi ransi tif gai
kan pendapat
pendapat teman

Keterangan Skor:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4=Baik Sekali; 3=Baik; 2=Cukup; 1=Kurang
Nilai = ∑ Skor Perolehan X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A= 80-100 : Baik Sekali
B= 70-79 : Baik
C= 60-69 : Cukup
D= 60 : Kurang
15

2. Evaluasi Psikomotorik
Tes praktik : Tulislah 2 dalil tentang perwakafan?
3. Portofolio
Format Penilaian Makalah
Struktur
Makalah Indikator Nilai

Pendahuluan Menunjukkan dengan tepat isi :


1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penulisan
Isi 4. Ketepatan pemilihan gambar
5. Orisinalitas makalah
6. Mendeskripsikan isi materi
7. Struktur/logika penulisan disusun dengan jelas
sesuai metode yang dipakai
8. Bahasa yang digunakan sesuai EYD dan
komunikatif
9. Daftar pustaka yang dapat dipertanggungjawabkan
(Ilmiah)
Penutup 10. Kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah
11. Saran relevan dengan kajian
Jumlah

Kriteria Penilaian untuk masing-masing indikator:


Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1

Nilai = ∑ Skor Perolehan X 100


Skor Maksimal (48)

RUBRIK PENILAIAN PRESENTASI


Nama/Kelompok :………………………………………
Kelas :………………………………………
Tanggal Penilaian :………………………………………

No Indikator Nilai Deskriptor Jml


Skor
1 Penguasaan 4 Menunjukkan penguasaan materi presentasi
materi yang dengan sangat baik
16

dipresentasikan 3 Menunjukkan penguasaan materi presentasi


dengan cukup baik
2 Menunjukkan penguasaan materi presentasi
dengan kurang baik
1 Menunjukkan penguasaan materi presentasi
dengan sangat kurang baik
4 Materi presentasi disajikan secara runtut
dan sistematis
3 Materi presentasi disajikan secara runtut
dan kurang sistematis
2 Materi presentasi disajikan secara kurang
runtut dan tidak sistematis
1 Materi presentasi disajikan secara tidak
runtut dan tidak sistematis
Penggunaan 4 Bahasa yang digunakan sangat mudah
bahasa dipahami
3 Bahasa yang digunakan cukup mudah
dipahami
2 Bahasa yang digunakan agak sulit
dipahami
1 Bahasa yang digunakan sangat sulit
dipahami
4 Ketepatan 4 Penyampaian materi disajikan dengan
Intonasi dan intonasi yang tepat dan artikulasi/lafal yang
kejelasan jelas
artikulasi 3 Penyampaian materi disajikan dengan
intonasi yang agak tepat dan artikulasi/lafal
yang agak jelas
2 Penyampaian materi disajikan dengan
intonasi yang kurang tepat dan
artikulasi/lafal yang kurang jelas
1 Penyampaian materi disajikan dengan
intonasi yang tidak tepat dan artikulasi/lafal
yang tidak jelas
Kemampuan 4 Media yang dimanfaatkan sangat jelas,
memanfaatkan menarik menunjang seluruh sajian
media presentasi 3 Media yang dimanfaatkan jelas tetapi
kurang menarik
2 Media yang dimanfaatkan kurang jelas dan
tidak menarik
1 Media yang dimanfaatkan tidak jelas dan
tidak menarik
17

Kemampuan 4 Mampu mempertahankan dan menanggapi


mempertahankan pertanyaan atau sanggahan dengan arif dan
dan menanggapi bijaksana
pertanyaan atau 3 Mampu mempertahankan dan menanggapi
sanggahan pertanyaan atau sanggahan dengan cukup
baik
2 Kurang mampu mempertahankan dan
menanggapi pertanyaan atau sanggahan
dengan baik
1 Sangat kurang mampu mempertahankan
dan menanggapi pertanyaan atau
sanggahan

TOTAL SKOR

Nilai = ∑ Skor Perolehan X 100


Skor Maksimal (24)

4. Evaluasi Kognitif
Tes Tertulis
No Butir Soal Kunci Jawaban
1 Barang yang mendatangkan pahala
secara terus-menerus, selama
Wakaf
barang itu dapat dimanfaatkan
dalam Islam dikenal dengan ……
2 Wakaf itu disebut sedekah jariyah, Pahala wakaf itu akan terus
karena… mengalir kepada yang berwakaf
3 Sebutkan Syarat harta yang Kekal zatnya dan kepunyaan
diwakafkan…. yang berwakaf dan hak miliknya
dapat berpindah-pindah

Mengetahui Bandar Lampung,…………..2016


Kepala Sekolah Guru Bidang Studi

Drs. Hendro Suyono Titin Widyawati, S. Hum, M.Pd.I


NIP. 196111141988031001 NIP. 198106182009022002
18

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP- 3.10)
KURIKULUM 2013

Satuan Pendidikan : SMA 9 BANDAR LAMPUNG


Kelas/Semester : XII/2
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Topik : Tarih Islam
Materi Pokok : Kemajuan dan kemunduran Islam di dunia.
Alokasi Waktu : 4 X 3 Jam Pelajaran
Jumlah Pertemuan : 3 x Pertemuan

A. Kompetensi Inti :
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro- aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia
C. Indikator
1. Mampu Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban
Islam di dunia.
19

2. Mampu Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban


Islam di dunia
3. Mampu Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- aktif)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah dilaksanakan kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran
Saintifik kooperatif rool play,diskusi, Mengamati Mengamati tayangan video
tentang strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia Membaca artikel
tentang strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia, Menanya
Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan strategi dakwah dan perkembangan
Islam di Indonesia? Eksperimen/Eksplor Diskusi tentang strategi dakwah dan
perkembangan Islam di Indonesia. Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi
strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia Assosiasi, Menyimpulkan
strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia Komunikasi ,
Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang strategi dakwah dan perkembangan
Islam di Indonesia, Menanggapi hasil presentasi (melengkapi, mengkonformasi,
dan menyanggah).,Membuat resume pembelajaran di bawah bimbingan guru.
siswa dapat :
1. Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia
3. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, gotong royong,
kerjasama, cinta damai, responsif dan pro- aktif)
E. Materi Ajar
1. Materi Fakta (sesuatu yang dapat diindera)
Perkembangan Islam di dunia
2. Materi Konsep (gabungan antar fakta yang saling berhubungan)
a. Perkembangan Islam dan bertambahnya Mualaf di dunia barat .
b. Motivasi Menjadi Muslim .
c. Dampak Hubungan Islam – Barat
d. Faktor-faktor kemajuan peradaban Islam di dunia
e. Faktor-faktor kemunduran peradaban Islam di dunia
3. Materi Prinsip (generalisasi hubungan antar konsep-konsep yang
berkaitan: hukum, teori, azas)
a) Faktor-faktor kemajuan peradaban Islam di dunia
b) Faktor-faktor kemunduran peradaban Islam di dunia
4. Materi Prosedur (sederetan langkah yang sistematis dalam menerapkan
prinsip)
Langkah-langkah kebangkitan peradaban islam
F. Metode Pembelajaran
Saintifik
20

Kooperatif
Rool play,diskusi, ceramah
G. Kegiatan Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
 Memberikan salam
Pendahuluan  Menanyakan kepada siswa kesiapan dan 10
kenyamanan untuk belajar menit
 Menanyakan kehadiran siswa
 Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
 Tanya jawab materi sebelumnya
 Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power
point.
 Mengamati
Inti - Mengamati tayangan video tentang perkembangan 70
Islam di dunia menit
- Membaca artikel tentang kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam di dunia
 Menanya
- Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
perkembangan Islam di dunia, seperti faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam?
 Eksperimen/Eksplor
- Diskusi tentang perkembangan peradaban Islam di
dunia
- Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan
peradaban Islam di dunia
- Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi
kemunduran peradaban Islam di dunia
 Assosiasi
- Menyimpulkan perkembangan peradaban Islam di
dunia
- Menyimpulkan faktor-faktor yang memepengaruhi
kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
 Komunikasi
- Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam di dunia
- Menanggapi hasil presentasi (melengkapi,
mengkonformasi, dan menyanggah).
21

Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Membuat resume pembelajaran di bawah bimbingan
guru
1. Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru
Penutup menyimpulkan materi 10
2. Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan menit
pembelajaran
3. Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan
pembelajaran
4. Mengucapkan salam

H. Alat (Bahan) / Sumber Belajar:


1. Alat / Bahan : Al Qur’an, Power point, Video, LCD, Laptop
2. Sumber Belajar : Buku PAI Kls XII Kemdikbu d
Al-Quran dan Al-Hadits
Buku tajwid
Kitab tafsir Al-Qur’an
Buku lain yang menunjang
Multimedia interaktif dan Internet
I. Penilaian
1. Prosedur :
a. Penilaian proses belajar mengajar oleh guru
b. Penilaian hasil belajar (tes lisan/ tertulis berbentuk Esay)
2. Pedoman Penilaian
a. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan karakter siswa pada
kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu.
b. Hasil yang dicapai selanjutnya dicatat, dianalisis dan diadakan tindak lanjut.
3. Alat Penilaian (Uji Kompetensi)
a. Aspek Afektif
Isilah pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan sikapmu yang
sebenarnya dengan cara mencontreng ( √ ) pada kolom yang tersedia
INTERNALISASI AKHLAK MULIA
tidak tidak
No Pernyataan setuju alasan
setuju tahu
1 …… …… ….. ……
2 …… …… ….. ……
3 …… …… ….. ……
4 …… …… ….. ……
5 ….. …. …. …..
22

Format Penilaian Proses belajar

FORMAT PENGAMATAN SIKAP


Tanggung Kerja
Nama Disiplin Peduli
No jawab Keras
Siswa
a B c a b c d a b c d a b c

1
2
3
4
5

INDIKATOR KOMPETENSI INTI 1 DAN 2


1. Disiplin
a. Selalu hadir di kelas tepat waktu
b. Mengerjakan LKS sesuai petunjuk dan tepat waktu
c. Mentaati aturan main dalam kerja mandiri dan kelompok
2. Tanggung jawab
a. Berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh
b. Bertanya kepada teman/guru bila menjumpai masalah
c. Menyelesaikan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya
d. Partisipasi dalam kelompok
3. Peduli
a. Menjaga kebersihan kelas, membantu teman yang membutuhkan
b. Menunjukkan rasa empati dan simpati untuk ikut menyelesaikan
masalah
c. Mampu memberikan ide/gagasan terhadap suatu masalah yang ada di
sekitarnya
d. Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya
4. Kerja keras
a. Mengerjakan LKS dengan sungguh-sungguh
b. Menunjukkan sikap pantang menyerah
c. Berusaha menemukan solusi permasalahan yang diberikan
b. Tugas
1) Mengumpulkan artikel dan tulisan tentang perkembangan Islam di dunia
2) Mengumpulkan visualisasi tentang perkembangan Islam di dunia
c. Observasi
Mengamati pelaksanaan diskusi dengan menggunakan lembar observasi
yang memuat:
23

1) Isi diskusi (perkembangan Islam di dunia, faktor-faktor yang


mempengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam)
2) Sikap semangatmelakukanpenelitian di
bidangilmupengetahuansebagairefleksi daripemahamankemajuan dan
kemunduran peradaban Islam di dunia.
d. Portofolio
Membuatlaporanperkembangan Islam di dunia dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
e. Tes
Tes kemampuan kognitif dengan bentuk tes soal soal pilihan ganda dan
uraian kemajuan dan kemunduran Islam di dunia

Bandar Lampung , Maret 2016


Mengetahui, Guru Mata Pelajaran
Kepala SMAN 9 Bandar Lampung Pendidkan Agama Islam

Drs. HENDRO SUYONO SABIKIS,S.Pd.I


NIP. 196111141988031001 NUPTK. 6342-7616-6420-0033
24
25
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Let. Kol. H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung (0721) 703260

KARTU KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Susiyanti
NPM : 1011010223
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd
Pembimbing II : Drs. Mukti Sy, M.Ag
Judul Skripsi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk
Karakter Islami Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Paraf
No Tgl. Konsultasi Hal Konsultasi
Pemb. I Pemb. II
1. 20 Januari 2015 Pengajuan
Proposal
2. 14 April 2015 Acc Proposal
3. 26 Januari 2015 Pengajuan
Proposal
4. 21 April 2015 Acc Proposal
5. 11 Mei 2015 Seminar ________ ___________
7. 26 Mei 2017 Acc Bab I-V

8. 30 Mei 2017 Acc Bab I-V

Bandar Lampung, Mei 2017


Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd Drs. Mukti Sy, M.Ag


NIP. 19611109 199003 1 003 NIP. 19570525 198003 1 005

Anda mungkin juga menyukai