Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam Ilmu
Tarbiyah
Oleh
Ridho Maulana
NPM. 1711010130
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam Ilmu
Tarbiyah
Oleh:
Ridho Maulana
NPM. 1711010130
ii
4
MOTTO
(Qs. An-Nahl:90)
5
PERSEMBAHAN
iii
Dengan menyebut nama Allah SWT. Karena hanya atas izin dan
karunia Nya lah maka skripsi ini dapat di buat dan selesai pada waktunya.
Dan rasa syukur yang tak terkira serta sebagai ungkapan terima kasih,
saya persembahkan skripsi ini kepada:
RIWAYAT HIDUP
iv
KATA PENGANTAR
v
Bismillahirrohmanirrohim
Penulis
Ridho Maulana
NPM. 1711010130
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................
vii
ABSTRAK......................................................................................................................
MOTTO..........................................................................................................................
PERSEMBAHAN...........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul.......................................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah.............................................................. 3
C. Identifikasi Masalah...................................................................10
D. Fokus Penelitian.........................................................................10
10
E. Rumusan Masalah......................................................................11
F. Tujuan Penelitian.......................................................................11
G. Manfaat Penelitian.....................................................................11
H. MetodePenelitian........................................................................12
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Karakter................................................................14
1. Pengertian Pendidikan Karakter........................................14
2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter..................................16
3. Tujuan Pendidikan Karakter..............................................17
B. Kepribadian Remaja................................................................18
1. Pengertian Kepribadian.....................................................18
2. Konsep Dan Bentuk Kepribadian......................................19
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian.........................21
4. Pengertian Remaja.............................................................23
5. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja.................................23
C. Tinjauan Pendidikan Karakter Dalam Islam............................24
1. Pendidikan Karakter Dalam Islam.....................................24
2. Nilai Dasar Dalam Pendidikan Islam...................................26
D. Tinjauan Pustaka...........................................................................29
BAB III : Konsep Pendidikan Dalam Islam
A. Deskripsi Data Penelitian............................................................31
viii
B. Gambaran Umum Pendidikan Dalam Islam................................32
C. Dasar Pendidikan Islam...............................................................33
D. Konsep Islam Tentang Manusia..................................................36
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Implikasi Pendidikan Karakter Dalam Pembentukan Kepribadian
Remaja..........................................................................................41
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................52
B. Saran.............................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB I
PENDAHULUAN
ix
A. Penegasan Judul
Penegasan judul ini untuk menghindari kesalah pahaman makna
yang terkandung dalam memahami judul proposal yang penulis
ajukan, maka perlu dijelaskan beberapa pengertian yang terdapat
pada judul proposal ini adalah sebagai berikut: Konsep Pendidikan
Karakter Perspektif Islam Dan Implikasi Nya Dalam Pembentukan
Kepribadian Anak
1. Konsep
Pengertian konsep secara umum adalah suatu abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia
dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Konsep juga dapat
didefinisikan sebagai sesuatu yang umum atau representasi
12
3. Karakter
Menurut Hermawan Kertjaya, mendefinisikan karakter
adalah “ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. 3
4. Perspektif
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Perspektif memiliki
dua arti. Yang pertama pengertian Perspektif adalah “cara
melukiskan suatu benda pada permukaan yang mendatar
sebagaimana yang terlihat oleh mata dengan tiga dimensi
(panjang, lebar, dan tingginya). Yang kedua pengertian
Perspektif adalah “sudut pandang, pandangan”.4
5. Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab aslama-yuslimu dengan
arti semantik sebagai berikut: tunduk dan patuh (khadha‘a wa
istaslama), berserah diri, menyerahkan, memasrahkan (sallama),
1
Zaky, “Pengertian Konsep Definisi, Fungsi, Unsur, dan Ciri-Cirinya” (On-
Line) tersedia di https://www.zonareferensi.com/pengertian-konsep/, diunduh pada
tanggal 25 Juli 2020.
2
Dosen Universitas Al-Azhar Medan dan Dosen Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara, “Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional” Jurnal
EduTech, Vol. 2 no. 1 (2016): 55.
3
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan karakter perspektif islam
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), h. 11.
4
Ebta Setiawan, “perspektif” (On-Line) tersedia di
https://kbbi.web.id/perspektif, diunduh pada tanggal 30 Juli 2020.
13
mengikuti (atba‘a), menunaikan, menyampaikan (adda), masuk
dalam kedamaian, keselamatan, atau kemurnian (dakhala fi al-
salm au al-silm au al-salam).5 Dari istilah-istilah lain yang akar
katanya sama, “islam” berhubungan erat dengan makna
keselamatan, kedamaian, dan kemurnian.
6. Kepribadian
Menurut Stern pakar kepribadian, kepribadian adalah
kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha
mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri,
kemampuan memperoleh pengalaman.6
B. Latar Belakang
Setiap bangsa saat ini dan di abad ini, mau tak mau dan rela tak
rela, akan bersinggungan dan berkompetisi secara kompetitif dan
terbuka. Barangkali isu budaya global menjadi sangat terkenal kini
karena implikasinya pada hampir setiap bidang kehidupan manusia. 7
Budaya global yang kini melanda dunia, termasuk indonesia,
membawa dampak pada kehidupan fisik, social, kejiwaan,
pendidikan, maupun agama.
11
Yulia Tri Putri Zein, “Minimnya Pendidikan Karakter pada Anak”, dalam
Kompasiana.com, maret 7, 2019, https://www. kompasiana. com/yulia39366/ 5c80c597
aeebe10 baf0ca66b/minimnya-pendidikan-karakter-terhadap-anak, diunduh pada 14
oktober 2020.
12
Ismir Kamila, “Degradasi Karakter Remaja” (On;-Line) tersedia di
https://ismirkblog.wordpress.com/2017/12/17/degradasi-karakter-remaja/, diunduh pada
14 oktober 2020.
13
Lailathul Nur Maghfiroh, “Pentingnya Pendidikan Karakter di Era
Globalisasi pada Generasi Millenial”, dalam Kompasiana.com, November 2, 2019,
https://www.kompasiana.com/lailathulnur/5dbd25cf097f365d8d3cd342/pentingnya-
pendidikan-karakter-di-era-globalisasi-pada-generasi-milenial?page=all, diunduh pada 14
oktober 2020.
16
14
Yulia Tri Putri Zein, Op. Cit.
15
Hamdani Hamid, Beni Ahmad Saebani, Op. Cit. h. 30.
16
BEM REMA UPI, “Fakta dibalik anak Indonesia: Indonesia Gawat
Darurat Pendidikan Karakter” (On-Line) tersedia di http://bem.rema.upi.edu/fakta-
dibalik-anak-indonesia-indonesia-gawat-darurat-pendidikan-karakter/, diunduh pada 14
oktober 2020.
17
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia, Cet. Ke-III (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 19.
17
yang memiliki nilai-nilai karakter mulia, dibutuhkan sistem
pendidikan nasional yang memiliki materi komprehensif (kaffah).
Terkait dengan ini, pendidikan Islam memiliki tujuan yang seiring
dengan tujuan pendidikan nasional. Secara umum, pendidikan Islam
mengemban misi utama memanusiakan manusia, yaitu menjadikan
manusia mampu mengemban seluruh potensi yang dimilikinya
sehingga berfungsi maksimal sesuai dengan aturan-aturan yang di
gariskan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW yang pada akhirnya
akan terwujud manusia yang paripurna (insan kamil).18 Pendidikan
karakter sebenarnya merupakan inti dari pendidikan Islam, oleh
karena itu kajian pendidikan karakter dalam Islam tidak bisa
dilepaskan dari kajian pendidikan Islam pada umumnya. Pendidikan
merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus
membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Anak-anak
menerima pendidikan dari orang tuanya dan ketika sudah dewasa dan
berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di
sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh
guru dan dosen.19
Dalam Islam, pembangunan karakter merupakan masalah yang
fundamental untuk membentuk umat yang berkarakter. Pembangunan
karakter dibentuk melalui pembinaan akhlakul karimah (akhlak
mulia); yakni upaya transformasi nilai-nilai Qur’ani kepada anak
yang lebih menekankan aspek afektif atau wujud nyata dalam
amaliyah seseorang. Selain itu, Islam melihat bahwa identitas dari
manusia pada hakikatnya adalah akhlak yang merupakan potret dari
kondisi batin seseorang yang sebenarnya. Dalam hal ini Allah Swt,
begitu tegas mengatakan bahwa manusia mulia itu adalah manusia
yang bertakwa (tunduk atas segala perintah-Nya). Kemuliaan
manusia di sisi-Nya bukan diukur dengan nasab, harta maupun fisik,
melainkan kemuliaan yang secara batin memiliki kualitas keimanan
18
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter (Konsep dan Implementasi) (Bandung:
Alfabeta, 2017), h. 5.
19
Chairul Anwar, Hakikat Manusia Dalam Pendidikan: Sebuah Tinjauan
Filosofis (Yogyakarta, SUKA Press, 2019), h. 65.
18
20
Johansyah, “Pendidikan Karakter dalam Islam”, Islam Futura, Vol. IX, no.1,
(2011): 86.
21
Heri Gunawan, Op. Cit, h. 19.
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah (Bandung:
Diponegoro, 2010). h. 632.
23
Ibid, h. 517.
19
Sunnah. Pembentuk kepribadian dalam pendidikan Islam meliputi
sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara
relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan,
yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan
kesadaran beragama dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi
dunia pendidikan di Indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan
belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang mandiri dan
dan berkepribadian Islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang
berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah.
Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan Islam harus
direalisasikan sesuai al-Qur’an dan al-Sunnah Nabi sebagai identitas
kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang
pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan
kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidkan Islam identik
dengan ajaran Islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan
karena saling berkaitan.24
Beberapa penelitian yang relevan salah satunya hasil penelitian
Nurul Qomariah menyatakan bahwa pendidikan karakter anak dalam
perspektif pendidikan islam adalah pendidikan karakter berdasarkan
dalil Al-Qur’an dan Sunnah memiliki kesamaan dengan yang
diajarkan Pendidikan Islam dalam hal tujuan maupun metode-metode
yang digunakan. Tujuannya adalah membentuk karakter anak didik
menjadi manusia yang berakhlak mulia, sedangkan model dan metode
yang digunakan dalam pembelajarannya adalah perintah, tarhgib,
kisah, dialog dan debat, pembiasaan, keteladanan, dan cerita. 25
Kemudian penelitian dari Barlianta Dwi Muhamad menyatakan bahwa
terdapat dua puluh tujuh nilai karakter pada buku Pribadi Hebat Karya
Buya Hamka, sebelas diantaranya sesuai dengan delapan belas nilai
karakter bangsa dari Kemendikbud, yaitu religius, jujur, toleransi,
kerja keras, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
24
Musrifah, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Jurnal Edukasia
Islamika, Vol.1, no.1, (2016): 133.
25
Nurul Qomariah, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Pendidikan Islam”,
Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan , Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2015.
20
26
Barlianta Dwi Muhamad, “Nilai-Nilai Karakter pada Buku Pribadi Hebat
Karya Buya Hamka”, Skripsi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2019.
27
Yuberti, “Peran Teknologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam.” Jurnal
Pemikiran Islam STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, (2015).
28
Anis Wulandari dan Zakiyyudin Baidhawy, “Implementasi Sistemik
Pendidikan Karakter Di Lembaga Pendidikan Islam” Jurnal Penelitian Pendidikan Islam
Vol. 14, no. 2, (2019).
21
C. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka penulis telah
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Krisis moral yang melanda anak-anak dan remaja di Indonesia.
2. Minimnya Pendidikan Karakter di kalangan anak-anak dan
remaja di Indonesia.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini merupakan batasan masalah. Karena adanya
keterbatasan, baik dari tenaga, dana, waktu dan supaya hasil lebih
terfokus lagi.29 Mengingat keterbatasan dan kemampuan yang
dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini difokuskan pada
Pendidikan Karakter Perspektif Islam Dan Implikasi Nya Dalam
Pembentukan Kepribadian Remaja.
E. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara
tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya.
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan
identifikasi dan pembatasan masalah. 30 Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, maka masalah yang akan di teliti adalah:
1. Bagaimana Konsep Pendidkan Karakter Dalam Perspektif Islam?
2. Apakah Ada Implikasi Pendidkan Karakter Dalam Pembentukan
Kepribadian Remaja?
F. Tujuan Penelitian
29
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2018), h. 290.
30
Bahdin Nur Tanjung, Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 56.
22
G. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki sebuah manfaat yang jelas bagi
penulis dan kehidupan manusia, baik manfaat secara teoritis dan
praktis. Peneliti harus mampu menunjukkan manfaat tersebut secara
kongkrit, dalam hubungannya dengan kehidupan manusia.33
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan pendidkan
karakter, untuk kemajuan moral yang lebih baik secara umum
dan secara khusus.
2. Secara praktis, yaitu sebagai berikut:
a. Menjadi tambahan kekayaan dan keluasan keilmuan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
positif dalam pendidkan karakter di Indonesia.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang ada di Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan
Agama Islam.
H. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai suatu usaha
pencarian kebenaran terhadap fenomena, fakta, atau gejala dengan
cara ilmiah untuk memecahkan masalah atau mengembangkan ilmu
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung::Alfabeta, 2018), h. 397.
32
Bahdin Nur Tanjung, Ardial, Op. Cit, h. 57.
33
Sugiyono, Op. Cit, h. 235.
23
pengetahuan.34 Metode penelitian adalah ilmu mengenai jalan yang
dilewati untuk mencapai pemahaman.35
1. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
metode studi pustaka dan dokumentasi. Metode studi pustaka
adalah penulis mengkaji buku tentang pendidikan karakter
perspektif islam dan yang berkaitan dengan materi terkait.
Sedangkan metode dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-
dokumen yang dihimpun akan dipilih sesuai dengan tujuan dan
fokus masalah.36
2. Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data
ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
oleh diri sendiri dan orang lain. 37 Adapun alur kegiatan yang
digunakan dalam menganalisis data, yaitu:
a. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
mencari tema dan polanya serta membuang yang tidak
diperlukan.
b. Display Data
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Mendisplay data adalah menyajikan, menyusun
34
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam: Pengembangan Ilmu
Berparadigma Islami (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h. 1.
35
Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 3.
36
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 221-222.
37
Sugiyono, Op. Cit, h. 244.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah
pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui
pendidikan budi pekerti, yang hasilnya nya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik jujur
bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat
kaitannya nya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan
dalam tingkah laku.38 Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang
mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan Bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, Bagaimana guru bertoleransi dan berbagai
hal terkait lainnya.39
38
Heri Gunawan, Op. Cit, h. 23.
39
Ibid, h. 24.
25
Menurut Kemendiknas,40 Sebagaimana disebutkan dalam
buku induk kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa
tahun 2010-2025 pembangunan karakter yang merupakan upaya
perwujudan amanat Pancasila dan pembukaan UUD 1945 dilatar
belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan berkembang ini,
seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila,
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa, ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya
kemandirian bangsa.41
Karakter adalah sifat utama yang terukir, baik pikiran, sikap,
perilaku maupun tindakan, yang melekat dan menyatu kuat pada
diri seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Karena
karakter tersebut sebuah ukiran dalam jiwa, maka ia sulit untuk
diubah. Menurut Mounier yang dikutip Doni Koesuma bahwa
karakter dapat dilihat dari dua hal, pertama, sebagai sekumpulan
kondisi yang telah diberikan begitu saja, atau telah ada begitu
saja, yang lebih kurang dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang
demikian ini dianggap sebagai sesuatau yang telah diberikan
(given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai tingkatan
kekuatan melalui mana seorang individu mampu menguasai
kondisi tersebut. Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai
sebuah proses yang dikehendaki (willed). Dengan demikian
pendidikan karakter ialah mengukir dan mematrikan nilai-nilai ke
dalam diri peserta didik melalui pendidikan, pengalaman,
pembiasaan, aturan, rekayasa lingkungan, dan pengorbanan
dipadukan dengan nilai-nilai instrinsik yang sudah ada dalam diri
peserta didik sebagai landasan dalam berfikir, bersikap dan
perilaku secara sadar dan bebas.42
Sebagai basis acuan dalam merumuskan filsafat Islam dalam
mengukur karakter ialah QS. Rum (30): 30. Dari ayat ini dapat
ditarik benang merah bahwa bawaan dasar (fitrah) manusia dan
40
Ibid, h. 26.
41
Ibid.
42
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam “Menuju Pembentukan Karakter
Menghadapi Arus Global”. (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014), h. 245.
26
43
Ibid, h. 246.
44
Ibid
45
Heri Gunawan, Op. Cit, h. 36.
27
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menunjukkan perilaku yang baik.
f. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas
moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta
didik.
h. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna
yang menghargai semua peserta didik membangun karakter
mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan
luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staff sekolah
sebagai guru guru karakter, dan manifestasi karakter positif
dalam kehidupan peserta didik.
B. Kepribadian Remaja
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya atau
sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-
bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada
masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.47
Menurut asal katanya kepribadian atau personality berasal
dari bahasa latin personare yang berarti mengeluarkan suara.
Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan
seorang pemain sandiwara melalui topeng yang dipakainya. Pada
mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain
sandiwara, kemudian kata Persona itu berarti pemain sandiwara
itu sendiri.48
Kepribadian itu relatif stabil. pengertian stabil disini bukan
berarti bahwa kepribadian itu tetap dan tidak berubah. di dalam
kehidupan manusia dari kecil sampai dewasa, kepribadian itu
selalu berkembang, dan mengalami perubahan-perubahan. tetapi
di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang
47
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011),
h.11
48
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2018), h.
154.
29
tetap. Makin dewasa orang itu makin jelas polanya, makin jelas
adanya stabilitas.
Selanjutnya Jalaludin mengutip pendapat Whaterington
yang menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:49
a. Manusia karena keturunnya mula-mula hanya merupakan
individu dan barulah menjadi suatu pribadi setelah
mendapat (menerima) pengaruh dari lingkungan
sosialnya dengan cara belajar.
b. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah
laku seseorang yang secara terintegrasi merupakan
kesatuan.
c. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang
ada pada pikiran orang lain, dan pikiran tersebut
ditentukan oleh nilai dari keadaan sosial seseorang.
d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat
seperti bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan
gabungan dari keseluruhan dan kesatuan tingkah laku
seseorang.
e. Kepribadian tidak berkembang secara pasif, tetapi setiap
pribadi menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk
menyesuaikan diri kepada lingkungan sosialnya.50
49
Jalaludin, Teologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h.
173.
50
Ibid.
30
55
Hamim Rosyidi, Psikologi Sosial (Surabaya; Jaudar Press, 2012), h. 112.
56
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter (Jakarta: Rajawali Pers,
2013), h. 19.
33
Faktor pembentuk kepribadian seseorang setelah
faktor keturunan adalah faktor lingkungan. Sebab
manusia akan berkembang dan menentukan kejiwaanya
sendiri berdasarkan stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitar.57
Lingkungan merupakan faktor utama yang dapat
mempengaruhi atau merubah kepribadian seseorang,
seseorang yang berada di lingkungan yang baik pasti ia
akan cenderung berbuat baik, bila dibandingkan dengan
seseorang yang berada di lingkungan yang buruk.
4. Pengertian Remaja
Masa remaja, menurut Mappiare, berlangsung antara umur
12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat
dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan
17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai
dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.58
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolesence,
berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya
“tumbuh/tumbuh untuk mencapai kematangan”. Menurut
Hurlock, istilah adolesence memiliki arti yang luas, mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis,
remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih
atau kurang dari usia pubertas.59
57
Chairul Anwar, Buku Terlengkap Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga
Kontemporer (Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), h. 15.
58
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, (Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2012). h. 9.
59
Ibid
34
60
Ibid , h. 10.
35
maupun masyarakatnya di samping anak kandung dari agama
yang dipeluknya.
Untuk lebih mengenal istilah karakter dalam Islam, maka
perlu disajikan aspek ontologis akhlak sehingga dapat memberi
khazanah pemahaman yang lebih jelas. M. Amin Syukur
mengutip beberapa pendapat tokoh filsafat akhlak, di antaranya;
menurut Moh. Abdul Aziz Kully, akhlak adalah sifat jiwa yang
sudah terlatih sedemikian kuat sehingga memudahkan bagi yang
melakukan suatu tindakan tanpa pikir dan direnungkan lagi.
Menurut Ibn Maskawaih, akhlak adalah ‘khuluk (akhlak adalah
keadaan jiwa yang mendorong (mengajak) untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa pikir dan dipertimbangkan lebih
dahulu. Menurut Ibn Qayyim, akhlak adalah perangai atau
tabi’at yaitu ibarat dari suatu sifat batin dan perangai jiwa yang
dimiliki oleh semua manusia. Sedangkan menurut al-Ghazali,
akhlak adalah sifat atau bentuk keadaan yang tertanam dalam
jiwa, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah
dan gampang tanpa perlu dipikirkan dan dipertimbangkan lagi. 61
Mohammad Daud Ali menuturkan bahwa akhlak
mengandung makna yang ideal, tergantung pada pelaksanaan dan
penerapan melalui tingkah laku yang mungkin positif dan
mungkin negatif, mungkin baik dan mungkin buruk, yang
temasuk dalam pengertian positif (baik) adalah segala tingkah
laku, tabiat, watak dan perangai yang sifatnya benar,amanah,
sabar, pemaaf, pemurah rendah hati dan lain-lain. Sedang yang
termasuk ke dalam pengertian akhlak negatif (buruk) adalah
semua tingkah laku, tabiat, watak, perangai sombong, dendam,
dengki, khianat dan lain-lain yang merupakan sifat buruk. 62
Implementasi akhlak dalam islam tersimpul dalam karakter
pribadi Rasulullah Saw. Dalam pribadi Rasul, bersemai nilai-nilai
akhlak yang mulia dan agung. Al-Quran dalam surah al-ahzab/33
61
Adib Bisridan Munawir A. Fatah, Kamus Al-Bisri (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1999), h. 162.
62
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo,
1998), h. 347.
36
D. Tinjauan Pustaka
Setelah melakukan tinjauan pustaka, ada beberapa penelitian
yang membahas beberapa hal yang berkaitan dengan tema yang akan
diteliti. Adapun Penelitian yang secara tidak langsung relevan dengan
judul pembahasan yang akan ditulis penulis adalah:
1. Skripsi yang ditulis oleh Nurul Qomariah Mahasiswi UIN
Raden Intan Lampung yang berjudul Pendidikan Karakter
Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
2. Skripsi yang ditulis oleh Barlianta Dwi Muhamad Mahasiswa
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul Nilai-
Nilai Karakter Pada Buku Pribadi Hebat (Karya Buya
Hamka).
3. Jurnal yang ditulis oleh Dr. Yuberti, M.Pd Dosen Tetap
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
yang berjudul Peran Teknologi Pendidikan Dalam Perspektif
Islam.
4. Jurnal yang ditulis oleh Anis Wulandari dan Zakiyyudin
Baidhawy Mahasiswa IAIN Salatiga Jawa Tengah yang
berjudul Implementasi Sistemik Pendidikan Karakter Di
Lembaga Pendidikan Islam.
41
BAB III
Konsep Pendidikan Dalam Islam
65
Amir Hamzah, Metode Penelitian Kepustakaan (library research) (Malang:
CV. Literasi Nusantara Abadi, 2020), h. 58.
42
69
Ibid
44
70
A. Malik Fadjar, ReorientasiPendidikan Islam Cet II (Bandung: Mizan,
1999), h. 156.
71
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1994), h. 211.
72
Hery Nur Aly, ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h.
19.
45
dan kependudukan, antropologi, dan etnologi yang dapat menafsiran
masyarakat dan kumpulan, penduduk, sosialisasi dan perobohan, dan
lain-lain.
Ketiga, asas-asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang
potensi-potensi manusia dan keungan serta materi dan persiapan yang
mengatur sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap
anggaran belanjanya. Asas ini meliputi sebagian ilmu ekonomi dan
akunting, budgeting dan perencanaan yang dapat menolong dalam
investasi yang lebih ideal, pelayanan yang lebih memuaskan, dan
kemampuan yang lebih tinggi.
73
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Cet. I (Jakarta: Pustaka al-
Husna, 1978), h. 6-7.
46
76
Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an Cet I (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), h. 256.
77
Syahminan Zaini, dan Ananto Kusuma Seta, Wawasan al-Qur’an tentang
Pembangunan Manusia Seutuhnya Cet. II (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), h. 5.
49
2. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab kepada
Allah swt. Menurut Al-Qur’an, yang akan
dipertanggungjawabkan itu ialah:
a. Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi
sebagaimana (Q.S. 2: 30) dan (Q.S. al-An’am: 165)
tersebut di atas.
b. Semua nikmat Allah yang pernah diterima manusia
(Q.S. at-Takatsur: 8).
BAB IV
ANALISIS DATA
51
a. Peran Keluarga
79
Musrifah, Op.Cit, h.128
52
b. Peran Sekolah
Pengaruh pendidikan di dalam rumah tangga
terhadap perkembangan anak sangat besar, mendasar,
dan mendalam, begitu pun halnya dengan pengaruh
pendidikan di Sekolah. Akan tetapi pengaruh peran
keluarga tersebut boleh dikatakan terbatas pada
perkembangan aspek afektif saja, sementara pendidikan
di sekolah dalam tataran praktisnya lebih cenderung
pada segi perkembangan aspek kognitif (pengetahuan)
dan psikomotor (keterampilan). Pengaruh yang
diperoleh anak didik di sekolah hampir seluruhnya
berasal dari guru yang mengajar di kelas. Jadi, guru
yang dimaksud disini ialah pendidik yang memberikan
pelajaran kepada murid.
53
Oleh karenanya ada beberapa tugas yang harus
dilakukan oleh seorang pendidik muslim tentang
syarat dan sifat guru, antara lain: pertama, guru harus
mengetahui karakter murid; kedua, guru harus selalu
berusaha meningkatkan keahliannya baik dalam
bidang yang diajarkannya maupun dalam cara
mengajarkannya; dan ketiga, guru harus
mengamalkan ilmunya serta tidak berbuat sesuatu
yang berlawanan dengan ilmu yang telah
diajarkannya.
c. Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki peran yang besar dalam
membentuk kepribadian seseorang. Oleh karenanya,
peran masyarakat sangat dibutuhkan dalam pendidikan
Islam. Karena anak akan belajar dari lingkungan
terdekatnya, maka seluruh elemen masyarakat harus
mampu menciptakan sebuah lingkungan yang positif
demi tumbuhkembangnya karakter anak yang positif
pula. Apabila orang tua dengan segala kesibukan dan
keterbatasan waktunya tidak mampu memberikan
pendidikan yang baik di rumah, maka orang tua wajib
memberikan sekolah yang terbaik agar putra-putrinya
mendapatkan pendidikan yang terbaik pula. Selain itu,
orangtua juga wajib memilih lingkungan di mana
mereka tinggal secara selektif, karena lingkungan
memiliki peran yang besar dalam membentuk
kepribadian seorang anak.
80
Ali Abdul Halim Mahmud, Tarbiyah Khuluqiyah Pembinaan Diri
Menurut Konsep Nabawi, Terj Afifudin, (Solo: Media Insani, 2003), h. 25
55
1) Hikmah ialah situasi keadaan psikis dimana seseorang
dapat membedakan antara hal yang benar dan yang salah.
2) Syajaah (kebenaran) ialah keadaan psikis dimana
seseorang melampiaskan atau menahan potensialitas
aspek emosional dibawah kendali akal
3) Iffah (kesucian) ialah mengendalikan potensialitas selera
atau keinginan dibawah kendali akal dan syariat
4) ‘Adl (keadilan) ialah situasi psikis yang mengatur tingkat
emosi dan keinginan sesuai kebutuhan hikmah disaat
melepas atau melampiaskannya. 81 Prinsip akhlak diatas
menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari
potensi nafsu yang baik dan potensi nafsu yang
buruk, tetapi melalui pendidikan diharapkan manusia
dapat berlatih untuk mampu mengontrol
kecenderungan perbuatannya kearah nafsu yang baik.
Oleh karena itu Islam mengutamakan proses pendidikan
sebagai agen pembentukan akhlak pada anak. Islam
selalu memposisikan pembentukan akhlak atau karakter
anak pada pilar utama tujuan pendidikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan, peneliti
menyimpulkan bahwa pendidikan karakter perspektif islam
adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik kepada peserta didik
untuk membentuk kepribadian peserta didik yang mengajarkan
dan membentuk moral, etika, dan rasa berbudaya yang baik serta
berakhlak mulia yang menumbuhkan kemampuan peserta didik
untuk memberikan keputusan baik dan buruk serta mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan cara melakukan
pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan yang
berpedoman pada al-Qur’an dan al-Sunnah.
B. Saran
1. Bagi peneliti yang selanjutnya untuk dapat mengembangkan
penelitian nya secara lanjut dengan jangkauan yang lebih
luas dan mendalam.
2. Mungkin topik yang sama dapat diteliti lagi, bagi peneliti
selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan mengganti
pendekatan penelitian yang berbeda serta dengan variabel
yang lebih beragam.
64
DAFTAR PUSTAKA
XAbidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.
https://www.zonareferensi.com/pengertian-konsep/ .
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2018.