Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah Hadis
Tarbawi III pada Program Studi Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
Usia belajar adalah usia dimana anak sudah mampu untuk menerima
pembelajaran dengan baik. Pada suatu hadis Rasulullah menjelaskan peran Orang
tua untuk memerintahkan anaknya sholat ketika berusia 7 tahun. Karena pada saat
itu anak sudah paham tentang melaksanakan perintah dengan baik serta
mengetahui yang benar dan yang salah (Tamyiz) dan akan menerima konsekuensi
jika meninggalkannya.
Tugas belajar mengajar adalah tugas suci dan tugas kewajiban bagi semua
orang. Orang yang belum tahu ilmu, tugasnya adalah wajib mencari ilmu atau
belajar dari orang yang berilmu, sedangkan tugas orang yang berilmu adalah
mengajarkan ilmunya kepada orang yang belum tahu. Dalam hal ini kita perlu
memahami tentang usia berapa kita bisa mengajarkan hal tersebut serta hukuman
apa yang berlaku kepada anak dalam kesuksesan tugas belajar. Hal tersebut akan
kita bahas dalam makalah ini, serta hadis-hadis nabi yang berkenaan dengan hal
tersebut.
B. Rumusan Masalah
atas, maka pokok masalah yang menjadi pembahasan adalah Hadis Tentang Usia
Belajar dan Hukuman. Untuk terarahnya pembahasan makalah ini, maka pokok
masalah tersebut di atas akan dianalisis secara teoritis dan empiris ke dalam
1. Hadis
ْ هللا عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ م ُُر ْوا َأ ْواَل َدمُك ِ قَا َل َر ُس ْو ُل: َع ْن مَع ْ ِرو ْب ِن ُش َع ْي ٍب َع ْن َأ ِب ْي ِه َع ْن َج ِّد ِه قَا َل
ُ هللا َص ىَّل
اِب َّلصاَل ِة َومُه ْ َأبْنَا ُء َس ْبع ِ ِس ِننْي َ َوارْض ِ ب ُ ْومُه ْ عَلَهْي َ ا َومُه ْ َأبْنَ ا ُء َعرْش ٍ َوفَ ّ ِر ْقُوا بَيْهَن ُ ْم ىِف الْ َم َض ِاجع ِ (أخرج ه
1
)أبو داود
Artinya : Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata: Rasulullah
berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat pada saat
mereka berumur 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya (laki-laki
2. Kosakata
b. ْ َأ ْواَل َدمُك = Anak-anak, jamak dari kata ( )ودل anak laki-laki atau
perempuan.
f. ِ اجعِ َ = ىِف الْ َمضJamak dari kata ( )مضجعyang berarti tempat tidur.
1
Abu Daud Sulaiman, Sunan Abi Daud, (Beirut, Maktabah Ashriyah;889), h. 133.
B. Pembahasan Hadis Tentang Usia Belajar dan Hukuman
Pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti pada usia
dewasa perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara
perintah agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah yaitu perintah
akan sukarlah baginya untuk menerimanya nanti kalau ia sudah dewasa, karena
dalam kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil itu, tidak terdapat unsur-unsur
agama. Hal itu berarti, jika dalam kepribadian itu tidak ada nilai- nilai agama, akan
mudahlah orang melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya
tanpa mengindahkan kepentingan dan hak orang lain. Ia selalu didesak oleh
kepada yang benar, serta mau menyebarkan benih-benih kebaikan kepada manusia.
Pendidikan agama yang baik, tidak hanya memberi manfaat bagi yang bersangkutan
saja, akan tetapi akan membawa keuntungan dan manfaat terhadap masyarakat
2
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2012) h. 263.
3
Mardiyah, Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan
Kepribadian Anak, (Jurnal Kependidikan, Vol. III No. 2 November 2015) h. 111.
1. Perintah Sholat
Sholat menurut bahasa berarti doa, dinamakan sholat (yang berarti doa)
adalah karena ia mengandung doa. Sedangkan menurut fiqih, sholat adalah beberapa
ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita beribadah kepada Allah, dan
َ ُم ُر ْوا َأ ْواَل َدمُك ْ اِب َّلصاَل ِة َومُه ْ َأبْنَا ُء َس ْبع ِ ِس ِننْي
“Perintahlah anak-anakmu melaksanakan sholat sedangkan mereka berusia
tujuh tahun”
perintah sholat sebenarnya sudah dilakukan orang tua sejak sebelum usia tersebut.
Anak sejak usia empat atau lima tahun sudah diajak orang tuanya melaksanakan
Perintah sholat berarti perintah untuk mengajarkan cara sholat, karena tidak
mungkin anak hanya diperintah sementara ia belum bisa melakukannya. Dalam
4
Risdianto Hermawan, Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadis
Nabi Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018) h. 285.
Hadist ini berupa perintah mengajarkan sholat pada anak-anak tentang syarat-
Dalam Ilmu Pendidikan, perintah adalah salah satu alat pendidikan. Jadi
dalam pendidikan ada perintah dan ada larangan. Hal ini dimaksudkan agar anak
mengerti mana yang diperintahkan mana yang terlarang. Perintah adalah alat
pendorong anak untuk melakukan sesuatu, sedangkan larangan adalah alat untuk
dan usia pendidikan. Pada usia ini seorang anak sudah dapat membedakan antara
kebenaran dan kesalahan, antara yang haq dan yang batil serta pada masa inilah anak
seara sempurna.
Oleh karena itulah, perintah shalat secara tegas dimulai pada usia ini pula
SD/MI. Merujuk pada hadits shalat di atas, maka pembelajaran shalat dapat diurutkan
ke dalam tiga fase yaitu fase ( 0-7 tahun, fase 7-10 tahun, dan fase 10 – anak
dewasa).5
sholat. Pada fase ini pengenalan sholat kepada anak haruslah dikenalkan dengan
melakukan pembiasaan kepada anak. Pada fase ini disebut sebagai fase anak usia
dini. Pada fase ini juga pendidikan sangatlah penting untuk dikembangkan.
5
Risdianto Hermawan, Pengajaran Sholat pada Anak Usia Dini Perspektif Hadist
Nabi Muhammad SAW, (Insania, Vol. 23, No. 2, Juli – Desember 2018) h. 285.
Dengan demikian, perkembangan anak-anak berlangsung secara optimal. Hal-
hal yang perlu dikenalkan mengenai shalat kepada anak dimulai dari adanya ibadah
shalat dalam Islam, nama-nama shalat, waktu shalat, bilangan rakaat shalat, tempat
shalat, dan tata cara shalat. Pengenalan ini adalah upaya membentuk kesiapan anak
sehingga ketika dia mencapai usia 7 tahun dan mulai diperintah shalat, anak sudah
ciriciri dari tahap pertama perkembangan moral dan sebagian ciri dari tahap kedua
yaitu moralitas otonom. Anak mulai sadar bahwa peraturan dan hukum dibuat oleh
manusia, dan ketika menilai sebuah perbuatan, anak akan mempertimbangkan niat
dan konsekuensinya.
Fase ini seringkali dinamakan sebagai fase pasca konvensional, dimana pada
fase ini anak mulai mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-
pilihan dan kemudian anak memutuskan satu kode moral pribadi. Dalam hal ini, anak
diharapkan sudah membentuk keyakinan sendiri, bisa menerima orang lain memiliki
keyakinan yang berbeda dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
2. Memberikan Hukuman Bagi Pembangkangnya
Perintah sholat secara tegas dimulai usia tujuh tahun dan berlanjut sampai
dengan usia 9 dan 10 tahun. Jika pada usia 10 tahun seorang anak tidak mau
melaksanakan perintah sholat, maka orang tua berhak untuk memukul. Sebagaimana
memukul, seorang pendidik boleh memukul, orang tua juga boleh memukul sebagai
bentuk pengajaran dan hukuman. Seorang suami juga boleh memukul isterinya
apabila dia membangkang. Akan tetapi ada batasnya. Misalnya tidak boleh memukul
yang melukai yang dapat membuat kulit lecet atau mematahkan tulang. Cukup
pukulan seperlunya.”6
Pendapat ini tampak terlalu berlebihan, dan akan menghadapi masalah serius
bila diterapkan pada masa sekarang. Apalagi pendapat ini ditutup dengan kata,
“cukup pukulan seperlunya.” Kalimat ini sama sekali tidak memiliki batasan atau
standar minimal yang jelas, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Meski seacara
kuantitatif seorang guru hanya memukul sekali, tetapi bila dengan tenaga penuh
maka anak didiknya dapat celaka, meski tidak ada kulit yang lecet ataupun tulang
yang patah. Pada zaman dulu, mungkin hukuman dengan pukulan atas nama
pendidikan (li tarbiyyah) seperti ini dapat diterima, meski tanpa ketentuan dan aturan
yang jelas. Tetapi pada zaman sekarang, seorang guru yang melakukan pemukulan
terhadap anak didiknya bisa berurusan dengan polisi.
melanggar aturan. Pukulan disini maknanya adalah hukuman yang sesuai dengan
kondisi, bisa jadi yang dipukul adalah batinnya dengan cara diisolasi atau sikap tak
6
Syeikh al-Fauzan Ighatsatul Mustafid Bi Syarh Kitab Tauhid, h. 282-284, diakses
dari http:// islamqa.info, pada 24 Oktober 2021.
Pukulan merupakan salah satu cara mendidik, khususnya jika pukulan itu
mendatangkan manfaat atau mencegah yang tidak baik yang dilakukan setelah diberi
nasehat dan bimbingan. Tetapi pukulan itu harus mendidik dan tidak boleh melukai,
dan hendaknya hindari pukulan di wajah. Karena wajah itu identik dengan
anak, nantinya anak menjadi penakut, rendah diri, dan lain sebagainya.7
Islam. Asumsi ini sebenarnya menyimpan problem serius. Hanya bermodalkan satu
hadis, maka seseorang cukup membuat kesimpulan tersebut. Padahal, ada banyak
hadis lain yang justru menunjukkan bahwa Nabi lebih sering menempuh cara-cara
penuh kelembutan dan kasih sayang dalam mendidik seseorang. Dalam riwayat
Hal yang patut dicatat ialah, redaksi hadis ini memakai kata-kata sumpah.
Sampai-sampai Aisyah, isteri beliau bersumpah bahwa nabi tidak pernah memukul
seseorang dengan tangannya kecuali saat perang atau jihad di jalan Allah. Ini artinya,
nabi tidak pernah mempraktikkan kekerasan dalam mendidik para sahabatnya, baik
sahabat yang masih kecil maupun sudah dewasa. Padahal para sahabat yang dewasa
7
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2012) h. 266.
8
Al-Nasa’I, Sunan al-Nasa’I al-Kubra jld. 5 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
1991), h. 370.
itu banyak yang berasal dari suku-suku pedalaman dan beberapa di antara mereka
tentulah para sahabat yang dewasa dan kasar itu menjadi orang-orang yang paling
banyak meriwayatkan hadis yang berisi tentang pukulan yang mereka terima saat
belajar agama Islam dari beliau Saw. Anehnya, kabar tentang kekerasan dalam
pendidikan ini justru muncul dalam konteks pendidikan shalat bagi anak kecil.
Bukankah konteks para sahabat yang sudah dewasa itu lebih kuat sacara fisik
maupun psikis dalam menerima tindak kekerasan. Kenapa hadis itu tidak muncul
Informasi yang menarik juga datang dari Anas bin Malik r.a., sahabat yang
sejak kecil diserahkan oleh ibu kandungnya untuk ikut dan dididik oleh Nabi dengan
cara menjadi pembantu beliau. Beberapa sumber sejarah mencatat bahwa Anas
dipasrahkan kepada Nabi saat masih usia 10 tahun. Anas bercerita mengenai
pengalamannya:
“Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari beliau
mengutusku untuk suatu keperluan. Demi Allah, aku pun berangkat. Dalam benakku,
aku akan berangkat sesuai apa yang diperintahkan Nabi Saw. Aku pun berangkat
hingga akhirnya melintasi anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bergabung
dengan mereka. Tiba-tiba Nabi memegang bajuku dari belakang. Aku melihat
beliau tersenyum seraya bersabda, “Wahai Unais, pergilah seperti yang aku
perintahkan?” Maka aku pun salah tingkah aku menjawab, “Ya, sekarang aku
9
Imam Muslim, Shahih Muslim, jld. 4 (Beirut: Dar Ihya’ Turats al-Arabi, th), 1805.
“Demi Allah, aku telah berkhidmat kepada beliau selama sepuluh tahun,
beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku lakukan, “Mengapa kamu
melakukan ini?” Beliau tidak pernah berkata untuk sesuatu yang aku tinggalkan,
kekerasan dalam mendidik Anas bin Malik r.a, sekalipun saat itu Anas masih dalam
usia anak-anak. Seandainya Nabi memandang bahwa kekerasan adalah salah satu
metode yang baik dan layak diapakai untuk mendidik, niscaya beliau telah
mempraktikkannya kepada Anas jauh-jauh hari sejak dulu kala. Buktinya, Nabi Saw.
lebih memilih cara lain yang terbukti lebih efektif membekas dalam benak para
hadis shalat di atas terdapat redaksi yang mengarah ke sana. Tampaknya ini mirip
dengan perintah Nabi kepada para sahabat untuk menshalatkan jenazah seorang
rampasan perang. Dalam masalah ini, Nabi memerintahkan para sahabat untuk tetap
Terdapat teks hadis yang menginformasikan bahwa orang tua boleh memukul
anaknya, tetapi dalam praktiknya Nabi Saw justru lebih mengutamakan sikap arif dan
lemah lembut dalam mendidik para sahabat. Sikap lemah lembut dan penuh kasih
sayang inilah yang justru menanamkan kesan mendalam di hati para sahabat.
Sehingga mereka mudah menerima pencerahan dari Nabi Saw. Hadis yang
membolehkan orang tua untuk memukul anaknya saat usia 10 tahun sebenarnya perlu
dipahami secara kontekstual dan sesuai perkembangan zaman, sehingga tidak
3. Pendidikan Seks
fitnah seks di tempat tidur, karena usia 10 tahun adalah usia menjelang baligh atau
and values) tentang fisik-genetik dan fungsinya khususnya yang terkait dengan jenis
makhluk hewan dan manusia yang tertarik dan mencintai lain jenisnya.
tentang masalahmasalah seksual yang diberikan pada anak, dalam usaha menjaga
anak terbebas dari kebiasaan yang tidak Islami serta menutup segala kemungkinan ke
arah hubungan seksual terlarang.
Secara garis besar, pendidikan seks diberikan sejak usia dini (dan pada usia
c. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan seksual.
d. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan.
intercourse).
h. Membantu anak muda yang bertanya tentang peran laki-laki dan perempuan di
masyarakat.10
Al-Abrasyiy dalam Abdul Majid Khon menyebutkan beberapa tahapan pada
a. Usia balita atau sampai lima tahun, usia pendidikan jasmani, akhlak dan
pembiasaan ucapan yang baik seperti terima kasih, maaf, dan lain-lain.
b. Usia enam tahun usia sekolah diberi pendidikan jasmani, rohani, akli, akhlaq, dan
sosial.
c. Usia tujuh tahun dipisahkan tempat tidurnya, diajarkan berwudlu dan dibiasakan
sholat.
Usia pendidikan hendaknya dimulai sejak kecil dan kontinuitas dari tahapan
ke tahapan perkembangan usianya sehingga tumbuh dewasa. Belajar dimulai sejak
kecil akan lebih mudah dan lebih baik daripada dimulai ketika usia dewasa,
sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh al-Bayhaaqiy dan al-Thabraniy dari
10
Mahrus Surur, Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini, (ResearchGate : Desember
2018) h. 5.
“Perumpamaan orang yang belajar ilmu pada usia kecil bagaikan mengukir
diatas batu dan perumpamaan orang yang belajar ilmu pada usia dewasa bagaikan
Hal ini kian mempertegas bahwa Islam memperhatikan pendidikan anak sejak
kecil dalam segala aspek pendidikan dalam segala perkembangan anak. Baik
perkembangan seksual.11
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadist tersebut antara lain :
a. Kewajiban orang tua untuk memerintahkan sholat pada anaknya dan kewajiban
b. Pendidikan secara tegas dalam masalah kewajiban dan perlunya hukuman dan
d. Usia kritis (tamyiz) dan usia sekolah tujuh tahun dan usia pubertas awal
sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800 di antaranya dalam kitab
Sunan Abu Dawud. Nama lengkapnya adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy'ats
11
Abdul Majid Khon, Hadist Tarbawi : Hadist-Hadist Pendidikan (Jakarta : Kencana
Prenadamedia Group, 2012) h. 268.
Khurasan, Mesir, Suriah, Nishapur, Marv, dan tempat-tempat lain, menjadikannya
Bapak beliau yaitu Al Asy'ats bin Ishaq adalah seorang perawi hadis yang
meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid, dan demikian juga saudaranya Muhammad
bin Al Asy`ats termasuk seorang yang menekuni dan menuntut hadis dan ilmu-
ilmunya juga merupakan teman perjalanan dia dalam menuntut hadis dari para ulama
ahli hadis.
Abu Dawud sudah berkecimpung dalam bidang hadis sejak berusia belasan
tahun. Hal ini diketahui mengingat pada tahun 221 H, dia sudah berada di Baghdad,
dan di sana dia menemui kematian Imam Muslim, sebagaimana yang dia katakan:
telah pergi ke negeri-negeri tetangga Sijistan, seperti khurasan, Baghlan, Harron, Roi
dan Naisabur.
Setelah dia masuk kota Baghdad, dia diminta oleh Amir Abu Ahmad Al
12
https://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Dawud, pada 24 Oktober 2021
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
berusia tujuh tahun dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat pada saat
mereka berumur 10 tahun dan pisahkan antara mereka di tempat tidurnya (laki-laki
Pendidikan agama diberikan kepada anak sejak kecil, sehingga nanti usia dewasa
perintah-perintah agama dapat dilakukan secara mudah dan ringan. Diantara perintah
agama yang disebutkan dalam hadits ada tiga perintah yaitu perintah melaksanakan
B. Implikasi
hukuman pada anak, yang sangat perlu dalam pendidikan itu sendiri tentu ialah
pendidiknya. Dan sebagai seorang calon pendidik dan orang tua di masa depan, yang
perlu diperhatikan bukan hanya bagaimana cara mendidik anak itu, melainkan
orang tua kelak juga harus belajar dan memahami apa saja yang akan menjadi
bagaimana tanggapan pemakalah jikalau anak anda dipukuli oleh guru? (Masriadi)
yang dapat mempengaruhi kondisi psikolog. Seorang anak bisa saja mengalami
traumu ataupun rasa takut yang berlebih bahkan bukan tidak mungkin di masa depan
ia melakukan hal yang sama kepada anaknya nantinya. Mengenai anak yang diberi
hukuman, entah dalam bentuk apapun asalkan masih dalam bentuk wajar dan jelas
bersifat mendidik tentu adalah hal yang sudah menjadi kewajiban seorang guru.
Namun memberikan hukuman, selain memiliki batas juga perlu pemahaman kepada
peserta didik itu sendiri agar ia dapat paham mengapa ia diberi hukuman.
2. Bagaimana peran orangtua dalam pendidikan seksual anak usia dini? (Ayu
Lestari)
sang anak tentang apa saja yang dilarang bagi anak perempuan dan laki-lakinya.
Sesuai dengan yang disebutkan dalam hadis bahwa orangtua harus memisahkan
yang diberi hukuman oleh guru langsung mengadu kepada orangtuanya? (Titinur)
Jawaban : Pemberian hukuman kepada serta didik harus dalam bentuk wajar
Karena tanggung jawab seseorang pendidik ialah mendidik peserta didik yang telah
dititipkan para orangtua peserta didik. Maka dari itu, dengan adanya komunikasi
antara pendidik dan orangtua sangat diperlukan. Dan salah satu contohnya ia
hukuman berupa pukulan itu tujuannya untuk mendidik (pukulan sebagai proses
Jawaban : Pemberian hukuman tidak serta merta langsung berupa pukulan. Seperti
yang dilakukan Rasulullah Saw. yang selalu memberikan nasehat secara lemah
lembut, seorang pendidik juga harus mengutamakan hal tersebut. Apabila pendidik
maka pemberian hukuman berupa pukulan sudah mesti ia pahami bahwa itu tahap
yang harus dihadapi seiring dengan pemberian nasehat serta pemahaman sebelumnya
yang telah ia abaikan. Sedangkan untuk pendidikan seks, seorang pendidik baiknya
Dengan begitu terdapat semua batasan dimana pendidik bisa lebih leluasa
masing-masing.