Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia dini merupakan individu yang memiliki karakteristik tersendiri

dan memiliki rentang usia yang sangat berharga karena perkembangan

kecerdasannya sangat luar biasa.1 Menurut Undang-undang tentang

Perlindungan terhadap Anak (UU RI Nomor 32 Tahun 2002) Bab I Pasal 1

dinyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan

termasuk anak yang masih dalam kandungan.2 Usia tersebut dijuluki golden

age atau masa keemasan, masa dimana otak anak mengalami perkembangan

sepanjang sejarah kehidupannya, karenanya pada masa ini merupakan saat

yang tepat untuk mengembangkan segala potensi dan kecerdasaan anak yang

akan berpengaruh pada masa depan anak tersebut.

Menurut Mulyasa dalam bukunya Manajemen PAUD (pendidikan anak

usia dini), anak usia dini sering disebut anak prasekolah, dalam

perkembangannya terjadi pematangan fungsi fisik dan psikis yang siap

merespon berbagai rangsangan dari lingkungannya. Masa ini merupakan saat

yang paling tepat untuk meletakkan dasar pertama dan utama dalam

mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni,

sosial, emosional, spiritual, konsep diri, disiplin, dan kemandirian. 3 Maka

dalam hal ini diperlukan pendidikan yang tepat terhadap perkembangannya.


1
Mulyasa, Manajemen PAUD (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2016, hlm
2
Sri Tatminingsih, Hakikat Anak Usia Dini, Perkembangan Dan Konsep Dasar
Pengembangan Anak Usia Dini, vol. 1, 2016. Hlm 3
3
Mulyasa, managemen paud
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal,

nonformal, dan informal.4

Banyak hal yang dapat dikembangkan terhadap anak usia dini salah

satunya yang dapat dikembangkan oleh anak usia dini adalah kognitif. Kognitif

adalah suatu proses berfikir, yaitu kemampuan individu untuk

menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau

peristiwa. Pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu melakukan

eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, adapun proses

kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol,

penalaran, dan pemecahan masalah.5

Aspek pengembangan pembelajaran dilakukan tidak hanya mengacu

pada satu aspek tetapi semua aspek anak harus dikembangkan oleh guru

melalui berbagai jenis model pembelajaran, metode pembelajaran, dan strategi

pembelajaran atau media pembelajaran yang menarik dan beragam untuk anak-

anak. Salah satunya aspek perkembangan kognitif yang digunakan untuk

bernalar, berpikir, dan memahami sesuatu yaitu proses menghafal.

4
Sokhibah, “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Mengenal Warna Melalui Bermain
Bola Pada Anak Kelompok A” (n.d.): 1.
5
Ahmad susanto, perkembangan anak usia dini
Tahap pengetahuan ini merupakan aspek perkembangan awal yang

dikembangkan dari ranah kognitif, Sehingga dalam penerapan menghafal

Asmaul Husna pendidik harus berupaya memberikan stimulasi agar potensi

yang dimiliki anak dapat berkembang dengan baik.6 Kemampuan menghafal

yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom dalam teorinya Taksonomi Bloom

bahwa menghafal termasuk pada ranah kognitif jenjang/tahap pengetahuan

(Knowledge).7 Sebagaimana hal tersebut dalam masa perkembangan yang

pesat, anak akan dengan mudah menghafal apa yang dilihat, didengar dan

dialami yang dalam hal ini dapat diperoleh melalui pembelajaran.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 8 Pembelajaran pada pendidikan

anak usia dini merupakan interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa

lainnya dalam suatu lingkungan tertentu untuk mencapai tugas perkembangan,

sesuai potensi anak. Interaksi yang dibangun tersebut merupakan faktor yang

mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran.9 Untuk membantu tercapainya

tujuan pembelajaran diperlukan sebuah metode pembelajaran.

Metode pembelajaran adalah usaha guru untuk menerapkan segala

metode pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.10

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

6
Umrotus Sholiha, “Peningkatan Kemampuan Menghafal Asmaul Husna Melalui Media
Flashcard Pada Kelompok A (Usia 4-5 Tahun) Di Taman Kanak-Kanak Annur Surabaya”
(Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2019).
7
Muhibul Haque Bhuyan, “Teaching Electrical Circuits Course for Electrical Engineering
Students in Cognitive Domain,” Journal of Bangladesh Electronics Society 14, no. 1–2 (2014):
83–91.
8
Lefudin, belajar dan pembelajaran
9
mulyasa
10
Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format Paud (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), 121.
merupakan upaya yang dilakukan pendidik dalam melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik dan sistematis untuk mempermudah siswa dalam

mencapai tujuan yang optimal. Dalam pendidikan penggunaan metode

pembelajaran sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kurikulum memiliki peranan penting dalam tercapainya kesuksesan

pembelajaran. Struktur dan muatan kurikulum meliputi sejumlah

pengembangan keluasan dan kedalamannya merupakan program belajar bagi

peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu, materi muatan lokal dan

pengembangan diri termasuk ke dalam kurikulum muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada

jenjang anak usia dini.11

Kurikulum nasional anak usia dini dikembangkan ke dalam kurikulum

daerah. Kurikulum daerah bermakna kurikulum muatan lokal. Setelah itu,

kurikulum baru diaplikasikan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Seperti yang dituangkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia No 79 Tahun 2014 Pasal 2 Tentang Muatan

Lokal Kurikulum 2013, dijelaskan bahwa:12

Muatan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajarkan dengan


tujuan membekali peserta didik dengan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diperlukan untuk: a. mengenal dan mencintai
lingkungan alam, sosial, budaya, dan spiritual di daerahnya; dan b.
melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang
berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang
pembangunan nasional.

11
Trianto ibnu, desain pengembangan pembeljarantematik bagi anak usia dini
12
Tim penyusun undang undang
RA An Nawa merupakan lembaga pendidikan yang berbasis islam,

yang terletak di Jl Mr Iskandar XII/02 B Jetis Blora. RA ini berdiri dibawah

naungan Yayasan Khozinatul Ulum An Nawa Blora yang memiliki muatan

lokal dalam mengedepankan program keagamaan, diantaranya adalah tahfidul

al-qur’an, menghafal asmaul husna, menghafal do’a sehari-hari, praktek

ibadah, dan peringatan hari besar agama. Karena keterbatasan waktu, diantara

muatan lokal tersebut peneliti melakukan penelitian menghafal asmaul husna.

Asmaul husna adalah nama-nama Allah swrt yang indah dan baik.

Mengenali Asma-Nya adalah salah satu upaya dalam mengenali Tuhan kita

yakni Allah SWT. Dan dan ketika kita sudah mengenal Tuhan kita maka kita

akan mengenal pula siapa diri kita yang salah satu manfaatnya adalah kita

dapat terhindar dari sifat-sifat yang buruk.13 Pantaslah Rasul bersabda :

 ‫ فقد عرف ربّه‬،‫من عرف نفسه‬

“Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka mengenal Asma-Nya berarti

sangatlah penting, karena dengan mengetahui dan memahaminya kita dapat

mengenal lebih jauh siapa diri kita dan Tuhan kita. Terlebih lagi bila kita dapat

menghafal seluruh Asma-Nya, yang memang sangat dianjurkan. Rasulullah

SAW bersabda,

َ ْ‫ َمنْ َأح‬، ‫ ِماَئ ًة ِإال َوا ِح َد ًة‬، ‫ِين اسْ مًا‬


‫صا َها د ََخ َل ْال َج َّن َة‬ َ ‫ِإنَّ هَّلِل ِ تِسْ َع ًة َوتِسْ ع‬

13
Randi Kurniawan, “Penggunaan Metode Hanifida Dalam Kegiatan Menghafal Asma Al-
Husna Di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyyah Bojonggede Bogor,” 2020.
“Sesunguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu, siapa yang
menjaganya maka dia masuk surga.” (HR. Bukhari, no.2736, Muslim, no.2677
dan Ahmad, no.7493).

Berdasarkan HR. Imam Bukhari diatas bahwasanya allah memiliki 99

nama (Asmaul Husna), dan sebagai hamba diminta untuk menghafalkannya.

Untuk mendapatkan keutamaan tersebut maka menghafal asmaul husna dapat

diajarkan sejak usia dini karena Anak usia dini memiliki karakter mudah

meniru dan memiliki ingatan yang tajam.

Salah satu cara mengenal Allah sang pencipta serta pemelihara alam

semesta bagi seorang muslim adalah dengan mempelajari sifat sifat Allah serta

Mengenal 99 Asma Allah. Nama nama Allah yang baik alangkah lebih baiknya

dikenalkan kepada anak sedini mungkin, agar anak mampu mengenal Allah

lewat keagungan dari 99 Nama tersebut. Penerapan kepada anak tentunya harus

dengan menggunakan metode yang menyenangkan agar anak tertarik untuk

membacakan Asmaul husna dengan pembiasaan sehari hari yang tidak secara

langsung itu menjadi proses anak dalam menghafal. Sebagaimana Allah SWT

Berfirman (surat al isra”)

Artinya: “ Katakanlah (Nabi Muhammad), “serulah Allah atau Serulah


ArRahman! Nama mana saja yang kamu seru (maka itu lebih baik) karena Dia
mempunyai nama-nama yang terbaik (Asmaul husna), janganlah engkau
mengeraskan (bacaan) salatmu dan janganlah (pula) merendahkannya.
Usahakan jalan (tengah) diantara (kedua)-nya!” (Q.S Al Isra/17:110)

Untuk dapat hafal Asmaul husna tentunya harus melalui proses

menghafal. Pada kegiatan menghafal Asmaul husna sebuah metode

penyampaian guru mempunyai peran penting untuk membantu menentukan

keberhasilan menghafal Asmaul husna, seperti halnya ketika seseorang ingin


mengunjungi suatu tempat, maka diperlukan sebuah alat yang dapat

mengantarkannya kepada tempat tersebut. Alat itulah yang dapat disebut

dengan metode. Penggunaan metode memudahkan anak dalam menghafal agar

dapat mencapai target yang telah ditentukan.

Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam

menghafal. Namun, masing-masing anak dapat mempercepat proses menghafal

dengan cara memilih metode yang tepat serta memperhatikan situasi dan

kondisi sekitar. Untuk mencapai suatu tujuan yang sesuai harapan,tentu tidak

lepas dari adanya cara dan strategi, begitu juga dalam menghafal Al Asma Al

Husna yang berjumlah 99 memerlukan sebuah teknik dan metode untuk

memudahkan proses cepat menghafal.

Hal tersebut dijelaskan dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 792

Tahun 2018 Tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Raudhatul Athfal

bahwa:14

Untuk mewujudkan pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai karakter


islami, maka diperlukan metode yang tepat. Salah satunya yakni metode
praktis untuk menghafal. Rasulullah SAW mengajarkan doa-doa yang
penting dan ayat-ayat al-qur’an kepada para sahabat secara praktis.
Rasulullah SAW membacakannya dan mengulanginya di hadapan mereka
disertai dengan mendengarkan ayat dan doa terebut. Metode praktis untuk
menghafal dimaksudkan menanamkan ahlak yang baik pada jiwa anak,
sehingga tumbuh menjadi pribadi yang istiqomah dan bahagia, karena
anak dapat merasa sukses dengan perilaku dan pekerjaannya.

Sebagaimana penjelasan tersebut, Sebagaimana penjelasan tersebut,

asmaul husna yang terdapat pada Al Qur’an dalam upaya menghafalkannya

perlu adanya metode yang tepat dan praktis. Dalam menghafal, khususnya

14
Keputusan Menteri Agama RI No.792 Tahun 2018 Tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum Raudhatul Athfal, 51.
menghafal Asma al-Husna dibutuhkan metode yang tepat agar hasilnya lebih

efektif. Zaman semakin modern dan kemajuan teknologi yang sangat pesat ini

semakin banyak inovasi metode menghafal. Banyak metode yang dapat

digunakan, salah satunya adalah metode Hanifida yang merupakan topik utama

pada penelitian ini, saya tertarik metode hanifida dikarenakan metode hanifida

tergolong temuan baru dan lahir sebagai metode menghafal cepat abad 21 yang

bersifat konstruktivis dan kontemporer dengan strategi Super Brain (Brain

Based Learning) serta menekankan pada penggunaan otak kanan dengan

sistem asosiasi, yaitu menghubungkan objek yang dihafal dengan kalimat/kata

yang mudah dihafal dan diasosiasikan.15

Hanifida diambil dari nama pembuat sistem hafalan tersebut, yakni ustadz

Hanifuddin Mahadun dan ustadzah Khoirul Idawati. Kedua pasangan

pendakwah yang berasal dari Jombang.16 Metode hanifida menciptakan

kemudahan dalam menghafal, mengaktifkan inner motivation, mempersuasi

siswa untuk nyaman dalam menghafal, mengingatkan hafalan siswa,

menjadikan karakter siswa kuat karena otak kanan dan kiri bekerja seimbang,

membangkitkan seluruh potensi siswa, meningkatkan kecerdasan kognitif,

afektif, psikomotorik siswa secara langsung, mendayagunakan visualisasi otak

dan gerak anggota tubuh secara bersamaan.17

15
Khoirotul Idawati and Hanifuddin, Cara Belajar Cepat Abad 21 (Metode Hanifida, Brain
Based Learning) Model Konstruktivisme (Jombang: CV Percetakan Fajar, 2006).
16
M. Fatih, Inkremental Analisis Tentang Desain, Strategi, Metodologi Dan Motivasi
Menghafal Al-Qur’an Bagi Tahfidz Pemula, Progressa Journal Of Islamic Religious Instruction
Vol.12 No.1 Pebruari 2018
17
Ika Kartiwa, Hubungan Antara Metode Hanifida Dengan Motivasi Menghapal Al-Qur’an
Pada Siswa, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 3, No.1 2015
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 2

Oktober 2022 dengan kepala sekolah RA An Nawa Khozinatul Ulum Blora

diperoleh keterangan bahwa metode hanifida ini dapat mempermudah siswa

dalam menghafal Asmaul Husna. Karakteristik anak usia dini yang cenderung

aktif bergerak dimanfaatkan oleh guru untuk anak-anak belajar menghafal

asmaul husna dengan metode hanifida.18

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti memilih penelitian ini sebagai

objek penelitian karena urgensi untuk memahaminya bagi anak yang masih

berusia dini. Anak yang masih berusia dini akan lebih mudah dalam mengingat

sesuatu dimana ketika sesuatu yang diberikan merupakan hal yang baik maka

akan melekat sampai nanti dirinya dewasa.

Pengenalan anak kepada Tuhannya dengan materi asmaul husna

dilengkapi dengan penggunaan metode hanifida. Metode ini merupakan

metode yang beberapa waktu belakangan ini menjadi sangat diminati dan

banyak digunakan diberbagai daerah. Dengan kemasyhuran yang dimiliki

maka layak untuk dijalankan penelitian mendalam mengenai metode tersebut

dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi Menghafal

Asmaul Husna Melalui Metode Hanifida Pada Kelompok B di Raudhatul

Athfal An Nawa Khozinatul Ulum Blora.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan

masalah yang dapat dikembangkan adalah sebagai berikut :


18
Wawancara dengan kepala RA An Nawa Khozinatul Ulum Blora, 2 Oktober
1. Bagaimana implementasi menghafal asmaul husna yang diterapkan pada

anak usia dini melalui metode hanifida pada kelompok B di Raudhatul

Athfal An Nawa Khozinatul Ulum Blora?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi menghafal

Asmaul Husna melalui metode hanifida pada kelompok B di Raudhatul

Athfal An Nawa Khozinatul Ulum Blora?

3. Apa hasil dari implementasi menghafal Asmaul Husna melalui metode

hanifida pada kelompok B di Raudhatul Athfal An-Nawa Khozinatul Ulum

Blora?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui implementasi menghafal Asmaul Husna yang diterapkan

pada anak usia dini melalui metode hanifida pada kelompok B di Raudhatul

Athfal An Nawa Khozinatul Ulum Blora

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi

menghafal Asmaul Husna melalui metode hanifida pada kelompok B di

Raudhatul Athfal An Nawa Khozinatul Ulum Blora

3. Untuk mengetahui hasil dari implementasi menghafal Asmaul Husna

melalui metode hanifida pada kelompok B di Raudhatul Athfal An Nawa

Khozinatul Ulum Blora.

D. Manfaat Penelitian

Penulisan dari penelitian ini diharapkan mempunyai nilai tambah,baik

bagi penulis terlebih lagi bagi pembaca, serta secara teoritis maupun praktis.
Secara umum manfaat penelitian yang dilakukan ini dapat ditinjau dari dua

aspek. Kegunaan secara teoritis yaitu:

1. Bagi peneliti, untuk mengetahui implementasi menghafal Asmaul Husna

melalui metode hanifida di Raudhatul Athfal An Nawa Khozinatul Ulum

Blora

2. Bagi lembaga pendidikan, untuk mengembangkan kualitas menghafal cepat

metode hanifida

3. Pengembangan khazanah keilmuan yaitu hasil penelitian ini diharapkan bisa

menambah pengetahuan dan informasi tentang strategi percepatan

menghafal dan mudah melalui metode hanifida.

Sedangkan kegunaan penelitian secara praktis yaitu :

1. Penelitian ini diharapkan bisa menambah dan mengembangkan khazanah

keilmuan bagi pendidik untuk menemukan metode yang tepat,cepat dan

mudah.

2. Menambah pemahaman peneliti sebagai karya berpikir ilmiah dalam

mendapatkan wawasan terhadap startegi percepatan menghafal Asmaul

Husna

E. Originilitas penelitian

Orisinilitas penelitian diberikan guna menjelaskan mengenai persamaan

dan nilai perbedaan antara penelitian ini dengan yang sudah dijalankan oleh

peneliti terdahulu, hal ini dijalankan dengan menyajikan beragam penelitian

terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.


Khoirotul Idawati dan Hanifuddin, Pelatihan al-Asma al-Husna Metode

Hanifida: Solusi Nyata Lejitkan Otak Anak. Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif dimana teknik yang dijalankan untuk mengumpulkan data

yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi tiga

tahapan yaitu analisis kebutuhan, pelaksanaan dan pendampingan. Pelatihan ini

diikuti oleh para guru Taman Kanak-kanak se-Kecamatan Turi Lamongan

(IGTKM) sebanyak 150 peserta. Pelatihan ini diawali dengan dinamika

menghidupkan otak, pemberian materi oleh pelatih, latihan, evaluasi dan

refleksi.19

Kusnul Fadlilah dan Sugiyar, Implementasi Metode Hanifida dalam

Meningkatkan Hafalan Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Supercamp La

Raiba Hanifida Jombang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana

teknik yang dijalankan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi

dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini yaitu, implementasi metode Hanifida

dalam meningkatkan hafalan al-Qur’an memberikan stimulus dalam proses

menghafal al-Qur’an santri. Pengelolaan pada penerapan metode Hanifida

sudah berjalan dengan baik secara keseluruhan. Akan tetapi, terdapat poin-poin

catatan yang perlu diperhatikan terutama pada fungsi pengawasan. Dampak

pengelolaan metode Hanifida berpengaruh terhadap keberhasilan santri dalam

19
Khoirotul Idawati, “Pelatihan Al-Asma Al-Husna Metode Hanifida: Solusi Nyata
Lejitkan Otak Anak” 1 (2021): 77–81.
menyelesaikan menghafal al-Qur’an, akan tetapi perlu peningkatan dalam ilmu

tajwid santri.20

Himmatul Ulya, Implementasi Metode Hanifida dalam Menghafal Al-

Qur'an di Pondok Pesantren La Raiba Hanifida Jombang. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dimana teknik yang dijalankan untuk

mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi metode Hanifida dalam

menghafal al-Qur’an dengan mengaplikasikan lima sistem terbukti efektif ,

melihat hasil rekapan data pencapaian setoran hafalan santri yang mampu

menuntaskan hafalannya dengan baik serta hasil dari pengamatan kemampuan

hafalan masing-masing individu.21

Dinia Zahrotul Jannah, Penerapan metode Hanifida dalam meningkatkan

hafalan Asmaul Husna pada program Laborate Agama di Mts Putri Nurul

Masyithoh Lumajang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana

teknik yang dijalankan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi

dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penerapan metode

Hanifida yang di MTs. Putri Nurul Masyithoh Lumajang sudah dikatakan baik

dan sesuai dengan yang ada di buku panduan menghafal Asmaul Husna dengan

metode Hanifida. Hasil hafalan siswi MTs. Putri Nurul Masyithoh mengalami

20
Kusnul Fadlilah, “Implementasi Metode Hanifida Dalam Meningkatkan Hafalan Al-
Qur’an Santri Pondok Pesantren Supercamp La Raiba Hanifida Jombang,” Journal of Islamic
Education & Management 2, no. 8.5.2017 (2022).
21
Himmatul Ulya, “Implementasi Metode Hanifida Dalam Menghafal Al-Qur’an Di
Pondok Pesantren La Raiba Hanifida Jombang” (2020).
peningkatan setelah sekolah menerapkan metode Hanifida untuk menghafal

Asmaul Husna.22

Randi Kurniawan, Penggunaan Metode Hanifida Dalam Kegiatan

Menghafal Asma Al-Husna Di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyyah

Bojonggede Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana

teknik yang dijalankan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara, observasi

dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi

metode Hanifida dalam menghafal Asma al-Husna dengan menggunakan

sistem angka dan cerita terbukti efekti, dilihat dari rekapan data nilai dan hasil

setoran hafalan yang mampu menuntaskan hafalannya dengan baik. Dengan

menggunakan metode ini, seorang santri bukan hanya dapat menghafal Asma

al-Husna saja, tetapi dapat pula menghafal dengan arti beserta nomor

urutannya. Bahkandengan metode ini mereka dapat menghafalnya secara

berurutan maupun acak.23

No Nama Peneliti dan Persamaan Perbedaan

Judul

1 Khoirotul Idawati Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

dan Hanifuddin, ini yaitu terdapat ini yaitu terletak di

Pelatihan al-Asma pada metode yang lokasi penelitian dan

al-Husna Metode digunakan yaitu bentuk RA yang

Hanifida: Solusi kualitatif dan dilengkapi dengan


22
Dinia Zahrotul Jannah, “Penerapan Metode Hanifida Dalam Meningkatkan Hafalan
Asmaul Husna Pada Program Laborate Agama Di Mts Putri Nurul Masyithoh Lumajang,” Skripsi,
2020.
23
Randi Kurniawan, “Penggunaan Metode Hanifida Dalam Kegiatan Menghafal Asma Al-
Husna Di Pondok Pesantren Al-Hamdaniyyah Bojonggede Bogor.”
Nyata Lejitkan Otak mengenai metode boarding.

Anak. Hanifida.

2 Kusnul Fadlilah dan Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

Sugiyar, ini yaitu terdapat ini yaitu terletak di

Implementasi pada metode yang lokasi penelitian dan

Metode Hanifida digunakan yaitu lembaga pendidikan

dalam Meningkatkan kualitatif dan dimana penelitian ini

Hafalan Al-Qur’an mengenai metode dijalankan di RA

Santri Pondok Hanifida. Khozinatul Ulum

Pesantren Blora

Supercamp La Raiba

Hanifida Jombang.

3 Himmatul Ulya, Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

Implementasi ini yaitu terdapat ini yaitu terletak di

Metode Hanifida pada metode yang lokasi penelitian dan

dalam Menghafal digunakan yaitu lembaga pendidikan

Al-Qur'an di Pondok kualitatif dan dimana penelitian ini

Pesantren La Raiba mengenai metode dijalankan di RA

Hanifida Jombang Hanifida. Khozinatul Ulum

Blora

4 Dinia Zahrotul Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

Jannah, Penerapan ini yaitu terdapat ini yaitu terletak di

metode Hanifida pada metode yang lokasi penelitian dan


dalam meningkatkan digunakan yaitu jenjang pendidikan

hafalan Asmaul kualitatif dan dimana penelitian ini

Husna pada program mengenai metode dijalankan di RA

Laborate Agama di Hanifida. Khozinatul Ulum

Mts Putri Nurul Blora

Masyithoh

Lumajang

5 Randi Kurniawan, Persamaan penelitian Perbedaan penelitian

Penggunaan Metode ini yaitu terdapat ini yaitu terletak di

Hanifida Dalam pada metode yang lokasi penelitian dan

Kegiatan Menghafal digunakan yaitu lembaga pendidikan

Asma Al-Husna Di kualitatif dan dimana penelitian ini

Pondok Pesantren mengenai metode dijalankan di RA

Al-Hamdaniyyah Hanifida. Khozinatul Ulum

Bojonggede Bogor Blora

Dari beberapa penelitian yang ada diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian yang dilakukan merupakan karya orisinil dan belum pernah ada pada

penelitian – penelitian sebelumnya. Pembahasan didalam penelitian ini juga

lebih terfokuskan pada pengkajian strategi konstruktivisme yang akan

dikembangan serta disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan

masyarakat.

F. Definisi istilah
Berdasarkan fokus dan rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi

istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Asma’ul Husna

Secara etimologi, Asmaul Husna berasal dari kata al-asma’ dan al

husna, al asma’ yang berarti nama sedangkan al-husna yang merupakan

jamak dari kata al-ahsan yang memiliki arti baik. Secara terminologi, Al

Asma Al-Husna berarti nama-nama Allah SWT yang baik dan indah, yang

mencerminkan keagungan dan kebesaran-Nya.24

‫هّٰلل ُ ٓاَل اِ ٰلهَ اِاَّل ه ۗ َُو لَهُ ااْل َ ْس َم ۤا ُء ْال ُحس ْٰنى‬

Artinya : “Dialah Allah, tidak ada Tuhan( yang berhak disembah)


selain Dia, Dia mempunyai nama-nama yang baik”. (QS Thaha: 8)

Penyifatan nama-nama Allah dengan kata yang berbentuk sighat

mubalaghah (kata yang menyatakan paling). Hal ini menunjukkan bahwa

nama-nama tersebut bukan hanya baik dan indah, tetapi juga menunjukkan

makna yang terbaik dan terindah. Demikian kata Husna menunjukkan

bahwa nama-nama Allah adalah nama-nama yang sangat sempurna tanpa

adanya kekurangan sedikitpun.25

2. Menghafal

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pengertian menghafal adalah

usaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat. Menurut Zuhairini dan

Ghofir sebagaimana yang dikutip oleh Kamilhakimin Ridwal Kamil dalam

24
Fathir Muhammad, Dzikir Asmaul Husna Untuk Kesejahteraan, Kesuksesan &
Kesehatan, ed. Adibintang (Jakarta Selatan, 2015).
25
Jannah, “Penerapan Metode Hanifida Dalam Meningkatkan Hafalan Asmaul Husna Pada
Program Laborate Agama Di Mts Putri Nurul Masyithoh Lumajang.”
bukunya yang berjudul Mengapa Kita Menghafal (tahfizh) al-Qur’an, istilah

menghafal adalah suatu metode yang digunakan untuk mengingat kembali

sesuatu yang pernah dibaca secara benar seperti apa adanya. Dalam bahasa

Arab, menghafal menggunakan terminologi al Hifzh yang artinya menjaga,

memelihara atau menghafalkan.26

Maka dapat disimpulkan bahwa menghafal merupakan cara atau pola

yang telah ditetapkan secara sengaja dengan tujuan melakukan suatu

kegiatan maupun tindakan dalam pengembangan daya ingat terhadap suatu

target tertentu.27

3. Metode

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek”, yakni “Metha” berarti

melalui , dan “Hodos” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain,

metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan

tertentu.28 Metode adalah cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai

tujuan tertentu.29 Metode juga dapat diartikan sebagai cara-cara atau

langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan suatu gagasan,

pikiran, atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta

26
Rahmiy Kurniasary, Ismail Sukardi, and Ahmad Syarifuddin, “Penerapan Metode Isyarat
Tangan Dalam Pembelajaran Menghafal Dan Mengartikan Al-Qur’an,” Jurnal PAI Raden Fatah
2, no. 1 (2020): 60–73.
27
Junita Arini, “Strategi Dan Metode Menghafal Alquran (Studi Kasus Di Pondok Tahfizh
Darul Itqon Bilasundung Desa Paokmotong Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur)” 2
(2019): 89.
28
Poerwadarminta, “Penerapan Metode Unit Teaching Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Di Madrasah Tsanawiyah Lkmd Giti Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan
Hulu,” Universitas Pendidikan Indonesia (2018).
29
Syafnidawaty, “Perbedaan Metodologi Penelitian Dan Metode Penelitian,” Rahaja.Ac.Id,
2020, Https://Raharja.Ac.Id/2020/10/26/Perbedaan-Metodologi-Penelitian-Dan-Metode-
Penelitian/.
didasarkan pada teori, konsep, dan prinsip-prinsip tertentu. 30 Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI), Metode adalah cara kerja

yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guna mencapai tujuan yang ditentukan.31

Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu

metode yang menarik agar siswa tidak merasa bosan dengan materi yang

diajarkan oleh guru. Menurut hasibuan, seperti yang dikutip oleh ponco

ishak dalam laman webnya menyatakan, dalam kegiatan belajar mengajar

daya serap peserta didik tidaklah sama.32 Maka, dalam menghadapi

perbedaan tersebut, pengajaran yang tepat sangat dibutuhkan sehingga

dengan pemanfaatan metode yang efektif dan efisien, guru akan mampu

mencapai tujuan pengajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diperlukan sebuah metode

agar dapat mencapai tujuan, yakni dalam menghafal Asma’ul Husna.

4. Hanifida

Hanifida adalah sebuah metode menghafal yang dalam praktiknya

menggunakan model dengan sistem asosiasi, yaitu objek yang dihafal

dihubungkan dengan kalimat atau kata yang mudah dan akrab di telinga dan

pikiran kita. Nama metode hanifida dipatenkan pada tanggal 29 Desember

2009 yang disyahkan oleh Menteri Agama Replubik Indonesia Direktorat


30
Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media,
2011).
31
Ebta Setiawan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia (Kbbi),” Kbbi.Web.Id, 2021,
Https://Kbbi.Web.Id/Metode.
32
Ponco Ishak, “Pengertian Metode Pembelajaran, Macam-Macam, Syarat Dan Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran,” Mi Raudlatus Syubban Wegil, 2013,
Http://20316702.Siap-Sekolah.Com/2013/11/18/Pengertian-Metode-Pembelajaran-Macam-
Macam-Syarat-Dan-Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Metode-Pembelajaran/#.Y34zsb1by00.
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam bernama H. Nasaruddin Umar.

Sebuah metode pembelajaran yang bertitik tolak dari brain based learning

(pembelajaran berdasarkan keseimbangan otak) dengan menggunakan

pendekatan model pembelajaran konstruktivistik, di mana pengetahuan

dibangun sedikit demi sedikit melalui antara lain visualisas, imajinasi, cerita

yang penuh aksi dan terpaut erat dengan emosi yang dibuat sendiri sesuai

dengan konteks kehidupan nyata.

Metode hanifida mengajarkan teknik menghafal cepat bagi anak untuk

mampu menghafal asmaul husna yang terkait beberapa unsur yaitu asma’,

arti, hafalan acak maju dan mundur, bernyanyi dan gerakan. Metode

hanifida memiliki motto “cepat hafal dan sulit lupa” yang bisa dipelajari

dari berbagai usia.33

Dapat disimpulkan bahwa menghafal dengan metode hanifida

merupakan ide atau gagasan mengenai cara yang ditempuh untuk mencapai

sebuah metode yang unggul dalam meningkatkan kualitas hafalan, sehingga

dapat menciptakan sistem menghafal secara khusus dengan menyesuaikan

sumber daya manusia yang ada serta dapat mengatasi kendala yang dialami

oleh penghafal yang menerapkan metode tersebut.

5. Berdirinya Raudlatul Athfal An Nawa Khozinatul Ulum

Raudlatul Athfal An Nawa berdiri 25 Februari 2015. Instansi ini

berada di Jln. Mr. Iskandar XII/2 B Jetis Blora Jawa Tengah, Raudhatul

33
Yuhanin Zamrodah, “Pembelajaran Hafalan Asmaul Husna Dengan Metode Hanifida
(Bernyanyi Dan Gerakan) Di Ra Nu Baitul Mukminin Getas Pejaten Jati Kudus” 15, No. 2 (2016):
16-17.
Athfal An nawa merupakan lembaga yang dirintis oleh beliau Bapak Dr.

K.H Nur Ihsan, Lc. MA beserta Ibunyai Hj. Nur Hilwa Layyina, M.Pd.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan ini ditujukan untuk memudahkan proses penelitian

skripsi. Dalam pembahasan nanti terdiri dari 5 bab yang terdiri sebagai berikut:

Bab pertama, yaitu pendahuluan yang berisi argumentasi secara umum

sekitar pentingnya penelitian. Pada bagian ini mencakup latar belakang

masalah kemudian rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, serta sistematika pembahasan yang tujuannya adalah memberi

gambaran umum tentang isi dari penelitian ini.

Bab kedua, membahas tentang landasan teori. Bab ini berisikan teori

yang berupa pengertian dan definisi yang diambil kutipan buku yang berkaitan

dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa literature review yang

berhubungan dengan penelitian.

Bab ketiga, gambaran umum. Dalam bab ini penulis akan menguraikan

mengenai gambaran secara umum Raudlatul Athfal An-Nawa Khozinatul

Ulum Blora. Yaitu menjelaskan letak dan keadaan geografis, sejarah berdirinya

Raudlatul Athfal An-Nawa Khozinatul Ulum Blora, profil, visi dan misi serta

tujuan Raudlatul Athfal An-Nawa Khozinatul Ulum Blora, struktur organisasi,

data keadaan guru dan siswa, tugas dan fungsi serta sarana dan prasarana

pendukung yang ada di Raudlatul Athfal An-Nawa Khozinatul Ulum Blora.

Gambaran mengenai Hanifida berkaitan dengan sejarah, cara pelaksanaan, dan


evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi

hanifida.

Bab keempat, hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini penulis

membahas menganai hasil data yang diperoleh saat penalitian dan membahas

mengenai rumusan masalah dengan dikaitkan pada teori yang digunakan.

Bab kelima, penutup. Bab ini merupakan bab akhir penelitian yang berisi

tentang uraian kesimpulan yang dilengkapi dengan saran-saran dan kata

penutup.

Anda mungkin juga menyukai