Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM

PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH NURUL YAQIN


MEKARWANGI

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Oleh:

Nama : Iya Aenul Yaqin

Nim : 0101201177

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA CIREBON

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha orang tua dalam mendidik anak-anak

guna memimpin jasmani dan rohani mereka ke arah kedewasaan. Pendidikan

agama merupakan hal utama untuk diajarkan karena pendidikan agama akan

menjadi pondasi atau landasan dalam diri seseorang.

Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu ditunjang dengan

adanya perkembangan dan perubahan di bidang pendidikan. Upaya

peningkatan mutu pendidikan yaitu melalui peningkatan kualitas

pembelajaran. Salah satunya adalah dengan memperbaharui pendekatan dan

peningkatan hubungan metode dalam mengajar. Metode mengajar dikatakan

relevan jika dalam proses pembelajarannya mampu mengantarkan siswa

mencapai tujuan pendidikan. Siswa merupakan anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Nilai-nilai ajaran agama Islam harus sejak dini diajarkan kepada anak

agar benar-benar bisa terinternalisasikan dalam dirinya disaat mereka menjadi

orang dewasa nanti sehingga benar-benar tahu akan hakikat dirinya. Salah satu

aspek penting dalam pendidikan agama Islam adalah ajaran tentang akhlak,

2
baik itu akhlak kepada Allah, akhlak kepada sesama manusia dan akhlak

kepada alam.

Dalam Al-Quran allah berfirman :

‫) قَا َل َربِّ لِ َم َحشَرْ تَنِ ٓى‬124( ‫ضن ًكا َونَحْ ُش ُر ۥهُ يَوْ َم ْٱلقِ ٰيَ َم ِة َأ ْع َم ٰى‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬
َ ً‫ض عَن ِذ ْك ِرى فَِإ َّن لَ ۥهُ َم ِعي َش ۭة‬
‫)ء‬126( ‫) قَا َل َك ٰ َذلِكَ َأتَ ْتكَ َءا ٰيَتُنَا فَنَ ِسيتَهَا ۖ َو َك ٰ َذلِكَ ْٱليَوْ َم تُن َس ٰى‬125( ‫صيرًا‬ ُ ‫َأ ْع َم ٰى َوقَ ْد ُك‬
ِ َ‫نت ب‬
Dan siapa orang yang berpaling dari kitabku, maka baginya akan mengalami kesempitan
dan kami akan menghimpunnya di hari kiamat dalam keadaan buta. Ia akan berkata: ya
Tuhanku, mengapa engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dulu di
dunia dapat melihat. Allah berfirman: begitulah karena ketika telah datang kepadamu
ayat-ayat kami kamu melupakannya dan begitu pula pada hari inipun kamu dilupakan.
(QS. Thaha ayat 124-126).1

Setiap manusia yang lahir ke dunia diciptakan dengan potensi yang sangat

luar biasa. Dengan potensi yang dimiliki itulah seseorang dapat menjadi manusia

yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Namun untuk

mempunyai potensi yang sangat luar biasa seseorang harus menggali lebih dalam

lagi potensi yang terdapat dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara salah satunya yaitu dengan belajar. Dalam proses belajar sangat erat

kaitannya dengan pendidikan. Seperti dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20

Tahun 2003 tentang Pendidikan merupakan aktifitas dan usaha sadar manusia

untuk meningkatkan kepribadiannya melalui bimbingan peningkatan potensi

dalam dirinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cita, dan budi nurani) dan jasmani

(pancaindra serta keterampilan-keterampilan)

11
Alquran Kemenag. 2019. http://quran.kemenag.go.id: Kementerian Agama RI cq Lajnah Pentashihan Mushaf
Al-Quran.

3
Indonesia memiliki tujuan pendidikan yang diatur dalam Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3,

yang berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”
(Presiden Republik Indonesia, 2003, h. 2).2

Guru merupakan manajer dari lingkungan belajar. Mereka

mempunyai hak, dan bertanggung jawab dalam menyusun program-program

pembelajaran, merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan,

melaksanakan dan mengevaluasi semua aktivitas peserta didik. Mereka juga

berhak mengontrol sumber-sumber belajar untuk pengajaran, serta

menciptakan hubungan baik dengan lingkungan kelas yang lain (Arikunto,

1993: 119).3 Dengan demikian, anak yang kurang latihan-latihan keagamaan

sejak kecil, kurang teladan langsung dari orang tua, atau kurang perhatian dan

kontrol langsung dari orang tua, ia akan menjadi tidak terbiasa untuk

menjalankan ajaran agamanya, misalnya sholat, sehingga kurang tertanamlah

dalam jiwa si anak tentang nilai-nilai atau keyakinan tentang agama.

32
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011),hal 3
3
Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan Abad 21

4
Terlebih lagi seorang guru agama, ia harus mempunyai nilai lebih

dibandingkan dengan guru-guru yang lainnya. Guru agama, di samping

melaksanakan tugas mengajar, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan

pembinaan bagi peserta didik, ia membantu bahkan memiliki peran penting

dalam pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak serta menumbuhkan dan

mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa siswinya. Oleh karena

itu, perhatian guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Untuk

melaksanakan tugas dalam meningkatkan proses belajar mengajar, guru

menempati kedudukan sebagai figur sentral. Di tangan para gurulah terletak

kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di

sekolah, serta pada tangan mereka pulalah bergantungnya masa depan karier

para peserta didik yang menjadi tumpuan para orang tuanya.

Pembinaan terhadap siswa merupakan salah satu bagian yang

senantiasa harus mendapat perhatian dari semua pihak. Oleh karena itu dalam

pola pembinaan tersebut perlu dikemas dalam berbagai kegiatan/aktifitas yang

dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, mengembangkan

bakat dan minat, kreatifitas serta keterampilan siswa, menumbuhkan daya

tangkap pada diri siswa terhadap pengaruh negatif yang datang dari luar

maupun dari dalam lingkungan sendiri. Dalam mencapai tujuan agar dapat

tercapai sesuai yang diharapkan, maka seorang guru harus benar-benar bisa

menjadi souri teladan bagi peserta didiknya serta selalu berusaha, bersabar,

tawakkal kepada Allah SWT dalam setiap urusan yang dihadapi. Guru

Pendidikan Agama Islam di Madrasah Diniyah Nurul Yaqin memikul beban

5
ganda dalam muatan kurikulumnya, seorang guru di Madrasah ini diharapkan

mampu membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak disamping

menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.

Dengan adanya tugas yang cukup berat tersebut, guru Pendidikan Agama

Islam dituntut untuk memiliki keterampilan profesional dalam menjalankan

tugasnya sebagai seorang guru. Berdasarkan hasil observasi awal yang penulis

lakukan, penulis melihat bahwasanya Madrasah Diniyah merupakan salah satu

Madrasah di Desa Mekarwangi kecamatan Argapura yang kebilang masih

mengembangkan Aksistensinya di dunia pendididkan dan terbilang subur dari

jumlah peserta didik.

Melihat uraian dan wacana di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian terutama menyangkut profesionalisme guru, khususnya

guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak serta mengatasi

masalah penyimpangan nilai-nilai akhlak yang dilakukan oleh sebagian siswa,

yang di antaranya: padamelaksanakan ibadah shalat masih sering membuat

gaduh dan tanggapan dari himbouan berupa teguran terkadang di abaikan.

Berdasarkan latar belakang yang di timbulkan di atas, maka kegiatan

dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar

siswa padapelajarab akhlak. Metode role playing (bermain peran ) merupakan

suatu alternative yang dapat di gunakan dalam proses belajar mengajar di

kelas. Dengan demikian untuk mengetahui sejauh mana motivasi siswa dengan

mengunakan metode lole olaying ( bermain peran ) dalam pelajaran akhlak.

maka peterlu di lakukan penelitian mendalam. Sehingga penulis tertarik untuk

6
melakukan penelitian dengan judul “ EKTIVITAS PENGGUNAAN

PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM PEMBENTUKAN

AKHLAK SISWA DI MADRASAH NURUL YAQIN MEKARWNGI ”

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Kenakalan Akhlak Remaja pada saat melaksanakan ibadah

misalnya membuat gaduh.

2. Tanggapan dari himbauan berupa teguran tidak di tanggapi bahkan

di abaikan oleh para santri yang membuat kesalahan.

3. Metode pembelajaran yang selalu monoton kurang berfariatif

sehingga kurang kondusif di kelas.

C. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi masalah yang diteliti agar tidak terjadi perluasan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini dan memberikan kemudahan dalam

proses penelitian. Oleh karena itu, pembatasan masalah pada penelitian ini

hanya pada efektivitas penggunaan pembelajaran role play dalam

pembentukan akhlak siswa di madrasah nurul yaqin.

D. Rumusan Masalah

7
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah yang

peneliti ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan metode role play dalam pembentukan akhlaq

siswa di Madrasah Diniyah Nurul Yaqin ?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembentukan

akhak siswa di Madrasah Diniyah Nurul Yaqin ?

3. Upaya apa saja dalam mengatasi hambatan pembelajaran role play di

Madrasah Diniyah Nurul Yaqin ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui Langkah-langkah penerapan metode role play

dalam pembentukan akhlaq siswa di Madrasah Diniyah Nurul

Yaqin Mekarwangi

2. Untuk mengetahui seperti apa metode role play dapat

membantu siswa memahami potensi akademiknya

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

dalam menerapkan metode role play dalam pembentukan

akhlak di Madrasah Diniyah Nurul Yaqin

F. Kegunaan Penelitian

bagi beberapa pihak diantaranya Sebuah penelitian dikatakan

berhasil ketika penelitian tersebut dapat memberikan maslahah dan

manfaat. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi:

8
A. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam hal sumber bacaan dan pengetahuan untuk

kemudian dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran

dalam mengembangkan Motivasi siswa di Madrasah Nurul

Yaqin

B. Kegunaan Praktis

a. Bagi peneliti

Diharapkan bisa mengembangkan pengetahuan pengetahuan

penelitiannyayang berkaitan dengan pengaruh metode role playing

terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik serta menambah

ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan tentang bagaimana

pengaruh dan penggunaan metode role playing sebagai salah satu

metode pembelajaran Akhlak

b. Bagi Universitas

Bagi Universitas Nahdlatul Ulama Cirebon , diharapkan

penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

keilmuan khususnya dalam keilmuan pendidikan dan keagamaan.

c. Bagi Madrasah Nurul Yaqin Mekarwangi

mendapatkan suasana belajar baru yang lebih menyenangkan

sesuai dengan karakteristik mereka yang masih senang bermainmain

dan melakukan hal-hal yang mereka suka. Selain bisa menyegarkan

9
suasana belajar juga akan mempercepat proses transformasi ilmu di

dalamnya. Dengan menggunakan metode baru ini diharapkan

mengurangi tingkat kejenuhan peserta didik dalam proses belajar

yang selalu sama dan dapat membuat peserta didik lebih semangat

dalam belajar.

d. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan

untuk masyarakat, sehingga masyarakat bisa mendapatkan wawasan

pengetahuan terkait role play dalam pengembangan motivasi seorang anak.

10
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tujuan Metode Role Playing


1. Pengertian Role Play

Suatu pembelajaran banyak cara (metode) yang digunakan sebagai

sarana penyajian bahan. Sedangkan dalam metode itu sendiri terdapat

variasi metode pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru.

Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan

masalah melalui peragaan serta langkah-langkah identifikasi Suatu

pembelajaran banyak cara (metode) yang digunakan sebagai sarana

penyajian bahan. Sedangkan dalam metode itu sendiri terdapat variasi

metode pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru. Bermain peran

dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah

melalui peragaan serta langkah-langkah identifikasi4

Sejalan dengan pendapat tersebut Syaiful Sagala, mendefinisikan

metode role playing adalah metode mengajar yang dalam pelaksanannya

peserta didik mendapat tugas dari pendidik untuk mendramatisasikan

suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem agar peserta didik

dapat memecahkan masalah yang muncul dari situasi social. 5

4
Mulyasa E, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,
2013), h. 113.

5
0Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: PT Alfabeta, 2011), h.

11
“Menurut Engkoswara, metode Role Playing atau sosio drama

adalah suatu drama yang diperankan oleh siswa secara singkat dalam

durasi waktu sekitar 4-5 menit kemudian pengamat langsung

mengevaluasi dan menyimpulkan isi dari drama tersebut”.Strategi

bermain peran (Role Playing) didasari oleh teori John Dewey, yakni

prinsip belajar sambil berbuat. Prinsip ini berdasarkan asumsi bahwa

siswa lebih banyak pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan

personal, dibandingkan dengan bila mereka hanya melihat materi/

konsep. 6

A story based collaborative learning using role playing game is

method that is familiar to students and can stimulate their interest. The

students play a role playing game for learning the history of mathematics,

and compose a story by themselves using multimedia authoring tools. 7

Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode role

playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan metode pembelajaran

melelui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. Atau

dengan kata lain metode role playing merupakan suatu cara yang

digunakan pendidik dalam dalam melakukan kegiatan belajar mengajar

yang mana melibatkan peran siswa dalam bermain peran dan merupakan

salah satu metode yang menarik yang mana melibatkan siswa dalam

6
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2016). hlm. 212-213
7
International Journal for Education Media and Tecnology 2011, vol 5, pp. 50-60 hlm 56.

12
bermain peran, sehingga dapat membantu siswa untuk menguasai bahan-

bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

metode role playing ini adalah penentuan topik, penentuan anggota

pemeran, pembuatan lembar kerja (kalau perlu), latihan dialog singkat

(kalau perlu) dan pelaksanaan bermain peran.

Role playing berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman

peran dalam kehidupan sehari-hari: 1) mengambil peran (role taking)

yaitu tekanan ekspektasi-ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, 2)

membuat peran (role-making) yaitu kemampuan pemegang peranuntuk

berubah secara dramatis dari satu peran ke peran yang lain dan

menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan, 3)

tawar menawar peran (role negotiation) yaitu tingkat dimana peran-

peran dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran yang lain dalam

parameter dan hambatan interaksi sosial. 8

2. Langkah-langkah Menggunakan metode Role Playing

Adapun langkah- langkah pendidik dalam menggunakan metode role

playing :

a. Pendidik menyusun/menyampaikan skenario yang akan ditampilkan.

b. Menunjuk beberapa peserta didik untuk mempelajari skenario dalam

waktu beberapa hari ini sebelum KBM.

c. Pendidik membentuk beberapa kelompok.


8
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Bumi Aksara: Jakarta, 2009), h. 26.

13
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

e. Memanggil para peserta didik yang ditunjuk untuk melakonkan

sekenario yang sudah dipersiapkan.

f. Masing-masing peserta didik berada di kelompoknya sambil mengamati

skenario yang diperagakan.

g. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing peserta didik diberikan

lembar kerja untuk membahas masing-masing kelompok. Masing-

masing kelompok menyampaikan kesimpulannya.

h. Pendidik memberikan kesimpulan secara umum.

i. Evaluasi

j. Penutup. 9

9
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: CiputatPers, 2002), h. 51

14

Anda mungkin juga menyukai