Anda di halaman 1dari 42

UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS

SISWA PADA PROSES PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK


DI MTsN 10 TASIKMALAYA

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Cipasung

Disusun Oleh

Nama : Sri Yanti Suryani


NIM : 19113111
NIRM : 002.14.0626.19

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG

TASIKMALAYA

2022 M / 1444 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Manusia hidup di dunia ini membutuhkan pendidikan, karena

mereka lahir tidak mengetahui sesuatu apapun, akan tetapi dianugerahi oleh

Allah Swt. berupa panca indera, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk

menerima ilmu pengetahuan. Untuk mengembangkan potensi atau

kemampuan dasar tersebut, maka manusia harus mendapatkan pendidikan. Hal

ini berdasarkan firman Allah Swt:

ۢ
‫ص َار َوااْل َفِْٕـ َد َة‬ َّ ‫َوال ٰلّهُ اَ ْخَر َج ُك ْم ِّم ْن بُطُْو ِن اَُّم ٰهتِ ُك ْم اَل َت ْعلَ ُم ْو َن َشْيـًٔ ۙا َّو َج َع َل لَ ُك ُم‬
َ ْ‫الس ْم َع َوااْل َب‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكُر ْو َن‬
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan,
dan hati nurani, agar kamu bersyukur”. (Q.S. An-Nahl: 78)1

Pendidikan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia.

Banyak pihak meyakini bahwa pendidikan merupakan instrumen yang paling

penting sekaligus paling strategis untuk mencapai tujuan individual dan sosial.

Pendidikan menjadi tumpuan harapan bagi sebagian besar masyarakat, sebab

pendidikan diyakini akan mampu memberikan gambaran masa depan yang

lebih cerah.2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 pasal 1 ayat (1)

tahun 2003 mengemukakan tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai

1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Sygma Media Corp, 2007)
2
Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 1-2
berikut: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik serta aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri,

bahkan semua itu merupakan hak semua warga negara. Berkenaan dengan ini,

di dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 secara tegas disebutkan bahwa “Tiap-tiap

warga negara berhak mendapat pengajaran”. 4


Oleh karena itu, semua orang

berhak mendapatkan pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan

keagamaan.

Pendidikan keagamaan merupakan salah satu pendidikan yang sangat

penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan keagamaan merupakan

pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

melaksanakan peranan yang menuntut penguasaan khusus tentang ajaran

agama.5 Salah satu pendidikan keagamaan yang diajarkan di sekolah adalah

pendidikan aqidah ahlaq.

Pendidikan akidah ahlaq merupakan salah satu pelajaran yang diberikan

mulai tingkat MI, MTS, MA sampai pada tingkat perguruan tinggi. Mata

pelajaran aqidah ahlaq merupakan upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, menghayati, dan mengimani Allah

3
Undang-undang SISDIKNAS ( UU RI No. 20 Tahun 2003), (Yogyakarta: Delphi, 2003), h. 5
4
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 151
5
Ibid., h. 149
SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan

sehari-hari melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, pengalaman,

keteladanan dan pembiasaan. Hal ini menyatakan bahwa mata pelajaran

aqidah ahlaq yang menempati kedudukan yang sangat sentral dalam

pembentukan kepribadian siswa yang lebih baik. Baik di lingkungan sekolah

maupun di lingkungan masyarakat.

Tujuan sasaran yang hendak dicapai dari pendidikan aqidah ahlaq adalah

menanamkan dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang

kurang baik menjadi lebih baik dan dapat mengamalkan akhlak yang baik.

Tetapi pada kenyataannya tujuan pendidikan aqidah ahlaq belum tercapai. Hal

ini terlihat masih adanya kemerosotan akhlak pada siswa.

Pada proses pembelajaran aqidah ahlaq perhatian guru terhadap aspek

afektif (sikap) siswa harus lebih dominan karena aspek afektif (sikap)

berkaitan dengan tingkah laku dan sikap siswa selama proses pembelajaran.

Akan tetapi pada saat ini guru dalam mengajarkan aqidah ahlaq hanya

menekankan pada aspek kognitif saja kurang memperhatikan aspek afektif

(sikap) siswa. Aspek afektif (sikap) siswa yang kurang diperhatikan oleh guru

ketika dalam pembelajaran seperti sikap siswa yang tidak peduli kepada guru,

kurang berminat terhadap pelajaran aqidah ahlaq, kurang memiliki rasa

hormat dan santun kepada guru, dan siswa tidak dapat mengendalikan emosi.

Proses pembelajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif maka,

akan berakibat pada penilaian yang dilakukan guru yaitu hanya menggunakan

penilaian hasil kognitif siswa saja, tidak menerapkan 4 penilaian dari aspek
afektif (sikap) siswa. Padahal ukuran keberhasilan siswa dalam proses

pembelajaran aqidah ahlaq terlihat dari akhlak dan tingkah laku siswa dalam

kehidupan sehari-hari. Dampak dari guru yang lebih memperhatikan atau

mengutamakan penilaian dari segi kognitif saja yaitu tidak adanya kesesuaian

antara nilai kognitif dengan perilaku siswa. Siswa yang mendapatkan nilai

bagus pada pembelajaran aqidah ahlaq belum tentu memiliki perilaku yang

baik. Hal ini menunjukkan siswa belum menghayati nilai-nilai dalam pelajaran

aqidah ahlaq dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu faktor eksternal yang dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran adalah peranan seorang guru. Peranan guru dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran sangat penting. Guru yang memiliki kemampuan kreatif

dalam mengajar sangat dibutuhkan bagi siswa, karena dengan guru yang

memiliki kemampuan kreatif maka akan dapat juga mengembangkan

kekreativitasan siswa juga dan siswa lebih mudah mencapai hasil belajar.

Hasil belajar pada mata pelajaran aqidah ahlaq adalah siswa dapat menerapkan

akhlak baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru memiliki tanggung jawab

yang besar. Selain harus bertanggung jawab terhadap pelaksanaan proses

belajar mengajar, guru juga dituntut untuk terus berkreativitas agar siswa tidak

merasa jenuh dalam kegiatan belajar mengajar.

Tugas guru bukan hanya seorang guru tetapi juga seorang pendidik,

seorang pembimbing yang membimbing dan membimbing peserta didik dalam

proses belajar mengajar. Sebelum seorang guru dapat melaksanakan tugas


mengajarnya, ia harus terlebih dahulu mempersiapkan dirinya secara

menyeluruh, baik secara pribadi, dengan pengetahuan maupun keahlian dan

keterampilan yang dimilikinya, baru setelah bahan ajar tersebut disampaikan

kepada siswa. dan pembelajaran interaktif.

Kreativitas sangat penting dalam pembelajaran, dan guru harus

mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatif, kreatif yang ditandai

dengan aktivitas menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak

dilakukan oleh orang lain, keluar atau cenderung menciptakan sesuatu.6

Kreativitas guru mempunyai peran aktif dalam mengembangkan

kreativitas siswa, terutama karakteristik pribadi guru yang meliputi motivasi,

percaya diri, rasa humor, ketekunan, sabar, menyenangkan dan fleksibel. Guru

yang kreatif antusias dan sangat termotivasi untuk memotivasi siswanya untuk

meningkatkan dan mengembangkan kreativitasnya, terutama kreatifitas yang

diwujudkan dalam pembelajaran inovatif, mampu menciptakan kondisi belajar

yang nyaman dan menyenangkan yang bermanfaat bagi siswa.

Mengenai kreativitas guru dalam mengajar, Munandar mengatakan bahwa

kreativitas memiliki karakteristik utama, yaitu: Pemikiran Luwes, kapasitas

penanganan, keterampilan dan keterampilan (organisasi), dengan hati-hati

penilaian (evaluasi), rasa ingin tahu, terasa berisiko beragam, dengan berani

menerima risiko dan menghormati. 7

6
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 51
7
S.C.U Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1985), h. 89-93
Pembelajaran aqidah ahlaq memiliki peran yang sangat penting terutama

bagi siswa yang benar-benar remaja atau dengan kata lain Kids Age Now

karena pembelajaran ini dapat mengendalikan diri dari hal-hal negatif seperti

saling pukul, mabuk-mabukan, narkoba, pelecehan sosial bahkan

pembunuhan. Dengan belajar aqidah ahlaq, maka peserta didik akan diberikan

pemahaman tentang betapa mulianya seseorang yang berakhlak, serta akan

diberikan pemahaman bahwa setinggi dan sepandai apapun seseorang tanpa

didasari dengan akhlak yang mulia, maka semuanya akan sia-sia.

Sebagai seorang Muslim, kita memiliki kewajiban untuk menyempurnakan

diri sebelum bertindak, dia harus berperilaku beradab, berbudi luhur terhadap

dirinya sendiri karena dia bertanggung jawab atas keselamatannya sendiri,

karena kepentingannya sendiri dan masyarakat. Dengan mempelajari aqidah

ahlaq diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan rasa percaya diri

anak didiknya, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang baik. karena

perilaku seseorang ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang dimiliki

kepribadiannya.

Kesadaran adalah penyebab perilaku. Artinya apa yang dipikirkan dan

dirasakan individu menentukan apa yang akan dilakukan. Seseorang yang

mendapatkan pendidikan akhlak yang baik juga akan berdampak baik. Adanya

nilai dominan yang menghiasi seluruh kepribadian seseorang dan ikut

menentukan moralitas dan perilakunya. 8

8
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300
Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan,

menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa merupakan tugas guru yang sangat

penting. Pembelajaran akan efektif jika siswa termotivasi untuk belajar. Guru

harus mencoba yang terbaik untuk memotivasi siswa untuk belajar. Oleh

karena itu, motivasi belajar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam

mencapai tujuan belajar. Untuk itu perlu penguatan motivasi belajar siswa

agar siswa termotivasi dalam belajar.

Dalam banyak hal, guru memainkan peran penting dalam pembelajaran

yang dapat ditransfer. Guru kemudian juga berusaha menyampaikan materi

dan memotivasi siswa untuk mengembangkan minat belajar meskipun dalam

kondisi tidak seperti biasanya. Atas dasar permasalahan yang ada, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “UPAYA GURU DALAM

PENGEMBANGAN KREATIVITAS SISWA PADA PROSES

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTsN 10

TASIKMALAYA”.
B. Permasalahan

1. Identifakasi Masalah

a. Belum tercapainya tujuan pendidikan akidah akhlaq sehingga masih ada

peserta didik yang jauh dari nilai-nilai akhlaq

b. Guru dalam mengajarkan aqidah akhlaq hanya menekankan pada aspek

kognitif saja kurang memperhatikan aspek afektif (sikap) siswa.

c. Kurangnya kreativitas dari seorang pendidik akidah ahlak dalam

menumbuhkan motivasi siswa

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi diatas maka penulis membatasi masalah

ini pada pembahasan mengenai Upaya Guru Akidah Ahlak dalam

Pengembangan Kreativitas Siswa Pada Proses Pembelajaran di MTsN 10

Tasikmalaya.

3. Rumusan Masalah

1) Bagaimana upaya guru dalam mencapai tujuan Pendidikan aqidah

ahlaq?

2) Bagaimana pengembangan kreatifitas siswa pada pembelajaran Akidah

ahlak di MTsN 10 Tasikmalaya?

3) Apa faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru dalam

menumbuhkan motivasi siswa pada proses pembelajaran Akidah

Akhlaq di MtsN 10 Tasikmalaya?


C. Tujuan Penilitian

Merujuk kepada pokok permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini

bertujuan secara komprehenshif ingin menerangkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui upaya guru dalam mencapai tujuan Pendidikan aqidah

ahlaq

2. Untuk mengetahui pengembangan kreatifitas siswa pada pembelajaran

Akidah ahlak di MTsN 10 Tasikmalaya

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kreativitas guru

dalam menumbuhkan motivasi siswa pada proses pembelajaran Akidah

Akhlaq di MtsN 10 Tasikmalaya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan

dan wawasan serta bahan dalam menerapkan Upaya guru akidah ahlak dalam

pengembanmgan kreativitas siswa pada proses pembelajaran di Mtsn 10

Tasikmalaya, serta dapat digunakan sebagai titik tolak bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini secara

mendalam di bidang ilmu pengetahuan tentang Upaya guru akidah ahlak

dalam pengembanmgan kreativitas siswa pada proses pembelajaran di Mtsn

10 Tasikmalaya.
2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah MTS N 10 Tasikmalaya.

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk

mengembangakan tingkat kreatifitas siswa MTsN 10 Tasikmalaya.

b. Bagi Guru MtsN 10 Tasikmalaya.

1) Dengan dilaksanakannya penelitian ini, guru dapat memberikan

kontribusi terhadap siswa untuk lebih meningkatkan kreatifitas

siswa di MtsN 10 Tasikmalaya.

2) Memberi sumbangan pemikiran bagi para guru dan lembaga

pendidikan pada umumnya tentang peningkatan kreatifitas guru

saat proses belajar mengajar.

c. Bagi peneliti selanjutnya atau pembaca

1) Menambah pengetahuan yang dimiliki peneliti selanjutnya

pembaca dalam bidang ilmu pendidikan, khususnya menyangkut

penelitian ini.

2) Menyumbang pemikiran dalam upaya meningkatkan kreatifitas

siswa.

3) Dapat dijadikan inspirasi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik

untuk melakukan penelitian di bidang implementasi pengembangan

di bidang kreatifitas siswa.


BAB II
KAJIAN TEORITIK,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HASIL
PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teoretik

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Pada dasarnya kreativitas sangat melekat pada manusia,

hanya saja setiap individu ada yang sangat menghargai pada ide-

ide yang dihasilkan dan ada pula yang sama sekali tidak

memperhatikan pada ide-ide yang dihasilkan. Kreativitas adalah

Kemampuan untuk menemukan atau mendapatkan ide dan

pemecahan baru.9

Ada beberapa definisi tentang kreativitas menurut beberapa

ahli antara lain yaitu:

1) Menurut David Campbell, bahwasanya kreativitas adalah

kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya.10

2) Menurut Drevdahl, bahwa kreativitas merupakan kemampuan

untuk menciptakan karangan, hasil atau ide-ide baru yang

sebelumnya tidak dikenal oleh pencipta. Kemampuan ini

merupakan imajinatif atau berfikir sintesis, yang hasilnya

merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang

9
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan pendekatan pailkem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2012), h. 154
10
David Campell, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta: Kansius, 2000), h. 11
diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi

hal yang baru, berarti dan manfaat.

3) Menurut Sudarsono, bahwa kreativitas adalah kemampuan

untuk menciptakan kemampuan mencapai pemecahan atau

jalan keluar yang sama sekali baru, asli, dan imajinatif terhadap

masalah yang bersifat pemahamam, filosofis atau etatis ataupun

yang lainnya11

Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa akhir dari kreativitas

berupa gagasan baru, pendekatan baru, atau karya baru yang

diperoleh dari hasil belajar bagi individu dan masyarakat.

b. Macam-Macam Kreativitas

Terkait dengan mitos tentang pribadi kreatif adalah

keyakinan yang mendarah daging bahwa kreativitas hanya ada

pada orang yang memiliki bakat untuk itu. Hal ini tentu saja

menghambat seseorang untuk mengembangkan potensi kratif

mereka padahal menurut riset yang dilakukan bahwa kita semua

memiliki daya untuk kreatif dalam banyak bidang.

Macam-macam kreativitas yang dimiliki oleh individu

berbeda-beda, karena dalam kehidupan ini kita diberkahi tidak

hanya satu kecerdasan umum, namun kita memiliki tujuh

kecerdasan sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Howard

Gardner, adapun macam-macam kreativitas yang dimaksud adalah:

11
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 133
a) Verbal/linguistik yaitu kemampuan memanipulasi kata secara

lisan atau tertulis.

b) Matematis/logis adalah kemampuan memanipulasi sistem

nomor dan konsep logis.

c) Spasial yaitu kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan

desain.

d) Musikal adalah kemampuan mengerti dan memanipulasi

konsep musik, seperti nada, irama, dan keselarasan.

e) Kinestesis-tubuh adalah kemampuan memanfaatkan tubuh dan

gerakan, seperti dalam olah raga atau tari.

f) Interpersonal adalah kemampuan memahami perasaan diri

sendiri, gemar merenung dan berfilfsafat.

g) Interpersonal adalah kemampuan memahami orang lain,

pikiran serta perasaan mereka.

Dari beberapa hal diatas tentunya tidak semua orang memiliki

semua bentuk kreativitas, melainkan hanya beberapa saja.

Kreativitas pada akhirnya harus tumbuh dari perpaduan unik antara

ciri kepribadian dan kecerdasan pribadi yang menjadikan kita

berbeda dengan orang lain.12

12
Utami munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakartac Rineka Cipta, 2004), h.
73
c. Ciri-Ciri Orang Kreatif

Dalam buku Dedi Supriadi, ciri-ciri orang kreatif menurut

beberapa ahli sebagai berikut.

Menurut Moore berpendapat bahwa kreativitas dikatakan

tinggi apabila:

a) Memiliki kemampuan untuk melihat masalah secara tajam atau

disebut dengan problem sensitivity.

b) Memiliki kemampuan dalam menciptakan ide-ide sebagai

alternatif pemecahan masalah atau disebut idea influency.

c) Tidak terikat pada pemecahan masalah yang biasa digunakan

atau disebut dengan idea fleksibility, sehingga mampu

memindahkan ide, meninggalkan satu kerangka pikir untuk

kerangkan pikir yang lain, untuk menggantikan pendekatan

dengan pendekatan yang lain.

d) Memiliki kemampuan untuk menciptakan pemikiran atau ide

yang asli dari dirinya, yang disebut idea originality. 13

Menurut Mac Kinon karakteristik orang yang memiliki daya

kreativitas adalah:

 Relatif kurang tertarik pada sesuatu yang sepele.

 Lebih condong pada pemahaman dan implikasi.

 Lebih fleksibel dalam berpikir.

 Punya kemampuan verbal yang baik.

13
Dedi supriadi, Kreativitas Anak, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, (Bandung: Alfabeta,
2000), h. 57
 Komunikatif terhadap orang lain.

 Relatif tidak terpaku pada kebijakan yang sering dilakukan oleh

orang lain.

Menurut Hurlock ciri-ciri orang yang kreatif adalah;

keluwesan, ketidakpatuhan, kebutuhan atau ekonomi, kebutuhan

bermain, kesenangan mengolah gagasan, ketenangan, keyakinan

diri, rasa humor, keterbukaan, kepercayaan diri, keingintahuan,

kesenangan mengambil resiko yang diperhitungkan bila

keberhasilan tergantung pada kemampuan sendiri. Intinya orang

yang mempunyai kreativitas selalu memiliki kepercayaan diri dan

dalam berbuat punya perhitungan yang matang.

Sedangkan menurut Guilford ciri-ciri aptitude dari kreativitas

(berpikir kreatif) adalah meliputi kelancaran, kelenturan

(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir. Anak-anak sekolah

sebetulnya memiliki banyak ciri-ciri kreatif seperti: keterbukaan

terhadap pengalaman baru, spontanitas dan kebebasan dalam

ungkapannya, kepekaan dalam pengamatan, daya imajinasi yang

kuat dan senang mengajukan pertanyaan.

Masih menurut Munandar disebutkan bahwa siswa yang kreatif

memiliki kemandirian, percaya diri, ingin tahu, penuh semangat,

cerdik, tetapi tidak penurut. Hal ini tentu saja mengakibatkan

seorang guru merasa kurang diperhatikan oleh siswa yang tidak

menurut apa yang telah diperhatikan.


Demikian juga dengan Dallas dan Geier mereka beranggapan

bahwa seseorang yang memiliki daya kreatif yang tinggi akan

cenderung memiliki ciri-ciri: tidak terikat dalam sikap dan perilaku

sosial, dominan, introversi, terbuka terhadap stimulus, punya

ketertarikan yang tinggi, percaya diri, intuitif, fleksibel, tidak anti

sosial, tidak selalu mengikuti norma sosial. 14

d. Pengembangan Kreativitas

Untuk mengembangkan kreativitas, pikiran tidak hanya

perlu mendapatkan latihan saja, tetapi juga diisi dengan bahan-

bahan yang dapat dijadikan untuk mencetuskan ide. Bahan terbaik

untuk mencetuskan ide adalah pengalaman. Beberapa orang yang

lain berpendapat bahwa permainan memberikan latihan kreativitas

yang lebih besar. Kreativitas dapat dimunculkan sejak anak masih

dalam usia dini, hal ini nampak jelas ketika anak sedang bermain.

Dan secara berangsur-angsur akan tercermin dalam kehidupan

sehari-hari sejalan dengan usianya. Bahkan suatu penelitian

membuktikan bahwa puncak kreativitas dapat diraih pada usia 30

tahunan.

Menurut Munandar ada beberapa alasan kenapa kreativitas

perlu dikembangkan, yaitu:

a) Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan

perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam

hidup.
14
Ibid., h. 58
b) Kreativitas atau berpikir kreatif adalah sebagai kemampuan

untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah, merupakan suatu bentuk pemikiran

yang sampai saat ini masih kurang mendapatkan perhatian

dalam pendidikan formal.

c) Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga

memberikan kepuasan terhadap diri individu. Hal ini nampak

pada anak yang sedang bermain balok, mereka tidak mau

diganggu dan tidak merasa bosan meskipun seharian bermain.

d) Kreativitas memungkinkan seseorang meningkatkan kualitas

hidupnya.

Dalam era yang seperti sekarang ini diperlukan sikap dan

perilaku yang kreatif agar anak didik kelak tidak hanya menjadi

penonton dan konsumen saja tetapi memproduksi sendiri.15

Jadi jelaslah bahwa kreativitas sebenarnya dapat ditumbuhkan

sejak dini, semua orang mempunyai bakat masing-masing dalam

bidang yang berbeda-beda. Walaupun seseorang mempunyai bakar

kreatif, namun jika tidak dipupuk dan dikembangkan bahkan

menjadi bakat yang terpendam dan tidak akan muncul.

Menurut Arasteh yang dikutip oleh Hawadi ada beberapa

periode kritis untuk mengembangkan kreativitas selama masa

kanakkanak dan dewasa, sebagai berikut:

15
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk Bagi Guru
dan Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985) h. 45
 Usia 5-6 tahun

Sebelum seorang anak masuk sekolah, ia belajar untuk

dapat menerima peraturan dan tata tertib yang lebih dewasa

baik yang ada dirumah maupun disekolah. Semakin kuat

dorongan yang diberikan oleh orang yang lebih dewasa, maka

semakin beku kreativitas anak tersebut.

 Usia 8-10 tahun

Ciri periode ini adalah keinginan untuk diterima dalam

teman sebaya. Kebanyakan anak merasa bahwa untuk diterima

menjadi anggota kelompok mereka harus menyesuaikan diri

dengan peraturan yang telah ditentukan dan setiap

penyimpangan dari kelompok akan membahayakan penerimaan

kemampuan.

 Usia 13-15 tahun

Dalam upaya penerimaan kelompok khususnya dari

anggota yang berlawanan jenis kelamin membuat anak remaja

mengendalikan pola perilaku mereka. Usia ini disebut juga

gang age dimana remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar

mereka diterima oleh kelompoknya.

 Usia 17-19 tahun

Upaya ini untuk memperoleh persetujuan dan penerimaan

dan juga latihan untuk bidang yang dipilih, mungkin akan

mengekang kreativitasnya. Apabila pekerjaan menuntut


konformitas dengan pola standar serta keharusan mengikuti

perintah dan peraturan tertentu sebagaimana dengan

kebanyakan dengan pekerjaan rutin hal ini tentu saja tanpa

disadari akan memperhambat pengembangan dalam

pemunculan kreativitas yang mereka miliki.16

e. Indikator kreativitas

Silver (1997;76) menjelaskan cara menilai kreativitas

dengan menunjukkan hubungan kreativitas dengan pengajuan

masalah dan pemecahan masalah. Dikatakan bahwa hubungan

kreativitas tidak pada pengajuan masalah sendiri tetapi lebih besar

pada saling pengaruh antara pemecahan masalah dan pengajuan

masalah. Silver menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan

berpikir kreatif sering digunakan “The Torrance Tests of Creative

Thinking. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam berpikir kreatif

menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas

(flexibility) dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada

banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah

Keterkaitan yang erat antar semua indikator mengakibatkan

seorang siswa dikatakan kreatif jika siswa tersebut mampu

menampilkan ketiga indikator tersebut.

1. Kefasihan (Fluency) Kefasihan berhubungan dengan kemampuan

untuk menghasilkan ide sehingga kefasihan merupakan salah satu

16
Prima Dewi, Kreativitas Anak, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2006), h. 42
faktor yang penting dalam kreativitas. Kefasihan (Fluency)

mengacu pada bermacam-macam jawaban yang dapat dibuat siswa

atas masalah matematika yang diberikan dengan benar.

2. Fleksibilitas (Flexibility) Fleksibilitas berhubungan dengan berpikir

divergen, karena dalam berpikir divergen itu menuntut berpikir dari

segala arah. Fleksibilitas (Flexibility) mengacu pada kemampuan

siswa dalam memberikan jawaban dengan mengubah cara

penyelesaian dari satu cara ke cara yang lain dalam merespon

perintah, dengan menyajikan suatu konsep penyelesaian dengan

cara yang berbeda-beda.

3. Kebaruan (Novelty) Kebaruan merupakan salah satu indikator yang

penting dalam kreativitas, sebab banyak sekali teori yang

memandang bahwa kreativitas itu dengan sesuatu yang baru.

Kebaruan (Novelty) mengacu pada kemampuan siswa menjawab

masalah dengan merancang teknik/cara baru dan berlainan atau “

tidak biasa” digunakan siswa pada tingkat pengetahuannya.17

2. Proses Pembelajaran

a. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Sebelum membahas tentang arti proses belajar mengajar,

terlebih dahulu perlu dimengerti tentang arti belajar yang kemudian

disusul pengertian mengajar. Belajar mempunyai arti sangat

17
Yohanes Ovaritus Jagom, Kreativitas Siswa Smp Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri
Berdasarkan Gaya Belajar Visual-Spatial Dan Auditory Sequential, Jurnal Pendidikan
Matematika.Vol. 1, 2015
komplek sehingga banyaklah pengertian yang dapat kita ambil.

Namun ada sebuah pengertian yang dapat dipandang bisa

mewakili. Perbedaan para ahli tentang pengertian belajar

disebabkan mereka memandang dari sudut yang berbeda.

Jauh dari itu untuk lebih sempurnanya pemahaman tentang

belajar, selanjutnya dapat dikemukakan beberapa definisi tentang

belajar antara lain:

a) Menurut Nasution Belajar adalah proses yang melahirkan atau

mengubah suatu kegiatan melalui jalan latihan (apakah dalam

laboratorium atau dalam lingkungan ilmiah) yang dibedakan

dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang tidak

termasuk latihan.

b) Menurut Dr. Nana Sudjana belajar adalah proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri manusia (seseorang).

Perubahan sebagai hasil dari pross belajar dapat ditunjukkan

berbagai bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan-

perubahan aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

c) Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


Dari ketiga definisi di atas dapatlah disimpulkan pengertian

bahwa belajar adalah suatu usaha mengubah tingkah laku sehingga

diperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan dan akan lebih

baik hasilnya bila disertai dengan latihan-latihan. Akan tetapi pada

prinsipnya semua definisi tersebut mempunyai ciri-ciri berikut : a)

Adanya suatu usaha dilakukan seseorang, b) Adanya tujuan yang

diinginkan, c) Adanya hasil yang dicapai.

Dengan demikian, belajar adalah suatu kegiatan yang

menghasilkan perubahan dan tingkah laku karena menyangkut

berbagai unsur unsur kepribadian baik psikis maupun fisik seperti

perubahan dalam pemecahan masalh, ketrampilan, kecakapan,

kebiasaan atau sikap. Perubahanperubahan tersebut dalam bentuk

kemampuan-kemampuan baru yang belum dimiliki sebelumnya.

Perubahan itu terjadi karena beberapa usaha yang dilakukan oleh

individu yang bersangkutan.

Selanjutnya kita beralih pada pengertian mengajar.

Sebagaimana arti belajar mempunyai pengertian komplek, maka

pengertian mengajarpun memiliki arti yang luas diantaranya:

a) Menurut Nasution mengajar adalah suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan

menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar,

Maksudnya adalah dengan mengajar itu usaha dari pihak guru,


yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuknya suasana,

yang sebaik-baiknya bagi anak untuk belajar.

b) Menurut Dr Nana Sadjana mengajar pada hakekatnya adalah

suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan

yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan

mendorong siswa melakukan proses belajar.

c) Menurut Slameto mengajar adalah suatu aktifitas untuk

mencoba menolong, membimbing seseorang untuk

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude,

ideals, penghargaan dan knowledge.

Dari adanya definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa arti dari

proses belajar mengajar adalah merupakan suatu proses yang

mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu.

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian

yang lebih luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses

belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak

terpisahkan antara siswa yang mengajar dan guru yang mengajar.

Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan

formal dan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam proses

belajar mengajar sebagian besar hasil belajar peserta didik


ditentukan oleh peranan guru. Guru yang kompeten akan lebih

mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien

dan akan lebih mampu mengolah proses belajar mengajar,

sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.

b. Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas

untuk mendorong, dan memberi fasilitas belajar siswa untuk

mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat

segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan siswa. Proses belajar mengajar yang merupakan inti

dari proses pendidikan formal disekolah di dalamnya terjadi

interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen itu

dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori utama, yaitu :

 Guru

 Isi atau materi pelajaran

 Siswa.

Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah

satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang

dinamis dalam segala bentuk dan proses perkembangan siswa.

Dengan demikian, guru yang memegang peran sentral dalam

proses belajar mengajar, setidaknya menjalankan tiga macam tugas

utama yaitu, merencanakan, melaksanakan pengajaran, dan

memberikan balikan.18
18
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) h. 79
Pada dasarnya guru selalu berusaha untuk meningkatkan

potensi belajar subyek didik (siswa). Dengan cara membandingkan

berbagi situasi pembelajaran, yaitu melakukan analisis

komponenkomponen situasi pembelajaran (guru, siswa, kurikulum,

metode, sarana dan prasarana) semuanya itu merupakan suatu

variabel.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran

Proses Pembelajaran

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak

dapat dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar mengacu

pada apa yang dilakukan oleh siswa, sedangkan mengajar mengacu

pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pimpinan belajar.

Kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam kegiatan manakala terjadi

interaksi antara siswa dengan guru pada saat pengajaran

berlangsung.

Interaksi siswa dengan guru akan bisa berjalan lancar bila

dibangun atas faktor-faktor sebagai berikut:

 Tujuan

 Bahan

 Metode

 Penilaian.

Jadi kalau kita melakukan proses belajar mengajar harus

memenuhi empat faktor diatas. Tujuan itu hendak dirumuskan


secara jelas dan operasional. Mungkin tepat program-program yang

disusun mencapai tujuan itu. Sedangkan yang kedua yakni seorang

guru harus menguasai bahan pengajaran dalam melaksanakan

kegiatan belajar, disamping menguasai bahan penunjang sesuai

dengan bahan yang perlu diajarkan agar tujuan dapat tercapai.

Untuk mencapai tujuan pengajaran disamping melalui bahan

pengajaran yang harus dipelajari oleh siswa, maka guru harus

menggunakan metode atau alat yang tepat. Adapun yang dimaksut

metode mengajar yaitu alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksaan suatu strategi belajar-

mengajar.

Setelah guru merumuskan tujuan, menguasai bahan

pelajaran, menggunakan berbagai metode, maka yang terakhir guru

harus setiap pokok bahasan maupun setiap akhir semester.

Keberhasilan interaksi siswa guru juga tergantung pada

pola komunikasi guru pada saat ia berinteraksi dengan siswa yaitu:

komunikasi sebagi aksi, interaksi dan transaksi. Komunikasi

sebagai aksi atau komunikasi satu arah, menempatkan guru sebagi

pemberi aksi atau penerima aksi, guru aktif siswa pasif. Mengajar

dipandang sebagai pemberi bahan saja.

Komunikasi transaksi atau banyak arah, komunikasi tidak

hanya terjadi pada diri siswa dengan guru, akan tetapi siswa

dengan siswa. Jadi siswa dituntut lebih aktif dari guru., siswa
seperti halnya guru dapat berfungsi sebagai sumber pelajar bagi

siswa lain.

Situasi pengajaran atau proses belajar mengajar bisa terjadi

dalam tiga bentuk komunikasi diatas. Akan tetapi dalam

komunikasi ketiga itu, proses pelajaran berlangsung dalam kondisi

yang sesuai dengan hakekat belajar dan mengajar yang sebenarnya.

Dalam konteks pengajaran seperti inilah cara belajar siswa aktif

dapat diwujudkan.

Dalam hal ini guru dalam melaksanakan pengajaran

mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar. Oleh

karena itu, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi yang

dihadapi. Situasi tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor

sebagai berikut:

a) Faktor guru

Setiap guru memiliki pola mengajar sendiri-sendiri. Pola

mengajar ini tercermin dalam tingkah laku pada waktu

melaksanakan pengajaran. Gaya mengajar ini mencerminkan

bagaimana melaksanakan pengajaran guru yang bersangkutan,

yang dipengaruhi oleh pandangannya sendiri tentang mengajar,

konsep-konsep psikologis yang digunakan, serta kurikulum

yang dilaksanakan.

b) Faktor siswa
Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal kecakapan

maupun kepribadian. Keragaman dalam kecakapan dan

kepribadian ini dapat mempengaruhi terhadap situasi yang

dihadapi dalam proses proses belajar mengajar.

c) Faktor kurikulum

Arti kurikulum dalam kajian ini menggambarkan pada isi

atau pelajaran dalam pola interaksi belajar mengajar antara

guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Baik bahan

maupun pola interaksi guru-siswa pun beraneka pula. Hal ini

menimbulkan situasi yang bervariasi dalam proses belajar

mengajar.

d) Faktor lingkungan

Lingkungan dalam hal ini meliputi keadaan ruang, tata

ruang dan berbagai situasi fisik yang ada disekitar kelas atau

sekitar tempat berlangsungnya proses belajar mengajar.

Lingkungan inipun dapat menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi lancarnya proses belajar mengajar.

3. Upaya Guru dalam pengembangan kreativitas siswa

a. Langkah-langkah dalam Mengembangkan

Kreativitas siswa

1) Kreativitas memerlukan informasi pengetahuan sebagai

bahan untuk berpikir.


2) Produktifitas yang diperoleh dengan menggarap kreativitas

tidak langsung membawa atau menghasilkan produk akhir,

justru dapat menghasilkan atau mencetuskan ide dan resep

untuk bekerja.

b. Faktor Pendukung dan Penghambat

Pengembangan Kreativitas

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak

yang mendapat rangsangan (dengan melihat, menengar, dan

bergerak) akan lebih berpeluang lebih cerdas dibanding dengan

sebaliknya. Salah satu bentuk rangsangan yang sangat penting

adalah kasih saying (touch). Dengan kasih sayang anak akan

memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman

emosional dan mengolahnya dengan baik. Kreativitas sangat terkait

dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya, seorang anak harus

memiliki rasa aman dan kepercayaan diri yang tinggi, sebelum

berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan

kepercayaan dirinya adalah dengan kasih sayang.

Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan

kreativitas yaitu:

Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif

maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological

Athmospere).
Kedua, menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan

anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar,

dan dimainkan untuk pengembangan kreativitasnya. Perangsangan

mental dan lingkungan kondusif dapat berjalan beriringan seperti

halnya kerja simulant otak kiri dan kanan.

Ketiga, peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas,

artinya ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan

dibutuhkan juga guru yang kreatif pula dan mampu memberikan

stimulasi yang tepat pada anak.

Keempat, peran serta orang tua dalam mengembangkan kreativitas

anak.

Faktor pendukung dan penghambat kreativitas antara lain:

a) Rangsangan Mental

Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan

rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek kognitif anak

distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternative pada

setiap stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian anak

distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi

kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain

sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological

athmosphere) distimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih

sayang dan penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan

dan kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif,


dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat diperlukan

dalam pengembangan kreativitas.

b) Iklim dan Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh

besar dalam menumbuh kembangkan kreativitas. Lingkungan yang

sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak

bersemangat dan mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas

dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi

lingkungan yang tidak mendukung.

c) Peran Guru

Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru

memegang peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan

pendidik dalam arti yang sesungguhnya. Kepada guru siswa

melakukan proses identifikasi peluang „untuk munculnya siswa

yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru

yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan

berbagai pendekatan dalam proses kegiatan belajar dan

membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan

kreatif dalam hidupnya. Peran Orang Tua Sangatlah penting bahwa

orang tua atau pendidik menyadari ciri-ciri anak didik mana yang

perlu dipupuk untuk menumbuhkan pribadi-pribadi yang kreatif.

Biasanya pendidik atau orang tua kurang menyadari dampak dari

sikap mereka terhadap perkembangan kepribadian anak.


1. Kerangka Pemikiran

GURU AKIDAH
AHLAQ

KREATIVITAS SISWA

PROSES
PEMBELAJARAN

2. Hasil Penelitian yang Relevan

a. Skripsi dengan judul “Upaya Guru Pai Dalam Mengembangkan

Kreativitas Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas

Viii Smp Nusantara Plus Ciputat”, yang ditulis oleh faiqotul

hikmah.penulis tersebut merupakan mahasiswa fakultas ilmu tarbiyah

dan keguruan universitas islam negeri (uin) syarif hidayatullah

jakarta,2015

Dalam skripsi ini,Faiqotul Hikmah menjelaskan tentang upaya

guru pai dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran

pendidikan agama islam, yang mana penulis melakukan observasi


peniltian di sekolah Smp Nusantara Plus Ciputat dengan mata pelajaran

pai sebagai obejeknya.

b. Skripsi dengan judul “Upaya Guru Dalam Pengembangan Kreativitas

Siswa Pada Proses Pembelajaran Di Sdi Miftahul Huda Plosokandang

Tulungagung”, yang ditulis oleh Anindya Eva Nurcahyani.penulis

tersebut merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri (Iain) Tulungagung Agustus 2018.

Dalam skripsi ini, Anindya Eva Nurcahyani menjelaskan

tentang upaya guru dalam pengembangan kreativitas siswa pada proses

pembelajaran, yang mana penulis melakukan observasi peniltian di

sekolah Sdi Miftahul Huda Plosokandang Tulungagung.

Sedangkan dalam penulisan karya ilmiah ini penulis membahas

Upaya guru akidah ahlak dalam pengembangan kreativitas siswa pada

proses pembelajaran di Mtsn 10 Tasikmalaya, yang mana didalamnya

akan fokus membahas Tujuan Pendidikan akidah ahlak, Upaya guru

akidah ahlak dalam pengembangan kreativitas siswa, serta factor

pendukung dan penghambat kreativitas guru Akidah ahlak dalam

menumbuhkan motivasi siswa pada proses pembelajaran. sehingga

dengan ini akan diketahui seperti apa membahas Upaya guru akidah

ahlak dalam pengembangan kreativitas siswa pada proses pembelajaran.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan

dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan

berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

memilih lokasi penelitian di MTs Negeri 10 Tasikmalaya yang beralamat

di Komplek Pesantren Cintawana, Desa.Cikunten, Kec.Singaparna,

Kab.Tasikmalaya. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena MTs

Negeri 10 Tasikmalaya merupakan sekolah tingkat menengah yang

menanamkan kreatifitas pada siswa melalui upaya guru yang

menggunakan metode, media, dan sumber pembelajaran di MTs Negeri 10

Tasikmalaya.

2. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif dimana secara khusus berkonsentrasi pada proses, bukan hanya

pada keluaran atau hasil dari kreativitas yang dilakukan oleh guru aqidah

ahlaq tersebut. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu

pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) dan

kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Dalam

penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian. Peneliti

bertindak sebagai pengamat, pewawancara dan pengumpul data.


3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Penelitian

Jika dilihat dari lokasi penelitiannya, maka jenis penelitian ini

merupakan jenis penelitian lapangan (field research) atau Jenis

penelitian ini adalah penelitian kualitatif lapangan.

b. Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek

dari mana data tersebut dapat diperoleh. Data tersebut adalah data yang

ada kaitannya dengan Manajemen MTs Negeri 10 Tasikmalaya,

disamping itu diperlukan adanya sumber-sumber yang dapat

memberikan keterangan yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan

dan mendukung dalam penelitian ini. Sehingga penelitian dapat

berjalan dengan lancar sesuai harapan peneliti.

Data merupakan hal yang esensi untuk mengkaji suatu

permasalahan, dan data juga diperlukan untuk menjawab masalah

penelitian. Maka untuk memperoleh data yang obyektif sesuai dengan

sasaran yang menjadi obyek penelitian, data berasal dari:

a) Data Primer yaitu data yang diperoleh dari sumbernya secara

langsung, diamati dan dicatat secara langsung, seperti, wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Jadi sumber data primer yang

diperoleh langsung dari lokasi penelitian ini adalah hasil interview


dengan sebagian orang yang menjadi Kepala sekolah, Guru Aqidah

ahlaq, Serta Siswa di MTs Negeri 10 Tasikmalaya.

b) Data Sekunder yaitu data-data yang mendukung yang didapat dari

buku-buku yang bisa dijadikan referensi, seperti: buku-buku yang

relevan dan berkaitan erat dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga

teknik pengumpulan data yaitu observasi, interview dan dokumentasi.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis

menjelaskan metode itu sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang

berlangsung. Menurut Arikunto mengemukakan bahwa observasi atau

disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan segala indera.

Metode observasi ini penulis gunakan untuk mengamati peristiwa-

peristiwa yang terjadi dilapangan dengan kaitannya mengenai MTs

Negeri 10 Tasikmalaya.

b. Interview (wawancara)

Interview atau wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan

cara bertanya langsung kepada responden, wawancara adalah salah

satu bagian yang terpenting dari setiap survey. Tanpa wawancara, akan
kehilangan informasi yang hanya diperoleh dengan jalan bertanya

langsung kepada responden yang berkaitan dengan penelitian ini.

Sedangkan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.

c. Angket

Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian pertanyaan

atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi yang harus

dijawab oleh responden. Angket mempunyai kesamaan dengan

wawancara kecuali implementasinya, dimana angket dilaksanakan

secara tertulis. Keuntungan angket, antara lain: a) responden dapat

menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan

peneliti, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin,

b) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang

jumlahnya cukup banyak. Angket terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:

1).Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa

kemungkinan jawaban.

2.)Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan

jawaban secara terbuka dimana responden secara bebas menjawab

pertanyaan tersebut.19

Disini penulis menggunakan angket tak berstruktur guna membantu

dalam penelitian.

19
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, h. 226-230.
5. Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan analisis atau pengelolaan data sesuai dengan

jenis datanya. Bahwa analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan

yang sudah dituliskan dalam catatan pribadi, dokumen resmi, gambar,

foto, dan sebagainya. Proses analisis data yang dilakukan peneliti adalah

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, dimulai dari berbagai sumber yaitu dari beberapa

informan, dan pengamatan langsung yang sudah dituliskan dalam catatan

lapangan, transkip wawancara, dan dokumentasi. Setelah dibaca dan

dipelajari serta ditelaah maka langkah berikutnya mengadakan reduksi

data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-

pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

b. Proses pemilahan, yang selanjutnya menyusun dalam satu-satuan yang

kemudian diintegrasikan pada langkah berikutnya, dengan membuat

koding. Koding merupakan simbol dan singkatan yang ditetapkan pada

sekelompok kata-kata yang bisa serupa kalimat atau paragraf dari catatan

di lapangan.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif (non statistik),

pada umumya penelitian deskriptif merupakan penelitian non hipotesis.

Maka dalam hal ini peneliti menggunakan deskriptif yang bersifat


eksploratif, yaitu dengan menggambarkan keadaan atau status fenomena.

Peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan

sesuatu, dengan berusaha memecahkan persoalan-persoalan yang ada

dalam rumusan masalah dan menganalisa data-data yang diperoleh dengan

menggunakan pendekatan sosiologis.

E. Rancangan Instrumen Penelitian

Pengumpulan data sebuah penelitian yang dilakukan dengan

berbagai metode penelitian seperti observasi, wawancara, studi pustaka

dan dokumentasi, memerlukan alat bantu sebagai instrumen. Instrumen

yang digunakan oleh penulis adalah melalui observasi,wawancara,dan

angket. Sehingga dengan ke 3 instrumen tersebut di harapkan bisa

membantu penulis dalam penelitian yang sedang di laksanakan


DAFTAR PUSTAKA

Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 151


David Campell, Mengembangkan Kreativitas, (Yogyakarta: Kansius, 2000), h. 11
Dedi supriadi, Kreativitas Anak, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek, (Bandung:
Alfabeta, 2000), h. 57
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 51
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar dengan pendekatan pailkem,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 154
Hasan Langgulung, Kreativitas Pendidikan Islam, ( Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1991) h. 253
Ibid,49
Ibid., h. 58
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Sygma Media Corp,
2007)
Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 1-
2
Prima Dewi, Kreativitas Anak, (Jakarta; PT Bumi Aksara, 2006), h. 42
S.C.U Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1985), h. 89-93
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006) h. 79
Sudarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 133
Undang-undang SISDIKNAS ( UU RI No. 20 Tahun 2003), (Yogyakarta: Delphi,
2003), h. 5
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk
Bagi Guru dan Orang Tua, (Jakarta: PT. Gramedia, 1985) h. 45
Utami munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakartac Rineka
Cipta, 2004), h. 73
Yohanes Ovaritus Jagom, Kreativitas Siswa Smp Dalam Menyelesaikan
Masalah Geometri Berdasarkan Gaya Belajar Visual-Spatial Dan
Auditory-Sequential, Jurnal Pendidikan Matematika.Vol. 1, 2015

Anda mungkin juga menyukai