Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Manusia lahir tidak mengetahui apa pun,tetapi ia dianugrahkan oleh Allah

Swt. Pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai model untuk menerima ilmu

pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap tertentu melalui

proses kematangan dan belajar terlebih dahulu. Untuk mencapai hal yang

diinginkan dapat diusahakan melalui pendidikan, baik pendidikan dalam

keluarga, pendidikan di sekolah, maupun pendidikan di masyarakat.1

Menurut Redja, dalam buku Binti Muamanah, Secara luas, Pendidikan

adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala

situasi hidup yang mempengaruhi individu. Sedangkan secara sempit,

Pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang di

selenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan

adalah segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja

yang diserahkan kepadanya, agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan

kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial

mereka.2

1
Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2014),hlm.20
2
Muamanah, Binti,Ilmu pendidikan,(yogyakarta : Teras ,2009),hlm.15.
1
2

Sedangkan menurut A.D.Marimba, dalam buku Abdul Majid. Pendidikan

adalah bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya

kepribadian utama.3 Pendidikan juga merupakan proses belajar secara efektif

untuk mengembangkan potensi-potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak Serta

Keterampilan yang di perlukan. Dalam proses pendewasaan diri menuju sikap

yang dapat mempertanggungjawabkan segala pikiran maupun pola tingkah

laku sehari-hari,dan mampu mengembangkan kekuatan yang dimiliki.

Dalam beberapa ayat al-quran, terdapat isyarat dan patokan dasar tujuan

pendidikan, yaitu dalam surat (Q,S: Al-Alaq: 1-5).




Artinya.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmu adalah Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran qalam (alat tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa

yang tidak diketahuinya.(Q,S: Al-Alaq: 1-5).”4

3
Majid, Abdul, Belajar...hlm.21.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah.
(Bandung :Syamil Cipta Media,2007),hlm...450
3

Dalam Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003 Bab I ketentuan

umum pasal 1 sebagaimana dijelaskan bahwa:”Pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.”5

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah

suatuunsur pengetahuan yang melibatkan manusia pada dasarnya

mengembangkan kemampuan-kemampuan dan pengetahuan yang

mempengaruhi segala aspek kehidupan nyata oleh sebab itu pendidikan sangat

berperan dalam proses pembentukan karakter pada diri manusia itu sendiri,

dan dapat diketahui bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada para peserta

didik dan generasi penerus bangsa. Untuk mengembangkan potensi diri yang

dimilikinya dalam semua hal, dibutuhkan proses atau cara yang dinamakan

dengan belajar.

Sejatinya manfaat yang dapat di peroleh dari belajar banyak sekali di

antaranya orang akan mendapatkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap

yang baik.6Dengan demikian, hal ini mempengaruhi segala perkembangan

5
Sunhaji,Pembelajaran Tematik-Integratif Pendidikan Agama Islam dengan Sains,
(Purwokerto: STAIN Press, 2013),hlm.1.
6
Prawira,Atmaja,Purwa,psikologi pendidikan dalam persefektif baru, (Jogjakarta,
Ar-Ruzz Media:2013),hlm.222.
4

yang di miliki setiap orang diperoleh secara langsung maupuntidak langsung

akibat dari belajar tersebut.

Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat

dipandang dari dua subjek,yaitu siswa dan guru, Dari segi siswa. belajar

dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam

menghadapi bahan ajar, bahan ajar itu sangat beragam, baik bahan-bahan

yang di rancang dan disiapkan oleh guru sedangkan dari sisi guru, belajar itu

dapat diamati secara tidak langsung. Artinya proses belajar yang merupakan

proses internal siswa tidak dapat diamati tetapi dapatdipahami oleh guru.

Belajar juga dapat diartikan sebagai memahami sesuatu yang baru dan

kemudian memaknainya dengan kata lain belajar adalah perubahan tingkah

laku ( change of behaviorisme ).7Para peserta didik, baik pada aspek

pengetahuan, sikap maupun keterampilan sebagai hasil respons pembelajaran

yang dilakukan oleh guru.

Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu.Al-Quran dan As-

Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu, serta

menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.di

jelaskan dari firman Allah SWT yaitu dalam Al-Quran (Q.S An-Nahl: 78).




Artinya

7
Majid,Abdul, Belajar...hlm.106.
5

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatupun,dan dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati,agar kamu bersyukur”.8

Jadi dari makna ayat dan beberapa pengertian di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa pada mulanya manusia itu tidak memiliki pengetahuan

sedikitpun atau tidak mengetahui sesuatupun,maka dengan belajarlah

pengetahuan tersebu bisa didapatkan sehingga terjadi perubahan tingkah laku

yang mampu mengubah taraf hidup untuk menuju ke tingkat kedewasaannya,

dalam hal ini dijelaskan pula bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, tingkah

laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain

yang ada pada individu yang belajar.Selain belajar, ada pula yang dinamakan

belajar mengajar.

Proses belajar mengajar adalah dimana adanya kerjasama antara murid dan

guru dalam suatu aktivitas sehingga terjadinya kegiatan aktif yang dilakukan

peserta didik dan guru untuk mencapai tujuan yang inginkan dengan kata lain

proses belajar mengajar merupakan hubungan antara guru-murid terjadi secara

tatap muka sehingga dalam proses belajar mengajar dapat dimengerti dan di

pahaminya.Dalam belajar mengajar ada juga yang dinamakan pembelajaran.

Pembelajaran merupakan proses pengubahan tingkah laku siswa melalui

pengoptimalkan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Pembelajaran


8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya ,hlm.267.
6

merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itupendidikan dan pembelajaranharus berfungsi secara

optimal, karena pendidikan sebagai wahana utama dalam pembangunan

bangsa dan karakter. Maka untuk kepentingan tersebut, pemerintah harus

melakukan penataan kurikulum karena pada hakekatnya perubahan kurikulum

merupakan suatu keniscayaan yang dapat mewujudkan peserta didik yang

berkualitas.

Secara umum, kurikulum adalah suatu respon pendidikan terhadap

kebutuhan masyarakat dan bangsa dalam membangun generasi muda.

Kurikulum adalah rancangan pendidikan yang memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam

suatu suasana belajar yang menyenangkan sesuai dengan kemampuannya

untuk memiliki kualitas yang diinginkan oleh masyarakat dan bangsa.

Dalam implementasi Kurikulum 2013,pendidikan karakter dapat

diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang

terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma

atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, diekplisitkan,

dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.

Dalam pandangan Rusman, Guru merupakan penentu yang sangat

dominan dalam pendidikan pada umumnya.Karena guru memegang peranan

dalam proses pembelajaran kurikulum,dimana proses pembelajaran


7

merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Proses

pembelajaran kurikulum merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, di mana

dalam proses tersebut terkandung multiperan dari guru.9

Sementara pengertian kurikulum dalam pandangan Hidayat

menungkapkan bahwa kurikulum sebaiknya tidak hanya sebagai mata

pelajaran akan tetapi juga harus dibelajarkan oleh peserta didik,10sebagai

aktifitas pendidikan yang direncanakan untuk diwujudnya prilaku peserta

didik.

Berdasarkan pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

kurikulum adalah suatu rencana pelajaran yang dilakukan dalam proses belajar

mengajar agar tecapainya tujuan pendidikan dan membentuk kemampuan

untuk menguasi pengetahuan- pengetahuan secara mendalam, nyata dan

mampu, menjawab tantangan kedepan dalam proses kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi juga mengembangkan potensi peserta didik dalam

proses pendidikan, hal ini juga tergantung dari guru sebagai motivatornya.

Yang harus sejalan dengan penetapan kurikulum 2013.

Dalam rangka menyukseskan implemetasi kurikulum 2013, terutama

dalam membentuk Kompentensi Inti (KI) dan Kompentensi Dasar (KD), peran

9
Rusman ,Model-Model Pembelajaran,Mengembangkan Profesionalisme Guru
cetakan ke-3,(Jakarta:Rajawali Pers,2011),hlm.58.
10
Hidayat,Solehah,Pengembangan Kurikulum Baru,(Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013),hlm.3.
8

guru telah dilatih secara bertahap berbagai model dan pendekatan

pembelajaran. Pendekatan yang diunggulkan adalah pendekatan scientific

(saintific opproach), yang sering disebut dengan metode, karna sama dengan

metode ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan scientific ini menekankan

pada keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan yang memungkinkan

mereka untuk, mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengomunikasikan

atau membangun jejaring. Empat kemmpuan yang disebut pertama adalah

untuk mengembangkan kempuan personal, sedangkan membangun jejaring

merupakan kemampuan interpersonal, Yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan.11

Pelaksanaan kurikulum 2013 menggunakan sebuah pendekatan scientific.

Pendekatan yang akan dapat mengubah cara belajar peserta didik untuk bisa

menerapkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan nyata melalui

kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Peserta didik dapat belajar

secara berkelompok dengan tugas dan permasalahannya yang berbeda-

beda.Dengan pendekatan scientific dalam kurikulum 2013 yang ditekankan

kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan

permasalahan dalam suasana yang demokratis dimana pengetahuan tidak

diajarkan langsung kepada peserta didik, tetapi di peroleh melalui proses

pemecahan masalah.

Mata pelajaran FIQIH merupakan salah satu mata pelajaran yang perlu

untuk menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu salah satu pendekatan

E. Mulyasa, Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013,(Bandung:PT Remaja


11

Rosdakarya, 2015),hlm.99
9

yang digunakan adalah pendekatan scientific yang dalam Kurikulum 2013

sangat menonjol,yang mana salah satu tempat penelitian ini adalah MTS

Negeri Tanjungpinang yang merupakan salah satu sekolah Piloting Project

atau merupakan salah satu sekolahan yang menerapkan Kurikulum 2013

dengan ini peneliti bermaksud untuk mengetahui proses pembelajarannya

dengan menggunakan pendekatan scientific. Hal ini juga bisa dilihat dari

sarana prasarana, fasilitas dan sumber belajar. Guru mata pelajaran fiqih di

MTS Negeri Tanjungpinang yang juga melakukan usaha yang terkait dengan

implementasi pendekatan scientific, namun tentu semua usaha yang telah

dilakukan itu tidak lepas dari hambatan-hambatan. Salah satu hambatan bagi

pendidik dengan penerapan pendekatan scientific yang berimbas pada peserta

didik adalah pendidik yang belum begitu memahami tentang

sistempendekatan scientific yang ada di Kurikulum 2013.

Sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) Adalah sekolah yang

didirikan Pada tahun 1979, atas kebijakan pemerintah Republik Indonesia c.q.

Departemen Agama Republik Indonesia dengan misi ”Membentuk manusia

Indonesia seutuhnya dan mencetak kader bangsa yang bertakwa kepada Allah

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas dan trampil”, maka PGAN 6 Tahun

dipecah dan berganti nama, kelas 1 s.d. 3 dinamakan MTsN (Madrasah

Tsanawiyah Negeri) dan kelas 4 s.d. 6 dinamakan MAN (Madrasah Aliyah

Negeri).

Di Tanjungpinang, hanya ada 1 PGAN. Untuk memenuhi tuntutan dari

Pemerintah tersebut, maka bangunan madrasah harus terpisah. MAN


10

Tanjungpinang memakai gedung PGAN, sedangkan MTS Negeri

Tanjungpinang belum memiliki gedung. Karena bangunan Madrasah tidak

ada, KBM MTS Negeri Tanjungpinang sementara waktu dilaksanakan di MTS

Miftahul ’Ulum Tanjungpinang yang terletak di jl. Ir. Sutami Tanjungpinang.

Pada tahun 1983, aktivitas KBM MTS Negeri Tanjungpinang berpindah ke

bangunan baru yang sekarang ini.Bangunan MTS Negeri Tanjungpinang

mulai di bangun pada tahun 1981, dan selesai total pada tahun 1995. MTS

Negeri Tanjungpinang telah mendapat Akreditasi 2 kali, yaitu tahun 2007 dan

2011 dengan nilai B.

MTS Negeri Tanjungpinang berlokasi di Jalan Raja Ali Haji Kelurahan

Tanjung Ayun Sakti Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Provinsi

Kepulauan Riau. Merupakan letak lokasi yang strategis untuk suatu Lembaga

Pendidikan karena disamping terletak di jantung Kota dengan populasi

penduduk yang cukup padat juga dikelilingi oleh Lembaga-lembaga

Pendidikan Islam dan umum yang lengkap mulai dari tingkat RA/TK hingga

Perguruan Tinggi.

MTS Negeri Tanjungpinang merupakan salah satu wadah pendidikan

sekolah islam yang menjadi salah satu sekolah anggota Jaringan Sekolah

Islam Negeri yang meliputi seluruh wilayah indonesia, yang menerapkan

antara pendidikan umum dan agama serta diharapkan kelak eksis

keberadaannya untuk mencetak generasi Islam yang tangguh dan menguasai

ilmu pengetahuan yang luas guna menghadapi tantangan zaman yang semakin

kompleks, MTS Negeri Tanjungpinang, juga diharapkan merespon


11

perkembangan dan tantangan masa depan dan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

MTS Negeri Tanjungpinang ingin mewujudkan harapan dan respon dalam

visi berikut. “Membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan mencetak kader

bangsa yang bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas

dan trampil”, Menjadi lembaga pendidikan yang mempersiapkan generasi

khalifah yang sehat,cerdas dan berkualitas, berakhlak sesuai dengan Al Qur’an

dan Hadist”. Sedangkan misi yang dilaksanakan dalam upaya mencapai yaitu

sebagai berikut:

1. Menciptakan lingkungan madrasah yang Islami, sehat, aman dan

nyaman;

2. Mewujudkan madrasah yang berwawasan Imtaq dan Iptek;

3. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;

4. Melaksanakan pembelajaran yang berkualitas;

5. Meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang terampil.

Adapun Tujuan Madrasah :

1. Menjadi lingkungan belajar yang Islami, sehat, aman dan nyaman;

2. Menjadi sekolah unggulan dan percontohan bagi sekolah yang lain;

3. Madrasah mampu menghasilkan siswa / lulusan yang bertaqwa,

berakhlak mulia dan berprestasi.

MTS Negeri Tanjungpinang memiliki konsep pendidikan yang qur’ani

merupakan pendidikan yang manusiawi karena telah memanusiakan manusia


12

agar mampu menumbuh kembangkan nilai-nilai fitrah sehingga ke depan

anak-anak tidak terkontaminasi kedalam hal-hal yang negatif. Dengan

pendidikan yang Qur’ani diharapkan generasi-generasi kelak mampu

memberikan nilai-nilai yang berakhlaktul karimah dengan memiliki potensi

dan skil yang bercerminkan islami,

MTS Negeri Tanjungpinang adalah salah satu sekolah yang telah

menerapkan kurikulum 2013 dan sebagian masih menggunakan kurikulum

KTSP sebagai acuan pembelajaran, yang menjadi acuan sekolah MTS Negeri

Tanjungpinang menerapkan kurikulum 2013 adalah ingin mewujudkan

generasi-generasi yang berkualitas dan berpotensi dengan memberikan

kesempatan kepada peserta didik dalam upaya penyederhanaan, dan tematik-

integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di

dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk

mengantisipasi perkembangan masa depan.

Acuan tersebut bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa,

mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan

mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau

mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang

menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013

menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya,maupun pada nilai

keagamaan.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,

keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
13

inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam

menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa

depan yang lebih baik.

Salah satu yang menjadi pendekatan dalam pembelajaran kurikulum 2013

di MTS NegeriTanjungpinang ini yaitu pendekatan sceintific khususnya pada

mata pelajaran Fiqih, pelajaran tersebut menekankan kepada peserta didik

untuk mengetahui hukum-hukum islam dengan menerapkan pendekatan

scientific seperti :

a) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada

Allah Swt.

b) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta

didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Madrasah dan masyarakat

c) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di

madrasah dan masyarakat

d) Mengembangkan prilaku akhlak mulia peserta didik seoptimal

mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan

keluarga

e) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan

sosial melalui Fiqih Islam

f) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari


14

g) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam

pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Dengan pendekatan scientific yang memang salah satu dari penerapan

kurikulum 2013, mengharuskan peserta didik lebih berani memahami dan

mengetahui hukum-hukum bacaan, hukum tajwid dan yang berhubungan

dengan mata pelajaran fiqih. Peserta didik harus memiliki pemikirian untuk

melakukan tiga ranah yakni sikap (efektif), keterampilan (psikomotorik), dan

pengetahuan (kognitif). Hal ini harus dengan proses yang dilakukan oleh guru

terutama dalam pendekatan scientific, bagaimana guru memberikan motivasi

agar peserta didik mampu dalam mengamati, menanya, menalar, mencoba dan

mengomunikasikan.

Namun pada pembelajaran FIQIH di MTS Negeri Tanjungpinang, penulis

menemukan gejala-gejala permasalahan yang berhubungan dengan

pembelajaran proses scientific dalam proses belajar, diantaranya :

1. Adanya sebagian peserta didik kurang antusias dalam mengamati,

bertanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan dalam proses

belajar mengajar.

2. Ada sebagian peserta didik kurang memiliki motivasi dalam

pelaksanaan pembelajaran.

3. Ada sebagian peserta didik, malu untuk menjawab pertanyaan dari

teman maupun gurunya.

4. Ada sebagian peserta didik, yang tidak berani melakukan percobaan

selama proses belajar mengajar.


15

5. Ada sebagian peserta didik, tidak mampu untuk menyimpulkan

/menyampaikan materi yang sudah dipahaminya kepada teman-teman.

Dari latar belakang diatas maka penulis memilih judul: "Implementasi

Pendekatan Sceintific Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Fiqih di

MTS Negeri Tanjungpinang”.

2. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dari pengertian yang terkandung

dalam judul ini, maka penulis perlu memberikan ketegasan dan penjelasan

kata yang dianggap perlu sebagai dasar dalam memahami judul yang ada,

istilah-istilah tersebut adalah :

a. Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,12

b. Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati.13

c. Scientific adalah proses pembelajaran yang dipadukan dengan suatu

proses ilmiah.14

d. Kurikulum 2013 adalah Perangkat Mata Pelajaran yang di ajarkan atau

yang di berikan pada lembaga pendidikan,SD,SMP atau SMA.15

e. Fiqih adalah ilmu tentang hukum Islam.16

12
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,cet 3 ,
(Jakarta: Balai Pustaka,1998),hlm.530.
13
Ibid,hlm.721.
14
Abidin,Yunus,Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konnteks Kurikulum 2013;
Cet 1,(Bandung:Refika Aditama,2014),hlm.126.
15
Departemen Pendidikandan Kebudayaan,Kamus Besar...hlm.601.
16
Ibid,hlm.22
16

3. Permasalahan

1) Indentifikasi Masalah

a. Bagaimana Implementasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada

Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang ?

b. Bagaimana Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTS Tanjungpinang ?

c. Bagaimana Pelaksanaan Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada

Mata Pelajararan Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang ?

d. Bagaimana Hubungan Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada

Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang ?

e. Bagaimana Pengaruh Peserta Didik Dalam Pendekatan Scientific

Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri

Tanjungpinang ?

f. Bagaimna Evaluasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang?

g. Bagaimana Perencanaan Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada

Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang?

h. Faktor-Faktor Apa Saja Yang MempengaruhiDalam Implementasi

pendekatan scientific pada mata pelajaran Fiqih di MTS Tanjungpinang.

2) Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang muncul yang di jelaskan pada

indentifikasi masalah ,maka penulis membatasi masalah dengan membahas"

Implementasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran

Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang”


17

3) Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas,maka rumusan masalah

penelitian ini adalah:

a. Bagaimana Implementasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013 Pada

Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang ?

b. Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Dalam Implementasi Pendekatan

Scientific Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang ?

4. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

a. Untuk Mengetahui Implimentasi Pendekatan Scientific Kurikulum 2013

Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang.

b. Untuk Mengetahui Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Implemetasi

Pendekatan ScientificPada Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri

Tanjungpinang ?

1. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:

a. Sebagai syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di

Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul Ulum Tanjungpinang.

b. Untuk menumbuhkan wawasan dalam ilmu pengetahuan penulis dalam

kajian penelitian ini.

c. Untuk peserta didik agar lebih memahami materi yang di berikan oleh

guru.
18

d. Penulis berharap mampu memberikan pengembangan dan perubahan

kepada siswa-siswi dalam pendekatan saintific kurikulum 2013 pada

mata pelajaran Fiqih di MTS Negeri Tanjungpinang

e. Diharapkan hasil penelitian ini mampu menambah khazanah

penelitidalam ilmu pendidikan di STAI-MU Tanjungpinang.

f. Di harapkan pula dengan penelitian ini dapat memberikan masukan dan

ide bagi guru-guru dan siswa-siswi yang berkaitan dalam Implementasi

Pendekatan Saintific Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Fiqih di

MTS Negeri Tanjungpinang.


BAB II

KAJIAN TEORI

1. Konsep Teoritis Yang Relevan

a) Implementasi

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Implementasi merupakan

suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan.17Sedangkan menurut Joko

adalah inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak,

baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.18

E.Mulyasa, mengemukakan implementasi adalah kegiatan untuk

merealisasikan rencana menjadi tindakan19 dalam rangka mencapai tujuan

secara efektif dan efisien.Implementasi biasanya dilakukan setelah

perencanaan sudah dianggap sempurna.

Sementara Nurdin Usman, berpendapat implementasi adalah bermuara

pada aktivitas,aksi,tindakan atau adanya mekanisme suatu sistem,20

implementasi bukan sekedar aktivitas,tapi suatu kegiatan yang terencana dan

untuk mencapai tujuan kegiatan.

Berbeda dengan Guntur Setiawan, implementasi adalah perluasan

aktivitas

17
W.J.S .Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia ,cet 3 (Jakarta: Balai
Pustaka,1998),hlm,530.
18
Joko,Muhammad Susilo. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007),hlm.174.
19
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya
2002), hlm.18.
20
Usman, Nurdin ,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta, Grasindo,
2002), hal.7
20

yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.21

Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

implimentasi sebagai penerapan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu yang harus di lakukan di setiap aktivitas dan dengan

pelaksanaan ini akan menghasilkan sifat positif dan suatu keterampilan selain

itu kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem kegiatan yang

terencana, yang berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai

tujuan kegiatan.

1. Pengertian Pendekatan Scientific

Pendekatan adalah proses, perbuatan, atau cara mendekati. 22Dadang

Sunendar, mengatakan bahwa, pendekatan merupakan sikap atau pandangan

tentang sesuatu, yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang

saling berkaitan.23

Sementara scientific Henry van Laer, menyamakan atau mensejajarkan

sciencedalam (Inggris) dengan scientia yang berasal dari istilah latin yang

berarti mengetahui.24Dalam pengertian Yunus Abidin, mengartikan scientific

adalah “proses pembelajaran yang dipadukan dengan suatu proses

21
Setiawan,Guntur,Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan,(Jakarta,Balai
Pustaka, 2004),hlm.39.
22
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ,Kamus Besar...,hlm.721.
23
Sunendar, Dadang, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011), hlm.40.
24
Van Laer,Henry Filsafat Sain, Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara
Umum, terjemahan Yudian W. Asmin, (Yogyakarta,Pt. Kurnia Kalam Semesta;
1995),hlm.1.
21

ilmiah.”Lebih lanjut yang mengarahkan kepada pemikiran dalam suatu

pembelajaran25

Agung Rokimawan, mengungkapkan bahwa istilah sain dan scientific

yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia tersebut merupakan dua istilah

yang dapat dipakai secara bersama dengan analogi yang sama.Ia menjelaskan

bahwa sain dapat dilihat dari pengertian subjektif dan objektif. Pada aspek

subjektif sain lebih diwujudkan kepada operasi actual intelektual manusia,

sebagai sarana untuk mengetahui keadaan dan beberapa situasi tertentu.

Sedangkan pada aspek objektif untuk menunjukkan tentang objek sain dalam

pengertian subjektif.26

Pendekatan scientific yang direkomendasikan oleh pemerintah melalui

penerapan kurikulum 2013 lebih mengarah kepada pengembangan seluruh

kompetensi siswa yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan keterampilan

melalui langkah-langkah yang sistematis guna mencari kebenaran yang dapat

dibuktikan secara objektif. Keputusan ini diambil atas dasar bahwa

pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja oleh guru kepada peserta

didiknya.Peserta didik adalah subjek didik yang dengan kemampuannya bisa

mencari, mengolah dan mengkontruksi dan menggunakan pengetahuan yang

dimilikinya. Untuk itu maka pembelajaran harus selalu berkaitan dengan

25
Abidin,Yunus,Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konnteks Kurikulum 2013;
Cet 1,(Bandung:Refika Aditama,2014),hlm.126.
26
Rokhimawan,Agung Moh,Pembelajaran Sain di MI Membentuk Peserta Didik
yang Humanistik Religius, Jurnal Al-Bidayah, Jurnal Pendidikan Dasar Islam
Volume 5 No.2, Desember 2013.
22

pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk merengkontruksi

pengetahuan pada aspek kognitifnya.

Pendekatan Scientific merupakan Proses pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep,

hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk

mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah,

mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan

berbagai teknik, menganalisis data menarik, kesimpulan dan

mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.

Pendekatan scientific yang dimaksudkan untuk memberikan

pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai

materi menggunakan pendekatan ilmiah,bahwa informasi bisa berasal dari

mana saja,kapan saja,tidak tegantung informasi yang di berikan oleh guru.

Penerapan pendekatan scientific dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses seperti mengamati, mengklafikasi, mengukur.

meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam hal ini bantuan guru

sangat diperlukan.27Akan tetapi bantuan guru semakin berkurang jika semakin

bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas penerapan metode pendekatan scientific

merupakan proses yang di kembangkan dengan berdasarkan konsep

penelitian ilmiah.Hal ini berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian

aktivitas penelitian yang dilakukan peserta didik dalam upaya membangun


Daryanto,Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013,(Yogyakarta:
27

Gava Media, 2014),hlm.51.


23

pengetahuan, memahami informasi faktual dan kerangka konseptual

memungkinkan siswa untuk mengambil, mengatur, dan mempertahankan

informasi baru tersebut.

Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa pebembelajaran terjadi

apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum

dipelajari namuntugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan

atau tugas itu berada dalam zone of proximaldeveloment daerah terletak

antara tingklat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai

kempuan pemecahan masalah dengan di bawah bimbingan orang dewasa atau

teman sebaya yang lebih memahami.

Pembelajaran dengan metode scaintific memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Berpusat pada siswa

2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkontruksi konsep,

hukum atau prinsif.

3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi

siswa.

4) Dapat mengembangkan karakter siswa.28

28
Ibid,hlm...53
24

Di bawah ini bagan 1 adalah Hasil belajar peserta didik yang

melahirkan hasil produktif, kreatif, inovatif dan efektif melalui penguatan

sikap, keterampilan ,dan pengetahuan yang terintegrasi.

Bagan 2.1

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif,kreatif,inovatif dan


efektif melalui penguatan sikap, keterampilan , dan pengetahuan yang
terintegrasi29

1. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Scaintific

Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scentific adalah

sebagai berikut :

 Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kempuan berfikir

tingkat tinggi siswa.

 Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematis.

 Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar

itu merupakan sebuah kebutuhan

 Untuk melatih siswa dslam mengomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis artikel ilmiah.30


29
Ibid,hlm...
30
Ibid,hlm...54
25

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Sceintific

Beberapa prinsip pendekatan sceintific dalam kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

 Pembelajaran berpusat pada siswa

 Membentuk students of concept

 Terhidar dari verbalisme

 Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan

mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.

 Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan

berpikir siswa

 Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi

mengajar guru.

 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan

dalam komunikasi.

 Adapun proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang di

kontruksi siswa dalam struktur kognitifnya.31

3. Langkah-Langkah Umum Pemelajaran dengan Pembelajaran Sceintific

Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggnakan pendekatan ilmiah (sceintific). Langkah-

langkah meliputi menggali informasi melalui pengamtan, bertanya,

percobaan, kemudian mengolah data atau infomasi, menyajikan data atau

31
Ibid,hlm...58
26

informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian

menyimpulakan, dan mencipta. Berikut struktur pendekatan sceintific

Bagan 2.2

Networking
Observasi Questening Asosiating Experimentil (membentuk
(Mengamati) (Menanya) (Menalar) (Mencoba) jejaring)

Adapun Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan

Scientific sebagai berikut:32

a. Mengamati (observasi)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran

(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti

menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang,dan

mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka

pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan

matang, biaya dan tenaga relatif banyak,dan jika tidak terkendali akan

mengaburkan maknaserta tujuan pembelajaran. Metode mengamati ini sangat

bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses

pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.

32
Ibid.hlm.59.
27

Menurut Imas Kurinasih dan Berlin Sani, Kegiatan mengamati dalam

pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut

ini:

 Menetukan objek apa yang akan di observasi

 Membuat pedoman obsevasi sesuai dengan lingkup objek yang akan di

observasi

 Mentukan secara jelas data-data yang perlu di observasi,baik primer

maupun skunder

 Menentukan dimana tempat objek yang akan di observasi

 Menentukan secara jelas bagaimana observasi yang akan dilakukan

untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar

 Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan peserta didik

selama observasi pembelajaran disajikan sebagai berikut:

 Cermat objektif dan jujur serta terfokus pada objek yang diobservasi

untuk kepentingan pembeljaran

 Sebelum observasi dilaksanakan, guru dan peserta didik sebaiiknya

menentukan dan menyepakati cara dan prosedur pengamatan.

 Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,

direkam, serta bagaimna membuat catatan atas perolehan observasi.33

Kurinasih,Imas –Sani,Berlin, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &


33

Penerapan (Surabaya:kata pena, 2014),hlm..33-39.


28

Dalam pembelajaran, siswa mengamati objek yang akan dipelajari.

Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa

dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan,

ketelitian, mencari informasi. Dalam hal ini, guru menyanyikan perangkat

pembelajaran berupa media pembelajaran34

Jadi dari penjelasan kegiatan mengamati (obsevasi) yang telah dijelaskan

diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa kegiatan mengamati (Observasi)

adalah kegiatan yang harus di perhatikan baik objek, tempat maupun subjek

yang akan di teliti, karna hal tersebut menentukan hasil dari pengamatan

tersebut, dalam pengamatan ini yang lebih aktiv dan relevan adalah peseta

didik, sementara guru hanya membantu dan membimbing dalam kegiatan

tersebut.

b. Menanya (Questioning)

Dalam kegiatan mengamati,guru membuka kesempatan secara luas

kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dan dibaca. Guru perlu membimbing peserta didik untuk

mengajukan pertanyaan, pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang

konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,

prosedur, atau pun hal yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual

sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.35

34
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 A
Tahun 2013tentang Implementasi Kurikulum,hlm. 43
35
Daryanto,Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum,hlm...64
29

Melalui kegiatan betanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik,

semakin berlatih bertanya maka rasa ingin tahu semakin besar. Pertanyan

tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan

beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta

didik, dari sumber yang tunggal sampai yang beragam.

Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,

pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah

“pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga

dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan

verbal. Adapun fungsi bertanya sebagai berikut:

 Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta

didiktentang suatu tema atau topik pembelajaran.

 Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta

mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

 Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligusmenyampaikan

ancangan untuk mencari solusi.

 Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan

kepadapeserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan,

danpemahamnnya atas substansi pemebelajaran yang diberikan.

 Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara.

 Mengajukan pertanyaan, dan member jawaban yang logis,sistematis,

dan menggunakan bahasa yang baik dan benar


30

 Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,

beragumen,mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik

kesimpulan.

 Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan

menerimapendapat atau gagasan, memperkaya kosakata,

sertamengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok.

 Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat, serta

sigapdalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.

 Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkankemampuan

berempati satu sama lain.

 Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang dan

merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif maupun proses

interaksi.

Adapun kriteria pertanyaan yang baik sebagai berikut:

a. Singkat dan jelas

b. Menginspirasi jawaban

c. Memiliki fokus

d. Bersifat probing atau divergen

e. Bersifat validatif atau penguatan.36

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pengertian

Menanya (Questioning), adalah sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam

kegiatan obervasi yaitu timbul pertanyaan yang harus di ketahui oleh peserta

36
Ibid,hlm...67
31

didik, hal ini merangsang proses interaksi untuk mengembangkan

kemampuan berpikir, meningkatkan pemahaman untuk mencapai kempuan

kognitif yang lebih tinggi, semakin banyak peserta didik bertanya, maka

semakin luas pengetahuan yang ia peroleh.

c. Menalar (Associating)

Istilah "menalar”dalam kerangka proses pembelajaran dengan

pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan

bahwa guru dan peserta didik merupakan palaku aktif. Penalaran adalah

proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat

diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. pengetahua

yang dimaksud berupa penalaran ilmiah,

Istilah menalar di sini merupakan penalaran dari associating, bukan

merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna

menalar atau penalaran. Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks

pembelajaran pada kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak

merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.

Menurut teori asosiasi, proses pembelajaran akan berhasil secara efektif

jika terjadi interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Pola

interaksi itu dilakukan melalui stimulus dan respon (S-R). Teori ini

dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen Thorndike, yang kemudian

dikenal dengan teori asosiasi. Jadi, prinsip dasar proses pembelajaran yang

dianut oleh Thorndike adalah asosiasi, yang dikenal dengan teori Stimulus-
32

Respon (S-R). Menurut Thorndike, proses pembelajaran lebih khusus

lagiproses belajar peserta didik terjadi secara perlahan atau bertahap, bukan

secara tiba-tiba.37

Menurut Daryanto, teori teori asosiasi ini sangat efektif menjadi landasan

menanamkan sikap ilmiah dan motivasi pada peserta didik. Dengan cara ini

peserta didik akan melakukan peniruan terhadap apa yang nyata

diobservasinya dari kinerja guru dan temannya di kelas.

Pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar

peserta didik dapat dilakukan dengan cara berikut:

 Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap

sesuai dengan tuntunan kurikulum.

 Guru tidak menerapkan metode ceramah atau metode ilmiah, hanya

memberkan intruksi singkat tapi jelas dengan disertai contoh-contoh,

baik dilakukan sendiri maupun simulasi.

 Bahan pembelajaran dilakukan secara berjenjang

 Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan

di amati.

 Setiap kesalahan harus segera diperbaki dan di koreksi

 Perlu melakukan pengulangan dn latihan agar peserta didik menjadi

kebiasaan

 Perlu melakukan evaluasi dan penilaian atas prilaku yang nyata

37
C. Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT.Rineka Cipta,
2005), 21.
33

 Guru mencatat kemajuan peserta didik untuk memberikan tindakan

perbaikan.38

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa penalaran

(Asosiating), adalah proses berpikir yang logis dan sistematis. Kegiatan

tersebut juga membantu peserta didik dalam mengasosiasikan beragam

pristiwa dan mengembangkan proses kedewasaannya.

d. Mencoba (Experimentil)

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata dan otentik, peserta didik

harus melakukan percobaan, terutama untuk materi atau subtensi yang sesuai.

Aplikasi metode eksperimen untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan

belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.39Misalnya pada pelajaran

fiqih yaitu dalam mempelajari hukum tajwid, peserta didik harus mencoba

memahami dan belajar hukum tajwid tersebut dengan cermat dan teliti maka

peserta didik akan paham dan mendapatkan hasil yang baik.

Aplikasi metode mencoba (experiment) yang di maksudkan untuk

mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan dengan lancar maka

ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru dan peserta didik sebagai

berikut:

 Guru hendaknya merumuskan tujuan experimen yang akan dilaksanakan

murid,
38
Daryanto,Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum,hlm...75
39
Kurinasih, Imas – Sani, Berlin, Implementasi Kurikulum 2013,hlm..149
34

 Guru bersama murid mempersiapkan perlengkapan yang dipergunakan

 Perlu memperhitungkan tempat dan waktu

 Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan murid

 Guru membicarakan masalah yang akan dijadikan experimen

 Membagi kertas kerja kepada murid

 Murid melaksanakan exoerimen dengan bimbingan guru dan

 Guru mengumpulkan hasil kerja murid dan mengevaluasinya.40

Dari pernyataan (experimen) mencoba, tersebut adalah bahwa kegiatan

ini yang menjadi titik kesiapan peserta didik dalam melakukan percobaan

karna harus mempersiapkan alat, bahan dan juga fisik. Karna kegiatan ini di

mana peserta didik langsung terjun kelapangan untuk menentukan hasil dari

experiment

e. Mengomunikasikan(networking)/Mengelompokkan

Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas.

Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,

toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan

singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan

benar juga mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah

40
Daryanto,Pendekatan Pembelajaran Saintific Kurikulum,hlm...78
35

dipelajari seperti sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi. Guru

berfungsi sebagai fasilitator tentang kegiatan ini.41

Dalam kegiatan ini semua siswa secara proposional akan mendapatkan

kewajiban dan hak yang sama. Siswa akan terlatih untuk menjadi narasumber,

menjadi orang yang akan mempertahankan gagasannya secara ilmiah dan

orang yang bisa mendiri serta menjadi orang yang bisa dipercaya. Para siswa

melakukan kegiatan networking ini harus dengan perasaan riang dan gembira

tanpa ada rasa takut dan tekanan.42

2. Tinjauan Tentang Kurikulum 2013

Kurikulum dalam pengertian KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

adalah Perangkat Mata Pelajaran yang diajarkan atau yang di berikan pada

sebuah lembagapendidikan,SD,SMP atau SMA.43

E Mulyasa, menerangkan Kurikulum 2013 merupakan pengembangan

dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Kurikulum2013 berupaya menyeimbangkan kemampuan sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk

menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

penguatan sikap,

41
Daryanto,Pendekatan...hlm,78.
42
Sunaryo,Pendekatan pada Kurikulum 2013”, Kurikulum di Indonesia,
darihttp://bdksemarang.kemenag.go.id/?p=read&id=271#sthash.1GjpIO0T.dpbs,
diakses pada tanggal 14 September 2017
43
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,Kamus Besar...,hlm.601.
36

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dan difokuskan untuk

membentuk kompetensi dan karakter peserta didik.44

Untuk kepentingan tersebut di perlukan sebuah perubahan yang cukup

mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang di pandang oleh berbagai

pihak sudah tidak afektif, dan tidak mampu lagi memberikan bekal serta tidak

dapat mempersiapkan peserta didik untuk bersaing dengan bangsa-bangsa

lain di dunia. Perubahan mendasar tersebur berkaitan dengan kurikulum yang

dengan sendirinya menuntut dan mempersyaratkan berbagai perubahan pada

komponen-komponen pendidikan lain.

Perubahan dan pengembangan kurikulumnya yaitu KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) yang di ubah dengan kurikulum 2013 yang

menekankan pada pembelajaran dengan pendekatan sceintific yang

mengarahkan peserta didik mampu memecahkan masalah dengan curah

gagasan serta membangun pengetahuan baru sekaligus menggunakan tiga

domain pokok dalam menunjang keberhasilan yakni: sikap, keterampilan dan

pengetahuan.

Sejalan dengan hal di atas. Nasution mengemukakan bahwa dengan

bertambahnya tanggung jawab sekolah maka timbullah berbagai macam

definisi kurikulum,sehingga semakin sukar memastikan apakah sebenarnya

kurikulum itu. Akhirnya, setiap pendidikan serta guru harus menentukan

sendiri apakah kurikulum itu bagi dirinya,karena pengertian yang dianut

44
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.(Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002),hlm.65.
37

seseorang akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar dalam kelas

maupun di luar kelas.

Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof.Ir.Muhammad

Nuh,DEA dalam buku Imas Kurinasih dan Berlin sani, mengatakan bahwa

kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran

kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun ciri

kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah45

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu


46
pengetahuan sebanyak-banyaknya. karena siswa pada zaman

sekarang telah mudah mencari informasi dan bebas melalui

perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada

lingkungan,kemampuan interpersonal,antarpersonal,dan kemampauan

berpikir kritis.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa

kurikulum 2013 merupakan sebuah perubahan yang cukup mendasar dalam

sistem pendidikan nasional yang mampu mengubah generasi-generasi yang

baik dan memiliki komunikasi berfikir kritis dan dan kemampuan berfikir

kreatif artinya memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam rangka

bekerja sama dan menyampaikan ide-ide yang kreatif. Selain bertitik kepada

peserta didik kurikulum 2013 juga mengarahkan kepada guru, kepala sekolah,

S Nasution.Asas-Asas Kurikulum,(Jakarta:Bumi Askara,2001),hlm.5.


45

Kurinasih,Imas ,Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan


46

(Surabaya :Kata Pena, 2014),hlm.21-22.


38

supervisi, administrasi dan hal-hal struktural mengenai waktu,jumlah ruangan

dan memilih mata pelajaran yang di ajarkan, agar lebih disiplin, tersusun, dan

terlaksana dengan baik sehingga dapat tercapainya tujuan pendidikan yang

diinginkan.

Perubahan dari KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi

Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang penting untuk dunia penddikan

terutama kepada peserta didik dalam perubahan sikap,kemampuan dan

keterampilanagar tidak tertinggal oleh perkembangan IPTEK (Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi), namun hal ini tidak hanya harus di berikan

kepada peserta didik tetapi guru sebagai tenaga pendidik perlu memahami

danpenting untuk diketahui oleh semua guru, sekarang sudah adanya

perubahan dari Kurikulum 2013 menjadi kurikulum 2013 revisi.

Menurut Supriyanto, Kepala Bidang Perbukuan Pusat Kurikulum dan

Perbukuan Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemdikbud), mengatakan, perubahan tersebut, dilakukan berdasarkan

perbaikan dari para ahli dan masyarakat yang tuntas pada akhir Oktober 2015.

Pada prinsipnya, perubahan tidak menghilangkan kompetensi inti satu dan

dua, tetapi menempatkan kompetensi inti satu dan dua sebagai payung khusus

untuk mata pelajaran di luar agama dan PPKN.47

Adapun perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum 2013 Tahun 2017

tidak terlalu signifikan perubahan itu di fokuskan untuk meningkatkan

Supriyanto,
47
http://www.infokemendikbud.com/2017/07/ penting –inilah
-perbedaan- revisi-k13.html Revisi.Besar-besaran. Buku.Kurikulum.2013.diakses
pada tanggal 25 September 2017
39

hubungan atau keterkaitan antara kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar

(KD). Sedangkan dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) K13 revisi 2017, yang dibuat harus muncul empat macam hal yaitu;

PPK, Literasi, 4C, dan HOTS sehingga perlu kreatifitas guru dalam

meramunya.48

Setelah hasil revisi kurikulum 2013 selesai tentunya pasti ada perubahan

yang terjadi dan perubahan tersebut Mulai Juli tahun 2017 Kurikulum 2013

Diberlakukan Secara Nasional berikut beberapa poin penting Perubahan

Kurikulum 2013edisi revisi tahun 2016 ini diantaranya adalah

1. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional,

melainkan tetap memakai nama Kurikulum 2013 Edisi revisi yang

berlaku secara Nasional.

2. Penilaian sikap Kompetensi Inti (KI 1 & KI 2) sudah ditiadakan di

setiap mata pelajaran kecuali mapel agama dan PPKn; namun

demikian Kompetensi Inti tetap dicantumkan dalam penulisan RPP.

3. Jika ada 2 nilai praktek dalam 1 KD (Kompetensi Dasar), maka yang

diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai ketrampilan

dalam 1 KD dijumlahkan (praktek, produk, portofolio) dan diambil

nilai rata-rata, untuk pengetahuan, bobot penilaian harian dan penilaian

akhir semester itu sama.

4. Pendekatan scientific 5M bukan lah satu-satunya metode saat mengajar

dan apabila digunakan maka susunannya tidak harus berurutan.

48
Ibid,hlm...
40

5. Silabus kurtilas edisi revisi lebih ramping hanya 3 kolom yaitu KD,

materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran

6. Perubahan terminologi Ulangan Harian menjadi Penilaian Harian,

UAS menjadi Penilaian Akhir Semester untuk semester ganjil dan

Penilaian Akhir Tahun untuk semester genap. Sedangkan untuk

Ulangan Tengah Semester (UTS) sudah tidak ada lagi dan langsung ke

Penilaian Akhir Semester atau Penilaian Akhir Tahun.

7. Dalam RPP, tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang

digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan

rubrik penilaian (jika ada).

8. Skala penilaian menjadi 1-100. Penilaian sikap diberikan dalam bentuk

predikat dan deskripsi.

9. Remedial diberikan untuk yang memperoleh hasil / nilai kurang,

namun sebelumnya siswa harus diberikan pembelajaran ulang. Nilai

Remedial adalah nilai yang dicantumkan dalam hasil.

Selain sembilan poin penting yang sudah dijelaskan di atas ada enam

Poin Penting setalah Hasil Revisi Kurikulum 2013 - Kemendikbud secara

resmi telah meluncurkan Revisi Kurikulum 2013 (K13) sejak maret 2016

kemarin untuk diterapkan pada tahun pelajaran 2016/2017 Kurikulum 2013

yang merupakan pengganti kurikulum 2006 atau KTSP ini sebelumnya juga

sudah sempat diterapkan dan namun sejak kepemimpinan Mendikbud

Baswedan dinilai masih perlu dilakukan beberapa penyesuaian dan perubahan

sehingga penerapannya sempat dihentikan sementara. berikut ini adalah

beberapa point perubahan penting kurikulum 2013 setelah dilakukan revisi


41

a. Menggunakan metode pembelajaran aktif.

Dengan menggunakan metode pembelajaran aktif ini diharapkan guru

mampu berperan menjadi fasilitator pembelajaran yang membuat siswa

menjadi menyenangi kegiatan belajar mengajar. Jangan sampai kurikulumnya

saja yang baru tapi cara mengajarnya masih cara lama.

b. Proses berpikir siswa tidak dibatasi.

Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem pembatasan. Yaitu, anak SD

sampai memahami, SMP menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum

hasil revisi ini, anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya

dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usia anak atau disesuaikan

dengan kemampuannya.

c. Penyederhanaan aspek penilaian guru.

Pada K13 versi lama, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan

spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang kemudian banyak dikeluhkan

oleh para guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan

siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru pendidikan agama- budi

pekerti. Sementara guru mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek

akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.

d. Meningkatkan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).

Dengan peningkatan hubungan antara KI dan KD ini mengakibatkan

banyak buku pelajaran kurikulum 2013 lama yang harus diperbaharui. Secara

konten atau isi tidak ada yang salah dalam buku Kurikulum 2013. Kesalahan
42

terdapat pada urutan, terutama buku tematik yang merupakan integrasi dari

berbagai mata pelajaran.

e. Teori 5M.

Teori 5M atau Mengingat, Memahami, Menerapkan, Menganalisis, dan

Mencipta, tidak lagi sebatas menjadi teori saja. Tetapi,guru dituntut untuk

benar-benar menerapkannya dalam pembelajaran.

f. Struktur mata pelajaran dan lama belajar di sekolah tidak diubah.

Yang wajib diketahui para guru sebagai acuan dalam penerapan

kurikulum 2013 nantinya.49

3. Fiqih

Fiqih bila ditinjau secara harfiah artinya pintar, cerdas dan paham.50T.M

Hasbi Ash-Shidqy menyetir pendapat pengikut Syafi'I, Fiqih adalah ilmu

yang menerangkan segala hukum agama yang berhubungan dengan pekerjaan

para mukallaf yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang jelas. 51 Serta menyetir

pendapat Al-Imam Abd Hamid Al-Ghazali,Fiqih adalah ilmu yang

menerangkan hukum-hukum syara' bagi para mukallaf seperti wajib, haram,

mubah, sunnat, makruh, shahih, dan lain-lain.52Sedangkan Kata fiqih ( ‫) فقھ‬

secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad

(‫رّدالفھم‬ZZ‫)المج‬, yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar

49
Bawedan,Mendikbud.http://info-data-guru-ptk.blogspot.co.id/2016/05/6-Poin-
Penting-Hasil-Revisi-Kurikulum-2013.html,diakses pada tanngal 25 September
2017
50
Kurinasih,Imas,Implementasi...hlm.45.
51
Ash-Shidqy T.M Hasbi, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta:Bulan Bintang,
1996),hlm.29.
52
Ibid,hlm.26.
43

mengerti saja. Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq ,(‫ )الدقیقالفھم‬yang

artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.

Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami.53Disebutkandi

dalam ayat Al-Quran, surat (QS;Hud : 91), ketika Allah menceritakan kisah

kaum Nabi Syu'aib Alaihissalamyang tidak mengerti ucapannya.




Artinya
“Mereka berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa

yang kamu katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu

seorang yang lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu

tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang

yang berwibawa di sisi kami."(QS. Hud: 91).”54

Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-

orang munafik yang tidak memahami pembicaraan.






Artinya

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu,

kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka

53
Ibid,hlm.26.
54
Departemen Agama RI, Al-Qur’an...hlm .221.
44

memperoleh kebaikan, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi Allah",

dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan : "Ini

(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya

(datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)

hampir-hampirtidak memahami pembicaraan sedikitpun ?(QS. An

Nisa:78).”55

Sedangkan secara istilah, kata fiqih ( ‫ )فقھ‬didefinisikan oleh para ulama

dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan

ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup

semua batasan ilmu fiqih itu sendiri.

Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu:

"Mengenal jiwa

manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.”56

Mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah menjadi salah satu materi

pelajaran yang merupakan peningkatan dari fiqih yang telah dipelajari oleh

peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Peningkatan tersebut dilakukan dengan

cara mempelajari, memperdalam serta membiasakan tata cara beribadah dan

55
Abu Bakar bin Abdul Qadir,Muhammad bin Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shihah, jilid
1,hlm.213.
56
Ubaidillah bin Mas’ud Al-Mahbubi Al-Bukhari Al-Hanafi, At-Taudhih ‘ala At-
Tanqih, jilid 1,hlm.10.
45

bermuamalah dalam kajian fiqih, sehingga diharapakan menjadi muslim yang

selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna).57

1) Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Fiqih

a. Fungsi Pembelajaran Fiqih

Adapun fungsi dalam pembelajaran Fiqih antara lain:

1. Mendorong timbulnya kesadaran beribadah peserta didik kepada

Allah Swt.

2. Menanamkan kebiasaan melaksanakan hukum islam dikalangan

peserta didik kepada Allah Swt

3. Mendorong timbulnya kesadaran peserta didik untuk mensyukuri

nikmat Allah Swt.

4. Membentuk kebiasaan disiplin dab tanggungjawab sosial

dilingkungan sekolah dan masyarakat.

5. Membentuk kebiasaan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang

berlaku di madrasah dan masyarakat.

6. Fungsi keilmuan, membekalipeserta didik berpengetahuan agar

dapat digunakan dalam kehidupan.

b. Tujuan Pembelajaran Fiqih

Sebagai bagian dari pendidikan agama islam di madrasah

Tsanawiyah pembelajaran Fiqih memiliki yujuan sebagai berikut:

Departemen Agama, Silabus dan RPP Program Semester KTSP MTs, (Jakarta:
57

Direktur Pendidikan Madrasah, 2009),hlm.4.


46

1. Agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami islam secara

terperinci dan menyeluruh, baik berupa pengetahuan maupun

pengalaman.

2. Agar peserta didik dapat melaksanakan dan mengamalkan

ketentuan hukum islam dengan benar.

3. Agar peserta didik menjadi anggota masyarakat dengan berahklak

mulia dan teladan yang tinggi di nasyarakat.58

4. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini mengenai’ Implementasi Pendekatan Scentific Kurikulum

2013 Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MTS Negeri Tanjungpinang” Berdasarkan

eksplorasi peneliti, ditemukan beberapa tulisan yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Yang pertama adalah penelitian dari Arif Mutohir pada tahun 2015 yang

berjudul”Penerapan Kurikulum 2013 Dengan Pendekatan Saintific Pada Mata

Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII B Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Babat Kabupaten Lamongan” Dilaksanakan penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan manusia yang memiliki sikap dalam ranah kognitif

(Pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (Keterampilan) khususnya

pada pelajaran Aqidah Ahklak. Metode yang digunakan adalah metode

diskriptif kulitatif59

58
Dirjen Bimbingan Departemen Agama Ri, Kurikulum Dan Hasil Belajar Fiqih,
(Jakarta:Edisi Juni,2003), Hlm. 3
59
Arif Mutohir,Penerapan Kurikulum 2013 Dengan Pendekatan Saintifik Pada
Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII B Madrasah Tsanawiyah Negeri
(MTsN) Babat Kabupaten Lamongan.(Skripsi,Malang:2015)
47

Yang kedua adalah penelitian dari Usawatul Jannah pada tahun 2016 yang

berjudul“ Penerapan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Dalam

Pembelajaran Bahasa Arab ( Studi Kasus di MTs Al-Iftitahiyah Dan MTs

Mathalibu; Ulum Sumenep Jawa Timur ) yang bertujuan untuk menhgasilkan

ruang lingkup kecilkeefektifan pelaksanaan pendekatan scieintific terhadap

progresifitas siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kulitatif.60

Yang ketiga adalah penelitian dari Beani Nur Faroeda pada tahun 2016

yang berjudul” Implementasi Pendekatan Saintific Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1

Karangmoncol Kabupaten Purbalingga”. Yang bertujuan untuk mengetahui

proses implemtasi pendekatan saintific pada mata pelajaran pedidikan agama

islam.61

Adapun perbedaan yang dilaksanakan dari ketiga penelitian diatas adalah

Terletak pada tujuan penelitiannya. Pada penelitian pertama yakni bertujuan

untuk membentuk ranah yang mendasar seperti ranah kognitif, ranah

psikomotorik dan ranah efektif. Sedangkan penelitian yang kedua yakni

terletak pada metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan ketiga

adalah kepada pendekatan scientificnya sementara persamaannya adalah

60
Usawatul Jannah, Penerapan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab (Studi Kasus di MTs Al-Iftitahiyah Dan MTs
Mathalibu; Ulum Sumenep Jawa Timur),(Skripsi,Yogjakarta:2016)
61
Beani Nur Faroeda, Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1
Karangmoncol Kabupaten Purbalingga,(Skripsi,Malang:2016)
48

sama-sama mengambil pandangan pada kurikulum 2013 yang menekannkan

pada pendekatan scaintific.

Berbeda dengan skripsi diatas, dalam penelitian ini peneliti hendak

memfokuskan kepada penelitian pendekatan scientific kurikulum 2013 pada

mata pelajaran fiqih di MTS Negeri Tanjungpinang yang merupakan sistem

keterpaduan antara pendidikan umum dan agama dan mengembangkan

pembelajaran dengan tiga ranah sikap. Yakni ranah kognitif (pemikiran), ranah

afektif (pengetahuan), dan psikomotorik (keterampilan).

5. Konsep Operasional

Operasional adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

sesuai dengan permasalahan. Menurut Singarimbun, operasional adalah

“unsur peneliti yang memberitahukan bagaimana caranya mengatur variable.

Dengan kata lain, konsep operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan

bagaimana cara mengatur suatu variable”. Untuk itu, maka perlu di buat

konsep operasional agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap objek yang

akan diteliti.62

Jadi berdasarkan konsep teoritis diatas maka dapat dibangun kerangka

befikir Dalam penelitian ini yang di fokuskan pada implementasi pendekatan

scientifik di mana implementasi adalah adalah suatu penerapan yang

dilakukan untuk tujuan tertentu hal ini sangat berhubungan dengan proses

pembelajaran peserta didik di sekolah dalam yang sudah menerapkan

kurikulum 2013, sementara pendekatan scientific adalah suatu proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta diidk secara aktiv

62
Singarimbun.Metode Penelitian Survey. (Jakarta : LP3E, 1995), hlm.42.
49

mengkontruksi konsep, hukum, dan tahap-tahap seperti,mengamati, menanya,

menalar, mencoba dan mengomunikasikan/menyimpulkan

Dari pendekatan scientific tersebut diharapka siswa mampu menujukkan

kemampuan-kemampuannya dalam proses belajar ,maka dari itu terdapat

beberapa indikator-indikator yang berhubungan pada implemetasi pendekatan

scientific

Tabel 3.1
Konsep Operasional

No Variabel Sub Variabel Indikator

1 Implementasi Mata pelajaran a. Memberikan kesempatan

Pendekatan Fiqih di MTS kepada peserta didik untuk

sceintific mengamati(observasing) materi

pada pelajaran fiqih.

b. Peserta didik mampu memahami

materi fiqih setelah melakukan

pengamatan bersama teman

kelompoknya.

c. Memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk

berani mengajukan

pertanyaan(questoining) pada

materi yang belum dipahamiya

diberi dalam bentuk diagram


50

dan gambar.

d. Memberikan kesempatan

kepada peserta didik

untukberani menjawab

pertanyaan(questioning)yang

diberikan oleh guru.

e. Memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk

dapat

mengelompokkan(associating)

beragam ide kemudian

mamasukkannya menjadi

penggalan memori pada

pelajaran fiqih.

f. Diberi kesempatan kepada

peserta didik untuk dapat

mengasosiasikan pelajaran fiqih

dalam kehidupan sehari-hari

g. Diberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk dapat

menganalisis(menalar) soal

yang di berikan

h. Diberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk berani


51

mempraktikan

/mencoba(experimentil)materi

belajar pada pelajaran fiqih.

i. Peserta didik harus mampu

menyampaikan

/menjelaskan(mengomunikasika

n) hukum bacaan yang sudah

dipahaminya kepada temannya

yang lain.

j. Peserta didik mampu

menyimpulkan materi yang

sudah dipahaminya.
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Waktu Dan Tempat Penelitian

a) Waktu Penelitian

Penelitian ini di perkirakan memakan waktu 3 (tiga) bulan,yakni bulan

September sd November 2017.

b) Tempat Penelitian

Penelitian ini di lakukan di MTS Negeri Tanjungpinang, jalan Raja Ali Haji

Tanjungpinang,Kecamatan Bukit Bestari

2. Subjek dan Objek Penelitian

a) Subjek

Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik dalam

mengimplementasi pendekatan scienific pada mata pelajaran fiqih

b) Objek

Objek penelitian ini adalah implementasi pendekatan scientific kurikulum

2013 pada mata pelajaran fiqih di MTS negeri Tanjungpinang.

3. Populasi dan Sampel

a) Populasi Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari generalisasi yang terdiri dari

obyek/subyek yang mempunyai kualitas, karakteristik dan ciri-ciri tertentu

yang akan di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik

kesimpulannya63

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D , ( Bandung :


63

Alfabeta ,2006),hlm.80
53

Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah siswa MTS

Negeri Tanjungpinang. Kelas VII dan VIII Yang berjumlah345 siswa.

1) Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagaian dari populasi itu yang akan diteliti.Menurut

Suharsimi Arikunto,jika subyeknya kurang dari 100 orang sebaiknya di

ambil semuanya,jika subyeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat

diambil sampel 10-15% atau 20-25% atau lebih.64

Dikarenakan sampel terlalu besar, maka penulis mengambil jumlah

pesertadidik kelas VII dan VIII sebanyak 28% berjumlah109orang

sebagaisampel penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akurat dalam penyususnan proposal

ini,maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data.Metode

pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjukkan suatu

kata abstrak dan tidak diwujudkan dalam dalam benda tapi hanya dapat

dilihat penggunaannya melalui angket, wawancara, ujian (tes), observasi,

dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau

gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi.65

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam penelitian ini peneliti akan

menggunakan metode sebagai berikut :

Arikunto,Suharsimi,Penghantar Statistik,(Jakarta:PT.Bumi Askara,2006),hlm .81


64

Ridwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru dan Karyawan.(Bandung:


65

Alfabeta,2005), hlm.68.
54

a. Angket

Angket Merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan yang harus

mampu dijawab oleh guru dan peserta didik. Teknik ini berguna untuk

mendapatkan informasi tentang pemahaman terhadap implementasi

pendekatan scientific kurikulum 2013 pada mata pelajaran fiqih.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket, yang mana peserta

didik harus memberi tanda, antara SERING, SELALU, JARANG, dan

TIDAK PERNAH. yang sudah disedikan sehingga responden tinggal

memilih.Teknik ini penulis pandang sebagai instrumen yang paling praktis

untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan impelentasi pendekatan

scientific pada mata pelajaran fiqih di MTS Negeri Tanjungpinang.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data ini,peneliti terlibat langsung

dalam kegiatan sehari-hari,keadaan yang diamati sebagai sumber

datapenelitian, maka data yang di peroleh akanlebih lengkap dan sampai

mengetahui pada setiap prilaku yang nampak.

Teknik ini digunakan untuk mengetahui fakta-fakta dan proses pengajaran

yang dilakukan oleh guru dalam implementasi pendekatan scientific pada

mata pelajaran fiqih.

c. Wawancara

Wawancara ini di lakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung

melalui pertanyaan-pertanyaan pada guru mata pelajaran fiqih.Menurut

Soehartono, menjelaskan bahwa wawancara merupakan pengumpulan data


55

dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan oleh pewancara kepada responden

dan jawaban-jawaban responden dicatat dan direkam66

Metode wawancara ini untuk mengetahui secara langsung implementasi

pendekatan scientific yang diterapkan oleh guru bagaimana penerapan

pendekatan scientific dan bagaimana hasil belajar setelah melakukan

penerapan pendekatan scientifc pada mata pelajaran Fiqih di MTS Negeri

Tanjungpinang

d. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang berupa foto-foto yang berhubungandengan

penelitian dan di ambil di saat penelitiansedang berlangsung.Teknik ini guna

untuk memperkuat bukti-bukti penelitian yang siap di pertanggungjawabkan

kebenarannya.

i. Teknik Analisis Data

Menurut prof. Dr. Suharsimi Arikunto adalah dengan mengunakan cara

yaitu: apabila datanya telah terkumpul maka diklasifikasikan menjadi dua

kelompok yaitu data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif.

Terdapat data yang bersifat kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan

kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh

kesimpulan. Selanjutnya terdapat data yang bersifat kuantitatif yang berwujud

angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran dapat diperoses dengan cara

menjumlahkan atau membandingkan dengan jumlah yang diharapkan, maka

diperoleh kesimpulan.67

Soehartono,Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Remaja Rosdakarya ), hlm 67


66

Suharsimi,Arikunto.Metodelogi Penelitian.(Yogyakarta: Bina Aksara,2006), hlm


67

151
56

Untuk menganalisis masalah implementasi pendekatan scientific

kurikulum 2013 pada mata pelajaran fiqih, peneliti akan menganalisa dari data

angket yang sudah terkumpul, maka penulis menggunakan rumus persentase

sebagai berikut:

F
P =N x
Keterangan :

P = Persentase yang di cari

F = Frekunsi jumlah skor

N= Jumlah keseluruhan responden

Setelah di persentasekan, kemudian di tafsirkan dalam bentuk kalimat

Dengan menggunakan kategori sebagai berikut:

* Sangat Baik = 81%-100%

* Baik = 71%-80%

* Cukup = 61%-70%68

68
Arikunto,Suharsimi,Penghantar,hlm...183
BAB IV

PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MTS Negeri Tanjungpinang


Pada tahun 1979, atas kebijakan pemerintah Republik Indonesia c.q.

Departemen Agama Republik Indonesia dengan misi ”Membentuk manusia

Indonesia seutuhnya dan mencetak kader bangsa yang bertakwa kepada Allah

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas dan trampil”, maka PGAN 6 Tahun

dipecah dan berganti nama, kelas 1 s.d. 3 dinamakan MTS Negeri (Madrasah

Tsanawiyah Negeri) dan kelas 4 s.d. 6 dinamakan MAN (Madrasah Aliyah

Negeri).

Di Tanjungpinang, hanya ada 1 PGAN. Untuk memenuhi tuntutan dari

Pemerintah tersebut, maka bangunan madrasah harus terpisah. MAN

Tanjungpinang memakai gedung PGAN, sedangkan MTS Negeri

Tanjungpinang belum memiliki gedung.

Karena bangunan Madrasah tidak ada, KBM MTS Negeri Tanjungpinang

sementara waktu dilaksanakan di MTs Miftahul ’Ulum Tanjungpinang yang

terletak di jl. Ir. Sutami Tanjungpinang. Pada tahun 1983, aktivitas KBM

MTS Negeri Tanjungpinang berpindah ke bangunan baru yang sekarang ini.

Bangunan MTS Negeri Tanjungpinang mulai di bangun pada tahun 1981, dan

selesai total pada tahun 1995. MTS Negeri Tanjungpinang telah mendapat

Akreditasi 2 kali, yaitu tahun 2007 dan 2011 dengan nilai B.


58

3 Visi dan Misi MTS Negeri Tanjungpinang

a. Visi

Terbentuknya insan yang bertaqwa, berakhlaq mulia dan berprestasi.

b. Misi

 Menciptakan lingkungan madrasah yang Islami, sehat, aman dan

nyaman;

 Mewujudkan madrasah yang berwawasan Imtaq dan Iptek;

 Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;

 Melaksanakan pembelajaran yang berkualitas;

 Meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakurikuler yang terampil.

1. Tujuan Madrasah :

 Menjadi lingkungan belajar yang Islami, sehat, aman dan nyaman;

 Menjadi sekolah unggulan dan percontohan bagi sekolah yang lain;

 Madrasah mampu menghasilkan siswa / lulusan yang bertaqwa,

berakhlak mulia dan berprestasi.

2. Keadaan Siswa

Keadaan siswa MTS Negeri Tanjungpinang pada tahun 2016 s/d

2017 berjumlah 571 siswa, terbagi atas kelas VII sebanyak 179,kelas

VIII sebanyak 212 dan kelas IX Sebanyak 180 siswa.


59

Tabel 4.1

Keadaan siswa MTsN Tanjungpinang

Jenis kelamain
Laki –laki Perempuan
No Kelas Jumlah
1 VII 90 89 179
2 VIII 94 118 212
3 IX 93 87 180
Total Keseluruhan Siswa 571
Sumber data : Tata Usaha MTS Tanjungpinang

3. Sarana dan Prasarana MTsN Tanjungpinang

MTsN Tanjungpinang memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik,untuk

kelancaran proses belajar mengajar agar peserta didik dapat belajar dengan

nyaman,begitu pula guru bisa mengajar dengan tenang seperti tabel 2 sarana yang

ada di MTS Negeri Tanjungpinang.

Tabel 4.2

Sarana dan Prasarana MTS Negeri Tanjungpinang

No Jenis Ruang Jumlah Kondisi

1 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik

2 Ruang Tata Usaha 1 Baik

3 Ruang Guru 1 Baik

4 Ruang Kelas/Teori 16 Baik

5 Ruang BP/UKS 1 Baik

6 Laboraturium Bahasa 1 Baik

7 Laboraturium IPA 1 Baik

8 Laboraturium Komputer 1 Baik

9 Ruang Keterampilan 1 Baik

10 Ruang Perpustakaan 1 Baik


60

11 Ruang Ibadah/Mushalla 1 Rusak ringan

12 Ruang Serbaguna/Aula 1 Rusak ringan

13 WC TU 1 Baik

14 WC Guru 2 Baik

15 WC Siswa 5 Baik (1 rusak ringan)

16 Kantin 1 Baik

17 Rumah Petugas 2 Baik

Sumber data : Tata Usaha MTS Tanjungpinang

4. Keadaan Tenaga Pendidik (Guru) Dan Tenaga Kependidikan

(Staf/Honorer)

MTS Negeri Tanjungpinang memiliki banyak guru PNS yang mayoritas

berpendidikan S1 dan cukup berpengalaman. Juga dibantu oleh beberapa guru

honorer yang mayoritas berpendidikan S1. Berikut tabel tenaga pendidik di MTS

Negeri Tanjungpinang:

Tabel 4.3

Keadaan Tenaga Pendidik (Guru) MTS NegeriTanjungpinang

NO Nama/NIP Tempat & Jabat Pendidi Mengajar Lulus


tgl lahir kan mata Sertifik
an terakhir, pelajaran asi
1 Abdul Mumpa, Kepal STAI- Matematik Sudah
Razak,S.Pd.I 14-06-1973 a/Gur MU a
19730614199803 u
100
2 Hj.Maimunah, Ranai, Guru STAI- Bahasa Sudah
S.Pd.I 02-03-1961 MU arab
19610302198603 2007
20
01
3 Yurnalis, S.Pd.I Terempa, Guru STAI- Bahasa Sudah
19610321198603 21-03-1961 MU indonesia
61

2002 2003 Mulok


4 Hamidah, S.Ag Tanjungpin Guru STAI- Qur'an&H Sudah
19620101198303 ang, MU adits
2003 01-01-1962 2000 Aqidah&
Akhlaq
5 Suhaimi, S.Pd.I Simpang Guru STAI- Matematia Sudah
19640915199001 Baru, MU
1002 15-09-1964 2006
6 Drs. Herman Bukit Guru IKIP Penjaskes Sudah
19630824199403 Tinggi, 1988
1003 28-08-1963
7 Drs. Sujarwo Kepri, Guru IKIP Kesenian Sudah
19660904199503 04-09-1966 1992
1002
8 Dra. Rozanah Kepri, Guru UNRI IPA Sudah
19680811199303 11-06-1968 1991
2003
9 Dra. Sri Susanti Kepri, Guru UNRI IPA Sudah
19670930199703 30-09-1967 1992
2002
10 Dra. Salmiah Z. Bengkalis Guru S1 Bahasa Sudah
19690517199703 17-05-1969 1993 Inggris
2003
11 Ida Susanti, S.Pd Tanjungpin Guru S1 Bahasa sudah
19700823199903 ang 1994 Indonesia
2001 23-08-1970
12 Rita Winarni, Terempa, Guru STAI- Aqidah& Sudah
S.Pd.I 29-09-1962 MU Akhlaq
19620929198903 2003 Mulok
2002
13 Sumarsono, Medan, Guru IAIN IPS Sudah
S.Pd.I 23-03-1960 2000
19600223198603
1006
14 Masriana Batu Guru IAIN Fiqih Sudah
Hannum, BA Tambun, 1986
19630206199203 16-02-1963
2004
15 T. Aspalinda, Teluk Guru UNRI IPA Sudah
S.Pd Dalam, 2002
19780101200501 01-01-1978
2015
16 Muhammad Hutabangun Guru S1 2000 Bahasa Sudah
Ihsan, S.Pd , Inggris
19750504200501 04-05-1975
1010
62

17 Yuliana, S.Pd Palembang, Guru IKIP Bahasa Sudah


19790510200502 01-05-1979 2004 Inggris
2008
18 Aslinda, S.Pd.I Inhil, Guru STAI- SKI dan Sudah
19690517199403 16-05-1969 MU Kesenian
2005 2003
19 Mudarrisiah, Dabo Guru STAI- Matematik Sudah
S.Pd.I Singkep, MU a
19700316199903 16-03-1970 2007
2001
20 Haryadi, BA Tambelan, Guru IAIN B. Sudah
19600801199203 01-08-1960 1984 Indonesia
1002
21 Muhamaddiyah, Tanjungbat Guru STAI- IPS Sudah
S.Pd.I u, MU
19710614200003 14-06-1971 2005
1003
22 Rosmilan, S.Ag Sayur Guru IAIN B. Arab Sudah
19710415200710 Matinggi, 1997 Aqidah&
2003 26-07-1971 Akhlaq
23 Lily Antoni, S.Pd Tegal, Guru U.Panca Matematik Sudah
19830205200912 05-02-1983 Sakti a
1009
2006
24 Abdul Aziz, Semarang, Guru IAIN /S1 Fiqih & Belum
S.Pd.I198005202 20-05-1980 2003 SKI
009121005
25 Windiyati Kurnia, Tugu Guru FKIP Biologi Belum
S.Pd Mulyo, UNRI
19870602201101 02-06-1987 2010
2021
26 Meli Deswita, Padang Guru S1/Unv. IPS Belum
S.S. Luar, Andalas2
19820504200912 04-05-1982 005
2003
27 R. Alhadi. AS., Indra Giri Guru IAIN PPkn Belum
A.Md Hilir Susqa
19631228198703 28-12-1963 2000 &Mulok
1001
28 Efranelly Guru S1 IPS Belum
29 M.Kurniawan, Tanjungpin GTT S1/Umra Bahasa Belum
S.Pd ang, h
09-01-1990 2011 Indonesia
30 Desi Tanjungpin GTT S1/Umra Bahasa Belum
Mulyaningsih, ang, h
S.Pd. 16-12-1983 2011 Indonesia
63

31 Sulistiana Tanjungpin GTT SMA201 Prakarya Belum


ang, 2
30101-1992
32 Ariska Urung,26- GTT S1/ Bahasa Belum
Handayani, S.Pd 04-1993
2010 Indonesia
33 Masro Ito, S.Pd Bonandolok GTT S1/USM Penjaskes Belum
, 2015
30—10-
1989
Sumber data : Tata Usaha MTS Tanjungpinang

Tabel 4.4

Keadaan Tenaga Kependidikan (Honorer/Staf)MTS Negeri Tanjungpinang

MTS Negeri Tanjungpinang memiliki pegawai PNS yang cukup berpengalaman

dan dibantu oleh beberapa orang honorer. Berikut tabel tenaga kependidikan di

MTS Negeri Tanjungpinang:

No Tempat & Pendidikan


Nama/NIP tanggal lahir Jabatan terakhir,tahu,
dan jurusan
1 Suharti Tanjungpinang, Ka. TU SMA 1982
196308161983032001 16-08-1963 IPA
2 Doni Rahman, S.Sos.I Lubuk Alung, Staf TU IAIN 2002
197706232007101004 23-06-1977 Da’wah
3 Widi Sumitro Bangka, Staf TU IAIN 2000
198012042002121001 04-12-1980 Bahasa
4 Nurbati Tanjungpinang, Staf TU SMA 2006
08-09-1988 (honorer) IPS
5 Fathurrahman,Sos Tanjungpinang, Staf TU S1 2013
12-12-1989 (honorer)
6 Sri Tantriyati Tanjungpinang, Peg. Pustaka SMA 2001
05-01-1982 (honorer) IPS
7 Karyo Pacitan, Petugas SD
14-08-1945 Kebersihan
(honorer)
8 Muhammad Djunaidi Dabo Singkep, Petugas SMA 1991
29-06-1970 Keamanan IPS
(honorer)
64

Sumber data : Tata Usaha MTS Tanjungpinang

B. Penyajian Data

1. Angket

Data yang disajikan di dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh dari

hasil penyebaran angket yang diberikan ke responden yang sesuai dengan

kebutuhan informasi atau penelitian yang diperlukan

Data yang peneliti sajikan yakni dalam bentuk table yang di dapati angket.

Angket yang peneliti disebarkan sejumlah 109 eksemplar dan Alhamdulillah

angket yang disebarkan di kembalikan seluruhnya.

Untuk memudahkan membaca tabel pada pembahasan ini maka peneliti

memberikan tanda Puntuk (Responen) dan F untuk (Fersentase). Untuk lebih

jelas data tersebut akan di kemukakan sebagai berikut.

Tabel 4.5

Apakah guru pernah memberikan kesempatan untuk mengamati

(observasing) materi pada pelajaran fiqih

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


1 Apakah guru pernah Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan untuk P 58 32 16 4 110
mengamati
F 52,72 % 29,10 % 14,55 % 3,63 % 100%
(observasing) materi
pada pelajaran fiqih
Dari data table 4.5di atas dapat kita ketahui bahwaGuru pernah

memberikan kesempatan untuk mengamati (observasing) materi pada pelajaran

fiqih, yang mengatakanSering berjumlah 58 responden dengan persentase

52,72%, yang mengatakan Selalu berjumlah 32 responden dengan persentase

29,10%, yang mengatakan Jarang berjumlah 16 responden dengan persentase


65

14,55% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 4 responden dengan

persentase 3,63%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa. SeringGuru memberikan kesempatan

untuk mengamati (observasing) materi pada pelajaran fiqih. Karna

berjumlahLebih besar yaitu , 58 responden dengan persentase 52,72%.

Tabel 4.6

Diberikan kesempatan untuk mampu memahami materi fiqih setelah

melakukan pengamatan (observasing) bersama teman kelompok

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


2 Diberikan Sering Selalu Jarang TP Jmlh
kesempatan untuk
mampu memahami P 57 30 19 4 110
materi fiqih setelah
melakukan
pengamatan
F 51,81% 27,28% 17,28% 3.63% 100%
(observasing)
bersama teman
kelompok
Dari data table 4.6 di atas dapat kita ketahui bahwa diberikan

kesempatan untuk mampu memahami materi fiqih setelah melakukan pengamatan

(observasing) bersama teman kelompokyang mengatakan Sering berjumlah

57responden dengan persentase 51,81%, yang mengatakan Selalu berjumlah 30

responden dengan persentase 27,28%, yang mengatakan Jarang berjumlah 19

responden dengan persentase 17,28% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah

berjumlah 4 responden dengan persentase 3,63%.

Jadi dapat disimpulkan bahwaSeringDiberikan kesempatan untuk mampu

memahami materi fiqih setelah melakukan pengamatan (observasing) bersama


66

teman kelompok. karna berjumlah lebih besar, 57 responden dengan persentase

51,81%.

Tabel 4.7

Apakah guru pernah memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk melakukan pengamatan (observasing) diluar sekolah yang

berhubungan dengan pelajaran fiqih

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


3 Apakah guru pernah Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan kepada P 21 15 24 50 110
peserta didik untuk
melakukan
pengamatan
F 19,10 % 13,64 % 21,81% 45,45% 100%
(observasing) diluar
sekolah yang
berhubungan dengan
pelajaran fiqih
Dari data table 4.7 di atas dapat kita ketahui bahwaApakah guru pernah

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan

(observasing) diluar sekolah yang berhubungan dengan pelajaran fiqih yang

mengatakan Sering berjumlah 21 responden dengan persentase 19,10%, yang

mengatakan Selalu berjumlah 15 responden dengan persentase 13,64%,

yangmengatakan Jarang berjumlah 24 responden dengan persentase 21,81%

sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 50 responden dengan

persentase 45,45%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Tidak Pernahguru memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan (observasing) diluar sekolah

yang berhubungan dengan pelajaran fiqih, Karnaberjumlah lebih besar, 50

responden dengan persentase 45,45%.


67

Tabel 4.8

Apakah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengajukan pertanyaan (questoining) pada materi yang diamati.

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


4 Apakah guru Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan kepada P 68 24 13 5 110
peserta didik untuk
mengajukan
pertanyaan
F 61,82% 21,82% 21,82% 4,54 % 100%
(questoining) pada
materi yang diamati.
Dari data table 4.8di atas dapat kita ketahui Apakah guru memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan (questoining)

pada materi yang diamati yang mengatakan Sering berjumlah 68 responden

dengan persentase 61,82%, yang mengatakan Selalu berjumlah 24 responden

dengan persentase 21,82%, yang mengatakan Jarang berjumlah 13 responden

dengan persentase 21,82% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah

5 responden dengan persentase 4,54%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa,Seringbahwa guru memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan (questoining) pada materi

yang diamati.Karna berjumlahlebih besar, 68 responden dengan persentase

61,82%.

Tabel 4.9

Diberikan kesempatan untuk mencari jawaban dari pertanyaan

(questioning) yang diberikan oleh temannya

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


5 Diberikan Sering Selalu Jarang TP Jmlh
68

kesempatan untuk P 32 25 28 25 110


mencari jawaban
dari pertanyaan
(questioning) yang F 29,10% 22,73% 25,45% 22,75% 100%
diberikan oleh
temannya
Dari data table 4.9di atas dapat kita ketahuiDiberikan kesempatan untuk

mencari jawaban dari pertanyaan (questioning) yang diberikan oleh temannya

yang mengatakan Sering berjumlah 32 responden dengan persentase 29,10%,

yang mengatakan Selalu berjumlah 25 responden dengan persentase 22,73%,

yang mengatakan Jarang berjumlah 28 responden dengan persentase 25,45%

sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 25responden dengan

persentase 22,72%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, SeringDiberikan kesempatan untuk mencari

jawaban dari pertanyaan (questioning) yang diberikan oleh temannya. Karna

berjumlahlebih besar,32 responden dengan persentase 29,10%.

Tabel 4.10

Apakah pernah diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan

(questoining) yang diajukan oleh temannya

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


6 Apakah pernah Sering Selalu Jarang TP
Jmlh
diberikan
kesempatan untuk F 37 27 26 20 110
menjawab
pertanyaan
(questoining) yang % 33,64% 24,55% 23,63% 18,18% 100%
diajukan oleh
temannya
69

Dari data table 4.10di atas dapat kita ketahuiyang menyatakan Apakah

pernah diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan (questoining) yang

diajukan oleh temannya, yang mengatakan Sering berjumlah 37 responden

dengan persentase 33,64%, yang mengatakan Selalu berjumlah 27responden

dengan persentase 24,55%, yang mengatakan Jarang berjumlah 26 responden

dengan persentase 23,63% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah

20 responden dengan persentase 18,18%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa,Seringdiberikan kesempatan untuk menjawab

pertanyaan (questoining) yang diajukan oleh temannya, karna berjumlah lebih

besar, 37 responden dengan persentase 33,64%.

Tabel 4.11

Apakah pernah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk melakukan penalaran (associating) dalam setiap materi pelajaran

fiqih.

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


7 Apakah pernah guru Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan kepada P 48 26 27 9 110
peserta didik untuk
melakukan penalaran
(associating) dalam
F 43,64% 23,64% 24,54% 8,18% 100%
setiap materi
pelajaran fiqih.
Dari data table 4.11di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanguru pernah

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penalaran

(associating) dalam setiap materi pelajaran fiqih.yang mengatakan Sering


70

berjumlah 48 responden dengan persentase 43,64%, yang mengatakan Selalu

berjumlah 26responden dengan persentase 23,64%, yang mengatakan Jarang

berjumlah 27responden dengan persentase 24,54% sedangkan yang mengatakan

Tidak Pernah berjumlah 9responden dengan persentase 8,18%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa,Seringguru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk melakukan penalaran (associating) dalam setiap materi

pelajaran fiqih.Karna berjumlah lebih besar 48 responden dengan persentase

43,64%.

Tabel 4.12

Diberi kesempatan untuk dapat (asosiasiting) menghubungkan pelajaran

fiqih dalam kehidupan sehari-hari

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


8 Diberi kesempatan Sering Selalu Jarang TP Jmlh
untuk dapat
(asosiasiting) P 41 32 31 6 110
menghubungkanpela
jaran fiqih dalam
kehidupan sehari- F 37,27 % 29,10% 28,18% 5,45% 100%
hari
Dari data table 4.12di atas dapat kita ketahuiyang menyatakan.Diberi

kesempatan untuk dapat (asosiasiting) menghubungkan pelajaran fiqih dalam

kehidupan sehari-hariyang mengatakan . Sering berjumlah 41 responden dengan

persentase 37,27%, yang mengatakan Selalu berjumlah 32responden dengan

persentase 29,10%, yang mengatakan Jarang berjumlah 31responden dengan

persentase 28,18% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah

6responden dengan persentase 5,45%.


71

Jadi dapat disimpulkan bahwa,SeringDiberi kesempatan untuk dapat

(asosiasiting) menghubungkan pelajaran fiqih dalam kehidupan sehari-hari. Karna

berjumlah lebih besar 41responden dengan persentase 37,27%.

Tabel 4.13

Diberikan kesempatan untuk dapat (menganalisis/asosiating) menalar

soal yang di berikan oleh temannya

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


9 Diberikan Sering Selalu Jarang TP
Jmlh
kesempatan untuk
dapat P 22 25 39 24 110
(menganalisis/asosia
F 20 % 22,72% 35,46% 21,82% 100%
ting) menalar soal
yang di berikan oleh
temannya
Dari data table 4.13di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanDiberikan

kesempatan untuk dapat (menganalisis/asosiating) menalar soal yang di berikan

oleh temannya. yang mengatakan. Sering berjumlah 22 responden dengan

persentase 20%, yang mengatakan Selalu berjumlah 25responden dengan

persentase 22,72%, yang mengatakan Jarang berjumlah 39responden dengan

persentase 35,46% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah

24responden dengan persentase 21,82%.

Jadi disimpulkan bahwa,JarangDiberikan kesempatan untuk dapat

(menganalisis/asosiating) menalar soal yang di berikan oleh temannya.Karna

berjumlah lebih besar39responden dengan persentase 35,46%.

Tabel 4.14
72

Diberikan kesempatan untuk mempraktikan /mencoba (experimentil)

materi pelajaran fiqih di lingkungan sekolah

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


10 Diberikan Sering Selalu Jarang TP Jmlh
kesempatan untuk
mempraktikan P 31 25 39 15 110
/mencoba
(experimentil) materi
pelajaran fiqih di
F 28,17% 22,73% 35,46% 13,64% 100%
lingkungan sekolah
Dari data table 4.14di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanDiberikan

kesempatan untuk mempraktikan /mencoba (experimentil) materi pelajaran fiqih

di lingkungan sekolah. yang mengatakan. Sering berjumlah 31 responden dengan

persentase 28,17%, yang mengatakan Selalu berjumlah 25responden dengan

persentase 22,73%, yang mengatakan Jarang berjumlah 38responden dengan

persentase 35,46% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 15

responden dengan persentase 13,64%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa,jarangDiberikan kesempatan untuk

mempraktikan /mencoba (experimentil) materi pelajaran fiqih di lingkungan

sekolah. Karna berjumlah lebih besar 39responden dengan persentase 35,46%.

Tabel 4.15

Apakah guru pernah memberikan kesempatan untuk

mempraktkan/mencoba (experimentil) yang berhubungan dengan materi

fiqih dilingkungan sekolah

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


11 Apakah guru pernah Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan untuk P 32 21 34 23 110
73

mempraktkan/menco
ba (experimentil)
yang berhubungan F 29,10% 19,10% 30,90% 20,90% 100%
dengan materi fiqih
dilingkungan
sekolah
Dari data table 4.15di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanapakah guru

pernah memberikan kesempatan untuk mempraktikan /mencoba (experimentil)

materi pelajaran fiqih di lingkungan sekolah. yang mengatakan. Sering berjumlah

32 responden dengan persentase 29,10%, yang mengatakan Selalu berjumlah

21responden dengan persentase 19,10%, yang mengatakan Jarang berjumlah

34responden dengan persentase 30,90% sedangkan yang mengatakan Tidak

Pernah berjumlah 23 responden dengan persentase 20,90%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa.JarangDiberikan kesempatan untuk

mempraktikan /mencoba (experimentil) materi pelajaran fiqih di lingkungan

sekolah. Karna berjumlah lebih besar 34responden dengan persentase 30,90%.

Tabel 4.16

Apakah pernah guru memberikan kesempatan untuk melakukan

percobaan (experimentil) materi fiqih dirumah

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


12 Apakah pernah guru
Sering Selalu Jarang TP Jmlh
memberikan
kesempatan untuk P 32 26 31 21 110
melakukan
percobaan
(experimentil) materi
F 29,09% 23,63% 28,18% 19,10% 100%
fiqih dirumah

Dari data table 4.16di atas dapat kita ketahuiyang menyatakan.Apakah

pernah guru memberikan kesempatan untuk melakukan percobaan (experimentil)

materi fiqih dirumah. yang mengatakan. Sering berjumlah 32 responden dengan


74

persentase 29,09%, yang mengatakan Selalu berjumlah 26responden dengan

persentase 23,63%, yang mengatakan Jarang berjumlah 31responden dengan

persentase 28,18% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 21

responden dengan persentase 19,10%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa,Seringguru memberikan kesempatan untuk

melakukan percobaan (experimentil) materi fiqih dirumah. Karna berjumlah 32

responden dengan persentase 29,09%.

Tabel 4.17

Diberi kesempatan untuk Mampu menyampaikan /menjelaskan (networking)

hasil dari materi yang sudah dipahaminya kepada temannya yang lain.

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


13 Diberi kesempatan Sering Selalu Jarang TP Jmlh
untuk Mampu
menyampaikan P 33 30 25 22 110
/menjelaskan
(networking) hasil
dari materi yang
F 30 % 27,28% 22,72% 20% 100%
sudah dipahaminya
kepada temannya
yang lain.

Dari data table 4.17di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanDiberi

kesempatan untuk Mampu menyampaikan /menjelaskan (networking) hasil dari


75

materi yang sudah dipahaminya kepada temannya yang lain.yang mengatakan.

Sering berjumlah 33 responden dengan persentase 20%, yang mengatakan Selalu

berjumlah 30responden dengan persentase 27,28%, yang mengatakan Jarang

berjumlah 25responden dengan persentase 22,72% sedangkan yang mengatakan

Tidak Pernah berjumlah 22responden dengan persentase 20%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa.SeringDiberikan kesempatan untuk mampu

menyampaikan /menjelaskan (networking) hasil dari materi yang sudah

dipahaminya kepada temannya yang lain. Karna berjumlahlebih besar 33

responden dengan persentase 30%.

Tabel 4.18

Diberi kesempatan untuk mampu menyimpulkan (mengomunikasikan)

materi yang sudah dipahami.

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


Jmlh
14 Diberi kesempatan Sering Selalu Jarang TP
untuk mampu
menyimpulkan P 43 30 23 14 110
(mengomunikasikan)
materi yang sudah
dipahami.
F 39,10% 27,28% 20,90% 12,72% 100%
Dari data table 4.18di atas dapat kita ketahuiyang menyatakanDiberi

kesempatan untuk mampu menyimpulkan (mengomunikasikan) materi yang sudah

dipahami..yang mengatakan. Sering berjumlah 43responden dengan persentase

39,10%, yang mengatakan Selalu berjumlah 30responden dengan persentase


76

27,28%, yang mengatakan Jarang berjumlah 23responden dengan persentase

20,90% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah berjumlah 14responden

dengan persentase 12,72%.

jadi dapat disimpulkan bahwa.SeringDiberi kesempatan untuk mampu

menyimpulkan (mengomunikasikan) materi yang sudah dipahami. Karna

berjumlahlebih besar 43responden dengan persentase 39,10%.

Tabel 4.19

Apakah guru pernah memberikan kesempatan untuk menyimpulakan

(mengomunikasikan) materi yang dipahaminya di depan kelas.

No Pertanyaaan Alternatif Jawaban


15 Apakah guru pernah Sering Selalu Jarang TP
Jmlh
memberikan
kesempatan untuk P 38 24 26 22 110
menyimpulakan
(mengomunikasikan)
materi yang
F 34,55% 21,82% 23,63% 20% 100%
dipahaminya di
depan kelas
Dari data table 4.19 di atas dapat kita ketahuiyang menyatakan Apakah guru

pernah memberikan kesempatan untuk menyimpulakan (mengomunikasikan)

materi yang dipahaminya di depan kelas. yang mengatakan. Sering berjumlah

38responden dengan persentas 34,55%, yang mengatakan Selalu berjumlah 24


77

responden dengan persentase 21,82%, yang mengatakan Jarang berjumlah 26

responden dengan persentase 23,63% sedangkan yang mengatakan Tidak Pernah

berjumlah 22responden dengan persentase 20%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa.Seringguru memberikan kesempatan untuk

menyimpulakan (mengomunikasikan) materi yang dipahaminya di depan

kelas.Karna berjumlah lebih besar 38 responden dengan persentase 34,55%.

Kemudian untuk melihat hasil dari implementasi pendekatan scientific

kurikulum 2013 pada mata pelajaran fiqih di MTS Tanjungpinang, maka di

lakukanlah rekapulasi dari keseluruhannilai angket yang sudah di analisis dari

tabel 4.5 sampai tabel 4.19. Berikut hasil rekapulasi tabel di 4.20.

Tabel 4. 20

Hasil Angket

No Tidak
Sering Selalu Jarang Jumlah
Tabel Pernah

P F P F P F P F N F

4.5 58 52,72 32 29,10 16 14,55 4 3,63 110 100


4.6 57 51,81 30 27,28 19 17,28 4 3,63 110 100
4.7 21 19,10 15 13,64 24 21,81 50 45,45 110 100
4.8 68 61,82 24 21,82 13 21,82 5 4,54 110 100
4.9 32 29,10 25 22,73 28 25,45 25 22,72 110 100
4.10 37 33,64 27 24,55 26 23,63 20 18,18 110 100
4.11 48 43,64 26 23,64 27 24,54 9 8,18 110 100
4.12 41 37,27 32 29,10 31 28,18 6 5,45 110 100
4.13 22 20 25 22,72 39 35,46 24 21,82 110 100
4.14 31 28,17 25 22,73 39 35,46 15 13,64 110 100
4.15 32 29,10 21 19,10 34 30,90 23 20,90 110 100
4.16 32 29,09 26 28,18 31 28,18 21 19,10 110 100
78

4.17 33 30 30 27,28 25 22,72 22 20 110 100


4.18 43 9,10 30 27,28 23 20,90 14 12,72 110 100
4.19 38 34,55 24 21,82 26 23,63 22 20 110 100

Jmlah 593 509,11 392 360,97 401 374,51 264 239,96 1650 1500

Rekapitulasi data hasil angket Implementasi pendekatan scientific kurikulum

2013 pada mata pelajaran Fiqih di MTS Tanjungpinang

C. ANALISIS DATA

Untuk mengetahui ,Implementasi pendekatan scientific kurikulum 2013 pada

mata pelajaran Fiqih di MTS Tanjungpinang, maka penulis menganalisis data

angket yang sudah di rekap pada tabel 4.20

Jumlah poin pada setiap option pertanyaan SERING = 4poin , SELALU = 3

poin , JARANG = 2 poin , dan TIDAK PERNAH = 1 poin, alternative tersebut

dikalikan dengan Nilai P untuk mendapatkan nilai keseluruhanSelanjutnya hasil

option tersebut baru di jumlahkan.

Untuk melihat implementasi pendekatan scientific kurkulum 2013 pada

mata pelajaran fiqih di MTS Tanjungpinang dapat di ketahui dengan rumus

sebagai berikut :

P= x

Option Pertanyaan :

Sering = 593 x 4 = 2372

Selalu = 392 x 3 = 1176


79

Jarang = 401 x 2 = 802

Tidak Pernah = 264 x 1 = 264

Jumlah : 1650 = 4614

F = 4614 : 4 = 1,153.5

1,153.5
P= x 100 %
1,650

P = 69,90%

Jadi jika di klasifikasikan ,81%-100%, =Sangat Baik , 71%-80% = Baik, dan

61%-70%= Cukup.Ditafsirkan bahwaimplementasi pendekatan scientific

kurkulum 2013 pada mata pelajaran fiqih di MTS Tanjungpinang.

Berdasarkan hasil analisis data diatas didapatkan persentase 69,90%, apabila

dibulatkan menjadi 70%. Angka tersebut terletak dalam rentang 61%-70%,yang di

kategorikan cukup. Jadi, dapat disimpulkan bahwa implementasi pendekatan

scientific kurukulum 2013 pada mata pelajaran fiqih di MTS Tanjungpinang

adalah cukup, itu artinya penerapan pendekatan tersebut belum maksimal

dilakukan oleh guru mata pelajaran fiqih di MTS Tanjungpinang.

2. Metode Pengumpulan Data : Observasi

Hari /tanggal : Rabu 10 November 2017

Sumber data : Guru Fiqih , Kelas VIII A, di MTS Tanjungpinang


80

3. Metode Pengumpulan Data : Wawancara

Hari /tanggal : Selasa 13 November 2017

Sumber data : Guru Fiqih , Kelas VII, di MTS Tanjungpinang

1. Apa itu pendekatan scientific menurut Bapak ?

Jawaban :

Pendekatan scientific itu sangat berhubungan dengan penerapan k13, malah


bukan berhubungan lagi, tapi sudah termasuk sejalan dan sedarah dengan
kurikulum 2013, membiasakan anak untuk berani, aktiv, dan terampil seperti:

Peneliti : dalam pendekatan scientific ada 5m pak,,mengamati,


menanya, menalar, mencoba dan menyimpulkan. Bagaimana menutut
bapak dengan pendekatan tersebut.?

 Mengamati maksud dari mengamati ini seperti mengamati pelajaran


yang saya terangkan, mengamati buku-buku dan juga membaca.
 Menanya, ini.....dia yang belum paham...dengan materi yang saya
jelaskan pasti mereka bertanya. biasanya anak-anak yang pintar, anak
yang suka nyelocos-nyelocos, yang sering bertanya, kalau anak yang
pendiam jarang atau kadang-kadang saja bertanya, palingan sama
teman sebangkunya.

Peneliti : kalau menalar bagaimana pak...?

 Menalar, ini seperti mereka berpikir, setelah saya jelaskan biasanya


mereka sudah paham , namun masih ada ragu-ragu atau bingung ..
walaupun sudah bertanya dan sudah saya jawab...tetap meraka belum
paham,,, penasaran maksudnya...dan akhirnya mereka melakukan
percobaan.

Peneliti : contohnya pak dalam menalar, materi apa ?

Biasanya fiqih ini jarang sekali melakukan penalaran. Tapi di


harapakan kepada siswa bisa mengamalakan dalam kehidupan sehari-
hari
 Mencoba ini bagi anak-anak yang kritis, kalau anak-anak yang biasa
saja paling diam ,kalau di tanya...sudah paham..sudah....
Mencoba biasanya mereka mempraktekkan sendiri

Peneliti: biasanya apa yang mereka praktekan kalau dalam materi


bapak ...?
81

Kalau pada pelajaran fiqih ini ......pada materi sujud syukur dan sujud
tilawah. Itu salah satu dari kegiatan mencoba/memperatikkan

 Mengomunikasi/menyimpulkan. Kegiatan ini biasanya mereka bisa


menyampikan kedepan kelas. Bisa menjelaskan.

2. Apakah ada hasil/perubahan kepada siswa setelah bapak menerapkan


pendekatan scientific ini???

Jawaban...

 Sebagaian anak ada yang baik ada yang masih suka diam dan malu
untuk tampil,,tapi sejauh ini sudah lumayan

Peneliti : tapi pak anak’ kelas VII sekarang saya lihat nakal-nakal dan
pintar” juga

 Iya pintarnya bukan dalam hal belajar. Tapi di luar belajar

3. Apa kesulitan yang bapak hadapi ketika melakukan atau menerapkan


pendekatan scientifik tersebut ...?

Jawaban :

 Tidak ada kesulitan, Cuma seperti ingin melakukan praktek ibadah


saja kita tidak di mushola melainkan di aula yang sekarang di gunakan
untuk sholat juga, untuk latihan-latihan drama bagi pelajaran lain.
karna mushola kita masih dalam pembangunan, namun tidak menjadi
penghalang bagi kami untuk melakukan proses belajar mengajar.

Peneliti : Tapi di dalam kelas juga bisa pak, melakukan praktek ibadah
tadi, seperti sujud sahwi atau praktek sholat...

 Iyaa.... bener sekali, tapi saya sukanya di mushola, walaupun mereka


main” tetap dapat di atur, di buat lingkaran nanti yang maju, langsung
di tengah-tengah, jadi yang lain langsung memperhatikan. Kalau di
kelas.. pasti mereka saling berebutan dan tak bisa di atur.

4. Apa kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan pendekatan scientific


ini pak.?

Jawaban :

 Kelebihannya, Saya tidak terlalu banyak ceramah, hanya sekedar kasi


penjelasan tertentu saja..nanti ditugaskan kepada meraka untuk
82

mengerjakan sendiri... jika tidak paham mereka bertanya... namun


tidak semua materi saya lakukan seperti itu,... hanya materi-materi
yang bisa dilakukan pada pendekatan tersebut.

Peneliti : kekurangannya pak bagaimana..?

 Kekurangannya, Anak-anak kurang antusias. Hanya anak-anak


...seperti yang saya bilang tadi...yang berani dan pintar saja kalau
yang lain begitu-begitu saja, tapi tetap saya bimbing mereka untuk
bisa

Peneliti : Apa ada metode atau cara agar anak’ yang biasa tadi bisa,
juga berani, kreatif dan terampil pak.. seperti anak-anak pintar itu..

 Ada..... tapi kan butuh proses... tidak bisa langsung mereka di bentuk
biar bisa jadi pintar, setiap guru pasti punya metode tertentu, untuk
mengubah sikap anak-anak walau bagaimanapun.

5. Materi apa yang biasa bapak lakukan dalam penerapan pendekatan


scientific tersebut.?

Jawaban :

 Seperti sujud syukur dan tilawah tadi... seperti puasa dan zakat juga
bisa di terapkan.

Dari data wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

pendekatan scinetific kurikulum 2013 pada mata pelajaran Fiqih di MTS

Negeri Tanjungpinang sudah diterapkan oleh guru yang bersangkutan

dikelas VII dan VIII, namun perlu adanya proses perkembangan siswa,

jika guru sudah menerapkan tetapi siswa belum menunjjukan potensi yang

dimiliki maka penerapan tersebut tidak bisa berjalan dengan efektif, tapi

guru tentu saja berusaha untuk memaksimalkan perkembangan tersebut

agar sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Anda mungkin juga menyukai