Anda di halaman 1dari 25

0

PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU PAUD:


Analisis Filsafat Pendidikan Islam

A. Pendahuluan
Pendidikan yang baik merupakan wahana untuk membangun sumber
daya manusia (human resource) dan sumber daya manusia tersebut menjadi faktor
determinan bagi keberhasilan pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. 1 Dalam
GBHN dikemukakan bahwa tujuan akibat pembangunan nasional adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Dengan demikian pengembangan kualitas sumber daya
manusia menempati kedudukan yang sentral dalam proses pembangunan. Disini
tingkatan pendidikan seseorang akan sangat mempengaruhi segala sikap dan
tindakannya.2
Untuk menyelaraskan diri dengan perkembangan kehidupan
masyarakatnya maka seseorang sangatlah memerlukan pendidikan. Berhubungan
dengan hal ini maka dibentuklah lembaga pendidikan yang khusus
menyelenggarakan tugas-tugas kependidikan. Disinilah perlunya sekolah, sesuai
dengan peran dan fungsinya maka sekolah merupakan kelembagaan pendidikan
sebagai pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orangtua
untuk mendidik anak-anak mereka, maka diserahkan ke sekolah, walaupun masih
dalam keadaan pra sekolah.
Dalam hal pendidikan agama, fungsi sekolah dalam kaitannya dengan
pembentukan jiwa keagamaan pada anak, adalah sebagai: pelanjut pendidikan
agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak
yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Mengenai perubahan
sikap dari tidak menerima ke sikap menerima berlangsung melalui tiga tahap,
yaitu adanya perhatian, pemahaman, dan adanya penerimaan.
Dengan demikian, pengaruh kelembagaan pendidikan dalam
pembentukan jiwa keagamaan anak sangat tergantung dari kemampuan

1
Mansur, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hal. 1.
2
Ibid, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2005), hal. 357.

1
(kompetensi) para pendidik untuk menimbulkan tiga proses tahap perubahan
sikap. Pertama: pendidikan agama yang harus diberikan harus dapat menarik
perhatian dari peserta didik, untuk mencapai hal ini maka guru agama (walaupun
di lembaga non formal) harus dapat merencanakan materi, metode, dan alat-alat
bantu yang dapat menarik perhatiannya. Kedua: para guru agama harus mampu
memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang materi pendidikan yang
diberikan, materi ini akan lebih mudah diserap jika dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari, bukan hanya hafalan saja. Ketiga: penerimaan siswa
terhadap materi agama yang diberikan, ini sangat tergantung pada hubungan
materi tersebut dengan nilai kehidupan bagi peserta didik tersebut. Sikap
menerima ini banyak ditentukan oleh sikap pendidik sendiri, antara lain: memiliki
keahlian dalam bidang agama, dan memiliki sifat-sifat yang sejalan dengan ajaran
agama seperti jujur dan dapat dipercaya. Kedua ciri inilah yang sangat
menentukan dalam mengubah sikap anak selaku peserta didik.
Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk
memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode
pembelajaran yang efektif. Jika seorang guru ingin mencapai sebuah keberhasilan,
maka ada beberapa kemampuan yang sepatutnya dimiliki oleh setiap guru yang
sudah tentu berkesesuaian dengan bidang kerjanya. Berkaitan dengan kemampuan
(kompetensi) seorang guru dan pendidik, khususnya di PAUD, disini penulis
diberi kesempatan untuk memaparkan sedikit penjelasan mengenai hal tersebut.
Semoga penulisan makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan tambahan
ilmu bagi teman-teman juga.

B. Pengertian Pengembangan
Setiap organisme, baik manusia maupun hewan, pasti mengalami peristiwa
perkembangan selama hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian
dengan keadaan yang dimiliki oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret
maupun yang bersifat abstrak. Jadi, arti peristiwa perkembangan itu khususnya
perkembangan manusia tidak hany a tertuju pada aspek psikologis saja, tetapi juga
aspek biologis. Secara singkat, perkembangan (development) adalah proses atau
tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih-nlaju. Pertumbuhan sendiri (growth)

2
berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran, dan arti
pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a
stage of development) (McLeod, 1989). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991), "Perkembangan" adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata
"berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka
atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah
sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan
demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak
seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret
(perhatikan kata-kata yang dicetak miring di atas). Dalam Dictionary of
Psychology (1972) dan The Penguin Dictionary of Psychology (1988), arti
perkembangan pada prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif
yang terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa
membedakan aspek-aspek yang terdapat dalam diri organisme-organisme
tersebut.3
Pengembangan dalam arti yang sangat sederhana adalah suatu proses,cara
pembuatan. Sedangkan menurut Drs. Iskandar Wiryokusumo M.Sc.,
pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang
dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggungjawab
dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing,
danmengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras,
pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan-
kemampuannya, sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri menambah,
meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesame maupun lingkungannya ke
arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan
prbadi yang mandiri. Prof. Dr. H. M. A r i f, Med. berpendapat bahwa
pengembangan bila dikaitkan dengan pendidikan berarti suatu proses perubahan
secara bertahap kearah tingkat yang berkecenderungan lebih tinggi dan meluas

3
http://www.alwanku.com/2013/02/definisi-perkembangan-menurut-para-ahli.html.
Diunggah hari Jum’at tanggal 8 Agustus 2014.

3
danmendalam yang secara menyeluruh dapat tercipta suatu kesempurnaan atau
kematangan.4

C. Pengertian Kompetensi
Ada beberapa macam pengertian tentang kompetensi yang dikemukan oleh
beberapa pakar pendidikan. Menurut Catur Setio Wargo, 5 kompetensi dapat
diartikan yaitu semua karakter yang bisa meramalkan keberhasilan seseorang, ada
juga yang mengartikan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang berkesesuaian
dengan bidang kerja, di dalamnya bisa termuat pengetahuan, keterampilan, sifat,
sikap/attitude, dan sebagainya. Dalam UU nomor 14 tahun 2005, disebutkan pada
pasal 1 ayat 10 tentang kompetensi seorang guru yaitu seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Mc. Ashan seperti yang dikutip oleh Mulyasa6 menyatakan bahwa
kompetensi adalah:
“… is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which
become part of his or her being to the exent he or she can satisfaktorly perform particular
cognitive, affective, and psycho-motor behaviors.”
Kompetensi disini diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik
dengan sebaik-baiknya. Selain itu, Finch dan Crunkilton mengartikan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Fasli Jalal7 menyatakan bahwa kompetensi pada dasarnya adalah
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam

4
Pitriwulan. Dalam situs http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2190377-
pengertian-pengembangan/25 Juli, 2011. Diunggah hari Jum’at tanggal 8 Agustus 2014.
5
Catur Setio Wargo, Kompetensi Guru Paud, http://consultant-academic-
specialist.blogspot.com/ Senin, 10 Januari 2011. Diunggah hari Jum’at tanggal 11 April 2014.
6
Enco Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik,dan Implementasi),
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 38.

4
kebiasaan berpikir, merasa, dan bertindak. Kebiasaan ini kalau secara terus
menerus dan konsisten dilakukan maka kemungkinan seseorang akan menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk menerapkan sesuatu.
Menurut Enco Mulyasa,8 kompetensi menunjuk kepada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan, mulai
dari menggosok gigi sampai dengan melakukan operasi jantung. Dalam
hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada
perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu
dalam proses belajar. Dikatakan perbuatan karena merupakan perilaku yang dapat
diamati meski sebenarnya sering terlihat pula proses yang tidak nampak, seperti
proses pengambilan keputusan/ pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada
perbuatan yang bisa diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya
secara utuh.
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi diatas,maka dapat dikatakan
bahwa kompetensi adalah seperangkat ilmu yang dimiliki seseorang yang meliputi
aspek nilai dan sikap, pengetahuan, serta segala hal yang bisa diterapkan sesuai
dengan tempat dimana orang tersebut berbakti yang dimungkinkan untuk
menambah intensitas nilai dan mutu yang ada didalam dirinya.

D. Pengertian Guru/Pendidik PAUD


Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Karena itulah, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu yang mencakup tangung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin. Mengenai mandiri, guru harus mampu mengambil keputusan secara
mandiri (independent) terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi

7
Fasli Jalal, Perluasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini, dalam Buletin PAUD, (Jakarta:
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas, 2003), hal. 9.
8
Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kratif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 96.

5
peserta didik dan lingkungan. Selain itu guru juga harus bertindak secara cepat
dan tepat sasaran dalam mengambil keputusan terutama dalam masalah
pembelajaran dan peserta didik, tanpa harus menunggu perintah dari atasan atau
kepala sekolah.9
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar mereka bisa
menuju arah kedewasaan. Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik. Anak
didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Jadi yang bertanggung jawab terhadap anak didik di lingkungan
keluarga adalah orang tua, di lingkungan sekolah adalah guru, dan di lingkungan
masyarakat adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, seperti
pengasuh anak yatim, dan pembimbing dalam kelompok bermain. 10
 Jenis-jenis pendidik
1. Orang tua sebagai pendidik pertama dan yang utama berkewajiban
mendidik anaknya, yang disebabkan kewajaran tanggung jawab untuk
membimbing anak.
2. Pendidik kedua adalah karena jabatan mendapat tugas sementara dari orang
tua untuk mendidik anak mereka. Yang termasuk pendidik karena jabatan
misalnya guru TK sampai SMA, pembimbing dalam kelompok bermain,
pengasuh di rumah yatim piatu, dan lainnya.
 Ciri-ciri Pendidik
a) Adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya terhadap anak didik.
Kewibawaan merupakan suatu pancaran batin yang dapat menimbulkan
pada pihak lain sikap untuk mengakui, menerima, dan menuruti dengan
penuh pengertian atas pengaruh tersebut.
b) Mengenal anak didiknya, yakni sifat anak secara umum, karena anak
usia kelas rendah berbeda sifatnya dengan anak kelas usia tinggi, dan
anak yang yang walau dalam satu kelas dan usia tidak jauh berbeda,
sifatnya secara khusus berbeda pula.

9
Enco Mulyasa, Menjadi Guru…, hal. 37.
10
Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik), cet. Ke-2, (Bandung: CV. Alfabeta, 2011), hal.
128.

6
c) Mau membantu anak didik, bantuan yang diberikan harus sesuai dengan
yang diharapkan anak didiknya. Walaupun si anak ingin semuanya
dilakukan sendiri, untuk itu pendidik tidak boleh terlalu memaksakan
kehendak, tapi harus ingat pada keinginan anak tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
dalam Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta ddik, pada pendidikan anak usia dini, jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Pada kenyataannya, guru (khususnya guru TK dan SD) secara


fungsional dianggap oleh anak didiknya sebagai pendidik, yaitu orang yang
dapat menjelaskan segala sesuatu yang sifatnya bukan pengajaran, ia
dianggap sebagai orang yang dapat memberi nasehat kepadanya dalam
pembentukan kepribadian siswa. Guru berfungsi sebagai pendidik disamping
sebagai pengajar, guru membentuk sikap siswa yakni guru menjadi contoh
atau teladan bagi siswanya.11

E. Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru Paud


Berdasarkan pemaparan diatas, untuk menjadi guru PAUD yang
sesuai dengan kompetensi maka guru PAUD harus mengikuti isi Peraturan
Pemerintah RI yang baru Nomor 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik
dan kompetensi guru PAUD jalur formal dan non formal.12
a. Kualifikasi akademik
1) Memiliki ijazah S-1/D-IV dari perguruan tinggi yang terakreditasi.
2) Pendidikan minimal lulusan D-II (diploma) atau sederajat dan
memiliki sertifikat pelatihan/pendidikan/kursus PAUD yang
terakreditasi.

11
Uyoh Sadulloh, Pedagogik…, hal. 132.
12
Luluk Asmawati, Perencanan Pembelajaran PAUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2014), hal. 23-27.

7
3) Memiliki ijazah S-1/D-IV PGPAUD, atau ijazah psikologi dan telah
berpengalaman sebagai pendidik PAUD minimal 4 tahun.13
b. Kompetensi guru PAUD (secara umum)
Kompetensi untuk guru PAUD jalur formal dan non formal dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Kompetensi Pedagogik
No. Kompetensi Indikator
Kemampuan memahami a. Mampu memahami filosofi dan tujuan PAUD serta
1. filosofi dan prinsip PAUD mengaplikasikannya dalam pembelajaran PAUD.
b. Mampu memahami serta mengaplikasikan pendekatan dan
model PAUD.
c. Memahami dan mengaplikasikan prinsip pembelajran dalam
PAUD.
Kemampuan memahami a. Mampu memahami karakteristik perkembangan bayi, anak-
2. perkembangan dan karakteristik anak (0-3 tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan kognitif.
anak usia dini. b. Mampu memahami karakteristik perkembangan anak
prasekolah (3-6 tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan
kognitif.
c. Mampu memahami karakteristik perkembangan anak yang
berkebutuhan khusus (retardasi mental, gangguan emosi,
autis, ADD/ADHD, anak berbakat).
d. Memahami karakteristik anak-anak yang dianiaya dan
diabaikan.
Kemampuan memahami a. Memahami proses transisi antara pembelajaran PAUD
3. program transisi PAUD menuju ke kelas awal pendidikan dasar.
kependidikan dasar. b. Memahami keterampilan dan sikap yang perlu dimiliki oleh
anak dalam proses transisi tersebut.
Kemampuan memahami peran a. Memahami prinsip bermain sambil belajar
4. bermain. b. Memahami pentingnya bermain bagi anak
c. Memahami jenis mainan yang sesuai dengan usia dan tahap
perkembangan anak
d. Mampu memilih alat main yang sesuai dengan usia dan
tahap perkembangan anak
e. Mampu memelihara alat dan perlengkapan main
f. Mampu menggunakan APE sebagai alat bantu belajar anak.
Kemampuan memahami a. Memahami konsep dan prinsip kurikulum PAUD
5. perkembangan kurikulum b. Memahami komponen kurikulum PAUD
terpadu. c. Mampu merancang kurikulum PAUD sesuai dengan tahap
perkembangan anak (DAP)
d. Mampu menyusun rencana pembelajaran (lesson plan)
dengan webbing dan tematik.
Kemampuan memahami a. Mampu memahami prinsip dan peran lingkungan bagi
6. lingkungan belajar yang pembelajaran PAUD
kondusif b. Mampu menata lingkungan main yang aman dan nyaman di
luar (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor)
c. Mampu melakukan rotasi kegiatan

13
Mengenai kualifikasi akademik ini isinya sama dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 29 ayat 1.

8
Kemampuan memahami a. Mampu mengorganisasi kegiatan kelompok kecil dan besar
7. pengelolaan kelas b. Mampu memahami pengaturan dan tata tertib kelas, serta
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran
Kemampuan memahami a. Memahami konsep dan prinsip penilaian
8. evaluasi pembelajaran b. Memahami aspek penilaian peningkatan perkembangan
PAUD
c. Memahami proses perencanan, pelaksanaan dan tindak
lanjut penilaian

Kompetensi Profesional
No. Kompetensi Indikator
Kemampuan memanfaatkan a. Mampu menggunakan berbagai peralatan teknologi
1. teknologi informasi untuk pembelajaran untuk kepentingan anak didik.
komunikasi
Kemampuan memahami a. Memahami konsep pembelajaran melalui bermain sesuai yang
2. pembelajaran yang sesuai sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan anak
engan tahap perkembangan b. Memahami pembelajaran yang sesuai dengan kekuatan,
kebutuhan, dan minat anak
anak (DAP)
c. Memahami pembelajaran yang sesuai dengan konteks sosial
budaya setiap anak
d. Mampu membuat dan mengembangkan APE
e. Mampu memahami perlunya dongeng dalam pembelajaran
PAUD
f. Mampu mempersiapkan lingkungan pembelajaran bagi AUD
Kemampuan memahami a. Menguasai substansi dan metodologi pembelajaran agama dan
3. substansi kurikulum PAUD nilai moral melalui bermain
b. Memahami substansi dan metodologi pembelajaran bahasa
dan keaksaraan melalui bermain
c. Memahami substansi dan metodologi pembelajaran
Matematika melalui bermain
d. Memahami substansi dan metodologi pembelajaran ilmu
sosial dan ilmu alam melalui bermain
e. Memahami substansi dan metodologi pembelajaran seni dan
kerajinan tangan
f. Memahami substansi dan metodologi pembelajaran music dan
gerak
g. Memahami cara pengajaran anak usia dini yang berpusat pada
anak
h. Memahami jenis nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak serta mampu merekomendasikannya pada orangtua dan
pihak terkait.
i. Menguasai dasar P3K.
Kemampuan memahami a. Mampu melaksanakan penelitian sederhana untuk
4. penelitian sederhana dan kajian meningkatkan layanan PAUD
kritis untuk meningkatkan b. Mampu melakukan kajian kritis untuk meningkatkan layanan
layanan PAUD PAUD
c. Mampu menjelaskan pentingnya PAUD bagi orang dan calon
orangtua.

Kompetensi Kepribadian
No. Kompetensi Indikator

9
Memiliki kemampuan untuk a. Menguasai lingkungan kerja sesuai dengan profesi PAUD
1. bekerja mandiri b. Menguasai kemampuan untuk menyelesaikan tugas secara
mandiri
c. Menguasai cara mengadaptasikan diri terhadap lingkungan
pekerjaan.
Memiliki sikap terhadap profesi a. Menguasai dan memiliki sikap positif terhadap sumber-
2. sumber belajar untuk mempertahankan kemampuan
profesinya
b. Memiliki sikap positif terhadap perannya sebagai pendidik
PAUD
c. Memiliki sikap positif terhadap kegiatan pendidikan sehari-
hari
d. Memiliki sikap positif atas lingkungan kerjanya
e. Mampu menerima kritik dan saran.
Memiliki komitmen terhadap a. Memiliki etika kerja sebagai pendidik
3. profesi dan tugas profesional b. Menguasai karakteristik pekerjaan sesuai dengan profesi
PAUD
c. Bertanggung jawab/komitmen terhadap tugas.
Motivasi a. Memiliki kemauan meningkatkan diri dalam kinerja
4. profesinya
b. Memiliki kemauan untuk selalu berusaha meningkatkan
kemauan profesinya
c. Memiliki kemauan untuk mempelajari hal-hal yang baru
yang berkaitan dengan PAUD
d. Memiliki kemauan untuk melakukan inovasi
e. Memiliki kemauan untuk memprakarsai suatu kegiatan.

Kompetensi Sosial
No. Kompetensi Indikator
Kemampuan menjalin a. Mampu menjalin hubungan kerjasama dengan sejawat
1. kemitraan b. Mampu berkoordinasi dengan orangtua AUD, masyarakat,
dan lembaga Pembina AUD.
Kemampuan berkomunikasi a. Mampu berkomunikasi secara verbal maupun non verbal
2. dengan anak didik
b. Mampu merangsang anak untuk berkomunikasi
c. Mampu menciptakan suasana yang nyaman untuk
berkomunikasi
d. Mampu berkomunikasi dengan orangtua dan teman sejawat.
Kemampuan partisipasi a. Mampu berperan aktif dalam kegiatan pengembangan PAUD
3. di masyarakat.
Kemampuan memahami a. Mampu memahami nilai, adat istiadat, dan budaya yang
4. budaya masyarakat di sekitar berlaku di masyarakat dalam mendidik anak usia dini
tempat tugas b. Mampu memahami bahasa yang dignakan dalam masyarakat.

Berikut ini penjelasan mengenai keempat jenis kompetensi guru PAUD


dalam tabel diatas:14
1. Penguasaan Kompetensi Personal/Kepribadian

14
Catur Setio Wargo, Kompetensi Guru PAUD, http://consultant-academic-
specialist.blogspot.com/ Senin, 10 Januari 2011. Diunggah hari Jum’at tanggal 11 April 2014.

10
Kompetensi yang berkaitan dengan terbangunnya konsep diri
positif pada diri seorang guru sehingga bisa menjadi model ataupun contoh
yang baik bagi anak didiknya, seperti sifat terpuji, cara berbicara,
berpakaian, dan sebagainya. Ini semua dapat kita sebutkan sebagai
pengembangan attitude. Banyak ahli yang sependapat bahwa attitude
sering kali lebih berperan dalam pencapaian kesuksesan seseorang di
bidangnya. Karena kecerdasan, kemampuan, wawasan, keterampilan atau
keahlian seseorang tidak menjadi berarti apabila individu tersebut tidak
memiliki sikap/attitude yang baik.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, guru sebagai orangtua kedua bagi
anak dan sebagai model di sekolah bisa mewujudkan berbagai macam
sikap yang patut dicontoh anak didiknya. Menjaga tutur kata agar tetap
santun, jujur, selalu menolong, disiplin, bersahaja, taat beribadah,
mencontohkan perilaku yang baik dalam kegiatan sehari-hari,
memperlihatkan cara duduk, cara makan, cara merapikan kelas, dan masih
banyak lagi.
2. Penguasaan Kompetensi Sosial
Merupakan kemampuan guru dalam menjalin hubungan yang
sehat, baik dengan rekan kerja, orangtua murid, maupun relasi yang
terkait. Serta kompetensi dalam memberikan service excellent bagi
orangtua muridnya. Kompetensi ini juga membiasakan agar para guru
dapat membangun kerja sama yang efektif, saling bekerja sama, dan
ringan tangan bila ada yang membutuhkan. Mengenai kerja tim atau
“Team Work”, ada beberapa tipe individu yang berada dalam sebuah tim.
Dengan mengenal karakter individu di dalam tim maka dapat
mempengaruhi kerjasama dan keunggulan dalam tim tersebut.
3. Penguasaan Kompetensi Profesional
Yaitu kompetensi yang berhubungan dengan optimalisasi guru dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Melalui proses KBM beserta unsur-unsur
yang terkait di dalamnya. UU nomor 14 tahun 2005 menjelaskan secara
terperinci terkait dengan prinsip profesionalitas guru yang termaktub di
dalam pasal 7 yang berbunyi:

11
“Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut:
 memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
 memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan, dan akhlak mulia
 memiliki kualifiksi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas
 memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
 memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
 memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
 memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat
 memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dan
 memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-
hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Dalam mengukur profesionalisme kerja seorang guru dapat dilihat


dari kemampuannya mengembangkan bidang keilmuannya, bila
dirumuskan lebih terperinci maka pemetaan kompetensi profesional
meliputi:
 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.

4. Penguasaan Kompetensi Pedagogik


Penguasaan ketiga kompetensi di atas akan semakin optimal jika
diiringi pula dengan kompetensi pedagogik. Terlebih lagi pada pendidikan
anak usia dini (PAUD) di mana guru banyak membutuhkan keterampilan yang
aplikatif dalam berinteraksi dengan anak.

12
Dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), kompetensi pedagogik
sangat memiliki peran yang besar. Jika diuraikan lebih rinci, beberapa hal
yang termasuk dalam standar kompetensi inti adalah sebagai berikut:15
 Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
 Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Demikianlah sekilas gambaran dan penjelasan tentang empat macam
pengembangan kompetensi guru PAUD menurut para ahli yang harus dimiliki
oleh guru dan dipraktekkan dalam kegiatannya di sekolah, demi tercapainya
pengembangan mutu kompetensi yang diharapkan bagi dirinya dan peningkatan
mutu bagi sekolah tempat guru tersebut mengajar.
F. Paradigma Baru Terhadap Peran Guru16
Paradigma secara etimologis adalah cara berfikir, kerangka berpikir, atau cara
pandang seseorang dalam memikirkan dan memahami sesuatu. Sedangkan dalam
disiplin intelektual, paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap

15
Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 78.
16
Ibid, Guru…, hal. 40-43.

13
(afektif), dan bertingkah laku (konatif).17 Paradigma juga dapat berarti
seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam
disiplin intelektual.18
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru adalah sebagai
berikut:19
1) Tidak terjebak pada rutinitas saja, tapi selalumengembangkan dan
memberdayakan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kualifikasi dan
kompetensinya, baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan, seminar,
lokakarya, dan lainnya. Guru jangan hanya sekedar datang, mengajar, pulang,
dan terus berulang-ulang seperti itu sehingga lupa untuk mengembangkan
potensinya sendiri.
2) Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi serta model pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang dapat
menggairahkan motivasi belajar peserta didik. Dalam hal ini guru harus dapat
menguasai berbagai macam strategi, pendekatan, serta model pembelajaran
sehingga PBM dapat berlangsung dengan menyenangkan.
3) Guru mengurangi dominasi dalam pembelajaran, sehingga ada kesempatan
untuk peserta didik supaya berani, mandiri, dan kreatif dalam PBM.
4) Guru mampu memodifikasi dan memperkaya bahan pembelajaran sehingga
peserta didik mendapatkan sumber belajar yang lebih bervariasi.
5) Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar sebagai
profesi yang menyenangkan.
6) Guru mengikuti perkembangan IPTEK yang mutakhir sehingga memiliki
wawasan yang luas dan tidak tertinggal dengan informasi terkini.
7) Guru mampu menjadi teladan bagi peserta ddik dan masyarakat luas dengan
selalu menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji serta mempunyai integritas
yang tinggi.

17
Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Indeks, 2008), hal.
27.
18
http://www.thefreedictionary.com/paradigm. Diunggah hari Senin tanggal 6 Mei 2014.
19
Kunandar, Guru Profesional…, (Jakarta: Raja Grafindo, 2008), hal. 40 dan 42.

14
8) Guru itu mempunyai visi ke depan dan mampu membaca tantangan zaman
sehingga siap menghadapi perubahan dunia yang tak menentu serta
membutuhkan kecakapan dan kesiapan yang baik.
Oleh karena itu, diperlukan guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi,
dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Sehingga
dengan beberapa paradigma diatas, para guru dapat menjadi guru yang
berkualitas.

G. Pengembangan Keempat Macam Kompetensi Guru


Selain dari keempat macam kompetensi yang telah dijelaskan diatas, ada
beberapa pengembangan kompetensi yang dapat diperluas lagi berdasarkan
keempat kompetensi yang sudah ada, diantaranya adalah:
1. Kompetensi spiritual
Kompetensi sikap spiritual dan sosial diberikan dalam pembelajaran secara
indirect learning. Guru/ pendidik disini serta merta menjadi ujung tombak untuk
mencapai kompetensi sikap spiritual dan sosial pada diri setiap anak didik.
Kemampuan guru dalam menghubungkan setiap materi dan proses pembelajaran
perlu dibina, karena jika materi dan proses pembelajaran yang disajikan tidak
dikaitkan dengan nilai-nilai spiritual dan sosial maka kompetensi sikap yang
diinginkan sulit untuk dicapai. Sebagaimana kita tahu bahwa bidang sains dan
teknologi masih dipimpin oleh dunia barat, walaupun dalam taraf untuk
pendidikan usia dini, setiap aspek dalam keilmuannya bersifat ilmiah serta bersifat
obyektif dan terlepas dari nilai-nilai moral. Maka pembelajaran scientific yang
diterapkan pada kurikulum 2013 dikhawatirkan justru akan membawa semangat
barat yang sekuler. Kekhawatiran ini muncul jika guru tidak dapat mengaitkan
pembelajaran scientific dengan nilai-nilai moral ketimuran yang agamis.
Langkah yang harus diambil oleh setiap guru dalam menghadapi kurikulum
2013 nanti adalah mencantumkan internalisasi nilai-nilai spiritual dan sosial
dalam pembelajaran. Meskipun pembentukan sikap siswa dilaksanakan secara
tidak langsung karena tidak ada materi pokok yang diajarkan, tetapi tetap
diperlukan internalisasi nilai-nilai sikap, terutama dalam pemberian pendidikan
berkarakter.

15
Tugas guru bukan hanya membimbing siswa untuk dapat mengasosiasikan
setiap konsep dan proses pembelajaran yang diajarkan, sehingga setiap konsep
dapat membentuk konektivitas yang menjadi pemahaman dan penalaran siswa.
Tetapi lebih dari itu guru bertugas untuk membimbing siswa agar dapat
mengasosiasikan antara konsep dan proses pembelajaran dengan nilai-nilai sikap
spiritual dan sosial.
Tantangan yang dihadapi guru dalam pembentukan sikap siswa adalah adanya
pengaruh dari luar, dimana banyak fenomena sosial yang bertentangan dengan
nilai-nilai sikap yang sedang dikembangkan. Contoh pada KD NAM (nilai agama
dan moral): “Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan sesuai dengan
keyakinannya.”. Dalam Kompetensi Dasar ini terdapat nilai-nilai berupa sikap
spiritual yaitu keimanan dan keyakinan dengan menyadari kebesaran Tuhan dan
mengamalkan ajaran agama yang dianut. Maka guru perlu menginternalisasikan
nilai-nilai spiritual ini dalam setiap materi dan proses pembelajaran baik pada
anak Kelompok bermain maupun TK (A dan B).
Tantangan dari luar adalah adanya fenomena sosial, yang didapat/diperoleh
dari sosial media berupa internet dan juga media teknologi, bahwa segolongan
manusia yang tidak percaya kepada Tuhan yang tentu tidak sesuai dengan fitrah
diciptakannya manusia dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila khususnya
sila pertama. Ada pula segolongan manusia yang secara lisan beriman kepada
Tuhan tetapi dalam kesehariannya tidak mencerminkan sebagai manusia yang
beriman dengan meninggalkan konsekuensi dan kewajibannya sebagai manusia
yang beriman. Bahkan banyak fenomena sosial kemaksiatan yang justru
menunjukkan adanya ketidaktaatan terhadap ajaran agama dan sebaliknya
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Maka guru sekaligus pendidik
disini, perlu dengan seksama memberikan internalisasi nilai-nilai spiritual dan
sosial dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan agar siswa dapat memaknai
setiap materi dan proses pembelajaran menjadi kesadaran untuk menjadi hamba
Tuhan yang taat dan sekaligus sebagai warga negara yang memiliki sikap sosial
yang luhur untuk mewujudkan bangsa yang bermartabat.
Guru memiliki posisi strategis karena dalam keseharian mereka memiliki
cukup banyak waktu untuk berinteraksi dengan siswa. Guru harus memanfaatkan

16
setiap momentum pembelajaran untuk menginternalisasikan nilai-nilai sikap
spiritual dan sosial ke dalam benak sanubari siswa dan memberikan keteladanan
yang baik. Setiap siswa yang masih muda belia membutuhkan model-model
warga negara yang mampu menerapkan sikap spiritual dan sosial yang luhur. Pada
kompetensi spiritual, para guru dituntut untuk mampu menjaga semangat bahwa
mengajar adalah ibadah.20

2. Kompetensi Leadership
Kompetensi leadership (kepemimpinan) adalah kemampuan guru untuk
mengorganisasi seluruh potensi sekolah yang ada dalam mewujudkan budaya
21
Islami (Islamic religious culture) pada satuan pendidikan. Kepemimpinan
Guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk mempengaruhi orang lain
yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau perilaku tertentu terhadap
invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru tidak hanya sebatas pada
peran guru dalam konteks kelas pada saat berinteraksi dengan siswanya tetapi
menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan kepala sekolah dan rekan
sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang sama yaitu terjadinya
peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa. Kepemimpinan guru
memfokuskan pada 3 dimensi pengembangan, yaitu: (1) pengembangan individu;
(2) pengembangan tim; dan (3) pengembangan organisasi.
1. Dimensi pengembangan individu merupakan dimensi utama yang
berkaitan dengan peran dan tugas guru dalam memanfaatkan waktu di
kelas bersama siswa. Disini guru dituntut untuk menunjukkan
keterampilan kepemimpinannya dalam membantu siswa agar dapat
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, sejalan dengan
tahapan dan tugas-tugas perkembangannya. Melalui keterampilan
kepemimpinan yang dimilikinya, diharapkan dapat menghasilkan berbagai
inovasi pembelajaran, sehingga pada gilirannya dapat tercipta peningkatan
kualitas prestasi belajar siswa.

20
http://pembelajaranalquran.wordpress.com/tag/kompetensi-sikap-spiritual-dan-sosial/
21
Kementerian Agama RI, Keputusan Menteri Agama Nomor 211 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengembangan Standar Nasional Pendidikan Agama Pada Sekolah (Jakarta, Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam, 2011) hal. 76-77.

17
2. Dimensi pengembangan tim menunjuk pada upaya kolaboratif untuk
membantu rekan sejawat dalam mengeksplorasi dan mencobakan gagasan-
gagasan baru dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran, melalui
kegiatan mentoring, coaching, pengamatan, diskusi, dan pemberian umpan
balik yang konstruktif. Dimensi yang kedua ini berkaitan upaya
pengembangan profesi guru.
3. Sedangkan dimensi organisasi menunjuk pada peran guru untuk
mendukung kebijakan dan program pendidikan di sekolah (dinas
pendidikan), mendukung kepemimpinan kepala sekolah (administrative
leadership) dalam melakukan reformasi pendidikan di sekolah serta bagian
dari peran serta guru dalam upaya mempertahankan keberlanjutan
(sustanability) sekolah.
Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang: (1) peran guru dalam
memimpin siswanya, (2) peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan (3)
peran guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas.
Salah satu hambatan terbesar untuk menumbuhkan kepemimpinan guru
yaitu masih mendominasinya penerapan model kepemimpinan “top-down” di
sebagian besar sekolah. Guru masih seringkali diposisikan sebagai bawahan yang
harus tunduk dan taat pada atasan secara taklid. Oleh karena itu, untuk
menumbuhkan kepemimpinan guru memerlukan :
 Pemberdayaan dan dorongan kepada guru untuk menjadi pemimpin dan
mengembangkan keterampilan kepemimpinannya.
 Penyediaan waktu dan kesempatan bagi guru agar dapat bekerja
menjalankan kepemimpinannya, baik untuk kepentingan pengembangan
profesi, kerja kolaboratif, perencanaan bersama, dan membangun jaringan
guru.
Dalam konteks ini, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama
dari kepala sekolah untuk rela berbagi kekuasaan dan kewenangan, tanpa harus
merasa khawatir akan kehilangan identitas kewibawaannya. Kepala sekolah harus
memiliki keyakinan bahwa setiap guru pada dasarnya memiliki potensi
kepemimpinan, dan apabila diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan
mengaktualisasikan potensi kepemimpinannya, mereka bisa tampil sebagai

18
pemimpin-pemimpin hebat, yang dapat dimanfaatkan untuk semakin memperkuat
eksistensi sekolah sekaligus melengkapi kepemimpinan administratif yang
menjadi tanggung jawabnya.

3. Kompetensi kreatifitas
Guru merupakan jabatan profesi yang memerlukan keahlian khusus
sebagai guru. Keberadaan guru bagi suatu bangsa sangatlah penting terlebih-lebih
bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan jaman
dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai
yang bervariasi. Hal ini membawa konsekuensi kepada guru untukmeningkatkan
paranan dan kompetensinya. Dalam pelaksanaanya, guru dituntut memiliki
berbagai keterampilan atau kreativitas mengajar, strategi belajar mengajar yang
tepat, dan kemampuan melaksanakan evaluasi yang baik. Kreativitas adalah
setiap pemikiran
tentang proses pemecahan suatu masalah dengan cara yang asli atau yang
berguna.
Tetapi, bila kita benar-benar memikirkannya, hanya sedikit gagasan yang 100%
asli dan baru (Stan Kossen, dalam Michael A. West 2000:42). Kreativitas juga
merupakan kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang berguna diantara
yang berbeda.
Orang kreatif juga cenderung lebih luwes -mereka dapat dan mau beralih
dari satu pendekatan ke pendekatan yang lain apabila menangani suatu masalah.
Mereka lebih suka hal yang rumit daripada hal yang sederhana dan cenderung
lebih mandiri
daripada orang yang kurang kreatif, yang memegang teguh pendiriannya apabila
ditantang. Orang kreatif juga mudah sekali mempersoalkan wewenang dan rnudah
melanggar perintah yang menurut mereka tidak ada artinya. Karena alasan ini
mereka
mungkin agak sulit dikelola dalam kebanyakan organisasi. Karena lebih didorong
oleh masalah yang menarik perhatian daripada oleh imbalan materi mereka akan
bekerja lama dan keras untuk sesuatu yang menggugah rasa ingin tahu.

19
Tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas, yang menjadi
persoalan adalah bagaimanakah mengembangkan kreativitas tersebut. Dalam
aktualisasinya, derajat kreativitas orang-orang dapat dibedakan tinggi rendahnya
berdasarkan kriteria tertentu. Oleh karena derajat kreativitas orang-orang ada
dalam
suatu garis kontinum, maka perbedaan antara orang-orang yang kreatif dengan
orang-orang yang kurang kreatif hanyalah istilah teknis belaka. Kedua kategori itu
sesungguhnya menunjukkan pada tingkat kreativitas yang tinggi di satu pihak dan
tingkat kreativitas yang rendah di lain pihak. Untuk menjadi kreatif kita tidak usah
menjadi seorang yang jenius. Beberapa hal yang diperlukan untuk
mengembangkannya antara lain:
1. Menggunakan imajinasi secara lebih intensif.
2. Membiarkan pikiran secara leluasa dan bebas sehingga kegiatan-kegiatan
perpecahan masalah dapat dilakukan lebih efektif.
3. Ada kalanya bahkan dengan membiarkan menernpuh arah yang mula-mula
nampaknya "gila/aneh".
4. Mencari hubungan-hubungan yang berguna di antara objek-objek yang
nampaknya tidak berhubungan sehingga melahirkan ide-ide baru yang
sebelumnya tak pernah ada.

4. Kompetensi kedisiplinan
Kedisiplinan dalam kamus Bahasa Indonesia diberikan pengertian: 1)
Tata tertib, 2) Keta’atan (kepatuhan pada peraturan). Adapun kedisiplinan yang
penulis maksud adalah menjalankan atau menta’ati segala perintah atas peraturan
yang berlaku.
Kedisiplinan juga menjadi unsur penting bagi seorang guru. Kedisiplinan ini
memang menjadi kelemahan bangsa Indonesia, yang perlu diberantas sejak dini.
Untuk itu guru sendiri harus hidup dalam kedisiplinan sehingga anak didik dapat
meneladaninya. Di lapangan sering terlihat beberapa guru tidak disiplin mengatur
waktu, seenaknya bolos; tidak disiplin dalam mengoreksi pekerjaan siswa
sehingga siswa tidak mendapat masukan dari pekerjaan mereka. Ketidakdisiplinan
guru tersebut membuat siswa ikut-ikutan suka bolos dan tidak tepat
mengumpulkan perkerjaan rumah. Yang perlu diperhatikan di sini adalah, meski

20
guru sangat disiplin, ia harus tetap membangun komunikasi dan hubungan yang
baik dengan siswa. Pendidikan dan perkembangan pengetahuan di Indonesia
kurang cepat salah satunya karena disiplin yang kurang tinggi, termasuk disiplin
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan dalam belajar.
Apalagi dalam mendidik anak yang masih kecil, harus diberikan contoh
teladan yang baik, karena mereka masih dalam proses taha meniru terhadap
orang-orang yang ada disekeliling mereka. Karena itulah kedisiplinan terhadap
diri sendiri harus dibenahi walaupun itu adalah seorang guru atau seorang anak
kecil.

5. Kompetensi tanggungjawab
Aktualisasi diri yang sangat penting adalah sikap bertanggungjawab.
Seluruh tugas pendidikan dan bantuan kepada anak didik memerlukan
tanggungjawab yang besar. Pendidikan yang menyangkut perkembangan anak
didik tidak dapat dilakukan seenaknya, tetapi perlu direncanakan, perlu
dikembangkan dan perlu dilakukan dengan tanggungjawab. Meskipun tugas guru
lebih sebagai fasilitator, tetapi tetap bertanggung jawab penuh terhadap
perkembangan siswa. Dari pengalaman lapangan pendidikan anak menjadi rusak
karena beberapa guru tidak bertanggungjawab. Misalnya, terjadi pelecehan
seksual guru terhadap anak didik, guru meninggalkan kelas seenaknya, guru tidak
mempersiapkan pelajaran dengan baik, guru tidak berani mengarahkan anak didik,
dll. Bahkan ada juga guru yang tidak mau bahkan mengabaikan anak didik yang
sedang menangis sewaktu ditinggal oleh orangtua disekolah karena bekerja dan
mungkin sangat membutuhkan kasih sayang agar diperhatikan oleh seseorang di
sekolah tersebut, padahal guru ini bekerja/mengajar di sekolah tersebut juga. Ini
menandakan bahwa guru tersebut tidak bertanggungjawab terhadap anak
didiknya, dan hanya mengharap haknya saja tanpa melakukan kewajibannya di
sekolah tersebut sebagai pendidik.

H. Komentar Penulis
Berdasarkan pemaparan diatas mengenai “Pengembangan Kompetensi
Guru PAUD” saya sangat sependapat dengan semua penjelasan tersebut. Apalagi
dengan adanya empat potensi pengembangan kompetensi bagi guru terutama

21
untuk guru PAUD, karena dengan memahami kesemua potensi tersebut berarti
guru tersebut sudah menjadi guru yang profesional dan berkompetensi unggul
dalam mengembangkan sekolah tempat guru tersebut mengajar.
Untuk menyelaraskan diri dengan perkembangan kehidupan
masyarakatnya maka seseorang sangatlah memerlukan pendidikan. Berhubungan
dengan hal ini maka dibentuklah lembaga pendidikan yang khusus
menyelenggarakan tugas-tugas kependidikan. Disinilah perlunya sekolah, sesuai
dengan peran dan fungsinya maka sekolah merupakan kelembagaan pendidikan
sebagai pelanjut dari pendidikan keluarga. Karena keterbatasan para orangtua
untuk mendidik anak-anak mereka, maka diserahkan ke sekolah, walaupun masih
dalam keadaan pra sekolah.
Begitu juga dengan guru/pendidiknya, mereka haruslah memiliki
kompetensi juga, terutama kompetensi personalitas/kepribadian karena dengan
adanya kepribadian yang “uswatun hasanah” bagi si pendidik maka akan ditiru
oleh si peserta didik nantinya, apalagi bagi anak yang masih berusia dini ini yang
masih suka meniru dan mengikut apa yang dilihat dari orang dewasa yang ada
didekatnya. Begitu juga dengan ketiga kompetensi lainnya, pedagogik, sosial, dan
profesional. Kesemua ini sangatlah perlu bagi seorang guru PAUD karena guru
inilah yang berperan penting dalam mencetak para generasi yang bermutu dan
berguna bagi bangsa dan agamanya di masa akan datang. Ditambah dengan
beberapa kompetensi pengembangan dari keempat macam kompetensi tersebut
yaitu: kompetensi spiritual, leadership, kedisiplinan, tanggungjawab, dan
kreatifitas yang juga harus ada pada guru/pendidik PAUD.
Melalui makalah ini setidaknya dengan adanya penjelasan tentang
pengembangan potensi untuk guru PAUD tersebut dapat dipahami dan dimaknai
dengan penghayatan yang sempurna dan dapat diberi tambahan jika ada
kekurangan dalam penjelasan ini. Karena penulis pun masih dalam tahap kurang
sempurna mengenai pengembangan kompetensi bagi guru PAUD ini dan masih
perlu mengasah potensi diri sendiri lagi, apalagi ini menyangkut pengajaran dan
pendidikan untuk anak usia dini yang sangat memerlukan didikan yang baik selain
dari orangtuanya. Sekian.

22
I. Penutup
Kompetensi seorang guru yaitu seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Guru adalah pendidik, maka pendidik merupakan orang yang bertanggung
jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik.
Anak didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Untuk menjadi guru PAUD yang sesuai dengan kompetensi maka guru
PAUD harus mengikuti isi Peraturan Pemerintah RI yang baru Nomor 16 tahun
2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi guru PAUD jalur formal dan
non formal.
Kompetensi seorang guru meliputi: penguasaan kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Catur Setio Wargo. Kompetensi Guru Paud. http://consultant-academic-


specialist.blogspot.com/ Senin, 10 Januari 2011. Diunggah hari Jum’at
tanggal 11 April 2014.

Dani Vardiansyah. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta:


Indeks.

Enco Mulyasa. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik,dan


Implementasi). Bandung: Remaja Rosda Karya.

___________ . 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran


Kratif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fasli Jalal. 2003. Perluasan Layanan Pendidikan Anak Usia Dini. Buletin PAUD.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Depdiknas.

23
http://www.thefreedictionary.com/paradigm. Diunggah hari Senin tanggal 6 Mei
2014.

Kunandar. 2008. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Luluk Asmawati. 2014. Perencanan Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam.Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

______ . 2005. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Uyoh Sadulloh. 2011. Pedagogik (Ilmu Mendidik). cet. Ke-2. Bandung: CV.
Alfabeta.

24

Anda mungkin juga menyukai