Anda di halaman 1dari 184

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Secara rasional bahwa pembelajaran yang bermakna adalah


pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, berkaitan dengan
pernyataan tersbut maka asesmen penting dilakukan oleh guru, karena
mengetahui kemampuan, hambatan maupun kebutuhan Peserta Didik tidak
cukup hanya hasil dari pengamatan saja, tetapi harus dicari dan ditemukan akar
permasalahan yang sebenarnya secara komprehensif.

Semua siswa memiliki hak untuk belajar dan memperoleh pendidikan


yang berkualitas tanpa memandang perbedaan fisik, intelektual, sosial, emosi,
bahasa, atau kondisi lainnya, termasuk siswa berbakat, dan siswa yang
mengalami gangguan kecerdasan. Hal ini sesuai dengan yang ditetapkan dalam
Konvensi Hak Anak yang telah ditanda tangani oleh hampir semua negara di
dunia. Setiap guru diharapkan memiliki pemahaman yang baik tentang
keberagaman kondisi peserta didik agar dapat memberikan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan keunikan peserta didik.

Mengajar siswa dengan keberagaman latar belakang merupakan sebuah


tantangan. Kondisi tersebut mendorong guru untuk terus-menerus belajar
memahami siswa melalui pengamatan, berbagi pengalaman, membaca buku,
dan menggali berbagai informasi dari berbaTampil menjadi guru yang ideal,
memang tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan atas materi atau ilmu
yang akan diajarkan. Sebab, dalam konteks pembelajaran, bahan atau materi
pelajaran hanya merupakan perangsang tindakan guru dalam memberikan
dorongan belajar yang diarahkan pada pencapaian tujuan belajar. Karena itu,
seorang guru harus membekali diri dengan sejumlah pengetahuan dan
keterampilan lain yang sangat diperlukan dalam keberhasilan pelaksanaan
tugasnya. Ini adalah penting karena guru dalam menjalani profesinya tidak
berhadapan dengan benda mati, melainkan berhadapan dengan manusia yang
disebut dengan peserta didik. Peserta didik yang dihadapi oleh guru tersebut
adalah individu- individu yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya.
Mereka hadir dan berkumpul di ruang kelas dari berbagai latar belakang, baik
sosial, kultural, strata ekonomi yang berbeda. Mereka juga datang sebab
membawa corak kepribadian, karakteristik, tingkah laku, minat, bakat,
kecerdasan dan berbagai tingkat perkembangan lainnya yang berbeda-beda
pula. Untuk dapat menghadapi dan membelajarkan peserta didik dengan
berbagai latar belakang, corak kepribadian, dan tingkat perkembangan yang
beragam tersebut, maka guru perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki
peserta didik, motivasinya, latar belakang akademis, sosial-ekonominya dan
sebagainya. Kesiapan guru mengenal karakteristik peserta didik dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi
indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran (Syaiful Sagala, 2000).

Adanya keharusan guru mengenal karakteristik peserta didik tersebut,


berarti guru harus menguasai dan mendalami psikologi perkembangan peserta
didik, yakni sebuah disiplin ilmu yang secara khusus membahas tentang aspek-
aspek atau karakteristik perkembangan peserta didik. Dengan bekal
pengetahuan tentang berbagai aspek perkembangan peserta didik ini,
diharapkan guru dapat merancang dan melaksanakan program pembelajaran
yang sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik yang dihadapinya.
Pengetahuan tentang psikologi perkembangan peserta didik juga memungkinkan
guru untuk memahami apa yang dibutuhkan, diminati, dan yang hendak dicapai
oleh peserta didik, serta dapat memberikan pelayanan yang bersifat individual
bagi mereka yang mengalami kesulitan.

Mengenal peserta didik merupakan keharusan bagi seorang guru dalam


melaksanakan tugas kependidikan. Dengan mengenal anak didik dengan baik
akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya..
Setelah guru, mengenal pribadi dan keluarganya, maka selanjutnya guru harus
mampu memahami karakter peserta didik. Memahami karakter anak didik
tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakter
peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga
dia dapat memahami karakternya dengan baik dan benar.

Karakter peserta didik adalah watak, kejiwaan dan sifat-sifat khas yang
dibawa anak semenjak lahir, sebagai identitas diri yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Masing-masing anak didik memiliki karakter yang berbeda,
bahkan peserta didik yang kembar sekalipun akan berbeda karakternya. Karakter
seseorang peserta didik akan terlihat dari cara dia bertutur kata, bersikap dan
berprilaku. Semua aktivitas yang tampak secara kasat mata merupakan
perwujudan dari watak, jiwa dan sifat anak didik.

B. Tujuan

Secara umum, penulisan modul ini adalah untuk meningkatkan


kompetensi paedagogik guru. Secara khusus, modul ini bertujuan untuk:

1. Dengan memahami peserta didik, seorang guru akan dapat memberikan


harapan yang realistis terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting,
karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada anak usia tertentu, anak
mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak
mencapai standar yang ditetapkan orangtua dan guru. Sebaliknya, jika
terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan
rangsangan untuk lebih mengembangkan kemampuannya.
2. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak.
3. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
mengenali kapan perkembangan normal yang sesungguhnya dimulai,
sehingga guru dapat mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang
akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
4. Dengan memahami peserta didik, Guru akan lebih mudah dalam
memberikan bimbingan belajar yang tepat pada peserta didik

C. Peta Kompetensi

Standar Kompetensi Guru

Kompetensi Inti :

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,


kultural, emosional, dan intelektual.
6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Kompetensi Mata Pelajaran :

1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual dan latar belakang sosial-
budaya
6.1. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi secara optimal

D. Ruang Lingkup
Secara umum, modul ini membahas tentang:
- Karakterisik peserta didik
- Perkembangan peserta didik dari berbagai aspek
- Potensi peserta didik
- Metode pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan potensi peserta
didik

E. Saran Cara Penggunaan Modul


- Telah uraian materi dalam modul ini dengan membaca secara
seksama
- Diskusikan dengan teman Anda tentang uraian materi dan tugas yang
ada dalam modul ini
- Gunakan referensi yang lainnya dalam berdiskusi dengan teman
Anda
- Diskusikan dengan nara sumber atau instruktur jika ada hal-hal yang
kurang jelas
Kegiatan Pembelajaran 1:

Perkembangan Peserta Didik


A. Tujuan

1. Memahami pengertian Perkembangan Peserta Didik dan arti


penting mempelajarinya untuk calon pendidik yang dapat
menjadikan dasar pijakan dalam pembelajaran di sekolah
2. Memahami tentang karakteristik perkembangan rentang kehidupan
manusia dan berbagai ranah perkembangan setiap individu.
3. Memahami perbedaan istilah Pertumbuhan dan Perkembangan
yang selalu mengikuti kajian Perkembangan Peserta Didik, serta
memahami faktor yang mempengaruhinya
4. Menjadikan dasar pemahaman untuk memahami perbedaaan
secara individual dari setiap tahapan perkembangan individu.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Meyimpulkan pengertian Perkembangan Peserta Didik dan arti


penting mempelajarinya untuk calon pendidik yang dapat
menjadikan dasar pijakan dalam pembelajaran di sekolah
2. Meyimpulkan tentang karakteristik perkembangan rentang
kehidupan manusia dan berbagai ranah perkembangan setiap
individu.
3. Meyimpulkan perbedaan istilah Pertumbuhan dan Perkembangan
yang selalu mengikuti kajian Perkembangan Peserta Didik, serta
memahami faktor yang mempengaruhinya
4. Meyimpulkan dasar pemahaman untuk memahami perbedaaan
secara individual dari setiap tahapan perkembangan individu.
C. Uraian Materi

1. Pendahuluan

Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan


yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus
berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi akibat dari
kematangan dan pengalaman (Hurlock, 1991; Rice, 2002). Menurut
Hurlock (1991), dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan
yang terjadi secara serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang
disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan involusi. Pada awal
kehidupan manusia yang berperan adalah evolusi, sedangkan involusi
lebih berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang
bersifat mundur. Sikap terhadap perubahan-perubahan perkembangan ini
dipengaruhi oleh penampilan dan perilaku individu, stereotip budaya, nilai-
nilai budaya, perubahan-perubahan peran dan pengalaman pribadi. Salah
satu tujuan dari perubahan ini adalah agar individu mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan sehingga baik secara fisik maupun psikis sesuai
dengan harapan-harapan sosial.

Adapun perubahan-perubahan dalam perkembangan individu


merupakan hasil dari proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional
yang saling berkaitan. Proses biologis meliputi perubahan pada sifat fisik
individu yang semakin bertambah usia akan mengarah kepada
kematangan. Untuk proses kognitif meliputi perubahan pada pemikiran,
intelegensi dan bahasa individu, sedangkan proses sosio-emosional
meliputi perubahan pada relasi individu dengan orang lain, serta
perubahan emosi dan kepribadian yang menyertainya. Adapun interaksi
ketiga proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Proses-proses Utama Perkembangan Individu
(Santrock, 1995)

Interaksi ketiga faktor tersebut berlangsung sepanjang rentang


kehidupan individu. Proses-proses yang saling mempengaruhi
menghasilkan periode siklus kehidupan manusia. Untuk tujuan
pengorganisasian materi dan mempermudah pemahaman, pada
umumnya para ahli menggambarkan perkembangan dalam beberapa
tahap yang disebut dengan tahapan perkembangan (Santrock, 1995).
Tahapan perkembangan meliputi urutan sebagai berikut: periode
prakelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak akhir,
masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa lanjut
usia.

Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang


sering muncul, pertama perkembangan (development) dan kedua adalah
pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan dititikberatkan pada aspek-
aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan pertumbuhan dipakai
untuk perubahan-perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara fisik
dan psikis ini saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia.
Pertumbuhan dan perkembangan kadang-kadang masih kabur
pengertiannya dan sukar dibedakan. Biasanya istilah-istilah itu digunakan
untuk menjelaskan adanya perubahan yang bersifat progresif namun
sifatnya berbeda.

Secara lebih rinci, perbedaan antara pertumbuhan dan


perkembangan adalah :

a. Pertumbuhan (Growth) : cenderung lebih bersifat kuantitatif dan


berkaitan dengan aspek fisik. Contoh : ukuran berat dan tinggi
badan , ukuran dimensi sel tubuh, umur tulang yang bisa diukur
b. Perkembangan (Development): cenderung lebih bersifat
kualitatif, berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu.
Contoh :
1) Bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, misalnya
dalam perkembangan bahasa, emosi, intelektual, perilaku
2) Perkembangan periode bayi sampai anak. Kita melihat
bahwa bayi dan anak berbeda sebagai hasil dari
pertumbuhan, tetapi disini juga terdapat perubahan struktur
dan bentuk. Jadi, bentuk bayi tidak sama dengan bentuk
anak (bentuknya bukan bentuk bayi dalam ukuran besar).
Untuk perubahan strukturnya yaitu secara berproses melalui
kematangan dan belajar, tangan anak sudah bisa digunakan
untuk makan sendiri. Perkembangan Peserta Didik
merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan Psikologi
Perkembangan.

Life-span human development berusaha menggambarkan,


menjelaskan, meramalkan, dan mempengaruhi perubahan-perubahan
yang terjadi dari pembuahan hingga masa dewasa. Tujuan akhir dari
perspektif ini adalah untuk membantu hidup individu menjadi kehidupan
yang berarti dan produktif. Perspektif sepanjang rentang kehidupan
manusia menjelaskan adanya tujuh karakteristik dasar yang harus
dipahami untuk melihat perkembangan manusia, yaitu :

1. Perkembangan adalah seumur hidup. Perkembangan yang


menyangkut berbagai macam perubahan dari hasil interaksi
faktor-faktor seperti yang telah disebutkan akan berlangsung
secara berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan.
2. Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan
menyangkut berbagai macam ranah perkembangan seperti
faktor fisik, intelektual yang menyangkut perkembangan kognitif
dan bahasa, emosi, sosial dan moral.
3. Perkembangan adalah multidireksional. Ranah-ranah
perkembangan mengalami perubahan dengan arah tertentu.
Sebagai contoh, pada masa bayi, perkembangan yang tumbuh
pesat adalah ranah fisik, yang kecepatan arah pertumbuhannya
tidak sama dengan ranah yang lain. Sementara pada masa
kanak-kanak awal, perkembangan emosi dan sosial
berkembang lebih pesat dibandingkan dengan perkembangan
yang lain.
4. Perkembangan bersifat lentur (plastis). Hal ini berarti
perkembangan berbagai macam ranah dapat distimulasi untuk
berkembang secara maksimal. Sebagai contoh, kelenturan
berpikir anak-anak dapat diasah sejak dini dengan memberikan
latihan-latihan pada anak untuk terbiasa memecahkan masalah
dengan baik dengan berbagai macam cara dari hasil
eksplorasinya.
5. Perkembangan selalu melekat dengan sejarah. Bagaimanapun
perkembangan individu tidak dapat lepas dengan keadaan di
sekitarnya. Sebagai contoh, perkembangan emosi pada era 66-
an akan menyebabkan individu yang hidup saat itu memiliki
kekhasan sendiri dalam merespon sesuatu. Hal ini dapat dilihat
dari benang merah perkembangan individu yang hidup pada era
1990-an.
6. Perkembangan bersifat multidisipliner. Berbagai macam ahli
dan peneliti dari disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi,
antropologi, neurosains, kesehatan mental, kedokteran
mempelajari perkembangan manusia dengan berbagai macam
persoalannya.
7. Perkembangan bersifat kontekstual. Hal ini berarti bahwa
perkembangan individu mengikuti kondisi saat itu.
Perkembangan bersifat kontekstual secara lebih dalam dapat
dipahami dengan menghubungkan tiga komponen, yaitu ;
a. Pengaruh tingkat usia secara normatif, yaitu adanya
pengaruh biologis dari lingkungan yang sama pada
kelompok tertentu. Sebagai contoh, di Indonesia usia
mulai masuk sekolah dasar adalah rata-rata 7 tahun.
Untuk usia pensiun, rata-rata orang Indonesia dimulai
usia 60 tahun
b. Pengaruh keadaan sejarah normatif, yaitu adanya
pengaruh biologis dari lingkungan yang dihubungkan
dengan sejarah. Sebagai contoh pengaruh keadaan
sejarah dapat meliputi dampak pada pengaruh keadaan
ekonomi, perubahan politik, misal setelah perubahan
politik di Indonesia dari orde lama ke orde baru, dan
sejak tahun 1998 menjadi era reformasi yang diantaranya
bercirikan adanya kebebasan berpendapat dan adanya
sifat keterbukaan dalam panggung politik.
c. Pengaruh peristiwa kehidupan yang non-normatif, yaitu
peristiwa kehidupan yang tidak biasa, yang tidak terjadi
pada semua orang dan seringkali tidak bisa diramalkan.
Sebagai contoh, peristiwa bencana alam yang dialami
oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah pada
tanggal 27 Mei 2006. Peristiwa ini mengakibatkan
dampak-dampak secara fisik maupun psikis bagi para
korban. Contoh lain, misalnya ketika individu
memenangkan undian yang sama sekali tidak disangka.
Satu hal yang harus dilakukan individu adalah
bagaimana dapat menyesuaikan dengan peristiwa-
peristiwa tersebut, sehingga yang berkelanjutan. Tidak
menimbulkan dampak negatif.

2. Pengertian dan Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta


Didik

Dalam setiap tahapan perkembangan manusia mempunyai


karakteristik yang khas dan tugas-tugas perkembangan tersendiri yang
bermanfaat sebagai petunjuk arah perkembangan yang normal. Tugas-
tugas perkembangan tersebut juga sangat berhubungan dengan
pendidikan yang diterima oleh individu. Pendidikan menentukan tugas
apakah yang dapat dilaksanakan seseorang pada masa-masa tertentu.
Konsep diri dan harga diri akan turun bila seseorang tidak melaksanakan
tugas perkembangannya dengan baik, karena individu tersebut akan
mendapat celaan dari masyarakat sekitarnya sehingga menimbulkan
ketidakbahagiaan bagi individu yang bersangkutan. Sebaliknya
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
memberikan perasaan berhasil dan perasaan bahagia (Monks dkk., 1998).

Mengkaji tentang pendidikan yang diterima oleh individu, sangatlah


terkait dengan keberadaan guru sebagai staf pengajar dan sebagai salah
satu faktor pendidikan yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan
proses belajar mengajar di sekolah. Beberapa peran guru yaitu sebagai:

- Inspirator dan motivator. Dalam proses belajar dan


pembelajaran, guru mampu menstimulasi, mendorong, serta
mengelaborasi daya berpikir siswa, sehingga mampu
membentuk perasaaan senang dalam belajar dan memiliki sikap
dan perilaku yang tepat.
- Seorang yang memiliki sikap empati, yaitu berusaha menyelami
alam pikiran dan perasaan siswa.
- Pengelola proses belajar yang mampu menfasilitasi setiap
kemampuan dan kecerdasan siswa
- Pemegang penguat perilaku yang bijaksana, sehingga perilaku-
perilaku positif peserta didik dapat terus berkembang dan
mengarah ke tingkat yang lebih baik.

Bagi para pendidik dengan berbagai macam peran yang sudah


disebutkan, harapannya dapat mengetahui dan memahami
perkembangan dan karakteristik peserta didik. Hal ini sangatlah penting
karena “transfer of learning” dalam proses belajar mengajar dapat
tersampaikan dan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Selain
itu, dengan memahami perkembangan peserta didik tersebut, para
pendidik dapat menggunakan teknik-teknik yang tepat untuk mempelajari
kemampuan, minat, dan tingkat persiapan belajar peserta didik. Selain itu
juga mampu mempertimbangkan bermacam-macam prosedur mengajar,
serta mampu menganalisis dan meneliti cara belajar, kekuatan dan
kelemahan belajar dari para peserta didiknya. Secara umum, manfaat
mempelajari Perkembangan Peserta Didik dapat dirasakan pendidik dan
peserta didik, yaitu :

1. Bagi Pendidik

a. Memberikan gambaran tentang perkembangan manusia


sepanjang rentang kehidupan beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya, yang meliputi aspek fisik, intelektual, emosi,
sosial dan moral.
b. Memberikan gambaran tentang bagaimana proses
pembelajaran yang tepat sesuai dengan tahapan
perkembangan peserta didik.

2. Bagi Peserta Didik

a. Memiliki pengetahuan tentang konsep- konsep Perkembangan


Peserta Didik yang meliputi individu dalam menjalani tahapan
perkembangan dari pre-natal hingga lanjut usia.
b. Mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam proses
pembelajaran sesuai dengan tahapan perkembangannya.

3. Ranah Kajian Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang


dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan fisik,
intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi dan sosial,
yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral. Keempat ranah
tersebut dibahas dalam buku ini dalam tiap-tiap tahap perkembangan.
Meskipun masing-masing ranah menekankan aspek khusus dari
perkembangan, ada saling ketergantungan luas diantara bidang-bidang
tersebut. Keterampilan kognitif (cognitive skills), misalnya, bisa
bergantung pada pengalaman sosial dan kesehatan fisik, serta emosi.
Seorang anak yang berada dalam kesehatan fisik dan emosional yang
baik dan terbuka pada berbagai pengalaman sosial, akan mampu belajar
lebih daripada anak yang berada dalam situasi sebaliknya. Perkembangan
sosial ini juga dipengaruhi oleh kedewasaan biologis, pengertian kognitif,
dan reaksi emosional. Akibatnya, tiap-tiap ranah merefleksikan ranah
perkembangan yang lain.

Dalam menggambarkan keempat ranah tersebut, perkembangan


semasa hidup (life-span development) telah menjadi perspektif yang
multidisipliner, yang meliputi ilmu biologi, fisiologi, kedokteran, pendidikan,
psikologi, sosiologi, dan antropologi (Baltes, dalam Rice , 2002).
Pengetahuan yang mutakhir yang ada diambil dari tiap-tiap disiplin
tersebut dan digunakan dalam studi tentang perkembangan manusia .

4. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Perkembangan Individu

Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa


disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak
lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering
juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini
berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga
menyebabkan perbedaan yang disebut dengan istilah individual
differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki
keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam
kemampuan berfikir, merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya
sehari-hari.

Dalam melihat dan menyikapi perbedaan tersebut, hendaknya


pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan
dengan cara yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki
kekhasan sendiri, sehingga pendekatan yang sifatnya personal maupun
institusional tentu berbeda.

Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi


perkembangan individu adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal
1) Kondisi Fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada
faktorgenetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai
dari masa pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam
struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada
manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh,
jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991).
Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.

Pada masa pembentukan sel-sel tubuh, banyak faktor yang dapat


mempengaruhi kondisi janin disamping keunikan yang telah ada pada
kedua orangtuanya. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah faktor
penyimpangan yaitu dari segi fisik, seperti keadaan gizi yang buruk pada
ibu hamil, dipengaruhi berbagai jenis obat-obatan yang berbahaya, rokok,
alkohol, serta zat-zat kimia dapat merugikan janin. Dari segi psikologis,
pembentukan sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh keadaan psikologis
selama kehamilan. Emosi Ibu yang tidak stabil atau stres yang berat dapat
menumbuhkan kelainan pada janin, seperti penyakit dan cacat fisik
maupun psikologis. Untuk lebih rinci dapat dicermati penjelasan berikut ini;

a) Faktor Gizi atau Asupan Makanan

Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang


baik dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam
merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan
otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling penting dalam
menentukan tumbuh dan kembang individu. Walaupun perkembangan
otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada masa awal
individu-individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾ dari otak
orang dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10 otak
orang dewasa atau sekitar 90 % berat otak orang dewasa. Beberapa
pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan
ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus
tumbuh hingga masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan
dengan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif individu
(Santrock, 1995). Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya
ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah
dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan. Pasca
kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik bagi
individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun
kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan kalori dan protein,
ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat besi, yodium dan
kalsium.

Kalori didapatkan dari karbohidrat sebagai sumber energi untuk


pembakaran sel-sel tubuh yang menunjang gerakan motorik dan aktivitas
berfikir. Sumber karbohidrat ini didapatkan dari nasi, roti, mi, jagung
ataupun berbagai macam makanan yang mengandung tepung.

Protein diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel tubuh serta


menggantikan zat-zat tubuh yang sudah aus dan membuat hormon-
hormon pertumbuhan. Protein ini bisa berasal dari hewan seperti: daging
sapi, ayam, telur maupun ikan, sementara protein nabati atau yang
berasal dari tumbuhan seperti tempe, tahu, kacang hijau. Berbagai
macam protein ini haruslah disajikan secara bervariasi pada individu
sehingga dapat saling melengkapi.

Vitamin dan mineral pun sangat diperlukan untuk meningkatkan


metabolisme tubuh, yaitu proses perubahan bahan makanan menjadi
energi, menjaga daya tahan tubuh dari infeksi dan penyakit. Sumber
vitamin dan mineral ini bisa didapat dari berbagai macam sayuran dan
buah-buahan
Zat yang paling berperan langsung pada daya pikir adalah zat besi
dan yodium. Kekurangan zat besi berakibat jumlah oksigen yang dibawa
oleh sel-sel ke seluruh tubuh termasuk ke dalam otak berkurang, sehingga
terlihat individu lesu, tidak bergairah dan menurunnya daya konsentrasi.
Zat besi banyak terdapat dalam daging berwarna merah, hati dan sayuran
berwarna tua.

Yodium berfungsi untuk kerja kelenjar tiroid yang menghasilkan


hormon tiroksin yang mengontrol laju metabolisme. Kekurangan yodium
ini dapat mengakibatkan merosotnya IQ dan keterbelakangan mental.
Yodium ini banyak terdapat pada makanan yang berasal dari laut dan
garam. Zat lain yang sangat berguna bagi tubuh adalah kalsium yang
digunakan untuk pertumbuhan tulang, gigi, kelancaran impuls syaraf di
otak dan kerja jantung. Kalsium ini bisa didapat dari susu, keju, ikan laut,
ayam dan brokoli (Boediarti dalam Izzaty, 2004)

b) Cacat dan penyakit

Kondisi individu yang cacat banyak disebabkan oleh beberapa hal


yaitu :

- Pengaruh genetik karena adanya kelainan berupa


penyimpangan kromosom. Salah satu penyimpangan
kromosom disebut dengan down syndrome. Penyimpangan ini
disebabkan adanya kelainan pada kromosom ke-21 berjumlah
tiga dari yang seharusnya berjumlah dua. Individu yang
menderita down syndrome ini memiliki ekspresi muka yang
khas, yang biasanya diikuti oleh keterbelakangan dalam
perkembangan (Monks, 1998)
- Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung. Seperti yang
diungkapkan oleh Mussen (1994) mengatakan bahwa bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi dapat menyebabkan
berat lahir rendah, menderita kecacatan atau keabnormalan
pada otak sehingga mengakibatkan retardasi mental, kurangnya
kekebalan tubuh sehingga cepat terserang penyakit radang
paru-paru dan bronkitis, serta cacat tubuh.
- Obat-obatan dan alkohol. Kandungan zat kimia pada obat dan
alkhohol pada orangtua akan menghasilkan sprerma dan sel
telur yang tidak sehat. Begitupun pada kondisi janin yang
dikandung oleh ibu yang sering meminum alkohol, obat-obatan,
serta obat terlarang seperti mariyuana serta obat-obat
psikotropika kecendrungan untuk melahirkan bayi yang cacat
cenderung besar. Selain itu kelainan jantung, retardasi mental,
serta fungsi tubuh yang tidak optimal dapat menjadi akibat dari
obat dan alkohol.
- Radiasi. Mussen (1994) mengatakan bahwa sumber potensial
kecacatan pada bayi adalah radiasi sinar X yang dialami ibu
selama kehamilan, baik itu untuk pengobatan penyakit ibu
seperti kanker, tumor, atau diagnosis penyakit lain.Radiasi
antara pembuahan dan saat ovum tertanam di uterus dianggap
mengahncurkan ovum yang telah dibuahi. Bahaya terbesar
adalah cacat bentuk tubuh antara minggu kedua dan keenam
setelah pembuahan.
- Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan. Beberapa
penyakit yang dianggap berbahaya dapat mempengaruhi
kondisi janin adalah penyakit citomegalovirus, rubela (campak
jerman), hepatitis, cacar air, sipilis, serta toksoplasma.
Beberapa penyakit yang dapat timbul adalah cacat tubuh, cacat
jantung, ketulian, kebutaan, serta retardasi mental.
- Keadaan Emosi pada Ibu. Keadaan emosi itu sangat
memperngaruhi perkembangan janin. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa ktika ibu merasakan marah, tertekan, takut, dan cemas
yang tinggi akan mengaktifkan sistem autonomik ibu yang
selanjutnya melepaskan zat kimia seperti asetilkolin dan epnefin
ke dalam aliran darah. Selanjutnya, dalam keadaan seperti itu,
kelenjar-kelnejar endokrin seperti kelenjar adrenalin
mengeluarkan berbagai jenis hormon dan terjadi modifikasi
metabolisme sel. Dengan berubahnya komposisi darah, zat
baru diteruskan melewati plasenta, sehingga mengahsilkan
perubahan dan sistem peredaran janin. Perubahan inilah yang
dapat menganggu janin. Sebuah penelitian mencatat bahwa
gerakan tubuh janin meningkat beberapa ratus persen sewaktu
mengalami stres atau tekanan emosi (Sontag dalam Mussen,
1994). Lebih lanjut dikatakan bahwa bayi yang lahir dari ibu
yang tidak bahagia atau gundah, maka dapat mengakibatkan
bayi lahir prematur atau memiliki berat lahir rendah, hiperaktif,
rewel, kesulitan makan, mengalami gangguan tidur, buang air
besar berlebihan, serta kebutuhan luar biasa untuk diperlukan
dan diperhatikan.

2. Kondisi Psikis

Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Seperti yang


diuraikan sebelumnya, bahwa ranah perkembangan individu menyangkut
aspek fisik, intelektual yaitu kognitif dan bahasa, emosi dan sosial moral.
Kondisi fisik yang tidak sempurna atau cacat juga berkaitan dengan
persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun dengan
ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan
karena kerusakan sistem syaraf , kerusakan otak atau mengalami
retardasi mental.
b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan Fisik;

Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan


geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang
meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan hunian (Soetjiningsih, 1998).
Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat
menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang
tidak aman karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan
tersendiri bagi individu dan proses imitasi atau peniruan perilaku
kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi
atau kebersihan lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup
sehat, serta keadaan geografis yang sulit, misalnya karena di daerah
terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan akan
bencana alam, selain dapatmempengaruhi tekanan psikis juga
mempengaruhi faktor kesehatan karenapengobatan yang sulit didapatkan.

Menurut teori stres lingkungan (Sarwono, 1992), ada dua elemen


dasaryang menyebabkan manusia bertingkah laku terhadap
lingkungannya. Elemenpertama adalah stresor dan elemen kedua adalah
stres itu sendiri. Stresoradalah elemen lingkungan yang merangsang
individu seperti kebisingan, suhuudara, dan kepadatan, ataupun
lingkungan rumah yang tidak sehat. Sementarastres diartikan sebagai
ketegangan atau tekanan jiwa yang merupakan akibatdari hubungan
antara stresor dengan reaksi yang ditimbulkan dalam diri individu.

2) Lingkungan Non fisik


Faktor Non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu
keluarga,pendidikan, dan masyarakat. Adapun beberapa faktor yang
berkenaan denganfaktor non fisik ini adalah ;

a) Faktor Psikososial.

Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi,


motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari
orang tua:

- Stimulasi. Hal ini merupakan faktor yang penting dalam


menunjangperkembangan individu. Individu yang mendapat
stimulasi ataurangsangan yang terarah dan teratur akan lebih
cepat mempelajarisesuatu karena lebih cepat berkembang
dibandingkan individu yang tidakmendapatkan banyak stimulasi.
Individu akan berkembang pola-polaberfikir, merasakan
sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberirangsangan
yang berupa dorongan dan kesempatan dari
lingkungandisekitarnya. Walaupun mungkin ada individu yang
berbakat, namun bilalingkungannya tidak mendukung,
potensinya untuk berkembangpun dapat terhambat. Sebaliknya,
bila ada individu yang belum terlihat potensi pada dirinya,
namun rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan
secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan usianya, maka
individu tersebut dapat berkembang jauh lebih baik. Sebagai
contoh, individu yang sejak dini diajarkan bagaimana
memecahkan permasalahannya akan lebih mudah
menyelesaikan masalah lain karena adanya pengalaman
belajar.
- Motivasi dalam mempelajari sesuatu. Motivasi yang ditimbulkan
dari sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada
individu dalam menguasai sesuatu. Dorongan yang bersifat
membangun daya fikir dan daya cipta individu, akan membuat
individu termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi.
Pemberian kesempatan pada individupun dalam
mengeksplorasi sesuatu merupakan salah satu cara dalam
memotivasi individu belajar. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak
institusi pendidikan maupun dari pihak keluarga. Individu
dimotivasi untuk menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang
sesuatu untuk memuaskan rasa ingin tahunya merupakan hal
yang dibutuhkan individu.
- Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orangtua
merupakan area terdekat pada individu. Individu sangat
memerlukan kasih sayang, perlindungan, rasa aman, sikap dan
perlakuan yang adil dari orangtua. Bagaimana gaya
pengasuhan orangtua yang diberikan pada individu; apakah
permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan
individu berbuat apapun, ataukah bersifat otoritatif yang
merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya akan
memberikan dampak yang berbeda pada individu. Pola asuh ini
sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi antara individu dan
orangtua. Bagaimana individu terbentuk tentunya didapat dari
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal
inilah yang terkadang mendasari individu untuk
mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, individu yang
mendapat gaya pengasuhan otoriter yang bercirikan semua
diatur oleh orangtua individu tersebut akan menjadi individu
yang selalu bergantung serta memiliki daya kreativitas yang
rendah karena adanya pembatasan-pembatasan dalam berfikir
dan berperilaku. Sebaliknya individu yang selalu mendapatkan
kebebasan berperilaku semaunya akan mengembangkan sikap
dan perilaku yang sulit memahami dan menerima keadaan yang
berbeda dengan dirinya.
D. Aktivitas Pembelajaran

1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk


2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikanlah :

1. Dari karakteristik perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia,


sebutkan 3 yang paling berpengaruh pada kehidupan Anda!
2. Bagaimana dinamika faktor keturunan dan lingkungan
mempengaruhi perkembangan individu?

F. Rangkuman

1. Perkembangan Peserta Didik merupakan bagian dari pengkajian


dan penerapan Psikologi Perkembangan.
2. Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan
yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan
terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi
akibat dari kematangan dan pengalaman.
3. Dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang
terjadi secara serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan
yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan
involusi.
4. Perubahan-perubahan dalam perkembangan merupakan hasil dari
proses-proses biologis, kognitif dan sosio-emosional yang saling
berkaitan.
5. Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada dua istilah yang
sering muncul, pertama perkembangan (development) dan kedua
adalah pertumbuhan (growth). Istilah perkembangan dititikberatkan
pada aspek-aspek yang bersifat psikis (kualitatif), sedangkan
pertumbuhan dipakai untuk perubahan-perubahan yang bersifat
fisik (kuantitatif).
6. Perkembangan Peserta Didik mencoba memahami perkembangan
dari perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia. Life-span
human development berusaha menggambarkan, menjelaskan,
meramalkan, dan mempengaruhi perubahan-perubahan yang
terjadi dari pembuahan hingga masa dewasa. Tujuan akhir dari
perspektif ini adalah untuk membantu hidup individu menjadi
kehidupan yang berarti dan produktif.
7. Perspektif sepanjang rentang kehidupan manusia menjelaskan
adanya tujuh karakteristik dasar yang harus dipahami untuk melihat
perkembangan manusia, yaitu : perkembangan adalah seumur
hidup, perkembangan yang menyangkut berbagai macam
perubahan dari hasil interaksi faktor-faktor perkembangan,
perkembangan bersifat multidimensional, perkembangan adalah
multidireksional, perkembangan bersifat lentur (plastis),
perkembangan selalu melekat dengan sejarah, perkembangan
bersifat multidisipliner, perkembangan bersifat kontekstual.
8. Manfaat mempelajari Perkembangan Peserta Didik dapat dirasakan
pendidik dan peserta didik, yaitu : Bagi Pendidik: Memberikan
gambaran tentang perkembangan manusia sepanjang rentang
kehidupan beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang
meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Kedua,
memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran
yang tepat sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.
Bagi Peserta Didik; memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep
Perkembangan Peserta Didik yang meliputi individu dalam
menjalani tahapan perkembangan dari pre-natal hingga lanjut usia.
Kedua, mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam
proses pembelajaran sesuai dengan tahapan perkembangannya.
9. Perkembangan manusia merupakan proses yang kompleks yang
dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu perkembangan
fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta emosi
dan sosial, yang didalamnya juga termasuk perkembangan moral.
10. Perkembangan individu disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan,
kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain,
seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor
psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga disebut faktor
keturunan dan faktor lingkungan yang berbeda-beda antara individu
yang satu dengan yang lain menyebabkan perbedaan yang disebut
dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-
masing individu memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik
dalam ranah perkembangan fisik, intelektual ;kognitif dan bahasa,
serta emosi dan sosialnya yang terlihat dalam sikap dan
perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan
tersebut, hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua
individu dapat diperlakukan dengan cara yang selalu sama.
Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga
pendekatan yang sifatnya personal maupun institusional tentu
berbeda.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.

Kegiatan Pembelajaran 2
Teori-Teori Perkembangan

A. Tujuan

1. Memahami pokok-pokok dari setiap teori perkembangan dan


perannya terhadap perkembangan individu
2. Menjadikan teori sebagai dasar pijakan dalam pemahaman
keanekaragaman perilaku individu dalam pembelajaran, sehingga
pendekatan individual maupun klasikal diberikan dengan tepat.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Meyimpulkan pokok-pokok dari setiap teori perkembangan dan


perannya terhadap perkembangan individu
2. Meyimpulkan teori sebagai dasar pijakan dalam pemahaman
keanekaragaman perilaku individu dalam pembelajaran, sehingga
pendekatan individual maupun klasikal diberikan dengan tepat.

C. Uraian Materi

1. Berbagai Macam Teori Perkembangan

Teori merupakan seperangkat gagasan yang saling berkaitan


danmenolong menerangkan data, serta membuat ramalan (Santrock,
1995). Dalampengkajian suatu pengetahuan, teori merupakan suatu hal
yang mutlak yangharus dikaji terlebih dahulu untuk menjelaskan tentang
sesuatu hal. Hal inibertujuan dengan mengkaji teori yang mendasarinya,
kajian pengetahuanmemiliki dasar yang kuat dalam mengaplikasikan ilmu
perkembangan pesertadidik di kehidupan sehari-hari. Penelaahan
berbagai materi yang berhubungandengan Perkembangan peserta didik
mendasarkan pada teori-teori PsikologiPerkembangan yang menjadi titik
tolak dalam menelaah individu dalammenjalankan setiap tahap
perkembangannya. Berikut ini ada berbagai macamteori yang terkial
dalam penelaahan ilmu perkembangan peserta didik yangberasal dari
Teori Psikologi Perkembangan ;

a. Teori Psikodinamika

Teori ini memandang akan pentingnya pengaruh lingkungan,


terutamalingkungan yang diterima oleh individu pada awal
perkembangannya. Lingkunganawal merupakan pondasi yang menjadi
pijakan kuat pada tahun-tahunberikutnya. Komponen yang bersifat sosio-
afektif sebagai penentu dinamikaperkembangan individu. Adapun dua ahli
yang termasuk dalam pengkajian TeoriPsikodinamika adalah Sigmund
Freud dan Erik Erikson.

1) Teori Sigmund Freud

Dalam menguraikan teorinya, Freud mengembangkan satu


penjelasantentang struktur dasar dari kepribadian. Teorinya menyatakan
bahwa kepribadiantersusun dari tiga komponen: id, ego dan superego. Id
ada sejak lahir dan terdiridari instink dan dorongan mendasar yang
mencari kepuasan langsung, tanpamenghiraukan konsekuensinya. Jika
tidak dikendalikan, id akan menempatkanindividu dalam konflik mendalam
dengan orang lain dan masyarakat. Unsurkedua dari struktur kepribadian
adalah ego, yang mulai berkembang selamatahun pertama kehidupan.
Ego terdiri dari proses mental, daya penalaran danpikiran sehat, yang
berusaha membantu id menemukan ekspresi tanpamengalami masalah.
Ego bekerja menurut prinsip realitas. Unsur ketiga daristruktur kepribadian
adalah superego, yang berkembang dari puncakkedewasaan, identifikasi
dan model orang tua, serta dari masyarakat. Superegomewakili nilai-nilai
sosial yang tergabung dalam struktur kepribadian dari individu.Ini menjadi
kata hati yang berusaha mempengaruhi perilaku untuk menyesuaikandiri
dengan harapan-harapan sosial. Id dan superego sering
bertentangan,menyebabkan kesalahan, kegelisahan, dan gangguan. Ego
berusahamemperkecil konflik dengan menjaga keseimbangan dari
dorongan instink danlarangan-larangan masyarakat. Menurut Freud, salah
satu cara orangmengurangi atau menghilangkan kegelisahan dan konflik
adalah denganmenggunakan mekanisme pertahanan (defense
mechanism) yang merupakanalat yang dapat mengubah realitas yang ada
dengan tujuan untuk memperkecilsakit jiwa (psychic pain). Mekanisme
pertahanan digunakan secara tak sadar danmenjadi patologis atau
penyakit jika digunakan secara berlebihan. Beberapamekanisme
pertahanan diri adalah ;

1. Repression (penekanan)─berkenaan dengan dorongan hati


yang tidak pantas dengan mendesaknya ke dalam pikiran tidak
sadar. Dorongan ini terus menyebabkan konflik dan
menggunakan pengaruh yang kuat terhadap perilaku kita.
2. Regression (kemunduran)─kembali ke bentuk-bentuk awal atau
kembali pada kemampuan tahap perkembangan sebelumnya,
yaitu bentuk kekanak-kanakan dari perilaku ketika menghadapi
kegelisahan. Misalnya anak yang sudah bersekolah di Sekolah
Dasar kembali ngompol atau menghisap ibu jari.
3. Sublimation─menggantikan perilaku yang tidak disukai atau
yang tidak layak dengan perilaku yang diterima secara sosial.
Misalnya remaja yang merasa marah dan ingin sekali memukul
temannya, melakukan kegiatan olahraga untuk melampiaskan
rasa marah tersebut
4. Displacement (penggantian)─-mengubah emosi yang kuat dari
sumber frustrasi dan melepaskannya kepada obyek atau orang
lain. Misalnya, seorang anak yang marah pada temannya,
kemudian melampiaskan perasaannya pada hewan
peliharaannya.
5. Reaction formation (pembentukan reaksi)─bertindak yang
sepenuhnya berlawanan dengan perasaannya untuk
menyembunyikan perasaan-perasaan atau kecenderungan
yang tidak diterima. Sebagai contoh seseorang yang menyukai
orang lain, tetapi justru memperlihatkan perilaku seolah-olah
membenci orang yang ia sukai tersebut.

Menurut Freud, mekanisme pertahanan yang paling kuat dan


palingmeresap (the most powerful and pervasive) adalah represi. Represi
bekerjamenolak dorongan-dorongan id yang tidak diinginkan di luar
kesadaran dankembali ke pikiran tidak sadar. Represi adalah landasan
dari semua mekanismepertahanan. Adapun tujuan setiap mekanisme
pertahanan ialah menekan ataumenolak keinginan-keinginan yang
mengancam di luar kesadaran (Rice, 2002).

Selain mekanisme pertahanan diri, Freud menekankan pentingnya


masakanak-kanak. Freud berpikir bahwa kepribadian orang dewasa
ditentukan olehcara-cara mengatasi konflik antara sumber-sumber
kenikmatan oral, anal, dankemudian alat kelamin, serta tuntutan-tuntutan
realitas. Bila konflik ini tidakdiatasi, individu dapat mengalami perasaan
yang mendalam pada tahapperkembangan psikoseksual tertentu. Adapun
tahapan perkembanganpsikoseksual pada awal masa kanak-kanak
menurut Freud adalah :

Pertama, tahap oral ialah tahap pertama yang berlangsung selama


18bulan pertama kehidupan, dalam mana kenikamatan bayi berpusat
disekitarmulut. Mengunyah, menghisap, dan menggigit adalah sumber
utamakenikmatan. Tindakan-tindakan ini mengurangi tekanan atau
ketegangan padabayi.
Kedua, tahap anal ialah tahap yang berlangsung antara usia 1 dan
3tahun. Kenikmatan terbesar pada anak meliputi lubang anus atau
fungsipengeluaran/pembersihan yang diasosiasikan dengannya. Dalam
pandanganFreud, latihan otot-otot lubang dubur mengurangi
tekanan/ketegangan.

Ketiga, tahap phalik ialah tahap yang berlangsung antara usia 3


dan 6tahun; phallic berasal dari kata latin phallus, yang berarti “alat
kelamin laki-laki(penis).” Selama tahap phallic kenikmatan berfokus pada
alat kelamin, ketikaanak menemukan bahwa manipulasi diri dapat
memberi kenikmatan. Dalampandangan Freud, tahap phalik memiliki arti
khusus dalam perkembangankepribadian karena selama periode inilah
Oedipus complex muncul. Istilah iniberasal dari mitologi Yunani dimana
Oedipus, putra Raja Thebes, tanpa sengajamembunuh ayahnya dan
menikahi ibunya. Oedipus complex ialah konsep Freudpada anak kecil
yang mengembangkan suatu keinginan yang mendalam
untukmenggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan
menikmatiafeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya.
BagaimanaOedipus complex diatasi? Pada usia kira-kira 5 hingga 6
tahun, anak-anakmenyadari bahwa orang tua yang sama jenis kelamin
dengannya dapatmenghukum mereka atas keinginan incest mereka
(incestuous wishes). Untukmengurangi konflik ini, anak
mengidentifikasikan diri dengan orang tua yangsama jenis kelamin
dengannya, dengan berusaha keras menjadi seperti orangtua yang sama
jenis kelaminnya itu. Namun, bila konflik tidak teratasi, individudapat
terfiksasi pada tahap phalik

Keempat, tahap laten ialah tahap yang berlangsung antara kira-


kira usia6 tahun dan masa pubertas; anak menekan semua minat
terhadap seks danmengembangkan ketrampilan sosial dan intelektual.
Kegiatan ini menyalurkanbanyak energi anak ke dalam bidang-bidang
yang aman secara emosional danmenolong anak melupakan konflik pada
tahap phallic yang sangat menekan.

Kelima, tahap genital ialah tahap, yang berawal dari masa


pubertas danseterusnya. Tahap ini ialah suatu masa kebangkitan seksual;
sumber kenikmatanseksual sekarang menjadi seseorang yang berada
diluar keluarga. Freud yakinbahwa konflik yang tidak teratasi dengan
orang tua terjadi kembali selama masaremaja. Bila teratasi, individu
mampu mengembangkan suatu bubungan cintayang dewasa dan
berfungsi secara mandiri sebagai seorang dewasa.

b. Teori Erik Erikson

Erik Erikson merupakan penganut teori psikodinamika atau


psikoanalisisdari Freud. Erikson menerima dasar-dasar orientasi umum
dari Freud, namunmenambahkan dasar dari orientasi teorinya mengenai
tahapan psikososial,penekanan pada identitas, dan perluasan metodologi.

1) Tahapan Perkembangan Psikososial

Erikson memperluas teori dari Freud dengan mencoba


meletakkanhubungan antara gejala psikis dan sisi edukatif, serta gejala
masyarakat budayadi pihak lain. Peran pengasuhan dan lingkungan
menjadi hal yang sangat pentingdalam mennetukan perkembangan hidup
individu. Dalam pandanganya, Eriksonmenyatakan bahwa masyarakat
memainkan peran yang sangat penting dalamperkembangan psikososial
individu. Peranan ini dimulai dari aturan atau budayamasyarakat sampai
pola asuh orangtua. Berkenaan dengan tahapanperkembangan
psikososial pada individu, ada dua hal yang menjadi perhatianbersama
dalam mencermati perkembangan psikososial ini, yaitu ;
pertama,walaupun tiap individu melewati tahapan perkembangan sosial
yang sama,namun tiap budaya mempunyai cara sendiri untuk
menguatkan danmengarahkan perilaku individu setiap tahapnya. Kedua,
budaya dapat berubahseiring dengan waktu, dengan adanya kemajuan
teknologi, pendidikan,urbanisasi, dan perkembangan lain yang membuat
budaya harus berubah danberadaptasi sesuai dengan lingkungan
masyarakat dan kebutuhannya.

Secara umum, tahapan perkembangan psikososial ini


menekankanperubahan perkembangan sepanjang siklus kehidupan
manusia. Masing-masingtahap terdiri dari tugas yang khas yang
menghadapkan individu pada suatupermasalahan atau krisis bilamana
tidak dapat melampaui dengan baik. Semakinindividu tersebut mampu
mengatasi krisis, maka akan semakin sehatperkembangannya. Adapun
delapan tahapan perkembangan psikoseksualsepanjang siklus kehidupan
manusia dijelaskan secara rinci berikut ini :

a) Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (Basic Trust vs Mistrust)

Periode Perkembangan : 0-1 tahun

Karakteristik : Suatu rasa percaya menuntut perasaan nyaman


secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekuatiran
akanmasa depan. Oleh karena itu, kepercayaan pada masa
bayimenentukan tahap bagi harapan seumur hidup bahwa
dunia akanmenjadi tempat tinggal yang baik dan
menyenangkan.

b) Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu-ragu (Autonomy vs


Shame/Doubt)
Periode Perkembangan : Tahun ke 2
Karakteristik : Setelah memperoleh kepercayaan dari
pengasuhmereka, bayi mulai menemukan bahwa perilaku
mereka adalahmilik mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan
rasa mandiri atauotonomi mereka. Mereka menyadari kemauan
mereka. Bila bayiterlalu banyak dibatasi atau dihukum terlalu
keras, merekacenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-
ragu.
c) Inisiatif vs Rasa Bersalah (Initiative vs Guilt)
Periode Perkembangan : 3-5 tahun
Karakteristik : Ketika anak-anak prasekolah menghadapi
suatudunia sosial yang lebih luas, mereka lebih tertantang
daripadaketika mereka masih bayi. Perilaku aktif dan bertujuan
dituntutuntuk menghadapi tantangan-tantangan ini. Anak –
anakdiharapkan menerima tanggung jawab atas tubuh
mereka,perilaku mereka, mainan mereka, dan hewan
peliharaan mereka.Pengembangan rasa tanggung jawab
meningkatkan prakarsa.Namun, perasaan bersalah yang tidak
menyenangkan dapatmuncul, bila anak tidak diberi kepercayaan
dan dibuat merasasangat cemas. Erikson memiliki pandangan
yang positif terhadaptahap ini. Ia yakin bahwa kebanyakan rasa
bersalah dengan cepatdigantikan oleh rasa berhasil.
d) Tekun vs Rasa Rendah Diri (Industry Vs Inferiority)
Periode Perkembangan : 6 tahun-pubertas
Karakteristik : Prakarsa anak-anak membawa mereka
terlibatdalam kontak dengan pengalaman-pengalaman baru
yang kaya.Ketika mereka beralih ke masa pertengahan dan
akhir anak-anak,mereka mengarahkan energi mereka menuju
penguasaanpengetahuan dan ketrampilan intelektual. Tidak ada
saat lain yanglebih bersemangat atau antusiastis untuk belajar
daripada padaakhir periode pengembangan imajinasi pada
masa awal anakanak.Bahaya pada tahun-tahun sekolah dasar
ialahperkembangan rasa rendah diri – perasaan tidak
berkmpeten dantidak produktif. Erikson yakin bahwa guru
memiliki tanggung jawabkhusus bagi perkembangan ketekunan
anak-anak. Guruseharusnya “secara lembut tetapi tegas
memaksa anak-anak kedalam perkelanaan untuk menemukan
bahwa seseorang dapatbelajar mencapai sesuatu yang tidak
pernah ia pikirkan sendiri”
e) Identitas dan Kebingungan Identitas (Identity vs Identity
Confusion)
Periode Perkembangan : remaja/10-20 tahun
Karakteristik : Pada masa ini individu dihadapkan
denganpenemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya,
dankemana mereka menuju dalam kehidupanya. Anak
remajadihadapkan dengan banyak peran baru dan status orang
dewasa,misalnya. Orang tua harus mengizinkan anak remaja
menjelajahibanyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu
peran khusus.Jika anak remaja menjajaki peran-peran
semacam itu dengancara yang sehat dan tiba pada suatu jalan
yang positif untuk diikutidalam kehidupan, maka identitas yang
positif akan dicapai. Jikasuatu identitas pada anak remaja
ditolakkan oleh orang tua, kalauanak remaja tidak secara
memadai menjajaki banyak peran, danjika jalan masa depan
yang positif tidak dijelaskan, makakebingungan identitas akan
meningkat.
f) Keakraban vs Keterkucilan (Intimacy vs Isolation)
Periode Perkembangan : 20-30 tahun
Karakteristik : Pada masa ini, individu menghadapi
tugasperkembangan pembentkan relasi intim dengan orang
lain.Erikson menggambarkan keintiman sebagai penemuan diri
sendiripada diri orang lain namun kehilangan diri sendiri. Saat
anakmuda membentuk persahabatan yang sehat dan relasi
akrab yangintim dengan orang lain, keintiman akan dicapai,
kalau tidak,isolasi akan terjadi.
g) Bangkit vs Tetap-mandeg (Generativity vs Stagnation)
Periode Perkembangan : 40-50 tahun
Karakteristik : Persoalan utama ialah membantu generasi
mudamengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang
berguna –inilah yang dimaksudkan Erikson dengan generativity.
Perasaanbelum melakukan sesuatu untuk menolong generasi
berikutnyaialah stagnation.
h) Keutuhan dan Keputusasaan (Integrity vs Despair)
Periode Perkembangan : di atas usia 60 tahun
Karakteristik : Pada tahun-tahun terakhir kehidupan,
kitamenoleh ke belakang dan mengevaluasi apa yang telah
kitalakukan dengan kehidupan kita. Melalui banyak rute
yangberbeda, manusia lanjut usia barangkali telah
mengembangkanpandangan yang positif pada kebanyakan atau
semua tahapperkembangan sebelumnya. Jika demikian,
pandanganretrospektif (melihat kembali ke belakang) akan
memperlihatkangambar suatu kehidupan yang telah di lalui
dengan baik, danorang itu akan merasakan suatu rasa puas –
integritas akantercapai. Jika manusia lanjut usia menyelesaikan
banyak tahapsebelumnya secara negatif, pandangan
retrospektif cenderungakan menghasilkan rasa bersalah atau
kemuraman – yang disebutErikson sebagai despair (putus asa).

2) Penekanan pada Identitas

Erikson selalu menekankan bahwa individu selalu mencari identitas


padatiap tahapan perkembangan. Identitas merupakan sesuatu hal yang
sangatpenting bagi individu, sehingga secara sadar maupun tidak sadar
individutersebut selalu mencari identitas dirinya. Identitas merupakan
pengertian antarapenerimaan dan pengertian untuk diri individu maupun
untuk masyarakat. Setiaptahapan, individu akan berusaha mencari
jawaban atas pertanyaan atas,” Siapakah aku?”. Bila proses pencarian
identitas diri berjalan baik, maka untuktahapan perkembangan selanjutnya
akan semakin kuat, walaupun akan tetapmencapai puncak krisis pada
masa remaja.

3) Perluasan Metode Psikoanalisis

Menurut Erikson, dalam mempelajari individu ada tiga metode baru


yangdapat digunakan dalam mempelajari perkembangannya, yaitu ;
observasilangsung, perbandingan cross-cultural, dan sejarah psikologis.

d. Peran terhadap Perkembangan

Teori psikoanalitis Freud menekankan pentingnya pengalaman


masakanak-kanak awal dan motivasi di bawah sadar dalam
mempengaruhi perilakudalam perkembangan individu. Selain itu, Erikson
membagi perkembanganmanusia menjadi delapan tahap dan mengatakan
bahwa individu memiliki tugasperkembangan psikososial yang perlu
dikuasai selama tiap tahap hidupnyasepanjang rentang kehidupannya.

b. Teori Behaviorisme dan Belajar Sosial

1) Behaviorisme

Dalam kajian ini, ahli yang diajukan yang mewakili kaum


behaviorisadalah Burrhus Frederic Skinner. Para ahli perilaku (behavioris)
yakin bahwasesuatu yang dapat diuji hanya yang dapat diamati dan
diukur. Dengan kata lain,behavioris menekankan studi ilmiah tentang
tanggapan perilaku yang dapatdiamati dan determinan lingkungannya.
Menurut aliran ini, pikiran, sadar atautidak sadar tidak dapat dipakai untuk
menjelaskan perilaku dan perkembanganindividu. Bagi Skinner sendiri,
perkembangan merupakan perilaku. Sebagaicontoh, Adi adalah sosok
yang rajin bekerja, pantang putus asa, dan dapatbergaul dengan baik.
Mengapa perilaku dan sifat Adi seperti ini? Menurut AliranBehavioris
karena lingkungan yang berperan menguatkan perilaku tersebut,sebagai
hasil interaskinya dengan lingkungannya seperti teman,
anggotakeluarganya, serta masyarakat. Oleh karena itulah, behavioris
yakin bahwaperkembangan dipelajari dan dapat berubah-ubah sesuai
pengalaman hidupyang didapatkan individu serta adanya penguatan dari
lingkungan.

2) Teori Belajar Sosial

Tokoh dari teori ini adalah Albert Bandura. Teori ini


menekankanperilaku, lingkungan, dan faktor kognisi sebagai faktor kunci
dalamperkembangan individu. Secara umum, teori ini mengatakan bahwa
manusiabukanlah seperti robot yang tidak mempunyai pikiran dan
menurut saja sesuaidengan kehendak pembuatnya. Namun, manusia
mempunyai otak yang dapatberpikir, menalar, menilai, ataupun
membandingkan sesuatu sehingga dapatmemilih arah bagi dirinya. Lebih
lanjut Bandura memperjelas teorinya lebihmendalam dengan menamakan
teori belajar sosial kognitif. Bandura sangatyakin bahwa perilaku
seseorang itu merupakan hasil dari mengamati perilakuorang lain, dengan
kata lain secara kognitif, perilaku individu itu mengadopsi dariperilaku
orang lain. Proses ini disebut proses modeling atau imitasi.
Sebagaicontoh, anak yang sangat agresif dengan temannya atau selalu
menyerang anaklain, baik secara verbal maupun fisik, merupakan hasil
adopsi orang disekelilingnya, apakah itu orangtua, teman, atau tokoh-
tokoh di media. Hal lain,juga, secara kognitif pula kita dapat
mengendalikan perilaku untuk menolakadanya pengaruh dari lingkungan.

3) Peran terhadap Perkembangan

Behaviorisme menekankan peran dari pengaruh lingkungan


dalammemberikan contoh perilaku. Perilaku menjadi jumlah total dari
respon yangdipelajari atau yang terkondisi pada stimulus, suatu
pandangan yang agakmekanistik. Menurut behavioris, pembelajaran
terjadi melalui pengkondisian.Pertama, pembelajaran melalui asosiasi
(klasik), dan pembelajaran darikonsekuensi perilaku (operan). Adanya
penekanan yang menjadi perhatianorangtua dan pendidik bahwa anak-
anak belajar dengan mengamati perilakuorang lain dan dengan meniru
perilaku mereka. Selain itu ahli teori pembelajarantelah memberi banyak
sumbangan untuk pemahaman tentang perkembanganmanusia dengan
menekankan peran pengaruh lingkungan dalam pembentukanperilaku.

c. Teori Humanistik

Humanistic theory telah dilukiskan sebagai angkatan ketiga


dalampsikologi modern. Teori ini menolak determinisme Freud dari instink
dandeterminisme lingkungan dari teori pembelajaran. Pendukung humanis
memilikipandangan yang sangat positif dan optimis tentang kodrat
manusia. Pandanganhumanistik menyatakan bahwa manusia adalah agen
yang bebas dengankemampuan superior untuk menggunakan simbol-
simbol dan berpikir secaraabstrak. Jadi, orang mampu membuat pilihan
yang cerdas, untuk bertanggungjawabatas perbuatannya, dan menyadari
potensi penuhnya sebagai orangyang mengaktualisasikan diri. Humanist
memiliki pandangan holistik mengenaiperkembangan manusia, yang
melihat setiap orang sebagai makhluk keseluruhanyang unik dengan nilai
independen. Dalam pandangan holistik, seseorang lebihdari sekedar
kumpulan dorongan, instink, dan pengalaman yang dipelajari. Tigatokoh
terkemuka Psikologi humanistik adalah Charlotte Buhler (1893–
1974),Abraham Maslow (1908–1970), dan Carl Rogers (1902–1987).

1) Buhler: Teori Tahap Perkembangan

Charlotte Buhler, seorang psikolog Wina, adalah ketua pertama


dariAsosiasi Psikologi Humanistik. Buhler menolak anggapan dari para
psikoanalisbahwa pemulihan homeostasis psikologis (keseimbangan)
melalui pelepasanketegangan merupakan tujuan dari manusia. Menurut
teori Buhler, tujuanriil/nyata dari manusia adalah pemenuhan yang dapat
mereka capai denganpencapaian/prestasi dalam diri mereka dan di dunia
(Buhler, dalam Rice, 2002).

Kecenderungan dasar manusia adalah aktualisasi diri, atau


realisasi diri,sehingga pengalaman puncak darikehidupan muncul melalui
kreativitas. Buhlermenekankan peran aktif yang manusia mainkan melalui
inisiatif mereka sendiridalam memenuhi tujuan. Tabel 1 menjelaskan fase
yang diuraikan oleh Buhler. Dalam tahap terakhir dari kehidupan, banyak
manusia mengevaluasi totaleksistensi mereka dalam hal pencapaian atau
kegagalan.

Tabel 1. Fase Kehidupan dari Buhler

Fase Perkembangan
Fase 1 : 0 – 15 th Pertumbuhan biologis progresif; anak di rumah;
hidupberpusat pada kepentingan yang sempit,
sekolah, keluarga
Fase 2 : 16 – 27 th Pertumbuhan biologis lanjut, kedewasaan seksual;
perluasanaktivitas, penentuan diri; meninggalkan
keluarga, memasukikegiatan independen dan relasi
personal
Fase 3 : 28 – 47 th Stabilitas biologis; periode puncak; periode yang
lebih baikdari pekerjaan profesional dan kreatif;
banyak hubunganpersonal dan sosial
Fase 4 : 48 – 62 th Kehilangan fungsi produktif, penurunan
kemampuan;penurunan dalam aktivitas; kehilangan
personal, keluarga,ekonomi; transisi ke fase ini
ditandai oleh krisis psikologis;periode instrospeksi
Fase 5 : 63 th &> Penurunan biologis, meningkatnya penyakit;
pengundurandiri dari profesi; penurunan dalam
sosialisasi, tapi meningkatdalam hobi, pencarian
individu; periode retrospeksi,perasaan pemenuhan
atau kegagalan.

2) Maslow: Teori Hierarkhi Kebutuhan

Abraham Maslow adalah salah satu tokoh paling berpengaruh


dalampsikologi humanistik. Dilahirkan dalam keluarga Yahudi Ortodok di
New York, iamemperoleh gelar Ph.D dalam Psikologi dari Columbia
University di tahun 1934.Menurutnya, perilaku manusia dapat dijelaskan
sebagai motivasi untukmemenuhi kebutuhan. Maslow menyusun
kebutuhan manusia menjadi limakategori: kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan akan cinta dankepemilikan (belongingness),
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Gambar 1.
menunjukkan hierarki kebutuhan seperti disusun oleh Maslow.
Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow (Rice, 2002)

Menurut pendapat Maslow, urusan pertama kita sebagai manusia


adalahuntuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup: makanan, air,
perlindungan daribahaya. Hanya jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka
kita bisa mengarahkanenergi kita pada kebutuhan manusia yang lebih
ekskusif: cinta, dukungan, danbelonging. Pemuasan dari kebutuhan
tersebut memung-kinkan kita menaruhminat pada penghargaan diri: Kita
pelu memperoleh pengakuan, persetujuan dankompetensi. Dan akhirnya,
jika kita bisa tumbuh dengan cukup makanan, rasaaman, kasih sayang
dan dihargai, kita lebih mungkin menjadi orang yangmengaktualisasikan
diri yang telah memenuhi potensi kita. Menurut Maslow,aktualisasi diri
adalah kebutuhan tertinggi yang merupakan puncak dari hidup.

3) Rogers: Teori Pertumbuhan Personal

Carl Rogers dibesarkan dalam keluarga yang sangat religius di


daerahmidwest dan menjadi pendeta Protestan, yang lulus dari Union
TheologicalSeminary di New York . Selama karirnya sebagai pendeta,
Rogers menjadisemakin tertarik dengan konseling dan terapi sebagai cara
melayani orang-orangyang mengalami masalah, dari siapa ia
mengembangkan bentuk khusus terapiyang disebut client-centered
therapy. Teorinya didasarkan pada prinsiphumanistik bahwa jika orang
diberi kebebasan dan dukungan emosional untukbertumbuh, mereka bisa
berkembang menjadi manusia yang berfungsi secarapenuh. Tanpa
kesamaan atau pengarahan, tetapi didorong dengan lingkunganyang
menerima dan memahami situasi terapeutik, orang akan
memecahkanmasalahnya sendiri dan berkembang menjadi jenis individu
yang merekainginkan.

Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari kita memiliki dua self/diri:


diriyang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita
tentang dirikita sesungguhnya “real self”) dan diri kita yang
ideal/diinginkan “self ideal” (yangkita inginkan). Rogers (1961)
mengajarkan bahwa masing-masing dari kitaadalah korban dari
conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, danpenerimaan jika
individu mematuhi normal orang tua atau norma sosial) yangorang lain
tunjukkan kepada kita. Kita tidak bisa mendapatkan cinta danpersetujuan
orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma sosial danaturan
orang tua yang keras. Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang
haruskita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela, disebutkan nama, ditolak,
ataudihukum jika kita tidak menjalani norma dari orang lain. Sering kali
kita gagal,dengan akibat kita mengembangkan penghargaan diri yang
rendah, menilairendah diri seniri, dan melupakan siapa diri kita
sebenarnya.

Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat
burukatau beperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan,
persahabatan, dandukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional
positive regard(memberikan dukungan dan apresiasi individu tanpa
menghiraukan perilaku yangtak pantas secara sosial), bukan karena kita
panta mendapatkannya, tapi karenakita adalah manusia yang berharga
dan mulia. Dengan itu semua, kita bisamenemukan harga diri dan
kemampuan mencapai ideal-self kita sendiri. Tanpaunconditional positive
regard kita tidak bisa mengatasi kekurangan kita danmenjadi orang yang
berfungsi sepenuhnya.

Rogers mengajarkan bahwa individu yang sehat, orang yang


berfungsisepenuhnya, adalah orang yang telah mencapai keselarasan
antara diri yang riil(real self) dan diri yang dicitakan/diidamkan (ideal self),
suatu situasi yangmenghasilkan kebebasan dari konflik internal dan
kegelisahan. Jika adapenggabungan antara apa yang orang rasakan
tentang bagaimana dirinya danapa yang mereka inginkan, mereka mampu
menerima dirinya, menjadi dirisendiri, dan hidup sebagai diri sendiri tanpa
konflik.

4) Peran terhadap Perkembangan

Teori ini mengajarkan orang untuk percaya pada diri sendiri


danmenerima tanggungjawab untuk pengembangan potensi penuhnya.
Humanisjuga menekankan bahwa orang memiliki kebutuhan manusia
yang nyata yangharus terpenuhi untuk pertumbuhan dan perkembangan.

d. Teori Kognitif

Kognisi adalah perbuatan atau proses mengetahui. Ada 2 teori


sebagaipendekatan dasar untuk memahami kognisi. Pendekatan pertama
adalahPiagetian approach yang menekankan perubahan kualitatif dalam
cara berpikirmereka ketika berkembang. Pendekatan kedua adalah Teori
Vygotsky.

1) Piaget: Perkembangan Kognitif

Jean Piaget (1896-1980) adalah psikolog perkembangan dari Swiss


yangtertarik dengan pertumbuhan kapasitas kognitif manusia. Ia mulai
bekerja dilaboratorium Alfred Binet di Paris, dimana pengujian kecerdasan
modern berasal.Piaget mulai memeriksa bagaimana anak-anak tumbuh
dan berkembang dalamkemampuan berpikirnya. Ia menjadi semakin
tertarik dengan bagaimana anak-anakmencapai kesimpulan daripada
apakah mereka menjawab dengan benaratau tidak. Jadi bukannya
mengajukan pertanyaan dan menilai mereka benaratau salah, Piaget
justru memberikan pertanyaan kepada anak-anak itu untukmenemukan
logika dibalik jawaban mereka. Melalui pengamatan yang seksamapada
anak-anaknya sendiri dan anak-anak lainnya, ia menyusun
teoriperkembangan kognitifnya .

Piaget mengajarkan bahwa perkembangan kognitif adalah


hasilgabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf dan adaptasi pada
lingkungankita. Ia menggunakan lima term untuk menggambarkan
dinamika perkembanganitu. Skema menunjukkan struktur mental, pola
berpikir yang orang gunakan untukmengatai situai tertentu di lingkungan.
Misalnya, bayi melihat benda yang mrekainginkan, sehingga mereka
belajar menangkap apa yang mereka lihat. Merekamembentuk skema
yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses denganmana anak-
anak menyesuaikan pemikirannya untuk memasukkan informasi baruyang
selanjutnya mereka mengerti. Piaget (dalam Rice, 2002)
mengatakanbahwa anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu
asimilasi danakomodasi. Asimilasi berarti memperoleh informasi baru dan
memasukkannya kedalam skema sekarang dalam respon terhadap
stimulus lingkungan yang baru.Akomodasi meliputi penyesuaian pada
informasi baru dengan menciptakanskema yang baru ketika skema lama
tidak berhasil. Anak-anak mungkin melihatanjing untuk pertama kalinya
(asimilasi), tapi kemudian belajar bahwa beberapaanjing aman untuk
dipiara dan anjing lainnya tidak (akomodasi). Ketika anakanakmemperoleh
semakin banyak informasi, mereka menyusun pemahamannyatentang
dunia secara berbeda.
Konsep equilibrium/keseimbangan esensial dalam definisi Piaget
tentangkecerdasan sebagai “bentuk equilibration “. Equilibration
didefinisikan sebagaikompensasi untuk gagguan eksternal.
Perkembangan intelektual menjadikemajuan yang terus-menerus yang
bergerak dari satu ketidak-seimbanganstruktural ke keseimbangan
struktur yang baru yang lebih tinggi.

Piaget menguraikan empat tahap perkembangan kognitif:


sensorimotor,preoperational, concrete operational, dan formal
operational). Tahapanperkembangan kognitif menguraikan ciri khas
perkembangan kognitif tiap tahapdan merupakan suatu perkembangan
yang saling berkaitan danberkesinambungan.

Tabel 2. Tahap-tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Usia Tahap Perilaku


Lahir - 18 bl Sensorimotor - Belajar melalui perasaan
- Belajar melalui refleks
- Memanipulasi bahan
18 bl - 6 th Praoperasional - Ide berdasarkan persepsinya
- Hanya dapat memfokuskan
pada satu variabel pada satu
waktu
- Menyamaratakan
berdasarkanpengalaman
terbatas
6 th - 12 th Operasionalkonkret - Ide berdasarkan pemikiran
- Membatasi pemikiran pada
bendabendadan kejadian
yang akrab
12 th atau Operasionalformal - Berpikir secara konseptual
lebih - Berpikir secara hipotetis
2) Lev Vygotsky

Lev Vygotsky lahir di Rusia pada tahun 1986. Ketertarikannya


padaperkembangan bahasa dan kognitif dalam hubungannya dengan
proses belajarmanusia. Vygotsky meninggal pada usia 38 tahun pada
tahun 1934. Walauhidupnya singkat, teori yang dihasilkannya merupakan
teori yang sangat berartibagi perkembangan dunia psikologi dan dunia
pendidikan (Mooney, 2003). Satuhal pernyataan Vygotsky yang terkenal
adalah, “Pembelajaran danPerkembangan merupakan dua hal yang saling
berkaitan sejak hari pertamakehidupan manusia”.

Vygotsky telah mengubah cara pendidik berpikir tentang interaksi


anak-anakdengan orang lain. Pekerjaannya menunjukkan bahwa
perkembangankognitif dan sosial berhubungan dan saling melengkapi.
Selama bertahun-tahun,pendidik terdahulu, yang belajar teori-teori Piaget,
memandang pengetahuananak sebagai yang tersusun dari pengalaman-
pengalaman pribadi. MeskipunVygotsky juga mempercayai hal ini, ia
berpikir bahwa pengalaman pribadi dansosial tidak bisa dipisahkan. Dunia
yang anak-anak alami terbentuk olehkeluarga, status sosio ekonomi,
pendidikan dan pemahaman mereka mengenaidunia ini yang sebagian
berasal dari nilai-nilai dan keyakinan dari orang dewasadan anak-anak
lain dalam kehidupan mereka. Anak-anak saling belajar satusama lain
setiap hari. Mereka mengembangkan kecakapan bahasa danmenangkap
konsep-konsep baru ketika mereka saling berbincang danmendengar satu
sama lain.

Seperti halnya Piaget, Vygotsky percaya bahwa banyak


pembelajaranyang terjadi ketika anak-anak bermain. Ia percaya bahwa
bahasa danperkembangan saling menambah satu sama lain. Ketika anak-
anak bermain,mereka secara konstan menggunakan bahasa mereka
mendiskusikan peran danbenda, arah atau tujuan serta saling
mengoreksi. Merekapun belajar tentangsituasi dan ide-ide yang belum
dicoba. Vygotsky percaya bahwa interaksi inimenyumbang pada
konstruksi pengetahuan siswa untuk pembelajaran mereka.Kontribusi
utama dari Vygotsky untuk pemahaman tentang perkembanganindividu
adalah pemahamannya mengenai kepentingan interaksi denganpendidik
dan teman sebaya dalam mengembangkan pengetahuan siswatersebut.

Dalam beberapa hal, pendekatan Vygotsky yang menegaskan


begitupentingnya peran orang dewasa atau pengasuh dalam
membimbingpembelajaran siswa. Ketika bekerja bersama, siswa dapat
dibantu untukmencapai apa yang tidak mungkin jika dilakukan sendiri.
Pandangan inimenekankan nilai interaksi dalam pembelajaran. Ini
merupakan interaksi yangmemberikan dasar untuk penyusunan sederet
pengertian. Misalnya, anak-anakmelalui sederetan interaksi dengan orang
dewasa memperoleh kecakapankompleks dan aksi dengan terlibat dalam
Tarian Barongsai Cina. Dalamperingatan Tahun Baru Cina, anak-anak
tersebut bukan hanyamendemonstrasikan aksi-aksi yang seharusnya
tetapi juga urutan dan interaksidiantara peserta yang membentuk dasar
dari tarian ini. Pertunjukan tari itu tidakmungkin dilakukan tanpa bimbingan
dan bantuan orang dewasa.

Salah satu perbedaan utama dalam pendekatan Piaget dan


Vygotskyadalah Piaget membuktikan bahwa anak-anak memperoleh
keuntungan darieksplorasi dan penemuan yang diprakarsai sendiri dari
metode-metodepengajaran yang merespon tingkat pemahaman mereka.
Sementara Vygotskymenekankan peran orang dewasa dalam memimpin
perkembangan, yaitu bukanhanya mencocokkan lingkungan pembelajaran
melainkan juga membuatlingkungan dimana anak-anak dengan bantuan
orang lain dapat memperluas danmeningkatkan pemahaman mereka saat
itu.Dengan gambaran pengetahuan mengenai anak-anak dan pola-
polapertumbuhan, perkembangan dan pembelajarannya, maka pendidik
anak-anakusia dini tersebut akan ada dalam posisi yang sangat kuat
untuk membimbingpembelajaran anak dengan banyak cara. Misalnya
dengan menggambarkanpengetahuan secara terperinci mengenai
kebutuhan, kelebihan dan minat anak,pendidik akan dapat menentukan
pengalaman-pengalaman yang menarik danmenantang bagi anak-anak.

Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of


ProximalDevelopment (ZPD). Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-
tugas yang sulitdikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuanorang dewasa atau siswa yang lebih terampil
(Santrock, 1995). Ia yakin bahwaseorang siswa pada sisi pembelajaran
konsep baru dapat memperoleh manfaatdari interaksi dengan seorang
pendidik atau teman kelas. Bantuan yang pendidikatau teman sebaya
berikan sebagai scaffolding. Scaffolding ini diartikansebagai kerangka
pengetahuan yang disiapkan saat masa kematangan tiba.

Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya dapat
membantuseorang anak “mencapai” konsep atau kecakapan baru dengan
memberikaninformasi yang mendukung. Vygotsky percaya hal ini dapat
dilakukan bukanhanya oleh pendidik tetapi juga oleh kelompok anak yang
telah memilikikecakapan yang diinginkan.

Seperti Piaget, Vygotsky menempatkan banyak sekali penekanan


padapentingnya pengamatan. Dengan mengawasi dan mendengar secara
seksama,pendidik mulai mengenal perkembangan tiap-tiap anak. Menurut
Vygotsky, halinilah satu-satunya cara bagi para pendidik untuk menilai
secara akurat apa yangada dalam ZPD anak pada suatu waktu.
Pengetahuan ini esensial untukperencanaan kurikulum yang
baik.Vygotsky juga yakin bahwa bahasa memberikan pengalaman
yangpenting untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Ia yakin
bahwa berbicaraadalah penting untuk mengklarifikasi poin-poin penting
selain itu berbicaradengan orang lain juga membantu kita belajar lebih
banyak tentang komunikasi.Sebagai contoh, kita dapat belajar banyak dari
pengamatan percakapan anak-anak. Hal ini dapat membantu kita
menemukan apa yang anak-anak ketahui danapa yang membingungkan
mereka. Banyak diantara kita memiliki kenangantentang sekolah dimana
kita diharapkan tenang dan belajar. Para pendidik padasaat itu berpikir
belajar adalah perjalanan yang terpencil, sesuatu yang tiap siswaharus
lakukan sendiri. Vygotsky telah menunjukkan kepada kita
pentingnyapembelajaran sebagai pengalaman interaktif. Pendidik yang
ingin mendorongperkembangan bahasa dapat melakukannya dengan
mendorong kegiatan untukbercakap-cakap.

Vygotsky yakin bahwa bahasa menyajikan pengalaman yang


terbagi yangpenting untuk mengembangkan perkembangan kognitif. Ia
yakin bahwa berbicaraadalah penting untuk memperjelas hal-hal yang
penting tetapi berbicara denganorang lain juga membantu kita belajar
lebih banyak tentang komunikasi.Vygotsky telah membantu para pendidik
untuk melihat bahwa anak-anakbelajar bukan hanya dengan melakukan
atau bekerja tetapi juga denganberbicara, bekerja dengan teman-teman,
dan bertekun pada tugas itu hinggamereka “mendapatkannya”. Untuk
mendukung pembelajaran sosial anak-anak,pendidik dapat memberikan
banyak kesempatan bagi anak untuk salingmembantu atau untuk bekerja
sama pada proyek-proyek dari pilihan mereka.

Pendidik meningkatkan pembelajaran siswa bukan dengan sekali-


kalimemberi mereka jawaban. Melalui interaksi, percakapan, dan
percobaan, anakanakmeningkatkan keterampilan/kecakapannya dan
mencapai tujuan merekaMereka mempelajari baik proses yaitu bagaimana
berdiskusi tentangmenggunakan alat-alat; bagaimana bereksperimen
untuk mengetahui alat manayang bekerja paling baik, dan isi yaitu cara
apa yang paling efektif untukmenggali benda beku dari potongan es, dan
secara sambil lalu mempelajari pulaprinsip-prinsip fisika seperti
pengangkatan melalui interaksi mereka. Vygotskyyakin bahwa
pembelajaran perkembangan adalah sama tetapi tidak identikKombinasi
dari pengajaran anak dan menghargai perkembangan individu anakakan
mengoptimalkan pembelajaran.

3) Peran terhadap Perkembangan

Secara umum, Ahli teori kognitif telah memberikan sumbangan


nyatadengan memfokuskan perhatian pada proses mental dan peran
mereka dalamperilaku. Piaget menekankan pentingnya pendidik dalam
memperhatikantahapan perkembangan kognisi setiap individu, sehingga
metode pendekatanpembelajaran dapat diberikan dengan tepat. Proses
asimilasi, akomodasi, sertaadapatasi individu terhadap informasi yang
masuk merupakan proses yang harusdipahami bahwa seringkali bersifat
sangat individual. Kontribusi utama dari

Vygotsky untuk pemahaman tentang perkembangan individu


adalahpemahamannya mengenai kepentingan interaksi dengan pendidik
dan temansebaya dalam mengembangkan pengetahuan siswa tersebut.
Pengamatanmerupakan hal penting untuk dilakukan pendidik dan
orangtua, sehinggaperlakuan yang betul dapat diberikan untuk
mengoptimalkan perkembanganindividu. Vygotsky juga menekankan
peran orang dewasa dalam memimpinperkembangan, yaitu bukan hanya
mencocokkan lingkungan pembelajaranmelainkan juga membuat
lingkungan anak-anak dengan bantuan orang laindapat memperluas dan
meningkatkan pemahaman mereka saat itu.

e. Teori Ekologi

1) Pokok Teori Ekologi

Urie Bronfenbrenner (dalam Santrock, 1995) merupakan ahli


yangmengemukakan teori sistem mengenai ekologi yang menjelaskan
perkembanganindividu dalam interaksinya dengan lingkungan di luar
dirinya yang terus menerusmempengaruhi segala aspek
perkembangannya. Teori ekologi ini ialahpandangan sosiokultural
Bronfenbrenner tentang perkembangan yang terdiri darilima sistem
lingkungan, mulai dari pengaruh interaksi langsung pada individuhingga
pengaruh kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem ekologi
tersebutadalah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan
kronosistem(Santrock, 1995).

Adapun urutan sistem tersebut sebagai berikut :

a) Mikrosistem, yaitu kondisi yang melatarbelakangi anak hidup


dan berinteraksi dengan orang lain dan institusi yang paling
dekat dengan kehidupannya, seperti orangtua, teman sebaya,
dan sekolah.
b) Mesosistem, yaitu hubungan antar dalam mikrosystem. Sebagai
contoh, orang tua dan guru berinteraksi dalam sistem sekolah,
anggota keluarga dan peer menjadi relasinya di dalam institusi
keagamaan, pelayanan kesehatan berinteraksi dengan keluarga
anak dan sekolahnya
c) Eksosistem, yaitu sistem yang berisi sejumlah kondisi yang
mempengaruhi perkembangan anak, namun anak di sini tidak
terlibat dalam suatu peran langsung. Sebagai contoh, karena
adanya kondisi kemiskinan dalam keluarga, anak terpaksa
harus bekerja untuk mencari uang dan tidak melanjutkan
sekolah.
d) Makrosistem, yaitu sistem yang mengelilingi mikro-meso-
daneksosistem dan merespresentasikan nilai-nilai, ideologi,
hukum,masyarakat dan budaya. Sebagai contoh anak Indonesia
tidak samadengan anak Amerika
e) Kronosistem, yaitu dimensi waktu yang menuntun perjalanan
setiaplevel sistem dari mikro ke makro. Kronosistem ini juga
mencakupberbagai peristiwa hidup yang penting pada individu
dan kondisi sosiokultural.
Untuk lebih jelasnya tentang sistem ekologi dari Bronfenbrenner ini
dapatdicermati gambar berikut ini.

Gambar 3. Teori Ekologi dari Bronfenbrenner

2) Peran terhadap Perkembangan

Dari perspektif teori ekologi, individu berkembang dalam jaringan


yangkompleks dari sistem yang saling berhubungan Oleh karena itu
banyak sumberberperan dalam perkembangan tingkah laku. Selain faktor
individual, faktorlingkungan seperti aktivitas pengasuhan dianggap
sebagai salah satu determinandari permasalahan tingkah laku
bermasalah. Teori ini menekankan bahwamanusia tidak berkembang
dalam isolasi, namun merupakan rangkaian interaksidi dalam keluarga,
sekolah, masyarakat atau komunitasnya. Setiap lapisanlingkungan selalu
bersifat dinamis mempengaruhi mempengaruhi perkembanganindividu.
f. Teori Etologi

1) Lorentz: Imprinting

Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi


danditentukan secara biologis. Tiap spesies mempelajari adaptasi apa
yang pentinguntuk bertahan hidup, dan melalui proses seleksi alam, yang
paling baiklah yangmampu hidup untuk mewariskan sifat-sifatnya kepada
keturunannya.

Konrad Lorentz (1903-1989) merupakan ahli ethologi peraih


hadiahNobel, meneliti pola-pola perilaku dari kawanan angsa dan
menemukan bahwaanak angsa terlahir dengan instink untuk mengikuti
induknya (Santrock 1995;Rice, 2002). Perilaku ini ada sejak lahir dan
merupakan bagian dari instinkmereka untuk bertahan hidup. Lorentz juga
menemukan bahwa jika anak angsatersebut ditetaskan dalam inkubator,
mereka akan mengikuti benda yangpertama bergerak yang mereka lihat,
yang mempercayai benda itu sebagaiinduknya. Lorents bersiaga ketika
tutup inkubator diangkat. Ia adalah orangpertama yang anak angsa lihat,
jadi sejak itu anak angsa tersebut mengikutiLorentz seolah ia induknya.
Anak angsa tersebut bahkan mengikuti Lorentzketika ia berenang.Lorentz
menyebut proses ini sebagai imprinting, yang meliputipengembangan
kasih sayang yang cepat pada benda pertama yangdilihat. Lorentz
menemukan bahwa ada periode kritis, tak lama seteahpenetasan, selama
mana imprinting akan terjadi.

2) Bonding & Attachment Theories

Bonding─pembentukan hubungan yang erat antara seseorang


danseorang anak. Attachment theory─-deskripsi dari proses dengan mana
bayimengembangkan ketergantungan emosional yang dekat pada satu
atau lebihbanyak pengasuh dewasa.Upaya-upaya telah dilakukan untuk
menerapkan prinsip-prinsip ethologipada manusia. Meskipun tidak ada
manusia yang sama dengan imprinting,bonding (pertalian) menunjukkan
beberapa kesamaan. Ada beberapa buktimenunjukkan bahwa kontak
orangtua-bayi selama jam-jam dan hari-hari pertamakehidupan adalah
penting bagi hubungan orangtua-anak selanjutnya (Klaus &Kennel, dalam
Rice, 2002). Beberapa studi di Case Western Reserve Universitydi
Cleveland menegaskan perasaan keibuan dimana ikatan emosional
antara ibudan bayi dipekuat oleh kontak yang intim selama jam-jam
pertama kehidupan.

Satu kelompok ibu diberi waktu 16 jam kedekatan ekstra selama


tiga haripertama hidup─satu jam setelah lahir dan lima jam setiap siang
hari. Ketika bayiberusia satu bulan dan ketika berusia satu tahun, ibu
tersebut dibandingkandengan kelompok kontrol yang menjalani rutinitas
rumah sakit seperti biasa. Paraibu yang memiliki waktu lebih bersama
bayinya lebih memanjakan, mencarikontak mata yang dekat, dan
merespon tangisan mereka. Para penelitimenyimpulkan bahwa
membiarkan ibu dan bayinya bersama selama satu jampertama setelah
lahir memperkuat “kepekaan keibuan” sang ibu danmemperlama
pemisahan ibu-bayi selama beberapa hari pertama akan berefeknegatif.

Meskipun kontak awal orangtua dan bayi adalah penting, namun


studi-studilain gagal menegaskan hasil temuan Klaus dan Kennel bahwa
ada periodekritis selama masa bonding pasti terjadi, dan bahwa jika hal itu
tidak terjadi efekmembahayakan akan dirasakan dan berlangsung terus.
Sebaliknya, Egeland &Vaughn (Rice, 2002) menemukan tidak adanya
insiden yang lebih besar darimasalah-masalah pengabaian, kekerasan,
sakit, atau penyesuaian diantara bayiyang telah dipisahkan dari ibunya
selama sesaat setelah lahir. Satu hal yangpenting adalah bahwa
kepentingan dari beberapa jam krusial langsung setelahkelahiran belum
terbentuk secara meyakinkan.

John Bowlby memberikan banyak penerangan tentang subyek ini


dalampembahasannya tentang attachment theory (Bretheton, dalam Rice,
2002)). Bayitidak dilahirkan dengan attachment pada siapapun: ibu, ayah
atau orang lain.Namun karena kelangsungan hidup bayi bergantung pada
pengasuh yangmencintai, bayi perlu mengembangkan attachment. Bowlby
menyatakan bahwaselama enam bulan pertama, attachment bayi cukup
luas. Bayi menjadi lekatpada orang-orang secara umum, sehingga mereka
nampak tidak memilikipreferensi khusus akan siapa yang merawatnya.
Namun, dari enam bulan kedepan, attachment menjadi lebih spesifik.
Anak bisa mengembangkan multipleattachment, tapi semua itu dengan
berbagai pihak, seperti ibu, ayah, pengasuhsehingga anak gelisah ketika
ditinggalkan bersama pengasuh yang tidakdikenalnya.

3) Hinde: Periode Perkembangan Sensitif

Etholog Robert Hinde, dosen Psikologi di Cambridge University,


Inggris,lebih menyukai istilah periode sensitif daripada “periode kritis”
pada masa-masatertentu ketika organisme lebih dipengaruhi oleh jenis-
jeis pengalaman khusus.Istilah periode sensitif, yang awalnya digunakan
oleh Maria Montessori, nampaklebih luas dan merupakan konsep yang
lebih fleksibel daripada konsep yanglebih sempit dari periode kritis.
Dengan anak-anak manusia, nampak ada periodesensitif secara khusus
pada perkembangan bahasa, ikatan emosional, atauhubungan sosial.
Ketika defisit terjadi selama masa sensitif tersebut, pertanyaanyang ada
apakah mereka bisa dipulihkan selama periode
perkembanganselanjutnya. Hal ini ternyata tergantung pada sejauh mana
pengalaman awaldan pengaruh lingkungan yang dapat memenuhi
kebutuhan individu tersebut.

4) Peran terhadap Perkembangan

Teori ini menekankan bahwa perilaku individu adalah produk dari


evolusidan ditentukan secara biologis. Teori ini juga tetap menghargai
adanya peranlingkungan dalam memenuhi berbagai kebutuhan individu,
sehingga pengalamanindividu pada awal kehidupan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagikehidupan individu tersebut di masa
selanjutnya.

D. Aktifivitas Pembelajaran

1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk


2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikanlah dalam kelompok ; Bandingkanlah berbagai macam pokok

teori perkembangan. Kemudian tentukanlah salah satu teori

perkembangan yang menurut Anda lebih komprehensif dalam

memandang perkembangan individu. Jelaskan dan beri contoh!


F. Rangkuman

1. Teori psikoanalitis dari Freud menekankan pentingnya pengalaman


masa kanak-kanak awal dan motivasi di bawah sadar dalam
mempengaruhi perilaku. Freud berpikir bahwa dorongan seks dan
instink dan dorongan agresif adalah penentu utama dari perilaku,
atau bahwa orang bekerja menurut prinsip kesenangan.
2. Freud mengatakan bahwa struktur dasar dari kepribadian terdiri
dari id, ego,dan superego, dan bahwa ego berusaha memperkecil
konflik di dalam diri dengan menjaga keseimbangan dorongan
instink (id) dan larangan sosial (superego). Menurut Freud, salah
satu cara orang mengurangi kegelisahan dan konflik adalah
dengan menggunakan mekanisme pertahanan (defense
mechanism): represi, regresi, sublimasi, penggantian, formasi
reaksi, penolakan, dan rasionalisasi.
3. Menurut teori psikoseksual Freud, pusat dari kepekaan sensual
bergeser dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain ketika
perkembangan berlangsung melalui serangkaian tahap berikut: oral
(hingga usia 1 tahun); anal (usia 2-3 tahun); phalik (4-5 tahun);
laten (6 – pubertas/remaja); dan genital (remaja dan seterusnya).
4. Teori psikoanalisis Freud adalah teori yang berpengaruh.
Perhatiannya pada motivasi di bawah sadar dan mekanisme
pertahanan, serta pengaruh lingkungan, dan metode treatment-nya
telah memberikan sumbangan nyata bagi teori dan praktek
psikologi. Beberapa orang merasa teori pekembangan
psikoseksual Freud memiliki lingkup terbatas, dengan terlalu
menekankan pada motivasi seks dan instink agresif/penyerangan
sebagai basis dari perilaku.
5. Erikson berpikir bahwa Freud memberikan terlalu banyak perhatian
pada basis seksual untuk perilaku dan bahwa pandangannya
tentang sifat dasar manusia terlalu sinis. Erikson membagi
perkembangan manusia menjadi 8 tahap dan mengatakan bahwa
individu memiliki tugas psikososial yang perlu dikuasai selama tiap
tahap.
6. Delapan tahap itu, menurut Erikson, adalah kepercayaan ><
ketidakpercayaan); otonomi >< rasa malu dan keraguan); inisiatif
>< kesalahan; industri >< inferioritas; identitas >< kebingunan
peran : kekarib,an >< isolasi; generativitas >< stagnasi (dewasa
menengah: 40an&50an); dan integritas >< keputusasaan
7. Teori Erikson jauh lebih luas daripada teori Freud dan mencakup
keseluruhan masa hidup, dengan perhatian pada variasi yang lebih
luas dari faktor-faktor motivasi dan lingkungan.
8. Behaviorisme menekankan peran dari pengaruh lingkungan dalam
memberikan contoh perilaku.
9. Menurut behavioris, pembelajaran terjadi melalui pengkondisian.
Ada dua jenis pengkondisian: klasik, yang merupakan
pembelajaran melalui asosiasi, dan operant, yang merupakan
pembelajaran dari konsekuensi perilaku.
10. Teori belajar sosial mengatakan bahwa anak-anak belajar dengan
mengamati perilaku orang lain dan dengan meniru perilaku mereka.
11. Ahli teori pembelajaran sosial telah memberi banyak sumbangan
untuk pemahaman tentang perkembangan manusia dengan
menekankan peran pengaruh lingkungan dalam pembentukan
perilaku.
12. Humanisme menggunakan pandangan yang sangat positif dari sifat
dasar manusia dan mengatakan bahwa orang bebas menggunakan
kemampuan mereka yang unggul/superior untuk membuat pilihan
cerdas dan mewujudkan potensi penuh mereka sebagai orang
yang mengaktualisasikan diri.
13. Buhler mengatakan bahwa tujuan riil dari manusia adalah
pemenuhan melalui prestasi/pencapaian.
14. Maslow mengatakan bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan
sebagai motivasi untuk memenuhi kebutuhan, yang dapat
digolongkan dala lima kategori: kebutuhan psikologis, keamanan,
cinta dan memiliki, penghargaan, dan aktualisasi diri. Aktualisasi
diri adalah kebutuhan tertinggi dan puncak dari kehidupan.
15. Carl Rogers merefleksikan filosofi humanistik bahwa jika orang
diberi kebebasan untuk tumbuh dan dukungan emosional (yang ia
sebut unconditional positive regard), maka mereka bisa
berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara penuh/utuh.
16. Teori Humanistik telah mengajarkan orang untuk percaya pada diri
sendiri dan pada kodrat manusia, tapi kadang dikecam karena
memiliki pandangan yang terlalu optimis tentang kodrat manusia.
17. Kognisi adalah tindakan dan proses mengetahui. Pendekatan
Piagetian terhadap perkembangan kognitif menekankan perubahan
kualitatif dalam cara orang berpikir ketika mereka berkembang.
18. Piaget membagi proses perkembangan kognitif menjadi 4 tahap:
sensorimotor (lahir–2 th), preoperational (2–7 th), concrete
operational (7- 11th), dan formal operational (11 th ke atas).
19. Ahli teori kognitif telah memberikan sumbangan nyata dengan
memfokuskan perhatian pada proses mental dan peran mereka
dalam perilaku.
20. Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of
Proximal Development (ZPD). , yaitu area dari tugas-tugas yang
sulit dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan
bimbingan dan bantuan orang dewasa atau siswa yang lebih
terampil. Ia yakin bahwa seorang siswa pada sisi pembelajaran
konsep baru dapat memperoleh manfaat dari interaksi dengan
seorang pendidik atau teman kelas. Bantuan yang pendidik atau
teman sebaya berikan sebagai scaffolding. Scaffolding ini diartikan
sebagai kerangka pengetahuan yang disiapkan saat masa
kematangan tiba.
21. Kontribusi utama dari Vygotsky untuk pemahaman tentang
perkembangan individu adalah pemahamannya mengenai
kepentingan interaksi dengan pendidik dan teman sebaya dalam
mengembangkan pengetahuan siswa tersebut.
22. Teori Ekologi menjelaskan bahwa manusia tidak berkembang
dalam isolasi, namun merupakan rangkaian interaksi di dalam
keluarga, sekolah, masyarakat atau komunitasnya. Setiap lapisan
lingkungan selalu bersifat dinamis mempengaruhi mempengaruhi
perkembangan individu.
23. Ethology menekankan bahwa perilaku adalah produk dari evolusi
dan ditentukan secara biologis. Teori imprinting, bonding dan
attachment adalah contoh dari hal ini. Ethologist Robert Hinde
mengenalkan lebih lanjut mengenai istilah periode sensitif yang
mengacu pada masa-masa tertentu dari hidup ketika organisme
lebih dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang khusus.

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.


Kegiatan Pembelajaran 3

Prinsip-Prinsip Perkembangan

A. Tujuan

Memahamii adanya prinsip-prinsip perkembangan secara umum


dan aplikasinya dalam duniapendidikan

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Menyimpulkan prinsip-prinsip perkembangan secara umum dan


aplikasinya dalam duniapendidikan

C. Uraian Materi

1. Uraian Prinsip-prinsip perkembangan dan Aplikasinya

Untuk mendidik anak, para pendidik tidak hanya perlu memahami


teoriteoriperkembangan, tetapi juga perlu memahami prinsip-
prinsipperkembangan yang berlaku pada anak, karena dengan adanya
prinsip-prinsipperkembangan ini, bisa diketahui apa sebenarnya hakekat
dari anak.

Selanjutnya pendidikan bisa diarahkan sesuai dengan hakekat


anak (tidakmeleset dari sifat-sifat anak).Adapun prinsip-prinsip
perkembangan pada anak itu di antaranya ialah:

a. Prinsip kesatuan organis

Anak merupakan suatu kesatuan; perkembangan antara fungsi yang


satudengan yang lain saling berpengaruh. Tiap-tiap fungsi tadi
hanyamempunyai arti apabila ditinjau dari keseluruhannya.Contoh:
perkembangan bahasa anak merupakan suatu kebulatan, artinyakita tidak
boleh meninjau perkembangan bahasa saja, tetapiperkembangan
sebelumnya juga harus diperhatikan (menguasai katakata,kalimat, dan
sebagainya). Sesuai dengan prinsip ini, maka dalampendidikan
disarankan agar pelajaran-pelajaran yang diberikan adahubungannya
antara satu bagian dengan bagian lainnya. Sebagaikonsekuensi dari
prinsip ini, maka diperlukan adanya kurikulumpendidikan.

b. Prinsip tempo dan irama perkembangan

Menekankan bahwa tiap-tiap individu mempunyai tempo dan irama


yangberbeda-beda di dalam perkembangannya; ada yang cepat dan ada
yanglambat.

c. Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif


sama

Meskipun individu mempunyai tempo dan irama perkembangan


yangberbeda-beda sesuai dengan potensinya, akan tetapi individu
tersebutmasih mengikuti garis perkembangan yang umum.

Misal: A : berjalan I tahun


selisih sedikit
B : berjalan 1,5 tahun

Mungkin A lebih sehat, tetapi B masih mengikuti pola


perkembanganyang umum. Sebagai konsekuensi dari prinsip ini ialah
adanya pendidikanklasikal. Jadi meskipun anak-anak mempunyai
perbedaan, tetapi padatingkat usia yang sama, mereka masih mengikuti
pola perkembanganyang umum. Keuntungan dari konsekuensi prinsip
tersebut;
- Pendidikan dapat dilaksanakan secara klasikal.
- Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan dapat
relatiflama.Contoh: di Taman kanak-kanak, anak siap masuk
pada usia 4 – 5tahun, di mana anak-anak membutuhkan alat-
alat tertentu sesuaidengan perkembangannya. Dengan prinsip
tersebut, maka alat-alatyang digunakan bisa relatif lama karena
anak tidak boleh masuk TKpada usia 3 tahun.

d. Prinsip interaksi

Antara pembawaan dan lingkungan saling berpengaruh di


dalamperkembangan anak. Misalnya, anak mempunyai bakat yang baik,
tetapikarena hidup dalam lingkungan yang tidak menguntungkan, maka
anakbelum tentu bisa berkembang dengan baik.Konsekuensi dari prinsip
ini bagi pendidikan:

- Pendidik harus memberikan lingkungan/variasi pendidikan


seluasluasnya pada anak. Di sini bakat anak bias berkembang
karena adanya stimulus yang diberikan. Contoh: Pendidikan SD
belum ada pembagian seperti di SLTA, sedangkan di SLTA
sudah dapat dilihat bakatnya, sehingga sudah diadakan
pembagian. Misal STM, SMEA, atau di SMU ada jurusan IPA
dan IPS. Jadi mula-mula diberi situasi yang luas agar anak
dapat mengembangkan bakatnya.
- Pengaruh pendidikan akan dibatasi oleh pembawaan anak.
Orang tidak dapat memberikan pendidikan SLTA kepada
individu yang IQ nya di bawah 90.
- Anak bukan manusia yang pasif, tetapi adalah manusia yang
aktif. Dengan keaktifannya, anak bias menunjukkan
kehendaknya, oleh karena itu kemauan anak harus dipupuk,
tidak boleh mengekang anak dalam batas-batas yang normal.
e. Prinsip kematangan

Usaha belajar atau pendidikan yang diberikan oleh pendidik


sangattergantung pada kematangan anak, artinya di dalam mendidik
anak,orang tidak dapat memaksakan meteri pendidikan yang melebihi
batastingkat kematangannya. Misal, anak berusia 7 bulan baru bias
duduk,tidak dapat dipaksakan untuk belajar berjalan.

f. Setiap proses perkembangan terdapat hasrat untuk:


- Mempertahankan diri. Adanya keinginan untuk makan, minum,
dan istirahat merupakan keinginan untuk mempertahankan apa
yang sudah ada.
- Mengembangkan diri Adanya keinginan untuk bergerak,
bermain, mengadakan eksplorasi dan sebagainya merupakan
hasrat untuk mengembangkan apa yang sudah ada.

g. Fungsi psikis tidak timbul secara berturut-turut, tetapi secara


bersamaan.

Contoh, menulis surat merupakan kegiatan yang melibatkan


fungsiingatan, fungsi pikiran, fungsi perasaan, fungsi gerak dan
sebagainyasecara bersamaan, hanya pada waktu-waktu tertentu, salah
satu fungsiyang kelihatan menonjol, sehingga nampak secara berurutan.

h. Perkembangan mengikuti proses diferensiasi dan integrasi

Dengan bertambahnya umur, perkembangan anak akan semakin


majupula, sehingga terjadi proses yang disebut diferensiasi dan
integrasi.Contoh, bayi memiliki gerakan-gerakan yang tidak teratur.
Denman bertambahnya umur, gerakannya makin dapat dipisahkan
(misalnya,tangan saja), dan gerakannya makin dapat dikoordinasikan
(misalnya,koordinasi gerakan tangan dan kaki).
i. Pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan suatu asuhan atau
bimbingan yang dilakukan secara sadar.

Hal ini disebabkan pertumbuhan dan perkembangan bukan


hanyamerupakan proses yang timbul dengan sendirinya, tetapi juga
karenapengaruh dari luar. Oleh karena itu, untuk mencapai
perkembangan yangnormal, pengaruh ini harus diberikan secara sadar
dan terencana.Apabila pengaruh itu tidak disadari, maka pertumbuhan
danperkembangan bias terjadi secara tidak normal. Dengan demikian
orangharus sadar bahwa pendidikan yang diberikan adalah baik.

D. Aktifivitas Pembelajaran

1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk


2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikanlah beberapa hal berikut ini (satu kelompok @3 orang) ;

1. Berikanlah contoh-contoh implikasi prinsip perkembangan pada


dunia pendidikan selain contoh yang sudah disebutkan !
2. Pada implikasi prinsip perkembangan di praktek pendidikan,
mengapa perbedaan individual tetap harus diperhatikan? Sebutkan
minimal 2 alasan dengan penjelasan yang tepat!

F. Rangkuman

1. Prinsip-prinsip perkembangan pada anak adalah: Prinsip kesatuan


organis, prinsip tempo dan irama perkembangan, tiap-tiap individu
mengikuti pola perkembangan yang umum/relatif sama, prinsip
interaksi, prinsip kematangan, setiap proses perkembangan
terdapat hasrat untuk mempertahankan diri dan mengembangkan
diri, fungsi psikis tidak timbul secara berturut-turut, tetapi secara
bersamaan, perkembangan mengikuti proses diferensiasi dan
integrasi, pertumbuhan dan perkembangan membutuhkan suatu
asuhan atau bimbingan yang dilakukan secara sadar.
2. Prinsip-prinsip perkembangan berlaku universal, namun dalam
implikasinya perbedaaan individual tetap menjadi prioritas utama
dari perhatian pendidik.

i. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

ii. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.


Kegiatan Pembelajaran 4

Permulaan Kehidupan Manusia


(Perkembangan Pranatal)

A. Tujuan

1. Memahami tahapan perkembangan janin dalam kandungan


2. Memahami bahaya-bahaya yang harus diperhatikan selama masa
pranatal.
3. Memahami implikasi perkembangan pranatal pada bidang
pendidikan.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menyimpulkan tahapan perkembangan janin dalam kandungan


2. Menyimpulkan bahaya-bahaya yang harus diperhatikan selama
masa pranatal.
3. Menyimpulkan implikasi perkembangan pranatal pada bidang
pendidikan.

C. Uraian Materi

1. Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan

Permulaan kehidupan manusia dapat ditinjau secara psikologis


danbiologis. Secara psikologis kehidupan manusia dimulai pada saat janin
mulaibereaksi terhadap rangsang-rangsang dari luar. Reaksi terhadap
rangsang dariluar telah dimulai sangat awal. Ditinjau secara biologis
kehidupan dimulai padasaat terjadinya konsepsi atau pembuahan, yakni
bersatunya sel telur (ovum:tunggal, ova: jamak) dan sel laki-laki
(spermatozoa: tunggal, spermatozoon:jamak). Kedua sel yang telah
bersatu tersebut tumbuh dan berkembang dalamorgan reproduksi wanita
(gonad). Sel telur diproduksi dalam gonad wanita(ovarium) dan sel
spermatozoa diproduksi dalam gonad pria (tes tes). Prosesterjadinya
pembuahan dalam dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Skema Pembuahan

Kemungkinan terjadinya pembuahan semacam itu telah


ditentukansecara alamiah. Sekali dalam 28 hari, seringkali sekitar
pertengahan siklusmenstruasi, sebuah telur dalam salah satu kandung
telur menjadi masak danbergerak pelan masuk ke dalam rahim.
Perjalanan ini memakan waktu 3 sampai7 hari, dan apabila dalam
perjalanan tersebut tidak terjadi pembuahan, makalenyaplah telur dalam
rahim (Monks, dkk., 1992). Bila telur dalam perjalananbertemu dengan
spermatozoa dan masuk melalui dinding telur, maka terjadilahpada detik
itu hal-hal sebagai berikut: sel benih melepaskan 23 bagian kecil-kecildari
dirinya yang disebut kromosom. Pada saat itu pecahlah inti telur
danlepaslah 23 kromosom. Kromosom ayah dan kromosom ibu lebur
menjadi satudan membentuk bakal keturunan bagi anak. Kromosom tadi
mengandung bagianyang lebih kecil lagi yang membawa faktor-faktor
keturunan yang sesungguhnyayang disebut gene (Monks, dkk., 1992).

Periode pranatal berlangsung selama 280 hari atau kurang lebih


40minggu yang dihitung mulai dari sesudah hari pertama menstruasi
terakhir.Hurlock (1993) mengatakan bahwa orang awam menghitung
kehamilan selama 9bulan kalender. Bertentangan dengan itu, para
ilmuwan menggunakan bulanyang lamanya 28 hari (lunar) sebagai tolok
ukur. Ini bertepatan dengan periodesiklus menstruasi wanita.Urutan
perkembangan dalam periode pranatal telah pasti dan tidak dapatdiubah.
Kepala, mata, tubuh, tangan, kaki, alat-alat kelamin dan alat-
alatberkembang dengan urutan tertentu dan juga kurang lebih pada usia
pranatalyang sama pada semua fetus. Perkembangan yang teratur
menurut skematertentu itu sebelum dan sesaat sesudah dilahirkan
merupakan hal yang sangatpenting. Pertumbuhan yang teratur ini dapat
dilihat dari kenyataan bahwa semuafetus selalu dapat memutar kepalanya
lebih dahulu sebelum mereka dapatmelencangkan kepalanya (Monks,
dkk., 1998).

Periode pranatal yang berlangsung selama 10 bulan lunar


dikelompokkanmenjadi tiga bagian (Hurlock, 1992), yakni (1) periode
zigot, berlangsung sejakpembuahan sampai akhir minggu kedua, (2)
periode embrio berlangsung akhirminggu kedua sampai akhir bulan
kedua, (3) periode janin berlangsung dari akhirbulan kedua sampai lahir.
Monks, dkk. (1998) membagi periode pranatal menjadi(1) fase germinal
(waktu 2 minggu pertama), (2) fase embrional (waktu 6 – 8minggu
berikutnya), (3) fase fetal (mulai minggu ke-8 sampai saat dilahirkan).Hal
yang sama juga dikatakan oleh Santrock (2002) bahwa periode
pranataldibagi menjadi tiga fase yang meliputi periode germinal, embrionis
dan fetal.

Adapun masing-masing periode dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Periode Germinal

Periode germinal merupakan periode awal perkembangan pranatal


yangberlangsung pada 2 minggu pertama setelah pembuahan. Ini
merupakan meliputipenciptaan zigot, dilanjutkan dengan pemecahan sel,
dan melekatnya zigot kedinding kandungan. Sekitar seminggu setelah
pembuahan, zigot terdiri dari 100hingga 150 sel. Pemisahan sel telah
dimulai ketika lapisan dalam dan lapisanluar organisme terbentuk.
Blastocyst adalah lapisan dalam sel yang berkembangselama periode
germinal. Trophoblast ialah lapisan luar sel yang berkembangselama
periode germinal. Sel-sel ini kemudian menyediakan gizi dan
dukunganbagi embrio. Implantation adalah melekatnya zigot ke dinding
kandungan,berlangsung sekitar10 hari setelah pembuahan.

b. Periode Embryonic

Periode embryonic/embrionis merupakan periode perkembangan


pranatalyang terjadi dari 2 hingga 8 minggu setelah konsepsi. Selama
periode embrionis,angka pemisahan sel meningkat, sistem dukungan bagi
sel terbentuk dan organorganmulai tampak. Ketika zigot mendekati
dinding rahim, sel-selnyamembentuk dua lapisan. Massa sel tersebut
disebut embrio. Embrio yang sudahterbentuk terdiri dari (a) lapisan bagian
dalam sel (endoderm) yang akanberkembang menjadi sistem pencernaan
dan pernapasan, (b) lapisan luar yangterdiri dari lapisan paling luar sel
(ectoderm) dan lapisan tengah (mesoderm).Ectoderm akan berkembang
menjadi sistem syaraf, penerima sensor (misalnyatelinga, hidung, mata)
dan bagian kulit (misalnya rambut dan kuku), sedangkanmesoderm akan
berkembang menjadi sistem peredaran, tulang, otot, sistempembuangan
kotoran badan, dan sistem reproduksi.

Ketika ketiga lapisan embrio terbentuk, sistem dukungan kehidupan


bagiembrio matang dan berkembang dengan cepat. Sistem dukungan
kehidupan inimeliputi ari-ari, tali pusar, dan amnion, dan lebih jelaskan
dapat diuraikansebagai berikut.

- Ari-ari (placenta) merupakan suatu sistem dukungan kehidupan


yang terdiri dari sekelompok jaringan yang berbentuk piring
yang didalamnya pembuluh darah dari ibu dan anak mengait
tetapi tidak menyatu.
- Tali pusar (umbilical cord) adalah suatu sistem dukungan
kehidupan yang mengandung dua pembuluh nadi dan satu
pembuluh vena yang menghubungkan bayi dengan ari-ari.
Molekul-molekul yang sangat kecil seperti udara, air, garam,
makanan dari darah ibu, dan karbon dioksida serta kotoran
pencernaan dari darah embrio berpindah dari ibu kepada bayi
dan dari bayi kepada ibu. Molekul-molekul yang besar tidak
dapat berpindah melalui dinding ari-ari; ini meliputi sel darah
merah dan zat-zat berbahaya seperti kebanyakan bakteri,
kotoran ibu dan zat-zat berbahaya seperti kebanyakan bakteri,
kotoran ibu dan hormon. Mekanisme yang mengatur
pemindahan zat-zat melalui hambatan ari-ari itu kompleks dan
masih belum seluruhnya dipahami.
- Amnion merupakan suatu keranjang yang berisi cairan bening
yang di dalamnya embrio yang sedang berkembang
mengapung. Seperti halnya ari-ari dan tali pusar, amnion
berkembang dari telur yang dibuahi bukan dari tubuh ibu. Pada
kira-kira usia 16 minggu ginjal janin mulai memproduksi air
kencing yang merupakan sumber utama cairan amniotis hingga
trimester ketiga, ketika beberapa cairan dikeluarkan dari paru-
paru oleh janin yang sedang bertumbuh. Isi cairan amniotis
meningkat sepuluh kali lipat dari usia ke 12 hingga ke 40
minggu kehamilan, dan dikeluarkan dengan bebagai cara.
Sebagian ditelan oleh janin, dan sebagian lagi diserap melalui
tali pusar dan selaput yang menutup ari-ari. Cairan amniotis
penting dalam menyediakan lingkungan yang suhu dan
kelembabannya terkendali, serta untuk melindungi janin dari
guncangan.

Beberapa perkembangan penting dari embrionis antara lain pada


mingguketiga, saluran syaraf yang pada akhirnya menjadi susunan tulang
belakangterbentuk. Pada usia kira-kira 21 hari, mata mulai kelihatan, dan
pada usia 24hari sel untuk jantung mulai berpisah. Selama minggu
keempat, penampakanpertama sistem saluran kencing alat kelamin
(urogenital) kelihatan, dan kuncuplengan serta kaki muncul. Empat bilik
jantung terbentuk dan pembuluh darah naikke permukaan. Dari minggu
kelima hingga kedelapan, lengan dan kakiselanjutnya berpisah, pada saat
ini, wajah mulai berbentuk tetapi masih begitudapat dikenal. Bidang usus
berkembang dan struktur wajah tersususn bersama.

Pada usia 8 minggu, janin yang sedang berkembang beratnya kira-


kirasepertigapuluh ons dan panjangnya satu inci. Proses pembentukan
organ yangberlangsung selama dua bulan pertama perkembangan
pranatal disebutorganogenesis.

c. Periode Fetal

Periode fetal merupakan periode perkembangan pranatal yang


dimulaidari dua bulan setelah pembuahan dan pada umumnya
berlangsung sampai 7bulan. Tiga bulan setelah pembuahan, panjang
janin kira-kira 3 inci dan beratnyakira-kira 1 ons. Janin semakin aktif
menggerakkan tangan dan kakinya,membuka dan menutup mulutnya, dan
menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi,kelopak mata, hidung, dan dagu
dapat dibedakan, demikian pula lengan bagianatas, tangan, dan tungkai,
serta alat kemaluan dapat diidentifikasi sebagai laki-lakiatau perempuan.
Pada akhir bulan keempat, janin telah tumbuh hingga 5,5inci panjangnya
dan beratnya sekitar 4 ons. Pada saat ini, suatu percepatanpertumbuhan
terjadi pada tubuh bagian bawah. Refleks pranatal semakin kuat,gerakan-
gerakan lengan dan kaki dapat dirasakan untuk pertama kalinya
olehibunya.

Pada akhir bulan kelima, panjang janin kira-kira 10 – 12 inci dan


beratnya0,5 – 1 pon. Struktur kulit sudah terbentuk misalnya kuku jari kaki
dan kuku jaritangan. Janin semakin aktif, yang memperlihatkan keinginan
akan suatu posisitertentu di dalam kandungan. Pada akhir bulan keenam,
panjang janin kira-kira14 inci dan beratnya naik 0,5 – 1 pon lagi. Mata dan
kelopak mata benar-benarterbentuk, suatu lapisan rambut halus menutup
kepala. Refleks menggegammuncul, dan pernafasan yang belum
beraturan terjadi. Pada akhir bulan ketujuh,panjang janin 14 – 17 inci dan
naik beberapa pon lagi hingga beratnya 2,5 – 3pon. Selama bulan
kedelapan dan kesembilan, janin tumbuh lebih panjang dannaik lebih
berat lagi kira-kira 4 pon. Ketika lahir, rata-rata bayi Amerika beratnya7 –
7,5 pon dan tingginya sekitar 20 inci. Pada dua bulan terakhir, jaringan
lemakberkembang dan fungsi berbagai sistem organ, misalnya jantung
dan ginjal.

Adapun pertumbuhan dan perkembangan utama janin selama tiga

trimester mulai dari periode germinal sampai fetal dapat dirinci ke dalam
tigatabel yang disajikan berikut ini (Santrock, 2002).
Tabel 3. Pertumbuhan fetal pada trimester pertama (3 bulan pertama)

Pembuahan 8 minggu 12 minggu


hingga 4Minggu
- Panjangnya - Panjangnya - Panjangnya sekitar 3inci dan
kurang dari kurangdari 1 beratnyasekitar 1 0ns
1/10 inci inci - Dapat menggerakkanlengan,
- Awal - Wajah kaki, jaritangan, dan jari kaki
perkembang sudahberbent - Sidik jari muncul
an susunan uk - Dapat
tulangbelak denganmata, tersenyum,memberengut,mengi
ang, sistem telinga, sap, danmenelan
syaraf, mulut,dan - Jenis kelamin dapatdibedakan
usus, pucuk gigi - Dapat kencing
jantungdan yangbelum - Disebut ”fetus” (janin)
paru-paru sempurna
- Kantung - Wajah
amniotis sudahberbent
membungku uk
s lapisan denganmata,
dasar telinga,
seluruh mulut,dan
tubuh pucuk gigi
- Disebut yangbelum
”telur” sempurna
(ovum) - Wajah
sudahberbent
uk
denganmata,
telinga,
mulut,dan
pucuk gigi
yangbelum
sempurna
- Lengan dan
kakibergerak
- Otak mulai
membentuk
- Denyut
jantung
janindapat
dideteksi
denganultraso
und
- Disebut
”embrio

Tabel 4. Pertumbuhan fetal pada trimester kedua (3 bulan pertengahan)

16 minggu 20 minggu 24 minggu


- Panjangnya - Panjangnya 10 – 12 - Panjangnya 11 – 14
sekitar 5,5 inci inci dan beratnya 0,5 inci dan beratnya 1
dan beratnya 4 – 1 pon – 1,5 pon
ons - Denyut jantung dapat - Kulit mengkerut dan
- Denyut jantung didengar dengan tertutup dengan
kuat steteskop biasa lapisan pelindung
- Kulit tipis, - Mengisap ibu jari (vernix caseosa)
tembuspandang - Tersedak - Mata sudah terbuka
- Rambut halus - Rambut, bulu mata, - Meconium
(lanugo)menutup alis mata muncul berkumpul di dalam
tubuh usus besar
- Kuku jari tangan - Mampu memegang
dankuku jari kaki dengan kuat
sudahberbentuk
- Gerakan-
gerakanterkoordin
asi,
dapatberguling di
dalamcairan
amnioti

Tabel 5. Pertumbuhan fetal pada trimester ketiga (3,5 bulan terakhir)

28 minggu 32 minggu 38 – 38 minggu


- Panjangnya 14 – - Panjangnya 16,5 – 18 - Panjangnya 19 inci
17 inci dan inci dan beratnya 4 -5 dan beratnya 6 pon
beratnya 2,5 – 3 pon - Kulit kurang
ons - Memiliki periode tidur mengkerut
- Bertambah lemak dan bangun - Vernix caseosa tipis
tubuh - Berada dalam posisi - Lanugo umumnya
- Sangat aktif lahir hilang
- Gerakan - Tulang kepala lembut - Kurang aktif
pernafasan yang dan lentur - Memperoleh
belum sempurna - Zat besi disimpan di kekebalan dari ibu
muncul dalam hati
2. Pengaruh Pranatal Pada Tingkah Laku Sesudah Dilahirkan

Ada beberapa pengaruh pranatal yang diperkirakan dapat


mempengaruhitingkah laku anak pasca kelahiran. Bererapa faktor
tersebut meliputi:

a. Faktor lingkungan
1) Faktor ekstern yang diperkirakan mempengaruhi tingkah
laku pos-natal antara lain:
- Sinar rontgen dapat mempengaruhi tingkah laku motorik,
gerakbebas, pembuangan, aktivitas, belajar diskriminatif dan
tingkah lakupersetubuhan. Akibat penyinaran memiliki
hubungan dengan usiakehamilan dan banyak sedikitnya
penyinaran pada satu pihak denganbesar kecilnya akibat
yang ditimbulkan, makin banyak dosispenyinaran makin
buruk akibatnya.
- Pemakaian obat-obat penenang seperti softenon atau
thalidomiddapat mengakibatkan cacat berat. Penelitian
antara tahun 1959 –1962 menemukan bahwa cacat yang
disebabkan thalidomid terjadiantara hari ke 34 dan ke 50,
jadi antara minggu kelima dan ketujuhusia kehamilan.
Usaha-usaha pengguguran kandungan
denganmenggunakan obat-obatan yang lain pada usia
kehamilan awal dapatmenyebabkan gangguan-gangguan
perkembangan.

2) Ketegangan emosional dapat berpengaruh pada kenaikan


aktivitas yangsangat menyolok pada fetus. Penelitian yang
pernah dilakukan membuktikanbahwa wanita dengan
susunan syaraf otonom yang labil mempunyai fetusyang
paling aktif. Fetus yang aktif pada waktu dilahirkan memiliki
berat badanyang kurang serta menunjukkan masalah-
masalah makan. Menurutpenelitian Stott, 1957, 1958 (dalam
Monks, 1992) menemukan bahwakegoncangan psikis dalam
dua bulan pertama dapat menyebabkangangguan sentral,
misalnya mongolismus atau down syndrome. Bilaketegangan
psikis terjadi pada usia fetal, maka dapat terjadi sindrom
nafsuterhambat, yakni sedikit aktivitas, sedikit spontanitas,
pada umumnya terjadisuatu tingkah laku apatis.
3) Takhayul di Indonesia menjadi masalah, terutama mengenai
pengaruhtingkah laku orangtua terhadap bayi yang akan
dilahirkan. Ada anggapanbahwa sewaktu ibu sedang hamil,
suaminya membunuh seekor ular, maka anak yang akan
dilahirkan kulitnya bersisik seperti ular. Selain itu ibu hamil
sering ngidam, misalnya menginginkan makanan yang aneh-
aneh, buahbuahan masam, bau-bauan tertentu, mual-mual
bila membau keringat atau rokok suami. Hal itu dapat
diterangkan bahwa dalam diri ibu adanya pengaruh keadaan
hormonal terhadap psikis ibu.

b. Sikap ibu

Ada anggapan bahwa sikap menolak dari pihak ibu terhadap janin
dalamkandungan akan diteruskan sesudah anak dilahirkan. Namun hasil
penelitianGeissler di Jerman Timur dan Sears et al di Amerika (dalam
Monks, dkk., 1992)menunjukkan bahwa lebih dari 90% jumlah ibu yang
semula menolak, berubahmempunyai sikap yang positip terhadap anak
sesudah dilahirkan. Geissler dalampenelitian longitudinal menunjukkan
bahwa ada perubahan sikap ibu terhadapanak yang dikandungnya, yakni
dari sikap positip ke negatif, dan dari sikapnegatif ke positif, dan sikap
yang berubah-ubah itu akhirnya menjadi positif, yaitusikap menerima
terhadap anak yang dilahirkan.

3. Implikasi Pada Pendidikan

Perkembangan janin dalam kandungan membutuhkan perawatan


yangkondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan, agar bayi yang
dilahirkannormal. Bila terjadi hambatan dalam kandungan yang mencegah
terjadinyaperkembangan menurut waktu yang tepat, individu akan
mengalami cacat yangdapat mengganggu selama hidupnya (Hurlock,
1992).

Ada beberapa faktor penyebab yang dapat menyebabkan


keabnormalanbayi yang dilahirkan yang disebabkan dari dalam
kandungan. Selain seperti yangtelah disebutkan Monks, dkk. di atas, ada
beberapa faktor lagi yang menurutKartini Kartono (1981) antara lain (1)
kekurangan nutrisi, infeksi dan luka-lukaserta keracunan sewaktu dalam
kandungan. Peristiwa tersebut dapatmenyebabkan keguguran (abortus),
(2) sewaktu ibu mengandung menderitapenyakit kholera, thypus, malaria
tropika kronis, gondok (bof) pada waktumengandung muda, syphilis,
gabag/mazelen, TBC sehingga ada pengaruh burukpada janin (foetus
intra uterina). Bayi yang lahir mungkin akan menderitatoxemia, yaitu
peristiwa keracunan pada darah, sehingga terjadi abnormalitaspada
sistem syaraf (neuron), (3) terjadi intoxication atau keracunan pada
janin,karena ibu sewaktu mengandung minum obat-obat penenang
beracun(thalidomid) juga obat kontraseptif anti hamil yang sangat kuat
mengandungracun, namun obat tersebut gagal atau tidak bekerja secara
efektif.

Menurut Rayburn dan Carey (2001) ada beberapa gangguan


medisselama kehamilan antara lain diabetes, obesitas, hipertensi,
preeklamsia beratatau eklamsia, penyakit jantung, penyakit
tromboembolik, penyalahgunaan obat,gangguan kejang, penyakit kelenjar
gondok, gangguan vaskular kolagen, asma,refluks gastroesofageal,
penyakit peradangan usus dan diare persisten, migren.

Selanjutnya dianjurkan agar semua pasien hamil diperiksa


terhadap diabetes,karena wanita cenderung mengalami intoleransi
terhadap glukosa selamakehamilan karena hormon-hormon anti insulin
dan enzim-enzim yang terutamadihasilkan oleh plasenta. Satu sampai
enam persen wanita di Amerikamengalami intoleransi terhadap glukosa
selama kehamilan.

Supaya bayi yang dilahirkan sehat, maka ibu harus merawatnya


denganbaik dan membutuhkan perawatan secara fisik dan psikis dan
menjauhkan daribahaya-bahaya selama kehamilan. Pemeriksaan rutin
selama kehamilan akansemakin mudah diketahui secara dini gejala-gejala
kelainan selama kehamilan,sehingga pencegahan terhadap gangguan
selama kehamilan sedini mungkindapat dicegah dan diobati.

D. Aktifivitas Pembelajaran

1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk


2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikan tentang:

1. Proses terjadinya pembuahan atau konsepsi.


2. Pembagian periode pranatal menurut Santrock
3. Mitos takhayul terhadap ibu yang sedang mengandung
4. Faktor-faktor pranatal apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku
postnatal.
5. Implikasi teori perkembangan pranatal pada bidang Pendidikan

F. Rangkuman

Kehidupan manusia secara biologis dimulai pada saat konsepsi


ataupembuahan, yaitu bertemunya sel telur dan spermatozoa. Secara
psikologiskehidupan manusia dimulai saat janin dalam kandungan mulai
bereaksi terhadaprangsang-rangsang dari luar.

Masa kehamilan merupakan masa yang penting, karena dalam


kehamilanterjadi beberapa hal yang berefek pada perkembangan janin
selanjutnya.

Periode pranatal yang berlangsung selama 10 bulan lunar


dikelompokkanmenjadi tiga bagian (Hurlock, 1992), yakni (1) periode
zigot, berlangsung sejakpembuahan sampai akhir minggu kedua, (2)
periode embrio berlangsung akhirminggu kedua sampai minggu sampai
akhir bulan kedua, (3) periode janinberlangsung dari akhir bulan kedua
sampai lahir. Monks, dkk. (1992) membagiperiode pranatal menjadi (1)
fase germinal (waktu 2 minggu pertama), (2) faseembrional (waktu 6 – 8
minggu berikutnya), (3) fase fetal (mulai minggu ke-8sampai saat
dilahirkan).

Implikasinya dalam bidang pendidikan, supaya bayi yang dilahirkan


sehat,maka ibu harus merawatnya dengan baik dan membutuhkan
perawatan secarafisik dan psikis dan menjauhkan dari bahaya-bahaya
selama kehamilan

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban
Tidak disediakan kunci jawaban.
Kegiatan Pembelajaran 5

Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal


(2 – 6 tahun)

A. Tujuan

1. Memahami perkembangan Fisik, yang meliputi pertumbuhan tinggi


dan berat badan, serta perkembangan motorik anak pada masa
kanak-kanak awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
2. Memahami perkembangan Intelektual, yang meliputi
perkembangan kognisi dan perkembangan bahasa anak pada
masa kanak-kanak awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
3. Memahami perkembangan Sosial-Emosional, yang meliputi
elemen-elemen sosial dalam bermain, perkembangan otonomi dan
inisiatif, perkembangan konsep diri, hubungan dengan teman
sebaya, konflik sosial, perkembangan perilaku prososial, ketakutan-
ketakutan pada anak, dan pemahaman gender pada masa kanak-
kanak awal, serta implikasinya pada pendidikan.
4. Memahami perkembangan Moral anak pada masa kanak-kanak
awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
5. Memahami Tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak awal.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menyimpulkan perkembangan Fisik, yang meliputi pertumbuhan


tinggi dan berat badan, serta perkembangan motorik anak pada
masa kanak-kanak awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
2. Menyimpulkan perkembangan Intelektual, yang meliputi
perkembangan kognisi dan perkembangan bahasa anak pada
masa kanak-kanak awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
3. Menyimpulkan perkembangan Sosial-Emosional, yang meliputi
elemen-elemen sosial dalam bermain, perkembangan otonomi dan
inisiatif, perkembangan konsep diri, hubungan dengan teman
sebaya, konflik sosial, perkembangan perilaku prososial, ketakutan-
ketakutan pada anak, dan pemahaman gender pada masa kanak-
kanak awal, serta implikasinya pada pendidikan.
4. Menyimpulkan perkembangan Moral anak pada masa kanak-kanak
awal, beserta implikasinya pada pendidikan.
5. Menyimpulkan Tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak
awal.

C. Uraian Materi

1.Perkembangan Anak-anak Awal

a. Perkembangan Fisik pada Masa Kanak-kanak Awal


1) Pertumbuhan tinggi dan berat badan

Pertumbuhan masa kanak-kanak awal tidak terjadi sepesat pada


masabayi (Santrock, 2002; Monks dkk., 1998). Pada tahun pertama, bayi
tumbuhdengan pesat, pada tahun kedua, pertumbuhan mulai melambat,
dan pada tahunketiga, pertumbuhan semakin melambat. Pada masa
kanak-kanak awal, rata-rataanak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun,
dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kgsetiap tahun.Pada usia 6 tahun berat
harus kurang lebih mencapai tujuh kaliberat pada waktu lahir.

Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal ada yang


berbentukgemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik) dan ada juga yang
relatif kurus(ektomorfik). Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak
lagi seperti bayi,namun gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-
angsur berkurang dantubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut
yang rata (tidak buncit), dadalebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan
lebih persegi. Lengan dan kaki lebihpanjang dan lebih lurus, tangan dan
kaki tumbuh lebih besar.

Tulang dan otot anak mengalami tingkat pengerasan yang


bervariasipada bagian-bagian tubuh. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat
dan berat,sehingga anak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
Selain itu selama 4 – 6bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, 4 gigi
bayi yang terakhir yaknigeraham belakang muncul. Selama setengah
tahun terakhir gigi bayi mulaitanggal yakni gigi seri tengah yang pertama
kali lepas, dan digantikan gigi tetap.Akhir dari masa kanak-kanak awal
biasanya anak memiliki satu atau dua gigitetap di depan dan beberapa
celah di mana gigi tetap akan muncul.

2) Perkembangan motorik masa kanak-kanak awal

Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik


untukmempelajari keterampilan tertentu, karena menurut Hurlock (1992)
ada tigaalasan, yakni :

- Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati


mau mengulang suatu aktivitas sampai terampil.
- Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa
takut kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman
sebagaimana ditakuti oleh anak yang lebih besar.
- Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih
lentur dan keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga
keterampilan yang baru dikuasai tidak mengganggu
keterampilan yang sudah ada.

Keterampilan umum yang sering dilakukan anak-anak


biasanyamenyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam
aktivitas makandan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi
dan disempurnakanpada masa kanak-kanak awal. Kemajuan terbesar
keterampilan berpakaianantara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Pada saat anak-
anak mencapai usia TamanKanak-kanak, mereka sudah harus dapat
mandi dan berpakaian sendiri,mengikat tali sepatu dan menyisir rambut
dengan sedikit bantuan atau tanpabantuan sama sekali. Antara usia 5 dan
6 tahun sebagian besar anak-anaksudah pandai melempar dan
menangkap bola. Mereka dapat menggunakangunting, dapat membentuk
tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit,mewarnai dan
menggambar dengan pinsil atau krayon. Mereka juga sudah
dapatmenggambar orang.

Keterampilan kaki dapat dilakukan anak dengan belajar gerakan-


gerakankaki. Usia 5 atau 6 tahun anak belajar melompat dan berlari cepat,
dan merekasudah dapat memanjat. Antara usia 3 – 4 tahun anak dapat
mempelajari sepedaroda tiga dan berenang. Keterampilan kaki lain yang
dikuasai anak adalah lompattali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di
atas dinding atau pagar, sepatu roda,bermain sepatu es, menari.

3). Implikasinya pada Pendidikan

Sebagai pendidik, anak perlu memperhatikan keseimbangan gizi,


agarpertumbuhan anak secara konsisten terjamin berjalan
baik.Sehubungan denganperkembangan motorik tangan, anak dapat
dilatih kemandirian yang berkaitdengan kehidupan sehari-hari seperti
berpakaian sendiri, mandi sendiri, dan lainsebagainya. Selain itu, anak
muali dilatih menggunakan gunting, pensil maupuncrayon untuk
mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Untukperkembangan
motorik kaki, anak dapat distimulasi dengan permainan sepedaroda tiga,
bermain bola, dan permainan lain yang banyak mengaktifkan kaki.

b. Perkembangan Intelektual pada Masa Kanak-kanak Awal


1) Perkembangan kognisi

Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju


kesuatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu
persoalan.Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa
kanak-kanak awalberada pada tahap perkembangan praoperasional (2 –
7 tahun), istilahpraoperasional menunjukkan pada pengertian belum
matangnya cara kerjapikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih
kacau dan belumterorganisasi dengan baik (Santrock, 2002), yang sering
dikatakan anak belummampu menguasai operasi mental secara logis.

Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional adalah


sebagaiberikut:

- Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sebagai akibatnya, anak


mulai mampu bermain pura-pura (pretend play), disamping itu
penguasaan bahasa menjadi semakin sistematis.
- Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka melakukan peniruan
besarbesaran, terutama pada kakak atau teman yang lebih
besar usianya dan dari jenis kelamin yang sama. Tingkah laku
imitasi ini dilakukan secara langsung maupun tertunda. Pada
tingkah laku imitasi tertunda, anak setelah melihat tingkah laku
orang lain, tidak langsung menirukan, melainkan ada rentangan
waktu beberapa saat baru menirukan.
- Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan
untuk membedakan antara perspektif (sudut pandang)
seseorang dengan perspektif orang lain (Santrock,2002).
Sebagai contoh, ketika Mary ditelpon ayahnya dan ditanya
apakah ibunya ada, Mary menganggukangguk. Dalam hal ini
Mary tidak dapat mengerti bahwa anggukannya tidak dapat
dilihat oleh ayahnya yang ada di suatu tempat yang jauh dari
dirinya.
- Cara berpikir anak centralized, yaitu terpusat pada satu dimensi
saja (Monks dkk., 1998). Sebagai contoh, pada suatu
eksperimen, anak dipertunjukkan dua buah gelas A dan B yang
sama diameter dan tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk
yang sama banyaknya, kemudian anak ditanya air jeruk yang
ada di gelas A dengan gelas B mana yang lebih banyak, maka
anak dengan cepat menjawab: “sama banyaknya”. Jawaban ini
didasarkan pada pandangan tentang garis sejajar yang
ditariknya dari permukaaan air jeruk yang ada di gelas A dan
gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada
di gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih
kecil, tetapi lebih tinggi, kemudian anak ditanya lagi, mana yang
lebih banyak antara air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas
C. Dengan cara yang sama dari sebelumnya, anak menjawab
bahwa air jeruk di gelas C lebih banya, karena permukaannya
lebih tinggi. Dalam hal ini anak mengabaikan dimensi lebar
gelas, dan hanya memperhatikan dimensi tinggi dari gelas. Cara
berpikir seperti ini dikatakan belum menguasai gejala
konservasi.
- Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini
belum dapat dibalik. Sebagai contoh, Adi ditanya: “Adi, kamu
punya saudara tidak?”, jawab Adi: “punya”. Setelah itu Adi
ditanya lagi, “Siapa nama saudaramu?”, Adi menjawab: “Mita”,
kemudian sekali lagi Adi ditanya:”Apakah Mita mempunyai
saudara?”, adi menjawab: “Tidak”. Dalam hal ini Adi tidak sadar
bahwa dirinyalah saudara Mita (Monks dkk., 1998)
- Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak pernah
memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu.

Dari ciri-ciri berpikir yang sudah diuraikan tersebut menunjukkan


bahwa caraberpikir anak masih banyak kekurangannya.

2) Perkembangan bahasa dan bicara

Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi dengan dunia luar. Tiap-


tiapbahasa memiliki sifat-sifat sendiri. Bahasa hewan dikuasai atau
dipengaruhi olehketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
perkembangannya (insting-instingnya),misalnya bahasa kucing dimana
saja bunyi dan bahasanya sama dan dapatdimengerti oleh semua kucing.
Dalam pembahasan di sini bahasa yangdimaksud adalah bahasa tutur
kata yang dapat dimengerti oleh sesama manusia.

Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang
menentukandalam teori bahasa, yakni:

- Kundgabe (Appell), yakni fungsi bahasa untuk menyatakan apa


yang terjadi dalam si pembicara, misalnya anak menjerit
ketakutan atau bersorak gembira, ini merupakan fungsi
Kundgabe yang dapat menimbulkan fungsi Auslosung.
- Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi untuk menimbulkan reaksi
sosial, misalnya mengajak pergi ke toko atau ke sekolah. Dalam
hubungannya dengan orang lain, ternyata fungsi yang pertama
(Auslosung) juga dapat menimbulkan reaksi sosial, misal anak
menjerit maka akan menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain.
Jadi dapat dikatakan bahwa Kundgabe memiliki hubungan
dengan Auslosung.
- Darstellung, yakni fungsi untuk melukiskan suatu keadaan
secara obyektif, meletakkan atau mengerti hubungan antara hal
yang satu dengan yang lain, dapat memformulasi ide-ide. Hal-
hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik dan hanya
manusia yang dapat mengadakan Darstellung.

Menurut Karl Buhrel seorang anak harus mengalami tiga fungsi


bahasa diatas yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat
apabila lingkunganmemberikan masukan pada anak tersebut, karena
perkembangan bahasa anakdipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang
ditiru atau diimitasi, maka tidak adainput perkembangan bahasa. Selain itu
perlu adanya respon dari keliling, yaknidari orang-orang yang ada di
sekitar anak untuk menanggapi tingkah laku anak.

Perkembangan bahasa yang didasarkan pada imitasi dipengaruhi


olehTeori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura, yakni
perkembanganbahasa membutuhkan stimulasi dari luar yang termasuk di
sini adalah modellearning (modelling). Dengan modelling anak dapat
belajar bahasa dari model-modelyang ada di dekatnya dan model yang
paling mudah untuk ditiru adalahorang-orang dekat anak atau significant
persons. Namun demikian tidak semuabahasa dipengaruhi oleh teori
belajar sosial, misalnya seorang anak yangkadang-kadang mengeluarkan
kata-kata yang sama sekali tidak ada dalamlingkungannya. oleh karena itu
di samping dipengaruhi teori belajar sosial, makaada teori lain yang
dikemukakan oleh Chomsky dengan teorinya LAD atauLanguage
Acquisition Device (Monks, dkk., 1992), yakni dalam diri seseoranganak
ada suatu pembawaan untuk membuat sistematik sendiri
mengenaibahasa, seakan merangkum dan menyusun bahasa itu di dalam
dirinya. Hal inidapat menerangkan mengapa anak dapat mengeluarkan
bahasa yang khas.

3) Implikasinya pada Pendidikan

Sehubungan dengan perkembnagan kognisi anak pada masa


kanak-kanakawal, pendidik perlu mendorong anak melakukan kolaborasi
dengan orangdewasa atau anak yang lebih besar usianya untuk
menstimulasi perkembangankognisinya di daerah sekitar kematangannya
(zone of proximal development),karena pada masa ini memang kognisi
anak belum terorganisasi dengan baik,sehingga melalui kolaborasi
dengan orang lain yang dapat membimbing anak,maka pengetahuan-
pengetauan yang dipekenalkan pada anak, meski belummenjadi
pengetahuannya secara permanen, tetapi akan mempunyai
fungsimengakselarasi pemerolehan pengetahuan tersebut pada saat
kematangan tibasaatnya. Dengan demikian pengembangan pada masa ini
cukup bersifatpengenalan-pengenalan realistik.

Perkembangan bahasa dapat distimulasi oleh orang-orang


terdekatanak, seperti orang tua, saudara, pengasuh, guru, dan
sebagainya. Berhubunganak belajar bahasa melalui meniru/modelling,
maka orang-orang dilingkungannya perlu banyak mengajaknya bicara,
dan dengan bahasa yangbenar. Banyak metode pengembangan bahasa
yang dapat diterapkan padamasa ini, antara lain melalui bercerita,
menceritakan kembali, bermainsosiodrama dan masih banyak metode
yang dapat diterapkan untukmengembangkan bahasa anak.

c. Perkembangan Sosial-Emosional Pada Masa Kanak-Kanak


Awal
Banyak keluarga dan pendidik anak usia dini menekankan
pentingnyaperkembangan sosial selama masa kanak-kanak awal atau
tahun-tahunprasekolah. Aspek-aspek perkembangan sosial emosional
anak-anakprasekolah dapat menjadi bagian integral dari perkembangan
area lainnya,seperti perkembangan aspek kognitif dan perkembangan
motorik.

1) Elemen-Elemen Sosial dari Bermain dan Implikasinya pada


Pendidikan

Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai


mengadakanhubungan dekat dengan orang-orang non keluarga. Pada
saat anak menjelajahidunia prasekolah, mereka mengalami serangkaian
situasi sosial yang baru danbervariasi. Beberapa situasi baru
berhubungan dengan bermain.

Pada masa prasekolah ada peralihan pola bermain anak, dari


permainansoliter ke permainan paralel, yaitu anak berdekatan dengan
orang-orang lainketika mereka bermain. Anak prasekolahpun akan dapat
terlibat pada permainankooperatif dengan anak lainnya, seperti pada
permainan sosiodrama, akan tetapimereka juga dapat merasa bahagia
untuk melakukan permainan soliter dalamjangka waktu yang lama. Setiap
jenis dari permainan ini sama berharganya, olehkarena itu perlu
disediakan sumber-sumber yang memfasilitasi berbagaipengalaman
bermain secara luas.

Selama masa prasekolah, permainan sosiodrama (bermain pura-


pura)menjadi sangat kompleks dan imajinasi anak akan berkembang
secara luarbiasa. Pada awalnya permainan drama berkisar pada hal-hal
yang familiar bagianak seperti waktu makan, mandi, dan sebagainya.
Dalam permainan ini seringterjadi imitasi yang mendetil terhadap perilaku
orang lain terutama orang tuaatau pendidiknya.
Hal lain yang penting ialah anak membutuhkan waktu, ruang,
dankebebasan untuk mengembangkan permainan mereka, agar seluk
beluk dandetil-detil permainan tidak terbatasi. Beberapa permainan drama
seperti superherodapat mengarah ke perilaku agresi anak. Tetapi makin
dilarang, akanmembuat permainan itu makin atraktif. Oleh karena itu
dengan penekanan padaaspek-aspek positif dari permainan tersebut akan
lebih efektif daripada sekedarmelarangnya.

Sebagai pendidik anak usia dini perlu mengetahui bahwa bermain


adalahmedium/sarana belajar yang luar biasa ampuhnya bagi anak-anak
kecil.Permainan dengan memberi pengalaman terbuka seperti bermain
tanahliat akan lebih bermanfaat daripada permainan yang mengharuskan
anakmenghasilkan suatu produk yang telah ada ketentuan-ketentuannya.
Sebagaipendidik, kita juga dapat mengetahui lebih banyak tentang abilitas
anak denganmengamati proses bermain anak daripada sekedar
menjatuhkan vonis kepadaanak dengan predikat kegagalan ketika mereka
tidak berhasil mereproduksisecara tepat produk yang disyaratkan.

2) Otonomi dan inisiatif yang berkembang, serta Implikasinya pada


Pendidikan

Anak-anak prasekolah yang awalnya hanya memperhatikan


kebutuhandan keinginan sendiri dengan ketergantungan yang kuat pada
pemeliharaankeluarga beralih ke tingkat kemandirian yang lebih tinggi dan
penguasaanterhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat ketika anak dapat
memperhatikankebutuhan orang lain, dan dalam proses perkembangan
keterampilan untukbekerjasama dengan orang lain.

Menurut Erikson, anak prasekolah dalam perkembangan


sosialnyaberada pada peralihan dari tahap "otonomi vs rasa malu dan
ragu-ragu" ke tahap"inisiatif vs rasa bersalah". Sebagai contoh; anak pada
tahap ini umumnyabertahan ingin mengerjakan segala sesuatu oleh
dirinya sendiri dan berinisiatifuntuk merencanakan dan bekerja mencapai
tujuannya.

Sebagai pendidik, perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya


padapengalaman sehari-hari, misalnya menentukan pilihan menu pada
waktu makan,serta fleksibilitas melakukan aktivitas dalam rumah ataupun
di luar rumah.

3) Perasaan tentang Diri (self) dan Implikasinya pada Pendidikan

Pada saat berinteraksi dengan orang lain, anak


prasekolahmengembangkan perasaan tentang dirinya atau sering disebut
konsep diri.Anak prasekolah bila diminta untuk menggambarkan diri
merekacenderung menggunakan tanda-tanda fisik sebagai acuan.
Misalnya "Sayaberusia 4,5 tahun." "Saya seorang anak perempuan",
"Rambut saya panjang",dan sebagainya. Tetapi pada saat-saat ini juga
anak makin sadar akan innerselfnya,yang isinya pikiran-pikiran pribadi dan
imajinasi tentang diri mereka sendiri.Berkaitan dengan konsep diri, anak
akan mengembangkan self-esteem(penghargaan diri), yaitu perasaan
tentang seberapa diri mereka berharga,meliputi bidang prestasi akademik,
keterampilan sosial, dan penampilan fisikmereka. Anak-anak dengan self-
esteem positif biasanya percaya diri,berprestasi, mandiri, dan ramah;
sedangkan anak dengan self-esteem negatifdigambarkan sebagai anak
yang ragu-ragu, tidak mampu, tergantung, danmenarik diri.Tugas orang
dewasa atau pendidik ialah membantu anak untukmengembangkan
perasaan diri yang realistik dan seimbang tentang diri mereka.Hal ini
dapat dilakukan dengan mendiskusikan bersama anak tentang apa
yangdapat mereka kerjakan, apa yang tidak; kesalahan-kesalahan yang
mereka buat;prestasi yang dicapai; serta tantangan-tantangan yang ada
dan diterima anak.Jangan melakukan pemujian yang berlebihan terhadap
anak.

4) Hubungan Teman Sebaya, serta Implikasinya pada Pendidikan


Anak yang populer umumnya mampu menginterpretasi,
memprediksi, danmerespon perilaku orang lain. Mereka disukai dan dicari
anak-anak lain sebagaiteman, sehingga terlibat dalam interaksi yang
makin kompleks. Interaksidemikian dapat makin meningkatkan
kemampuan anak, tidak hanya dalamketerampilan sosial, tetapi juga
kemampuan kognitifnya.

Sementara anak yang ditolak dan diisolasikan oleh anak-anak


lainterbukti memiliki keterampilan sosial lebih rendah, dan berakibat pada
interaksiyang kurang kompleks dan kurang menyenangkan. Anak
prasekolah yangditolak dapat terjerat dalam lingkaran penolakan yang
terus menerus hinggatahun berikut dalam perkembangannya.Apabila
anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-temansebayanya,
pendidik dapat bertindak sebagai model dengan memberikan
contohbagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam kelompoknya.

5) Konflik Sosial, serta Implikasinya pada Pendidikan

Apabila seorang anak tidak dapat mengatasi konflik sosial secara


verbal,maka ia akan beralih menggunakan kekerasan fisik untuk
mengatasinya. Dalamhal ini, pendidik perlu membantu anak bagaimana
cara mengungkapkanperasaannya secara verbal, dan mengatasi konflik
sosial yang ada secara verbalpula. Misal, "Harap jangan mengambil balok
biru itu dari saya, sayamembutuhkannya untuk membuat bangunan
rumah". Dengan demikian pendidiktelah membantu anak menyatakan
perasaannya, dan mengatasi situasi konfliksosial dengan model yang
baik.

6) Perilaku Prososial, dan Implikasinya pada Pendidikan

Perilaku prososial terlihat apabila anak menunjukkan empati


ataualtruisme. Anak-anak prasekolah sering menunjukkan perilaku agresif
untukmempertahankan mainannya.Sebagai pendidik penting untuk
memberikan model tentang perilakuprososial kepada anak-anak tersebut.
Salah satu kunci penting untuk memahamiorang lain ialah kemampuan
untuk memprediksi dan menjelaskan perilaku orangdengan menggunakan
sudut pandang yang berbeda. Dengan bermainpermainan sosiodrama,
pendidik dapat mengajarkan anak untuk mencobaberpikir dari sudut
pandang orang lain, yang tidak semata-mata dari sudutpandangnya
sendiri.

7) Ketakutan-Ketakutan Anak beserta Implikasinya pada


Pendidikan

Sejak dini, anak kecil sudah mampu merasa dan


mengekspresikanemosinya, seperti senang, marah, susah, dan takut.
Pada tahun-tahunberikutnya, anak mengalami emosi lain seperti malu,
rasa bersalah, dan bangga.Pada masa prasekolah, anak tidak hanya
mengembangkan emosi-emositersebut, tetapi juga cara
mengendalikannya. Pada masa ini juga, anak sudahmampu
menggunakan bahasa untuk memberi nama pada emosi yang
dialami.Misalnya mengatakan “saya takut”.Untuk mengendalikan
emosinya, pendidik dapat membantu anak dengancara mendiskusikan
bagaimana cara mengendalikannya. Ketika anakmenghadapi situasi yang
mengkhawatirkan atau menakutkan (misal pergi kerumah sakit, atau pergi
ke sekolah), orang dewasa dapat membicarakan hal inipada anak dengan
memberitahukan apa tujuannya, dan berbagai strategi untukmengatasi
perasaan-perasaan tersebut. Banyak anak yang mengalamibeberapa
perasaan takut, seperti takut kegelapan, monster, atau
binatang.Ketakutan-ketakutan ini adalah nyata dialami anak, sehingga
perlu diperhatikan.Cara yang efektif untuk mengatasinya ialah dengan
membicarakan ketakutanketakutantersebut, serta memberikan anak rasa
aman.

8) Pemahaman Gender dan Implikasinya pada Pendidikan


Pada usia kurang lebih 2 tahun, anak menggunakan istilah
yangberkaitan dengan gender seperti "anak laki-laki, anak perempuan,
ayah, ibu,",dan cenderung menunjukkan kesenangannya pada mainan
yang sesuai denganjenis kelaminnya.Menjelang usia prasekolah, anak
sering menerapkan sejumlahhukum-hukum gender seperti "Anak
perempuan tidak dapat menjadi polisi".Hukum-hukum demikian sering
mencerminkan pemahaman yang kurang benartentang perbedaan
biologis antara wanita dan laki-laki, dan sekaligus merupakaninformasi
yang stereotipi.

Pendidik anak usia dini mempunyai peranan penting untuk


membantuanak mengembangkan kesadaran akan gender mereka
masing-masing, danmemberikan lingkungan dimana stereotipi tenrang
gender ditentang. Tidak kalahpentingnya ialah mendorong anak untuk
berpartisipasi dalam pengalaman yangdapat melibatkan lintas gender.

d. Perkembangan Moral pada Masa Kanak-kanak Awal,


danImplikasinya pada Pendidikan

Dengan mengambil sudut pandang orang lain, akan membantu


anakmemahami apa yang benar dan apa yang salah.Melalui interaksi
anak dengan orang lain, ia segera menangkap apa yangdiharapkan dalam
situasi sosial, dan anak akan sampai pada perkembangansejumlah
pemahaman sosial. Misalnya, ada sejumlah peraturan sosial
sepertimengatakan “Tolong,...” "Terima kasih", kata-kata tersebut akan
membantumereka mendapatkan objek yang mereka inginkan. Ketika anak
berinteraksi,mereka akan berhubungan dengan konsep tentang keadilan,
kejujuran,kewajiban, dan kebaikan. Oleh karena itu Damon menyatakan
bahwa kesadaranmoral anak diperoleh dari pengalaman sosial yang
normal.

Para pendidik dapat membantu anak mengembangkan


pemahamanmoral dengan memberikan kesempatan untuk berinteraksi
dengan kelompoksebayanya, juga dengan mendorong anak untuk
mendiskusikan serta melakukannegosiasi tentang masalah-masalah yang
terjadi antar mereka. Dengan bernegosiasi, akan mendorong anak
mengambil sudut pandang orang lain.

Pada masa prasekolah, anak sering merasa bingung dengan


perilakuorang dewasa yang kadang berbohong, karena bagi mereka
bohong tetapbohong, dan merupakan perbuatan tidak jujur, mereka belum
mampu menilaisuatu perbuatan dari latar belakang motivasinya.Ketika
anak-anak menjadi semakin sadar akan sudut pandang orang lain,dan
pengaruh mereka sendiri yang kuat dalam berbagai situasi, mereka
akanmemiliki kesempatan lebih banyak untuk menjadi semakin sadar
akan hukumdan adat tentang apa yang dikehendaki masyarakat dalam
interaksi merekadengan orang lain. Kesadaran ini digambarkan sebagai
basis bagiperkembangan moral.

Beberapa aspek dari perkembangan moral anak usia 4 s.d 8


tahunmencakup konsep anak tentang persahabatannya dan kewajiban-
kewajibantertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran, kepatuhan,
otoritas, sertahukum-hukum sosial dan adat.Ada perbedaan antara anak
perempuan dengan anak laki-laki dalamsudut pandangnya. Banyak anak
perempuan merasa lebih senang dengan sudutpandang "memperhatikan",
yang menekankan hubungan interpersonal danperhatian untuk orang lain.
Sedangkan anak laki-laki lebih umum menggunakan“keadilan” sebagai
sudut pandangnya.

Perkembangan moral juga berkaitan dengan kekhususan


budaya;kelompok budaya yang berbeda akan memiliki nilai-nilai yang
berbeda pula. Olehkarena itu kelompok budaya yang berbeda akan
menilai berbeda pula tentangperilaku mana yang memadai dan perilaku
mana yang tidak memadai.Sebagai pendidik kita harus sadar akan
berbagai sudut pandang yangluas pada perkembangan moral dan
masalah-masalah moral, serta mendasarkaninteraksi dan harapan-
harapan kita pada hal-hal tersebut.

2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal

Seperti fase perkembangan sebelumnya dan juga fase-fase yang


lain,maka menurut Havighurst fase kanak-kanak awal ini juga disertai
tugas-tugasperkembangan yang perlu dilakukan oleh seorang anak
dengan baik, karenadengan terpenuhinya tugas perkembangan ini dengan
baik, seorang anak dapatmenjalani fase berikutnya dengan lebih lancar,
dan menjalani kehidupannyadengan bahagia (Havighurst, dalam Monks
dkk, 1998). Adapun tugas-tugasperkembangan pada masa kanak-kanak
awal ini adalah sebagai berikut:

Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.Kontak


perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang-orang lain.Pembentukan
pengertian sederhana, meliputi realitas fisik dan realitas sosial.Belajar apa
yang benar dan apa yang salah; perkembangan kata hati.

3. Implikasi Tugas Perkembangan pada Pendidikan:

a. Anak perlu mengenal secara fisik adanya perbedaan jenis


kelamin antara anak perempuan dengan anak laki-laki, hal ini
dapat dilakukan melalui permainan.Selain itu anak perlu
diajarkan berperilaku dalam batas-batas yang disetujui
masyarakat sesuai dengan peran jenisnya. Misalnya anak laki-
laki dilarang menggunakan pakaian anak perempuan. Dalam
hal ini, anak perempuan relatif lebih ditolerir untuk
menggunakan pakaian laki-laki.
b. Anak-anak perlu diperkenalkan pada keterampilan sosial
sederhana seperti kapan mengatakan terima kasih, maaf, tolong
dan sebagainya. Selain itu juga diajarkan membedakan apa
yang benar dan apa yang salah, nilai kejujuran, keadilan,
persahabatan, tingkah laku prososial dan tanggung jawab
sosial.
c. Dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa, anak
diperkenalkan pada konsep-konsep sederhana tentang realitas
alam, baik mengenai benda hidup maupun benda mati, serta
cara kerja atau berfungsinya benda-benda tersebut.

D. Aktifivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikanlah!

1. Bagaimana cara menstimulasi perkembangan motorik halus anak


pada masa kanak-kanak awal atau masa prasekolah?
2. Mengapa perkembangan kognitif anak pada masa kanak-kanak
awal disebut perkembangan praoperasional oleh piaget?
3. Ceritakan beberapa kejadian yang menggambarkan cara berpikir
egosentris pada anak usia praoperasional.
4. Terangkan Perkembangan bahasa anak menurut teori belajar
sosial dari Bandura dan teori LAD dari Chomsky.
5. Lakukan tugas observasi untuk mencatat frekuensi perilaku agresif
anak dalam kegiatan bermain, dan amatilah kemudian deskripsikan
cara mereka menyelesaikan konflik.
6. Catatlah perilaku-perilaku anak yang menggambarkan
perkembangan otonomi dan inisiatif.
7. Nilai-nilai moral apa yang terutama berkembang pada masa kanak-
kanak awal?

F. Rangkuman

Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentangan usia 2 – 6 tahun,


masa inisekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya
masukKelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.

Dari pertumbuhan fisiknya, anak mengalami kemajuan yang


makinmelambat apabila dibandingkan masa bayi, setiap tahun hanya
terjadipertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg. Perkembangan
motorikmengalami penyempurnaan dari keterampilan yang diperoleh
sebelumnya. Padamasa prasekolah, anak-anak sudah harus terampil
mandi dan berpakaiansendiri, mengikat tali sepatu sendiri. Beberapa
keterampilan bermain yangmenggunakan tangan dan kaki juga sudah
dikuasai dengan baik, selain ituperkembangan motorik halus juga
mengalami kemajuan, anak sudah mulaimenggambar, menggunting, dan
keterampilan motorik halus lainnya.

Perkembangan intelektual menurut Piaget berada pada


tahapperkembangan praoperasional, ditandai dengan kemampuan
operasional yangkacau dan belum terorganisir. Adapun ciri-cirinya ialah:
semakin berkembangnyafungsi simbolis, tingkah laku imitasi langsung
maupun tertunda, cara berpikirnyamasih egosentris, centralized atau
terpusat pada satu dimensi saja, serta caraberpikir yang tak dapat dibalik
dan terarah statis.

Perkembangan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni


anakbelajar bahasa dengan model-model yang ada di lingkungannya.
Melalui imitasidan respon dari lingkungan, akhirnya anak menguasai
keterampilan bicara.Namun menurut Chomsky, perkembangan bahasa
anak juga terjadi karenafaktor pembawaan; bahwa anak lahir sudah
disertai dengan LAD (LanguageAquisition Device) yang membuat anak
sering mengekspresikan sesuatu dengankata yang tidak ditemukan dari
lingkungannya.

Perkembangan sosial-emosional terintegrasi dengan


perkembanganaspek lainnya seperti perkembangan kognitif dan
perkembangan motorik.

1. Dalam bermain anak mengalami perubahan dari permainan


solitair, paralel, sampai ke permainan asosiatif. Dari bermain
anak belajar sejumlah peraturan sosial.
2. Anak pada masa kanak-kanak awal menurut perkembangan
psikososial Erikson berada pada tahap perkembangan otonomi
vs rasa malu dan ragu-ragu, serta perkembangan inisiatif vs
rasa bersalah.
3. Perkembangan self diawali dari perasaan diri secara fisik seperti
’saya adalah anak perempuan’, ’saya berambut panjang’,
kemudian berkembang menjadi perasaan diri yang lebih bersifat
psikologis, seperti ’saya pandai melompat’, ’saya disenangi
orang banyak’. Perkembangan self yang baik akan
meningkatkan self-esteem yang positif. Anak yang memiliki self-
esteem positif akan lebih berprestasi, lebih percaya diri, dan
lebih mandiri serta ramah.
4. Anak yang populer terbukti memiliki keterampilan sosial lebih
tinggi dibanding dengan anak yang kurang populer. Anak yang
populer terlibat dalam hubungan dengan teman sebaya yang
lebih kompleks, dan hal ini lebih menguntungkan dan
meningkatkan lagi bagi perkembangan kognitifnya.
5. Anak-anak yang mengalami konflik dan tidak mampu
menyatakan secara verbal akan mencoba menyelesaikan
konfliknya dengan kekuatan fisik. Oleh karena itu belajar
menyatakan perasaannya untuk menyelesaikan konflik secara
verbal menjadi hal yang sangat penting bagi anak pada masa
kanak-kanak awal.
6. Perilaku prososial dapat berkembang apabila anak diajarkan
untuk berpikir dengan cara sudut pandang orang lain, hal ini
dapat diperoleh melalui permainan pura-pura.
7. Anak-anak mengalami perkembangan emosi dari senang,
marah, dan susah menjadi malu, kecewa dan sebagainya. Pada
masa ini anak tidak hanya perlu belajar bagaimana cara
mengekspresikan emosinya, tetapi juga perlu belajar
mengendalikannya.
8. Anak masa kanak-kanak awal sering mengembangkan
stereotipi tentang gender yang salah, seperti ’anak perempuan
tidak boleh menjadi polisi’. Pendidik mempunyai peranan
penting untuk mengajarkan anak sadar akan gendernya sendiri,
menentang berkembangnya stereotipi tentang gender yang
salah, serta mendorong anak-anak bermain secara lintas
gender.

Beberapa aspek dari perkembangan moral pada masa kanak-


kanak awalmencakup konsep anak tentang persahabatannya dan
kewajiban-kewajibantertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran,
kepatuhan, otoritas, sertahukum-hukum sosial dan adat.Beberapa tugas
perkembangan masa kanak-kanak awal yang perludipenuhi ialah: belajar
perbedaan jenis kelamin dan aturan-aturan yang terkaitdengan hal
tersebut, belajar sosialisasi denga orang-orang di sekitar
lingkunganhidupnya, pembentukan pengertian sederhana, serta
pengembangan kata hatiyang meliputi pembedaan apa yang benar dan
apa yang salah.

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban
Tidak disediakan kunci jawaban.

Kegiatan Pembelajaran 6

Masa Kanak-kanak Akhir

A. Tujuan

Memahami perkembangan anak pada masa kanak-kanak akhir


yangmeliputi perkembangan : fisik, kognitif, bicara, kegiatan bermain,
moral,minat baca, dan teman sebaya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


Menyimpulkan perkembangan anak pada masa kanak-kanak akhir
yangmeliputi perkembangan : fisik, kognitif, bicara, kegiatan bermain,
moral,minat baca, dan teman sebaya.

C. Uraian Materi

1. Masa Kanak-Kanak Akhir

Guru atau pendidik perlu memahami bahwa semua siswa


memilikikebutuhan meskipun intensitas kebutuhan bervariasi antara siswa
yang satudengan yang lain. Kebutuhan siswa juga bervariasi sesuai
dengan tahapanperkembangannya, meski pada umumnya meliputi
kebutuhan fisik, emosi danintelektual. Hal ini akan menentukan
bagaimana siswa dalam masing-masingtahapan akan belajar dan
berkembang sesuai dengan kemampuannya

Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah


ataumasa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai
masuk kemasa pubertas dan masa remaja awal yang berkisar pada usia
11-13 tahun.Pada masa ini anak sudah matang bersekolah dan sudah
siap masuk sekolahdasar.

Masuk sekolah untuk pertama kalinya memberikan pengalaman


baruyang menuntut anak untuk mengadakan penyesuaian dengan
lingkungansekolah. Menjadi siswa kelas satu merupakam peristiwa
penting bagi kehidupananak sehingga mengakibatkan perubahan dalam
sikap, nilai dan perilaku. Padaawal masuk sekolah sebagian anak
mengalami gangguan keseimbangan dalampenyesuain diri dengan
lingkungan sekolah.

a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasukimasa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang
tenang inidiperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan
akademik.Anak menjadilebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar
berbagai keterampilan. Kenaikantinggi dan berat badan bervariasi antara
anak yang satu dengan yang lain. Perankesehatan dan gizi sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangananak.

Jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot


yangberkembang pesat pada masa pubertas. Perubahan nyata terlihat
pada systemtulang, otot dan keterampilan gerak. Keterampilan gerak
mengalami kemajuanpesat, semakin lancar dan lebih terkoordinasi
dibanding dengan masasebelumnya. Berlari, memanjat, melompat,
berenang, naik sepeda, main sepaturoda adalah kegiatan fisik dan
keterampilan gerak yang banyak dilakukan olehanak. Untuk kegiatan yang
melibatkan kerja otot besar anak laki-laki lebih ungguldaripada anak
perempuan.

Kegiatan fisik sangat perlu untuk mengembangkan kestabilan tubuh


dankestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan
berbagaiketerampilan. Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak
karena energiyang terumpuk pada anak perlu penyaluran. Di samping itu
kegiatan jasmanidiperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai
keterampilan menujukeseimbangan tubuh, bagaimana menendang bola
denagan tepat sasaran,mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu
aktif bergerak penting bagi anak.Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik
menonjol dibanding tahun-tahunsebelumnya yang hampir tidak nampak

b. Perkembangan Kognitif

Dalam tahapan perkembangan kognitifnya Piaget, masa kanak-


kanakakhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berfikir (usia 7-11
tahun),dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan
konsep yangsamar-samar dan tidak jelas sekarang lebih
konkret.Perkembangan kognitif menggambarakn bagaimana kemampuan
berfikiranak berkembang dan berfungsi. Kemampuan berfikir anak
berkembang daritingkat yang sederhana dan konkret ketingkat yang lebih
rumit dan abstrak. Padamasa ini anak sudah dapat memecahkan
masalah-masalah yang bersifatkonkret. Anak memahami volume suatu
benda padat atau cair meskipunditempatkan pada tempat yang berbeda
bebtuknya.

Kemampuan berfikir ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas


mentalseperti mengingat, memahami dan mampu memecahkan masalah.
Pengalamanhidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep.
Anak sudah lebihmampu berfikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi,
karena proseskognitifnya tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis. Anak
mampumengklasifikasikan dan mengurutkan suatu benda berdasarkan
cirri-ciri sutuobjek. Misalnya mengelompokkan buku berdasarkan warna
maupun ukuranbuku.

2. Teori Piaget dan Implikasinya dalam pembelajaran

Jean Piaget (1896-1980) seorang ahli psikologi berkebangsaan


Swissmelakukan studi mengenai perkembangan kognitif anak secara
intensif denganpengamatan yang cermat selama bertahun-tahun. Piaget
mengembangkan teoribagaimana kemampuan anak untuk berfikir melalui
satu rangkaian tahapan.Masa kanak-kanak akhir berada pada tahapan
Operasional (konkret) yangberlangsung pada usia 7-11 tahun.

Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan
kejadian,meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret,
dapat digambarkanatau pernah dialami. Meskipun sudah mampu berfikir
logis, tetapi cara berfikirmereka masih berorientasi pada kekinian. Baru
pada masa remajalah anak dapatbenar-benar berfikir abstrak,
membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagaikemungkinan dimana
anak sudah mencapai tahapan berfikir operasi formal.Anak telah mampu
menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatanmental,
mulailah digunaka logika.Misalnya : Seorang anak yang berusia 8 tahun
diberi 3 balok yang salingberbeda ukurannya, yaitu balok X,Y dan Z. Anak
akan dengan tepat mengatakanbahwa balok X lebih besar daripada balok
Y, balok Y lebih besar daripada balokZ, dan balok X lebih besar daripada
balok Z. Anak dapat berfikir secara logistanpa harus membandingkan
pasang demi pasang secara langsung.

Sebaliknya bila ia ditanya dengan permasalahan yang sama tetapi


dalambentuk abstrak anak akan mengalami kesulitan untuk
menjawabnya.Misalnya : A lebih tua daripada B, B lebih tua daripada C.
Manakah yangpaling tua? Manakah yang paling muda ?. Pertanyaan
semacam ini masihmenimbulkan kesulitan karena sifatnya yang abstrak.

Pada masa ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak


mulaimemperhatikan dan menerima pandangan orang lain. Berkurang
rasa egonyadan mulai bersikap social. Materi pembicaraan mulai lebih
ditujukan kepadalingkungan social, tidak pada dirinya saja Terjadi
peningkatan dalam halpemeliharaan, misalnya mulai mau memelihara alat
permaianannya.

Mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau


lebih kelompokyang berbeda. Anak mampu mengklasifikasikan objek
menurut beberapa tandadan mampu menyusunnya dalam suatu seri
berdasarkan satu dimensi, sepertimisalnya tinggi dan berat. .Mulai timbul
pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anakdapat berfikir
dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Mengalamikemajuan
dalam pengembangan konsep. Pengalaman langsung sangatmembantu
dalam berfikir. Oleh karenanya Piaget menamakan tahapan inisebagai
tahapan operasional konkret.

3. Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran

Menurut Marsh (1996 : 19) strategi guru dalam pembelajaran


adalah :

- Menggunakan bahan- bahan yang konkret, misalnya


barang/benda konkret
- Gunakan alat visual, misalnya OHP, tranparan
- Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal
yang bersifat sederhana ke yang bersifat kompleks.
- Menjamin penyajian yang singkat dan terorganisasi dengan
baik, misalnya menggunakan angka kecil dari butir-butir kunci.
- Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau
kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki, dan curah
pendapat.

Sebagai guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan


olehsiswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berfikir.
Beberapakonsep dan prinsip termasuk teori Piaget memiliki implikasi
penting dalammengembangkan berfikir siswa.

Siswa memerlukan kegiatan bekerja dengan objek yang berupa


benda-bendakonkret, untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat
danmerasakannya. Seperti dikemukakan oleh Gage dan Berliner (1992 :
124)bahwa anak yang tidak bisa bermain dengan biji-bijian, tongkat dan
membentukbarbagai benda dengan tanah liat akan mengalami kesulitan
dalam memahamipenambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian.
Siswa lebih memerlukankesempatan untuk bekerja melalui langkah
mereka sendiri daripada harusmengikuti pola kelompok secara
keseluruhan.

4. Perkembangan Bicara

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam


berkelompok.Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam
berkomunikasi denganorang lain. Bertambahnya kosa kata yang berasal
dari berbagai sumbermenyebabkan semakin banyak perbendaharaan kata
yang dimiliki. Anak mulaimenyadari bahwa komunikasi yang bermakna
tidak dapat dicapai bila anak tidakmengerti apa yang dikatakan oleh orang
lain. Hal ini mendorong anak untukmeningkatkan pengertiannya.

Anak bicara lebih terkendali dan terseleksi. Anak


menggunakankemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan
semata-mata sebagaibentuk latihan verbal. Bila pada masa kanak-kanak
awal anak berada pada tahapmengobrol, maka kini banyaknya bicara
makin lama makin berkurang. Padaumumnya anak perempuan berbicara
lebih banyak daripada anak laki-laki. Anaklaki-laki berpendapat bahwa
terlalu banyak berbicara kurang sesuai denganperannya sebagai laki-laki.
Kemampuan berbicara ditunjang olehperbendaharaan kosa kata yang
dimiliki

5. Kegiatan bermain :

Dibanding dengan masa sebelumnya, anak pada masa kanak-


kanakakhir sudah masuk sekolah, sehingga mau tidak mau akan
mengarungi waktubermain daripada masa sebelumnya. Hal ini ditunjang
dengan banyaknya acaradi TV, radio serta buku-buku bacaan yang
banyak disajikan untuk anakkelompok usia ini. Bermain sangat penting
bagi perkembangan fisik, psikis dansocial anak. Dengan bermain anak
berinteraksi dengan teman main yang banyakmemberikan berbagai
pengalaman berharga. Bermain secara berkelompokmemberikan peluang
dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggangrasa dengan
sesama teman.

Permainan yang disukai cenderung kegiatan bermain yang


dilakukansecara berkelompok, kecuali bagi anak-anak yang kurang
diterimadikelompoknya dan cenderung memilih bermain sendiri. Bermain
yang sifatnyamenjelajah, ketempat-tempat yang belum pernah dikunjungi
baik dikota maupundi desa sangat mengasyikkan bagi anak. Permainan
konstruktif yaitumembangun atau membentuk sesuatu adalah bentuk
permainan yang jugadisukai anak serta mampu mengembangkan
kreativitas anak. Bernyanyimerupakan bentuk kegiatan kreatif lainnya.
Selain itu bentuk permainankelompok yang disenangi merupakan
permainan olah raga seperti basket, sepakbola, volley dan sebagainya.
Jenis permainan ini membantu perkembangan ototdan pembentukan
tubuh.

6. Perkembangan Moral

Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak


untukmemahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
Perkembanganmoral terlihat dari perilaku moralnya di masyarakat yang
menunjukkankesesuaian dengan nilai dan norma di masyarakat. Perilaku
moral ini banyakdiengaruhi oleh pola asuh orang tuanya serta perilaku
moral dari orang-orangdisekitarnya.Perkembangan moral ini juga tidak
terlepas dari perkembangankognitif dan emosi anak.

Menurut Piaget, antara usia 5 sampai 12 tahun konsep anak


mengenaikeadilan sudah berubah. Pengertian yang kaku tentang benar
dan salah yangtelah dipelajari dari orang tua menjadi berubah. Piaget
menyatakan bahwarelativisme moral menggantikan moral yang kaku.
Misalnya : bagi anak usia 5tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi
bagi anak yang lebih besar sadarbahwa dalam beberpa situasi,
berbohong adalah dibenarkan, dan olehkarenanya berbohong tidak terlalu
buruk. Piaget berpendapat bahwa anak yanglebih muda ditandai dengan
moral yang heteronomous sedangkan anak padausia 10 tahun mereka
sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebutmoralitas
autonomous.

Kohlberg memperluas teori Piaget dan menyebut tingkat kedua


dariperkembangan moral masa ini sebagai tingkat moralitas dari aturan-
aturan danpenyesuaian konvensional. Dalam tahap pertama dari tingkat
ini oleh Kohlbergdisebut moralitas anak baik, anak mengikuti peraturan
untuk mengambil hatiorang lain dan untuk mempertahankan hubungan-
hubungan yang baik. Dalamtahap kedua Kohlberg menyatakan bahwa bila
kelompok social menerimaperaturan-peraturan yang sesuai bagi semua
anggota kelompok, ia harusmenyesuaikan diri dengan peraturan untuk
menghindari penolakan kelompokdan celaan (Hurlock, 1993 : 163).

Kohlberg (Duska & Whelan, 1981 : 59-61) menyatakan adanya


enamtahap perkembangan moral. Keenam tahap tersebut terjadi pada
tiga tingkatan,yakni tingkatan : (1) pra-konvensional; (2) konvensional dan
(3) pascakonvensional. Pada tahap pra-konvensional, anak peka terhadap
peraturanperaturanyang berlatar belakang budaya dan terhadap penilaian
baik buruk,benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik
suatu tindakan.

Pada tahap konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga,


kelompok atauagama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada
dirinya sendiri, anak tidakpeduli apapun akan akibat-akibat langsung yang
terjadi. Sikap yang nampakpada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal,
ingin menjaga, menunjang danmemberi justifikasi pada ketertiban. Pada
tahap pasca-konvensional ditandaidengan adanya usaha yang jelas untuk
mengartikan nilai-nilai moral dan prinsipprinsipyang sahih serta dapat
dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atauorang yang memegang
prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yangbersangkutan
termasuk kelompok itu atau tidak.

Pengembangan moral termasuk nilai-nilai agama merupakan hal


yangsangat penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak.
Mengenalkananak pada nilai-nilai agama dan memberikan pengarahan
terhadap anak tentanghal-hal yang terpuji dan tercela.

7. Minat Membaca

Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama


tentangceritera-ceritera khayal seperti misalnya karya Anderson dan
Grimm. Pada usia9 tahun kesenangan membaca mencapai puncaknya.
Bacaan yang realistismulai digemari terutama oleh anak laki-laki. Sifat
ingin tahu pada anak laki-lakilebih menonjol daripada anak perempuan.
Itulah sebabnya anak laki-lakicenderung menyukai buku tentang
petualangan, sejarah, hobi dan sport.Sebaliknya anak perempuan lebih
menyukai ceritera-ceritera binatang, meskipunsifatnya lebih realistis dari
sebelumnya, puisi, ceritera dari kitab suci dansebagainya.

Pada usia 10 – 12 tahun perhatian membaca mencapai


puncaknya.Materi bacaan semakin luas. Anak laki-laki menyenangi hal-hal
yang sifatnyamenggemparkan, misterius dan kisah-kisah petualangan.
Anak perempuanmenyenangi ceritera kehidupan seputar rumahtangga.
Dari kegiatan membacainilah anak memperkaya perbendaharaan kata
dan tata bahasa sebagai bekaluntuk berbicara dan berkomunikasi dengan
orang lain.
8. Teman Sebaya

Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah dan atau


temanbermain di luar sekolah. Pengaruh teman sebaya sangat besar bagi
arahperkembangan anak baik yang bersifat positif maupun negatif.
Pengaruh positifterlihat pada pengembangan konsep diri dan
pembentukan harga diri. Hanyaditengah-tengah teman sebaya anak bisa
merasakan dan menyadari bagaimanadan dimana kedudukan atau posisi
dirinya. Teman sebaya juga memberikanpelajaran bagaimana cara
bergaul di masyarakat. Sebaliknya teman sebaya jugamemungkinkan
untuk membawa pengaruh negatif, seperti merokok, mencuri,membolos,
menipu serta perbuatan-perbuatan antisocial lainnya. Bahkan tidakjarang
pengaruh negatif itu diikuti dengan ancaman dan pemerasan.
Adakecenderngan bahwa anak laki-laki memiliki hubungan teman sebaya
yang lebihluas daripada anak perempuan.

Minat terhadap kegiatan kelompok sebaya mulai timbul. Mereka


memilikiteman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
Integritas dengankelompoknya cukup tinggi, ada keterikatan satu sama
lain, sehingga merekamerasa perlunya untuk selalu bersama-sama.
Keinginan untuk berada ditengahtengahtemannya membawa anak untuk
keluar rumah menemuinya sepulangsekolah. Anak merasa kesepian di
rumah, tiada teman. Kegiatan dengan temansebaya ini meliputi belajar
bersama, melihat pertunjukan, bermain, masakmemasak dan sebagainya.
Mereka sering melakukan kegiatan yang biasanyadilakukan oleh orang
dewasa.

Keinginan untuk diterima dalam kelompoknya sangat besar.


Anakberusaha agar teman-teman dikelompoknya menyukai dirinya.
Santrock (`1997,325) menyatakan bahwa anak sering berfikir : Apa yang
bisa aku lakukan agarsemua teman menyukaiku ?. Apa yang salah
padaku?. Mereka berupaya agarmendapat simpati dari teman-temanya,
bahkan ingin menjadi anak yang palingpopuler di kelompoknya. Anak
yang populer cenderung sebagai anak yangterbaik dan jarang atau tidak
pernah tidak disukai oleh teman-temannya. Parapeneliti menemukan
bahwa anak yang populer pada umumnya memberikansemangat,
mendengarkan dengan baik, memelihara komunikasi dengan
teman,bahagia, menunjukkan entusiame dan peduli pada orang lain,
percaya diri tanpaharus sombong.

Wentzal & Asher menyatakan para pakar perkembangan


membedakan 3tipe anak yang tidak populer yaitu :

- Anak yang diabaikan (neglected children) : yaitu anak yang


jarangdinominasikan sebagai teman terbaik tetapi bukan tidak
disukai olehteman-teman dikelompoknya.Anak ini biasanya
tidak memiliki temanbermain yang akrab, tetapi mereka tidak
dibenci atau ditolak oleh temansebayanya.
- Anak yang ditolak (rejected children) yaitu anak yang
jarangdinominasikan oleh seseorang sebagai teman terbaik dan
tidak disukaioleh kelompoknya, karena biasanya anak yang
ditolak adalah anak yangagresif, sok kuasa dan suka
mengganggu. Anak ini biasanya mengalamiproblem
penyesuaian diri yang serius dimasa dewasa.
- Anak yang kontroversi (controversial children) adalah anak yang
seringdinominasikan keduanya yaitu baik sebagai teman terbaik
dan sebagaiteman yang tidak disukai. (Santrock (1997, 325)

D. Aktifivitas Pembelajaran

1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk


2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Diskusikanlah!

1. Ciri-ciri apa yang menonjol yang perlu mendapat perhatian seorang


gurupada masa kanak-kanak akhir ?.
2. Dalam tahapan perkembangan kognitif Piaget, masa kanak-kanak
akhirtermasuk dalam tahapan masa operasi konkret. Apa
maksudnya ?
3. Bagaimana strategi guru agar kegiatan pembelajaran pada masa
operasikonkret mencapai hasil yang memuaskan ?. Berikan
contohnya !
4. Mengapa anak suka berkelompok dengan teman sebaya?.
5. Bagaimana guru menanamkan nilai-nilai moral pada masa kanak-
kanakakhir?
6. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh guru sehubungan dengan
tingginyaminat membaca pada anak ?.

F. Rangkuman
Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:

- Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung


antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di
kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar.
- Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung
antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk
di kelas 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar.

Adapun ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar


adalah :

- Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi


sekolah
- Suka memuji diri sendiri
- Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan,
tugas atau pekerjaan itu dianggapnya tidak penting.
- Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya.
- Suka meremehkan orang lain.

Ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar adalah :

- Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari


- Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
- Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus
- Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai
prestasi belajarnya di sekolah
- Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup
untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri
dalam kelompoknya.

G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut


Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan
kelompok maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.

Kegiatan Pembelajaran 7

Karakteristik Peserta Didik yang Berkaitan


Dengan Aspek Fisik, Intelektual, Sosial-
Emosional, Moral, Spiritual, dan Latar
Belakang Sosial¬Budaya
A. Tujuan
Setelah pembelajaran 1 peserta diklat dapat:
1. Memaham karakteristik peserta didik dari aspek fisik
2. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek intelektual
3. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek sosial-emosional
4. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek moral
5. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek spiritual
6. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek latar belakang sosial-
budaya

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek fisik
2. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek intelektual
3. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek sosial-emosional
4. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek moral
5. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek spiritual
6. Menyimpulkan karakteristik peserta didik dari aspek latar belakang
sosial-budaya.

C. Uraian Materi

Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus


perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak-anak ke
masa dewasa) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat
(Konopka dalam Pikunas, 1976; Kaczman dan Riva, 1996).

Ditilik dari usia, SLTP (SMP dan MTs) dan SLTA (SMA, MA, dan SMK)
termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode
dalam rentang kehidupan siswa. Menurup Konopka (Pikunas, 1976) fase ini
meliputi (1) remaja awal: 12 – 15 tahun, (2) remaja madya: 15 – 18 tahun, dan
(3) remaja akhir: 19 – 22 tahun. Jika dilihat dari klasifikasi usia tersebut, maka
siswa sekolah menengah (SLTP dan SLTA) termasuk ke dalam kategori remaja
awal dan madya.

Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada uraian berikut


dipaparkan mengenai karakteristik aspek-aspek perkembangannya.

1. Aspek Fisik
a) Pertumbuhan tinggi dan berat badan

Pertumbuhan masa kanak-kanak awal tidak terjadi sepesat pada masa


bayi (Santrock, 2002; Monks dkk., 1998). Pada tahun pertama, bayi tumbuh
dengan pesat, pada tahun kedua, pertumbuhan mulai melambat, dan pada tahun
ketiga, pertumbuhan semakin melambat. Pada masa kanak-kanak awal, rata-rata
anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg
setiap tahun.Pada usia 6 tahun berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali
berat pada waktu lahir.

Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal ada yang berbentuk
gemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik) dan ada juga yang relatif kurus
(ektomorfik). Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti bayi,
namun gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan
tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata (tidak buncit), dada
lebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih
panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.

Tulang dan otot anak mengalami tingkat pengerasan yang bervariasi


pada bagian-bagian tubuh. Otot menjadi lebih besar, lebih kuat dan berat,
sehingga anak lebih kurus meskipun beratnya bertambah. Selain itu selama 4 – 6
bulan pertama dari awal masa kanak-kanak, 4 gigi bayi yang terakhir yakni
geraham belakang muncul. Selama setengah tahun terakhir gigi bayi mulai
tanggal yakni gigi seri tengah yang pertama kali lepas, dan digantikan gigi tetap.
Akhir dari masa kanak-kanak awal biasanya anak memiliki satu atau dua gigi
tetap di depan dan beberapa celah di mana gigi tetap akan muncul.

b) Perkembangan motorik

Awal masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk


mempelajari keterampilan tertentu, karena menurut Hurlock (1992) ada tiga
alasan, yakni :

- Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau


mengulang suatu aktivitas sampai terampil.
- Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut
kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti
oleh anak yang lebih besar.
- Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan
keterampilan yang dimiliki baru sedikit, sehingga keterampilan yang
baru dikuasai tidak mengganggu keterampilan yang sudah ada.
Keterampilan umum yang sering dilakukan anak-anak biasanya
menyangkut keterampilan tangan dan kaki. Keterampilan dalam aktivitas makan
dan berpakaian sendiri biasanya dimulai pada masa bayi dan disempurnakan
pada masa kanak-kanak awal. Kemajuan terbesar keterampilan berpakaian
antara usia 1,5 dan 3,5 tahun. Pada saat anak-anak mencapai usia Taman
Kanak-kanak, mereka sudah harus dapat mandi dan berpakaian sendiri,
mengikat tali sepatu dan menyisir rambut dengan sedikit bantuan atau tanpa
bantuan sama sekali. Antara usia 5 dan 6 tahun sebagian besar anak-anak
sudah pandai melempar dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan
gunting, dapat membentuk tanah liat, bermain membuat kue-kue dan menjahit,
mewarnai dan menggambar dengan pinsil atau krayon. Mereka juga sudah dapat
menggambar orang.

Keterampilan kaki dapat dilakukan anak dengan belajar gerakan-gerakan


kaki. Usia 5 atau 6 tahun anak belajar melompat dan berlari cepat, dan mereka
sudah dapat memanjat. Antara usia 3 – 4 tahun anak dapat mempelajari sepeda
roda tiga dan berenang. Keterampilan kaki lain yang dikuasai anak adalah
lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar,
sepatu roda, bermain sepatu es, menari.

c) Implikasinya pada Pendidikan

Sebagai pendidik, anak perlu memperhatikan keseimbangan gizi, agar


pertumbuhan anak secara konsisten terjamin berjalan baik.Sehubungan dengan
perkembangan motorik tangan, anak dapat dilatih kemandirian yang berkait
dengan kehidupan sehari-hari seperti berpakaian sendiri, mandi sendiri, dan lain
sebagainya. Selain itu, anak muali dilatih menggunakan gunting, pensil maupun
crayon untuk mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Untuk
perkembangan motorik kaki, anak dapat distimulasi dengan permainan sepeda
roda tiga, bermain bola, dan permainan lain yang banyak mengaktifkan kaki.

2. Aspek Intelektual
a) Perkembangan kognisi

Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu


jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan.
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal
berada pada tahap perkembangan praoperasional (2 – 7 tahun), istilah
praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja
pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum
terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002), yang sering dikatakan anak belum
mampu menguasai operasi mental secara logis. Adapun ciri-ciri berpikir pada
tahap praoperasional adalah sebagai berikut:

- Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sebagai akibatnya, anak mulai


mampu bermain pura-pura (pretend play), disamping itu penguasaan
bahasa menjadi semakin sistematis.
- Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka melakukan peniruan
besarbesaran, terutama pada kakak atau teman yang lebih besar
usianya dan dari jenis kelamin yang sama. Tingkah laku imitasi ini
dilakukan secara langsung maupun tertunda. Pada tingkah laku
imitasi tertunda, anak setelah melihat tingkah laku orang lain, tidak
langsung menirukan, melainkan ada rentangan waktu beberapa saat
baru menirukan.
- Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif (sudut pandang) seseorang dengan
perspektif orang lain (Santrock,2002). Sebagai contoh, ketika Mary
ditelpon ayahnya dan ditanya apakah ibunya ada, Mary
menganggukangguk. Dalam hal ini Mary tidak dapat mengerti bahwa
anggukannya tidak dapat dilihat oleh ayahnya yang ada di suatu
tempat yang jauh dari dirinya.
- Cara berpikir anak centralized, yaitu terpusat pada satu dimensi saja
(Monks dkk., 1998). Sebagai contoh, pada suatu eksperimen, anak
dipertunjukkan dua buah gelas A dan B yang sama diameter dan
tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk yang sama banyaknya,
kemudian anak ditanya air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas B
mana yang lebih banyak, maka anak dengan cepat menjawab: “sama
banyaknya”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan tentang garis
sejajar yang ditariknya dari permukaaan air jeruk yang ada di gelas A
dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di
gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil,
tetapi lebih tinggi, kemudian anak ditanya lagi, mana yang lebih
banyak antara air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas C. Dengan
cara yang sama dari sebelumnya, anak menjawab bahwa air jeruk di
gelas C lebih banyak, karena permukaannya lebih tinggi. Dalam hal
ini anak mengabaikandimensi lebar gelas, dan hanya memperhatikan
dimensi tinggi dari gelas.Cara berpikir seperti ini dikatakan belum
menguasai gejala konservasi.
- Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini belum
dapatdibalik. Sebagai contoh, Adi ditanya: “Adi, kamu punya saudara
tidak?”,jawab Adi: “punya”. Setelah itu Adi ditanya lagi, “Siapa
namasaudaramu?”, Adi menjawab: “Mita”, kemudian sekali lagi
Adiditanya:”Apakah Mita mempunyai saudara?”, adi menjawab:
“Tidak”.Dalam hal ini Adi tidak sadar bahwa dirinyalah saudara Mita
(Monks dkk.,1998)
- Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak
pernahmemperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu.

Dari ciri-ciri berpikir yang sudah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa


caraberpikir anak masih banyak kekurangannya.

b) Perkembangan bahasa dan bicara

Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi dengan dunia luar. Tiap-tiapbahasa


memiliki sifat-sifat sendiri. Bahasa hewan dikuasai atau dipengaruhi
olehketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perkembangannya (insting-
instingnya),misalnya bahasa kucing dimana saja bunyi dan bahasanya sama dan
dapatdimengerti oleh semua kucing. Dalam pembahasan di sini bahasa
yangdimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat dimengerti oleh sesama
manusia.Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang
menentukandalam teori bahasa, yakni: (a) Kundgabe (Appell), yakni fungsi
bahasa untuk menyatakan apa yang terjadi dalam si pembicara, misalnya anak
menjerit ketakutan atau bersorak gembira, ini merupakan fungsi Kundgabe yang
dapat menimbulkan fungsi Auslosung, (b) Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi
untuk menimbulkan reaksi sosial, misalnya mengajak pergi ke toko atau ke
sekolah. Dalam hubungannya dengan orang lain, ternyata fungsi yang pertama
(Auslosung) juga dapat menimbulkan reaksi sosial, misal anak menjerit maka
akan menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa
Kundgabe memiliki hubungan dengan Auslosung, (c) Darstellung, yakni fungsi
untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif, meletakkan atau mengerti
hubungan antara hal yang satu dengan yang lain, dapat memformulasi ide-ide.
Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik dan hanya manusia
yang dapat mengadakan Darstellung.

Menurut Karl Buhrel seorang anak harus mengalami tiga fungsi bahasa di
atas yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat apabila lingkungan
memberikan masukan pada anak tersebut, karena perkembangan bahasa anak
dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru atau diimitasi, maka tidak ada
input perkembangan bahasa. Selain itu perlu adanya respon dari keliling, yakni
dari orang-orang yang ada di sekitar anak untuk menanggapi tingkah laku anak.

Perkembangan bahasa yang didasarkan pada imitasi dipengaruhi oleh


Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura, yakni perkembangan
bahasa membutuhkan stimulasi dari luar yang termasuk di sini adalah model
learning (modelling). Dengan modelling anak dapat belajar bahasa dari
modelmodel yang ada di dekatnya dan model yang paling mudah untuk ditiru
adalah orang-orang dekat anak atau significant persons. Namun demikian tidak
semua bahasa dipengaruhi oleh teori belajar sosial, misalnya seorang anak yang
kadang-kadang mengeluarkan kata-kata yang sama sekali tidak ada dalam
lingkungannya. oleh karena itu di samping dipengaruhi teori belajar sosial, maka
ada teori lain yang dikemukakan oleh Chomsky dengan teorinya LAD atau
Language Acquisition Device (Monks, dkk., 1992), yakni dalam diri seseorang
anak ada suatu pembawaan untuk membuat sistematik sendiri mengenai
bahasa, seakan merangkum dan menyusun bahasa itu di dalam dirinya. Hal ini
dapat menerangkan mengapa anak dapat mengeluarkan bahasa yang khas.

c) Implikasinya pada Pendidikan

Sehubungan dengan perkembnagan kognisi anak pada masa


kanakkanak awal, pendidik perlu mendorong anak melakukan kolaborasi dengan
orang dewasa atau anak yang lebih besar usianya untuk menstimulasi
perkembangan kognisinya di daerah sekitar kematangannya (zone of proximal
development), karena pada masa ini memang kognisi anak belum terorganisasi
dengan baik, sehingga melalui kolaborasi dengan orang lain yang dapat
membimbing anak, maka pengetahuan-pengetauan yang dipekenalkan pada
anak, meski belum menjadi pengetahuannya secara permanen, tetapi akan
mempunyai fungsi mengakselarasi pemerolehan pengetahuan tersebut pada
saat kematangan tiba saatnya. Dengan demikian pengembangan pada masa ini
cukup bersifat pengenalan-pengenalan realistik.

Perkembangan bahasa dapat distimulasi oleh orang-orang terdekat anak,


seperti orang tua, saudara, pengasuh, guru, dan sebagainya. Berhubung anak
belajar bahasa melalui meniru/modelling, maka orang-orang di lingkungannya
perlu banyak mengajaknya bicara, dan dengan bahasa yang benar. Banyak
metode pengembangan bahasa yang dapat diterapkan pada masa ini, antara lain
melalui bercerita, menceritakan kembali, bermain sosiodrama dan masih banyak
metode yang dapat diterapkan untuk mengembangkan bahasa anak.

3. Perkembangan Sosial-Emosional

Pada Masa Kanak-Kanak Awal Banyak keluarga dan pendidik anak usia
dini menekankan pentingnya perkembangan sosial selama masa kanak-kanak
awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-aspek perkembangan sosial emosional
anak-anak prasekolah dapat menjadi bagian integral dari perkembangan area
lainnya, seperti perkembangan aspek kognitif dan perkembangan motorik.

a) Elemen-Elemen Sosial dari Bermain dan Implikasinya pada


Pendidikan

Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai


mengadakanhubungan dekat dengan orang-orang non keluarga. Pada saat anak
menjelajahidunia prasekolah, mereka mengalami serangkaian situasi sosial yang
baru danbervariasi. Beberapa situasi baru berhubungan dengan bermain.

Pada masa prasekolah ada peralihan pola bermain anak, dari


permainansoliter ke permainan paralel, yaitu anak berdekatan dengan orang-
orang lainketika mereka bermain. Anak prasekolahpun akan dapat terlibat pada
permainankooperatif dengan anak lainnya, seperti pada permainan sosiodrama,
akan tetapimereka juga dapat merasa bahagia untuk melakukan permainan
soliter dalamjangka waktu yang lama. Setiap jenis dari permainan ini sama
berharganya, olehkarena itu perlu disediakan sumber-sumber yang memfasilitasi
berbagaipengalaman bermain secara luas.

Selama masa prasekolah, permainan sosiodrama (bermain pura-


pura)menjadi sangat kompleks dan imajinasi anak akan berkembang secara
luarbiasa. Pada awalnya permainan drama berkisar pada hal-hal yang familiar
bagianak seperti waktu makan, mandi, dan sebagainya. Dalam permainan ini
sering terjadi imitasi yang mendetil terhadap perilaku orang lain terutama orang
tua atau pendidiknya.

Hal lain yang penting ialah anak membutuhkan waktu, ruang, dan
kebebasan untuk mengembangkan permainan mereka, agar seluk beluk dan
detil-detil permainan tidak terbatasi. Beberapa permainan drama seperti
superhero dapat mengarah ke perilaku agresi anak. Tetapi makin dilarang, akan
membuat permainan itu makin atraktif. Oleh karena itu dengan penekanan pada
aspek-aspek positif dari permainan tersebut akan lebih efektif daripada sekedar
melarangnya.

Sebagai pendidik anak usia dini perlu mengetahui bahwa bermain adalah
medium/sarana belajar yang luar biasa ampuhnya bagi anak-anak kecil.
Permainan dengan memberi pengalaman terbuka seperti bermain tanah liat akan
lebih bermanfaat daripada permainan yang mengharuskan anak menghasilkan
suatu produk yang telah ada ketentuan-ketentuannya. Sebagai pendidik, kita
juga dapat mengetahui lebih banyak tentang abilitas anak dengan mengamati
proses bermain anak daripada sekedar menjatuhkan vonis kepada anak dengan
predikat kegagalan ketika mereka tidak berhasil mereproduksi secara tepat
produk yang disyaratkan.

b) Otonomi dan inisiatif yang berkembang, serta Implikasinya pada


Pendidikan

Anak-anak prasekolah yang awalnya hanya memperhatikan kebutuhan


dan keinginan sendiri dengan ketergantungan yang kuat pada pemeliharaan
keluarga beralih ke tingkat kemandirian yang lebih tinggi dan penguasaan
terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat ketika anak dapat memperhatikan
kebutuhan orang lain, dan dalam proses perkembangan keterampilan untuk
bekerjasama dengan orang lain.

Menurut Erikson, anak prasekolah dalam perkembangan sosialnya


berada pada peralihan dari tahap "otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu" ke tahap
"inisiatif vs rasa bersalah". Sebagai contoh; anak pada tahap ini umumnya
bertahan ingin mengerjakan segala sesuatu oleh dirinya sendiri dan berinisiatif
untuk merencanakan dan bekerja mencapai tujuannya.

Sebagai pendidik, perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada


pengalaman sehari-hari, misalnya menentukan pilihan menu pada waktu makan,
serta fleksibilitas melakukan aktivitas dalam rumah ataupun di luar rumah.

c) Perasaan tentang Diri (self) dan Implikasinya pada Pendidikan

Pada saat berinteraksi dengan orang lain, anak prasekolah


mengembangkan perasaan tentang dirinya atau sering disebut konsep diri.

Anak prasekolah bila diminta untuk menggambarkan diri mereka


cenderung menggunakan tanda-tanda fisik sebagai acuan. Misalnya "Saya
berusia 4,5 tahun." "Saya seorang anak perempuan", "Rambut saya panjang",
dan sebagainya. Tetapi pada saat-saat ini juga anak makin sadar akan
innerselfnya, yang isinya pikiran-pikiran pribadi dan imajinasi tentang diri mereka
sendiri.

Berkaitan dengan konsep diri, anak akan mengembangkan self-esteem


(penghargaan diri), yaitu perasaan tentang seberapa diri mereka berharga,
meliputi bidang prestasi akademik, keterampilan sosial, dan penampilan fisik
mereka. Anak-anak dengan self-esteem positif biasanya percaya diri,
berprestasi, mandiri, dan ramah; sedangkan anak dengan self-esteem negatif
digambarkan sebagai anak yang ragu-ragu, tidak mampu, tergantung, dan
menarik diri.

Tugas orang dewasa atau pendidik ialah membantu anak untuk


mengembangkan perasaan diri yang realistik dan seimbang tentang diri mereka.
Hal ini dapat dilakukan dengan mendiskusikan bersama anak tentang apa yang
dapat mereka kerjakan, apa yang tidak; kesalahan-kesalahan yang mereka buat;
prestasi yang dicapai; serta tantangan-tantangan yang ada dan diterima anak.
Jangan melakukan pemujian yang berlebihan terhadap anak.

d) Hubungan Teman Sebaya, serta Implikasinya pada Pendidikan

Anak yang populer umumnya mampu menginterpretasi, memprediksi, dan


merespon perilaku orang lain. Mereka disukai dan dicari anak-anak lain sebagai
teman, sehingga terlibat dalam interaksi yang makin kompleks. Interaksi
demikian dapat makin meningkatkan kemampuan anak, tidak hanya dalam
keterampilan sosial, tetapi juga kemampuan kognitifnya. Sementara anak yang
ditolak dan diisolasikan oleh anak-anak lain terbukti memiliki keterampilan sosial
lebih rendah, dan berakibat pada interaksi yang kurang kompleks dan kurang
menyenangkan. Anak prasekolah yang ditolak dapat terjerat dalam lingkaran
penolakan yang terus menerus hingga tahun berikut dalam perkembangannya.
Apabila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya,
pendidik dapat bertindak sebagai model dengan memberikan contoh bagaimana
cara berpartisipasi dan bergabung dalam kelompoknya.

e) Konflik Sosial, serta Implikasinya pada Pendidikan

Apabila seorang anak tidak dapat mengatasi konflik sosial secara verbal,
maka ia akan beralih menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasinya. Dalam
hal ini, pendidik perlu membantu anak bagaimana cara mengungkapkan
perasaannya secara verbal, dan mengatasi konflik sosial yang ada secara verbal
pula. Misal, "Harap jangan mengambil balok biru itu dari saya, saya
membutuhkannya untuk membuat bangunan rumah". Dengan demikian pendidik
telah membantu anak menyatakan perasaannya, dan mengatasi situasi konflik
sosial dengan model yang baik.

f) Perilaku Prososial, dan Implikasinya pada Pendidikan

Perilaku prososial terlihat apabila anak menunjukkan empati atau


altruisme. Anak-anak prasekolah sering menunjukkan perilaku agresif untuk
mempertahankan mainannya. Sebagai pendidik penting untuk memberikan
model tentang perilaku prososial kepada anak-anak tersebut. Salah satu kunci
penting untuk memahami orang lain ialah kemampuan untuk memprediksi dan
menjelaskan perilaku orang dengan menggunakan sudut pandang yang berbeda.
Dengan bermain permainan sosiodrama, pendidik dapat mengajarkan anak
untuk mencoba berpikir dari sudut pandang orang lain, yang tidak semata-mata
dari sudut pandangnya sendiri.

g) Ketakutan-Ketakutan Anak beserta Implikasinya pada Pendidikan

Sejak dini, anak kecil sudah mampu merasa dan mengekspresikan


emosinya, seperti senang, marah, susah, dan takut. Pada tahun-tahun
berikutnya, anak mengalami emosi lain seperti malu, rasa bersalah, dan bangga.
Pada masa prasekolah, anak tidak hanya mengembangkan emosi-emosi
tersebut, tetapi juga cara mengendalikannya. Pada masa ini juga, anak sudah
mampu menggunakan bahasa untuk memberi nama pada emosi yang dialami.
Misalnya mengatakan “saya takut”. Untuk mengendalikan emosinya, pendidik
dapat membantu anak dengan cara mendiskusikan bagaimana cara
mengendalikannya. Ketika anak menghadapi situasi yang mengkhawatirkan atau
menakutkan (misal pergi ke rumah sakit, atau pergi ke sekolah), orang dewasa
dapat membicarakan hal ini pada anak dengan memberitahukan apa tujuannya,
dan berbagai strategi untuk mengatasi perasaan-perasaan tersebut. Banyak
anak yang mengalami beberapa perasaan takut, seperti takut kegelapan,
monster, atau binatang. Ketakutan-ketakutan ini adalah nyata dialami anak,
sehingga perlu diperhatikan. Cara yang efektif untuk mengatasinya ialah dengan
membicarakan ketakutanketakutan tersebut, serta memberikan anak rasa aman.

h) Pemahaman Gender dan Implikasinya pada Pendidikan

Pada usia kurang lebih 2 tahun, anak menggunakan istilah yang berkaitan
dengan gender seperti "anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu,", dan
cenderung menunjukkan kesenangannya pada mainan yang sesuai dengan jenis
kelaminnya. Menjelang usia prasekolah, anak sering menerapkan sejumlah
hukum-hukum gender seperti "Anak perempuan tidak dapat menjadi polisi".
Hukum-hukum demikian sering mencerminkan pemahaman yang kurang benar
tentang perbedaan biologis antara wanita dan laki-laki, dan sekaligus merupakan
informasi yang stereotipi.
Pendidik anak usia dini mempunyai peranan penting untuk membantu
anak mengembangkan kesadaran akan gender mereka masing-masing, dan
memberikan lingkungan dimana stereotipi tenrang gender ditentang. Tidak kalah
pentingnya ialah mendorong anak untuk berpartisipasi dalam pengalaman yang
dapat melibatkan lintas gender.

4. Pembentukan Sikap dan Perilaku

Sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan pengalaman


seseorang, dan bukan faktor bawaan (faktor intern) seseorang, serta tergantung
obyek tertentu (Jalaluddin, 1996:187). Menurut Darmiyati Zuchdi (1995: 57)
bahwa dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap
objek psikologis yang dihadapinya. Azwar (1998: 30-38) menyebutkan berbagai
faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap itu antara lain yaitu; pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggab penting, media massa, lembaga
pendidikan atau lembaga agama, dan faktor emosi dalam diri individu.

Menurut pandangan psikologi, sikap mengadung unsur penilaian dan


reaksi afektif, sehingga menghasilkan motif. Menurut Mar’at (Jalaluddin, 1996:
189), menyatakan bahwa motif menentukan tingkah laku nyata (overt behaviour)
sedangkan reaksi afektif bersifat tertutup (covert). Motif sebagai daya pendorong
arah sikap negatif atau positif akan terlihat dalam tingkah-laku nyata pada diri
seseorang atau kelompok. Sedangkan motif dengan pertimbangan-pertimbangan
tertentu dapat diperkuat oleh komponen afeksi. Motif demikian biasanya akan
menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan berperan sebagai central
attitude (penentu sikap) yang akhirnya akan membentuk predisposisi. Proses ini
terjadi dalam diri seseorang terutama pada tingkat usia dini. Predisposisi menurut
Mar’at (Jalaluddin, 1996: 189) merupakan sesuatu yang telah dimiliki seseorang
semenjak kecil sebagai hasil pembentukan dirinya sendiri. Dalam hubungan ini
tergambar bagaimana hubungan pembentukan sikap sehingga menghasilkan
pola tingkah laku tertentu.

5. Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik

Status sosial ekonomi, merupakan gabungan antara pendapatan,


pekerjaan, dan tingkat pendidikan keluarga peserta didik. Status ini berhubungan
erat dengan performans peserta didik. Pengaruh status sosial ekonomi ini
bekerja melalui: kebutuhan dasar dan pengalaman, keterlibatan orangtua, dan
sikap-sikap serta nilai-nilai. Oleh karena itu, guru harus menciptakan lingkungan
belajar yang aman dan terstruktur, menggunakan contoh yang bagus,
mengaitkan bahan belajar dengan kehidupan siswa, dan menggiatkan ineraksi
dalam kegiatan belajar.

Faktor Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan-


kebiasaan, dan pola perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok social. Factor ini
mempengaruh keberhasilan dalam sekolah melalui sikap, nilai, dan cara
pandang terhadap dunia. Sebagai bagian dari budaya, latar belakang etnik juga
mempengaruhi keberhasilan peserta didik melalui sikap dan nilai-nilai.
Implikasinya, guru harus memahami peserta didiknya dengan: (1) berusaha
mempelajari kebudayaan peseta didik yang diajarnya, dan (2) berusaha
menyadarkan peserta didik terhadap nilai-nilai dan keberhasilan orang-orang dari
etnik dan budaya minoritas

6. Perkembangan Moral dan Implikasinya pada Pendidikan

Dengan mengambil sudut pandang orang lain, akan membantu anak


memahami apa yang benar dan apa yang salah.

Melalui interaksi anak dengan orang lain, ia segera menangkap apa yang
diharapkan dalam situasi sosial, dan anak akan sampai pada perkembangan
sejumlah pemahaman sosial. Misalnya, ada sejumlah peraturan sosial seperti
mengatakan “Tolong,...” "Terima kasih", kata-kata tersebut akan membantu
mereka mendapatkan objek yang mereka inginkan. Ketika anak berinteraksi,
mereka akan berhubungan dengan konsep tentang keadilan, kejujuran,
kewajiban, dan kebaikan. Oleh karena itu Damon menyatakan bahwa kesadaran
moral anak diperoleh dari pengalaman sosial yang normal.

Para pendidik dapat membantu anak mengembangkan pemahaman moral


dengan memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan kelompok
sebayanya, juga dengan mendorong anak untuk mendiskusikan serta melakukan
negosiasi tentang masalah-masalah yang terjadi antar mereka. Dengan
bernegosiasi, akan mendorong anak mengambil sudut pandang orang lain.

Pada masa prasekolah, anak sering merasa bingung dengan perilaku


orang dewasa yang kadang berbohong, karena bagi mereka bohong tetap
bohong, dan merupakan perbuatan tidak jujur, mereka belum mampu menilai
suatu perbuatan dari latar belakang motivasinya.

Ketika anak-anak menjadi semakin sadar akan sudut pandang orang lain,
dan pengaruh mereka sendiri yang kuat dalam berbagai situasi, mereka akan
memiliki kesempatan lebih banyak untuk menjadi semakin sadar akan hukum
dan adat tentang apa yang dikehendaki masyarakat dalam interaksi mereka
dengan orang lain. Kesadaran ini digambarkan sebagai basis bagi
perkembangan moral.

Beberapa aspek dari perkembangan moral anak usia 4 s.d 8 tahun


mencakup konsep anak tentang persahabatannya dan kewajiban-kewajiban
tertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran, kepatuhan, otoritas, serta
hukum-hukum sosial dan adat.

Ada perbedaan antara anak perempuan dengan anak laki-laki dalam sudut
pandangnya. Banyak anak perempuan merasa lebih senang dengan sudut
pandang "memperhatikan", yang menekankan hubungan interpersonal dan
perhatian untuk orang lain. Sedangkan anak laki-laki lebih umum menggunakan
“keadilan” sebagai sudut pandangnya.

Perkembangan moral juga berkaitan dengan kekhususan budaya;


kelompok budaya yang berbeda akan memiliki nilai-nilai yang berbeda pula. Oleh
karena itu kelompok budaya yang berbeda akan menilai berbeda pula tentang
perilaku mana yang memadai dan perilaku mana yang tidak memadai. Sebagai
pendidik kita harus sadar akan berbagai sudut pandang yang luas pada
perkembangan moral dan masalah-masalah moral, serta mendasarkan interaksi
dan harapan-harapan kita pada hal-hal tersebut.

7. Tugas-Tugas Perkembangan
Seperti fase perkembangan sebelumnya dan juga fase-fase yang lain,
maka menurut Havighurst fase kanak-kanak awal ini juga disertai tugas-tugas
perkembangan yang perlu dilakukan oleh seorang anak dengan baik, karena
dengan terpenuhinya tugas perkembangan ini dengan baik, seorang anak dapat
menjalani fase berikutnya dengan lebih lancar, dan menjalani kehidupannya
dengan bahagia (Havighurst, dalam Monks dkk, 1998). Adapun tugas-tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak awal ini adalah sebagai berikut: Belajar
perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. Kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga dan orang-orang lain. Pembentukan pengertian sederhana, meliputi
realitas fisik dan realitas sosial.Belajar apa yang benar dan apa yang salah;
perkembangan kata hati.

8. Implikasi Tugas Perkembangan pada Pendidikan:


a) Anak perlu mengenal secara fisik adanya perbedaan jenis kelamin
antaraanak perempuan dengan anak laki-laki, hal ini dapat dilakukan
melaluipermainan.Selain itu anak perlu diajarkan berperilaku dalam
batas-batasyang disetujui masyarakat sesuai dengan peran jenisnya.
Misalnya anaklaki-laki dilarang menggunakan pakaian anak perempuan.
Dalam hal ini,anak perempuan relatif lebih ditolerir untuk menggunakan
pakaian laki-laki.
b) Anak-anak perlu diperkenalkan pada keterampilan sosial sederhana
sepertikapan mengatakan terima kasih, maaf, tolong dan sebagainya.
Selain itujuga diajarkan membedakan apa yang benar dan apa yang
salah, nilaikejujuran, keadilan, persahabatan, tingkah laku prososial dan
tanggungjawab sosial.
c) Dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa, anak diperkenalkan
padakonsep-konsep sederhana tentang realitas alam, baik mengenai
bendahidup maupun benda mati, serta cara kerja atau berfungsinya
benda-bendatersebut.

D. Aktivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di kelompoknya
masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara sumber
atau instruktur

E. Tugas

Diskusikan dengan teman anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan


berikut ini, gunakan referensi yang lain untuk mendukung jawaban Anda!

1. Bagaimana cara menstimulasi perkembangan motorik halus anak?


2. Mengapa perkembangan kognitif anak menurut piaget?
3. Ceritakan beberapa kejadian yang menggambarkan cara
berpikiregosentris pada anak usia praoperasional.
4. Terangkan Perkembangan bahasa anak menurut teori belajar sosial
dariBandura dan teori LAD dari Chomsky.
5. Lakukan tugas observasi untuk mencatat frekuensi perilaku agresif
anakdalam kegiatan bermain, dan amatilah kemudian deskripsikan cara
merekamenyelesaikan konflik.
6. Catatlah perilaku-perilaku anak yang menggambarkan
perkembanganotonomi dan inisiatif.
7. Nilai-nilai moral apa yang terutama berkembang pada masa kanak-
kanakawal?

F. Rangkuman

Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentangan usia 2 – 6 tahun, masa ini
sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
Dari pertumbuhan fisiknya, anak mengalami kemajuan yang makin
melambat apabila dibandingkan masa bayi, setiap tahun hanya terjadi
pertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg. Perkembangan motorik
mengalami penyempurnaan dari keterampilan yang diperoleh sebelumnya. Pada
masa prasekolah, anak-anak sudah harus terampil mandi dan berpakaian
sendiri, mengikat tali sepatu sendiri. Beberapa keterampilan bermain yang
menggunakan tangan dan kaki juga sudah dikuasai dengan baik, selain itu
perkembangan motorik halus juga mengalami kemajuan, anak sudah mulai
menggambar, menggunting, dan keterampilan motorik halus lainnya.

Perkembangan intelektual menurut Piaget berada pada tahap


perkembangan praoperasional, ditandai dengan kemampuan operasional yang
kacau dan belum terorganisir. Adapun ciri-cirinya ialah: semakin berkembangnya
fungsi simbolis, tingkah laku imitasi langsung maupun tertunda, cara berpikirnya
masih egosentris, centralized atau terpusat pada satu dimensi saja, serta cara
berpikir yang tak dapat dibalik dan terarah statis.

Perkembangan bahasa dipengaruhi Teori Belajar Sosial, yakni anak


belajar bahasa dengan model-model yang ada di lingkungannya. Melalui imitasi
dan respon dari lingkungan, akhirnya anak menguasai keterampilan bicara.
Namun menurut Chomsky, perkembangan bahasa anak juga terjadi karena
faktor pembawaan; bahwa anak lahir sudah disertai dengan LAD (Language
Aquisition Device) yang membuat anak sering mengekspresikan sesuatu dengan
kata yang tidak ditemukan dari lingkungannya. Perkembangan sosial-emosional
terintegrasi dengan perkembangan aspek lainnya seperti perkembangan kognitif
dan perkembangan motorik.

1. Dalam bermain anak mengalami perubahan dari permainan solitair,


paralel, sampai ke permainan asosiatif. Dari bermain anak belajar
sejumlah peraturan sosial.
2. Anak pada masa kanak-kanak awal menurut perkembangan
psikososial Erikson berada pada tahap perkembangan otonomi vs
rasa malu dan ragu-ragu, serta perkembangan inisiatif vs rasa
bersalah.
3. Perkembangan self diawali dari perasaan diri secara fisik seperti ’saya
adalah anak perempuan’, ’saya berambut panjang’, kemudian
berkembang menjadi perasaan diri yang lebih bersifat psikologis,
seperti ’saya pandai melompat’, ’saya disenangi orang banyak’.
Perkembangan self yang baik akan meningkatkan self-esteem yang
positif. Anak yang memiliki self-esteem positif akan lebih berprestasi,
lebih percaya diri, dan lebih mandiri serta ramah. d. Anak yang
populer terbukti memiliki keterampilan sosial lebih tinggi dibanding
dengan anak yang kurang populer. Anak yang populer terlibat dalam
hubungan dengan teman sebaya yang lebih kompleks, dan hal ini
lebih menguntungkan dan meningkatkan lagi bagi perkembangan
kognitifnya.
4. Anak-anak yang mengalami konflik dan tidak mampu menyatakan
secara verbal akan mencoba menyelesaikan konfliknya dengan
kekuatan fisik. Oleh karena itu belajar menyatakan perasaannya
untuk menyelesaikan konflik secara verbal menjadi hal yang sangat
penting bagi anak pada masa kanak-kanak awal.
5. Perilaku prososial dapat berkembang apabila anak diajarkan untuk
berpikir dengan cara sudut pandang orang lain, hal ini dapat diperoleh
melalui permainan pura-pura.
6. Anak-anak mengalami perkembangan emosi dari senang, marah, dan
susah menjadi malu, kecewa dan sebagainya. Pada masa ini anak
tidak hanya perlu belajar bagaimana cara mengekspresikan
emosinya, tetapi juga perlu belajar mengendalikannya.
7. Anak masa kanak-kanak awal sering mengembangkan stereotipi
tentang gender yang salah, seperti ’anak perempuan tidak boleh
menjadi polisi’. Pendidik mempunyai peranan penting untuk
mengajarkan anak sadar akan gendernya sendiri, menentang
berkembangnya stereotipi tentang gender yang salah, serta
mendorong anak-anak bermain secara lintas gender.

Beberapa aspek dari perkembangan moral pada masa kanak-kanak awal


mencakup konsep anak tentang persahabatannya dan kewajiban-kewajiban
tertentu dari persahabatan, keadilan dan kejujuran, kepatuhan, otoritas, serta
hukum-hukum sosial dan adat. Beberapa tugas perkembangan masa kanak-
kanak awal yang perlu dipenuhi ialah: belajar perbedaan jenis kelamin dan
aturan-aturan yang terkait dengan hal tersebut, belajar sosialisasi denga orang-
orang di sekitar lingkungan hidupnya, pembentukan pengertian sederhana, serta
pengembangan kata hati yang meliputi pembedaan apa yang benar dan apa
yang salah.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas

H. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.

Kegiatan Pembelajaran 8

Memfasilitasi Pengembangan Potensi Peserta Didik untuk


Mengaktualisasikan Berbagai Potensi yang Dimiliki

A. Tujuan
1. Memahami potensi peserta didik
2. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi secara optimal.
3. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Menyimpulkan potensi peserta didik
2. Menyimpulkan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi secara optimal.
3. Menyimpulkan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.

C. Uraian Materi

1. Bakat dan Kecerdasan Peserta Didik


Bakat dan kecerdasan merupakan dua hal yang berbeda, namun saling
terkait. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat
(inherent) dalam diri seseorang. Bakat peserta didik dibawa sejak lahir dan terkait
dengan struktur otaknya. Secara genetik struktur otak telah terbentuk sejak lahir,
tetapi berfungsinya otak sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi
dengan lingkungannya. Biasanya kemampuan itu dikaitkan dengan intelegensi
atau kecerdasan, dimana kecerdasan atau intelegensi (Intelligence Quotient)
merupakan modal awal untuk bakat tertentu.

Potensi bawaan peserta didik sampai menjadi bakat berkaitan dengan


kecerdasan intelektual (IQ) peserta didik. Tingkat intelektualitas peserta didik
berbakat biasanya cenderung di atas rata-rata. Namun peserta didik yang
intelektualitasnya tinggi tidak selalu menunjukkan peserta didik berbakat. Bakat
seni dan olahraga misalnya, keduanya memerlukan strategi, taktik, dan logika
yang berhubungan dengan kecerdasan. Dengan demikian, umumnya peserta
didik berbakat memang memiliki tingkat intelegensi di atas rata-rata.
Peserta didik berbakat adalah peserta didik yang mampu mencapai prestasi
yang tinggi karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang unggul.
Kemampuan-kemampuan tersebut meliputi :

1. kemampuan intelektual umum (kecerdasan atau intelegensi)


2. kemampuan akademik khusus
3. kemampuan berpikir kreatif-produktif
4. kemampuan memimpin
5. kemampuan dalam salah satu bidang seni
6. kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).
Selain itu masih ada faktor lain yang juga turut menentukan perkembangan
potensi peserta didik menjadi bakat, yakni kecerdasan emosi (Emotional
Quetient). Peserta didik yang kontrol emosinya bagus akan lebih baik dalam
mengembangkan bakat yang ia miliki. Misalnya, ketika ia memiliki bakat
menyanyi, maka saat harus naik pentas ia akan menyanyi dengan penuh
percaya diri. Artinya baik IQ dan EQ berperan menunjang keberhasilan peserta
didik dalam mengembangkan potensinya menjadi bakat. Namun demikian
selama ini orang tua lebih terpaku pada upaya peningkatan intelektualitas
semata, sehingga peserta didik hanya diberikan konsumsi untuk daya pikirnya,
EQ-nya tidak dikembangkan.

Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika bakat
tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang saling
berkaitan. Misalnya jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan
berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanya peserta didik akan
punya bakat seni peran, dsb.

Bakat peserta didik juga berkaitan dengan bakat orangtua. Sekitar 60% bakat
peserta didik diturunkan dari orangtua, selebihnya dipengaruhi faktor lingkungan.
Bakat turunan bisa dideteksi dengan cara membandingkan peserta didik dengan
peserta didik lain. Peserta didik berbakat lebih cepat berkembang ketimbang
peserta didik lain seusianya, misalnya mereka lebih cepat dalam hal berhitung
soal matematik, menari, atau menghafal lagu jika dibandingkan dengan peserta
didik lainnya.

2. Tanda-tanda Bakat Peserta Didik


Berikut ini tanda-tanda bakat yang bisa tampak sejak dini pada peserta didik.
1. Mempunyai ingatan yang kuat. Contoh: sanggup mengingat letak benda-
benda, tempat-tempat penyimpanan, lokasi-lokasi, dsb.
2. Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat. Contoh: sanggup
menyimpulkan, menghubung-hubungkan satu kejadian dengan kejadian
lain.
3. Mampu berpikir abstrak. Contoh: membayangkan sesuatu yang tidak
tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi. Misal, membayangkan
keadaan di bulan, di luar angkasa, atau tempat lain yang belum pernah
dikunjunginya.
4. Mampu membaca tata letak (ruang). Contoh: menguasai rute jalan, ke
mana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.
5. Mempunyai keterampilan mekanis. Contoh: pintar bongkar pasang benda
yang rumit.
6. Mempunyai bakat musik dan seni.
7. Luwes dalam atletik dan menari.
8. Pintar bersosialisasi. Contoh: mudah bergaul, mudah beradaptasi.
9. Mampu memahami perasaan manusia. Contoh: pandai berempati, baik
dan peduli pada orang lain.
10. Mampu memikat dan merayu. Contoh: penampilannya selalu membuat
orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya, dsb.
Selain memiliki tanda-tanda keunggulan di atas peserta didik berbakat
mempunyai karakteristik negatifdiantaranya :
1. Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan
pemahaman pengetahuan yang sedikit
2. Dapat mendominasi diskusi
3. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya
4. Suka ribut
5. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat, atau kegiatan fisik
6. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur tertentu
7. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari
8. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang
9. Menggunakan humor untuk memanipulasi sesuatu
10. Melawan jadwal yang (hanya) didasarkan atas pertimbangan waktu saja
bukan atas pertimbangan tugas

Peserta didik yang unggul dalam bidang tertentu belum tentu unggul di
bidang yang lain. Misalnya ada peserta didik yang unggul di bidang matematika,
namun ia kurang mampu menyanyi di depan kelas atau menggambar.
Sebaliknya peserta didik yang sudah sering tampil menyanyi di layar televisi,
mungkin kurang tangkas bila harus memecahkan soal-soal matematika yang
rumit di kelas. Kondisi semacam ini harus dipahami oleh guru. Kelebihan dan
kelemahan yang ada pada peserta didik hendaknya diperlakukan secara
seimbang. Dengan demikian potensi yang dipunyai peserta didik akan tumbuh
dan berkembang selaras dengan perkembangan ilmu yang mereka terima
melalui pembelajaran di sekolah maupun di lingkungannya.
Keberhasilan pendidikan terkait dengan kemampuan orang tua dan guru
dalam hal memahami peserta didik sebagai individu yang unik. Peserta didik
harus dilihat sebagai individu yang memiliki berbagai potensi yang berbeda satu
sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan
sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah, mereka akan
tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing.

3. Kecerdasan Peserta Didik


Howard Gardner (1993) menegaskanbahwa skala kecerdasan yang selama
ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat
meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Menurut
Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika
logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial,
kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan
kecerdasan naturalis. Secara rinci masing-masing kecerdasaan tersebut
dijelaskan sebagai berikut.

a. Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam
berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika,
memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan
kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia
menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya.
Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan
memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila
kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik
ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan
kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.

b. Kecerdasan bahasa
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk
menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan,
dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya
ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini
juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-
nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka
cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
lainnya.
c. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikalmenunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk
dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui
senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga
lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan
apabila dikaitkan dengan musik.
d. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi
bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk
tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat
patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu
bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan
dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan
visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam
permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
e. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara
aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai
pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti
bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula
dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat,
atau unggul dalam bermain sulap.
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan
lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut
sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan
yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin,
mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati
dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.

g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonalmenunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali
berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri.
Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi
kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,
merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

h. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang
terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan
kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam
seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora
dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences atau kecerdasan ganda


ini Gardner mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai
kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan tidak terbatas pada
kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes
inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan
seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi
kecerdasan juga menggambarkan kemampuan peserta didik pada bidang seni,
spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan lingkungan.
Teori Gardner ini selanjutnya dikembangkan dan dilengkapi oleh para ahli
lain. Diantaranya adalah Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal,
Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional.
Dari kedelapan spektrum kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner di
atas, Goleman mencoba memberi tekanan pada aspek kecerdasan interpersonal
atau antarpribadi. Inti sari kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk
membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen,
motivasi, dan hasrat keinginan orang lain. Namun menurut Gardner, kecerdasan
antarpribadi ini lebih menekankan pada aspek kognisi atau pemahaman,
sementara faktor emosi atau perasaan kurang diperhatikan. Menurut Goleman
faktor emosi ini sangat penting dan memberikan suatu warna yang kaya dalam
kecerdasan antarpribadi ini. Ada lima wilayah kecerdasan pribadi dalam bentuk
kecerdasan emosional. Lima wilayah tersebut adalah kemampuan mengenali
emosi diri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri,
kemampuan mengenali emosi orang lain, dan kemampuan membina hubungan.
Secara rinci lima wilayah kecerdasan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Kemampuan mengenali emosi diri


Kemampuan mengenali emosi diri adalah kemampuan seseorang dalam
mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ini
sering dikatakan sebagai dasar dari kecerdasan emosional. Seseorang yang
mengenali emosinya sendiri adalah bila ia memiliki kepekaan yang tajam atas
perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-
keputusan secara mantap, dalam hal ini misalnya sikap yang diambil dalam
menentukan berbagai pilihan seperti memilih sekolah, sahabat, pekerjaan,
sampai soal pasangan hidup.
b. Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya
dapat mempengaruhi perilakunya secara salah. Mungkin dapat diibaratkan
sebagai seorang pilot pesawat yang dapat membawa pesawatnya ke suatu
kota tujuan kemudian mendaratkannya secara mulus. Misalnya, seseorang
yang sedang marah dapat mengendalikan kemarahannya secara baik tanpa
harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesalinya di kemudian hari.
c. Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan memotivasi diri adalah kemampuan memberikan semangat
kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Dalam hal ini terkandung unsur harapan dan optimisme yang tinggi sehingga
seseorang memiliki kekuatan semangat untuk melakukan aktivitas tertentu,
misalnya dalam hal belajar, bekerja, menolong orang lain, dan sebagainya.
d. Kemampuan mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain adalah kemampuan untuk mengerti
perasaan dan kebutuhan orang lain sehingga orang lain akan merasa senang
karena dimengerti perasaannya. Kemampuan ini sering pula disebut sebagai
kemampuan berempati, mampu menangkap pesan nonverbal dari orang lain.
Dengan demikian, peserta didik-peserta didik ini akan cenderung disukai
orang.
e. Kemampuan membina hubungan
Kemampuan membina hubungan adalah kemampuan untuk mengelola emosi
orang lain sehingga tercipta keterampilan sosial yang tinggi dan membuat
pergaulan seseorang menjadi lebih luas. Peserta didik dengan kemampuan
ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai bergaul, dan menjadi lebih
populer.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya kecerdasan


emosional dikembangkan pada diri peserta didik. Banyak dijumpai peserta didik
yang begitu cerdas di sekolah, begitu cemerlang prestasi akademiknya, namun
tidak mampu mengelola emosinya, seperti mudah marah, mudah putus asa, atau
angkuh dan sombong, sehingga prestasi tersebut tidak banyak bermanfaat untuk
dirinya. Ternyata kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan
pada peserta didik sejak usia dini karena hal inilah yang mendasari keterampilan
seseorang di tengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh
potensinya dapat berkembang secara lebih optimal.
Hal lain dikemukakan oleh Robert Coles (1997) dalam bukunya yang berjudul
TheMoral Intelligence of Children. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa di
samping IQ (Intelligence Quotient) ada suatu jenis kecerdasan yang disebut
sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi
kesuksesan seseorang dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan kemampuan
seorang peserta didik untuk bisa menghargai dirinya sendiri maupun diri orang
lain, memahami perasaan terdalam orang-orang di sekelilingnya, dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku, yang semuanya ini merupakan kunci keberhasilan
bagi seorang peserta didik di masa depan. Sebagai individu, peserta didik yang
berada dalam komunitas sekolah selalu berkomunikasi dengan sesama teman,
guru, dan orang lain. Namun sebagai makhluk Tuhan peserta didik mempunyai
kewajiban untuk selalu taat menjalankan perintah agamanya (Emotionally and
Spiritual Quotient). Oleh karena itu harus dijaga hubungan yang seimbang antara
diri individu (IQ), sosial (EQ), dan hubungan dengan Tuhan (ESQ).

4. IDENTIFIKASI POTENSI PESERTA DIDIK

Untuk mengidentifikasi potensi peserta didik dapat dikenali dari ciri-ciri


(indikator) keberbakatan peserta didik dan kecenderungan minat jabatan.
a. Ciri-Ciri (indikator) Keberbakatan peserta didik
Untuk menyelesaikan pendidikan di SLTP, peserta didik diharuskan
menempuh sejumlah mata pelajaran yang secara garis besar dapat
dikelompokkan dalam empat bidang, yaitu Matematika, Sains, Pengetahuan
Sosial, dan Bahasa. Selain itu peserta didik juga harus menempuh beberapa
mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan bakat dan minatnya.

Bakat peserta didik dapat mengarah pada kemampuan numerik, mekanik,


berpikir abstrak, relasi ruang (spasial), dan berpikir verbal. Minat seseorang
secara vokasional dapat berupa minat profesional, minat komersial, dan minat
kegiatan fisik. Minat profesional mencakup minat-minat keilmuan dan sosial.
Minat komersial adalah minat yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan bisnis. Minat fisik mencakup minat mekanik, minat kegiatan
luar, dan minat navigasi (kedirgantaraan/ penerbangan).

Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam
satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan
minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat
menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan
bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran
tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata
pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang
satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.

Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang
tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity)
tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.
Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas
rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat
memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju
dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat;
cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun
dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu
bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian,
fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa
ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan
guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka
mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya.
(3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk
berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu
tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi
tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja
secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk;
bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat
sebagai berikut :

1) Indikator Intelektual/belajar

a. mudah menangkap pelajaran


b. mudah mengingat kembali
c. memiliki perbendaharaan kata yang luas
d. penalaran tajam (berpikir logis, kritis, memahami hubungan sebab akibat)
e. daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f. menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
g. senang dan sering membaca
h. mampu mengungkapkan pikiran, perasaan atau pendapat secara
lisan/tertulis dengan lancar dan jelas
i. mampu mengamati secara cermat
j. senang mempelajari kamus, peta dan ensiklopedi
k. cepat memecahkan soal
l. cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan
m. cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n. mampu membaca pada usia lebih muda
o. daya abstraksi cukup tinggi
p. selalu sibuk menangani berbagai hal

2) Indikator kreativitas
a. memiliki rasa ingin tahu yang besar
b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
d. mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e. mempunyai/menghargai rasa keindahan
f. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
g. memiliki rasa humor tinggi
h. mempunyai daya imajinasi yang kuat
i. mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
j. dapat bekerja sendiri
k. senang mencoba hal-hal baru
l. mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)

3) Indikator motivasi

a. tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
d. ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e. selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya)
f. menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya)
g. senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-
tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah
yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut)
h. mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)
i. senang mencari dan memecahkan soal-soal
b. Kecenderungan Minat Jabatan peserta didik
Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe
kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang
berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa
tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu
mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut
disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.

1. Realistik (realistic), yaitu kecenderungan untuk bersikap apa adanya atau


realistik. Ciri-ciri kecenderungan ini adalah : rapi, terus terang, keras
kepala, tidak suka berkhayal, tidak suka kerja keras.
2. Penyelidik (investigative), yaitu kecenderungan sebagai penyelidik. Ciri-
ciri kecenderungan ini meliputi : analitis, hati-hati, kritis, suka yang rumit,
rasa ingin tahu besar.
3. Seni (artistic), yaitu kecenderungan suka terhadap seni. Ciri-ciri
kecenderungan ini adalah: tidak teratur, emosi, idealis, imajinatif,
terbuka.
4. Sosial (social), yaitu kecenderungan suka terhadap kegiatan-kegiatan
yang bersifat sosial. Ciri-cirinya : melakukan kerjasama, sabar,
bersahabat, rendah hati, menolong, dan hangat.
5. Suka usaha (enterprising), yaitu kecenderungan menyukai bidang usaha.
Ciri-cirinya : ambisius, energik, optimis, percaya diri, dan suka bicara.
6. Tidak mau berubah (conventional), yaitu kecenderungan untuk
mempertahankan hal-hal yang sudah ada, enggan terhadap perubahan.
Ciri-cirinya : hati-hati, bertahan, kaku, tertutup, patuh konsisten.

5. Peranan Guru Dalam Mengembangkan Potensi Peserta Didik


Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi. Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.

Dalam pembelajaran guru sebagai pendidik berinteraksi dengan peserta didik


yang mempunyai potensi beragam. Untuk itu pembelajaran hendaknya lebih
diarahkan kepada proses belajar kreatif dengan menggunakan proses berpikir
divergen (proses berpikir ke macam-macam arah dan menghasilkan banyak
alternatif penyelesaian) maupun proses berpikir konvergen (proses berpikir
mencari jawaban tunggal yang paling tepat). Dalam konteks ini guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator dari pada pengarah yang menentukan segala-
galanya bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak mendorong
peserta didik (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam menjajagi tugas-
tugas baru. Guru harus lebih terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik
dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta didik yang
menghambat pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.

Bagaimana hal ini dapat diwujudkan pada suasana pembelajaran yang dapat
dinikmati oleh peserta didik? Jawabannya adalah pembelajaran menggunakan
pendekatan kompetensi, antara lain dalam proses pembelajaran guru :
1. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan
berkreativitas,
2. memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
3. disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri
dan dapat berpartisipasi secara aktif
4. memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara aktif.
Semua ini akan memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh
potensi kecerdasannya secara optimal. Suasana kegiatan belajar-mengajar yang
menarik, interaktif, merangsang kedua belahan otak peserta didik secara
seimbang, memperhatikan keunikan tiap individu, serta melibatkan partisipasi
aktif setiap peserta didik akan membuat seluruh potensi peserta didik
berkembang secara optimal. Selanjutnya tugas guru adalah mengembangkan
potensi peserta didik menjadi kemampuan yang maksimal.
6. Macam-Macam Metode Dalam Mengajar
a. Metode Demonstrasi

Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan


peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang
dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana
keterampilan

1) Kelebihan metode demonstrasi


- Perhatian siswa lebih dapat terpusatkan pada pelajaran yang
diberikan
- Kesalahan-kesalahan yang terjadi bila pelajaran itu diceramahkan
dapat diatasi melalui pengamatan dan contoh yang konkrit
- Memberi motivasi yang kuat untuk siswa agar lebih giat belajar
- Siswa dapat berpartisipasi aktif dan memperoleh pengalaman
langsung
2) Kelemahan metode demonstrasi
- Bila alatnya terlalu kecil atau penempatannya kurang tepat
menyebabkan demonstrasi itu tidak dapat dilihat jelas oleh seluruh
siswa
- Bila waktu tidak tersedia cukup, maka demonstrasi akan berlangsung
terputus-putus atau berjalan tergesa-gesa

b. Metode Kerja Lapangan


Metode kerja lapangan merupakan metode mengajar dengan mengajak
siswa kedalam suatu tempat diluar sekolah yang bertujuan tidak hanya sekedar
observasi atau peninjauan saja, tetapi langsung terjun turut aktif ke lapangan
kerja agar siswa dapat menghayati sendiri serta bekerja sendiri didalam
pekerjaan yang ada dalam masyarakat.

1) Kelebihan metode kerja lapangan


- Siswa mendapat kesemmpatan untuk langsung aktif bekerja
dilapangan sehingga memperoleh pengalaman langsung dalam
bekerja
- Siswa menemukan pengertian pemahaman dari pekerjaan itu
mengenai kebaikan maupun kekurangannya
2) Kelemahaan metode kerja lapangan
- Waktu terbatas tidak memungkinkan memperoleh pengalaman yang
mendalam dan penguasaan pengetahuan yang terbatas
- Untuk kerja lapangan perlu biaya yang banyak. Tempat praktek yang
jauh dari sekolah shingga guru perlu meninjau dan mepersiapkan
terlebih dahulu
- Tidak tersedianya trainer guru/pelatih yang ahli

c. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran

Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan suatu metode


mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau ungkapan
gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia

1) Kelebihan metode sosiodrama dan bermain peran


- Siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran
- Karena mereka bermain peran sendiri, maka mudah memahami
masalah-masalah sosial tersebut
- Bagi siswa dengan bermain peran sebagai orang lain, maka ia dapat
menempatkan diri seperti watak orang lain itu
- Ia dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan
sikap saling perhatian
2) Kelemahan metode sosiodrama dan bermain peran
- Bila guru tidak menguasai tujuan instrusional penggunaan teknik ini
untuk sesuatu unit pelajaran, maka sosiodrama tidak akan berhasil
- Dalam hubungan antar manusia selalu memperhatikan norma-norma
kaidah sosial, adat istiadar, kebiasaan, dan keyakinan seseorang
jangan sampai ditinggalkan sehingga tidak menyinggung perasaan
seseorang
- Bila guru tidak memahami langkah-langkah pelaksanaan metode ini,
maka akan mangacaukan berlangsungnya sosiodrama

d. Metode Simulasi

Metode simulasi merupakan cara mengajar dimana menggunakan


tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan dengan
tujuan agar orang dapat menghindari lebih mendalam tentang bagaimana orang
itu merasa dan berbuat sesuatu dengan kata lain siswa memegang peranaan
sebagai orang lain.

1) Kelebihan metode simulasi


- Dapat menyenangkan siswa
- Menggalak guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa
- Eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang
sebenarnya
- Mengurangi hal-hal yang verbalistik
- Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Kelemahan metode simulasi
- Efektifitas dalam memajukan belajar siswa belum dapat dilaporkan
oleh riset
- Terlalu mahal biayanya
- Banyak orang meragukan hasilnnya karena sering tidak diikutsertakan
elemen-elemen penting
- Menghendaki pengelompokan yang fleksibel
- Menghendaki banyak imajinasi dari guru dan siswa

e. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh
beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas
masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan
memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya.

1) Kelebihan metode seminar


- Peserta mendapatkan keterangan teoritis yang luas dan mendalam
tentang masalah yang diseminarkan
- Peserta mendapatkan petunjuk-petunjuk praktis untuk melaksanakan
tugasnya
- Peserta dibina untuk bersikap dan berfikir secara ilmiah
- Terpupuknya kerja sama antar peserta
- Terhubungnya lembaga pendidikan dan masyarakat
2) Kelemahan Metode Seminar
- Memerlukan waktu yang lama
- Peserta menjadi kurang aktif
- Membutuhkan penataan ruang tersendiri

f. Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran


dengan menyuruh pelajar (setelah dikelompok-kelompokkan) mengerjakan tugas
tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran. Merka bekerja sama dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas.

1) Kelebihan metode kerja kelompok


- Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka
- Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan kemampuan para
siswa
- Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih
menggunakan ketrampilan bertanya dalam membahas suatu masalah
- Mengembangkan bakat kepemimpinan para siswa serta mengerjakan
ketrampilan berdiskusi
2) Kelemahan metode kerja kelompok
- Kerja kelompok terkadang hanya melibatkan para siswa yang mampu
sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang
kurang
- Keberhasilan strategi ini tergantung kemampuan siswa memimpin
kelompok atau untuk bekerja sendiri-sendiri
- Kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-
beda dan daya guna mengajar yang berbeda pula

g. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode memberikan uraian atau penjelasan


kepada sejumlah murid pada waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain
metode ini adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi
dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya
mengikuti secara pasif. Metode ini disebut juga dengan metode kuliah atau
metode pidato. Untuk bidang studi agama, metode ceramah ini masih tepat untuk
dilaksanakan. Misalnya, untuk materi pelajaran akidah.

1) Kelebihan metode ceramah


- Materi yang diberikan terurai dengan jelas
2) Kekurangan metode ceramah
- Guru lebih aktif sedangkan murid pasif karena perhatian hanya
terpusat pada guru saja.
- Murid seakan diharuskan mengikuti segala apa yang disampaikan
oleh guru, meskipun murid ada yang bersifat kritis karena guru
dianggap selalu benar

h. Metode Sumbang Saran

Sumbang saran merupakan suatu cara mengajar dengan mengutarakan


suatu masalah ke kelas oleh guru kemudian siswa memjawab mengemukakan
pendapat /jawaban dan komentar seshingga masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru.
1) Kelebihan metode sumbang saran
- Susana disiplin dan demokratis dapat tumbuh
- Anak-anak aktif untuk menyatakan pendapatnya
- Melatih siswa untuk berfikir dengan cepat dan tersusun logis
- Merangsang siswa untuk selalu berpendapat yang berhubungan
dengan masalah uang diberikan oleh guru
- Terjadi persaingan yang sehat
- Meningkatkan partisipasi siwa dalam menerima pelajaran
- Siswa yang kurang aktif menapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru
2) Kelemahan metode sumbang saran
- Guru kurang memberi waktu kepada siswa untuk berfikir yang baik
- Anak yang kurang selalu ketinggalan
- Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang
pandai
- Guru hanya menampang pendapat-pendapat tidak pernah
merumuskan kesimpulan

i. Metode Unit Teaching

Metode unit teaching merupakan metode mengajar yang memberikan


kesempatan pada siswa secara aktif dan guru dapat mengenal dan menguasai
belajar secara unit.

1) Kelebihan metode unit teaching


- Siswa dapat menggunakan sumber-sumber materi pelajaran secara
luas
- Siswa dapat belajar keseluruhan sesuai bakat
- Suasana kelas lebih demokratis
2) Kelemahan metode unit teaching
- Dalam melaksanakan unit perlu keahlian dan ketekunan
- Perhatian guru harus lebih banyak dicurahkan pada bimbingan kerja
siswa
- Perencanaan unit yang tidak mudah
- Memerlukan ahli yang betul-betul menguasai masalah karena semua
masalah yang belum tentu dapat dijadikan unit

j. Metode Sandiwara

Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang


menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan.
Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa
peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan
berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan
analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan
peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

k. Metode Penemuan (Discovery)

Metode penemuan merukan proses mental dimana siswa mampu


mengasimilasikan suatu proses atau prinsip-prinsip.

1) Kelebihan metode penemuan


- Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada diri siswa
- Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kampuan masing-masing
- Teknik ini mampu membantu siswa mengembangkan, memperbanyak
kesiapan serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif atau
pengarahan siswa
- Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sebagai sangat pribadi
atau individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa
siswa tersebut
2) Kelemahan metode penemuan
- Ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu meningkatkan
proses pengertian saja
- Teknik ini tidak memberikan kesempatan berfikir secara kreatif
- Para siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
- Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini kurang berhasil
- Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional akan kecewa bila diganti dengan teknik
penemuan

l. Metode Eksperimen

Metode eksperimen merupakan salah satu cara mengajar dimana


seorang siswa diajak untuk beruji coba atau mengadakan pengamatan kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan dikelas dan di evaluasi oleh guru.

1) Kelebihan metode eksperimen


- Siswa terlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi segala
masalah
- Mereka lebih aktif berfikir dan membuktikan sendiri kebenaran suatu
teori
- Siswa dalam melaksanakan eksperimen selain memperoleh ilmu
pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta ketrampilan
menggunakan alat-alat percobaan
2) Kelemahan metode eksperimen
- Seorang guru harus benar-benar menguasai materi yang diamati dan
harus mampu memanage siswanya
- Memerlukan waktu dan biaya yang sedikit lebih dibandingkan yang
lain

m. Metode Permainan

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain


pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker
adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah
pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga
dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh
semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan).
Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari
kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini
diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam
suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya
permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk
mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang
menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian
ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai,
atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana
sikap-nilai.

n. Metode Kasus

Metode kasus merupakan metode penyajian pelajaran dengan


memanfaatkan kasus yang ditemui anak sebagai bahan pelajaran kemudian
kasus tersebut dibahas bersama untuk mendapatkan penyelesaian atau jalan
keluar.

1) Kelebihan metode kasus


- Siwa dapat mengetahuai dengan pengamatan yang sempurna
tentang gambaran yang nyata yang betul-betul terjadi dalam hidupnya
sehingga mereka dapat mempelajari dengan penuh perhatian dan
lebih terperinci persoalannya
- Dengan mengamati, memikirkan, dan bertindak dalam mengatasi
situasi tertentu mereka lebih meyakini apa yang diamati dan
menemukan banyak cara untuk pengamatan dan pencarian jalan
keluar itu
- Siswa mendapat pengetahuan dasar atau sebab-sebab yang
melandasi kasus tersebut
- Membantu siswa dalam mengembangkan intelektual dan ketrampilan
berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
2) Kelemahan metode kasus
- Guru memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan kasus
yang ditemui dan petunjuk cara pemecahannya yang diperlukan siswa
- Banyak waktu yang digunakan untuk diskusi
- Untuk kegiatan kelompok membutuhkan fasilitas fisik yang lebih
banyak

o. Metode Inquiry

Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru
membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya
didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan
terakhir.

1) Kelebihan metode inquiry


- Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat
obyektif, jujur, dan terbuka
- Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
- Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
- Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
belajar yang baru
- Mendorong siswa untuk berffikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri
2) Kelemahan metode inquiry
- Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk
berfikir memperoleh pengertian tentang konsep

p. Metode Microteaching

Metode microteaching merupakan suatu latihan mengajar permulaan bagi


guru atau calon guru dengan scope latihan dan audience yang lebih kecil dan
dapat dilaksanakan dilingkungan teman-teman setingkat sendiri atau sekelompok
siswa dibawah bimbingan dosen pembimbing atau guru pamong.

1) Kelebihan metode microteaching


- Microteaching merupakan pengalaman laboratoris
- Microteaching dapat membantu dan menunjang pelaksanaan praktek
keguruan
- Microteaching dapat mengurangi kesulitan pengajaran di kelas
- Microteaching memungkinkan ditingkatkannya pengawasan yang
ketat dan evaluasi yang mantap, teliti, dan obyektif
- Dengan adanya feed back dalam microteaching yang beruupa
knowledge of resulte dapat diberikan langsung secara mendalam
- Diharapkan mahasiswa mempunyai bekal yang lebih kuat, luas, dan
mendalam
2) Kelemahan metode microteaching
- Dapat menimbulkan efek departementalisasi atau ketrampilan
mengajar dan bila tidak diteruskan dengan praktek mengajar secara
menyeluruh
- Pengertian microteaching disalah tafsirkan dapat hanya menitik
beratkan pada ketrampilan guru sebagai pengantar saja, bukan guru
dalam arti luas
- Microteaching yang ideal memerlukan biaya yang banyak, peralatan
mahal, dan tenaga ahli dalam bidang teknis maupun dalam bidang
pendidikan pengajaran pada umumnya dan metodologi pengajaran
pada khususnya
- Menuntut perencanaan, pengetahuan, dan pelaksanaan yang cermat,
mendetail, logis, dan sistematis

q. Metode Problem Solving

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir


dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan
oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk
mencoba mengeluarkan pendapatnya.

1) Kelebihan metode problem solving


- Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam
mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih
dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
- Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
- Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
2) Kelemahan metode problem solving
- Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang
penguasaan materi sering diabaikan
- Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan
mengutarakan pendapat secara lisan

r. Metode Karya Wisata

Metode karya wisata merupakan metode mengajar yang dilaksanakan


dengan mengajak siswa kesuatu tempat atau obyek tertentu diluar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.

1) Kelebihan metode karya wisata


- Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan
oleh para petugas obyek karya wisata itu serta mengalami dan
menghayati langsung
- Siswa dapat melihat kegiatan para petugas secara individu atau
kelompok dan menghayatinya secara langsung
- Siswa dapat bertanya jawab menemukan sumber informasi yang
pertama untuk memecahkan segala macam persoalan yang dihadapi
- Siswa memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman
yang terintegrasi
2) Kelemahan metode karya wisata
- Karena dilakukan diluar sekolah dan jarak yang cukup jauh maka
memerlukan transport yang mahal dan biaya yang mahal
- Menggunakan waktu yang lebih panjang dari pada jam sekolah
- Biaya yang tinggi kadang-kadang tidak terjangkau oleh siswa maka
perlu bantuan dari sekolah
s. Metode Latihan /Drill

Metode latihan merupakan metode mengajar dimana siswa


melaksanakan kegiatan latihan agar siswa memiliki ketegasan atau ketrampilan
yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.

1) Kelebihan metode pelatihan


- Ketegasan dan ketrampilan siswa meningkat atau lebih tinggi dari apa
yang telah dipelajari
- Seorang siswa benar-benar memehami apa yang disampaikan
2) Kelemahan metode pelatihan
- Dalam latihan sering terjadi cara-cara atau gerak yang tidak berubah
sehingga menghambat bakat dan inisiatif siswa
- Sifat atau cara latihan kaku atau tidak fleksibel maka akan
mengakibatkan penguasaan ketrampilan melalui inisiatif individu tidak
akan dicapai

t. Metode Dialog

Metode dialog merupakan salah satu teknik metode pengajaran untuk


memberi motivasi pada siswa agar aktif pemikirannya untuk bertanya selama
pendengaran guru yang menyungguhkan pertanyaan-pertanyaan itu dan siswa
menjawab

1) Kelebihan metode dialog


- Tanya jawab dapat membantu tumbuhnya perhatian siswa pada
pelajaran serta mengembangkan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan dan pengalaman, sehingga
pengetahuannya menjadi fungsional
- Siswa akan terbuka jalan pikirannya sehingga mencapai perumusan
yang baik dan tepat
2) Kelemahan metode dialog
- Apabila motivasi kurang diberikan maka yang akan aktif hanya
mereka yang pandai menggutarakan pendapat secara lisan
- Sering kali melupakan tujuan yang ingin dicapai karena waktu yang
disediakan habis untuk berdebat mempertahankan pendapat

u. Metode Mengajar Non Directive

Metode mengajar non direktive merupakan salah satu metode mengajar


dimana siswa melakukan observasi mereka sendiri mampu melakukan analisis
mereka sendiri dan mampu berfikir sendiri.

1) Kelebihan metode non direktive


- Guru memberi permasalahan yang merangsang proses berfikir siswa
sehingga obyek belajar berkembang sesuai yang diharapkan
- Siswa menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya aktif berfikir
dan menguasahi pengertian yang baik
2) Kelemahan metode non direktive
- Terjadi perbedaan pemahaman karena tingkat intelektual dan cara
berfikir siswa berbeda
- Seorang guru setiap saat harus mengoreksi cara berfikir siswa agar
tidak keliru dalam memahami suatu hal

v. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan cara lisan menyajikan bahan untuk


mencapai tujuan pengajaran.

1) Kelebihan metode tanya jawab


- Guru dapat mengetahui penguasaan pelajar terhadap bahan yang
telah disajikan
- Dapat digunakan untuk menyelidiki pembicaraan-pembicaaraan untuk
menyemangatkan pelajar
2) Kelemahan metode tanya jawab
- Guru hanya memberikan giliran pada pelajar tertentu saja
- Hanya dikuasai oleh siswa yang pandai

w. Metode Katekesmus

Metode katekesmus merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran


dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan.

1) Kelebihan metode katekesmus


- Keseragamaan dan kemurnian pengetahuan akan terjamin
- Memudahkan cara mengajar guru karena pelajaran telah tertulis
dalam buku
2) Kelemahan metode katekesmus
- Daya jiwa yang dikembangkan hanya ingatan atas jawaban tertentu
saja
- Kurang memberi rangsangan pada siswa karena bahan sudah
tersedia baik pada guru maupun siswa
- Inisiatif para siswa terkekang

x. Metode Prileksi

Metode prileksi merupakan suatu cara menyajikan pelajaran dengan


menggunakan bahasa lisan, menyuruh para pelajar mendiskusikan,
menganalisa, membanding-bandingkan dan akhirnya menarik kesimpulan dari
apa yang disajikan untuk mencapai tujuan pengajaran.

1) Kelebihan metode prileksi


- Pelajar dan guru sama-sama aktif
- Menimbulkan kompetisi yang sehat antar siswa
2) Kelemahan metode prileksi
- Banyak waktu yang digunakan
- Kecekatan dan pengetahuan banyak dituntut dari guru dan siswa

y. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu
pelajar dihadapkan kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka
mewujudkan tujuan belajar.

1) Kelebihan metode proyek


- Pelajar menjadi aktif
- Terbentuk pribadi yang bulat dan harmonis
2) Kekurangan metode proyek
- Menghabiskan banyak waktu
- Harus ada persiapan yang mantap

z. Metode Penyajian Sistem Regu (Team Work)

Metode penyajian sistem regu merupakan metode penyajian dengan


seorang guru yang dibantu tenaga teknis atau team guru dalam menjelaskan
suatu persoalan atau obyek belajar. Sistem beregu ditangani lebih dari dua orang
guru.

1) Kelebihan metode penyajian sistem regu


- Interaksi belajar mengajar akan lebih lancar
- Siswa memperoleh pengetahuan yang luas dan mendalam karena
diberikan oleh beberapa guru
- Guru lebih ringan tugas mengajarnya sehingga cukup waktu untuk
menyiapkan diri dalam membuat perencanaan
2) Kelemahan metode penyajian sistem regu
- Bila seorang guru yang tidak mendapatkan giliran mengajar tidak
memanfaatkan waktu untuk belajar lebih lanjut atau membuat
perencanaan lebih matang

aa. Metode Mengajar Berprogama

Metode mengajar berprogama adalah cara menyajikan bahan pelajaran


dengan menggunakan alat tertentu untuk mencapai tujuan pengajaran.
1) Kelebihan metode berprogama
- Pelajar menjadi aktif karena ikut memperagakan alat tersebut
- Pelajar akan cepat mengetahui hasil dan kelemahannya
2) Kelemahan metode berprogama
- Suka menyusun programa dari setiap mata pelajaran
- Memproduksi alat-alat pengajar membutuhkan biaya dan tenaga yang
mahal dan banyak
- Teaching machine itu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan
pelajar

bb. Metode Musyawarah

Metode musyawarah adalah cara menyajikan bahan pelajaran melalui


perundingan untuk mencapai musyawarah bersama.

1) Kelebihan metode musyawarah


- Memperluas dan memperdalam pengetahuan pelajar tentang pokok
yang telah dimusyawarahkan
- Memupuk dan membina kerjasama serta toleransi
- Dapat terintegrasi mata pelajaran-mata pelajaran
- Mudah dilaksanakan
- Baik diigunakan untuk saling bertukar pikiran
2) Kelemahan metode musyawarah
- Memakan waktu yang banyak
- Sukar dilaksanakan untuk pelajar yang masih duduk dikelas rendah
sekolah dasar, karena mereka belum mempunyai pengetahuan dan
pengalaman yang banyak
- Hasil musyawarah belum tentu benar

cc. Metode Mind Mapping

Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa.


Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa
berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatiu jawababan,
presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap
kelompok, evaluasi dan refleksi

1) Kelebihan metode mind mapping


- Permasalahan yang disajikan terbuka
- Siswa berkelompok untuk menanggapi
- Dapat malatih siswa ntuk saling bekerja sama dalam diskusi
- Sangat cocok untuk menglang kembali pengetahuan awal siswa
2) Kelemahan metode mind mapping
- Banyak membutuhkan waktu
- Sulit untuk mengalokasikan waktu
- Tuntutan bagi siswa terlalu membebani

dd. Metode Quantum

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik


orkestra-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis,
interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua
berbicara-bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap
usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhkan minat dengan
AMBak, alami-dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai
konsep, demonstrasikan melalui presentasi-komunikasi, ulangi dengan Tanya
jawab-latihan-rangkuman, dan rayakan dengan reward dengan senyum-tawa-
ramah-sejuk-nilai-harapan.

Rumus quantum fisika adalah E = mc2, dengan E = energi yang diartikan


sukses, m = massa yaitu potensi diri (akal-rasa-fisik-religi), c = communication,
optimalkan komunikasi + dengan aktivitas optimal.

1) Kelebihan metode Quantum


- Suasana yang diciptakan kondusif, kohesif, dinamis, interaktif,
partisipatif, dan saling menghargai
- Setiap pedapat siswa sangat dihargai
- Proses belajarnya berjalan sangat komunikatif
2) Kelemahan metode Quantum
- Tidak semua guru dapat menciptakan suasana kondusif, kohesif,
dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai
- Berlabiahan member reward pada siswa

ee. Metode TGT (Teams Games Tournament)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen,


tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap
kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan
dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar
kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi
permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut,
santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil
kelompok sehingga terjadi diskusi kelas.

Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa


pertemuan, atau dalam rangaka mengisi waktu sesudah UAS menjelang
pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:

- Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi


pokok materi dan mekanisme kegiatan
- Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap
meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh
siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya
sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah.
Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesewpakatan kelompok.
- Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil
kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya
untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda
nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai,
sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus
skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan
skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very good,
good, medium.
- Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-
keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja
turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam
kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja
turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
- Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor
individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
1) Kelebihan metode TGT (Teams Games Tournament)
- Melatih siswa untuk bekerjasama dalam kelompok diskusi
- Suasana belajar nyaman, menyenagkan dan kondusif
- Tercipta suasana kompetisi antara kelompok diskusikecil
2) Kelemahan metode TGT (Teams Games Tournament)
- Tidak efisien waktu
- Hanya dilaksanakan pada luang waktu selasai UAS
- Belajarnya kurang efektif karena hanya bersifat games

ff. Metode Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran


harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat,
berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bahwa
belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya,
representasi, hipotesis.

Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan


cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok
mengerjakan LKSD-modul, membaca- merangkum.

1) Kelebihan metode reciprocal learning


- Mengedepankan bagaimana belajar yang efektif
- Menekankan pada siswa bagaimana siswa itu belajar, mengingat,
berpikir, dan memotivasi diri
2) Kekurangan metode reciprocal learning
- Komunikasi kurang terjalin
- Terlalu berpusat pada siswa

gg. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara mengajar dengan cara memecahkan


masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing
mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

Tujuan metode ini adalah

- Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis,


mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-
pikirannya.
- Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang
didasarkan atas pertimbangan yang saksama

Macam-macam diskusi yaitu

- Diskusi Publik
- Diskusi Fish Bowl
- Diskusi Panel
- Diskusi Simposium
- Diskusi Kolokium
1) Kelebihan metode Diskusi
- Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan komunikan
- Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis
- Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis,
mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikiranny
2) Kekurangan metode Diskusi
- Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
- Tidak semua argument bias dilayani atau di ajukan untuk dijawab
hh. Metode Penugasan

Suatu cara mengajar dengan cara memberikan sejumlah tugas yang


diberikan guru kepada murid dan adanya pertanggungjawaban terhadap
hasilnya. Tugas tersebut dapat berupa:

- Mempelajari bagian dari suatu teks buku


- Melaksanakan sesuatu yang tujuannya untuk melatih kecakapannya
- Melaksanakan eksperimen
- Mengatasi suatu permasalahan tertentu
- Melaksanakan suatu proyek
1) Kelebihan metode penugasan
- Melatih siswa untuk menjadi tangungjawab
- Melatih siswa untuk bias belajar mandiri
2) Kekurangan metode penugasan
- Kadang siswa kurang memahami tugas yang diberikan guru
- Membutuhkan waktu relative lama

ii. Metode Praktek

Metode mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik


menggunakan alat atau benda dengan harapan anak didik mendapatkan
kejelasan dan kemudahan dalam mempraktekan materi yang dimaksud.

1) Kelebihan metode Praktek


- Siswa lebih mudah mengerti dan memahami
- Siswa bisa langsung mempraktekan setelah mensdapatkan teori
2) Kekurangan metode Praktek
- Ketidakkesediaan alat peraga atou prasana yang mendukung
- Biasanya membutuhkan biaya lab. Yang mahal

jj. Metode Koperatif (CL, Cooperative Learning).


Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih
dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-
sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan
belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan


cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,
menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar
kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.

Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi,


membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok,
dan pelaporan.

1) Kelebihan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning)


- Mendorong siswa untuk berfikir dan atas inisiatifnya sendiri, bersifat
obyektif, jujur, dan terbuka
- Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang
- Dapat membentuk dan mengembangkan sel consept pada diri siswa
- Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
belajar yang baru
2) Kekurangan metode Koperatif (CL, Cooperative Learning)
- Siswa perlu memerlukan waktu menggunakan daya otaknya untuk
berfikir memperoleh pengertian tentang konsep

kk. Metode Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning)


Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model
pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan
aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang
tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis,
suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis),


interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis,
generalisasi, dan inkuiri

1) Kelebihan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)


- Melatih siswa untuk berlatih menyelesaikan masalh dalam kehidupan
sehari- hari
- Merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi siswa
- Suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman
dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal
2) Kekurangan metode Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
- Sulitnya membentuk watak siswa dan pembiasaan tingkah laku

ll. Metode SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa


belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI
sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-
on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory
yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan,
menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan
menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra
mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca,
menggunakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa
belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah
dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar,
menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi,
memecahkan masalah, dan menerapkan.

mm. Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau penyajian materi


melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas
dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap siswa atau
kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda.

Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses


pembelajaran, maka

- Tugas harus bisa dikerjakan oleh siswa atau kelompok siswa


- Hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh
siswa dari satu kelompok dan ditanggapi oleh siswa dari kelompok
yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta
- Di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat.

nn. Metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran


yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility)
dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih
dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-
interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk
berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutynya siswa juga
diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian
model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan
membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik


(gunakan gambar, diagram, table), kembangkan permasalahan sesuai dengan
kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan
rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).

Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran,


perhatikan dan catat respon siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat
kesimpulan.

1) Kelebihan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)


- melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi,
kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisas
- Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara,
atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban,
jawaban siswa beragam
2) Kekurangan metode Problem Terbuka (OE, Open Ended)
- Terlalu mementingkan proses daripada produk yang akan
membentiuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.

oo. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di


mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti
suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan
banyak dilakukan pada pendekatan pembelajaran analisis sistem terhadap
produk teknik atau bahan.

Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan individual atau kelompok.


Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan atau jumlah alat yang
tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi, bila alat yang
tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.

pp. Metode Tutorial/Bimbingan


Metode tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada
siswa baik secara perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda
yang lain, dalam pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak
sekali digunakan, khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja
kelompok.

Peran guru sebagi fasilitator, moderator, motivator dan pembimbing


sangat dibutuhkan oleh siswa untuk mendampingi mereka membahas dan
menyelesaikan tugas-tugasnya

Penyelenggaraan metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut


ini:

- Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar Pengerjaan Kayu 2, jam


pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan klasikal untuk
menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
- Kemudian para siswa dibagi menjadi empat kelompok untuk
membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan
rotasi antar kelompok.
- Sementara para siswa mempelajari maupun mengerjakan tugas-
tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar, menjelaskan
teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
- Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh kebiasaan tentang
bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri dan
berfikir sendiri.

qq. Dua Tinggal Dua Tamu

Teknik belajar dua tinggal dua tamu dan bisa digunakan bersama dengan
teknik kepala nomor. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.

Langkah-langkahnya :

- Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat


- Siswa bekerja sama dalam kelompok tersebut
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke
dua kelompok lain
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu
- Tamu kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

rr. Metode Karyawisata (Field-Trip)

Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri,


berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti
kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak siswa ke
gedung pengadilan untuk mengetahui system peradilan dan proses pengadilan,
selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat
yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata
dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.

1) Langkah- langkah Pokok dalam Pelaksanaan Metode Karyawisata


- Perencanaan Karyawisata
- Merumuskan tujuan karyawisata.
- Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
- Menetapkan lamanya karyawisata.
- Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.
- Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.
2) Pelaksanaan Karyawisata
- Fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata
denganbimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada
tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.
3) Tindak Lanjut
- Pada akhir karyawisata siswa diminta laporannya baik lisan maupun
tertulis, mengenai inti
ss. Metode Curah Pendapat

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka


menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari
semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat
ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta
lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk
ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan)
pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda.
Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta
gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama.

tt. Metode E-Learning

Metode Pembelajaran Berbasis E-learning adalah Kegiatan pembelajaran


yang memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, & WAN) sebagai media
penyampaian, interaksi, dan fasilitas.

1) Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis E-learning


- Proses pembelajaran tidak terbatas pada waktu dan tempat
- Penyampaian materi dapat dilakukan secara lebih jelas dan setiap
waktu
- Pengerjaan tugas yang lebih singkat dan cenderung berkembang
- Acuan materi yang tak terbatas
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Berbasis E-learning
- Interaksi dalam pembelajaran sangat minim
- Sosialisasi antar siswa terbatas.(hanya lewat tulisan, audio dan
video / tidak bertemu langsung)

D. Aktivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di kelompoknya
masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur

E. Tugas

Setelah menelaah dan mendiskusikan uraian materi di atas, selanjutnya


rancanglah sebuah metode mengajar yang dapat mengaktualisasikan potensi
dan meningkatkan kreativitas peserta didik.

F. Rangkuman

Berbicara masalah pendidikan peserta didik kiranya tak bisa lepas dari
pemahaman tentang perkembangan jiwa peserta didik. Peserta didik bukanlah
sekadar robot yang bisa diprogram begitu saja sehingga bisa bergerak atas
kemauan guru atau orang tua. Peserta didik adalah individu unik yang
mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-
masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman
sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa
diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sungguh
memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekadar perlakuan
kolektifikasi.
Metode pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran

Dari semua metode mengajar yang telah disebutkan di atas memiliki


kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode akan cocok diterapkan
dalam suatu suasana belajar mengajar apabila metode tersebut cocok dengan
suasana yang sedang berlangsung, sesuai dengan kondisi yang sedang dialami
oleh peserta didik. Tidak ada metode yang paling baik yang ada hanyalah
bagaimana cara seorang pendidik mampu melihat kondisi anak didiknya untuk
menerapkan metode mengajar yang paling cocok untuk peserta didiknya.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Umpan balik diberikan oleh instruktur, baik dalam diskusikan kelompok


maupun dalam diskusi kelas.

H. Kunci Jawaban

Tidak disediakan kunci jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Arhur, L., dkk. 1998. Programming and Planning in Early Childhood


Education.Sydney: Harcourt Brace and Company.

Clark, RI,. & Naohiro Ogawa, 1997. Transition from Career to Retirement
inJapan, dalam Industrial Relations : A Journal of Economy and
Society.Vol. 36. No.2 April 1997. p.255-270, Institute of Industrial Relations,
University of California at Berkeley, Blackwell Publisher, Boston MA
&Oxford, UK

Crain,W. 2000. Theories of Development; Concepts and Application. New Jersey


Prentice Hall.

Departemen Kesehatan RI .1998). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia


LanjutBagi Petugas Kesehatan II Materi Pembinaan.

Dreyer, Philip .H.. Postretirement Satisfaction, dalam Spacapan, S. & Stuart

Oskamp. 1998. The Social Psychology of Aging. Sage Publication : Newbury


Park.

Elida Prayitno, 1991/1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud

Gulo ,W . 2002 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Grasindo.


Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito

Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak, jilid 1. a.b Meitasari Tjandrasa dan


Muslichah. Jakarta: Erlangga

Hurlock, E.B 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta; Penerbit Erlangga

Hurlock, Elizabeth B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London

Karo – Karo, Ulihbukit . 1981 .Metodologi Pengajaran.Salatiga:CV Saudara.

Kartari . 1993. Study of the Determinants of Healthy Aging and Age-Associated


Diseases in the Indonesian Population. Final Report. Non Cominicable
Disease Centre. National Institute of Health Research & Development.
Ministry of Health. Jakarta.

Kartini Kartono, 1981. Psikologi Abnormal. Bandung: Penerbit Alumni.

Lafrancois, Guy R. 1984. The Lifespan. Wadsworth Publishing Company .


Belmont. California.

Laurence Steinberg, 1993. Adolescence. New York: McGraw-Hill Inc.Mappiare,


A. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Nasional

Monks F.J. Knoer A.M.P & Siti Rahayu H. 1984. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta; Gadjahmada University Press.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. 1998. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Murniati Sulasti, 1986. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: FIP : IKIP


Yogyakarta

N.K. Roestiyah. 1991 . Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta

Partini, S. 1996. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : IKIP Yogyakarta

Rayburn, W.F. dan Carey, J.C., 2001. Obstetri dan Ginekologi, a.b. H.TMA
Chalik. Jakarta: Widya Medika.

Rice, P. 2001. Human Development. New Jersey : Prentice Hall

Richard M Lerner & David F. Hultsch. 1983. Human Development. A Life Span

Perspective. New York: McGraw Hill Book Company.

Rochmat Wahab & Solohuddin, 1998/1999. Perkembangan dan Belajar


PesertaDidik. Jakarta: Depdikbud.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Media Prenada


Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development, Jilid I, (Terjemahan).Jakarta:
Erlangga.

Santrock, J.W.S. 1997. Life Span Development. Sidney: Brown and Benckark.
(sudah diterjemahkan)

Sudjana, Nana. 1989 . Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.

Tarmansyah, 1996. Gangguan Komunikasi. Jakarta: Depdikbud. Weeks, John R.


1989. Population : An Introduction to Concepts and Issues.Ed.ke-4.
Wadsworth Publishing Company :Belmont .

Tim D II PGSD. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Perss.

Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Yamin, Martinis.2003.MetodePembelajaran yang Berhasil. Jakarta:Sasana Mitra


Suksesa.

Anda mungkin juga menyukai