A. Latar Belakang
Karakter peserta didik adalah watak, kejiwaan dan sifat-sifat khas yang
dibawa anak semenjak lahir, sebagai identitas diri yang membedakan dirinya
dengan orang lain. Masing-masing anak didik memiliki karakter yang berbeda,
bahkan peserta didik yang kembar sekalipun akan berbeda karakternya. Karakter
seseorang peserta didik akan terlihat dari cara dia bertutur kata, bersikap dan
berprilaku. Semua aktivitas yang tampak secara kasat mata merupakan
perwujudan dari watak, jiwa dan sifat anak didik.
B. Tujuan
C. Peta Kompetensi
Kompetensi Inti :
1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik,
intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual dan latar belakang sosial-
budaya
6.1. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong
peserta didik mencapai prestasi secara optimal
D. Ruang Lingkup
Secara umum, modul ini membahas tentang:
- Karakterisik peserta didik
- Perkembangan peserta didik dari berbagai aspek
- Potensi peserta didik
- Metode pembelajaran yang dapat mengaktualisasikan potensi peserta
didik
1. Pendahuluan
1. Bagi Pendidik
a. Faktor Internal
1) Kondisi Fisik
Faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada
faktorgenetik yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Faktor ini dimulai
dari masa pembuahan sel telur oleh sel jantan. Unsur-unsur di dalam
struktur genetik inilah yang memprogramkan tumbuhnya sel tubuh pada
manusia. Gen inilah yang menentukan warna rambut, kulit, ukuran tubuh,
jenis kelamin, kemampuan intelektual, serta emosi (Atkinson, 1991).
Potensi genetik inilah yang akan berinteraksi dengan lingkungan sehingga
membentuk individu tersebut tumbuh dan berkembang.
2. Kondisi Psikis
1) Lingkungan Fisik;
a) Faktor Psikososial.
E. Tugas
Diskusikanlah :
F. Rangkuman
H. Kunci Jawaban
Kegiatan Pembelajaran 2
Teori-Teori Perkembangan
A. Tujuan
C. Uraian Materi
a. Teori Psikodinamika
1) Behaviorisme
c. Teori Humanistik
Fase Perkembangan
Fase 1 : 0 – 15 th Pertumbuhan biologis progresif; anak di rumah;
hidupberpusat pada kepentingan yang sempit,
sekolah, keluarga
Fase 2 : 16 – 27 th Pertumbuhan biologis lanjut, kedewasaan seksual;
perluasanaktivitas, penentuan diri; meninggalkan
keluarga, memasukikegiatan independen dan relasi
personal
Fase 3 : 28 – 47 th Stabilitas biologis; periode puncak; periode yang
lebih baikdari pekerjaan profesional dan kreatif;
banyak hubunganpersonal dan sosial
Fase 4 : 48 – 62 th Kehilangan fungsi produktif, penurunan
kemampuan;penurunan dalam aktivitas; kehilangan
personal, keluarga,ekonomi; transisi ke fase ini
ditandai oleh krisis psikologis;periode instrospeksi
Fase 5 : 63 th &> Penurunan biologis, meningkatnya penyakit;
pengundurandiri dari profesi; penurunan dalam
sosialisasi, tapi meningkatdalam hobi, pencarian
individu; periode retrospeksi,perasaan pemenuhan
atau kegagalan.
Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat
burukatau beperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan,
persahabatan, dandukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional
positive regard(memberikan dukungan dan apresiasi individu tanpa
menghiraukan perilaku yangtak pantas secara sosial), bukan karena kita
panta mendapatkannya, tapi karenakita adalah manusia yang berharga
dan mulia. Dengan itu semua, kita bisamenemukan harga diri dan
kemampuan mencapai ideal-self kita sendiri. Tanpaunconditional positive
regard kita tidak bisa mengatasi kekurangan kita danmenjadi orang yang
berfungsi sepenuhnya.
d. Teori Kognitif
Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya dapat
membantuseorang anak “mencapai” konsep atau kecakapan baru dengan
memberikaninformasi yang mendukung. Vygotsky percaya hal ini dapat
dilakukan bukanhanya oleh pendidik tetapi juga oleh kelompok anak yang
telah memilikikecakapan yang diinginkan.
e. Teori Ekologi
1) Lorentz: Imprinting
D. Aktifivitas Pembelajaran
E. Tugas
H. Kunci Jawaban
Prinsip-Prinsip Perkembangan
A. Tujuan
C. Uraian Materi
d. Prinsip interaksi
D. Aktifivitas Pembelajaran
E. Tugas
F. Rangkuman
A. Tujuan
C. Uraian Materi
a. Periode Germinal
b. Periode Embryonic
c. Periode Fetal
trimester mulai dari periode germinal sampai fetal dapat dirinci ke dalam
tigatabel yang disajikan berikut ini (Santrock, 2002).
Tabel 3. Pertumbuhan fetal pada trimester pertama (3 bulan pertama)
a. Faktor lingkungan
1) Faktor ekstern yang diperkirakan mempengaruhi tingkah
laku pos-natal antara lain:
- Sinar rontgen dapat mempengaruhi tingkah laku motorik,
gerakbebas, pembuangan, aktivitas, belajar diskriminatif dan
tingkah lakupersetubuhan. Akibat penyinaran memiliki
hubungan dengan usiakehamilan dan banyak sedikitnya
penyinaran pada satu pihak denganbesar kecilnya akibat
yang ditimbulkan, makin banyak dosispenyinaran makin
buruk akibatnya.
- Pemakaian obat-obat penenang seperti softenon atau
thalidomiddapat mengakibatkan cacat berat. Penelitian
antara tahun 1959 –1962 menemukan bahwa cacat yang
disebabkan thalidomid terjadiantara hari ke 34 dan ke 50,
jadi antara minggu kelima dan ketujuhusia kehamilan.
Usaha-usaha pengguguran kandungan
denganmenggunakan obat-obatan yang lain pada usia
kehamilan awal dapatmenyebabkan gangguan-gangguan
perkembangan.
b. Sikap ibu
Ada anggapan bahwa sikap menolak dari pihak ibu terhadap janin
dalamkandungan akan diteruskan sesudah anak dilahirkan. Namun hasil
penelitianGeissler di Jerman Timur dan Sears et al di Amerika (dalam
Monks, dkk., 1992)menunjukkan bahwa lebih dari 90% jumlah ibu yang
semula menolak, berubahmempunyai sikap yang positip terhadap anak
sesudah dilahirkan. Geissler dalampenelitian longitudinal menunjukkan
bahwa ada perubahan sikap ibu terhadapanak yang dikandungnya, yakni
dari sikap positip ke negatif, dan dari sikapnegatif ke positif, dan sikap
yang berubah-ubah itu akhirnya menjadi positif, yaitusikap menerima
terhadap anak yang dilahirkan.
D. Aktifivitas Pembelajaran
E. Tugas
Diskusikan tentang:
F. Rangkuman
H. Kunci Jawaban
Tidak disediakan kunci jawaban.
Kegiatan Pembelajaran 5
A. Tujuan
C. Uraian Materi
Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang
menentukandalam teori bahasa, yakni:
D. Aktifivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di
kelompoknya masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang
lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan\
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur
E. Tugas
Diskusikanlah!
F. Rangkuman
H. Kunci Jawaban
Tidak disediakan kunci jawaban.
Kegiatan Pembelajaran 6
A. Tujuan
C. Uraian Materi
a. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum
memasukimasa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang
tenang inidiperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan
akademik.Anak menjadilebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar
berbagai keterampilan. Kenaikantinggi dan berat badan bervariasi antara
anak yang satu dengan yang lain. Perankesehatan dan gizi sangat
penting dalam pertumbuhan dan perkembangananak.
b. Perkembangan Kognitif
Pada masa ini anak mampu berfikir logis mengenai objek dan
kejadian,meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret,
dapat digambarkanatau pernah dialami. Meskipun sudah mampu berfikir
logis, tetapi cara berfikirmereka masih berorientasi pada kekinian. Baru
pada masa remajalah anak dapatbenar-benar berfikir abstrak,
membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagaikemungkinan dimana
anak sudah mencapai tahapan berfikir operasi formal.Anak telah mampu
menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatanmental,
mulailah digunaka logika.Misalnya : Seorang anak yang berusia 8 tahun
diberi 3 balok yang salingberbeda ukurannya, yaitu balok X,Y dan Z. Anak
akan dengan tepat mengatakanbahwa balok X lebih besar daripada balok
Y, balok Y lebih besar daripada balokZ, dan balok X lebih besar daripada
balok Z. Anak dapat berfikir secara logistanpa harus membandingkan
pasang demi pasang secara langsung.
4. Perkembangan Bicara
5. Kegiatan bermain :
6. Perkembangan Moral
7. Minat Membaca
D. Aktifivitas Pembelajaran
E. Tugas
Diskusikanlah!
F. Rangkuman
Masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:
H. Kunci Jawaban
Kegiatan Pembelajaran 7
C. Uraian Materi
Ditilik dari usia, SLTP (SMP dan MTs) dan SLTA (SMA, MA, dan SMK)
termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode
dalam rentang kehidupan siswa. Menurup Konopka (Pikunas, 1976) fase ini
meliputi (1) remaja awal: 12 – 15 tahun, (2) remaja madya: 15 – 18 tahun, dan
(3) remaja akhir: 19 – 22 tahun. Jika dilihat dari klasifikasi usia tersebut, maka
siswa sekolah menengah (SLTP dan SLTA) termasuk ke dalam kategori remaja
awal dan madya.
1. Aspek Fisik
a) Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Postur tubuh anak pada masa kanak-kanak awal ada yang berbentuk
gemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik) dan ada juga yang relatif kurus
(ektomorfik). Perbandingan tubuhnya sangat berubah tidak lagi seperti bayi,
namun gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur-angsur berkurang dan
tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata (tidak buncit), dada
lebih bidang dan rata, bahu lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih
panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
b) Perkembangan motorik
2. Aspek Intelektual
a) Perkembangan kognisi
Menurut Karl Buhrel seorang anak harus mengalami tiga fungsi bahasa di
atas yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat apabila lingkungan
memberikan masukan pada anak tersebut, karena perkembangan bahasa anak
dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru atau diimitasi, maka tidak ada
input perkembangan bahasa. Selain itu perlu adanya respon dari keliling, yakni
dari orang-orang yang ada di sekitar anak untuk menanggapi tingkah laku anak.
3. Perkembangan Sosial-Emosional
Pada Masa Kanak-Kanak Awal Banyak keluarga dan pendidik anak usia
dini menekankan pentingnya perkembangan sosial selama masa kanak-kanak
awal atau tahun-tahun prasekolah. Aspek-aspek perkembangan sosial emosional
anak-anak prasekolah dapat menjadi bagian integral dari perkembangan area
lainnya, seperti perkembangan aspek kognitif dan perkembangan motorik.
Hal lain yang penting ialah anak membutuhkan waktu, ruang, dan
kebebasan untuk mengembangkan permainan mereka, agar seluk beluk dan
detil-detil permainan tidak terbatasi. Beberapa permainan drama seperti
superhero dapat mengarah ke perilaku agresi anak. Tetapi makin dilarang, akan
membuat permainan itu makin atraktif. Oleh karena itu dengan penekanan pada
aspek-aspek positif dari permainan tersebut akan lebih efektif daripada sekedar
melarangnya.
Sebagai pendidik anak usia dini perlu mengetahui bahwa bermain adalah
medium/sarana belajar yang luar biasa ampuhnya bagi anak-anak kecil.
Permainan dengan memberi pengalaman terbuka seperti bermain tanah liat akan
lebih bermanfaat daripada permainan yang mengharuskan anak menghasilkan
suatu produk yang telah ada ketentuan-ketentuannya. Sebagai pendidik, kita
juga dapat mengetahui lebih banyak tentang abilitas anak dengan mengamati
proses bermain anak daripada sekedar menjatuhkan vonis kepada anak dengan
predikat kegagalan ketika mereka tidak berhasil mereproduksi secara tepat
produk yang disyaratkan.
Apabila seorang anak tidak dapat mengatasi konflik sosial secara verbal,
maka ia akan beralih menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasinya. Dalam
hal ini, pendidik perlu membantu anak bagaimana cara mengungkapkan
perasaannya secara verbal, dan mengatasi konflik sosial yang ada secara verbal
pula. Misal, "Harap jangan mengambil balok biru itu dari saya, saya
membutuhkannya untuk membuat bangunan rumah". Dengan demikian pendidik
telah membantu anak menyatakan perasaannya, dan mengatasi situasi konflik
sosial dengan model yang baik.
Pada usia kurang lebih 2 tahun, anak menggunakan istilah yang berkaitan
dengan gender seperti "anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu,", dan
cenderung menunjukkan kesenangannya pada mainan yang sesuai dengan jenis
kelaminnya. Menjelang usia prasekolah, anak sering menerapkan sejumlah
hukum-hukum gender seperti "Anak perempuan tidak dapat menjadi polisi".
Hukum-hukum demikian sering mencerminkan pemahaman yang kurang benar
tentang perbedaan biologis antara wanita dan laki-laki, dan sekaligus merupakan
informasi yang stereotipi.
Pendidik anak usia dini mempunyai peranan penting untuk membantu
anak mengembangkan kesadaran akan gender mereka masing-masing, dan
memberikan lingkungan dimana stereotipi tenrang gender ditentang. Tidak kalah
pentingnya ialah mendorong anak untuk berpartisipasi dalam pengalaman yang
dapat melibatkan lintas gender.
Melalui interaksi anak dengan orang lain, ia segera menangkap apa yang
diharapkan dalam situasi sosial, dan anak akan sampai pada perkembangan
sejumlah pemahaman sosial. Misalnya, ada sejumlah peraturan sosial seperti
mengatakan “Tolong,...” "Terima kasih", kata-kata tersebut akan membantu
mereka mendapatkan objek yang mereka inginkan. Ketika anak berinteraksi,
mereka akan berhubungan dengan konsep tentang keadilan, kejujuran,
kewajiban, dan kebaikan. Oleh karena itu Damon menyatakan bahwa kesadaran
moral anak diperoleh dari pengalaman sosial yang normal.
Ketika anak-anak menjadi semakin sadar akan sudut pandang orang lain,
dan pengaruh mereka sendiri yang kuat dalam berbagai situasi, mereka akan
memiliki kesempatan lebih banyak untuk menjadi semakin sadar akan hukum
dan adat tentang apa yang dikehendaki masyarakat dalam interaksi mereka
dengan orang lain. Kesadaran ini digambarkan sebagai basis bagi
perkembangan moral.
Ada perbedaan antara anak perempuan dengan anak laki-laki dalam sudut
pandangnya. Banyak anak perempuan merasa lebih senang dengan sudut
pandang "memperhatikan", yang menekankan hubungan interpersonal dan
perhatian untuk orang lain. Sedangkan anak laki-laki lebih umum menggunakan
“keadilan” sebagai sudut pandangnya.
7. Tugas-Tugas Perkembangan
Seperti fase perkembangan sebelumnya dan juga fase-fase yang lain,
maka menurut Havighurst fase kanak-kanak awal ini juga disertai tugas-tugas
perkembangan yang perlu dilakukan oleh seorang anak dengan baik, karena
dengan terpenuhinya tugas perkembangan ini dengan baik, seorang anak dapat
menjalani fase berikutnya dengan lebih lancar, dan menjalani kehidupannya
dengan bahagia (Havighurst, dalam Monks dkk, 1998). Adapun tugas-tugas
perkembangan pada masa kanak-kanak awal ini adalah sebagai berikut: Belajar
perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. Kontak perasaan dengan orang tua,
keluarga dan orang-orang lain. Pembentukan pengertian sederhana, meliputi
realitas fisik dan realitas sosial.Belajar apa yang benar dan apa yang salah;
perkembangan kata hati.
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di kelompoknya
masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara sumber
atau instruktur
E. Tugas
F. Rangkuman
Masa kanak-kanak awal terjadi pada rentangan usia 2 – 6 tahun, masa ini
sekaligus merupakan masa prasekolah, dimana anak umumnya masuk
Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak.
Dari pertumbuhan fisiknya, anak mengalami kemajuan yang makin
melambat apabila dibandingkan masa bayi, setiap tahun hanya terjadi
pertambahan tinggi 6,25 cm dan berat 2,5 – 3,5 kg. Perkembangan motorik
mengalami penyempurnaan dari keterampilan yang diperoleh sebelumnya. Pada
masa prasekolah, anak-anak sudah harus terampil mandi dan berpakaian
sendiri, mengikat tali sepatu sendiri. Beberapa keterampilan bermain yang
menggunakan tangan dan kaki juga sudah dikuasai dengan baik, selain itu
perkembangan motorik halus juga mengalami kemajuan, anak sudah mulai
menggambar, menggunting, dan keterampilan motorik halus lainnya.
H. Kunci Jawaban
Kegiatan Pembelajaran 8
A. Tujuan
1. Memahami potensi peserta didik
2. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta
didik mencapai prestasi secara optimal.
3. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
C. Uraian Materi
Bakat yang dimiliki peserta didik tidak terbatas pada satu keahlian. Jika bakat
tersebut dikembangkan bisa menjadi lebih dari dua keahlian yang saling
berkaitan. Misalnya jika peserta didik suka menyanyi tak jarang pula ia akan
berbakat menari. Jika peserta didik suka baca puisi biasanya peserta didik akan
punya bakat seni peran, dsb.
Bakat peserta didik juga berkaitan dengan bakat orangtua. Sekitar 60% bakat
peserta didik diturunkan dari orangtua, selebihnya dipengaruhi faktor lingkungan.
Bakat turunan bisa dideteksi dengan cara membandingkan peserta didik dengan
peserta didik lain. Peserta didik berbakat lebih cepat berkembang ketimbang
peserta didik lain seusianya, misalnya mereka lebih cepat dalam hal berhitung
soal matematik, menari, atau menghafal lagu jika dibandingkan dengan peserta
didik lainnya.
Peserta didik yang unggul dalam bidang tertentu belum tentu unggul di
bidang yang lain. Misalnya ada peserta didik yang unggul di bidang matematika,
namun ia kurang mampu menyanyi di depan kelas atau menggambar.
Sebaliknya peserta didik yang sudah sering tampil menyanyi di layar televisi,
mungkin kurang tangkas bila harus memecahkan soal-soal matematika yang
rumit di kelas. Kondisi semacam ini harus dipahami oleh guru. Kelebihan dan
kelemahan yang ada pada peserta didik hendaknya diperlakukan secara
seimbang. Dengan demikian potensi yang dipunyai peserta didik akan tumbuh
dan berkembang selaras dengan perkembangan ilmu yang mereka terima
melalui pembelajaran di sekolah maupun di lingkungannya.
Keberhasilan pendidikan terkait dengan kemampuan orang tua dan guru
dalam hal memahami peserta didik sebagai individu yang unik. Peserta didik
harus dilihat sebagai individu yang memiliki berbagai potensi yang berbeda satu
sama lain, namun saling melengkapi dan berharga. Mungkin dapat diibaratkan
sebagai bunga-bunga aneka warna di suatu taman yang indah, mereka akan
tumbuh dan merekah dengan keelokannya masing-masing.
a. Kecerdasan matematika-logika
Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam
berpikir secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika,
memahami dan menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah
dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta didik dengan
kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia
menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya.
Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan
memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila
kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik
ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan
kegiatan berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.
b. Kecerdasan bahasa
Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk
menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan,
dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk mengekspresikan gagasan-
gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi umumnya
ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan
penggunaan suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat
puisi, menyusun kata-kata mutiara, dan sebagainya. Peserta didik seperti ini
juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya terhadap nama-
nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka
cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
Dalam hal penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya
memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik
lainnya.
c. Kecerdasan musikal
Kecerdasan musikalmenunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk
dalam hal ini adalah nada dan irama. Peserta didik jenis ini cenderung
senang sekali mendengarkan nada dan irama yang indah, entah melalui
senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,
pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga
lebih mudah mengingat sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan
apabila dikaitkan dengan musik.
d. Kecerdasan visual-spasial
Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk
memahami secara lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang.
Peserta didik ini memiliki kemampuan, misalnya, untuk menciptakan imajinasi
bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk menciptakan bentuk-bentuk
tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi pemahat
patung atau arsitek suatu bangunan. Kemampuan membayangkan suatu
bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai masalah sehubungan
dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan
visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam
permainan mencari jejak pada suatu kegiatan di kepramukaan.
e. Kecerdasan kinestetik
Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara
aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk
berkomunikasi dan memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai
pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga, seperti
bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula
dijumpai pada peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat,
atau unggul dalam bermain sulap.
f. Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga mudah bersosialisasi dengan
lingkungan di sekelilingnya. Kecerdasan semacam ini juga sering disebut
sebagai kecerdasan sosial, yang selain kemampuan menjalin persahabatan
yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan seperti memimpin,
mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati
dari peserta didik yang lain, dan sebagainya.
g. Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonalmenunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali
berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri.
Peserta didik semacam ini senang melakukan instropeksi diri, mengoreksi
kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk memperbaiki
diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,
merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.
h. Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka
terhadap lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang
terbuka seperti pantai, gunung, cagar alam, atau hutan. Peserta didik dengan
kecerdasan seperti ini cenderung suka mengobservasi lingkungan alam
seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka macam flora
dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.
Bakat dan minat berpengaruh pada prestasi mata pelajaran tertentu. Dalam
satu kelas, bakat dan minat peserta didik yang satu berbeda dengan bakat dan
minat peserta didik yang lainnya. Namun setiap peserta didik diharapkan dapat
menguasai semua materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Dengan
bakat dan minat masing-masing, prestasi peserta didik pada mata pelajaran
tertentu akan berbeda dengan prestasi belajar peserta didik yang lain pada mata
pelajaran yang sama. Selain itu, prestasi peserta didik pada mata pelajaran yang
satu bisa berbeda dengan prestasinya pada pelajaran yang lain.
Ada tiga kelompok ciri keberbakatan, yaitu: (1) kemampuan umum yang
tergolong di atas rata-rata (above average ability), (2) kreativitas (creativity)
tergolong tinggi, (3) komitmen terhadap tugas (task commitment) tergolong tinggi.
Lebih lanjut Yaumil (1991) menjelaskan bahwa: (1) Kemampuan umum di atas
rata-rata merujuk pada kenyataan antara lain bahwa peserta didik berbakat
memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih banyak dan lebih maju
dibandingkan peserta didik biasa; cepat menangkap hubungan sebab akibat;
cepat memahami prinsip dasar dari suatu konsep; seorang pengamat yang tekun
dan waspada; mengingat dengan tepat serta memiliki informasi aktual; selalu
bertanya-tanya; cepat sampai pada kesimpulan yang tepat mengenai kejadian,
fakta, orang atau benda. (2) Ciri-ciri kreativitas antara lain: menunjukkan rasa
ingin tahu yang luar biasa; menciptakan berbagai ragam dan jumlah gagasan
guna memecahkan persoalan; sering mengajukan tanggapan yang unik dan
pintar; tidak terhambat mengemukakan pendapat; berani mengambil resiko; suka
mencoba; peka terhadap keindahan dan segi-segi estetika dari lingkungannya.
(3) komitmen terhadap tugas sering dikaitkan dengan motivasi instrinsik untuk
berprestasi, ciri-cirinya mudah terbenam dan benar-benar terlibat dalam suatu
tugas; sangat tangguh dan ulet menyelesaikan masalah; bosan menghadapi
tugas rutin; mendambakan dan mengejar hasil sempurna; lebih suka bekerja
secara mandiri; sangat terikat pada nilai-nilai baik dan menjauhi nilai-nilai buruk;
bertanggung jawab, berdisiplin; sulit mengubah pendapat yang telah diyakininya.
Munandar (1992) mengungkapkan ciri-ciri (indikator) peserta didik berbakat
sebagai berikut :
1) Indikator Intelektual/belajar
2) Indikator kreativitas
a. memiliki rasa ingin tahu yang besar
b. sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c. memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
d. mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu
e. mempunyai/menghargai rasa keindahan
f. mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh orang lain
g. memiliki rasa humor tinggi
h. mempunyai daya imajinasi yang kuat
i. mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinil)
j. dapat bekerja sendiri
k. senang mencoba hal-hal baru
l. mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi)
3) Indikator motivasi
a. tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b. ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c. tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi
d. ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan
e. selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya)
f. menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya)
g. senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas-
tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah
yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut)
h. mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)
i. senang mencari dan memecahkan soal-soal
b. Kecenderungan Minat Jabatan peserta didik
Kecenderungan minat jabatan peserta didik dapat dikenali dari tipe
kepribadiannya. Holland (1985) mengidentifikasikan tipe kepribadian seseorang
berikut ciri-cirinya. Dari identifikasi kepribadian peserta didik menunjukkan bahwa
tidak semua jabatan cocok untuk semua orang. Setiap tipe kepribadian tertentu
mempunyai kecenderungan terhadap minat jabatan tertentu pula. Berikut
disajikan kecenderungan tipe kepribadian dan ciri-cirinya.
Bagaimana hal ini dapat diwujudkan pada suasana pembelajaran yang dapat
dinikmati oleh peserta didik? Jawabannya adalah pembelajaran menggunakan
pendekatan kompetensi, antara lain dalam proses pembelajaran guru :
1. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bermain dan
berkreativitas,
2. memberi suasana aman dan bebas secara psikologis,
3. disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh mempunyai gagasan sendiri
dan dapat berpartisipasi secara aktif
4. memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara aktif.
Semua ini akan memungkinkan peserta didik mengembangkan seluruh
potensi kecerdasannya secara optimal. Suasana kegiatan belajar-mengajar yang
menarik, interaktif, merangsang kedua belahan otak peserta didik secara
seimbang, memperhatikan keunikan tiap individu, serta melibatkan partisipasi
aktif setiap peserta didik akan membuat seluruh potensi peserta didik
berkembang secara optimal. Selanjutnya tugas guru adalah mengembangkan
potensi peserta didik menjadi kemampuan yang maksimal.
6. Macam-Macam Metode Dalam Mengajar
a. Metode Demonstrasi
d. Metode Simulasi
e. Metode Seminar
Metode seminar adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh
beberapa orang dalam suatu sidang yang berusaha membahas / mengupas
masalah-masalah atau hal-hal tertentu dalam rangka mencari jalan
memecahkannya atau mencari pedoman pelaksanaanya.
g. Metode Ceramah
j. Metode Sandiwara
l. Metode Eksperimen
m. Metode Permainan
n. Metode Kasus
o. Metode Inquiry
Metode inquiry adalah teknik pengajaran guru didepan kelas dimana guru
membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti, dan membahas tugasnya
didalam kelompok kemudian dibuat laporan yang tersusun baik dan kemudian
didiskusikan secara luas atau melalui pleno sehingga diperoleh kesimpulan
terakhir.
p. Metode Microteaching
t. Metode Dialog
w. Metode Katekesmus
x. Metode Prileksi
y. Metode Proyek
Metode proyek adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran yaitu
pelajar dihadapkan kepada hal tertentu untuk mempelajari dalam rangka
mewujudkan tujuan belajar.
- Diskusi Publik
- Diskusi Fish Bowl
- Diskusi Panel
- Diskusi Simposium
- Diskusi Kolokium
1) Kelebihan metode Diskusi
- Terjadi interaksi yang tinggi antara komunikator dan komunikan
- Dapat membantu siswa untuk berfikir lebih kritis
- Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis,
mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikiranny
2) Kekurangan metode Diskusi
- Alokasi waktu yang sulit karena banyak memakan waktu
- Tidak semua argument bias dilayani atau di ajukan untuk dijawab
hh. Metode Penugasan
Teknik belajar dua tinggal dua tamu dan bisa digunakan bersama dengan
teknik kepala nomor. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.
Langkah-langkahnya :
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Penjelasan singkat dari nara sumber atau instrukturk
2. Pembagian kelompok diskusi
3. Peserta menelaah dan mendiskusikan uraian materi di kelompoknya
masing-masing dengan ditunjang oleh referensi yang lainnya
4. Diskusi kelas tentang jawaban pertanyaan atau latihan dari masing-
masing kelompok
5. Nara sumber atau instruktur memberikan tambahan penjelasan jika
diperlukan
6. Penarikan kesimpulan oleh peserta diskusi bersama dengan nara
sumber atau instruktur
E. Tugas
F. Rangkuman
Berbicara masalah pendidikan peserta didik kiranya tak bisa lepas dari
pemahaman tentang perkembangan jiwa peserta didik. Peserta didik bukanlah
sekadar robot yang bisa diprogram begitu saja sehingga bisa bergerak atas
kemauan guru atau orang tua. Peserta didik adalah individu unik yang
mempunyai eksistensi, yang memiliki jiwa sendiri, serta mempunyai hak untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan iramanya masing-
masing yang khas. Peserta didik bagaikan aneka macam bunga elok di taman
sari yang indah. Mereka memiliki pesonanya masing-masing sehingga tidak bisa
diseragamkan begitu saja atau dipangkas sama rata. Mereka sungguh
memerlukan perlakuan khusus dan individual selain sekadar perlakuan
kolektifikasi.
Metode pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran
H. Kunci Jawaban
DAFTAR PUSTAKA
Clark, RI,. & Naohiro Ogawa, 1997. Transition from Career to Retirement
inJapan, dalam Industrial Relations : A Journal of Economy and
Society.Vol. 36. No.2 April 1997. p.255-270, Institute of Industrial Relations,
University of California at Berkeley, Blackwell Publisher, Boston MA
&Oxford, UK
Joyce Bruce. Et al. 2000. Models of Teaching. 6th Ed. Allyn & Bacon: London
Monks F.J. Knoer A.M.P & Siti Rahayu H. 1984. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta; Gadjahmada University Press.
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., dan Haditono, S.R. 1998. Psikologi Perkembangan.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Rayburn, W.F. dan Carey, J.C., 2001. Obstetri dan Ginekologi, a.b. H.TMA
Chalik. Jakarta: Widya Medika.
Richard M Lerner & David F. Hultsch. 1983. Human Development. A Life Span
Santrock, J.W.S. 1997. Life Span Development. Sidney: Brown and Benckark.
(sudah diterjemahkan)
Sudjana, Nana. 1989 . Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.