Anda di halaman 1dari 32

Membangun Karakter Peserta Didik Melalui

Pendidikan Formal
Hakikat Karakteristik Peserta
Didik

Inisiasi ketujuh
Setiap peserta didik adalah individu yang memiliki sifat bawaan (heredity) tertentu. Peserta
didik merupakan pribadi dengan sifat-sifat kejiwaan atau karakter yang khas. Sifat-sifat
kejiwaan atau watak manusia yang khas ini pada umumnya disebut dengan karakteristik.

Karakteristik peserta didik, menurut Sardiman (2001:118), mengatakan bahwa karakteristik


siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari
pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-
citanya.

Karakteristik peserta didik adalah karakter dan gaya hidup setiap peserta didik serta nilai-nilai
yang berkembang pada diri mereka secara teratur sehingga tingkah laku mereka menjadi lebih
konsisten dan mudah diperhatikan.
Hamzah B. Uno (2007) megatakan bahwa karakteristik siswa
adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri
atas minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar dan berfikir, serta
kemampuan awal yang dimiliki.

Karakteristik peserta didik adalah karakter dan gaya hidup setiap


peserta didik serta nilai-nilai yang berkembang pada diri mereka
secara teratur sehingga tingkah laku mereka menjadi lebih
konsisten dan mudah diperhatikan.
Jenis-Jenis Karakteristik
Peserta Didik

Setiap manusia merupakan makhluk individu sekaligus makhluk sosial.


Sebagai individu, peserta didik memiliki karakteristik tertentu yang berkaitan
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinannya. Demikian pula sebagai makhluk
sosial, setiap peserta didik memiliki karakteristik tertentu dalam berinteraksi
dengan peserta didik lain atau dengan para guru.

Menurut N.A. Suprawoto, jenis-jenis karakteristik peserta didik itu meliputi


beberapa hal (http://nasuprawoto.wordpress.com/2012/08/15/karakteristik-peserta-
didik)
A.aspek emosional,
B.aspek sosial psikologis,
C.aspek sosial budaya,
E.aspek kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif terhadap faktor
lingkungan
Karakteristik yang Dominan pada
Peserta Didik

Adanya jenis-jenis karakteristik yang dominan pada peserta didik


menjadikan mereka memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Tidak ada satu pun manusia
yang benar-benar mempunyai kesamaan dengan manusia lainnya.

Oleh karena itu, perbedaan karakteristik di antara peserta didik merupakan suatu
hal yang alamiah. Apabila ada satu aspek yang sama pada peserta didik, misalnya
pada pertumbuhan fisiknya, pada aspek lainnya (contohnya perilaku) dan bakatnya
hampir pasti berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang dominan pada karakteristik peserta didik
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
Perbedaan Pada Karakteristik
Fisik

Perbedaan karakteristik fisik peserta didik dapat dilihat dari ukuran kecil
sampai ukuran besar. Proses karakteristik fisik peserta didik terjadi sejak sebelum
lahir hingga dia dewasa. Karakteristik fisik ini sifatnya dapat dilihat oleh indra
mata dan dapat diukur oleh satuan tertentu.

Perbedaan fisik peserta didik dapat pula dilihat dari kondisi fisik yang lengkap dan
sehat serta ada pula kondisi fisik peserta didik yang lengkap, tetapi kurang sehat.

Peserta didik dengan kondisi fisik kurang sehat akan lebih menuntut perhatian dari
guru dibandingkan dengan peserta didik yang sehat.
Perbedaan Pada Karakteristik
Psikologis

Dalam tinjauan psikologi, setiap peserta didik juga memiliki


perbedaan dalam minat, motivasi, dan kepribadiannya. Minat peserta
didik terhadap suatu pelajaran berbeda-beda, terutama apabila guru
menyajikan materi pelajarannya kurang menarik. Beberapa siswa yang
berminat terhadap mata pelajaran olahraga akan memperhatikan dan
mengikuti mata pelajaran olahraga tersebut secara terus-menerus dengan
rasa senang. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki minat terhadap mata
pelajaran olahraga akan mengikuti mata pelajaran olahraga dengan
bermalas-malasan.
Peserta didik juga berbeda-beda dalam bakat dan motivasi.
Tidak semua peserta didik mempunyai bakat dalam semua
mata pelajaran. Keberagaman peserta didik juga dapat dilihat
pada motivasi belajarnya. Ada peserta didik yang memiliki
kesiapan untuk belajar dengan penuh semangat, ada peserta
didik yang malas untuk belajar, dan ada pula peserta didik
yang hanya mau belajar setelah guru melakukan berbagai
pendekatan pembelajaran.
Lanjutan

Dalam hal kepribadian, ada siswa yang terbuka untuk sungguh-


sungguh mengikuti proses pembelajaran sehingga mudah bergaul
dan mempunyai banyak teman untuk berdiskusi
Perbedaan Pada Karakteristik
Inteligensi

Tingkat kecerdasan peserta didik berbeda-beda dalam mengikuti proses


pembelajaran. Ada peserta didik yang sangat pandai, ada yang pandai, ada yang
kurang pandai, dan ada peserta didik yang tidak pandai.

Peserta didik yang sangat pandai akan lebih cepat memahami materi pelajaran
dibandingkan dengan peserta didik yang pandai atau kurang pandai, apalagi jika
dibandingkan dengan peserta didik yang tidak pandai.
Perbedaan Pada Karakteristik
Bakat

Para peserta didik berbeda-beda dalam bakatnya. Seorang siswa yang berbakat
dalam seni baca puisi akan lebih cepat menyerap informasi dan menguasai teknik-
teknik seni membaca puisi dibandingkan dengan siswa yang tidak memiliki atau
kurang memiliki bakat.

Bakat peserta didik merupakan kecenderungan khusus yang dibawa sejak ia lahir,
suatu kekuatan yang dinikmati yang terealisasi menjadi nyata sesudah belajar atau
berlatih terlebih dahulu.
Perbedaan Pada Karakteristik
Lainnya

Mengekspresikan bakat peserta didik merupakan tugas guru agar bakat siswa
semakin berkembang dengan baik.

Gaya kognitif peserta didik berbeda-beda. Ada peserta didik yang memiliki
perilaku stabil dalam menerima, memikirkan, dan memecahkan masalah.

Ada pula peserta didik yang memiliki perilaku labil pada saat menerima,
memikirkan, dan memecahkan masalah.
Kematangan setiap peserta didik juga berbeda-beda. Ada
peserta didik yang tahan banting untuk menghadapi dan
mengatasi kesulitan serta bertanggung jawab terhadap tugas-
tugas yang diberikan kepadanya.

Ada pula peserta didik yang tidak kuat menghadapi hambatan


yang muncul dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaan-
pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Keragaman Karakteristik
Peserta Didik dan Implementasi
Tugas Guru dalam
Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, terdapat interaksi yang intensif dan


komprehensif antara guru dan peserta didik, baik dalam proses tanya jawab, latihan,
diskusi, maupun bimbingan.

Pada proses pembelajaran ini, sesungguhnya terjadi interaksi antara


kepribadian guru dan segala karakteristiknya dengan kepribadian peserta didik
yang juga memiliki karakteristik tertentu
Sebagai seorang pendidik, guru dituntut untuk mengakomodasi
keberagaman karakteristik peserta didiknya. Keberhasilan
pendidikan, selain ditentukan oleh kesiapan guru dalam
merancang dan mengelola pembelajaran, juga ditentukan oleh
keterampilan guru untuk mengakomodasi keberagaman
karakteristik peserta didik.

Dick, et al, menyebutkan bahwa yang menentukan


keberhasilan siswa dilakukan, dan penggunaan keterampilan
tersebut nantinya (Dick, et al, 2001: 95).
Pengembangan Potensi
Peserta Didik

Pengembangan Potensi Kognitif

Dalam konteks pendidikan, pengembangan potensi kognitif peserta didik harus


dilakukan melalui berbagai kegiatan pengamatan mengingat, berpikir, menciptakan,
serta membangun kreativitas seseorang.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses yang didasarkan atas
mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan sistem syaraf.

Makin bertambah umur seseorang, makin kompleks susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya. Terciptanya perubahan pada struktur kognitif
seseorang merupakan hasil dari akumulasi pengalaman dan kedewasaan yang terjadi
secara bertahap.
Lanjutan

Proses pengembangan kognitif (cognitive processes) seseorang akan


berkaitan erat dengan perubahan-perubahan pada pemikiran, inteligensi, dan
bahasa. Menghafal sebuah cerita atau menjawab sebuah soal dalam ujian dan
memecahkan suatu teka-teki silang adalah gambaran mengenai aktivitas
pengembangan kognitif. Minat dan tingkat kecerdasan peserta didik berbeda-beda.
Oleh karena itu, makin tinggi minat dan kecerdasan seseorang, makin cepat dan
mudah seseorang itu untuk mengatasi masalah yang dihadapinya.
Lanjutan

Pengembangan kognitif dimaksudkan agar individu mampu


mengembangkan kemampuan, ingatan, daya nalar, dan pemahamannya
terhadap simbol dan lain-lain.

Tingkat kecepatan pengembangan potensi kognitif peserta didik,


selain dipengaruhi oleh faktor internal, seperti faktor
bawaan, minat, dan bakat, juga dipengaruhi oleh
faktor eksternal, seperti faktor sosial ekonomi keluarga,
lingkungan sekolah, guru, dan lain-lain.
Pengembangan Potensi Fisik

Pengertian Pengembangan Potensi Fisik

Pengembangan potensi fisik berarti pengembangan pertumbuhan fisik


peserta didik. Anak harus memiliki perkembangan yang baik dalam potensi fisiknya
agar ia memiliki kesiapan belajar yang baik. Pengembangan potensi fisik peserta
didik dibagi menjadi empat periode utama. Dua periode ditandai dengan
pertumbuhan yang cepat, sedangkan dua periode lainnya dicirikan oleh periode
pertumbuhan yang lambat. Pada awal kelahirannya sampai anak usia enam bulan,
pertumbuhan anak sangat cepat.

Pada saat usia satu tahun, tingkat perkembangan fisiknya agak lambat dan
selanjutnya mulai stabil sampai anak memasuki usia remaja atau sampai tahap
kematangan kehidupan seksualnya.
Lanjutan

Hal ini dimulai ketika anak berusia delapan sampai anak berusia 12 tahun.
Mulai saat itu atau saat anak usia 15 atau 16 tahun, pertumbuhan fisiknya akan
cepat kembali yang biasanya disebut “ledakan pertumbuhan pubertas”. Tahap
selanjutnya memasuki periode pertumbuhan agak lambat kembali sampai anak
memasuki tahap dewasa. Tinggi badan yang sudah tercapai dalam periode ini
akan tetap sama ketika ia berusia tua, tetapi berat tubuh masih dapat berubah-
ubah
Pengembangan Potensi
Psikomotor

Manfaat Pengembangan Potensi Psikomotor

Peningkatan potensi psikomotor dapat dilakukan melalui pemberian latihan-


latihan. Peningkatan potensi psikomotor sangat penting karena akan memengaruhi
kemampuan peserta didik dalam menerima pelajaran. Pengembangan motorik
individu, menurut Hurlock (1996), sebagai berikut.

1. Melalui pengembangan motorik, anak akan dapat menghibur dirinya dan


mendapatkan perasaan senang.
Lanjutan

2. Melalui pengembangan motorik, anak dapat menanjak dari kondisi tidak berdaya
pada bulan-bulan pertama kehidupannya menjadi independen. Anak dapat bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain dan dapat berbuat untuk dirinya sendiri. Rasa
percaya diri akan tumbuh.

3. Peningkatan potensi psikomotorik sangat penting bagi perkembangan self


concept perkembangan anak.

Dapat dikatakan bahwa manfaat pengembangan potensi psikomotor pada anak


adalah membangun kelenturan gerak anak yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada kelancaran pencapaian prestasi belajarnya
Pengembangan Potensi Moral

Peranan Orang Tua Dan Guru Dalam Pengembangan Potensi Moral

Moral berasal dari bahasa Latin, yaitu mores, yang artinya tata cara, kebiasaan, dan adat.
Moralitas merupakan kebiasaan yang terbentuk dari standar sosial yang juga dipengaruhi oleh
luar individu. Moralitas dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, penghargaan, dan ketetapan yang
terjadi di bawah sadar tentang tindakan yang benar dan yang salah.

Setiap anak memiliki potensi moral. Agar anak memiliki moral yang kuat, potensi moral anak
harus dikembangkan. Pengembangan potensi moral anak ini berkaitan dengan aturan tentang apa
yang seharusnya dilakukan anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Pengembangan potensi
moral ini meliputi perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar
dan salah.

Segala hal yang berkaitan dengan nilai benar ataupun salah yang ada di sekeliling anak, baik di
sekolah maupun di rumah, akan menjadi media pendidikan bagi anak.
Lanjutan

Potensi moral anak sebaiknya dibangun sejak anak masih usia dini di
lingkungan terdekatnya, yakni di rumah, melalui pembiasaan dan
keteladanan, bimbingan, serta arahan dari orang tuanya.

Perlihatkan juga betapa kuatnya ayah ibu menerapkan aturan-aturan


normatif. Orang tua juga hendaknya mengamati pergaulan anak, termasuk
percakapan, sikap, dan perilakunya, agar mereka memiliki tingkat ketaatan
yang baik terhadap norma-norma moral.
Pengembangan Potensi
Emosional

Strategi pengembangan potensi emosional


Pengembangan potensi emosi pada anak identik dengan peningkatan
kecerdasan emosi anak. Beberapa ahli psikologi menyebutkan bahwa kecerdasan
intelektual (IQ) bukan faktor utama untuk menjamin kesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menjadi penentu sekitar 20% bagi kesuksesan hidup
seseorang. Selebihnya, yaitu 80%, kesuksesan hidup seseorang itu ditentukan oleh
kecerdasan emosional.

Stimulus yang tepat dari guru dan orang tua merupakan faktor penting dalam
pengembangan potensi emosional anak.
Lanjutan

Kecerdasan emosional merupakan kunci bagi anak untuk dapat


memiliki kecerdasan spiritual. Seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi (emotional quotient) tinggi memiliki peluang
yang lebih besar untuk memiliki kecerdasan spiritual. Goleman
(1995) menyatakan bahwa kurikulum sekolah harus ditujukan
untuk pengembangan kecerdasan emosi di sekolah
Pengembangan Potensi Sosial
dan Bahasa

Konsep pengembangan potensi sosial

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu saling bekerja sama dengan
manusia lain. Manusia selalu berkaitan dengan lingkungan sosialnya. Pengembangan
emosi anak memerlukan desain yang tepat agar tercipta lingkungan yang kondusif untuk
mendukung upaya pengembangan emosi yang baik.

Kemampuan sosial anak merupakan aspek yang sangat diperlukan karena berkaitan erat
dengan keberhasilan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
Perkembangan kemampuan bersosialisasi ini dibentuk melalui proses kematangan dan
kesempatan belajar.
Anak belajar bersosialisasi dari lingkungan tempat mereka
berada serta di lingkungan keluarga sebagai media belajar anak
bersosialisasi untuk pertama kali, kemudian meluas pada
lingkungan sekolah dan masyarakat. Banyak hal yang harus
diperhatikan guru agar perkembangan sosial anak menjadi
optimal, antara lain dengan pemilihan berbagai macam strategi
dan metode yang sesuai tahapan karakteristik perkembangan
anak
Lanjutan

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.


Hurlock (1990) mengatakan bahwa pengembangan potensi sosial berarti perolehan
kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Setiap anak perlu
bersosialisasi.

Dari pergaulan kesehariannya, ia akan berkembang sejalan dengan perkembangan


sosialnya yang akhirnya ia akan mempunyai nilai-nilai sosial pada dirinya yang
disebut proses imitasi, identifikasi, dan internalisasi. Tuntutan sosial pada perilaku
sosial anak sejalan dengan karakter budaya masyarakat tempat anak tumbuh dan
berkembang
Konsep Peningkatan Potensi
Bahasa

Metode pengembangan potensi bahasa

Bahasa merupakan suatu sistem lambang yang dipergunakan sebagai alat komunikasi
oleh anggota masyarakat yang bersifat arbitrer (manasuka) dan manusiawi dalam rangka bekerja
sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan media komunikasi yang
dipergunakan setiap orang untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain.

Kemampuan berbahasa pada anak penting untuk dikembangkan agar anak dapat saling
berkomunikasi dengan baik. Melalui kemampuan berbahasa, anak dapat mengomunikasikan
pikiran, perasaan, ataupun sikapnya. Melalui kemampuan berbahasa pula, anak akan dapat
meningkatkan kemampuan inteleknya. Tanpa kemampuan berbahasa secara tepat, anak tidak
dapat mengomunikasikan gagasannya sehingga tidak ada peluang untuk mengembangkan diri.
Bahasa dapat berbentuk struktur, yakni struktur bentuk dan struktur makna.
Oleh karena itu, kemampuan berbahasa merupakan aspek
penting yang harus diperhatikan guru. Mampu berbahasa
berarti mampu mengekspresikan suatu hal dengan
mempergunakan kosakata yang benar. Semakin banyak
kosakata, semakin besar anak mampu berkomunikasi
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai