Anda di halaman 1dari 11

Accelerat ing t he world's research.

KEMAMPUAN AWAL PESERTA


DIDIK DALAM MENENTUKAN
MINAT DAN BAKAT
Tofek Alam

ARTIKEL NON ILMIAH

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

MODUL DIKLAT PKB GURU PAKET KEAHLIAN PEDAGOGIK MODUL GURU PEMBELAJAR
Nurmansyah Skom

Bahan-Bacaan-Modul-A-Karakt erist ik-Pesert a-Didik-Pedagogik.doc


eva nurvaizah

Psikologi Pesert a Didik


Halim Purnomo
KEMAMPUAN AWAL PESERTA DIDIK DALAM MENENTUKAN
MINAT DAN BAKAT

Taufik Alam Huda


Program Pascasarjana, Universitas PGRI Semarang
tofek4lam@gmail.com

Abstrak
Kemampuan awal peserta didik merupakan langkah awal anak sebelum menentukan minat dan
bakat ke depannya. Sebelum anak menentukan arah mana akan meraih cita-cita maka orang tua
maupun guru harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik anak. Banyak sekali yang
beranggapan bahwa anak pada usia dini yang penting bersekolah, tanpa memahami arah bakat dan
minat belajar seperti apa yang diharapkan oleh anak. Anak akan menjadi luar biasa dengan
menunjukan kehebatannya jika orang tua mengetahui sejak awal kemampuan anak secara tepat
dan mengarahkan sesuai minat dan bakat yang dimiliki sampai ia berhasil meraih cita-citanya.
Abstract
The initial ability of students is the child's first step before determining future interests and talents.
Before children determine which direction will reach their goals, parents and teachers must first
know the child's characteristics. There are so many who think that it is important for children at an
early age to go to school, without understanding the direction of talent and interest in learning as
expected by the child. Children will be extraordinary by showing their prowess if parents know
from the beginning the child's abilities correctly and direct according to their interests and talents
until he succeeds in achieving his goals.

Kata Kunci : Kemampuan awal, Minat, Bakat

Pendahuluan
Dalam proses belajar anak baik di sekolah maupun di luar sekolah, sering kali dijumpai
beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Aktifitas belajar bagi setiap individu
tidak selamanya dapat berlangsung secara lancar. Ada beberapa anak dapat dengan cepat
menangkap apa yang dipelajari, ada juga yang mererasa amat sulit. Terkadang semangatnya tinggi,
terkadang juga sulit untuk berkonsentrasi. Karena setiap individu memang tidak ada yang sama.
Perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar anak didik. Dalam
keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut
kesulitan belajar (Ahmadi dan Supriyono, 2004: 77). Dengan adanya rasa kesulitan belajar yang
dialami oleh anak, maka pendidik maupun guru harus benar-benar tahu kemampuan awal yang
dimiliki oleh anak serta bakat dan minatnya sebelum melanjutkan kemana dia akan belajar ke
depannya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar menurut Astuti (2015: 68)
adalah faktor internal yang meliputi kemampuan awal, tingkat kecerdasan, motivasi belajar,
kebiasaan belajar, kecemasan belajar, minat belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, keadaan sosial
ekonomi, dan sebagainya. Kemampuan seseorang dalam belajar, mencakup bagaimana sebaiknya
belajar dilakukan, apa yang sudah diketahui, dan apa yang belum diketahui serta evaluasi terhadap
apa yang direncanakan.
Kegiatan menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa dalam pengembangan pembelajaran
merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan untuk menyusun sistem
pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Mengidentifikasi kemampuan awal dan
karakteristik siswa bertujuan untuk menentukan apa yang harus diajarkan dan mana yang tidak
perlu diajarkan dalam. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran.
Variabel ini didefinisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas individu siswa. Aspek-aspek berkaitan
dapat berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan
kemampuan awal yang telah dimilikinya. Setiap siswa dapat dipastikan memiliki perilaku dan
karakteristik yang cenderung berbeda. Dalam pembelajaran, kondisi ini penting untuk diperhatikan
karena dengan mengidentifikasi kondisi awal siswa saat akan mengikuti pembelajaran dapat
memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan strategi pengelolaan, yang berkaitan
dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran yang
efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa sehingga diperoleh pembelajaran
bermakna.

Pembahasan
Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa sebelum memperoleh
kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan
keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar
tercapai oleh siswa. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana pengajaran harus dimulai.
Kemampuan terminal merupakan arah tujuan pengajaran diakhiri. Jadi, pengajaran berlangsung
dari kemampuan awal sampai ke kemampuan terminal itulah yang menjadi tanggung jawab
pengajar.
Kemampuan awal peserta didik adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh peserta didik
sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini menggambarkan
kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan
awal peserta didik penting untuk diketahui guru sebelum ia memulai dengan pembelajarannya,
karena dengan demikian dapat di ketahui apakah peserta didik telah mempunyai pengetahuan yang
merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sejauh mana peserta didik telah mengetahui
materi apa yang akan disajikan.

A. Karaketristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi
sebagai hasil dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan
pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita. Karena itu, upaya memahami
perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan dengan karakteristik siswa itu
sendiri. Utamanya, pemahaman peserta didik bersifat individual, meski pemahaman atas
karakteristik dominan ketika berada di dalam kelompok juga menjadi penting.
Menurut Sudirman Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang
ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola
aktivitas dalam meraih cita-citanya. Seorang anak memiliki kemampuan yang berbeda dengan
anak yang lainnya. Misalkan anak kurang dari segi kognitif namun dari segi keterampilan sangat
bagus sekali. Dalam pelajaran Matematika, IPA, IPS, dan lainya diarasa sulit sekali anak
memperoleh nilai KKM, namun pada saat mengikuti kegiatan olahraga, ternyata pandai sekali
dalam mengikuti semua cabang olahraga. Hal ini tentu menjadi perhatian yang lebih oleh orang
tua terhadap anak dalam memahami keterampilan awal anaknya. Pada studi ini keterapilan anak
bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam meraih cita-citanya, bisa berasal dari ia sejak lahir
maupun dari faktor lingkungan baik dari lingkungan keluarga ataupun dari temannya sendiri.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan
berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki. Sedangkan menurut Ron Kurtus dalam berpendapat
bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior) dari seseorang sehingga dari
perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia seperti apa”. Menurutnya, karakter akan
menentukan kemampuan seseorang untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan
untuk berlaku jujur dan berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap
tata tertib dan aturan yang ada.
Dalam pembahasan kali ini, kemampuan awal anak dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu bakat atau kecerdasan yang dimiliki oleh anak
sejak lahir. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang
ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan
inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf,
berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin,
antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu,
pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah,
terbuka, tertib. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan
individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah
realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan
perilaku).
Karakter seseorang baik disengaja atau tidak, didapatkan dari orang lain yang sering
berada didekatnya atau yang sering mempengaruhinya, kemudian ia mulai meniru untuk
melakukannya. Oleh karena itu, seorang anak yang masih polos seringkali akan mengikuti
tingkah laku orang tuanya atau teman mainnya, bahkan pengasuhnya. Erat kaitan dengan
masalah ini, seorang psikolog berpendapat bahwa karakter berbeda dengan kepribadian, karena
kepribadian merupakan sifat yang dibawa sejak lahir dengan kata lain kepribadian bersifat
genetis.
Dalam hal ini ada empat indentifikasi perilaku dan karakteristik awal siswa, yaitu :
1. Kemampuan Dasar.
2. Latar belakang pengalaman.
3. Latar belakang sosial.
4. Perbedaan individual.
Adapaun perilaku belajar siswa menurut Gagne dikelompokkan ke dalam delapan kelas yaitu :
1. Signal learning (belajar isyarat). Dalam jenis ini siswa mendapat respon terkondisi terhadap
signal tertentu.
2. Stimulus-Respon learning. Menurut Gagne proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan
proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini
ialah faktor inforcement.
3. Chaining (mempertautkan).
4. Verbal Association. Tipe belajar 3 dan 4 ini setaraf, yaitu belajar-mengajar menghubungkan SR
yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan untuk tipe belajar ini antara lain, secara
internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun
verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan dan reinforcement tetap penting.
5. Discrimination learning atau belajar mengadakan pembeda. Dalam tipe ini peserta didik
mengadakan seleksi dan pengujian di antara dua perangsang atau sejumlah stimulus yang
diterimanya, kemudian memilih pola-pola respon yang dianggap paling sesuai.
6. Concept learning atau belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep kondisi
utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif
fundamental sebelumnya.
7. Rule learning, atau belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini siswa
belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal (induktif, deduktif, analisis, sistesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas)
sehingga anak didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dapat
dipandang sebagai rule: prinsip, dalil, aturan, hukum, kaidah dan sebagainya.
8. Problem Solving yakni belajar memecahkan masalah. Pada siswa belajar merumuskan dan
memecahkan masalah, merespon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau situasi
problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.
Selain diatas, Gardner juga berpendapat bahwa sebuah pendekatan yang relatif baru
yaitu teori Kecerdasan ganda (Multiple Intelligences), yang menyatakan bahwa sejak lahir
manusia memiliki jendela kecerdasan yang banyak. Ada delapan jendela kecerdasan menurut
Gardner pada setiap individu yang lahir, dan semuanya itu berpotensi untuk dikembangkan.
Namun dalam perkembangan dan pertumbuhan individu hanya mampu paling banyak empat
macam saja dari ke delapan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Delapan kecerdasan tersebut
yaitu :
1. Kecerdasan Verbal/Bahasa (Verbal/Linguistic Intelligence)
2. Kecerdasan Logika/Matematika (Logical/Mathematical Intelligence)
3. Kecerdasan Visual/Ruang (Visual/Spatial Intelligence)
4. Kecerdasan Tubuh/Gerak Tubuh (Body/Kinestetic Intelligence)
5. Kecerdasan Musikal/Ritmik (Musical/Rhytmic Intelligance)
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpesonal Inteligance)
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence).
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalistic Intelligence).
Dengan teori ini maka terjadi pergeseran paradigma psikologis hierarki menjadi pandangan
psikologis diametral. Tidak ada individu yang cerdas, bodoh, sedang, genius, dan sebagainya,
yang ada hanyalah kecerdasan yang berbeda.
Faktor eksternal pada kemampuan awal anak ada berbagai macam yang mempengaruhi
kecerdasan anak. Psikolog abad 19, Charles Spearman (1863-1945), sebagaimana dikutip oleh
Desmita, berpendapat bahwa intelegensi mempunyai satu kemampuan umum dan khusus.
Kemampuan umum dan kemampuan khusus ini mempengaruhi kecerdasan seseorang, semakin
banyak kemampuan umum yang dimilikinya maka ia bisa dikatakan anak yang pandai.
Sedangkan Louis Thurstone membagi intelegensi menjadi tujuh kemampuann primer, yaitu
pemahaman verbal, kefasihan menggunakan kata-kata, kemampuan bilangan, kemampuan
ruang, kemampuan mengingat, kecepatan pengamatan, dan kemampuan penalaran.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik
dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur dengan test dan
dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran, karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan
peserta didik dalam upaya mencapaitujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar
mengajar. Selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan 4
membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok
belajar. Peserta didik yang sedang melakukan aktivitas belajar akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, hal ini berpengaruh bukan hanya pada aktifitas yang tengah dilakukan akan tetapi juga
hasil belajar peserta didik tersebut. Sehingga untuk mendapatkan hasil belajar harus melalui
proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri (internal) dan di luar (eksternal).
Faktor internal dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: faktor fisiologis meliputi kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, dan tidak dalam keadaan cacat jasmani, sedangkan
faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif
dan daya nalar peserta didik. Faktor eksternal dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor
lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial, sedangkan faktor instrumental
berupa kurikulum, sarana dan guru (Munadi, 2010: 24-35).

B. Minat Belajar
Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu berinteraksi dengan sesuatu yang
ada di lingkungan sekitarnya. Apabila sesuatu itu memberikan rasa senang dan merasa
bermanfaat bagi dirinya, kemungkinan seseorang akan berminat terhadap sesuatu itu. Minat
merupakan salah satu faktor psikis yang membantu dan mendorong individu dalam memberikan
ransangan terhadap suatu kegiatan yang dilksanakan untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai.
Minat timbul apabila individu tertarik kepada suatu hal yang anggap penting bagi dirinya
dan dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Susanto (2013: 16) berpendapat bahwa “minat
berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.
Sedangkan Arikunto (1990: 103) menyebutkan bahwa minat atau perhatian merupakan
kecenderungan seseorang untuk memilih atau menolak sesuatu kegiatan. Menurut Alya (2009:
469) minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan.
Hansen (dalam Susanto, 2013: 57) menyatakan bahwa minat belajar siswa erat
hubugannya dengan kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, factor
keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan.
Lebih lanjut Susanto menjelaskan bahwa minat merupakan dorongan dalam diri
seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang
menyebabkan dipilihnya suatu obyek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan
mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Minat merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
dalam memberi perhatian terhadap suatu kegiatan tertentu, sehingga adanya keinginan untuk
berbuat atau melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya. Suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal yang dapat
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Dari paparan beberapa ahli tentang minat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat adalah
suatu rasa suka atau keinginan akan suatu obyek pada suatu hal, dan keinginan untuk mencapai
atau mempelajari obyek karena sesuai dengan kebutuhannya dan memuaskan keinginan
jiwanya sehingga dapat mempengaruhi apa yang ada dalam dirinya sendiri, pengetahuan dan
keterampilannya.
Sedangkan belajar menurut Alya (2009: 8) adalah berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman. Selanjutnya menurut Gagne (dalam Aunurahman, 2014),
belajar tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah, akan tetapi hanya akan terjadi
dengan adanya kondisi-kondisi tertentu, yaitu: kondisi internal antara lain menyangkut kesiapan
peserta didik dan sesuatu yang telah dipelajari, eksternal merupakan situasi belajar yang secara
sengaja diatur oleh pendidik dengan tujuan memperlancar proses belajar.
Dari uraian tentang minat dan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar
adalah kecenderungan hati dan jiwa terhadap suatu yang dapat dipelajari yang dianggap penting
dan berguna sehingga sesuatu itu diperlukan, diperhatikan dan kemudian diikuti dengan
perasaan senang.
Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan
ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik
dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda
minat belajar. Menurut M. Alisuf Sabri Minat belajar adalah kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat belajar ini erat kaitannya
dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat belajar itu terjadi karena sikap senang
kepada sesuatu, orang yang berminat belajar kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada
sesuatu (1995 : 84).
Ahli lain mengatakan bahwa minat belajar adalah .kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Muhibbin Syah, 2001:136). Sedangkan
menurut Ahmad D. Marimba, “Minat belajar adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena
merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang
akan sesuatu itu (1980:79). Menegaskan pendapat tersebut, Mahfudh Shalahuddin
mengemukakan bahwa minat belajar adalah perhatian yang mengandung unsurunsur perasaan.
Dengan begitu minat belajar, sangat menentukan sikap yang menyebabkan seseorang aktif
dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain, minat belajar dapat menjadi sebab dari suatu
kegiatan (1990 : 95). Sedangkan menurut Crow dan Crow bahwa .minat belajar atau interest
bias berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cendrung atau merasa tertarik pada
orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri (dalam Abd. Rachman Abror, 1993 : 112).
Dari kelima pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat belajar akan
timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik
pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif
didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik.
Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih yang dimiliki seseorang
terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan. Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada
dirinya untuk memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa pengalaman. Pengalaman
akan diperoleh dengan mengadakan interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun
belajar. Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah dorongan dari dalam
individu. Dorongan motif sosial dan dorongan emosional. Dengan demikian disimpulkan bahwa
pengertian minat belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada
paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku.
Ciri-Ciri Minat Belajar Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut
Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada tujuh ciri minat belajar sebagai
berikut:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2) Minat tergantung pada kegiatan belajar
3) Perkembangan minat mungkin terbatas
4) Minat tergantung pada kesempatan belajar
5) Minat dipengaruhi oleh budaya
6) Minat berbobot emosional
7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan
timbul hasrat untuk memilikinya.
Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam belajar adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang
dipelajari secara terus-menerus.
2. Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.
3. Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati.
4. Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal yang ainnya
5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar adalah memiliki
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus,
memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada
pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar
maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan memberikan
prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam pengertian sederhana,
minat adalah keinginan terhadap sesuatu tanpa ada paksaan. Dalam minat belajar seorang siswa
memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar yang berbeda-beda, menrut Syah
(2003: 132) membedakannya menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor Internal adalah faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yakni:
a) Aspek Fisiologis dimana kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang menandai tingkat
kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
pembelajaran.
b) Aspek Psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa yang terdiri dari, intelegensi,
bakat siswa, sikap siswa, minat siswa, motivasi siswa
2) Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
non sosial
a) Lingkungan sosial lingkungan sosial terdiri dari sekolah, keluarga, masyarakat dan teman
sekelas
b) Lingkungan non sosial lingkungan sosial terdiri dari gedung sekolah dan letaknya, faktor
materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu.

C. Bakat
Setiap orang tentunya memiliki bakat, dan bakat orang satu sama lainnya berbeda. Bakat
merupakan kemampuan yang memang sudah dimiliki oleh setiap orang yang digunakan untuk
mempelajari sebuah hal dengan cepat, bahkan beberapa diantaranya dalam waktu yang singkat
serta memiliki hasil yang sangat baik. Bakat memang sudah dimiliki setiap manusia saat dia lahir
ke dunia ini.

Bakat orang satu sama lainnya berbeda dan sangat beragam, mulai dari bernyanyi, melukis,
menari, dan masih banyak lainnya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
bakat yang dimiliki oleh seseorang, antara lain adalah tingkat pendidikan yang dilalui, lingkungan
sekitar, struktur syaraf serta motorik, motivasi, minat, emosi, dan lainnya.

1. Menurut William B. Michael


Menurut William, bakat adalah kapasitas yang ada pada diri seseorang yang mana dalam
melakukan tugas serta melakukannya dipengaruhi oleh latihan yang sudah dijalaninya.

2. Menurut S.C Utami Munandar (1985)


Bakat atau aptitude dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan bawaan dari seseorang yang
mana sebagai potensi yang maish perlu untuk dikembangkan lebih lanjut dan dilatih agar dapat
mencapai impian yang ingin diwujudkan
3. Kartini Kartono (1979)
Menurutnya, bakat merupakan hal yang mencakup segala faktor yang ada di dalam diri individu
yang dimiliki sejak awal pertama kehidupannya dan kemudian menumbuhkan perkembangan
keahlian, ketrampilan, dan kecakapan tertentu. Bakat ini sifatnya laten potensial, sehingga masi
bisa tumbuh dan dikembangkan.

4. Menurut Suganda Pubakawatja (1982)


Menurut Suganda, bakat merupakan benih yang berasal dari suatu sifat yang mana baru akan
tampak nyata jika seseorang tersebut mendapat sebuah kesempatan dan kemungkinan untuk
dapat mengembangkannya.
5. Menurut Sarwono (1986)
Menurut Sarwono, bakat merupakan kondisi yang ada di dalam diri seseorang yang mana
memungkinkannya dengan latihan latihan khusus dalam mencapai pengetahuan, ketrampilan
khusus, serta kecakapan.
6. Menurut Woodworth dan Marquis
Menurutnya, bakat adalah sebuah prestasi yang mana dapat diramalkan serta diukur dengan
melalui sebuah tes khusus. Oleh karena itu, bakat bisa dikategorikan sebagai sebuah
kemampuan atau ability. Ability sendiri sebenarnya memiliki 3 arti, antara lain adalah:
a. Achievement merupakan actual ability, yang mana dapat diukur langsung dengan
menggunakan alat ataupun tes tes tertentu.
b. Capacity, merupakan potential ability yang mana hal tersebut dapat diukur dengan cara
tidak langsung yaitu melalui kecakapan individu yang mana kecakapan ini dapat
dikembangkan dengan perpaduan antara dasar dengan latihan yang intensif serta
pengalaman.
c. Aptitude, merupakan kualitas yang mana hanya dapat diukur dengan tes tes yang emmang
ditujukan untuk tujuan tersebut.
7. Menurut Guidford (Dalam Suryabrata, 1995)
Definisi dari bakat adalah sebuah hal yang memiliki corak yang berbeda, bakat merupakan
kemampuan kinerja yang mana mencakup dimensi psikomotor, dimensi intelektual, serta
dimensi perseptual.
8. Menurut Brigham (Dalam Suryabrata 1995)
Bakat merupakan sesuatu yang menjadi titik berat yang sudah dimiliki setiap manusia yang
sudah didapatkan dari latihan latihan tertentu dari peforma ataupun kinerjanya.
9. Menurut Crow dan Crow (1989)
Bakat merupakan sebuah kualitas yang dimiliki oleh setiap orang yang mana dalam tingkatan
yang sangat beragam satu sama lainnya.
10. Menurut M. Ngalim Purwanto (Menurut Buku Psikologi Pendidikan)
Kata bakat lebih dekat definisinya dengan aptitude yang memiliki arti kecakapan pembawaan,
yang mana mengenai kesanggupan dan potensi tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian bakat dan minat sangat
berbeda, namun banyak orang yang masih salah mengartikannya. Minat merupakan kondisi
dimana individu memiliki perhatian yang khusus terhadap sesuatu yang diikuti pula oleh keinginan
untuk mempelajari suatu hal. Hal ini lah yang dinamakan sebuah minat, berbeda dengan bakat
yang terkadang memang sudah ada semenjak individu tersebut lahir. Berikut merupakan
pengertian bakat menurut para ahli.

Simpulan dan Saran


Untuk mengembangkan potensi anak agar lebih maksimal maka diperlukan beberapa faktor.
Kemampuan awal yang dimiliki oleh anak menjadi salah satu penentu untuk mencapai citacita
atau masa depan anak. Peran orang tua juga menjadi faktor utama untuk menentukan arah
pendidikan anak untuk mencapai masa depan yang diingankan sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki sejak lahir. Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh dalam proses pendidikan anak.
Apakah anak bisa beradaptasi sesuai apa yang dimiliki bakat dan minat anak, ataukah menjadi
sebaliknya yaitu akan menjadi terhambat karena fasilitas tersebut. Faktor lingkungan sosial sangat
berpengaruh di dalamnya. Lingkungan sosial yang baik akan mendukung anak untuk meraih masa
depan yang baik dan menjadikan anak benar-benar menjadi pribadi memiliki bakat luar biasa baik
dari segi intelektualnya maupun sikap dan keterampilannya. Atau sebaliknya menjadi seseorang
yang berperilaku buruk.
Masing-masing anak sejak lahir sudah diberikan bakat masing-masing. Tidak ada anak yang tidak
memiliki bakat, hanya berbeda kemampuan, keterampilan atau bakatnya. Ada yang memang
pandai sejak lahir, seperti halnya anak terlihat tidak pernah belajar namun ia bisa menangkap apa
yang ia lihat, ditiru, dicobanya dengan mudah. Ada juga yang harus diajak untuk belajar lebih giat
lagi untuk bisa mencapai hasil yang maksimal. Dengan demikian, maka mengetahui kemampuan
awal peserta didik sejak dini sangatlah penting sekali baik orangtua, guru maupun lingkungan
sosial untuk mencapai potensi anak yang maksimal sesuai dengan bakat dan minatnya.

Daftar Pustaka
Ahmadi, A., & Supriyono, W. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Astuti, P. S. (2015). Pengaruh Kemampuan Awal dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar
Fisika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 5(1), 68-75
Catatan Alexandro. Diakses pada tanggal 29 Juni 2021. Diakses dari : https://Pengertian Minat
Belajar Menurut Beberapa Ahli (catatanalexandro.blogspot.com)
Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 166
Dosenpsikologi.com diakses tanggal 29 Juni 2021. https://10 Pengertian Bakat Menurut Para Ahli
dan Jenisnya - DosenPsikologi.com
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009, hal. 7778.
Miftachul Jannah, 2014. Analisis Faktor Penyebab Peserta Didik dengan Kecerdasan Intelegnsi
(IQ) Tinggi Memperoleh Hasil Belajar Matematika Rendah. Surakarta : Skripsi UMS.
Moh Zaen Fuadi. 2011. Identifikasi Perilaku Dan Karakteristik Awal Siswa. Diakses dari :
http://moh-zaen-fuadi.blogspot.com/2011/11/identifikasi-prilaku-dan-karakter-awal.html.
Rijal. 2016. Pegertian Minat Belajar. Diakses tanggal 29 Juni 2021. https://Pengertian Minat
Belajar - BERBAGI ILMU (rijal09.com)
Zulkarnain, Ikhwan (2020). Pengaruh Kemampuan Awal terhadap Prestasi Belajar Matematika
Siswa. Junral Ilmiah Vol.11 No.2

Anda mungkin juga menyukai