Anda di halaman 1dari 14

TEORI NILAI AGAMA DAN MORAL

SERTA PERANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

Disusun Oleh: Kelompok 5

Nindy Dwi Kurniasih (06141282126020)


Pasya Zafa Ramada (06141182126007)
Siska Apriani (06141282126052)
Wiranti (06141282126025)
Vina Yuliani (06141282126029)

Dosen Pengampu:

Dra. Syafdaningsih, M.Pd


Mahyumi Rantina, M.Pd

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori Nilai Agama dan
Moral serta Perannya terhadap Perkembangan Anak " ini dengan tepat waktu.

Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Dra. Syafdaningsih, M.Pd dan Ibu Mahyumi Rantina,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak Usia 0-3 tahun. Dan
terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelsaikan pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik
segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Selain disusun untuk pemenuhan tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Anak Usia 0-3
tahun, kami juga berharap semoga makalah " Teori Nilai Agama dan Moral serta Perannya
terhadap Perkembangan Anak

" ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Palembang, 19 September 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah

1.3.Tujuan

BAB II

2.1.Pengertian Teori

2.2.Pengertian Nilai Agama dan Moral

2.3.Proses Pembimbing Tataran Moral Action

2.4.Pengembangan Nilai-nilai Moral

2.5.Konsep-konsep Pengembangan Nilai Agama dan Moral

2.6.Strategi dan Teknik Pengembangan Nilai Agama dan Moral

2.7.Peran Nilai Agama dan Moral terhadap Perkembangan Anak

BAB III

3.1.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pengembangan moral agama sangat erat kaitannya dengan budi pekerti, sikap sopan
santun, dan kemauan melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Pembahasan
filosofis yang dikemukakan oleh Kilpatrick pendidikan moral akan terus berkembang dengan
berbagai pendapat pakar dalam aspek budi pekerti, nilai moral dan keagamaan (William
Kilpatrick, 1993). Laurence Kholbergh lebih menekankan pendidikan moral diarahkan kepada
tahap-tahap pembentukanya, sehingga pendidikan moral didasarkan untuk membentuk setiap
tahap-tahap peserta didik (Laurence Kholbergh).

Pembahasan moral manusia dalam perkembangan banyak mengalami pasang surut. Hal ini
seiring dengan perubahan yang terjadi baik dalam tatanan nasional masyarakat mapun
pengaruh tutunan zaman. Norma kehidupan terkadang dipandang sebagai penghalang oleh
sekelompok manusia yang tidak mau menerimanya walaupun pada awal peradaban manusia
dengan susah payah menyususn dan menyepakati keberadaan norma itu untuk menata perilaku
manusia.

Pengembangan norma dan nilai-nilai keagamanaaaan adalah pendidikan yang


memerlukan proses pembiasaan, disamping pemahaman dan penghayatan. Esensi nilai-nilai
agama bukan bertumpu pada penguasaan konsep belka, tetapi justru pada penerapan nilai-nilai
keagamaan serta sikap dan perilaku hidupnya sehari-hari.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa itu teori?

2. Apa Pengertian Nilai Agama dan Moral

3. Apa konsep-konsep Pengembangan Nilai Agama dan Moral

4. Apa Strategi dan Teknik Pengembangan Nilai Agama dan Moral

5. Apa saja peran teori bahasa terhadap perkembangan anak?


1.3.Tujuan

1. Mengatahui apa itu teori, Nilai Agama dan Moral, Konsep-konsep Pengembangan Nilai
Agama dan Moral

2. Mengetahui Konsep-konsep Pengembangan Nilai Agama dan Moral

3. Apa Strategi dan Teknik Pengembangan Nilai Agama dan Moral

4. Apa saja peran teori bahasa terhadap perkembangan anak?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Teori

a). Menurut Jonathan Turner menyatakan bahwa teori dalam ilmu sosial adalah penjelasan
sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati, yang berkaitan
dengan aspek khusus dari kehidupan manusia.

b). Sedangkan Menurut Neuman teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematis melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.

c). Selanjutnya pengertian teori menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati, Teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu teori adalah suatu konseptualitas antara asumsi, konstruk, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena yang diperoleh melalui proses sistematis, dan harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak maka itu bukan teori.

2.2.Pengertian Nilai Agama dan Moral

Kata moral berasal dari bahasa latin mos (jamak: mores) yang berarti kebiasaan atau adat.
Dalam bahasa Inggris dan banyak bahasa lain, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih
dipakai dalam arti yang sama. Moral dimaknai sebagai nilai-nilai dan moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Istilh moral
dalam tulisan ini diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai dan prinsip moral kesadaran orang
untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai dan prinsipnya dianggap baku dan
dinggap benar. Nilai-nilai ini seperti seruan untuk berbuat bai kepada orang tua, orang lain,
larangan mencuri, berbohong. Seseorang yang dikatakan tidak bermoral, apabila tingakah laku
orang tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi kelompok sosialnya
(Susanto, 2011:65).
Nilai agama dan moral adalah ukuran baik buruknya seseorang, baik sebagai pribadi
maupun sebagai warga masyarakat, dan warga Negara. Sedangkan pendidkan moral adalah
pendidikan anak manusia bermoral manusiawi.(Suyadi (2009:25))

.Perkembangan Moral Menurut Para Ahli


Menurut Kholberg moral Anak Usia Persekolahan (PAUD) berda pada tingkat yang paling
dasar yang dinamakan dengan penalaran moral Prakonvensional.

Menurut Syaodih menyatakan bahwa perkembangan nilai-nilai agama dan moral AUD
antara lain: bersikap inimitasi (imitation) yakni mulai meniru sikap, cara pandang serta tingkah
laku orang lain, anak bersikap interalisasi yakni anak sudah mulai bergaul dengan lingkungan
social nyadan mulai terpenruh dengan keadaan lingkungan tersebut, anak bersikap introvert
dan ekstrovert yakni reaksi yang ditunjukan anak berdasarkan pengalaman (Erma Purba, 2013).

Menurut Piaget menyatakan perkembangan moral anak terjadi dalam 2 tahap yang jelas.
Tahap pertama disebut tahap realism moral atau moralitas oleh pembatasnya, kemudian tahap
kedua disebut tahap moralitas otonomi atau moralitas kerja sama atau hubungan timbal balik.

Berdasarka pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan nilai moral dan
agama adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingkah laku. Perkembangan moral
agama sangat erat kaitannya dengan dengan budi pekerti, sikap sopan santun, dan kemauan
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

2.3.Proses Pembimbing Tataran Moral Action

1. Moral knowing

Pada tahap awal setiap manusia memerlukan moral knowing (pemahaman tentang moral). Dari
pemahaman terhadap moral tersebut, setiap manusia akan mengetahui berbagai aturan
kehidupan yang baik maupun buruk.

2. Moral feeling

Dimana pemahaman moral tadi mampu mewarnai perasaan setiap individu untuk dapat
memilih dan mengarahkan pilihannya dalam bersikap, berperilaku, berperangai, dan
berkepribadian positif. Perasaan yang terlatih dengan baik aj=kan mampu mempertimbangkan
berbagai hal dengan standar hati yang tidak pernah bohong dan senantiasa berbicara dan
bersikap jujur memihak keneran dan keikan

3. Moral action

Merupakan puncak prestasi dari seorang dalam mengembangkan moralitas dirinya.

2.4.Pengembangan Nilai-nilai Moral dan Agama

Pengembangan nilai-nilai moral dan agama anak dapat dikembangkan melalui metode
sebagai berikut:

1.Metode bercerita

Metode bercerita dapat dijadikan metode menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat. Dalam cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam moral, nilai agama,
nilai social, nilai budaya, dan sebagainya. Ketika bercerita seorang guru juga dapat
menggunakan alat peraga untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir
secara abstrak (Zainab, 2012).

2.Metode bernyanyi

Metode bernyanyi adalah suatu pendekatan pembelajaran secara nyata yang mampu membuat
anak senang dan bergembira. Anak diarahkanpada situasi dan kondisi psikis untuk membangun
jiwa yang bahagia, senang meikmati keindahan, mengembangkan rasa melalui ungkapan kata
dan nada. Pesan-pesan pendidikan berupa nilai dan moral yang dikenalkan kepada anak
tentunya tidak mudah untuk diterima dan dipahami secara baik. Anak tidak daptdisamakan
dengan orang dewasa (Sabiati Amin 2016).

3.Metode bersyair

Pendekatan pembelajaran melalui kegiatan membaca sajak merupakan salah satu kegiatan
yang akan menimbulkan rasa senang, gembira, dan bahagia pada diri anak.Secara psikologis
anak Taman Kanak-kanak sangat haus dengan dorongan rasa ingin tahu, ingin mencoba segala
sesuatu, dan ingin melaku- kan sesuatu yang belum pernah dialami atau dilakukannya. Melalui
metode sajak guru bisa menanamkan nilai-nilai moral kepada anak. Sajak merupakan metode
yang juga dapat membuat anak merasa senang, gembira dan bahagia ( Arief Armai, 2011)

4.Metode karyawsata

Metode ini bertujuan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak Taman


Kanak-kanak yang sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan berkarya wisata ini perlu dihubungkan
dengan tema-tema yang sesuai dengan pengembangan aspekperkembangan anak Taman
Kanak- kanak. Tema yang sesuai seperti: binatang, pekerjaan, kehidupan kota atau desa, pesisir,
dan pegunungan ( Mahyumi Natina, 2012)

5.Metode pembiasaan

Metode Pembiasaan terkait dengan penanaman moral, lebih banyak dilakukan melalui
pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajaran. Ini dapat dilihat misalnya,
pada berdoa sebelum dan sesudah belajar, berdoa sebelum makandan minum, mengucap
salam kepada guru dan teman, merapikan mainan setelahbelajar, berbaris sebelum masuk kelas
dan sebagainya ( Ayi Olim, 2010 )

6.Metode bermain

Metode Bermain ternyata banyak sekali terkandung nilai moral, diantaranya mau mengalah,
kerjasama, tolong menolong, budaya antri dan menghormati teman. Nilai moral mau mengalah
terjadi manakala siswa mau mengalah terhadap teman lainnya yang lebih membutuhkan untuk
satu jenis mainan. Pengertian dan pemahaman terhadap nilai moral mau menerima kekalahan
atau mengalah adalah salah satu hal yang harus ditanamkan sejak dini ( Rozalena, 2017).

7.Metode outbond

Metode Outbond merupakan suatu kegiatan yang me-mungkinkan anak untuk bersatudengan
alam. Melalui kegiatan outbond siswa akan dengan leluasa menikmati segala bentuk tanaman,
hewan, dan mahluk ciptaan Allah yang lain. Cara ini dilakukan agaranak tidak hanya memahami
apa yang diceritakan atau dituturkan oleh guru ataupendidik di dalam kelas. Melainkan mereka
diajak langsung melihat atau memperhatikan sesuatu yang sebelumnya pernah diceritakan di
dalam kelas, sehingga apa yang terjadi di kelas akan ada sinkronisasi dengan apa yang tampak di
lapangan atau alam terbuka (Yunaida, Hana; Rosita, Tita, 2018 )

8.Metode bermain peran

Metode ini merupakan salah satu metode yang digunakan dlam menanamkan nilai nilai moral
ke pada anak TK. Dengan bermain peran anak akan mempunyai ksadaran merasakana jika ia
menjadi seseorang yang dia perankan dalam kegiatan bermain peran ( Vivit Risnawati, 2012)

9.Metode diskusi

Metode ini adalah metode utuk mendiskusikan tentang suatu peristiwa. Biasanya dilakukan
dengan cara siswa diminta untuk memperhatikan sebuah tayangan dari CD, kemudian setelah
selesai siswa diajak berdidskusi tentang tayangan tersebut. Isi diskusinya antara lsin mengapa
hal tersebut dilakukan, mengapa anak itu dikatakan baik, mengapa harus menyanyangi dan
sebaginya ( Sapendi, 2015).

(x) Metode keteladanan

Menurut Cheppy Cahyono, guru moral ideal adalah yang dapat menempatkan dirinya sebagai
fasilitator, pemimpin, orangtua dan bahkan tempat menyandarkan kepercayaan, serta
membantu orag lain dalam melakukan refleksi ( Cahyatun Mchsunah, 2017).

2.5.Konsep-konsep Pengembangan Nilai Agama dan Moral

Menurut Morrison dalam pendidikan anak usia dini guru sangat berperan dalam tumbuh
kembang moral dan perilaku anak. Suatu pendekatan dapat memberikan arahan kepada anak
untuk berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku. Sujiono, (2007: 4.58) mengemukakan
bahwa konsep-konsep pengembangan nilai agama dan moral anak usia dini antara lain:

1. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga.

a. Moralitas penghormatan.

b. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap.

c. Mengajarkan prinsip menghormati.

d. Mengajarkan dengan contoh.

e. Mengajarkan dengan kata-kata.

f. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya.

g. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab.

h. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol.

2. Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah

Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah. Menurut Sujiono,
(2009: 8.41–8.42), “lingkungan sekolah berperan dalam pengembangan moral anak usia dini.
Pendidikan moral pada lembaga pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti
pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini”. Menurut Moeslichatoen (2007: 8.38–8.41),
“pengalaman yang diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif
pada pada perkembangan anak selanjutnya”. Pada lembaga pendidikan formal anak usia dini,
peran pendidik dalam pengembangan moral anak sangat penting. Menurut Arthur, L, dkk.
(1998: 11) “Environment influence the development of religious and moral values, by sesab that
a conducive environment is very helpful in shaping themindset of children.”Lingkungan sangat
mempengaruhi perkembangan nilai agama dan moral, oleh sebab itu lingkungan yang kondusif
sangat membantu dalam membentuk pola pikir anak.

2.6.Strategi dan Teknik Pengembangan Nilai Agama dan Moral

Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku yang sesuai dengan nilai agama dan moral pada
anak usia dini yaitu:

1.Strategi Latihan dan Pembiasaan

Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu
pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah
perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak
yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu
menghormati kakaknya atau orang tuanya.

2.Strategi Aktivitas Bermain

Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola
untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam
Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi
melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan
mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian
anak bermain bersama temannya bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan
yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan
yang berlaku.

3.Strategi Pembelajaran

Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran
moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan
watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti
kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).

Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang
terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada
anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan
moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan
lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan
aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2
– 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak
dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi
pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah
yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.

2.7.Peran Nilai Agama dan Moral terhadap Perkembangan Anak

Dengan pendidikan agama sejak dini yang matang, dapat membantu perkembangan anak
terutama dalam hal sikap dan tingkah laku. Pelajaran agaman harusnya diberikan dalam jumlah
banyak untuk kurikulum anak usia dini. Pelajaran agama jangan dianggap enteng, karena
dengan pengetahuan agama yang kuatlah anak dapat menyaring mana yang benar dan mana
yang salah dalam proses pertumbuhannya sesuai dengan ajaran agama yang diterima dan
dipelajarinya.

Ada orang tua yang terkadang menganggap pelajaran umum sudah cukup untuk diberikan
dan dijadikan bekal bagi anak-anak mereka dalam menjalani kehidupan. Namun, itu merupakan
asumsi yang salah. Kepedulian terhadap peningkatan pendidikan agama anak usia dini
sangatlah memprihatinkan. Peran orang tua sangat besar dalam membentuk kepribadian
seorang anak. Orang tua harus memberikan pengarahan yang positif pada anak-anaknya. Orang
tua juga berkewajiban memberikan pendidikan sikap pada anak-anaknya. Dengan memberikan
pendidikan agama untuk anak usia dini, dapat mendorong pembentukan sikap yang sesuai
dengan ajaran agama.

Pendidikan agama usia dini juga sangat penting untuk menyeimbangkan pengetahuan
anak. Kita tidak akan lepas dariperkembangan teknologi. Namun, menjadi sesuatu yang negatif
jika kita terlalu terpaku pada teknologi sehingga hal-hal baik positif maupun negatif kita terima
dengan begitu saja. Pendidikan agama menjadi penyeimbang yang membantu kita dalam
menyaring perkembangan teknologi yang ada, memanfaatkan hal yang positif dan
mengenyampingkan hal negatif dari teknologi tersebut. Itulah hasil yang diharapkan dari
pendidikan agama yang dimulai sejak usia dini.
BAB III

PENUTUP

3.1.KESIMPULAN

Secara normative, anak usia dini mungkin dapat dikatakan belum mampu memahami
makna dari pentingnya pendidikan moral dan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupannya.
Namun secara fungsional, pengembangan nilai-nilai moral dan agama dapat memberikan
pengaruh dalam proses pembelajaran yang mereka alami, dan dapat menjadi pengalaman yang
dalam dan melekat pada pola piker sepanjang hidup.

Peran orang tua sangat besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. Orang tua
harus memberikan pengarahan yang positif pada anak-anaknya. Orang tua juga berkewajiban
memberikan pendidikan sikap pada anak-anaknya. Dengan memberikan pendidikan agama
untuk anak usia dini, dapat mendorong pembentukan sikap yang sesuai dengan ajaran agama.

Pendidikan agama usia dini juga sangat penting untuk menyeimbangkan pengetahuan
anak. Kita tidak akan lepas dariperkembangan teknologi. Namun, menjadi sesuatu yang negatif
jika kita terlalu terpaku pada teknologi sehingga hal-hal baik positif maupun negatif kita terima
dengan begitu saja. Pendidikan agama menjadi penyeimbang yang membantu kita dalam
menyaring perkembangan teknologi yang ada, memanfaatkan hal yang positif dan
mengenyampingkan hal negatif dari teknologi tersebut. Itulah hasil yang diharapkan dari
pendidikan agama yang dimulai sejak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

https://osf.io/preprints/dbnya/

https://www.biota.ac.id/index.php/jb/article/view/61

https://core.ac.uk/download/pdf/290030724.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/192084-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai