Anda di halaman 1dari 11

JURNAL

1)LANDASAN PSIKOLOGIS SEBAGAI PENENTU ARAH PENDIDIKAN DI SEKOLAH


DASAR
Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang dijadikan sebagai titik tolak
dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang jiwa atau psikis manusia yang
selalu mengalami perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat memudahkan
pelaksanaan proses pendidikan. Ada dua tujuan utama menjadikan psikologi sebagai salah satu
landasan dalam pendidikan. Pertama,agar para pendidik, atau para calon pendidik memahami
pemahaman yang baik tentangsituasi pendidikan. Kedua, agar para pendidik, dan para calon
pendidik mampumenyiapkan dan melaksanakan pengajarandan bimbingan terhadap siswa dengan
lebih baik. Landasan psikologis yang digunakan dalam penentu pendidikan di sekolah dasar, antara
lain keberagaman, gaya belajar, karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, multiple
intellegencies. Kats kunci : psikologis, keberagaman, karakteristik, SD PENDAHULUAN Landasan
Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis dalam Pendidikan. Sehubungan dengan
pentingnya mengetahui tentang landasan psikologis dalam pendidikan maka pemba hasan yang kami
lakukan sangat perlu untuk dibincangkan. Pendidikan selalu mel ibatkan kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologi merupakan salah satu la ndasan yang penting dalam bidang pendidikan.
Sementara itu keberhasilan pe ndidik dalam melaksanakan berbagai peranannya akan dipengaruhi
oleh pemahamannya tentang seluk beluk landasan pendidikan. Perbedaan individual terjadi karena
adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang berkaitan dengan
kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan, perbedaan
aspirasi dan cita-cita bahkan perbedaan ke pribadian secara keseluruhan. Oleh sebab itu, pendidik
perlu memahami perke mbangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya
maupun arah perkembangannya. Dalam landasan psikologis terdapat unsurunsur yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar, antara lain keberagaman, gaya belajar,
karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, dan multiple intelligencies. Keberagaman atau
kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan dimasyarakat.
Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa
silam, kini diwaktu-waktu mendatang sebagai fakta, keragaman sering di sikapi secara berbeda, di
satu sisi di terima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain
dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan konflik yang dapat merugikan
masyarakat sendiri jika tidak di kelola dengan baik. Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun
dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki
manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama melekat pada dirinya sejak
dilahirkan atau disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat
terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum, yang
merupakan merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung dan mendorong
terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan nyata. Keberagaman tersebut lebih
memusatkan pada keragaman individual. Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh
individu dalammenyerap,mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang sesuai
adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar.Dengan menyadari hal ini, siswa mampu menyerap
dan mengolah informasi dan menjadikan belajar lebih mudah dengan gaya belajar siswa sendiri.
Penggunaan gaya belajar yang dibatasi hanya dalam satu bentuk, terutama yang bersifat verbal atau
dengan jalur auditorial, tentunya dapat menyebabkan adanya ketimpangan dalam menyerap
informasi. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar, siswa perlu dibantu dan diarahkan untuk
mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif. Terdapat tiga modalitas dalam gaya belajar yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Ada
beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih
mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar(SD). Seorang guru harus dapat
menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi
seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga
adalah kebutuhan peserta didik. pemahaman terhadap karakteristik peserta didik dan tugas-tugas
perkembangan anak SD dapat dijadikan titik awal untuk menentukan tujuan pendidikan di SD, dan
untuk menentukan waktu yang tepat dalam memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak itu sendiri. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa,
sekolah dan guru seyogiyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya
dalam rangka pencapaian perkembangan diri sisw. Sepeti Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis,
Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman, Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan,
Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri , Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri. PEMBAHASAN Sekolah
dasar merupakan sarana pendidikan awal bagi siswa kanak-kanak dalam memperoleh pendidikan di
sekolah formal yang sebelumnya memperoleh pendidikan dini di taman kanak-kanak atau pendidikan
anak usia dini (PAUD). Sekolah Dasar memberikan peranan penting dan mendasar dalam
memberikan pengetahuan pada anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan, baik
pertumbuhan dari segi fisik, psikis maupun mental. Saat ini sekolah dasar negeri maupun swasta
memberikan materi pendidikan kepada siswa dasar dengan cara yang berbeda. Ada yang berbasis
agar siswa itu aktif maupun agar siswa itu berkompetitif secara sehat. Disamping pada tujuan
pendidikan yang akan dicapai namun masih banyak sekolah dasar yang masih menerapkan proses
belajar secara konvensional atau kontekstual, yaitu proses pembelajaran dua arah dengan cara guru
hanya menerangkan materi kemudian siswa mengisi soal yang tersedia di lembar kerja siswa (LKS).
Dengan metode ini proses pembelajaran dirasakan kurang efektif dan proses penyerapan materi
pada siswa kurang maksimal karena pola pikir mereka terpaku pada materi yang hanya diterangkan
oleh guru dan dari materi di buku. Melihat permasalahan diatas perlu adanya proses perubahan
dalam proses gaya belajar siswa yaitu dari proses belajar kontekstual menuju proses belajar yang
menunjang pada keaktifan dan pola pikir kritis dari siswa. Oleh karena itu, ada beberapa cakupan
perubahan yang akan dilakukan, yakni sebagai berikut : Perubahan proses belajar siswa dari
kontekstual menuju siswa aktif Contoh : Dari guru hanya menerangkan dan kemudian memberikan
soal pertanyaan kemudian siswa mengisi pada LKS (Lembar Kerja Siswa) Proses gaya belajar siswa
dari materi kasus ke praktek edukasi Contoh : Dari guru memberikan materi dan pertanyaan kemudia
guru memberikan contoh riil dari kasus yang dihadapi baik melalui foto, tayangan film maupun dari
poster gambar sehingga siswa mampu memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan sesuai
dengan pola pikir siswa sekolah dasar. Gaya belajar individu menjadi gaya belajar kelompok dan
berkompetisi Contoh : Siswa diperbanyak dalam pelajaran berkelompok sehingga mampu
berkompetisi dengan kelompok lain dan secara individu sehingga siswa diharapkan aktif di dalam
kelas. Baik aktif dalam menyampaikan pendapat maupun pertanyaan. Karakter menurut Pusat
Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat,
tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat,
bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada
serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang
yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Karakter adalah sifat pribadi yang relative stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi
penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi .[1]Sedangkan karakteristik diambil
dari bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-
sifat yang khas dari sesuatu. Piaget memandang, bahwa anak memainkan peran aktif dalam
menyusun pengetahuan dan pemahamannya mengenai realitas. Anak yang lebih berperan aktif
dalam menginterpretasikan informasi yang diperoleh melalui pengalaman. Piaget percaya bahwa
pemikiran anak-anak berkembang berdasarkan priode-priode yang terus bertambah kompleks.
Menurut tahapan piaget, setiap individu akan melalui serangkaian perubahan kualitatif. Perubahan
ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya
pengorganisasian struktur berfikir. Perkembangan kognisi atau intelektual anak berjalan secara
gradual, bertahap dan berkelanjutan seiring bertambahnya umur. Walaupun dalam perkembangan
kognisi pada usia-usia tertentu memiliki pola umum, tetap ada peluang bahwa sebagian anak
menunjukkan perkembangan lebih awal dari pola umum tersebut. Rata-rata umumnya
perkembangan kognisi anak usia MI berkisar antara 6-13 tahun mulai dari kelas satu Adapun
karakeristik dan kebutuhan peserta didik sebagai berikut: 1. Senang bermain. Karakteristik ini
menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih –
lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang
serius tapi santai. Penyusunan jadwal pelajaran hendaknya diselang saling antara mata pelajaran
serius seperti IPA, Matematika, dengan pelajaran yang mengandung unsur permainan seperti
pendidikan jasmani, atau Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). 2. Senang bergerak. Orang dewasa
dapat duduk berjamjam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30
menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan
anak sebagai siksaan. 3. Anak senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok
sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat
(sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar
keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat
meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok. 4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan
sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep
baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsepkonsep
tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak
SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri,
sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angina, dengan cara
membawa anak langsung keluar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angina, bahkan
dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angina saat itu bertiup.
KESIMPULAN Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang dijadikan sebagai
titik tolak dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang jiwa atau psikis
manusia yang selalu mengalami perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat
memudahkan pelaksanaan proses pendidikan. Landasan psikologis berupa keberagaman, gaya
belajar, karakteristik, permasalahan, potensi dan keunikan, multiple intellegencies. Gaya belajar
merupakan cara termudah yang dimiliki oleh individu dalammenyerap,mengatur, dan mengolah
informasi yang diterima. Gaya belajar yang sesuai adalah kunci keberhasilan siswa dalam belajar.
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,watak.”
2) Landasan Pedagogis Pendidikan
Landasan pedagogis merupakan suatu landasan yang digunakan oleh pendidik
untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencapai
tujuannya, yaitu membimbing peserta didik ke arah tujuan tertentu, yaitu agar
peserta didik dapat menyelesaikan masalah dengan mandiri. Landasan pedagogis
ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena dapat dijadikan
sebagai dasar oleh pendidik. Landasan pedagogis terbagi menjadi dua, yaitu
pembelajaran abad 21 dan pembelajaran
tematik integratif.
Landasan pedagogis merupakan landasan yang digunakan untuk mengubah
perilaku sesorang untuk menjadi lebih baik dengan bimbingan orang yang lebih
dewasa kepada orang yang sedang belajar.
Landasan pegagogis yang dilakukan dalam pembelajaran di SD berupa
pembelajaran abad 21, yaitu pembelajaran yang memanfatkaan teknologi yang
dapat diperoleh secara cepat dan tepat dalam dunia pendidikan dan pembelajaran
tematik integratif, yaitu pembelajaran yang lebih menekankan peserta didik untuk
belajarsecara aktif yang
sesuai dengan tema yang merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran yang
memiliki kaitan.
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang berbasis teknologi yang
dapat dengan mudah ditemukan oleh semua kalangan secara cepat. Hal itu sesuai
dengan pendapat berikut “Partnership for 21st Century Skills (2007) menegaskan
bahwa keterampilan abad 21 terbentuk dari suatu pemahaman yang solid terhadap
content knowledge yang kemudian ditopang oleh berbagai keterampilan, keahlian
dan literasi yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk mendukung kesuksesannya
baik secara personal maupun professional.” Dengan begitu dapat diketahui bahwa
pembelajaran abad 21 ini tidak hanya terfokus pada akademiknya saja, namun non-
akademik juga diperhatikan yang dapat membantu dalam berkompetisi dalam dunia
global yang berkembang saat ini. Pembelajaran abad 21 ini juga menimbulkan
berbagai macam respon dari masyarakat, seperti ada yang menganggap sebagai
peluang, namun ada juga yang berpendapat sebagai tantangan maupun hambatan
dan semua itu bergantung pada cara pandang setiap orang.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pembelajaran yang disusun dari
beberapa disiplin ilmu yang memiliki tema yang yang sama untuk digabungkan
sehingga saling berkaitan antara satu tema dengan tema lainnya dan mudah
dipahami oleh pendidik maupun peserta didik. Pembelajaran tematik integratif ini
muncul sejak diubahnya KTSP menjadi Kurikulum 2013. Pembelajaran ini bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan setiap
peserta didik yang berbeda-beda.
Dalam pembelajaran tematik integratif ini juga telah mengubah fokus dalam
pembelajaran, yaitu pada masa lalu dalam pembelajaran lebih terfokus bagaimana
pendidik mengajarkan peserta dengan cara yang baik dan profesional, namun
dengan menggunakan tematik integratif ini lebih difokuskan bagaiamana siswa
dapat berperan aktif dalam pembelajaran.

Landasan Psikologis Pendidikan


Landasan psikologis pendidikan adalah suatu landasan dalam proses pendidikan
yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya
serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap
tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia
sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan. Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan
adalah yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar (Tirtarahardja, 2005:
106).
Dengan demikian, psikologi adalah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara
psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan.
Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi menelaah
gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pendidikan peranan psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan
membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-
kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.

A. Bentuk Psikologi Pendidikan


1. Psikologis Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-
pendekatan yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989) : Pendekatan pen-
tahapan, Pendekatan diferensial dan Pendekatan ipsatif.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak
atas empat tahap yaitu :
 Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan
fisik.
 Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru
seperti hidup manusia primitif.
 Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran
dan kemauan untuk berpetualang.
 Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial,
kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
2. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen
sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau
kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari
hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini menyiratkan
dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku. Kedua, perubahan
tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai hasil belajar. Hal ini berarti, belajar pada
hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan hasil belajar.
Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku manusia
sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip belajar ini
selanjutnya lazim disebut dengan teori belajar yaitu Teori belajar klasik , Teori
belajar behaviorisme dan Teori belajar kognisi.

3. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu :
1) Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
2) Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3) Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka
dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi
belajar adalah minat dan kebutuhan individu, persepsi kesulitan akan tugas-tugas
dan harapan sukses.

B. Implikasi Psikologi dalam Kegiatan Belajar


1. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam
konteks belajar mengajar. Pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian
terhadap bagaimana in put, proses dan out put pendidikan dapat berjalan dengan
tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan
yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik
individulainnya. Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan
kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya.
2. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan
tiga belas prinsip dalam belajar, yakni (1) Agar seorang benar-benar belajar, ia harus
mempunyai suatu tujuan, (2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain, (3) Orang itu
harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya, (4) Belajar itu harus terbukti dari
perubahan kelakuannya, (5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya
pula hasil sambilan, (6) Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan,
(7) Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun
termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya, (8) Seseorang
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain, (9) Untuk belajar diperlukan
insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami, (10) Disamping mengejar
tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain, (11)
Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan, (12)
Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman dan (13)
Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Implikasi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melalui kajian psikologis
kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam
pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan,
bakat maupun kepribadian individu lainnya. Pemahaman kecerdasan, bakat, minat
dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting
bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga
pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
3) LANDASAN PEDAGOGIS SEBAGAI SALAH SATU DASAR PROSES PEMBELAJARAN DI
SEKOLAH DASAR
Landasan pedagogis merupakan suatu kegiatan yang dapat mengubah tingkah laku dan pola pikir
manusia agar dapat menjadi lebih baik. Lndasan pedagogis terdiri dari pembelajaran abad 21 dan
pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran abad 21 merupakan suatu pembelajaran yang
modern dengan memanfaatkan IPTEK. Sedangkan pembelajaran tematik integratif merupakan
pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dalam berbagai tema yang memiliki
hubungan tertentu. Kedua landasan tersebut dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di SD
agar semua siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan, seperti kognitif, afektif, dan
psikomotor yang jauh lebih baik dengan memanfatkan IPTEK, namun tetap memperhatikan
kemampuan dari setiap siswa yang beragam. Kata kunci : Pedagogis, pembelajaran abad 21,
pembelajaran tematik integratif, SD PENDAHULUAN Landasan pedagogis merupakan suatu landasan
yang digunakan oleh pendidik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan
mencapai tujuannya, yaitu membimbing peserta didik ke arah tujuan tertentu, yaitu agar peserta
didik dapat menyelesaikan masalah dengan mandiri. Landasan pedagogis ini sangat diperlukan dalam
pelaksanaan pembelajaran, karena dapat dijadikan sebagai dasar oleh pendidik. Landasan pedagogis
terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran abad 21 dan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran
abad 21 merupakan pembelajaran yang berbasis teknologi yang dapat dengan mudah ditemukan
oleh semua kalangan secara cepat. Hal itu sesuai dengan pendapat berikut “Partnership for 21st
Century Skills (2007) menegaskan bahwa keterampilan abad 21 terbentuk dari suatu pemahaman
yang solid terhadap content knowledge yang kemudian ditopang oleh berbagai keterampilan,
keahlian dan literasi yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk mendukung kesuksesannya baik
secara personal maupun professional.” Dengan begitu dapat diketahui bahwa pembelajaran abad 21
ini tidak hanya terfokus pada akademiknya saja, namun non-akademik juga diperhatikan yang dapat
membantu dalam berkompetisi dalam dunia global yang berkembang saat ini. Pembelajaran abad 21
ini juga menimbulkan berbagai macam respon dari masyarakat, seperti ada yang menganggap
sebagai peluang, namun ada juga yang berpendapat sebagai tantangan maupun hambatan dan
semua itu bergantung pada cara pandang setiap orang. Pembelajaran tematik integratif merupakan
pembelajaran yang disusun dari beberapa disiplin ilmu yang memiliki tema yang yang sama untuk
digabungkan sehingga saling berkaitan antara satu tema dengan tema lainnya dan mudah dipahami
oleh pendidik maupun peserta didik. Pembelajaran tematik integratif ini muncul sejak diubahnya
KTSP menjadi Kurikulum 2013. Pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan setiap peserta didik yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran
tematik integratif ini juga telah mengubah fokus dalam pembelajaran, yaitu pada masa lalu dalam
pembelajaran lebih terfokus bagaimana pendidik mengajarkan peserta dengan cara yang baik dan
profesional, namun dengan menggunakan tematik integratif ini lebih difokuskan bagaiamana siswa
dapat berperan aktif dalam pembelajaran. PEMBELAJARAN ABAD 21 Pembelajaran abad 21 ini
muncul karena semakin majunya teknologi dan informatika yang dapat digunakan dalam dunia
pendidikan yang dapat dengan mudah mereka dapatkan. Pembeda dari pembelajaran abad 21 dan
pembelajaran pada masa lalu yaitu, dahulu tidak menggunakan standar, namun dalam pembelajaran
abad 21 ini menggunakan standar dalam pendidikan yang digunakan sebagai acuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan adanya standar, guru dapat menjadikan sebagai
pedoman yang pasti tentang apa yang akan diajarkan dan apa yang akan mereka capai. Kemajuan
dari teknologi dan informatika ini telah mengubah gaya hidup semua orang, baik dari cara mereka
bekerja, bersosialisasi, berfikir, dan bermain. Kemajuan tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan
baik ataupun dikembangkan untuk memperbaikinya. Dalam mengembangkan pembelajaran abad 21
ini, harus ada hal-hal yang diperhatikan dengan baik adalah sebagai berikut. 1. Tugas Guru sebagai
Perencana Pembelajaran Guru sebelum melakukan pembelajaran di kelas harus memiliki
perencanaan yang baik, yaitu berupa RPP yang menjelaskan tujuan, skenario pembelajaran, penilaian
, dan media yang digunakan . Komponen-komponen tersebut harus dijelaskan secara detail. Selain
itu, guru harus dapat mengkombinasikan antara pedoman yang sesuai dengan kurikulum nasional
dengan pemanfaatan teknologi dalam kelas secara efektif. 2. Memasukkan unsur HOT (High Order
Thinking) Kemajuan teknologi telah memudahkan semua orang untuk memperoleh informasi secara
cepat dan tepat dari sumber yang terpercaya. Dengan begitu, guru dalam melaksanakan
pembelajaran harus dapat mengkombinasikan pembelajaran yang memunculkan permasalahan dari
berbagai tingkatan, seperti aplikasi, evaluasi, analisa, dan berkreasi. Hal tersebut dapat membuat
siswa untuk berpikir secara kritis dan logis. 3. Menerapkan Pendekatan dan Model Pembelajaran
yang Bervariasi Dalam pembelajaran tidak hanya menggunakan metode klasik saja, yaitu berceramah
karena siswa akan lebih mudah merasa bosan. Maka guru harus dapat menggunakan berbagai model
pembelajaran yang ada, seperti PBL, PjBL, Discovery, Inquiry, maupun Jigsaw. Dengan begitu siswa
dapat mengkaitakan pembelajaran dalam kelas dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran abad 21 meliputi : 1. Active Learning Pembelajaran yang berbasis active
learning bukan merupakan hal yang baru lagi, karena sudah ada sejak zamannya Socrates.
Pembelajaran aktif adalah suatu proses pembelajaran yang bertujuan untuk memberdayakan peserta
didik agar dapat belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam aktivitas ini
peserta didik didorong untuk menggunakan otaknya dalam memcahkan suatu masalah yang sedang
dipelajari, selain itu juga untuk melatih fisik dan mental seseorang. Menurut Bonwell pembelajaran
aktif memiliki karakteristik sebagai berikut; a. Penekanan proses pada pembelajran bukan pada
penyampaian informasi oleh pendidik melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran nalitis
dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. b. Peserta didik tidak hanya
mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan
pembelajaran. c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkaitan dengan materi
pembelajaran. d. Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi. e. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran. 2.
Student Center Pengembangan proses pembelajaran sebaknya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran yang
secara aktif mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Siswa tidak lagi
dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan oleh guru, tetapi
berupaya untuk membangun pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan
tingkat perkembangan berpikirnya, sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah nyata
yang terjadi di kehidupan sehari-hari. 3. Berorinetasi pada Proses Dalam proses pembelajaran yang
diutamakan bukan untuk mencapai hasil akhirnya, namun bagaimana proses pembelajaran itu dapa
berjalan dengan baik dan sitematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jika suatu
pembelajaran dilakukan secara instan, maka siswa akan lebih sulit dalam memahami materi yang
disampaikan oleh guru. Dengan begitu proses dalam pembelajran sangat diperlukan. 4. Collaborative
Learning Dalam proses pembelajaran guru harus mengajarkan siswa untuk dapat bekerjasama
dengan orang lain. Bekerjasama dengan orang lain yang memiliki latar belakang dan karakteristik
yang berbeda-beda . Dalam menggali ilmu pengetahuan, siswa didorong untuk dapat berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dengan begitu siswa dapat mempelajari bagaimana menghargai
suatu perbedaan dan menyesuaikan diri. PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI SD Pembelajaran
tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai
kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Permendikbud). Namun terdapat
pengecualian untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan budi pekerti tidak dimasukkan ke dalam
pembelajaran tematik integratif. Dengan adanya pembelajaran tematik integratif dapat dilakukan
dalam satu kali tatap muka untuk setiap subtema yang telah ditentukan. Hal tersebut dilakukan
karena siswa akan lebih mudah untuk memaknai materi dari berbagai konsep yang mereka pelajarai
dan menghubungkannya dengan konsep yang lain yang telah mereka kuasai, serta mendapatkan
pengalaman yang lebih bermakna secara langsung. Pembelajaran tematik integratif juga bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan siswa, antara lain kemampuan kognitif, kemampuan
psikomotor, dan kemampuan afektif yang dilakukan oleh guru secara seimbang dan menyeluruh.
Siswa juga tidak dibatasi dalam memaknai pengetahuan yang ingin ia ketahui. Karakteristik
pembelajaran tematik integratif menurut Kemendikbud sebagai berikut. a. Pembelajaran berpusat
pada peserta didik. b. Memberikan pengalaman langsung dan bermakna kepada peserta didik. c.
Masing-masing mata pelajaran tidak terpisah-pisah. d. Dalam pembelajaran menyajikan konsep dan
kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. e. Bersifat fleksibel f.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Dari keenam
karakteristik tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran tematik integratif ini lebih menekankan
kepada peserta didik untuk dapat bekerjasama dengan peserta didik lainnya dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dalam pembelajaran yang dibimbing oleh guru dengan menggunakan berbagai
metode dan pendekatan yang sesuai dan runtut. Menurut Robin Fogarty, terdapat 10 model tematik
integratif, yaitu : 1. Cellular model 2. Connected model 3. Nested model 4. Sequenced model 5.
Shared model 6. Webbed model 7. Threaded model 8. Integrated model 9. Immersed model 10.
Networked model Pembelajaran tematik integratif di SD dilakukan oleh sebab bahwa untuk
kurikulum di SD organisasi kompetensi kurikulum yang dilakukan melalui pendekatan yang
terintegrasi. Dengan adanya pendekatan tematik, maka struktur pembelaran di SD menjadi lebih
sederhana karena jumlah mata pelajaran telah berkurang. Pembelajaran tematik adalah kegiatan
mengajar dengan memaddukan materi yang telah dijadikan satu tema. Berdasarkan keadaan
psikologis dan kognitif siswa di kelas awal SD, pembelajaran tematik diharapkan menjadi model
pembelajaran yang yang sesuai. Dengan adanya pembelajaran tematik, buku-buku yang dibuat tidak
lagi berdasarkan pada mata pelajaran, namun berdasarkan tema yang telah digabungkan dari
beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi yang berlaku di SD. Siwa lebih ditekankan
untuk melakukan eksplorasi berdasarkan pengalaman yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Ekplorasi
tersebut bertujuan agar peserta didik mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
menalar, dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu, guru harus dapat mengemas atau merancang
pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar
yang menunjukkankaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran yang lebih efektif.
Dalam pembelajaran tematik lebih memperhatikan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Implikasi
dari Pembelajaran Tematik Integratif, yaitu: ”As a model of innovatiom, thematic learning model is
not easy to implement, because is requires adaptation and a willingness to adapt. Given that the
thematic learning model combines multiple diciplines and requires complex managmenent. Based on
the early grades of primary school bring some implications that must be realized by all parties.”
KESIMPULAN Landasan pedagogis merupakan landasan yang digunakan untuk mengubah perilaku
sesorang untuk menjadi lebih baik dengan bimbingan orang yang lebih dewasa kepada orang yang
sedang belajar. Landasan pegagogis yang dilakukan dalam pembelajaran di SD berupa pembelajaran
abad 21, yaitu pembelajaran yang memanfatkaan teknologi yang dapat diperoleh secara cepat dan
tepat dalam dunia pendidikan dan pembelajaran tematik integratif, yaitu pembelajaran yang lebih
menekankan peserta didik untuk belajarsecara aktif yang sesuai dengan tema yang merupakan
gabungan dari beberapa mata pelajaran yang memiliki kaitan.

Anda mungkin juga menyukai