Anda di halaman 1dari 6

2.

2 Lingkungan belajar dan kepribadian


Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi
dalam pperkembangan itu makin terbentuk pola-pola yang tetap dan khas,
sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu. Terdapat beberapa
factor yang menyebabkan terbentuknya kepribadian, diantaranya faktor biologis,
faktor sosial, dan faktor kebudayaan. Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah
masyarakat, yakni manusia-manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan,
seperti lingkungan dimana orang tersebut menuntut ilmu.1
Sekolah adalah Lembaga dan institusi Pendidikan yang berperan penting
dalam sosialiasasi terhadap pembentukan kepribadian. Sekolah menjadi
lingkungan pembelajaran nilai dan norma yang dilakukan setelah keluarga,
dimana hampir separuh hari dihabiskan di sekolah.
Kemampuan personal dan kecakapan guru menjadi penting terhadap anak,
tak sedikit seorang anak mengidolakan seorang guru karena kekagumannya
terhadap pribadi guru tersebut, anak menjadikan role model terhadap
kepribadiannya. Selain itu, guru juga harus memiliki sisi karismatik terhadap
anak sehingga anak akan merasa hormat terjadap guru sebagaimana nilai dan
norma yang diakarkan kepada anak. Kecakapan guru dinilai penting dalam
membentuk dan mengarahkan kepribadian anak.2
Selanjutnya bentuk dan kualitas dari Lembaga sekolah, sistem yang baik,
ketersediaan fasilitas yang memadai, kualitas guru yang baik dan berfungsinya
semua unsur elemen dalam kelembagaan sekolah menjadi factor penentu
kepribadian yang mempengaruhi cukup besar terhadap anak.2
Semua ini akan berkorelasi dengan stigma dan prestise dari sekolah itu
sendiri. Sekolah dengan kualitas baik akan menciptakan pelajar yang berkualitas
dilihat dari berbagai indicator. Sekolah yang memiliki stigma dan prestise baik
akan cenderung menerapkan peraturan yang lebih baik, sehingga tingkat
kedisiplinan akan diterapkan secara utuh. Dalam pengembangan kepribadian,
kegiatan ekstrakulikuler dinilai cukup penting dalam membentuk kepribadian
anak.2
Secara umum, kepribadian itu pada dasarnya dibentuk oleh pendidikan,
karena pendidikan menanamkan tingkah laku yang kontinyu dan berulang-ulang
sehingga menjadi kebiasaan, ketika ia dijadikan norma, kebiasaan itu berubah
menjadi adat, membentuk sifat, sifat-sifat seseorang merupakan tabi’at atau
watak, tabi’at rohaniah dan sifat lahir membentuk kepribadian. Hal ini, sesuai
dengan definisi pendidikan, yaitu usaha sadar, teratur, dan sistematik yang
dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi
anak agar mempunyai sifat dan tabi'at sesuai dengan cita-cita pendidikan.
Kepribadian itu dapat dibentuk oleh pendidikan, dan pendidikan itu sendiri
bersumber pada tiga pusat pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat.3
Tingkah laku seperti sikap, temperamen, dan sifat-sifat merupakan bagian
dari kepribadian. Ciri-ciri kepribadian yaitu kepercayaan diri, tanggung jawab,
saling menghargai, dan kompetitif. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, indikator
kepribadian siswa adalah:1
1. Kepercayaan diri
Dalam kepribadian siswa, kepercayaan diri sangat dibutuhkan. Orang
yang memiliki kepercayaan diri akan pula memiliki sikap optimis atas apa
yang akan dilakukannya. Sama halnya ketika siswa sedang belajar, jika
siswa tersebut percaya akan apa yang di kerjakannya, artinya siswa tersebut
mampu memahami apa yang telah dipelajarinya, sehingga dapat dikatakan
siswa tersebut memiliki kepribadian yang baik dan dapat mempengaruhi
hasil belajarnya.
2. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kesadaran atas tindakan yang
dilakukannya. Dalam hal ini tindakan siswa dalam belajar, seperti taat pada
tata terbit saat pelajaran berlangsung dan juga tanggung jawab dengan tugas-
tugas yang diberikan oleh guru.
3. Saling menghargai
Saling menghargai erat kaitanya dengan kepekaan sosial. Siswa yang
memiliki rasa saling menghargai artinya mampu melihat keadaang sekitar
dan mampu mlihat perbedaan antar siswa satu dengan yang lainnya. Sikap
ini dalam kepribadian sanat membantu mengatasi masalah perbedaan antar
siswa, sehingga siswa mampu meengikuti pelajaran dengan baik an
memperoleh hasil belajar yang diinginkan.
4. Kompetitif
Kompetitif merupakan sikap bersaing dengan individu lain dalam hal
kebaikan. Kepribadian ini tentu sangat dianjurkan bagi siswa, karena
bersaing dalam memeroleh hasil belajar yang memuaskan adalah bagian dari
kepribadian siswa yang baik.
Proses pembentukan kepribadian itu sangat penting, karena pembentukan
kepribadian tersebut tidak terjadi secara langsung, tetapi harus melalui proses
yang bertahap terlebih dahulu. Adapun dalam bentuk kepribadian dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:4
1. Pembentukan kepribadian secara perseorangan
Pada proses ini, yang meliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap
dan tingkah laku serta intelektual sehingga ia berbeda dengan orang lain.
Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi bawaan. Dengan demikian
secara potensi (pembawaan) akan di jumpai adanya perbedaan antara orang
yang satu dengan yang lainnya. Namun perbedaan tersebut terbatas pada
seluruh potensi yang mereka miliki berdasarkan faktor bawaan masing-
masing, meliputi aspek jasmani dan rohani. Pada aspek jasmani seperti
perbedaan bentuk fisik, warna kulit dan ciri-ciri fisik lainnya. Sedangkan
pada aspek rohaniah seperti sikap mental, bakat, kecerdasan maupun sikap
emosi.
2. Pembentukan kepribadian secara ummah (Bangsa dan Negara)
Pembentukan kepribadian secara ummah yang meliputi sikap dan
tingkah laku ummah yang berbeda dengan ummah yang lainnya mempunyai
ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan
identitas tersebut dari pengaruh luar baik ideologi maupun lainnya dapat
yang dapat memberi dampak negatif. Proses pembentukan kepribadian
secara ummah dilakukan dengan memantapkan kepribadian individual, juga
dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi sehingga
memungkinkan terbentuknya kepribadian ummah.
Ada beberapa metode pembentukan keprinadian yang dapat
diimplementasikan oleh guru, antara lain:
1. Metode keteladanan
Teladan ialah tindakan atau perbuatan pendidik yang disengaja
dilakukan untuk ditiru oleh anak didik. Metode keteladanan, yaitu upaya
untuk membumikan segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang
pendidik, yang tadinya hanya berupa goresan tinta atau pikiran menjadi
terintegrasi dengan prilaku kesehariannya.5 Secara psikilogis manusia
memerlukan keteladanan untuk mengembangkan sifat-sifat dan potensinya.
Pendidikan lewat keteladanan dengan memberi contoh-contoh konkrit
kepada para siswa. Metode Keteladanan merupakan metode efektif untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.6 Dalam pembentukan kepribadian,
pemberian contoh sangat ditekankan. Guru harus memberikan uswah yang
baik bagi para siswanya baik dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari
maupun yang lainnya, karena nilai mereka dinilai dari aktualisasinya
terhadap apa yang disampaikan.
2. Metode pembiasaan
Pembiasaan merupakan suatu upaya pengulangan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.5 Pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan
latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak didik
untuk melakukannya dalam pembentukan kepribadian
3. Metode mendidik melalui kedisiplinan
Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau
peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena
paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya
mematuhi peraturan-peraturan itu. Metode ini identik dengan pemberian
hukuman atau sanksi. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa
yang dilakukan tersebut tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.7

REFERENCES
1. Ariani A. Hubungan Kecocokan Antara Tipe Kepribadian dan Model
Lingkungan Belajar dengan Motivasi Belajar Pada Mahasiswa PGSD Universitas
Achmad Yani Banjarmasin. Profesi Pendidik Dasar. 2014;1(1):1-7.
2. Riswan H. Peran Penting Sekolah dalam Membentuk Kepribadian Anak.
Published 2019. Accessed April 29, 2021.
https://www.kompasiana.com/heruriswan/5c6f396a12ae9449c7576706/peran-
penting-sekolah-dalam-membentuk-kepribadian-anak?page=all#
3. Indrakusuma AD. Pengantar Ilmu Pendidikan. Usaha Nasional; 1973.
4. Munawwaroh D. Filsafat Pendidikan Perspektif Islam Dan Umum. UIN Press;
2003.
5. Suralaga F. Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam. UIN Press; 2005.
6. Hidayat N. Metode Keteladanan dalam Pendidikan Islam. Ta’allum J Pendidik
Islam. 2015;3(2):135-150. doi:10.21274/taalum.2015.3.2.135-150
7. Sabri MA. Ilmu Pendidikan. CV. Pedoman Ilmu Jaya; 1999.

Anda mungkin juga menyukai