Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

1. Mekanisme Kontrasepsi Mantap


Cara Kerja MOW yakni dengan melakukan penutupan tuba uterine dengan
maksud untuk tidak mendapatkan keturunan dalam jangka panjang sampai
seumur hidup (1). Prosedur tubektomi tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
pemotongan melainkan cukup dengan mengikatkanya (membuat buntu), dan dari
sini lahir istilah ligation atau tuba occlusion. Pendekatannya dapat dilakukan
dengan pembedahan kecil yang dikenal dengan nama minilaparotomi atau
disingkat minilap. Cara lain yaitu dengan melakukan laparoskopi dan disebut
sterilisasi laparoskopi (2).

2. Cara Penggunaan Kontrasepsi Mantap


Teknik melakukan MOW
a Tahap persiapan pelaksanaan
1) Informed consent
2) Riwayat medis/ kesehatan
3) Pemeriksaan laboratorium
4) Pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen
5) anestesi
b Tindakan pembedahan, teknik yang digunakan dalam pelayanan MOW antara
lain:
1) Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada 12 daerah perut bawah
(suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah).
Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relative murah, dan
dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini
juga lebih aman dan efektif (3). Baik untuk masa interval maupun pasca
persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah
tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah
itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kassa yang
kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat
dipulangkan setelah 2 - 4 hari (3).
2) Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan
Kandungan yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman
dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan
atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya pada
jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya
pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi,
laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan
sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan (3)
c Perawatan post operasi
1) Istirahat 2-3 jam
2) Pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu
3) Ambulasi dini
4) Diet biasa
5) Luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1
minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada
abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi (3).
3. Keuntungan dan Kerugian
Menurut Wiknjosastro (2007), tubektomi mempunyai beberapa keuntungan
antara lain sangat efektif (0,2-4 kehamilan/100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan), tidak mempengaruhi proses menyusui, tidak bergantung pada faktor
senggama, baik bagi klien apabila akan menjadi resiko kesehatan yang serius,
pembedahan sederhana dan dapat dilakukan dengan anestesi lokal, tidak ada efek
samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak
ada efek pada produksi hormon ovarium) dan berkurangnya resiko kanker
ovarium (4). Sedangkan menurut Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia
(PKMI), keuntungan tubektomi adalah:
a Sangat efektif (0,5 kehamilan per-100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan).
b Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding).
c Tidak bergantung pada faktor senggama.
d Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
e Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal.
f Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
g Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormon ovarium) (5).
Keterbatasan Kontrasepsi Tubektomi, antara lain:
a Tidak melindungi dari IMS, HIV/AIDS.
b Risiko komplikasi kecil (dapat meningkat apabila digunakan anestesi umum)
c Rasa sakit atau ketidaknyamanan jangka pendek setelah tindakan pembedaha
d Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi) (6).
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhamaad Luqman Anshori et. al. Hubungan faktor riwayat efek samping,
akses pelayanan dan tokoh panutan dengan keikutsertaan sebagai akseptor
kontrasepsi tubektomi di kelurahan mangunsari kota salatiga. JKM e-Journal.
2015;Volume. 3/.
2. Siswosudarmo et. a. Teknologi Kontrasepsi. JKM e-Journal. 2015;
3. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Penerbit. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
4. Wiknjosastro.H. Ilmu kandungan edisi keenam. Jakarta: YPB-SP; 2007.
5. PKMI. Tubektomi. . Jakarta; 2009.
6. Yuhedi T.L dan Kurniawati T. Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.
Jakarta: EGC.; 2013.

Anda mungkin juga menyukai