Anda di halaman 1dari 24

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ

DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI MTS


RIYADHOTUL UQUL JABON MOJOKERTO

ARTIKEL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Oleh:

NUR FATIMATUZ ZAHRO’

20201171

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2022
Implementasi Pembelajaran AQidah AkhlaQ dalam Membentuk Karakter
Siswa Di MTS Riyadhotul Uqul Jabon Mojokerto

Nur Fatimatuz Zahro’

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri

nurfatimatuzzahro55@gmail.com

Abstrak

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya menanamkan kearifan dalam


berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, pengalaman dalam bentuk tingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai luhur yang telah menjadi jati diri setiap orang.
Pendidikan karakter yang ditanamkan dalam pendidikan Islam adalah untuk
menciptakan sifat peserta didik yang berakhlak mulia. Pentingnya pendidikan
karakter salah satunya disebabkan oleh permasalahan generasi saat ini yang
merupakan krisis moral. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
kualitatif dengan penelitian lapangan menggunakan metode deskriptif.
Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa bentuk materi pendidikan karakter
dalam pembelajaran akhlaq aqidah di MTS Riyadhotul Uqul membutuhkan
pengajaran, keteladanan, dan refleksi tentang etika, ibadah dan aqidah. Poin
terpenting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan anak untuk berperilaku
sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah. Implementasi pendidikan
karakter dalam pengajaran prinsip-prinsip etika di MTS Riyadhotul Uqul
dilakukan dalam tiga cara, yaitu kegiatan belajar di kelas, kegiatan ekstra kelas
dan kegiatan di luar sekolah. . Sarana dan prasarana yang ada, baik terakreditasi
maupun tidak, membantu memfasilitasi pembentukan karakter dengan
mengajarkan prinsip-prinsip etika menggunakan materi yang ada dan
menggunakan sosialisasi, contoh dan refleksi serta metode mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Implementasi, Pembelajaran Akidah Akhlak, Pembentukan Karakter


Siswa

2
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Saat ini banyak remaja yang memiliki karakter buruk, salah satunya
remaja di lingkungan sekolah yaitu pelajar. Sekolah merupakan tempat
pembentukan karakter yang sangat berpengaruh bagi siswa karena
siswa lebih lama berada di lingkungan sekolah dibandingkan dengan
yang lainnya. Sekolah juga merupakan tempat siswa belajar untuk
memperoleh ilmu yang dapat mereka gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Untuk mengimplementasikan teori yang dipelajari, siswa
harus mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dan guru juga
harus menyampaikannya dengan baik, sehingga siswa dapat
memahaminya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperkuat perilaku, sikap dan kepribadian. Dalam
pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menguasai pengetahuan dari
yang sebelumnya tidak tahu menjadi yang sebelumnya tidak mampu
menjadi mampu, sehingga terjadi perubahan pada diri siswa terutama
pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.1
Peserta didik adalah anak yang sedang mengalami perkembangan.
Teori Tabularasa menjelaskan bahwa seorang anak seperti kain putih
saat lahir. Jika Anda memasukkannya ke dalam cairan merah, biru dan
hitam, kertas putih akan berubah menjadi merah, biru dan hitam.
Pendidikan merupakan lingkungan positif yang dapat membentuk
karakter anak bangsa menjadi pribadi yang unggul.2

1
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), 21
2
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), 45

3
Di sekolah ada kegiatan belajar mengajar, di mana belajar mengajar
adalah suatu kondisi yang tercipta dengan sengaja dan terencana.
Sebagai guru, mereka pasti sudah menyadari apa yang perlu dilakukan
dalam kegiatan belajar mengajar. Tentunya guru berusaha menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi siswa, karena suasana tersebut dapat
membawa keharmonisan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus
mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai hasil yang diinginkan
dengan benar. Oleh karena itu, sebelum mengajar sebaiknya guru
menyiapkan RPP terlebih dahulu. Siapkan rencana untuk mengambil
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Rencana
dapat disusun sesuai kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai
keinginan perencana. Namun, yang lebih penting adalah bahwa
rencana yang dibuat harus dilaksanakan dengan mudah dan tepat
waktu.3
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai
komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen ini
meliputi: tujuan, materi, metode dan penilaian. Komponen-komponen
tersebut harus diperhatikan oleh guru agar metode yang digunakan
dalam pembelajaran sesuai dan dapat dipahami oleh siswa. Sehingga
peserta didik dapat mengaplikasikan pelajaran yang dapat diambil dari
proses pembelajaran tersebut.
Pembinaan kepribadian siswa merupakan tugas pendidikan yang
hakikatnya adalah membangun manusia yang utuh, yaitu manusia yang
berakhlak dan berkepribadian baik.4 Salah satu mata pelajaran di
madrasah yang dapat membentuk kepribadian siswa adalah akidah
akhlak. Aqidah Akhlak merupakan dasar keyakinan umat Islam
dengan fungsi dan peran penting. Tema-tema Aqidah Akhlak

3
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2013), 15
4
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan Berbasis
Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), 43

4
menekankan aspek keteladanan dan kebiasaan berbuat baik dan
menjauhi perbuatan buruk. Kepribadian dapat dipahami sebagai
karakteristik yang melekat pada seseorang. Karakteristik ini
membedakan satu individu dari yang lain. Kepribadian yang baik
terbentuk dari kebiasaan yang baik, dari pengalaman melihat
keteladanan dalam berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari, sehingga
menjadi kebiasaan.5 Oleh karena itu, setiap guru di sekolah harus
memberikan contoh yang baik kepada siswa agar menjadi orang yang
baik karena meniru sosok gurunya.
Tantangan yang dihadapi guru Aqidah Akhlak adalah bagaimana
menerapkan dan membimbing siswa yang berkarakter beriman, taqwa,
dan berakhlak mulia. Guru bertanggung jawab untuk mengajar,
mendidik, membimbing dan mengembangkan kepribadian anak.
Khususnya bagi guru akidah akhlak di madrasah, karena materi dalam
mata pelajaran tersebut mengandung nilai-nilai positif yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dari rumah ke sekolah memiliki kepribadian yang berbeda-beda,
ada yang baik dan ada yang tidak, karena berasal dari latar belakang
yang berbeda. Hal yang paling penting di sekolah adalah perilaku guru
menjadi teladan bagi siswanya. Seperti pakaian guru, cara bicaranya,
cara duduknya, cara bergaulnya, semua itu diperhatikan oleh siswa.
Kepribadian guru akhlak aqidah sangat besar pengaruhnya bagi peserta
didik, ketika di rumah anak dididik oleh orang tuanya, perilaku yang
baik di rumah diperbaiki dan dikembangkan, sedangkan perilaku yang
buruk diperbaiki dan diajarkan bahwa perilaku tersebut tidak baik,
pergaulan materi dengan materi yang terkandung dalam bahan ajar.
Dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Akidah
Akhlak terdapat materi yang membantu meningkatkan karakter siswa
agar menjadi lebih baik. Karena pelajaran yang dipelajari berhubungan

5
Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose
Media Jakarta, 2011), 45

5
dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, jika pembelajaran
dilakukan dengan baik maka kepribadian siswa akan terbentuk dan
siswa yang berakhlak buruk dapat diperbaiki dengan
mengikuti pembelajaran Akidah Akhlak tersebut. Dari temuan
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
“Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk
Karakter Siswa di MTs Riyadhotul Uqul Jabon Mojokerto”
2. Penelitian Terdahulu
Dari berbagai penelitian yang penulis ketahui, pembahasan yang
berkaitan dengan penelitian ini antara lain:
a. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6, edisi 6, 2019, ditulis oleh Rifdah
Rohadatul, Aisy, Mohammad Afifulloh dan Devi Wahyu Ertanti,
berjudul “Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Membentuk
Karakter Siswa di MTs Al-Maarif 01 Singosari”. Kajian ini
membahas tentang strategi guru membentuk kepribadian siswa
pada topik Aqidah Akhlak. Untuk membentuk kepribadian siswa
strategi yang digunakan adalah strategi pembelajaran langsung,
interaktif, strategi dan metode pembentukan kepribadian
komunikasi yang baik, pembiasaan, dan kepribadian keteladanan
dalam pembelajaran Metode tanya jawab dan ilustrasi. Selain
strategi tersebut juga diterapkan kebiasaan berikut, menerapkan 6s,
membaca kitab suci sebelum dan sesudah belajar, membaca 15
menit sebelum mulai belajar.6
b. Jurnal Antropologi Sosial Budaya, Vol. 4, edisi 2 Januari 2019,
ditulis oleh Sapirin, Adlan dan Candra Wijaya, berjudul
“Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak dalam Membangun
Karakter Peserta Didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli
Tengah”. Penelitian ini membahas penerapan tema Akidah Akhlak
dalam mendidik karakter siswa, dimana bentuk materi pendidikan
6
Rifdah Rohadatul „Aisy, Mohammad Afifulloh, dan Devi Wahyu Ertanti, “Strategi
Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa di MTs Al Maarif 01
Singosari”, Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 2, 2019, 88.

6
karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak di MIN 3 Tapanuli
Tengah memerlukan pengajaran, keteladanan, dan renungan
tentang akhlak, ibadah dan akidah. Pelaksanaannya dilakukan
dalam 3 mode yaitu kegiatan pembelajaran di kelas, kegiatan di
luar kelas dan kegiatan di luar sekolah.7
c. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, vol. 9, Edisi 2 Desember 2017,
ditulis oleh Purniadi Putra dengan judul “Implementasi Pendidikan
Kepribadian Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak (Studi Kasus
Ganda di MIN Sekunduk dan MIN Pemangkat Kabupaten
Sambas)”. Kajian ini membahas penerapan pendidikan kepribadian
pada topik Aqidah Akhlak. Rencana pembelajaran guru Aqidah
Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter adalah rancangan
rencana pembelajaran Aqidah Akhlak buatan guru yang
direncanakan dengan menggunakan bahan ajar dan gaya belajar
sesuai sasaran. Hal itu kemudian mengacu pada tata tertib yang
telah direncanakan dan ditetapkan dalam setiap kegiatan atau
proses pembelajaran di suatu lembaga pendidikan. Maka metode
dan sarana yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat
dijadikan sebagai upaya untuk membangun karakter siswa pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak.8
3. Fokus dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana implementasi pembelajaran aqidah akhlaq dalam
membentuk karakter siswa di MTS Riyadhotul Uqul?
b. Apa saja faktor pendukung/penghambat dalam pembentukan
karakter siswa di MTS Riyadhotul Uqul?
7
Sapirin, Adlan, dan Candra Wijaya, “Implementasi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri 3 Tapanuli Tengah”,
Antropologi Sosial dan Budaya, Vol. 4, No. 2, 2019, 219-220
8
Purniadi Putra, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak (Studi Multi Kasus di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat Kabupaten Sambas)”,
Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2, 2017, 44-45

7
B. Kajian Teori
1. Pengertian Implementasi Pembelajaran
Implementasi adalah kegiatan dimana rencana direalisasikan menjadi
tindakan nyata untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
sehingga memiliki nilai.9 Akan tetapi, belajar dapat diartikan sebagai
suatu proses atau cara yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
seseorang dapat melakukan kegiatan belajar.10
Pembelajaran adalah upaya guru untuk membuat siswa dapat menerima
pengetahuan yang diberikan dan untuk membantu memfasilitasi
pencapaian tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan
kombinasi dari pekerjaan dan pengalaman. Apa yang dilakukan orang
di dunia menjadi pengalaman baginya. Pengalaman tersebut akan
menambah keterampilan, pengetahuan, atau wawasan yang
mencerminkan nilai yang mendalam. Pembelajaran yang efektif
mengarah pada perubahan, pertumbuhan, dan peningkatan keinginan
untuk belajar.11
Pembelajaran adalah suatu proses yang membimbing siswa dalam
proses belajar untuk mengubah tingkah laku. Dalam hal ini
menunjukkan bahwa guru perlu lebih memperhatikan minat
perkembangan siswa, guru harus menjadi fasilitator yaitu memberikan
kemudahan siswa dalam belajar, membantu siswa untuk motivasi
belajar, mendorong siswa untuk bersemangat belajar. Keterampilan
akademik, sosial, dan kemandirian dapat membantu siswa mencapai
potensi penuh mereka.12
2. Pengertian Akidah Akhlak
Aqidah adalah bentuk Masdar dari kata aqada, ya'qidu, 'aqdan,
aqidatan yang berarti simpul, mata rantai, sambungan, kesepakatan dan
9
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah”, Tadrib Vol. 1 No. 1, 2015, 10
10
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2017), 10
11
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz media, 2013), 75-
76
12
Leli Halimah, Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang
Excellent di Abad ke-21, (Bandung: Refika Aditama, 2017), 36

8
keteguhan.13 Kata aqidah secara harfiah berarti sesuatu yang terikat.
Kata ini biasa dikenal dengan istilah 'aqaid, yang merupakan bentuk
jamak (jama'i) dari 'aqidah yang berarti kesimpulan. Kata lain yang
mirip adalah i'tiqad, yang berarti amanah. Kata-kata sederhana
membawa arti amanah yang terikat di hati.14
Aqidah adalah hukum penerimaan yang tidak diragukan lagi bagi
orang yang beriman. Akidah dalam agama adalah keyakinan tanpa
amal, seperti keyakinan akan adanya Allah dan diutusnya rasul.
Akidah secara istilah, yaitu hal-hal yang harus dibuktikan dengan hati
dan jiwa, sehingga menjadi suatu keyakinan yang kokoh dan tidak
diragukan lagi. Jika pemahamannya tidak mencapai tingkat keimanan
yang kuat, maka tidak bisa disebut akidah. Disebut aqidah karena
manusia mengasosiasikan hatinya dengan Allah SWT.15
3. Tujuan Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:
a) Membina dan mengembangkan keimanan dengan cara memberi,
membina dan mengembangkan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, kebiasaan dan pengalaman keislaman peserta didik
agar menjadi umat Islam terus mengembangkan keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah swt.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menjauhi celaan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan pribadi maupun sosial, sebagai perwujudan ajaran dan
nilai-nilai keimanan Islam.16
4. Ruang Lingkup Akidah Akhlak
a) Akhlak terhadap Allah

13
Andi Banna, “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akidah
Akhlak”,JILFAI-UMI Vol. 16 No. 1, 2019, 103
14
Mahrus, Aqidah, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
2009), 4
15
Nur Hidayat, Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta: Ombak, 2015), 24-25
16
KMA Nomor 165 Tahun 2014, 45-46

9
Akhlak terhadap Allah adalah sikap, pengakuan dan kesadaran
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah.
b) Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap orang lain adalah perilaku baik yang harus kita
lakukan terhadap setiap manusia.
c) Akhlak terhadap lingkungan
Etika lingkungan adalah perilaku terhadap benda-benda di sekitar
manusia, seperti hewan, tumbuhan, dan benda-benda lainnya.17
Mata pelajaran aqidah akhlak madrasah tsanawiyah meliputi:
a) Aspek iman terdiri dari dasar dan tujuan iman Islam, sifat-sifat
Allah, al-Asma' al-Husna, iman kepada Allah, kitab-kitab Allah,
Rasul Allah, Hari Akhir dan Qada Qadar.
b) Aspek akhlak terpuji yang terdiri dari tauhid, ikhlas, taat, taqwa,
iman, ikhtiar, sabar, syukur, qanaa’ah, tawaduh, husnuzzan,
tasamuh dan ta'awun, remaja berilmu, kreatif, produktif dan sosial.
c) Aspek moral yang tercela adalah kekafiran, musyrik, kemunafikan,
kemunafikan, putus asa, gadab, keserakahan, kesombongan, iri
hati, dendam, fitnah, dan namimah.
d) Aspek adab meliputi: Bentuk ibadah : kebiasaan shalat, kebiasaan
membaca Al-Quran dan shalat, kebiasaan kepada orang tua dan
guru, kebiasaan kepada kerabat, sahabat dan tetangga, kebiasaan
kepada lingkungan yaitu untuk hewan dan tumbuhan, di tempat
umum dan di jalan.
e) Aspek kisah teladan meliputi: Nabi Sulaiman a.s. dan umatnya,
Ashabul Kahfi, Nabi Yunus a.s. dan Nabi Ayyub a.s., Kisah
Sahabat: Abu Bakar r.a., Umar bin Khattab r.a, Usman bin Affan
r.a., dan Ali bin Abi Talib r.a.18
5. Pengertian Karakter

17
Achmad Gholib, Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Islam, (Ciputat: Diaz Pratama
Mulia, 2016), 7-8
18
Ibid, 48

10
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan hati, jiwa,
kepribadian, perilaku, budi pekerti, sifat, temperamen,watak. Adapaun
berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak. Karakter ini mengacu pada berbagai sikap, perilaku, motif,
dan keterampilan.19 Kata berkarakter berarti memiliki karakter,
memiliki kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.20
Karakter adalah nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya
dengan Allah SWT, diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
kebangsaan, yang dinyatakan dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.21 Karakter dapat dipahami sebagai
karakteristik yang melekat pada seseorang. Karakteristik ini
membedakan satu individu dari yang lain.22 seseorang yang berperilaku
tidak jujur, menipu, jahat, dapat dianggap sebagai orang yang
berkarakter buruk Sedangkan orang yang berperilaku jujur, baik, dan
disiplin dapat dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang
baik.
6. Tujuan Pembentukan Siswa
Siswa dibentuk kepribadiannya karena memiliki tujuan, antara lain:
a. Menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk meningkatkan dan
menerapkan ilmunya sendiri, mempelajari, menyerap dan
mempersonalisasikan nilai-nilai kepribadian dan sifat-sifat luhur
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.23
b. Membentuk siswa yang penuh kasih sayang, penyayang, sabar,
setia, saleh, bertanggung jawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.24

19
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
(Bandung: Pustaka Setia, 2013), 30
20
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2012), 2
21
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2018), 84
22
E. Mulyasa, manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 4
23
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
(Jogjakarta: Diva Press, 2013), 43
24
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Op.Cit., 37

11
c. Memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang
dianggap penting dan perlu untuk menjadi identitas diri siswa.
d. Memperbaiki perilaku siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
yang dikembangkan oleh sekolah.25
7. Metode Pembelajaran Karakter
Untuk membentuk kepribadian siswa dapat digunakan beberapa
metode pembelajaran, antara lain:
a. Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dengan
sengaja sehingga sesuatu itu menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan
dalam bidang psikologi pendidikan disebut operant conditioning
yaitu mengajarkan siswa untuk membiasakan perilaku terpuji,
disiplin, pekerja keras, jujur, jujur dan bertanggung jawab semua
pekerjaan yang ditugaskan. Guru hendaknya menerapkan model
kebiasaan ini dalam proses pembentukan kepribadian, agar siswa
terbiasa untuk selalu baik dan patut dipuji, sehingga pikiran-pikiran
positif tersimpan dalam otaknya.26
 Pembentukan karakter melalui pola pembiasaan ini dapat
dilakukan secara terprogram dalam pembelajaran maupun di luar
pembelajaran.
 Kegiatan Pembiasaan Selama Pembelajaran
1) Membiasakan siswa bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
membangun sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap
barunya dalam setiap pelajaran.
2) Biasakan melakukan kegiatan bertanya di setiap pembelajaran
dan biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam setiap
pembelajaran.
3) Membiasakan belajar dalam kelompok untuk menciptakan
masyarakat belajar dan Guru harus membiasakan diri menjadi
25
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, Pendidikan Karakter, (Bandung:
Rosdakarya, 2018), 9
26
E. Mulyasa, manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 166

12
panutan di setiap kelas.
4) Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran
dan biasakan membuat penilaian yang benar dan adil.
5) Membiasakan siswa mencari perubahan yang lebih baik.
 Kegiatan pembiasaan di luar pembelajaran
1) Rutin, yaitu rutinitas yang dilakukan sesuai jadwal, seperti
upacara pengibaran bendera, latihan jasmani, shalat berjamaah,
rutinitas, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
2) Kebiasaan spontan dan tak terduga saat acara khusus seperti
bentuk salam, buang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi
perkelahian.
3) Teladan dan kebiasaan dalam perilaku sehari-hari seperti:
Berpakaian rapi, lancar berbicara, rajin membaca, datang tepat
waktu.27
b.Pembinaan Disiplin Peserta Didik
Membina disiplin peserta didik harus mempertimbangkan berbagai
situasi, dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya. Maka
dari itu, sebaiknya para guru melakukan hal-hal berikut:
1. Mulailah aktivitas apa pun dengan disiplin sementara, dan ikuti
serta patuhi aturan.
2. Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu
catatan kumulatif dan cari tahu langsung nama siswa, misalnya dari
daftar hadir kelas..
3. Mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan
peserta didik.
4. Berikan tugas yang jelas, mudah dipahami, sederhana dan lugas.
5. Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton,
sehingga membantu disiplin dan semangat belajar peserta didik.28
c. CTL (Contextual Teaching and Learning)
27
Ibid, 167-168
28
Ibid, 173

13
CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah metode
pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran dengan
pengalaman siswa di kehidupan nyata, yang dapat dikembangkan
selama pembelajaran di kelas sebagai metode pembelajaran alternatif
pendidikan karakter.29 Model CTL (Contextual Teaching and
Learning) dapat dikembangkan menjadi salah satu model
pembelajaran kepribadian, karena dalam pelaksanaannya lebih
menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan
dunia nyata dalam kehidupan siswa, sehingga siswa dapat
menghubungkan dan menerapkan pembelajaran. hasil keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari.30
d. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan
kepada siswa. Metode pengajaran ini harus mudah diserap, isinya
mudah dipahami, mampu mendorong siswa untuk berbuat baik dan
benar.31
e. Metode Kisah Qurani dan Nabawi
Al-Quran dan Hadits menyusun banyak cerita untuk menyampaikan
pesan seperti kisah malaikat, nabi, tokoh kuno, dll. Dalam cerita-
cerita tersebut, terdapat nilai-nilai yang dapat dipelajari oleh siswa.
Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan kesan pada peserta
didik, sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya
melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang
buruk karena mereka telah melihat dampak dari kisah-kisah itu,
apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara
menyentuh hati dan perasaan.32 Dalam islam, metode kisah
merupakan metode pendidikan yang sangat penting. Karena
beberapa hal sebagai berikut:
29
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan Nasional, Model Pembinaan Pendidikan Karakter, (2010), 77
30
Ibid, 176
31
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Rosdakarya:Bandung, 2013), 137-138
32
Ibid, 143-144

14
a) Cerita selalu menarik karena mengajak pendengar untuk
mengikuti peristiwa, memikirkan maknanya.
b) Kisah Qurani dan Nabawi mengharukan karena menghadirkan
tokoh-tokoh dalam konteksnya secara keseluruhan.
c) Kisah Qurani mendidik rasa iman dengan cara: membangkitkan
berbagai perasaan seperti khauf, rida, dan cinta dan mengarahkan
semua emosi yang membangun ke klimaks, itulah akhir cerita.33
f. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode merangsang pemikiran siswa
dan mengarahkan mereka pada kebenaran. Metode tanya jawab ini
sudah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW, dimana sering terjadi
tanya jawab antara Nabi dengan para sahabatnya. Proses tanya jawab
terjadi ketika ada ketidakpahaman atau kesalahpahaman tentang
suatu peristiwa. Dalam proses pembelajaran, tanya jawab merupakan
salah satu metode penyampaian isi yang dilakukan oleh guru
bertanya kepada siswa atau siswa bertanya kepada guru.34
g. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode yang digunakan sebagai sarana
untuk memecahkan suatu masalah yang memerlukan beberapa
alternatif jawaban yang dapat mendekati kebenaran dalam proses
pembelajaran.35 Diskusi pada dasarnya adalah pertukaran informasi,
pendapat, dan pengalaman untuk sampai pada kesimpulan yang lebih
jelas dan mendalam tentang suatu masalah.
h. Metode Pemberian Tugas
Metode ini biasa dikenal dengan metode resitasi adalah suatu metode
pembelajaran yang bercirikan kegiatan perencanaan bersama antara
guru dan siswa berupa tugas atau masalah yang harus diselesaikan

33
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2014),
140-141
34
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Rosdakarya:Bandung, 2013), 138-140
35
Kamsinah, “Metode dalam Proses Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan
Implementasinya”, Lentera Pendidikan Vol. 11 No. 01, 2008, 109

15
siswa di dalam kelas dalam jangka waktu tertentu yang disepakati
keduanya. Para Pihak. Metode ini terdiri dari tiga langkah, yaitu: (1)
guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa, (2) siswa
mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, (3) siswa
bertanggung jawab kepada guru atas pekerjaannya.36
i. Metode Kuis Tim
Metode kuis kelompok ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab
di kalangan siswa terhadap apa yang dipelajarinya dengan cara yang
menyenangkan dan tidak mengintimidasi.37 Pembelajaran
menggunakan kuis kelompok diawali dengan guru menjelaskan topik
klasik, kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Semua
anggota tim mempelajari dokumen bersama melalui spreadsheet.
Mereka berdiskusi materi, saling memberi petunjuk, tanya jawab
untuk memahami materi, kemudian diadakan kompetisi akademik.
Adanya kompetisi akademik ini adalah untuk menciptakan
persaingan antar kelompok, siswa akan selalu berusaha belajar
dengan motivasi yang tinggi untuk mendapatkan nilai yang tinggi
dalam kompetisi tersebut.38
C. Hasil
1. Gambaran Umum Sekolah
MTs Riyadhotul Uqul didirikan karena dilatarbelakangi oleh
pemikiran bahwa kebutuhan manusia akan ilmu agama Islam
merupakan hal yang penting dan utama, karena sebagai makhluk Allah
SWT yang maha sempurna, manusia diciptakan di dunia untuk
bertanggung jawab beribadah sambil beribadah. harus dibarengi
dengan ilmu pengetahuan, disamping mengembangkan tradisi
keilmuan iptek untuk menghadapi persaingan, persaingan yang ketat di
36
Maria Ulfa dan Saifuddin, “Terampil Memilih dan Menggunakan Metode
Pembelajaran”, Suhuf Vol. 30 No. 01, 2018, 48-49
37
Melvin L. Silberman, Active Learning (Terjemahan), (Nusamedia, 2013), 175
38
Anik Sulistyowati, “Penerapan Model Pembelajaran Quiz Team Untuk
MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar Materi Pemerintah Kabupaten dan Kota pada
Siswa Kelas IV SD 4 Kaliwungu”, Jurnal Prakarsa Paedagogja, Vol. 1 No. 2, 2018, 145

16
era globalisasi tidak dapat dikesampingkan. MTs Riyadhotul Uqul
merupakan bagian dari Yayasan Ar-Ridho. Ar-Ridho saat ini
membawahi 2 lembaga pendidikan, yaitu: Madrasah Ibtidaiyah
Riyadhotul Uqul dan Madrasah Tsanawiyah Riyadhotul Uqul.
Kegiatan belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Riyadhotul Uqul
mengacu pada kurikulum Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan
yang mempersiapkan peserta didik menjadi generasi yang beriman,
berilmu dan terampil, Madrasah Tsanawiyah Riyadhotul Uqul
menawarkan beberapa kegiatan ekstrakurikuler kepada peserta didik,
yaitu: Pencak Silat, Pramuka, Banjari dan Drum Band.
2. Visi, Misi, dan Tujuan MTs Riyadhotul Uqul
1) Visi
Visi pada umumnya dirumuskan dengan kalimat yang :
filosofis, khas dan mudah diingat. Berikut ini rumusan Visi
Madrasah Tsanawiyah Riyadhotul Uqul: “Terwujudnya Generasi
Muda yang Islami dan Berintelektualitas Tinggi”
2) Misi
a) Memperkaya kurikulum dengan wawasan keislaman dan
kebangsaan.
b) Mengembangkan gagasan baru yang inovatif dalam
memperkaya muatan kurikulum dan potensi siswa dalam bidang
keilmuan dan keahlian
c) Mengoptimalkan kreativitas peserta didik dengan pengajaran
ekstra kurikuler dan sarana dan pra sarana pendidikan sebagai
sumber belajar dan media pembelajaran yang efektif.
3) Tujuan
a) Tujuan Umum
1) Diperkayanya kurikulum dengan wawasan keislaman dan
kebangsaan.

17
2) Terkembangnya gagasan baru yang inovatif dalam
memperkaya kurikulum dan potensi siswa dalam bidang
keilmuan dan keahlian.
3) Dioptimalkannya kreativitas peserta didik dengan
pengajaran ekstrakurikuler dan sarana dan pra sarana
pendidikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran
yang efektif.
b) Tujuan Khusus
1) Terdidiknya siswa untuk taat kepada agamanya seperti
berakhlak mulia melaksanakan shalat, membaca al-Qur’an,
dan puasa.
2) Terlengkapinya sarana dan parasarana madrasah dalam
mendukung kurikulum.
3) Ditingkatkannya profesionalitas guru madrasah MTs
Riyadhotul Uqul dalam pengembangan kurikulum.
D. Pembahasan
Hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis yaitu dengan cara
observasi,dokumentasi, dan wawancara dengan kepala sekolah, guru
akidah akhlak, dan peserta didik kelas VIII MTs Riyadhotul Uqul.
1. Implementasi pembelajaran Akidah Akhlak dalam pembentukan
karakter siswa
MTs Riyadhotul Uqul merupakan salah satu madrasah yang
menawarkan program yang dapat membentuk karakter siswa. Tidak
hanya dalam kurikulum sekolah, tetapi juga dalam pembelajaran, salah
satunya adalah pembelajaran akidah akhlak. Pembelajaran Aqidah
Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yang mengandung nilai-
nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, pembelajaran aqidah akhlak sangat cocok sebagai sarana
pembentukan karakter siswa.
Dari pemaparan hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Syaiful,
S.Sos (Kepala Sekolah), dapat kita lihat bahwa mempelajari Aqidah

18
Akhlak dapat membentuk kepribadian siswa. Secara khusus mata
pelajaran etika dan keyakinan telah menjadi gambaran dalam
pembentukan kepribadian di sekolah karena mengandung nilai-nilai
kehidupan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
membentuk kepribadian siswa ketika belajar etika akidah, guru harus
menggunakan metode pembelajaran tertentu agar siswa dapat menyerap
pelajaran dengan baik, memahami pelajaran dengan baik hingga
membentuk karakter yang baik bagi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Haris, S.Pd (profesor etik)
menyatakan bahwa: “Sebagai seorang guru, kita harus menanamkan
akhlak yang baik kepada anak didik kita dan memaksimalkan
potensinya dalam memahami nilai-nilai perilaku dalam berpikir,
bersikap, berkata dan bertindak menurut Islam atau berdasarkan norma
dan adat istiadat agama di dalam dan di luar pembelajaran. belajar dan
mengajarkan keyakinan mereka yang benar sesuai dengan Quran dan
hadits. Kemudian sambil belajar menggunakan beberapa metode
pembelajaran agar siswa dapat memahami materi dengan baik,
diantaranya metode tatap muka/ceramah, kuis kelompok, metode
keteladanan, metode tanya jawab, metode penugasan, metode diskusi
dan metode pelatihan.
Dari pemaparan hasil wawancara terlihat bahwa untuk membentuk
karakter siswa, guru harus menjadi teladan yang baik, guru tidak hanya
mengajar, tetapi juga mendidik. Kemudian guru membimbing
pembelajaran melalui berbagai metode, agar siswa dapat memahami
materi dengan baik, tidak bosan, sehingga siswa dapat mengambil
pelajaran dari setiap materi yang diberikan dan membentuk karakter
siswa setelah pembelajaran.
Sebagai siswa bernama Zidny Azwatin (siswa kelas 8) mengatakan:
“Aqidah Akhlak adalah salah satu mata pelajaran favorit saya, saya
suka belajar karena gurunya lucu, pelajaran ini bisa mengubah saya dan
mengingatkan saya untuk selalu berbuat baik, guru saya

19
mengajarkannya dalam suasana yang tenang, dia juga mengajarkannya
dengan santai. suka bercerita dengan suara-suara yang menurut saya
sangat menarik dan enak di dengar sehingga mudah di mengerti Dan
Alhamdulillah selama di kelas PJJ pelajaran Aqidah Akhlak masih
sangat mudah di mengerti walaupun tidak bertemu guru secara
langsung, tapi aku masih bisa menerimanya." Dari pemaparan hasil
wawancara dapat diketahui bahwa pelajaran akhlak aqidah ini dapat
mentransformasikan siswa dan mengingatkan mereka untuk selalu
berbuat baik, sehingga siswa mengembangkan karakter yang baik.
Karena guru mengajar dalam suasana tenang dan menyenangkan, agar
pelajaran diterima dengan baik oleh siswa.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembentukan Karakter di
MTs Riyadhotul Uqul
Dalam proses pembentukan kepribadian siswa, pasti ada faktor yang
mendukung dan menghambat pembentukan kepribadian siswa. Karena
tidak setiap proses berjalan mulus, pasti ada kendala dan sebaliknya
dibalik kendala tersebut pasti ada yang mendukungnya, terutama dalam
membentuk karakter ini.
Faktor pendukung :
1. Penanaman nilai karakter di sekolah telah dilakukan dan disepakati
oleh semua guru sehingga semua guru mendukung pengembangan
nilai karakter di sekolah sesuai dengan jabatannya, harus memiliki
nilai etika yang tinggi dan pihak sekolah juga secara rutin
mengadakan penilaian dengan guru untuk menjaga sekolah
diperbarui pada status siswa.
2. Ada buku catatan nilai dan hukuman yang berisi tata tertib yang
harus dipatuhi oleh semua siswa, sehingga jika siswa melanggar
aturan maka akan ada pengurangan poin dan denda.
3. Membangun hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar.
4. Memiliki berbagai program yang dapat membentuk karakter siswa
seperti Upacara Bendera, Shalat Dhuha, Shalat Dzuhur, Tadarus, dan

20
program ekstrakurikuler lainnya yang wajib diikuti siswa pada
program-program tersebut.
Faktor penghambat antara lain :
1. Siswa yang kita hadapi berada di masa transisi, jadi bisa dikatakan,
mereka bahkan belum dewasa. Kali ini siswa mudah dipengaruhi
oleh hal-hal lain.
2. Ada siswa yang keluarganya broken home, sehingga sangat sulit
untuk dihadapi di sekolah, bahkan mereka meminta perhatian.
3. Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang baik akan
membuat kegiatan menjadi nyaman. Dan dengan lengkapnya sarana
dan prasarana akan membuat kegiatan menjadi lancar.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil uraian mengenai penelitian yang telah penulis lakukan


mengenai Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak dalam Membentuk
Karakter Siswa di MTs Riyadhotul Uqul maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Guru Akidah Akhlak membuat pembelajaran menjadi menarik dan
menyenangkan, beliau selalu memberikan nilai-nilai yang baik bagi siswa.
Selama belajar ia menggunakan beberapa metode, antara lain metode tatap
muka/presentasi, metode kuis kelompok, metode contoh, metode tanya jawab,
metode penugasan, metode diskusi, dan metode diskusi. metode pelatihan.
Para guru Aqidah Akhlak senantiasa berupaya untuk mengoptimalkan potensi
yang dimiliki peserta didik dalam memahami nilai-nilai perilaku dalam
pemikiran, sikap, perkataan dan perbuatan muslim berdasarkan norma dan
adat istiadat agama selama dan setelah menuntut ilmu.
2. Faktor yang mendukung terbentuknya kepribadian pada siswa yang secara
khusus disepakati oleh semua guru adalah selalu menanamkan nilai-nilai
kepribadian, memiliki semangat kerjasama dan hubungan baik dengan
masyarakat, memiliki buku sanksi dan poin bagi siswa yang melanggar
peraturan, serta berbagai kegiatan rutin dilakukan untuk membentuk karakter
siswa. Faktor penghambatnya adalah peserta yang kami tangani saat ini masih
dalam masa transisi sehingga masih sulit diatur.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, 2013. Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya).


Achmad Gholib, 2016. Akidah dan Akhlak dalam Perspektif Islam, (Ciputat: Diaz
Pratama Mulia)
Ahmad Tafsir, 2014. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Rosdakarya).
Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, 2013. Pendidikan Karakter
(Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa), (Bandung: Pustaka
Setia).
Andi Banna, 2019. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Akidah Akhlak”,JILFAI-UMI Vol. 16 No. 1.
Anik Sulistyowati, 2018. “Penerapan Model Pembelajaran Quiz Team Untuk
MeningkatkanMotivasi dan Hasil Belajar Materi Pemerintah Kabupaten
dan Kota pada Siswa Kelas IV SD 4 Kaliwungu”, Jurnal Prakarsa
Paedagogja, Vol. 1 No. 2.

22
Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana, 2018. Pendidikan Karakter,
(Bandung: Rosdakarya).
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian
Pendidikan Nasional, 2010. Model Pembinaan Pendidikan Karakter.
E. Mulyasa, 2013. manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara).
Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, 2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam, (Bandung: Pustaka Setia).
Heri Gunawan, 2012. Pendidikan Karakter, (Bandung: Alfabeta).
Jamal Ma’mur Asmani, 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter
di Sekolah,(Jogjakarta: Diva Press).
Jamil Suprihatiningrum, 2013. Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-ruzz
media).
Kamsinah, 2008. “Metode dalam Proses Pembelajaran: Studi tentang Ragam dan
Implementasinya”, Lentera Pendidikan Vol. 11 No. 01.
Leli Halimah, 2017. Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi
Guru yang Excellent di Abad ke-21, (Bandung: Refika Aditama).
Mahrus, Aqidah, 2009. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen
Agama RI).
Maria Ulfa dan Saifuddin, 2018. “Terampil Memilih dan Menggunakan Metode
Pembelajaran”, Suhuf Vol. 30 No. 01.
Masnur Muslich, 2018. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara).
Maswardi Muhammad Amin, 2011. Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta:
Baduose Media Jakarta).
Melvin L. Silberman, 2013. Active Learning (Terjemahan), (Nusamedia).
Nur Hidayat, 2015. Akidah Akhlak dan Pembelajarannya, (Yogyakarta: Ombak)
Purniadi Putra, 2017. “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Aqidah Akhlak (Studi Multi Kasus di MIN Sekuduk dan MIN Pemangkat
Kabupaten Sambas)”, Pendidikan Dasar Islam, Vol. 9, No. 2.
Rifdah Rohadatul, Aisy, Mohammad Afifulloh, dan Devi Wahyu Ertanti, 2019.
“Strategi Guru Aqidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa di MTs

23
Al Maarif 01 Singosari”, Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 2.
Sardiman, 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali
Press).
Sapirin, Adlan, dan Candra Wijaya, 2019. “Implementasi Mata Pelajaran Akidah
Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri
3 Tapanuli Tengah”, Antropologi Sosial dan Budaya, Vol. 4, No. 2.
Zainal Arifin, 2017. Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya).
Zulhijrah, 2015. “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah”, Tadrib Vol. 1
No. 1.

24

Anda mungkin juga menyukai