Anda di halaman 1dari 10

PEMBINAAN AKHLAK MELALUI KITAB TAISIRUL KHALAQ

TERHADAP PERILAKU SISWA DI MTS ASSATHI’ KARAS-SEDAN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Seminar Proposal
Dosen : Edi Purnomo, M.Pd

Disusun Oleh :

Jati Setiono (2101110092)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-HIDAYAT LASEM
2024
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran wajib
yang diajarkan di lembaga pendidikan formal di Indonesia. Pendidikan Agama
Islam merupakan suatu program pendidikan yang berupaya untuk
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam melalui proses pembelajaran baik di
kelas maupun di luar kelas. Secara yuridis keberadaan PAI diatur dalam UU
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dimana tujuan
pendidikan yaitu berakhlak mulia maka setiap lembaga pendidikan seharusnya
menjadikan pembentukan akhlak ini menjadi sesuatu bagian yang sangat
penting dalam proses pelaksanaannya yaitu dengan pembelajaran pendidikan
agama karena salah satu unsur materi dari pendidikan agama adalah akhlak.1
Pada dasarnya tujuan dari Pendidikan Islam adalah pembentukan dan
pembinaan akhlak mulia. Sebagaimana dalam penjelasan Pasal 37 ayat (1)
dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia.2 Merujuk pada tujuan pendidikan agama tersebut
maka keberhasilan pendidikan agama dapat dilihat dari
terimplementasikannya nilai-nilai ajaran Islam dalam budaya kehidupan
peserta didik Di dalam rangka membentuk akhlak mulia, maka dari itu
dibutuhkan adanya pembinaan akhlak. Pembelajaran akhlak di sekolah
merupakan salah satu bagian yang sangat penting di dalam proses pendidikan.
Mengingat saat ini banyak ditemukan anak-anak yang terjerumus dalam
pergaulan bebas, untuk itu pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ilmu
pengetahuan kepada siswa, namun juga dapat dijadikan sebagai alat dalam
membentuk dan membina akhlak siswa.3
Pembinaan merupakan suatu proses dalam membenarkan dan
mengembangkan pengetahuan serta kecakapan yang sudah ada, serta

1
Irfan Setia Permana W, “Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan Akhlak Siswa”, Khatulistiwa:
Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora, Vol. 2, No. 4 (2022): 10.
2
Abdul Rachman, Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa (Jakarta: RajaGrafindo
Persada,2005), 1.
3
Subahri, “Aktualisasi Akhlak dalam Pendidikan”, Islamuna, Vol. 2, No. 2 (2015): 175–176.

1
mendapatkan pengetahuan dan kecapakan yang baru untuk mencapai tujuan
hidup yang baik. Untuk mencapai tujuan dalam pembinaan tersebut tidaklah
mudah, tidak terjadi secara tiba-tiba, namun membutuhkan adanya sebuah
proses yang harus dilalui. Pembinaan tersebut dilakukan dengan menggunakan
berbagai cara berdaya guna serta berusaha untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.4
Jadi, jika diartikan pembinaan akhlak adalah suatu proses dalam
mengembangkan pengetahuan tentang akhlak dan mengembangkan nilai-nilai
serta sifat-sifat yang menetap di dalam jiwa setiap orang, untuk mendapatkan
hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Upaya dalam melakukan pembinaan
membutuhkan adanya suatu proses dan kerja sama yang baik dengan berbagai
pihak, agar pembinaan yang sudah dilakukan dapat mencapai tujuan atau hasil
yang diinginkan.
Tujuan adanya mata pelajaran akhlak di sekolah yakni agar siswa dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bukan hanya
sekedar mengajarkan pengetahuan tentang akhlak, namun juga mengarahkan
siswa agar memiliki akhlak yang mulia. Berkaitan dengan pembelajaran
akhlak di Madrasah Tsanawiyah memang bukanlah satu-satunya yang
menentukan akhlak siswa, namun secara substansional mata pelajaran akhlak
memiliki konstribusi yang cukup besar terhadap penanaman dan pembinaan
akhlak peserta didik. Di dalam upaya pembinaan akhlak tersebut, setiap
lembaga sekolah memiliki metode pembinaan akhlak yang dapat diterapkan
pada siswanya.5
MTs Assathi Karas merupakan suatu lembaga pendidikan formal
menengah yang berada di wilayah kecamatan Sedan Kabupaten Rembang.
MTs ini merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berlatar belakang
pondok pesantren. MTs Assathi’ bertujuan untuk mencetak peserta didik yang
cerdas baik secara intelektual, spiritual, emosional maupul sosial. Untuk itu
4
Ludovikus Bomans Wadu dan Yustina Jaisa, “Pembinaan Moral untuk Memantapkan Watak
Kewarganegaraan Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi,” Moral Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 2
(2017): 132.
5
St. Darojah, “Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku Siswa MTsN Ngawen
Gunungkidul”. Pendidikan Madrasah, Vol. 1, No. 2 (2016): 235.

2
dalam kurikulum pendidikannya disertakan pendidikan mengenai pembinaan
akhlak ala pesantren yaitu dengan menggunakan kajian kitab “taisirul
khalaq”.
Aplikasi dari pembinaan melalui kajian kitab ini bukan hanya sekedar teori
tetapi menekankan pada pelaksanaan serta pemberian contoh untuk
selanjutnya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan akhlak siswa
Mts Assathi’ melalui kitab taisirul khalaq memberikan pengaruh terhadap
tindakan yang dilakukan oleh peserta didik. Kajian mengenai isi dari kitab ini
dilakukan dalam menyelenggarakan pendidikan akhlaq serta membentuk
perilaku peserta didik yang baik dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Menyadari mengenai perlunya pembinaan akhlak dalam Pendidikan Islam,
maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Akhlak Melalui
Kitab Taisirul Khalaq Terhadap Perilaku Siswa di MTs Assathi’ Karas-Sedan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
1. Mengapa pembinaan akhlak yang diajarkan di MTs Assathi’ Karas
menggunakan kajian kitab taisirul khalaq?
2. Bagaimana penerapan akhlak peserta didik di MTs Assathi’ Karas?
3. Apa dampak pembinaan akhlak melalui kajian kitab taisirul khalaq
terhadap perilaku peserta didik di MTs Assathi’ Karas?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui alasan pembinaan akhlak yang diajarkan di MTs Assathi’ Karas
menggunakan kajian kitab taisirul khalaq.
2. Mengetahui penerapan penerapan akhlak peserta didik MTs Assathi’ Karas.
3. Mengetahui pengaruh mengikuti pembinaan akhlak melalui kajian kitab
taisirul khalaq terhadap perilaku peserta didik di MTs Assathi’ Karas.

3
D. Kegunaan Penelitian
Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat secara:
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
metode pembinaan akhlak serta pembentukan akhlakul karimah dikalangan
para peserta didik.
2. Praksis
a. Untuk Tenaga Pendidik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para peserta
didik agar mampu memberikan contoh perilaku yang mencerminkan akhlakul
karimah khususnya ajaran pembinaan akhlak yang terkandung dalam kitab
taisirul khalak.
b. Untuk Siswa
Peserta didik sebagai subyek langsung dari penelitian ini diharapkan
mampu mengamalkan ajaran pembinaan karakter yang ada dalam kitab taisirul
khalak sehingga mereka mampu bertindak yang santun dan berakhlakul
karimah.
c. Untuk Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai upaya sekolah untuk membentuk
akhlakul karimah para peserta didik untuk mencerminkan ciri khusus dari
sekolah formal yang bercorak pondok pesantren.
d. Untuk Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
informasi dan masukan terhadap bagaimana melakukan pembinaan akhlak
ditingkat MTs. Dan diharapkan menjadi referensi dan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya.

E. Kajian Pustaka
F. Kajian Teori
G. Metode Penelitian

4
1. Waktu dan Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 14 dan 21 yakni pada
saat jadwal mata pelajaran akhlak kitab di MTs Assathi’ Karas. Penelitian
dimulai dengan mengamati pembelajaran materi akhlak kitab yaitu kajian
tentang kitab taisirul khalak, serta mengamati bagaimana perilaku para peserta
didik di MTs Assathi’ Karas.

2. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang menguunakan metode kualitatif.
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti
dan memahami perilaku individu atau kelompok, dan fenomena sosial dalam
kondisi alamiah (natural), sehingga diperoleh data-data deskriptif (non
kuantitatif) dalam bentuk lisan dan atau tulisan, yang kemudian diinterpretasi
secara deskriptif pula.6 Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus mampu
memasuki realitas sosial objek yang diteliti. Jika ia meneliti tentang sekolah,
ia harus memasuki dunia sekolah itu. Jika ia meneliti tentang pesantren, ia
dituntut untuk memasuki realita kehidupan pesantren. Jika ia hendak meneliti
perilaku seorang tokoh, ia harus ikut serta dalam realita sosial kehidupan
tokoh yang diteliti, dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
melakukan pengamatan secara langsung, utuh dan menyeluruh terhadap objek
penelitian.7
Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendekatan dengan metode studi
kasus, yaitu pendekatan yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam
mengenai suatu hal yang diteliti baik berupa program, peristiwa, aktivitas dan
lainnya untuk memperoleh pengetahuan/informasi secara mendalam tentang
hal tersebut.8

3. Sumber Data
6
M Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaputra. Penelitian Kualitatif, (Lombok: Holistica,
2020): 5.
7
Ibid: 7.
8
Baxter. P dan Jack. S, “Qualitative case study methodology: study design and
implementation for novice researchers”. The Qualitative Report, Vol. 13, No. 4 (2008): 544-559.
http://www.nova.edu/ssss/QR/QR13-4/baxter.pdf.

5
Jenis sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.9 Data primer dari penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari jawaban responden melalui wawancara yang dilakukan oleh
peneliti. Sumber primer dari penelitian ini adalah para peserta didik di MTs
Assathi’ Karas serta tenaga pengajarnya.
Sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti
tidak langsung dari subjek ataupun objek secara langsung. Data sekunder dari
penelitian ini adalah data-data mengenai MTs Assathi’ Sedan, serta data-data
dari hasil penelitian mengenai pembinaan akhlak.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah dengan cara observasi. Observasi adalah teknik pengumpulan data
yang mengandalkan pengindraan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap objek yang diteliti. 10 Sehingga data yang dihasilkan
mampu mendeskripsikan setting penelitian, orang, kejadian, peristiwa dan
makna-makna yang disampaikan oleh partisipan (informan) mengenai hal-
hal tersebut.
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi adalah pengamatan
langsung terhadap hal yang akan diteliti atau pengamatan langsung untuk
memperoleh data. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran akhlak kitab.
Pada tahap ini dilakukan observasi pada tindakan, yaitu dengan mengamati
setiap tindakan yang dilaksanakan yang meliputi: aktivitas siswa dan guru,
9
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009,
Cet. Ke 8): 137.
10
M Sobry Sutikno dan Prosmala Hadisaputra. Penelitian Kualitatif, (Lombok: Holistica,
2020): 100

6
interaksi guru dan siswa, interaksi siswa dengan siswa lainya pada proses
kegiatan pembelajaran, serta bagaimana perilaku para peserta didik baik di
dalam kelas maupun saat di luar kelas. Peneliti juga mengamati bagaimana
perilaku yang dicontohkan guru kepada para peserta didik di MTs assathi’
Karas. Pada tahap ini dilakukan pengambilan dan hasil pengamatan terhadap
bagaimana perilaku guru dan siswa dalam rangka pembinaan akhlak di MTs
Assathi’ Karas.
Peneliti juga melakukan teknik wawancara . Wawancara adalah proses
memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. 11 Pada tahap
ini wawancara dillakukan dengan guru maupun pihak-pihak yang terkait
mengenai bagaimana perilaku siswa Mts Assathi’ Karas. Sedangkan terkait
dengan teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi, dokumentasi
dalam penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai salah satu metode
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat, mengkaji, dan
menganalisis dokumen-dokumen dan hal-hal yang memiliki keterkaitan
dengannya, yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek
12
tersebut. Pada tahap ini peneliti akan mengumpulkan data-data informasi
terkait dengan penelitian yang dilakukan.

I. Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang


dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji
data yang diperoleh. Agar data dalam penelitian ini dapat
dipertanggungjawabkan maka peneliti perlu melakukan uji keabsahan data.
Adapun uji keabsahan data yang dilaksanakan yaitu dengan uji credibility
(kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian yang
disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak meragukan
sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.
11
Ibid: 116
12
Ibid:130

7
Dalam penelitian ini untuk uji kredibilitas (credibility) peneliti
menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk
keperluan pengecekan data, atau sering disebut bahwa triangulasi sebagai
pembanding data.13

Pada penelitian ini teknik triangulasi yang dilakukan yaitu triangulasi


sumber, metode dan teori. Triangulasi sumber data dilakukan dengan
mengumpulkan data dari wawancara, observasi, dan analisis dokumen untuk
menggabungkan sudut pandang yang berbeda. Triangulasi metode dilakukan
dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara dan obervasi
atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut. Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang
diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.
Triangulasi teori dengan cara informasi yang telah didapatkan peneliti
selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang relevan.

J. Analisis Data
K. Daftar Pustaka
Darojah, St. “Metode Penanaman Akhlak dalam Pembentukan Perilaku
SIswa MTsN Ngawen Gunungkidul.” Pendidikan Madrasah (2016): 235.
Hadisaputra, Prosmala dan M Sobry Sutikno. Penelitian Kualitatif.
Lombok: Holistica, 2020.
J Lexy, Melong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2016.
Jaisa, Yustina dan Ludovikus Bomans Wadu. “Pembinaan Moral untuk
Memantapkan Watak Kewarganegaraan Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi.”
13
J Lexy, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2016):
324.

8
Moral Kemasyarakatan (2017): 132.
P, Baxter dan Jack S. “Qualitative case study methodology: study design
and implementation for novice researchers.” The Qualitative Report (2008):
544-559.
Permana, Irfan Setia W. “Pendidikan Agama Islam dan Pembentukan
Akhlak Siswa.” Khatulistiwa: Jurnal Pendidikan dan Sosial Humaniora
(2022): 10.
Rachman, Abdul. Pendidikan Agama & Pembangunan Watak Bangsa.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Subahri. “Aktualisasi Akhlak dalam Pendidikan.” Islamuna (2015): 175-
176.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2009.

Anda mungkin juga menyukai