Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PAI DI PESANTREN DALAM PERSEPEKTIF

RASIONAL, PRINSIP, PENGALAMAN BELAJAR, PELAKSANAAN DAN EVALUASI


Nada Auliya Rahmah

Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana Universitas Kiai Abdullah Faqih


nadaauliyarahmah@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami kegiatan belajar mengajar (KBM) Pendidikan Agama
Islam (PAI) di lingkungan pesantren dengan mengkaji aspek-aspek rasional, prinsip, pengalaman
belajar, pelaksanaan, dan evaluasi. Melalui pendekatan deskriptif, data dikumpulkan melalui
pengumpulan, penelaahan, dan sintesis literatur yang relevan dengan topik penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan KBM PAI di pesantren mengintegrasikan nilai-nilai
rasionalitas dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang khas, yang tercermin dalam kurikulum,
metode pengajaran, dan lingkungan belajar yang mendukung. Pengalaman belajar mahasiswa di
pesantren memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman agama dan
pembentukan karakter. Namun, tantangan dalam evaluasi efektivitas KBM PAI juga diidentifikasi.
Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan lebih lanjut KBM PAI di
pesantren dan menyumbangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika pendidikan
agama di lingkungan pesantren.

Kata Kunci: KBM PAI, Pesantren, Rasionalitas, Prinsip Pendidikan Islam, Pengalaman Belajar,
Evaluasi.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan proses yang bertujuan untuk mengembangkan, memperkuat, dan


memperbaiki potensi individu tanpa terbatas pada ruang kelas atau waktu belajar. Proses
pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun individu
memiliki kesempatan dan kemampuan untuk melakukannya.1 Sejak zaman kuno hingga saat ini,
pendidikan memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan memajukan
peradaban manusia dari masa primitif ke era modern yang luar biasa.

1
Muhammad Athiyahal-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta:Bulan Bintang, 1984), 90
Pendidikan dalam pandangan klasik memiliki tiga fungsi utama. Pertama, persiapan
generasi muda untuk mengemban peran-peran tertentu dalam masyarakat di masa depan.2 Kedua,
transfer pengetahuan sesuai dengan peran yang diharapkan. Ketiga, transfer nilai-nilai untuk
menjaga persatuan dan keutuhan masyarakat sebagai pondasi kehidupan sosial dan peradaban.

Pesantren telah menjadi institusi pendidikan Islam yang memegang peranan vital dalam
membentuk karakter dan keilmuan umat Islam di Indonesia. PAI merupakan mata pelajaran utama
di pesantren, memegang peranan kunci dalam mengedukasi generasi muda agar memahami dan
menerapkan ajaran Islam secara menyeluruh.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) berupaya meningkatkan pemahaman,


keimanan, penghayatan, dan praktik agama Islam pada siswa, dengan harapan mereka menjadi
pribadi yang taat pada ajaran Allah dan memiliki moralitas yang baik dalam semua aspek
kehidupan, termasuk individual, sosial, serta kebangsaan. Meskipun tujuan ini sangatlah mulia,
namun sampai saat ini, pembelajaran PAI dan peran guru PAI di sekolah seringkali dinilai kurang
berhasil atau bahkan dianggap gagal dalam mengembangkan sikap dan perilaku keagamaan siswa.
Dengan demikian, pembelajaran PAI masih belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk
karakter bangsa.3

Dalam konteks ini, KBM PAI di pesantren menarik perhatian pengamat pendidikan dan
peneliti. Pemahaman yang komprehensif tentang pelaksanaan KBM PAI dari berbagai perspektif
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di pesantren.

Meskipun demikian, penelitian yang menyelidiki KBM PAI di pesantren dengan


mempertimbangkan aspek-aspek rasional, prinsip, pengalaman belajar, pelaksanaan, dan evaluasi
masih terbatas. Oleh karena itu, penelitian yang menggali dinamika KBM PAI di pesantren dari
sudut pandang yang beragam akan memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan
pendidikan Islam di Indonesia.

Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk mengisi celah pengetahuan tersebut
dengan menganalisis KBM PAI di pesantren melalui perspektif rasionalitas, prinsip pendidikan
Islam, pengalaman belajar mahasiswa, pelaksanaan KBM, dan evaluasi efektivitasnya.

2
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Dalam Abad ke-21 (Jakarta:Pustaka Al-Husna Baru,2003), 73.
3
Abd Rahman Bahtiar, Prinsip-prinsip dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Tarbawi, 2016, 150.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan
kualitas pendidikan agama Islam di pesantren serta memperluas pemahaman tentang dinamika
pendidikan agama di Indonesia.

Pembahasan

A. Konsep Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) PAI

Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses yang kompleks dan penting dalam
konteks pendidikan, terutama dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Konsep KBM PAI
mencakup beberapa aspek termasuk cara pengajaran, struktur kurikulum, evaluasi, dan
interaksi antara guru dan siswa.

Ada beragam metode pengajaran yang digunakan dalam KBM PAI, mulai dari
penyampaian ceramah, diskusi, hingga pengalaman langsung melalui praktik keagamaan.
Pentingnya pemilihan metode pengajaran yang sesuai untuk memastikan pemahaman yang
baik terhadap ajaran agama Islam oleh siswa.

Materi PAI adalah semua hal yang disusun secara sengaja dan sistematis, termasuk
kegiatan, pengalaman, dan pengetahuan, yang diberikan kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran PAI. Konsep ini menjelaskan bahwa materi PAI tidak hanya mencakup
pengetahuan atau informasi yang disampaikan kepada siswa, tetapi juga melibatkan kegiatan
dan pengalaman. Kegiatan dan pengalaman dalam pembelajaran PAI merupakan bagian
integral dari materi yang diajarkan.4

Penting bagi pendidik untuk mengembangkan materi ajar PAI agar siswa merasa dihargai
dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran PAI. Dalam merancang materi pembelajaran,
ada beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan, antara lain kebaruan (novelty), relevansi
dengan pengalaman siswa (proximity), pemicu emosi (conflict), dan unsur humor. Materi ajar
harus disusun agar tetap terkini dan relevan dengan situasi saat ini agar lebih mudah dipahami
oleh siswa. Pesan yang disampaikan juga harus sesuai dengan pengalaman dan pemikiran
siswa, serta mampu membangkitkan emosi dan menantang prinsip hidup mereka. Selain itu,
unsur humor dapat digunakan untuk membuat pesan lebih menarik. Memperhatikan keempat

4
Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1990), 8.
kriteria ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi perkembangan belajar
siswa.5

Kurikulum dalam KBM PAI didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan nilai-nilai agama
yang relevan, termasuk studi tentang Al-Qur'an, hadis, fiqh, sejarah Islam, dan moralitas.
Evaluasi dilakukan untuk menilai pemahaman siswa terhadap materi pelajaran serta
kemampuan mereka dalam menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, dapat
dilakukan melalui berbagai metode evaluasi.

Evaluasi adalah langkah untuk menilai suatu objek berdasarkan standar yang ditetapkan.
Dalam konteks pembelajaran, fungsi evaluasi adalah untuk mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran instruksional dan sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran PAI.
Dalam praktiknya, evaluasi mencakup kegiatan seperti pengukuran, penilaian, dan ujian.6

Interaksi antara guru dan siswa memainkan peran penting dalam KBM PAI, dengan guru
bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, sementara siswa diharapkan untuk
aktif berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar.

Penelitian tentang konsep KBM PAI memberikan kontribusi penting dalam pengembangan
sistem pendidikan agama Islam di pesantren dan lembaga pendidikan lainnya. Dengan
pemahaman yang mendalam tentang konsep ini, pendidik dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran agama Islam dan mempersiapkan generasi muda yang lebih berkualitas dalam
pemahaman dan praktik ajaran Islam secara menyeluruh.

B. Pesantren: Sejarah dan Perannya dalam Pendidikan Islam

Pesantren telah menjadi salah satu institusi pendidikan Islam yang sangat dikenal di
Indonesia sejak zaman penjajahan hingga masa kini. Jejak sejarah pesantren dapat dilacak
kembali hingga zaman awal penyebaran agama Islam di Indonesia, di mana pesantren
berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama Islam dan pusat pengembangan pengetahuan
keislaman.7

5
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Cet. III; Jakarta: Kencana. 2010), 150.
6
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Cet VII: Bandung: Al Ma’arif, 1993), 47.
7
Amin Haedari, Transformasi Pesantren, Pengembangan Aspek Pendidikan, Keagamaan dan Sosial (Jakarta: Lekdis
dan Media Nusantara, 2006), 3.
Peran pesantren dalam pendidikan Islam memiliki signifikansi yang besar, terutama dalam
memelihara serta mengembangkan tradisi keagamaan, nilai-nilai moral, dan budaya Islam.
Selain itu, pesantren juga menjadi tempat di mana para ulama dapat mengajarkan ajaran Islam
secara langsung kepada masyarakat.8

Tidak hanya sebagai lembaga pendidikan agama, pesantren juga berfungsi sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan Islam. Di dalam pesantren, para santri tidak hanya
mendalami ajaran agama Islam, tetapi juga mempelajari berbagai cabang ilmu keislaman
seperti tafsir, hadis, fiqh, dan sejarah Islam.

Peran pesantren dalam pendidikan Islam terus berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Saat ini, pesantren tidak hanya mempertahankan tradisi-tradisi lama, tetapi juga
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dengan menyediakan pendidikan formal yang
terakreditasi serta memanfaatkan teknologi informasi dalam proses pembelajaran.

Penelitian tentang sejarah dan peran pesantren dalam pendidikan Islam memberikan
pemahaman yang mendalam tentang kontribusi pesantren dalam menjaga serta
mengembangkan tradisi keagamaan, serta melahirkan generasi penerus keislaman yang
berkualitas di Indonesia.

C. Prinsip-Prinsip KBM PAI di Pesantren

Prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam (PAI) di


pesantren merupakan dasar yang esensial dalam pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
proses pembelajaran agama Islam di lingkungan pesantren. Beberapa prinsip yang umumnya
dipegang teguh dalam KBM PAI di pesantren meliputi:

1. Integrasi antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum: Prinsip ini menekankan pentingnya
menggabungkan pembelajaran agama Islam dengan ilmu pengetahuan umum, sehingga
peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang seimbang antara aspek agama dan
pengetahuan umum.
2. Pengembangan Karakter dan Kecerdasan Holistik: KBM PAI di pesantren bertujuan tidak
hanya untuk mentransfer pengetahuan agama, tetapi juga untuk membentuk karakter yang

8
Zulkifli, Sufism in Java: The Role of The Pesantren in The Maintenance of Sufism in Java (Leiden-Jakarta: INIS,
2002),1.
kuat dan mengembangkan kecerdasan secara menyeluruh, termasuk kecerdasan spiritual,
emosional, sosial, dan intelektual.
3. Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Prinsip ini menekankan pentingnya pembelajaran
yang berfokus pada pengalaman langsung, di mana peserta didik didorong untuk aktif
terlibat dalam pengalaman praktis, seperti penerapan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Pembelajaran Kolaboratif dan Interaktif: KBM PAI di pesantren sering menekankan
pembelajaran yang melibatkan kolaborasi dan interaksi antara peserta didik, di mana
mereka didorong untuk berdiskusi, berbagi ide, dan bekerja sama dalam mencari
pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran agama Islam.
5. Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Pembelajaran: Prinsip ini menekankan pentingnya
mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam semua aspek pembelajaran, termasuk dalam
penyusunan materi pembelajaran, penggunaan metode pengajaran, dan penilaian hasil
belajar.

Pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip KBM PAI di pesantren memberikan


dasar yang kuat dalam merancang dan melaksanakan program pembelajaran agama Islam yang
efektif dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini secara
konsisten, pesantren dapat memastikan bahwa pendidikan agama Islam yang diselenggarakan
memberikan dampak positif yang besar bagi perkembangan holistik peserta didik.

D. Pengalaman Belajar dalam Konteks Pesantren

Pengalaman belajar di pesantren memegang peranan sentral dalam pembentukan


karakter dan pemahaman agama Islam bagi para santri. Dalam konteks pesantren,
pengalaman belajar ini melibatkan beragam interaksi, aktivitas, dan setting pembelajaran
yang unik.

Interaksi antara santri, guru, dan sesama santri merupakan salah satu aspek utama
dari pengalaman belajar di pesantren. Interaksi ini mencakup berbagai kegiatan seperti
diskusi kelompok, ceramah, serta penerapan langsung ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
Selain itu, lingkungan fisik pesantren juga memiliki peran signifikan dalam
pengalaman belajar. Dengan adanya masjid, ruang kelas, dan tempat-tempat ibadah
lainnya, suasana pembelajaran agama Islam menjadi lebih mendalam dan terasa alami.

Partisipasi aktif santri dalam kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah,


pengajian, dan studi kitab-kitab keislaman juga merupakan bagian integral dari
pengalaman belajar di pesantren. Melalui pengalaman langsung ini, para santri dapat
mengaplikasikan serta memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran agama Islam.

Selain aspek keagamaan, pengalaman belajar di pesantren juga melibatkan


pembinaan karakter dan kepribadian melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Dengan
mengabdikan diri kepada masyarakat, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan
mengembangkan keterampilan, santri dibentuk menjadi individu yang lebih holistik.

Studi tentang pengalaman belajar di pesantren memberikan perspektif berharga


tentang proses pembelajaran agama Islam dalam konteks yang unik. Pemahaman yang
lebih mendalam tentang pengalaman belajar ini dapat membantu meningkatkan efektivitas
pendidikan agama Islam di pesantren dan mempersiapkan generasi muda yang lebih
berkualitas dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara komprehensif.

E. Metode Evaluasi dalam KBM PAI di Pesantren


Penilaian metode dalam KBM PAI di pesantren adalah aspek yang sangat penting untuk
mengukur pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan kemampuan mereka dalam
menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam metode evaluasi
umumnya digunakan dalam konteks pesantren, termasuk:

1. Tes Tulis: Metode ini melibatkan memberikan pertanyaan tertulis yang mencakup
berbagai aspek materi pelajaran seperti pemahaman tentang Al-Qur'an, hadis, fiqh, dan
sejarah Islam. Tes tulis dapat menjadi alat yang efektif untuk mengukur pemahaman
siswa secara menyeluruh.9

9
Ebel, R.L. & Frisbie, D.A., Essential of educational measurement (New Jerseey: Prentice- Hall, Inc., 1986), 14.
2. Ujian Lisan: Ujian ini memungkinkan guru untuk langsung menilai pemahaman siswa
melalui interaksi tatap muka. Siswa diuji tentang berbagai konsep agama Islam dan
diminta untuk menjelaskan pemahaman mereka secara verbal.10
3. Proyek Praktis: Proyek ini melibatkan penerapan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari atau pembuatan karya praktis yang mencerminkan pemahaman siswa
tentang ajaran agama Islam. Contohnya termasuk proyek sosial, karya seni, atau
kegiatan dakwah di masyarakat.
4. Observasi: Observasi dilakukan oleh guru atau penilai untuk mengamati perilaku siswa
selama proses pembelajaran atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Observasi ini
memberikan wawasan tentang bagaimana siswa menerapkan ajaran agama Islam dalam
praktek mereka.
5. Portofolio: Portofolio adalah kumpulan karya siswa seperti catatan, tugas, dan proyek
yang menunjukkan kemajuan mereka selama pembelajaran. Portofolio dapat
memberikan gambaran menyeluruh tentang kemajuan siswa dalam memahami dan
menerapkan ajaran agama Islam.

Berikutnya, penilaian (assessment) adalah suatu proses yang memberikan informasi


tentang kemajuan individual peserta didik, kurikulum atau program, institusi, atau sistem
institusi secara keseluruhan. Dalam konteks evaluasi, tes berperan sebagai instrumen untuk
mengukur melalui soal-soal, pengukuran mengartikan perkembangan belajar ke dalam
angka-angka, sementara penilaian mengevaluasi kemajuan belajar peserta didik melalui
deskripsi naratif.11

Pemahaman yang mendalam tentang metode evaluasi dalam KBM PAI di pesantren
membantu guru memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik
siswa. Dengan menggunakan berbagai metode evaluasi yang relevan, pesantren dapat
memastikan bahwa pembelajaran agama Islam memberikan dampak positif bagi
perkembangan spiritual dan intelektual siswa.

Kesimpulan

10
Djemari Mardapi, Pengukuran penilaian dan evaluasi pendidikan (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012), 2.
11
Stark, J.S. & Thomas, A., Assessment and Program Evaluation (Needham Heights: Simon & Schuster Custom
Publishing, 1994), 46.
Dari perspektif rasionalitas, pesantren tidak hanya mempertahankan tradisi keislaman,
namun juga memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan unsur-unsur modern dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) Pendidikan Agama Islam (PAI). Prinsip-prinsip pendidikan Islam yang
sangat dihargai, seperti penyatuan ilmu agama dan umum, pembelajaran yang berpusat pada
pengalaman, dan pengembangan karakter yang komprehensif, menjadi landasan dalam
pengembangan kurikulum dan pelaksanaan proses pembelajaran.

Pengalaman belajar siswa di pesantren tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi juga
melibatkan pembentukan karakter, keterlibatan dalam kegiatan keagamaan, dan pengabdian
kepada masyarakat. Interaksi antara guru dan siswa, serta partisipasi aktif siswa dalam berbagai
kegiatan keagamaan, memberikan sumbangan yang signifikan dalam membentuk pemahaman dan
penerapan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan KBM PAI di pesantren didukung oleh lingkungan fisik dan sosial yang
kondusif, termasuk ketersediaan fasilitas pendidikan dan keagamaan yang memadai serta budaya
pembelajaran yang kolaboratif. Penerapan metode pengajaran yang inovatif dan beragam
memperkaya pengalaman belajar siswa dan meluaskan pemahaman mereka tentang ajaran agama
Islam.

Dalam mengevaluasi efektivitas KBM PAI di pesantren, metode evaluasi yang beragam
dan relevan digunakan untuk mengukur pemahaman siswa serta kemampuan mereka dalam
menerapkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pesantren dapat
memastikan bahwa pendidikan agama Islam yang diselenggarakan memberikan dampak positif
yang besar bagi perkembangan holistik siswa.
Daftar Pustaka

Athiyahal-Abrasyi, Muhammad. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan


Bintang, 1984.

Bahtiar, Abd Rahman. Prinsip-prinsip dan Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Tarbawi, 2016.

Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. Essential of Educational Measurement. New Jersey: Prentice-
Hall, Inc., 1986.

Haedari, Amin. Transformasi Pesantren, Pengembangan Aspek Pendidikan, Keagamaan


dan Sosial. Jakarta: Lekdis dan Media Nusantara, 2006.

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Dalam Abad ke-21. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Baru, 2003.

Mardapi, Djemari. Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha


Medika, 2012.

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet VII. Bandung: Al Ma’arif,
1993.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Cet. III. Jakarta: Kencana,
2010.

Stark, J.S. & Thomas, A. Assessment and Program Evaluation. Needham Heights: Simon
& Schuster Custom Publishing, 1994.

Thoha, Chabib. Metodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1990.

Zulkifli. Sufism in Java: The Role of The Pesantren in The Maintenance of Sufism in Java.
Leiden-Jakarta: INIS, 2002.

Anda mungkin juga menyukai