Anda di halaman 1dari 40

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA

PELAJARAN FIQIH MATERI RUKUN ISLAM MELALUI PENERAPAN


STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

( Tindakan Kelas di kelas I SD Negeri 011 Singkep kabupaten lingga kepulauan Riau)
Tahun Pelajaran 2023/2024

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

Oleh
SANDRA NOVA,S.Pd.I
NIM. : 5232112086

Dosen Pembimbing Ibu Yayu Nurhayati Rahayu, S.Si.,


M.Stat PPG Daljab 2023

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN


KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG
JATI BANDUNG 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan


membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan
ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran /
kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan. (pasal 1 ayat (1) Peraturan
Pemerintah nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan
Keagamaan)
Dalam pasal 5 ayat (7) disebutkan bahwa pendidikan agama diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, mendorong kreativitas dan
kemandirian, serta menumbuhkan motivasi untuk hidup sukses.
Lebih lanjut, dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan kegiatan inti, pelaksanaan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan
metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
dan mata pelajaran yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru, antara lain, memfasilitasi terjadinya interaksi
antar peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya; dan
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Dalam kegiatan elaborasi, guru, antara lain, memfasilitasi peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, memfasilitasi peserta didik berkompetisi
secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar, dan memfasilitasi peserta didik
untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam mengajar anak didik adalah
meningkatkan pembelajaran dalam menghafalkan dan lancar membaca atau menulis
sehingga mampu menyebutkan rukun Islam dengan benar
Pada umumnya, siswa mengalami kesulitan dalam menguasai kompetensi
dasar tentang menyebutkan rukun Islam. Hal ini nampak pada belum maksimalnya
kemampuan dalam menyebutkan rukun Islam.
Di sisi lain, pembelajaran yang berpusat pada guru, suasana kelas yang kaku,
media pembelajaran yang kurang mendukung, pengorganisasian siswa yang belum
optimal dan penggunaan strategi pembelajaran merupakan faktor-faktor penyebab
rendahnya hasil belajar siswa .
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang multi approach
dan strategi belajar mengajar yang variatif. Pembelajaran yang memungkinkan
siswa dapat mengembangkan berbagai kecerdasan yang dimilikinya (Gardner
menyebutnya dengan istilah multiple intelligences (kecerdasan majemuk)).
Berdasarkan uraian tersebut, maka permasalahan yang dihadapi guru adalah
bagaimana menciptakan model-model pembelajaran yang variatif, menyenangkan,
dan bermakna sehingga siswa dapat mandiri dan mencapai ketuntasan dalam belajar.
Permasalahan inilah yang mendorong penulis untuk memodifikasi berbagai model
dan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi, karakteristik siswa dan
disesuaikan dengan kemampuan guru.
Salah satu metode yang jarang digunakan adalah strategi pembelajaran make
a match. Strategi pembelajaran ini menyajikan materi pembelajaran dengan mencari
pasangan dengan mengunakan kartu. Dengan strategi pembelajaran ini sesuai dengan
karakteristik siswa SD Negeri 011 Singkep, di mana siswa akan merasakan
kegembiraan dalam belajar, menghilangkan kejenuhan, sekaligus belajar berbagi dan
bekerja sama dengan orang lain.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pada latar belakang diatas,maka dalam penelitian tindakan kelas


ini peneliti dapat merumuskan beberapa faktor penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode “make a match” dapat meningkatkan kemampuan
menyebutkan lima rukun Islam kelas I sd?
2. Apakah penerapan strategi “make a match” dalam menyebutkan rukun Islam kelas
I dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SD Negeri 011 Singkep?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan yang


hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa dalam menyebutkan rukun Islam kelas I
dengan penerapan strategi pembelajaran “make a match”
2. Untuk mengetahui efektifitas penerapan strategi “make a match”

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan akan bermanfaat bagi siswa, guru,
maupun sekolah.
a. Bagi siswa
 Meningkatkan minat siswa dalam proses pembelajaran
 Meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan menyebutkan rukun
Islam
 Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Bagi guru
 Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran
 Memberikan salah satu alternatif pemilihan metode pembelajaran yang
menyenangkan
c. Bagi sekolah
 Memberikan peluang bagi aktivitas akademik untuk mengembangkan
potensi siswa dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


Agama memiliki peran amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama
menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
damai dan bermartabat.

Dengan demikian maka pendidikan Agama dimaksudkan untuk


peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari
pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan,
pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai
tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi
berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat
dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntutan bahwa
agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang
bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk
menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,
disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini
mendorong.

dikembangkannya standar kompetensi sesuai dengan jenjang persekolahan yang


secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1. lebih menitik beratkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan
materi.
2. Mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang
tersedia.
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Pendidikan Agama Islam di SD bertujuan untuk :
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil,
etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi beberapa aspek, yaitu ; al-
Quran dan Hadiś, aqidah, akhlak, fiqih, tarikh dan kebudayaan Islam.
Pendidikan

Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara


hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.
B. STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MACTH
a. Pengertian Metode
Metode berasal dari kata Yunani “Meta ” dan “Hodos” berarti cara atau
rencana untuk melakukan sesuatu. Poerwadaminta (1989) mengatakan metode
adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Metode mengajar dapat diterapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan
bahan.
Menurut Pupuh dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar mengajar,
metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh
guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Menguasai metode mengajar merupakan keniscayaan, sebab seorang guru tidak
akan dapat mengajar dengan baik apabila ia tidak menguasai metode secara tepat.

Menurut Wina Sanjaya, metode adalah cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar
tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Kedudukan metode dalam belajar mengajar Salah satu usaha yang tidak
pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode
sebagaisalah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan
belajar mengajar.
Kedudukan metode dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Menurut Sardiman. A. M, Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Menurut Dra. Roestiyah. N. K,guru harus memiliki strategi agar anak didik
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-
teknik penyajian atau biasanya disebut dengan metode mengajar.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan
pernah Tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah
satunya adalah komponen metode.Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik
memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan
dengan tujuan. Guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang
kegiatanbelajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pengajaran.

b. Pemilihan dan Penentuan Metode


Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesuaian dengan
perumusan tujuan intruksional khusus.

1. Pengertian Metode Make a match


Metode Pembelajaran make a match merupakan pembelajaran dimana
setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk
bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun kartu
soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu, sehingga membuat
siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama.
Menurut Rahayu, metode pembelajaran kooperatif make a match merupakan
salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam

kelas. Metode make a match yang dikembangkan oleh Lurna Curran ini berawal
dari banyaknya siswa di tingkat dasar (young student ) yang mempunyai kesulitan
untuk mengembangkan social skill (keterampilan sosial) siswa dalam bekerjasama
dengan orang lain dalam pelajaran berhitung (matematika). Sebuah organisasi
yang bernama The National Council of Teachers of Mathematics
(NCTM) memerintahkan kepada guru Matematika untuk sering
memberikan latihan soal yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan pemahaman
konsep matematika.Siswa berkata bahwa guru seharusnya menggunakan variasi
permainan yang lebih sering kepada siswanya dengan harapan mereka mempunyai
dasar yang konkrit dalam memahami penggunaan angka-angka dan persamaan
dalam matematika.
Supandi menyatakan bahwa: Make a match (mencari pasangan) adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut untuk menemukan pasangan yang
sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian secara bebas. Kartu-
kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada setiap siswa.Pada prinsipnya siswa
dalam kelas dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah
dan kelompok yang membawa kartu soal. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah
untuk membina ketrampilan menemukan informasi dan kerja sama dengan orang lain
serta membina tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kartu
permasalahan.
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Make a match

Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a


match adalah kartu-kartu. Kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan -
pertanyaan dan kartu -kartu yang lainnya berisi jawaban dari pertanyaan

pertanyaan tersebut.
Adapun Langkah-langkah penerapan metode make a match adalah sebagai berikut:
 Guru membentuk beberapa kelompok.
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi tentang rukun Islam.
 Setiap kelompok disuruh salah satu maju kedepan untung mengambil kartu dan
memasangkan ditempat yang telah disedia di depan.
 Setiap kelompok memikirkan jawaban atas kartu yang dipegang.
 Setiap kelompok yang dapat mencocokkan kartunya diberi hadiah.

 Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi


pelajaran.
Untuk lebih jelas lagi mengenai langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode make a match ditambahkan lagi menurut Anita Lie
sebagai berikut:
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang mungkin cocok untuk sesi review.
 Guru membentuk beberapa kelompok.
 Setiap kelompok diberi kartu tentang dua kalimat syahadat
 Setiap kelompok menyusun kartu pazzzel yang cocok.
Jadi, jika dilihat dari langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode make a match dapat disimpulkan bahwa make a match merupakan metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan berkomunikasi antar
siswa dalam menemukan jawaban atas kartu yang dipegangnya. Selain itu siswa
dituntut

untuk berpikir secara teliti dan cepat serta dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa di kelas. Keunggulan pembelajaran metode make a match adalah belajar
sambil bermain, yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, sehingga menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Metode make a match
Pembelajaran kooperatif metode make a match ini mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah sebagai berikut.
a.Kelebihan dari metode pembelajaran make a match ini adalah:
 Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun
fisik
 Karena ada unsur permainan , metode ini menyenangkan .
 Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
 Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
 Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
b.Kelemahan dari metode make a match ini adalah:
 Waktu yang cepat dan kurang konsentrasi, karena metode pembelajaran
make a match ini dibatasi oleh waktu yang cepat untuk menemukan kartu
yang dipegang pasangannya, maka membuat siswa merasa tergesa-gesa dalam
mencari jawaban dari kartu yan g dipegangnya sehingga kurang konsentrasi.
 Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu yang
terbuang.
 Ada awal-awal penerapan metode, banyak siswa yang akan malu
berpasang pasangan dengan lawan jenisnya.
 Jiak guru tidak mengarahkan dengan baik, maka akan banyk siswa yang
kurang memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
 Menggunakan metode ini terus menerus akan menimbulak kebosanan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan
kekurangan metode pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:
kelebihan dalam model ini adalah melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan serta
kecepatan siswa dalam menemukan pasangan yang tepat dalam batas waktu yang
telah ditentukan dan siswa dapat belajar sambil bermain. Sedangkan
kekurangannyaadalah terbatasnya waktu jadi siswa kurang konsentrasi disaat
mencari pasangannya.
Salah satu yang dilakukan peneliti dalam mengatasi kekurangan
penggunaan metode ini adalah dengan mengatur dalam pembentukan kelompok
kerjasama, yaitu dengan membentuk siswa menjadi empat kelompok
Hal ini dilakukan peneliti agar siswa dapat terkondisikan pada saat proses
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match ini
sedang berlangsung, sehingga waktu yang digunakan bisa efektif dan efisien.
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan.Tidak pula pernah sepi dari
berbagai aktivitas.Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan
aktivitas raganya.Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah
belajar menulis, membaca, mencatat, memandang, mengingat, berpikir, latihan
atau praktek, dan sebagainya. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan
dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang akan mempengaruhi
dan akan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian.
Aktivitas pembelajaran itu terdiri dari aktivitas fisik dan aktivitas psikis.
Menurut Rohani, aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan peserta didik yang memiliki
aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya
atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran.
Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis
peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan
perilakunya.

dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan
aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
1.Macam-macam Aktivitas Belajar Siswa
Menurut Deirich yang dikutip Hamalik menyatakan, aktivitas belajar dibagi
ke dalam enam kelompok, yaitu sebagai berikut:
 Kegiatan-kegiatan visual(visual activities): membaca, melihat gambar- gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain
bekerja atau bermain.
 Kegiatan-kegiatan lisan (oralactivities): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan interupsi.
 Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities) : mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan, atau mendengarkan radio.
 Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities): menulis cerita, menulis laporan,
memeriksa karangan, bahan -bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan
mengerjakan tes, serta mengisi angket .
 Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities): menggambar, membuat
grafik, chart,diagram, peta dan pola.

 Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities): melakukan percobaan, memilih alat-


alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
serta menari dan berkebun.
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Ada tiga hal yang menjadi metode penelitian tindakan kelas ini, yaitu:

a. Input (kondisi awal) yaitu hasil pre test

b.Proses (saat berlangsungnya pelaksanaan tindakan), terdiri atas: pengamatan


terhadap guru (observing teachers) dalam aktivitas pembelajaran,
pengamatan terhadap kelas (observing classromm) yakni manajemen kelas,
dan pengamatan terhadap siswa (observing student), yakni partisipasi dan
kreatifitas siswa dalam pembelajaran.
c. Output (hasil tindakan) berupa respon siswa terhadap pembelajaran dengan
metode permainan dan hasil tes formatif setiap siklusdengan kriteria
keberhasilan sebagai berikut:
>80 % = sangat baik

60 – 79.9 % = Baik

40 – 59.9 % = Cukup

20 – 39.9 % = Kurang

< 20 % = sangat kurang


Metode penelitian ini yaitu catatan observasi, jurnal harian dan hasil evaluasi
yang dilakukan sejak awal penelitian (pre test) sampai siklus terakhir bersama
mitra kolaborasi.
Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui aktifitas guru dalam
pembelajaran, peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran dan manajemen
kelas. Jurnal harian dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran dengan metode make a match. Sedangkan evaluasi dilakukan
untuk mengukur peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
fiqih.Alur pelaksanaan PTK dapat digambarkan seperti pada gambar berikut:

Gambar 1.Alur Pelaksanaan dalam Penelitian Tindakan Kelas


B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (class action research)


yang di mulai dari adanya temuan hasil studi awal sebagaimana yang dipaparkan.
Berdasarkan objek penelitian baik tempat maupun sumber data maka
penelitian tindakan kelas ini termasuk penelitian lapangan yang termasuk penelitan
kualitatif deskriptif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif bukan
menggunakan kuantitatif yang menggunakan alat – alat pengukur.
Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas I SD Negeri 011 singkep,
tempat peneliti bertugas.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas I SD Negeri 011 Singkep dengan
rincian laki-laki 8 orang dan perempuan 8 orang. Siswa kelas ini memiliki
karakteristik yang beragam, baik dari prestasi belajar maupun partisipasi orang tua
dalam keberhasilan pendidikan anaknya.Pada penelitian ini, peneliti meminta bantuan
teman sejawat untuk bertindak sebagai pengamat (observer) pada saat observasi,
karena guru yang berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil
dalam membimbing siswa dan tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang
kurang relevan sering kali mengalami hambatan dalam membimbing siswa apalagi
yang masih anak-anak yang perlu pengawasan seorang pendidik yang bersifat luwes,
fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi yang diberikan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2023 / 2024
sejak bulan oktober 2023. penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus.
Siklus 1 : Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode make a
match, menyiapkan hand out materi pembelajaran, lembar kerja siswa,
blanko observasi, blanko evaluasi (pre test dan post test),blanko jurnal
harian siswa, media pembelajaran berupa kartu permainan mencari
pasangan (make a match)
Siklus 2 : Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan hasil
refleksi pada siklus I, menyiapkan soal / masalah, blanko observasi,

blanko evaluasi, blanko jurnal harian siswa, media pembelajaran berupa


kartu permainan mencari pasangan (make a match)
C. VARIABEL YANG DISELIDIKI
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh gambaran tentang efektifitas penggunaan
metode make a match dalam pembelajaran pelajaran PAI kelas satu tentang rukun
Islam. Dalam proses penelitian tindakan ini akan di tempuh beberapa tahapan sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian pelajaran PAI khususnya materi rukun Islam
2.Pelaksanaan (Tindakan)
Meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar mulai dari awal sampai
selesai pembelajaran.
3. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Bisa juga diartikan sebagai
pengamat dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat kejadian atau
berlangsungnya peristiwa.
4. Refleksi

Pada akhir siklus perlu adanya pembahasan untuk dapat menentukan


kesimpulan atau hasil penelitan.
D.RENCANA TINDAKAN.
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan
prosedur PTK dilaksanakan dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu Plan
(perencanaan).Action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi).
Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Planning (Rencana)
Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal yang harus dilakukan
guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan yang baik guru pelaksana PTK
akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak
dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus
berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat untuk membangun
kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan.
Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi Identifikasi masalah
yaitu : bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas?Untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan
ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya.
Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan terhadap proses.

pembelajaran di kelasnya. Meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang


dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru untuk
memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang kemudian dapat memicu dimulainya
sebuah PTK.
Oleh sebab itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk
memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional,
ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya
sendiri mengenai sisi-sisi lemah masih terdapat dalam implementasi program
pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi,
merenung, serta berfikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada.
Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan
kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tanpa
disadari. Sehingga untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan
proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan
adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran.
Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar
merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran
yang dikelolanya, bukan permasalahanyang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak
luar. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar,
kurikulum, interaksi, pembelajaran dan hasil belajar siswa. Menurut Hopkins (1993)
guru dapat menemukan permasalahan tersebut bertitik tolak dari gagasan-gagasan
yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki, untuk
mendorong pikiran dalam mengembangkan fokus permasalahan, kita dapat bertanya
pada diri sendiri.
Berbekalkan kejujuran dan kesadaran untuk mengidentifikasi masalah,
beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru pada diri sendiri.

a. Apa yang sedang terjadi di kelas saya ?

b. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ?

c. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?

d. Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?

e. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

Pada tahap ini, yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan


awal mengenai permasalahan aktual yang dialami oleh guru di kelas. Dengan
berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat berbuat sesuatu untuk
memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK.
b. Analisis Masalah
Setelah memperoleh permasalahan-permasalahan melalui proses identifikasi
tersebut, maka guru peneliti selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-
masalah tersebut untuk menentukan urgensi penyelesaiannya. Dalam hubungan ini,
akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya
penguasaan materi pelajaran pada topik pewarisan sifat, sikap siswa dalam
berdiskusi atau sikap siswa dalam melakukan percobaan. Permasalahan tersebut jika
tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang besar (Tidak
tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal, kurang kerjasama dalam diskusi dan
eksperimen). Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam pembelajaran
yang dapat diatasi dengan PTK (seperti kesalahan-kesalahan faktual dan/atau
konseptual yang terdapat dalam buku paket).
Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru dalam menganalisis
permasalahan adalah sebagai berikut:
Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan siswanya, atau topik
yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh
sekolah; Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau
kekuasaan guru untuk mengatasinya; Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya
cukup kecil dan terbatas; Usahakan untuk bekerja sama dalam pengembangan fokus
penelitian; dan Kaitkan PTK yang akan dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang
ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.

c. Perumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru selanjutnya perlu
merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan
masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan

perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu
dikumpulkan termasuk prosedur pengumpulan data serta cara
menginterpretasikannya. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan
dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai
persiapan. Termasuk yang berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk
melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Perumusan permasalahan yang lebih
tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab yang lebih
cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajaki alternatif-alternatif tindakan
perbaikan yang diperlukan. Perumusan Masalah harus jelas, dinyatakan dengan
kalimat tanya.
d. Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipotesis Tindakan
Alternatif perbaikan yang akan ditempuh dirumuskan dalam bentuk hipotesis
tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan terjadi jika suatu
tindakan dilakukan. Jadi hipotesis adalah alternatif yang diduga dapat memecahkan
masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK. Bentuk rumusan hipotesis
tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis ”penelitian formal”. Jika hipotesis
penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua kelompok atau lebih,
maka hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi
masalah.
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru sebagai peneliti perlu
melakukan :

Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru, diskusi dengan rekan sejawat, pakar
pendidikan, peneliti dan sebagainya. Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan
khususnya yang telah disampaikan dalam kegiatan ilmiah. Kajian teoritik di bidang
pelajaran pendidikan,kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan
dan hasil kajian tersebut dapat dijadikan landasan untuk membangun hipotesis.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis
tindakan.Rumusan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan
kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap
secara konseptual. Setiap alternatif tindakan perbaikan yag dipertimbangkan, perlu
dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelayakan teknis
serta keterlaksanaannya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya
sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun
tepat, selama program perbaikan ini diimplementasikan. Pilih alternatif tindakan serta
prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal, namun tetap
ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melaksanaannya dalam kondisi dan
situasi sekolah yang aktual. Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan (baca:
perbaikan-perbaikan) yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu,
baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.
Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka selanjutnya perlu
dilakukan pengkajian terhadap kelayakan dari masing-masing hipotesis tindakan itu
dari segi ”jarak” antara situasi nyata dengan situasi idel yang dijadikan rujukan.
Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang diprasyaratkan untuk penyelenggaraan suatu
tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih
dalam batas-batas kemampuan siswa. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru
hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah dimana
ia berada dan melaksanakan tugasnya.
Untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana yang diharapkan,
diperlukan kelayakan hipotesis tindakan terlebih dahulu. ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut ;
Implementasi suatu PTK akan berhasil, apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen
guru yang merupakan aktornya. Dipihaklain, untuk melaksanakan PTK kadang-kadang
masih diperlukan peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai
komponen penunjang. Selain itu keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh
adanya komitmen guru yang tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata
lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau bukan karena didorong oleh
imbalan finansial. Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi fisik,
psikologis, sosial dan budaya, maupun etik. Dengan kata lain seyogyanya tidak
dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa. Fasilitas dan sarana
pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah juga perlu diperhitungkan.Sebab
pelaksanaan PTK dengan mudah dapat terganggu oleh kekurangan dukungan fasilitas
penyelenggaraan.Oleh karena itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dituntut untuk dapat
mengusahakan/memilih fasilitas dan sarana yang diperlukan.Selain kemampuan siswa
sebagai perseorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas
atau di sekolah.
Namun pertimbangan ini tidak dapat diartikan sebagai kecendrungan untuk
mempertahankan status kuo. Dengan kata lain, perbaikan iklim di kelas dan di sekolah
justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK. Karena sekolah juga sebuah
organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukan di atas, iklim kerja sekolah
juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain, dukungan dari
kepala sekolah serta rekan-rekan sejawat guru, dapat memperbesar peluang keberhasilan
PTK.
Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai persiapan
sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah
persiapan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Jadwal dan Materi pembelajaran.
2. Membuat perangkat dan skenario pembelajaran (MODUL AJAR, LKS,
dll) yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru, disamping bentuk-
bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan
perbaikan yang telah direncanakan.
3. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas
seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, dll.
4. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis mengenai proses dan hasil
tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan.

5. Melakukan simulasi pelaksanaan, sehingga dapat menumbuhkan serta


mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya, dan
Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat
kesalahan.
Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah selanjutnya
adalah melaksanakan skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan dalam
situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang
ditetapkan dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga
diikuti dengan kegiatan observasi .
Secara umum observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan
yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung (dalam hal ini pada saat
pembelajaran berlangsung). Observasi dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Pada observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan
hanya menyiapkan kertas kosong untuk merekam kegiatan pembelajaran yang
diamati. Pada observasi tertutup, pengamat telah menyiapkan dan menggunakan
lembar observasi untuk merekam aktivitas pembelajaran yang diamati. Bagi guru
pelaksana PTK disarankan melaksanakan observasi tertutup dengan menggunakan
lembar observasi, mengapa?Coba diskusikan! Pelaksanaan Observasi perlu
memperhatikan prinsip: perencanaan bersama, fokus observasi, kriteria, keterampilan
observasi, dan balikan.
Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak mencampur
adukkan antara fakta dan interprestasi, namun juga tidak terseret oleh kaidah umum

yang tanpa kecuali menafsirkan interprestasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila


yang terakhir ini dilakukan sehingga yang direkam hanyalah fakta tanpa interprestasi,
maka akan dapat menimbulkan resiko, bahwa makna dari perangkat fakta karena
proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat hasil observasi
yang telah secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih
apabila pengamat adalah juga pelaksana tindakan. Observasi kelas akan memberikan
manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Hasil diskusi
diinterprestasikan secara bersama-sama oleh pelaksana tindakan dan pengamat.
Diskusi mengacu kepada penerapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan
untuk menentukan perencanaan berikutnya.
Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran
(penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah
diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan
dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Refleksi
dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak terjadi,
apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan
langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK . dengan kata lain, refleksi
merupakan kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan
sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai
tujuan sementara lainnya.

Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali


pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya.Sebagai
planning untuk siklus selanjutnya untuk memperjelas fase-fase dalam penelitian
tindakan siklus spiralnya dan bagaimana pelaksanaannya.
E.DATA DAN CARA PENGUMPULANNYA
Analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan
perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu
siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini, analisis data adalah proses
menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengorganisasikan, dan
mengabstraksikan data secara sistematis danrasional untuk menampilkan bahan-
bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK.

Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi data, paparan data dan
penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam
bentuk paparan naratif, representasi grafis dan sebagainya. Sedangkan menyimpulkan
adalah proses pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan
tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan /atau formula yang singkat dan padat
tapi mengandung pengertian luas.
Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan
keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan sejawat)
permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada siklus 1. Jika dari

hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum tercapai, maka dirancang
kembali rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan
kegiatan yang sama dengan siklus 1. Penelitian dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya (siklus 3), jika hasil siklus 2 juga belum memuaskan, dilanjutkan lagi
dengan siklus berikutnya. Mungkin anda bertanya-tanya berapa siklus PTK
dilaksanakan? Pada dasarnya tidak ada ketentuan berapa siklus harus dilakukan.
Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan) yang
sudah direncanakan. Tetapi sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2 siklus.

F.INDIKATOR KINERJA
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan setting di SD Negeri 011 Singkep
ini, pelaksanaan indikator kinerjanya mengikuti alur sebagai berikut:
1. Perencanaan, meliputi penetapan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya (26,27 Oktober 2024)
2. Pelaksanaan (Tindakan) meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode make a matchdanpembelajaran kooperatif tipe make a
match.
3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi
aktifitas guru dalam pembelajaran dan peningkatan partisipasi siswa dalam
pembelajaran.

4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan menyusun rencana


perbaikan pada siklus berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
guru kelas, yang membantu pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian
berlangsung, sehingga kegiatan penelitian ini dapat terkontrol untuk menjaga
validitas hasil penelitian.
Penjelasan Per Siklus
Penelitian Tindakan Kelas dengan alur atau tahapan (perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi dan refleksi) disajikan dalam dua siklus sebagai berikut:
1. Siklus Pertama
Kelas/Semester :I/1

Standar Kompetensi : Mengenal lima rukun Islam


Kompetensi Dasar : Menyebutkan lima rukun Islam
Materi Pembelajaran : Menyebutkan Rukun Islam
Rukun Islam, ada 5 perkara yaitu :
1. Mengucapkan dua kalimah syahadat
2. Menegakkan Sholat
3. Menunaikan Zakat
4. Puasa di bulan Ramadhan
5. Menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu.
Tujuan Pembelajaran :
 Peserta didik diharapkan mampu meyakini kebenaran rukun
Islam.
 peserta didik diharapkan mampu menyebutkan rukun Islam
dengan baik.
 Peserta didik diharapkan mampu menghafal lima rukun Islam
dengan lancar.
Pelaksanaan : 26,27 Oktober 2024
Tabel 1
Siklus I (Pertama)

NO PERENCANAAN PELAKSANAAN OBSERVASI REFLEKSI

1  Menyusun modul  Melakukan Mengamati  Mencatat


ajar dengan apersepsi dengan partisipasi dan hasil
metode make a mengulang krativitas siswa observasi
match materi dalam  Mengevaluas i
 Menyiapkan pelajaran pembelajaran hasil
materi  Menjelaskan  Mengamati observasi
pembelajaran tujuan guru dalam  Menganalisa
 Menyiapkan pembelajarn aktivitas hasil
lembar kerja siswa  Siswa bernyanyi pembelajaran observasi
 Menyiapkan tentang rukun teman sejawat  Memperbaiki
blanko observasi islam dengan  Mengamati  kelemahan
bimbingan guru  pengelolaan untuk siklus
 Guru membagi
 menyiapkan siswa dalam Kelas. Berikutnya
blanko evaluasi beberapa  Mengamati
(pre test dan post kelompok respon siswa
test) Siswa melakukan terhadap
 Menyiapkan permainan pembelajaran
blanko jurnal mencocok-cocokkan
harian siswa kartu tentang rukun
 Menyiapkan media islam
pembelajaran  Refleksi
berupa kartu pembelajaran den
permainan mencari gan melakukan
berpasangan (make pengecekan
a match) tentang hafalan
rukun islam
 Guru menyiapkan
beberapa kartu
yang berisi tentang
urutan rukun islam
 Setiap siswa
disuruh memilih
kart yang telah
disedia
 Tiap siswa
memikirkan
jawaban kartu
yang di
Pegang
 Setiap siswa
mencari
pasangan yang
mempunyai
kartu yang
cocok dengan
dengankartunya
(soal dan
jawaban)
 Setiap siswa yang
dapat
mencocokkan
kartunya
sebelum batas
waktunya diberi
poin
 Setelah satu
babak kartu
dikocok lagi agar
tiap siswa
mendapat kartu
yang berbeda
dari
 sebelumya.
Demikian
seterusnya
 Melakukan post
Test

Beberapa kelemahan dan kesulitan yang ditemukan pada siklus I ini adalah:

1. Dalam model pembelajaran make match, pada siklus ini hanya dilakukan 2 babak,
sehingga siswa belum maksimal mempelajari dua kalimat syahadat beserta
artinya.
2. Dalam model pembelajaran make match, beberapa siswa masih belum
memahami aturan permainan sehingga ditemukan beberapa siswa yang mencari
pasangan yang sama (soal-soal, jawaban-jawaban). Tetapi dengan penjelasan
secara ringkas, kesulitan ini dapat segera dipahami siswa.
3. Dalam model pembelajaran make match, beberapa siswa enggan bila mendapatkan
pasangan kartu yang berbeda jenis kelamin
4. Dalam model pembelajaran make match, guru kurang mempersiapkan kartu
permainan, sehingga ditemukan siswa yang tidak mendapatkan pasangan
jawaban / soal.
5. Pembelajaran make a match membutuhkan kemampuan hafalan menyebutkan
Rukun Islam. Setelah melakukan pembelajaran dengan permainan tepuk rukun
Islam, ditemukan beberapa siswa yang belum hafal secara sempurna sehingga
berpengaruh pada permainan make a match.
2. Siklus Kedua

Kelas/Semester :I/1

Standar Kompetensi : Mengenal lima rukun Islam

Kompetensi Dasar : Menyebutkan lima rukun Islam

Materi Pembelajaran : Menyebutkan Rukun Islam

Rukun Islam, ada 5 perkara yaitu :

1. Mengucapkan dua kalimah syahadat

2. Menegakkan Sholat

3. Menunaikan Zakat

4. Puasa di bulan Ramadhan

5. Menunaikan Ibadah Haji bagi yang mampu.

Tujuan Pembelajaran : - Siswa Dapat Melafalkan lima rukun Islam

- Siswa Dapat tepuk rukun Islam.

- Siswa Dapat Bermain kartu rukun Islam dari asturo dapat

diurutkan (1 ) syahadatain, (2) sholat, (3) zakat, (4) puasa

dan (5) haji


Waktu Pelaksanaan : 2 november 2023

Tabel 2

Siklus II (Kedua)

NO PERENCANAAN PELAKSANAAN OBSERVASI REFLEKSI

2 -Menyusun rencana - Melakukans - Mengamati - Mencatat

pelaksanaan apersepsi dengan partisipasi hasil

pembeajaran mengulang materi dan krativitas observasi

berdasarkan hasil pelajaran siswa dalam - Mengevaluas

refleksi pada - Menjelaskan pembelajaran i hasil

siklus 1 tujuan - Mengamati observasi

-Menyiapkan soal / pembelajaran guru dalam - Menganalisa

masalah - Guru membagi aktivitas hasil

-Menyiapkan siswa dalam pembelajaran observasi

blanko observasi beberapa teman

-Menyiapkan kelompok sejawat

blanko evaluasi - Siswa - Mengamati

-Menyiapkan melakukanpermai pengelolaan

blanko jurnal kelas

harian siswa - Mengamati

-Menyiapkan media respon siswa

Pembelajaran terhadap
berupa kartu nan pembelajaran

permainan mencocokkan

mencari kartu

berpasangan - Refleksi

(make a pembelajaran

match) deng an

melakukan

pengecekan

tentang hafalan

rukun Islam

dengan bernyanyi

tentang rukun

Islam.
- Setiap

kelompok

menadapat satu

kartu

- Tiap siswa

memikirkan

jawaban soal

kartu yang di

pegang.
- Setiap siswa yang

dapat

mencocokkan

kartunya sebelum

batas waktunya

diberi poin.

- Melakukan post

Test
Tidak ada kendala berarti dalam siklus II. Hanya beberapa siswa masih ditemukan kesalahan

dalam pembelajaran make a match terutama dalam mencari pasangan antara rukun Islam yanng

pertama dengan rukun Islam yang kedua. Tetapi dapat diatasi dengan bimbingan guru dalam

pembelajaran make a match.

Dalam melakukan tindakan kelas selama dua siklus, ternyata ada 2 (dua) siswa yang tidak

mengikuti sama sekali. Oleh karena itu peneliti menetapkan subyek penelitian ini menjadi 16 siswa,

6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

G.TIM PENELITI DAN TUGASNYA

Dari beberapa kesulitan di atas, pada tahap refleksi, guru bersama teman sejawat berkesimpulan
untuk melakukan perbaikan, antara lain pelaksanaan pembelajaran make a match paling tidak
dilakukan 5 babak sehingga siswa belajar secara maksimal. Perbedaan jenis kelamin juga perlu
diperhatikan agar partisipasi siswa dalam pembelajaran selanjutnya lebih maksimal. Persiapan kartu
soal dan jawaban juga perlu diperhatikan agar tidak ada siswa yang tidak mendapatkan pasangan
(soal dan jawaban).Guru melakukan pengecekan hafalan rukun Islam dengan permainan tepuk rukun
Islam.
Tim peneliti disini dibantu oleh teman sejawat antara lain:
Hutadarus, S.Pd.SD : Kepala Sekolah SD negeri 011 Singkep
Sandra Nova : Penulis PTK Maidawati :
GuruWalikelas satu
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 HASIL PENELITIAN


1.1.1 SIKLUS I
Dari hasil pengamatan yang sudah lakukan observer dari tahapan awal
sampai tahapan akhir tentang keterlibatan guru dan siswa dalam pembelajaran
tersebut dapat diketahui bahwa dari aspek- aspek keterlibatan siswa serta
proporsi ketercapaiannya dapat digambarkan sebagai berikut.
Pada pertemuan siklus I ini, sebelum memulai proses pembelajaran,
guru mengucapkan salam ketika masuk kelas dan sebelum memulai
pembelajaran, siswa disuruh berdoa selanjutnya menyapa dan mengecek
kehadiran siswa. Kemudian kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah:
 Peserta didik diarahkan untuk mengamati Gambar 4.2.
 Guru menjelaskan bahwa setiap bulan Ramadhan umat Islam diwajibkan membayar zakat
karena zakat merupakan salah satu rukun Islam.
 Guru memberikan pancingan pertanyaan tentang rukun Islam.
 Guru menjelaskan lima rukun Islam.
 Guru memutarkan video Nusa & Rara mengenai Rukun Islam sebagai penguatan.
 Peserta didik menghafal rukun Islam dan mengulang-ulang pembacaan lima rukun Islam secara
bersama-sama.
 Tiap kelompok diberikan kartu berisi lima rukun Islam, lalu mereka diarahkan untuk berlomba
menjadi yang tercepat mengurutkan kartu rukun Islam dengan benar.
 Pada rubrik Tekadku, peserta didik diajak untuk membaca kalimat “Aku pasti hafal rukun
Islam” dan melafalkannya secara berulang-ulang sehingga diharapkan peserta didik dapat
termotivasi untuk menghafalkan lima rukun Islam.
 Untuk mengetahui apakah peserta didik menguasai materi, pendidik membagikan LKPD
berupa “memasangkan serta mencocokkan gambar tentang rukun Islam”.
 Guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi bersama lagu “Rukun Islam”.
Pada tahap awal fase yang tidak berhasil adalah siswa masih belum
ada perubahan seperti yang diharapkan oleh peneliti siswa masih dengan
kondisi awal belum memperhatikan guru di depan kelas.
Siklus I, Pada tahap inti fase yang gagal yaitu fase dimana siswa masih
kurang memahami materi, guru masih belum bisa mencuri perhatian siswa saat
menerangkan materi didepan karna kurangnya ketertarikan dan minat belajar
siswa pada pelajaran PAI, tetapi ketika guru mengeluarkan gambar berisi
materi Rukun Islam kemudian guru menyuruh siswa untuk memperhatikan
lembar materi yang telah diberikann dan mengamati gambar tersebut. Suasana
kelas dari yang siswa masih asyik dan ada yang berbicara dengan teman
sebangkunya kemudian berubah menjadi hening sesaat.
Guru menjelaskan kepada siswa dan memberikan pertanyaan berupa
tantangan “Siapa yang bisa menyebutkan tentang materi Rukun islam yang
pertama dua kalimat syahadat dan pembagiannya”. Kemudian suasana kelas
kembali menjadi sedikit fokus ada beberapa siswa yang aktif dan penasaran
menjawab serentak ada juga yang menjawab asal saja tetapi sudah mendapat
nilai plus dari peneliti karna sudah tampak timbal balik dalam penggunaan
metode pelajaran menggunakan model problem based learning.
Pada tahap akhir ada satu fase yang gagal yaitu test atau
evaluasi siswa. Aspek indikator anak pada siklus I peneliti menargetkan
tingkat pencapaian persentase 80%, hal ini dikatakan belum meningkat
karena persentase rata-rata kurang dari yang ditargetkan yaitu sebesar
65,33% masih kurang pada target penilaian peneliti. Walaupun sudah
tampak perubahan dari sebelum melakukan penelitian tindakan kelas
menggunakan metode pembelajaran sehingga dengan demikian peneliti
memutuskan untuk melakukan penelitian berikutnya pada Siklus II
sampai mencapai KKM yang di inginkan dalam hasil belajar siswa.
Adapun kemampuan siswa dalam pemahaman materi orang jujur
disayang Allah pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Nilai Nilai
No Nama Siswa Kemampuan
Siklus I Tertinggi/
Terendah
1. Aqila Ananda safitri 75
2. Ayu anisa 70
3. Critiano Ronaldo umar 60
4. Damar yhuda gati waskito 70
5. Dzakiyyah nur afifah 60
6. Fatimah syakayla rasuqa 70
7. Muhammad alif 60
8. Muhammad ozki 60
9. Nur alyni saputri 70
Nursya vebiola 70
Rahel alvita putri 70
Ridha septiawan asra 75
Rizkia ramadhani 70
Setiawan
Safiqa azzahra 70
Siddiqa zhafira 80 + Tertinggi
virendra 70
Jumlah 1.100
Rata-rata 68,75
Ketuntasan Belajar 60,00%
Keterangan : (-Tidak tuntas = 4 siswa
(+) Tuntas = 12siswa
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
siswa adalah 68,75 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah
60 dari 16 siswa tersebut diketahui siswa yang mendapat nilai
kurang dari 70 adalah 4 siswa atau 30,00% dan yang mendapat
nilai 70 keatas adalah 12 siswa atau 70,00%.

Anda mungkin juga menyukai