Anda di halaman 1dari 18

UPAYA GURU DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA MELALUI

PENDIDIKAN AKHLAK DI SMA N 05 KONSEL

TUGAS PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Kualitatif Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

MUH. AGHIL

NIM : 2020010101010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa fungsi pendidikan adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.(UU RI no.20 tahun 2003)Dalam bidang
pendidikan, khususnya pada bidang pengajaran, yang menjadi tolak ukur
dalam proses belajar mengajar adalah guru, sebagaimana yang dikemukakan
oleh A. Samana, bahwa posisi serta peran guru dalam pendidikan sekolah
merupakan ujung tombak, bahan bersifat menentukan isi kurikulum de facto
(kurikulum operasional dan eksperiensial), karena guru mengorganisasikan
pesan pengajaran bagi peserta didiknya. Kemudian visi keilmuan dan
dengan kecakapan keguruannya, guru mengelola serta mengatur kembali isi
kurikulum formal menjadi program atau satuan pelajaran yang merangsang
belajar peserta didik. Dalam kondisi negatif, apalagi mutu pendidikan
kecakapan keguruan dari seseorang guru kurang, pasti akan menghambat proses
hasil belajar peserta didik. (A. samana ,1994).

Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa proses pengajaran yang baik


itu berasal dari seorang guru, karena guru merupakan ujung tombak dari proses
pengajaran itu sendiri, untuk merangsang proses belajar mengajar peserta didik
menjadi lebih baik sehingga tercipta mutu pendidikan yang baik sesuai dengan
yang dicita-citakan.

Dalam dunia pendidikan guru merupakan figur sentral dalam


penyelenggaraan pendidikan, karena guru adalah sosok yang sangat diperlukan
untuk memacu keberhasilan peserta didiknya. Betapapun baiknya kurikulum
yang dirancang para ahli dengan ketersediaan peralatan dan biaya yang cukup
sesuai dengan pendidikan, namun pada akhirnya keberhasilan pendidikan secara
profesional terletak di tangan guru. Dengan demikian maka
berhasilnya pendidikan pada peserta didik sangat tergantung pada pertanggung
jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.(moh.uzzer usman, 1992).

Peranan guru pendidikan agama Islam sangat berpengaruh bagi


perkembangan peserta didik, pendidikan agama harus dilakukan secara intensif
dalam segala aspek, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Secara
umum untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi harus ditunjang oleh banyak pendukung. Diantaranya adalah
peran guru pendidikan agama Islam yang professional yaitu salah satu input
pendidikan yang memiliki tugas dan fungsi yang sangat berpengaruh pada
berlangsungnya proses pendidikan. Pendidikan agama dalam kurikulum sekolah
harus diberikan secara maksimal untuk mengembangkan mutu pendidikan.
Peserta didik harus berpartisipasi dalam sekolah maupun kegiatan diluar jam
pelajaran seperti: kegiatan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), kegiatan
pesantren kilat, tadarus Al-Quran, pengajian, hari raya Idul adha, panitia zakat
fitrah dan lain-lain. Serta kegiatan bakat minat peserta didik seperti: olah
raga, pramuka, seni dan musik, drama keterampilan-keterampilan, dan rekreasi.
(jalaluddin , psikologi agama).

Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir
mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk peserta didiknya,
guru dituntut banyak untuk membina dan membimbing peserta didik agar
menjadi manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang
luas, memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki
moral dan akhlak mulia.

Guru pendidikan agama Islam harus mengetahui banyak pengetahuan


(akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap
terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Guru
diharapkan bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu
mempersiapkan peserta didik untuk siap menghadapi tantangan global di
luar sekolah. Guru dalam dimensi kekinian digambarkan sebagai sosok
manusia yang berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian stabil,
mantap, disiplin, santun, jujur, obyektif, bertanggung jawab , menarik ,
empatik, berwibawa , dan patut diteladani. (nur uhbiyati ,ilmu pendidikan islam).

Guru pendidikan agama Islam yang profesional sangat diperlukan


sebagai pemenuhan sumber daya manusia yang baik memiliki
kompetensi yang mendukung tugas dan fungsinya dalam menjalankan
proses pendidikan pada satuan pendidikan. Guru pendidikan agama Islam
(PAI) adalah yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan
pendidikan Agama Islam. (muhaimin , 2012).

Pada prinsipnya guru wajib bertanggung jawab atas terselenggaranya


pendidikan. Masalah perilaku peserta didik dan kebiasaan peserta didik yang
berbeda karena latar belakang yang berbeda juga termasuk tanggung jawab guru
terutama guru agama khususnya.

Oleh karena itu peran guru Pendidikan Agama Islam sangatlah


penting dalam menciptakan generasi bangsa yang berkualitas. Karena,
Pendidikan Agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama
Islam, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam tidak hanya menekan penguasaan kompetensi kognitif
saja, tetapi juga afektif dan psikomotoriknya. Isi mata pelajaran pendidikan
agama Islam didasarkan dan dikembangkan dari ketentuan-ketentuan yang ada
dalam sumber pokok ajaran Islam, yaitu Al- Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad SAW. (nazarudin , 2007)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru pendidikan islam dalam mengatasi kenakalan
peserta didik melalui pendidikan akhlak di SMAN 5 KONSEL ?
2. Bagaimana faktor-faktor penyebab terjadinya kenakalan siswa di SMAN 5
Konsel ?
3. Bagaimana bentuk kenakalan siswa di SMAN 5 Konsel ?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk kenakalan siswa di SMPN 2 Pandeglang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kenakalan siswa di SMPN 2
Pandeglang.
3. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam
menanggulangi kenakalan siswa melalui Pendidikan Akhlak di SMPN 2
Pandeglang
D. manfaat penelitian
Pembahasan masalah yang tertuang dalam skripsi ini diharapkan hasilnya
akan memiliki nilai guna sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
khazanah ilmu pengetahuan, sebagai referensi atau rujukan khususnya untuk setiap
lembaga yang terkait dan bagi guru pendidikan agama islam khususnya dalam bidang
akhlak.

2. Secara Praktis
a. Bagi Pendidik Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mengambil
kebijakan untuk mengatasi kenakalan siswa.
b. Bagi Lembaga yang diteliti Sebagai bahan pertimbangan mengambil
kebijaksanaan dalam mengantisipasi adanya kenakalan siswa.
c. Bagi Peneliti Untuk menambah pengetahuan, pengalaman, wawasan berfikir
kritis dalam melatih kemampuan, untuk memahami dan menganalisis
masalah-masalah pendidikan.
d. Bagi Peneliti selanjutnya Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat
menjadi rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih dalam
tentang topik ini serta mengembangkannya kedalam fokus lain untuk
memperkaya temuan penelitian yang lain.
e. Bagi IAIN KENDARI Hasil penelitian ini dapat menambahkan koleksi bahan
pustaka yang ada diperpustakaan utama dan perpustakaan fakultas ilmu
tarbiyah dan keguruan, sehingga dapat dijadikan bahan referensi.

E. Definisi Operasional

1. Upaya

Upaya adalah suatu usaha, akal atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan dan mencari jalan keluar dalam suatu masalah tertentu.
Upaya juga merupakan kegiatan yang menggerakkan badan, tenaga serta pikiran
untuk mencapai suatu pekerjaan.

2. Mengatasi

Mengatasi adalah suatu tindakan untuk menyelesaikan suatu kesukaran


dengan mengerahkan tenaga, pikiran agar tercapai maksud dan tujuan agar
mencapai hasil yang optimal. Mengatasi dalam hal ini merupakan tindakan yang
dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam rangka mencegah,
menanggulangi serta mengatasi kenakalan siswa di Madrasah Tsanawiyah Babul
Futuh Pandaan. Jadi, yang dimaksud dengan mengatasi kenakalan siswa adalah
suatu upaya atau tindakan yang dilakukan oleh guru pendidikan agama islam
untuk mencegah, mengatasi kenalan siswa yang ada di Madrasah Tsanawiyah
Babul Futuh Pandaan.

3. Kenakalan Siswa

Kenakalan siswa adalah suatu perbuatan atau tingkah laku siswa yang
dapat menimbulkan permasalahan, yang dapat merugikan diri sendiri maupun
orang lain serta melanggar nilai-nilai moral ataupun nilai-nilai social di
masyarakat. Sedangkan kenakalan dalah suatu perbuatan yang tidak baik dan
bersifat menganggu orang lain. Maka yang dimaksud penulis upaya yang
dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa
melalui beberapa tahapan yakni menggunakan tindakan preventif yang bersifat
mengantisipasi kenakalan siswa, tindakan reprensif yang bersifat mengatasi
permasalahan dengan sanksi yang diberikan oleh guru, dan tindakan kuratif yang
merupakan tahap akhir. Adapun maksud dari judul “Upaya Guru Pendidikan
Agama Islam dalam Mengatasi Kenakalan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Babul
Futuh Pandaan” dalam skripsi ini adalah suatu bentuk usaha guru pendidikan
agama islam dalam memberikan perhatian dan tindakan terhadap tingkah laku
atau perbuatan siswa yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Maka
yang dimaksud penulis upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam
dalam mengatasi kenakalan siswa melalui beberapa tahapan yakni menggunakan
tindakan preventif yang bersifat mengantisipasi kenakalan siswa, tindakan serta
tindakan kuratif yang merupakan upaya penyembuhan dalam mengatasi
kenakalan siswa.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. pengertian guru pendidikan agama islam

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah


merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang
terpikul di pundak para orang tua.(zakiyah drajat , 2011).Secara umum, pendidik
adalah orang yang memiliki tanggunjawab untuk mendidik. Sementara secara khusus,
pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (al rasyidin dan samsul nizar).

Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua
pendidik adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan profesional yang pada
hakikatnya memerlukan persyaratan keterampilan teknis dan sikap kepribadian
tertentu yang semuanya itu dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar dan
latihan, Roestiyah N. K mengatakan bahwa:

Seorang pendidik profesional adalah seorang yang memilikipengetahuan,


keterampilan dan profesional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya,
menjadi anggota organisasi professional pendidikan memegang teguh kode etika
profesinya, ikut serta dalam mengkomunikasikan usaha pengembangan profesi
bekerja sama dengan profesi yang lain.(rostiyah N.K).

Adapun pengertian pendidikan Islam menurut Zakiah Daradjat, dkk. Adalah


sebagai berikut :

1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar kelak setelah pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan
hidup (way of life).
2) Pendidikan agama islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaran
islam.
3) Pendidikan agama islam ialah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya
setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan agama Islam itu sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di
akhirat. ( zakiah darajat).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa guru


Pendidikan Agama Islam adalah seseorang manusia yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan peserta didiknya, baik secara klasikal maupun individu untuk
mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

2. kenakalan peserta didik

Masalah kenakalan remaja yang berkembang dewasa ini di kota-kota besar di


Indonesia mengalami kecenderungan meningkat pada tindakan kejahatan
(kriminalitas) yang meresahkan masyarakat dan aparat. Kriminalitas remaja kota
masa kini mendorong para penanggungjawab sosial (aparat kepolisian), pendidikan
(guru atau pendidik), kerohanian (mubaligh atau alim ulama) serta penanggungjawab
hukum (hakim, jaksa) untuk turut serta memecahkan masalah kejahatan remaja yang
istilahnya sudah dihaluskan menjadi kenakalan remaja itu.( Muhammad al migwar ,
2006).

Pengertian kenakalan peserta didik, istilah kenakalan siswa merupakan


penggunaan lain dari kenakalan anak/ peserta didik. Menurut Drs. B. Simanjuntak, S.
H. pengertian “Kenakalan remaja ” ialah suatu perbuatan itu disebut delinquent
apabila perbuatan-parbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma yang ada
dalam masyarakat, di mana ia hidup, suatu perbuatan yang anti-sosial di mana di
dalamnya terkandung unsur-unsur anti normativ. Sedangkan “remaja” menurut
Zakiah Daradjat, seorang pakar psikologi agama Islam, memaparkan: “Remaja adalah
suatu masa dari umur manusia, yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga
membawanya pindah dari masa anak-anak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-
perubahan yang terjadi itu meliputi segala segi kehidupan manusia, yaitu jasmani,
rohani,pikiran, perasaan dan sosial.(zakiah darajat).

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, memiliki
potensi besar untuk melakukan hal menyimpang dari kondisi normal. Seperti ada
pergolakan pada diri mereka untuk melakukan hal-hal yang berbeda dengan yang
berada di sekelilingnya. mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian, disebabkan karena setiap manusia pada dasarnya pasti mengalami
dorongan pada situasi tertentu, Kenakalan remaja yang dalam hal ini peserta didik
dapat dikategorikan dalam perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dapat
dianggap sumber masalah karena dapat membahayakan system sosial.

Ki Hajar Dewantara sebagaimana dikutip oleh Agus Sujanto dkk,mengatakan


bahwa setiap orang tumbuh dari dua kekuatan yaitu:

a. Kekuatan dari dalam (faktor dasar)


b. Kekuatan dari luar (faktor lingkungan).
Kekuatan dari dalam individu adalah kekuatan yang dibawa oleh anak sejak
lahir, dari dirinya sendiri kelainan sejak lahir (keturunan fisik maupun psikis),
lemahnya kemampuan pengawasan diri, pondasi agama yang belum kokoh. karena
disebut sebagai faktor dasar. Sedangkan kekuatan dari luar diri individu disebut
faktor lingkungan, baik dari benda mati maupun benda hidup semuanya ikut serta
membawa pengaruh bagi kelangsungan tingkah laku seseorang, dan pada akhirnya
lingkungan dipengaruhi dan diubah oleh manusia itu sendiri. Sehingga nyatalah
antara manusia dan lingkungan saling mempengaruhi.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode/teknik penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif yang dapat dilakukan


untuk memberikan gambaran yang lebih detail, sesuai pengamatan yang dilakukan
peneliti, dengan objek atau fenomena yang relevan yang terdapat di lapangan secara
alamiah.

B. Waktu dan tempat penelitian


1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tempat penelitian di SMAN 5


Konsel yang beralamat di Jl. Poros kendari-moramo, Kec. Moramo Kab. Konawe
selatan. Dengan alasan karena ada yang menarik untuk diteliti terkait tentang
kenakalan siswa yang perlu diberikan penanggulangan di SMAN 5 KONSEL.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan peneliti mulai dari bulan oktober sampai desember
2022
C. Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu sumber data primer
dan sumber data skunder.

1. Data Primer

Data primer diambil dari hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru
Pendidikan Agama Islam, Guru Bimbingan Konseling, Wali kelas, 8 orang siswa dan
pengamatan.

2. Data Sekunder

Sumber data penunjang pembahasan dari permasalahan penelitian yaitu


berupa berbagai literatur baik buku, majalah, data sekolah yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian.

D. Prosedur Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara
yaitu sebagai berikut;

1. Library Research, yaitu mengumpulkan data-data dari buku-buku yang


berkaitan dengan permasalahan yang di bahas dalam tesis ini.
2. Field Research, yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan (obyek
penelitian). Adapun teknik yang digunakan adalah:
a) Observasi, yaitu kunjungan ke lokasi atau obyek penelitian dengan
mengadakan pencatatan terhadap hal-hal yang di anggap penting di lokasi
penelitian. Observasi adalah perbuatan atau tindakan yang dilakukan secara
sengaja dan sistematis guna memperoleh data langsung dari lapangan.
Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data melalui teknik tertentu
sehingga peneliti mampu mendeskripsikan terhadap semua yang di lihat, di
dengar, dan dirasakan . Selanjutnya penulis menetapkan data-data yang
akan di observasi yaitu : kondisi objektif lokasi penelitian, kegiatan
belajar-mengajar, data keadaan siswa, data keadaan guru dan sarana dan
prasarana sekolah.
b) Interview, yaitu penelitian dengan mengadakan tanya jawab dengan
dengan kepala sekolah, guru Pendidikan Agama Islam, guru Bimbingan
Konseling, wali kelas, serta 8 orang siswa. Wawancara merupakan cara
seseorang untuk bertukar informasi dan ide yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih melalui tanya jawab sehingga dapat menemukan permasalahan
secara lebih terbuka pada topik tertentu. Selain itu, wawancara dipahami
sebagai percakapan dengan maksud tertentu.
c) Dokumentasi, yaitu mengambil data-data yang ada di madrasah yang dapat
dijadikan sebagai informasi yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

E. Analisis Data

Analisis data adalah tahapan menginterprestasikan data secara sistematis


sehingga data mudah dipahami. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil dokumentasi, wawancara, observasi,
dan catatan-catatan lainnya sehingga dapat dipahami. Menurut Miles dan Huberman,
ada tiga tahapan utama yang disajikan dalam menganalisis data yaitu redukasi data,
penyajian data dan kesimpulan( verifikasi).

1. Reduksi Data
Reduksi Data bentuk upaya memilah dan memilih data yang didapatkan penulis
dari lapangan, kemudian perlu di catat secara teliti dan rinci. Mereduksi upaya
dalam merangkum, menggolongkan, serta memilih hal-hal pokok, untuk
memfokuskan pada hal-hal yang penting berkaitan data yang relevan, di cari tema
dan polanya dan kemudian dapat di ambil kesimpulan dan benang merah yang
penulis teliti pada sebuah lembaga yang penulis teliti.

2. Penyajian Data
Penyajian data penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya.

3. Verifikasi atau penyimpulan Data


Verifikasi atau penyimpulan data merupakan bentuk kesimpulan yang masih
bersifat sementara, dan bisa juga dapat berubah ketika terdapat buktibukti yang
dapat mendukung pada tahap sebuah penelitian tersebut. Artinya jika
kesimpulan-kesimpulan sementara telah diperoleh masih memungkinkan untuk
dilakukan data kembali. Setelah teknik analisis data dilakukan, maka peneliti
dapat menyimpulkan hasil penelitian tersebut untuk menjawab rumusan masalah
yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya. Kemudian apabila ada
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal tersebut, didukung oleh data
yang valid dan relevan disertakan dengan bukti-bukti yang konkrit, konsisten,
saat peneliti mencari data di lapangan maka penelitian tersebut dapat dikatakan
yang bersifat valid dan kredibel. Content Analysis berangkat dari anggapan dasar
dalam ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi adalah
dasar dari studi-studi ilmu sosial. Content Analysis selalu menampilkan tiga
syarat, yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis dan generalisasi.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan


dengan uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal),
dependability (reliabilitas) dan confirmability (obyektifitas). (sugiyono,2015)
Untuk memeriksa keabsahan data mengenai “upaya guru dalam mengatasi
kenakalan siswa melalui pendidikan akhlak di SMAN 5 Konawe Selatan”
berdasarkan data yang sudah terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa teknik
keabsahan data yaitu melalui uji credibility, diantara sebagai berikut :

1. Perpanjangan Pengamatan Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan


kredibilitas/ kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan
pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber akan semakin
terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling timbul kepercayaan,
sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan lengkap.
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian
difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang
diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan
atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh
sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka
perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.
2. Meningkatkan Kecermatan Dalam Penelitian Meningkatkan kecermatan atau
ketekunan secara berkelanjutan maka kepastian data dan urutan kronologis
peristiwa dapat dicatat atau direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan
kecermatan merupakan salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan
apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau
belum. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara
membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan
dokumendokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah
diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat dalam
membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan smakin
berkualitas.
3. Triangulasi

Terdapat 3 triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik


pengumpulan data, dan waktu.

a) Triangulasi Sumber Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan


cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan
suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)
dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007:274).
b) Triangulasi Teknik Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui wawancara,
observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas
data.
tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan untuk
memastikan data mana yang dianggap benar (Sugiyono, 2007:274).
c) Triangulasi Waktu Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan memberikan data
lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya dapat dilakukan
dengan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga
sampai ditemukan kepastian datanya (sugiyono,2005).
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Ilmu pendidikan Islam dengan multi disipliner, (Jakarta, Rajawali

Pers, 2010 Cet ke-2

Ahmad Tanzeh, 2009 Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras

Ali Muhammad, Kamus Lengkap Bagasa Indonesia Modern,

A. Muri Yusuf. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian

Gabungan. Jakarta: Kencana

An-Nahlawi Abdurrahman, Pendidikan Islam dirumah, sekolah dan masyarakat,

(Jakarta: Gema Insani, 1995)

Aziz S.R, Abdul Memahami fenomena social melalui studi kasus : Kumpulan

materi pelatihan metode penelitian Kualitatif (Surabaya: BMTS Wilayah

VII, 2000)
Barnawi dan M. Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012)

Dukheshire, Steven and Thurnlow, Jennifer 2002. Understanding the link between

research and policy. Rural Communities Impacting Policy

Hanief, M. Mahmilia Chontesa. Nur Hasan (2019) Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam MembentukAkhlakul Karimah Siswa di SMP PGRI 01

KarangplosoMalang.4(5),57-71

http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/3084/2791

Noor. Amirrudin 2010 “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menangani

Kenakalan Siswa pada Siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus

Kotabarat Surakarta“. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

Surakarta

Miles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta: Universitas Indonesia

Press, 1992)

Anda mungkin juga menyukai